7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi – fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Tujuan yang diinginkan tersebut adalah pelayanan dan atau laba ( profit ). Dengan kata lain, dengan adanya manajemen maka fungsi manajemen harus diatur sebaik-baiknya agar tujuan diinginkan akan tercapai dengan efektif dan efisien. Dengan manajemen dan organisasi yang baik, maka tujuan dapat diwujudkan dengan optimal ,dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Menurut Bannet Silalahi ( 2004 : 2) mendefinisikan bahwa : “ Manajemen adalah suatu ilmu karena mengandung prinsip – prinsip, dalil – dalil dan hubungan sebab akibat yang jelas, sesuatu ilmu pada dasarnya berkembang menurut garis lurus atau linear development”.
2.2 Manajemen Keuangan
2.2.1 Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan (financial management) atau dalam litelatur lain disebut pembelanjaan adalah segala aktivitas perusahaan yang
8 berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana , menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan.
Konsekuensinya, semua pengembalian keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan.
Manajemen keuangan menjadi bagian yang cukup penting bagi perusahaan karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui manajemen keuangan secara lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa definisi manajemen keuangan yang dikemukakan oleh para ahli :
Menurut Darsono ( 2006 : 1 ), definisi manajemen keuangan yaitu :
“Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah – murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba “.
Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A ( Manajemen Keuangan, Edisi 4, 2001 : 6 ), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai : “ Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.
Menurut Farah Margaretha ( 2007 : 2), manajemen keuangan adalah : “ Proses pengembalian keputusan tentang asset, pembiayaan dari
9 asset tersebut, dan pendistribusian dari seluruh cash flow yang potensial yang dihasilkan dari asset tadi“.
Dapat diakatakan Manajemen keuangan adalah penerapan fungsi- fungsi manajemen dalam bidang keuangan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan. Tak satu pun kegiatan didalam perusahaan dapat berjalan apabila bagian keuangan gagal memperoleh dana (tunai ataupun kredit) untuk membiayai kegiatan tersebut . Artinya, bagian keuangan merupakan prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagian-bagian lainnya.
2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan merupakan proses perencanaan anggaran (budgeting) dimulai dengan forecasting sumber pendanaan (source fund), pengorganisasian kegiatan penggunaan dana secara efektif dan efesien, serta mengantisipasi semua resiko (risk ability). Peranan manajer keuangan akan sangat menonjol, antara lain pencarian sumber dana atau sources of fund, seperti dana jangka pendek, dana jangka panjang, dan dari modal sendiri.
Sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen keuangan ini, fungsi dan peranan seorang manajer keuangan menjadi lebih luas daripada hanya mencari dana dan mengalokasikan dana tersebut di dalam perusahaan. Dalam manajemen keuangan modern sekarang ini fungsi
10 manajer keuangan dapat dibagi dalam tiga macam, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menentukan Alternatif Pembiayaan ( Financing Decision ) Fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan di dalam memilih alternatife pembiayaan yang terbaik dari berbagai alternatif sumber-sumber dana yang tersedia sehingga diperoleh suatu kombinasi pembiayaan yang akan menciptakan struktur keuangan yang optimal. Struktur keuangan yang optimal akan memberikan pengaruh yang positif bagi nilai perusahaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dalam penetapan kombinasi pembiayaan agar tercipta suatu keselarasan antara aktiva yang akan dibiayai dan sumber pembiayaannya, baik ditinjau dari segi jumlah dan jangka waktu dana tersebut tertanam dalam aktiva perusahaan, maupun dilihat dari biaya yang harus dikorbankan untuk penarikan dana tadi dengan hasil ( return ) yang akan diperoleh dari investasi tersebut.
2. Menetapkan Pengalokasian Dana ( Investment Decision )
Fungsi ini mencakup putusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan di dalam menetapkan kombinasi dari aset yang paling baik bagi perusahaan. Baik investasi dalam modal kerja maupun harta tetap perusahaan, keduanya perlu mendapat perhatian yang seksama agar tercipta pendayagunaan dana yang optimal.
Penetapan besarnya investasi dalam uang kas, piutang dagang, dan
11 persediaan merupakan tugas manajer keuangan untuk memutuskan dan memantau agar tercipta keseimbangan antara unsur lukuiditas dan rentabilitas di dalam perusahaannya. Sebaliknya, atas investasi jangka panjang yang manfaatnya baru dapat dinikmati di masa mendatangm, akan membawa suatu risiko yang harus dianalisis terhadap hasil ( return ) yang akan diperoleh.
3. Menentukan Deviden ( Deviden Decision )
Kewajiban manajer keuangan didalam menetapkan kebijakan pembagian deviden perupakan fungsi yang tak diremehkan karena akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut. Nilai perusahaan akan memberikan citra kemakmuran para pemilik perusahaan. Dalam rangka pengambilan keputusan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk menganalisis sampai seberpa jauh pembiayaan dari dalam perusahaan itu sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini mengingat bahwa hasil operasi yang dtanamkan ke dalam perusahaan sesungguhnya merupakan dana pemilik perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden tunai. Oleh sebab itu, atas dasar perimbangan antara risiko dan hasil diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan saja sebagai deviden ataukah ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Begitu juga menurut Agus Sartono ( 2001 : 6 ) menyatakan ada 3 fungsi yang ditangani oleh manajemen keuangan, meskipun fungsi
12 manajer keuangan untuk setiap organisasi belum tentu sama, 3 fungsi tersebut antara lain :
1. Keputusan Investasi
Fungsi utama ini menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
Secara garis besar keputusan investasi dapat dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek, seperti investasi dalam kas, persediaan, piutang, dan surat berharga ( Obligasi ) maupun investasi jangka panjang, seperti dalam bentuk gedung, peralatan produk, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya.
2. Keputusan Pembiayaan atau Pendanaan
Fungsi kedua ini berfungsi sebagai pengambil keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Keputusan mengenai pembiayaan berhubungan dengan struktur modal. Struktur modal merupakan bauran sumber pendanaan permanen ( jangka panjang ) yang digunakan perusahaan dengan tujuan menciptakan suatu bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai, maka akan tercipta struktur modal atau pendanaan yang optimal.
3. Keputusan Deviden
Pada fungsi ketiga dari manajemen keuangan yaitu keputusan deviden yang menyangkut tentang keputusan apakah laba yang
13 diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas dan pengembalian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa yang akan datang.
2.3 Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan pada perusahaan hanyalah sebagai penguji, dan pekerjaan bagi pembukuuan. Akan tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan bukan hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuangan perusahaan tersebut.
Laporan keuangan pada dasarnya dinyatakan sebagai hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai komunikasi antara data keuangan atau kegiatan suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan kegiatan perusahaan tersebut.
Hasil akhir pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan prestasi manajemen pada suatu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita dapat melihat bagaimana prestasi manajemen perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa mencerminkan prestasi yang sebenarnya.
Namun yang terpenting bagi manajemen adalah laporan keuangan sebagai alat untuk mempertanggung jawabkan kepada pemilik perusahaan
14 atas kepercayaan yang telah diberikan. Pertanggung jawaban kepada pimpinan itu dituangakan dalam bentuk laporan keuangan yang penyajiannya secara wajar yaitu mengenai posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten.
Fraser dan Ailen Orminston ( 2004 :1-2 ) menyebutkan bahwa : “ Laporan keuangan membentuk dasar untuk memahami posisi keuangan suatu perusahaan dan menilai kinerja yang telah lampau dan prospek kinerja keuangan di masa yang akan datang”. Ia pun menerangkan bahwa : “ Laporan keuangan memiliki kemampuan untuk menyajikan secara gamblang kesehatan keuangan suatu perusahaan guna memberikan keputusan bisnis informatif”.
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004, p2) adalah sebagai berikut: “ Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti misalnya, sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Data laporan keuangan juga merupakan bahan mentah yang kemudian dapat diolah menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu sehingga akan lebih
15 bermanfaat bagi para pengambilan keputusan. Oleh sebab itu laporan keuangan disajikan untuk maksud – maksud dan tujuan – tujuan tertentu.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kuantitatif, sekurang – kurangnya disusun dan disajikan setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah pemakai.
Menurut standar akuntansi keuangan (2004 : 4 ayat 12 ) : “ Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dan pengambil keputusan ekonomi.”
Tujuan Laporan Keuangan menurut buku Analisis Kritis atas Laporan Keuangan karya Sofyan Harahap, disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto ( aktiva dikurangi kewajiban ) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai.
16 4. Untuk memberikan informasi yang penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan para pemakai, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Namum demikian , laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
2.3.3 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2007, paragraf 9), bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan lembaga- lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:
17 1. Investor
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
18 pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
19 Sedangkan menurut ( Sofyan Harahap, 2008 : 7 ), Beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan suatu perusahaan antara lain :
Manajer atau Pimpinan Perusahaan
Laporan keuangan akan sangat berguna terutama untuk membantu pelaksanaan perencanaan dan pengawasan jalannya perusahaan yang dipimpinannya pada periode yang lalu, sehingga manajer dapat mengetahui keberhasilan pekerjannya, memperbaiki sistem pengawasannya dan lain – lain.
Pemilik Perusahaan
Berkepentingan terhadap keamanan modal yang dikelola manajemen, dan digunakan untuk memutuskan apakah perlu ada pembagian deviden atau tidak. Bila ada seberapa besar deviden payout rationya, serta untuk menilai kinerja manajer.
Kreditor
Berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengevaluasi kredit yang diberikan. Para kreditur jangka pendek lebih banyak memperhatikan ( sebelum memutuskan untuk menambah, memberi atau menolak permintaan kredit ) struktur modal kerja dari segi likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan kreditur jangka panjang berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa yang akan datang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, jaminan investasinya dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka panjang keuangan tersebut. Dari
20 hasil analisis yang akan dilakukan, mereka dapat menentukan keputusan dan langkah – langkah yang harus ditempuh.
Pemerintah
Laporan keuangan penting untuk pemerintah karena dengan laporan keuangan tersebut dapat ditentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan dan untuk kepentingan pemerintah dalam merumuskan kebijakan.
Pihak – pihak lain
Pihak lain yang juga memerlukan laporan keuanagn perusahaan antara lain adalah para pengajar dalam ilmu Ekonomi, Asosiasi perusahaan sejenis, Pemasok, Pelanggan dan lain – lain.
2.3.4 Unsur - Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah Neraca ( aset, kewajiban dan ekuitas ). Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja adalah laporan laba rugi ( penghasilan dan beban ). Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
21
Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Dalam neraca akan terlihat kekayaan perusahaan berupa aktiva lancar dan aktiva tetap, dan sumber kekayaan tersebutberasal dari hutang ( jangka pendek dan hutang jangka panjang ) dan modal sendiri. Aktiva menggambarkan sumber – sumber yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber dana itu dibiayai.
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada laporan laba rugi akan tampak penghasilan, biaya dan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan Arus Kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan dari satu periode.
22 Gambar 2.1 Komponen Dasar Neraca
TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN DAN
EKUITAS PEMEGANG SAHAM Aktiva Lancar :
Kas
Surat – surat berharga
Piutang Usaha
Persediaan
Beban dibayar dimuka Total Aktiva Lancar
+ Aktiva Tetap :
Mesin dan Peralatan
Bangunan
Tanah Total Aktiva Tetap
+ Aktiva Lain :
Investasi
Hak Paten Total Aktiva
Hutang Lancar :
Hutang usaha
Hutang lain – lain
Beban yang harus dibayar
wesel jangka pendek
Total Hutang Lancar +
Hutang Jangka Panjang :
Wesel jangka panjang Hipotek
Total Hutang Jangka Panjang
+
Ekuitas Pemegang Saham :
Saham preferen Saham biasa Nilai pari Agio saham Total Pasiva
Sumber : Arthur J. Keown, “ Manajemen Keuangan : Prinsip – Prinsip dan Aplikasi “, PT. INDEX kelompok Gramedia, 2004
23 Gambar 2.2 Ilustrasi Laporan Laba Rugi
Penjualan
Harga Pokok Penjualan Laba Bruto
Biaya operasi Biaya Penjualan Biaya Umum dan Adm Depresiasi
Laba Operasi ( EBIT ) Biaya Bunga
Laba Bersih Sebelum Pajak ( EBT ) Pajak Perusahaan
Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT )
Sumber : Bringham & Houston. “ Fundamental of Financial Management;
Dasar – Dasar Manajemen Keuangan “, Salemba Empat, 2004
2.3.5 Keterbatasan Laporan Keuangan
Sofyan Syafri Harahap ( 2008:201 ) mengungkapkan sifat dan keterbatasan laporan keuangan berdasarkan yang dikemukakan oleh SAK adalah sebagai berikut:
1) Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai
24 keadaan saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu – satunya informasi dalam proses pengembalian keputusan ekonomi.
2) Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini.
3) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan.
4) Proses penyusuna laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada yang sama – sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun aset.
5) Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material.
6) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian yang ada
7) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
25 8) Akuntansi didominasi informasi kuantitatif.
9) Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, akan tetapi hal ini tidak tergambar dalam laporan keuangan.
2.4 Analisis Laporan Keuangan
2.4.1 Pengertian analisis laporan keuangan
Menurut Prastowo ( 2002 : 52 ) yang dimaksud analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi kinerja perusahaan.
Analisis Laporan Keuangan menurut Sofyan Harahap (2001:190) adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
26 2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:195-197) mengemukakan tujuan analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
27 2.5. Analisis Rasio Keuangan
Untuk menilai kinerja keuangan pihak manajemen harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan adalah rasio keuangan yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya.
Menurut pendapat Slamet Munawir (2007, p37), Analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Artinya berdasarkan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun kedua-duanya dapat dihitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Jenis rasio – rasio yang dapat dipergunakan seebagai pengambilan keputusan untukl kelangsungan hidup perusahaan diantaranya :
1. Rasio Likuiditas
Modal kerja memegang peranan penting dalam manajemen perusahaan, khususnya mengenai likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan akan memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan perusahaan sehingga menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh pihak ketiga dalam menilai kemampuan perusahaan
28 untuk memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendek perusahaannya.
2. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah profit atas usahanya. Profitabilitas ini dapat digunakan juga untuk menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memberikan deviden secara teratur kepada para pemegang saham.
3. Rasio Solvabilitas
Perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang baik yaitu bila perusahaan tersebut mampu memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Atau dengan kata lain untuk mengetahui sampai sejauh mana perusahaan dapat melunasi seluruh kewajibannya.
4. Rasio Aktivitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu. Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.
5. Rasio Pasar
Yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku Sudut pandang rasio ini lebih banyak bersudut pada investor atau
29 calon investor meskipun pihak manajemen berkepentingan terhadap rasio ini.
Namun untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau buruk diperlukan suatu perbandingan. Ada dua cara perbandingan untuk menilai rasio – rasio yang telah diperoleh, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio tahun lalu pada perusahaan yang sama. Misalnya current ratio saat ini dibandingkan dengan current ratio tahun lalu, sehingga bisa diketahui perubahan rasio – rasio dari tahun ke tahun.
2. Membandingkan rasio – rasio suatu perusahaan dengan rasio – rasio kelompok perusahaan yang sejenis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi perusahaan tersebut dalam industri.
Dengan mengadakan perbandingan tersebut, bila rasio perusahaan dibawah industri, manajemen dapat dengan segera mengevaluasi faktor – faktor apa saja yang menjadi penyebabnya, sehingga bisa segera diambil kebijaksanaan untuk mengantisipasinya.
2.6. Model Analisis Z-score
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda- tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan perlu memasukkann rasio-rasio
30 keuangan kedalam model Altman yang dapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan. Untuk menganalisis kebangkrutan, suatu perusahaan dapat menggunakan rasio – rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Namun rasio ini memiliki kelemahan yaitu tidak mempunyai kategori kebangkrutan sehingga kondisi perusahaan akan sulit dianalisis.
Salah satu metode analisis kebangkrutan yang terbukti memberikan banyak manfaat adalah metode Z-Score. Manajemen dapat memprediksi potensi kebangkrutan dari perusahaan tersebut dengan menggunakan pendekatan ALTMAN yang disebut metode Z-Score. Metode ini memungkinkan perusahaan untuk memprediksi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan dan pihak manajemen dapat mengambil tindakan serta evaluasi yang membawa kearah perbaikan kinerja keuangannya yang berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun1960 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model. Dalam studinya, setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut adalah sebagai berikut : Untuk menganalisis kebangkrutan, suatu perusahaan dapat menggunakan rasio – rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.
31 Namun rasio ini memiliki kelemahan yaitu tidak mempunyai kategori kebangkrutan sehingga kondisi perusahaan akan sulit dianalisis.
Perhitungan Z-Score dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut : Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5
X1 = Modal kerja / Total Aktiva ( dalam % ) X2 = Laba ditahan / Total Aktiva ( dalam % )
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva ( dalam % ) X4 = Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku hutang (dalam % ) X5 = Penjualan / Total Aktiva (kali)
2.7. Rasio Keuangan dalam Analisis Diskriminasi Altman
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan, yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk dalam suatu waktu.
Adnan M & Taufik M, jurnal ekonomi dan auditing ( 2005, p189 – 190 ). Adapun variabel – variabel atau rasio – rasio keuangan yang digunakan dalam analisis diskriminan model Altman adalah :
1. X1 = Net Working Capital to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja
32 bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
2. X2 = Retained Earnings to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Pada perusahaan,laba ditahan terjadi karena pemegang saham mengizinkan perusahaan tersebut untuk mengivestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan kas dan ‘ tidak tersedia’ untuk pembayaran deviden atau yang lainnya.
33 3. X3 = Earnings Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman
4. X4 = Market Value of Equity to Book Valueof liabilities
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai pasar modal sendiri ( saham biasa ). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Sedangkan nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
5. X5 = Sales to Total Asset
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
34 2.8. Kebangkrutan
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi akan kontinuitas perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti menyangkut biaya – biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kebangkrutan perusahaan banyak membawa dampak yang begitu berarti bukan hanya untuk perusahaan itu sendiri tapi juga terhadap karyawan, investor, dan pihak – pihak lain yang terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan.
Masalah kebangkrutan adalah masalah yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalani operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Atau kebangkrutan juga sering disebut juga likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan.
Secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau factor perekonomian secara makro. Sedangkan Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan.
35 Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 102 ) faktor – faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1) Faktor Ekternal
Faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Faktor – faktor eksternal yang biasa menyebabkan kebangkrutan meliputi :
Sektor Pelanggan
Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan serta keinginan dari pelanggan.
Sektor Pemasok
Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi, sehingga perusahaan tidak dapat berproduksi dengan lancar. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku hanya pada satu
36 pemasok saja sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
Sektor Debitor
Yang harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang.
Terlalu banyak piutang yang diberikan pada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
Sektor Kreditor
Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan juga harus membina hubungan baik dengan kreditor.
Sektor Pesaing
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar
37 selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberi nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
Sektor Perekonomian
Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara – negara lain, perkembangan global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
2) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Faktor – faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan meliputi :
Sektor Manajemen
Manajemen yang tidak efisien akan menyebabkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban.
Ketidakefisienan ini diakibatakan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
Sektor Modal
Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang – hutang yang dimilki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bisa menyebabkan kerugian piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena
38 aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
Sektor Moral Hazard ( Kecurangan Manajemen )
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup atau memberikan info yang salah pada pemegang saham atau investor.
2.9. Penelitian terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu melakukan penelitian menggunakan model Altman Z-Score sebagai alat memprediksi kebangkrutan perusahaan :
1. Haryadi,Sarjono (2005) melakukan penelitian yang berhubungan dengan prediksi kebangkrutan. Penelitian tersebut berjudul :”Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan”.
Peneliti menggunakan populasi sepuluh perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan simple random sampling sebagai teknik pengambilan sampel.
2. Rosliati,Lita (2010) melakukan penelitian yang berhubungan dengan prediksi kebangkrutan. Penelitian tersebut berjudul :”Analisis Laporan
39 Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Pada Perusahaan Sektor Farmasi”. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan sektor farmasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia( BEI ).
3. Dian Primanita Oktasari (2012) melakukan penelitian yang berhubungan dengan prediksi kebangkrutan. Penelitian tersebut berjudul :” Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Pada Perusahaan Textil Dan Garmen Yang Tercatat Di Bei”. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia ( BEI ).