• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

18

https://doi.org/

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan

Rinaldi Sarlim1, Fitrah Sri Rahayu2 Artikel info

Abstract. The Effect of secure of local asset manajement in Artikel history:

Received; 01-10 Revised:05-11 Accepted; 03-12

South Sulawesi Selatan Goverment .This Research aims to : (1) analyze the effect of planning for the security local assets. (2) analyze the effect of implementation for the security local assets. (3) analyze the effect of administration for the security local assets. (4) analyze the effect of coaching, supervision and control for security local assets. The data used are primary data. All data in this study collected by using questioner. Questioner given away to 60 goverment employess in South Sulawesi Selatan. The result of research indicate that variable of planning, implemtation, administration, coaching, supervision and control have a positive and significant for security local assets

Keywords: Planning;

Implementation;

Administration ; Coaching ; Supervision and Control, Security Local Assets

Coresponden author:

Email: albone1982@gmail.com

artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0

CELEBES EQUILIBRUM JURNAL

http://journal.lldikti9.id/Equilibrum Vol 1, No, 1, Juli 2019, pp 18-25 p-ISSN: 2685-5828 dan e-ISSN: 2685-4651

DOI:

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by LLDikti Wilayah IX Journal Systems (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi)

(2)

19 PENDAHULUAN

Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada (Permendagri no.28 tahun 2016).

Sejalan dengan upaya perwujudan otonomi daerah dan Good Governance, maka harus memperhatikan akuntabilitas dalam pengelolaan aset daerah. Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban Pemerintah daerah yang berhasil maupun yang mengalami kegagalan dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks birokrasi Pemerintah, akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi Pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi bersangkutan, Manajemen suatu organisasi apapun dikatakan akuntabel apabila dalam pelaksanaan kegiatannya telah menentukan tujuan (Goal) yang tepat, mengembangkan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, menerapkan pemakaian standar serta mengembangkan standar organisasi dan operasi searah efektif dan efisien (Darise, 2009).

Manajemen Pemerintahan yang efektif sangat dibutuhkan agar berbagai urusan Pemerintahan dilimpahkan kewenangannya kepada daerah dan dapat terselenggara secara maksimal serta dapat dipertanggungjawabkan secara baik kepada public. Untuk lebih meningkatkan kapasitas daerah, dalam mengelola pembagunan daerah, Pemerintah juga telah menerbitkan undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara yang selanjutnya diikuti dengan undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara. Melalui kebijakan ini Pemerintah secara aktif mendorong terjadinya reformasi dibidang keuangan daerah. Alasan yang mendasari perlunya reformasi keuangan daerah yaitu mendorong pengelolaan keuangan daerah yang berbasis kinerja, dan mendorong terwujudnya akuntabilitas public di bidang keuangan daerah.

Salah satu contohnya adalah terjadinya pelimpahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (Pemerintah) yang semula banyak ditangani oleh Pemerintah pusat pada Pemerintah daerah. Dengan pelimpahan kewenangan tersebut Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan aset Negara, Aset tetap atau barang milik daerah merupakan salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah, Pada umumnya, nilai aset tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun lain pada laporan keuangan.

Keberadaan aset tetap sangat mempengaruhi kelancaran roda Pemerintahan dan pembangunan, Oleh karena itu, sistem pengendalian intern atas manajemen/pengelolaan aset tetap daerah harus handal untuk mencegah penyimpangan yang dapat merugikan keuangan daerah (BPK RI, 2010), Aset tetap/barang milik daerah memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah bukan hal yang mudah sering kali terdapat berbagai persoalan aset daerah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai aset Pemerintah daerah dalam opini BPK-RI atas laporan keuangan Pemerintah daerah, Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset sehingga laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK menemukan adanya kelemahan dalam pengelolaan aset

Sebagaimana diketahui, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016 oleh Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan wajar tanpa pengecualian (beritakota, 2016). LKPD merupakan rapor Pemerintah daerah dalam mempertanggungjawabkan amanat yang dipercaya rakyat, utamanya yang terkait dengan penggunaan anggaran, juga kepada stakeholder lainnya (lembaga donor, dunia usaha, dll). Dengan langkah inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan negara diharapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan administrasi pengelolaan BMD yang ada saat ini. Dengan langkah inventarisasi dan penilaian BMD tersebut, diproyeksikan kedepan akan dapat terwujud database BMD yang akurat, sehingga dapat dipergunakan bagi kepentingan penyusunan rencana kebutuhan dan penganggaran atas belanja barang dan/atau belanja modal pada lembaga negara.

Berdasarkan data di atas, pengelolaan barang milik daerah merupakan suatu yang harus dilaksanakan dengan baik agar dapat memberikan gambaran tentang kekayaan daerah,

(3)

20

adanya kejelasan status kepemilikan, pengamanan barang daerah, peningkatan PAD daerah dengan pemanfaatan aset daerah yang ada, serta dapat digunakan untuk dasar penyusunan laporan keuangan.

Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 (Permendagri no.19 tahun 2016)

Menurut Permendagri No. 17 tahun 2016, Pengelolaan barang milik daerah adalah suatu rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap daerah yang meliputi: Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; Pengadaan; Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;

Penggunaan; Penatausahaan; Pemafaatan; Pengamanan dan pemeliharaan; Penilaian;

Penghapusan; Pemindahtanganan; Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian; Pembiayaan;

dan Tuntutan ganti rugi. Sedangkan barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah atau perolehan lain yang sah.

Pengadaan barang oleh Pemerintah daerah selama ini juga polanya kebanyakan hanya untuk membeli dan bukan untuk mengelola bahkan mengabaikan pemanfaatannya. Aset atau barang yang sudah dibeli tidak lagi menjadi perhatian bahkan tidak pernah dilakukan pengendalian secara memadai misalnya melakukan inventarisasi secara periodik. Contoh- contoh tersebut di atas secara administratif menjadi kelemahan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan aset, Selain kelemahan Pemerintah Daerah yang melakukan pembiaran dengan tidak mengurus administrasi kepemilikan, inventarisasi aset dengan benar, juga rawan pengalihan hak dari aset-aset tersebut kepada orang lain baik individu maupun koorporasi.

Pengelolaan aset yang tidak dilakukan dengan baik menimbulkan kerawanan hilangnya aset daerah, Bahkan terjadi silang sengketa antara Pemerintah Daerah dengan warga atau masyarakat yang mengklaim aset tersebut adalah miliknya (Zulpikar, 2010).

Dengan beberapa fakta yang terjadi maka sangatlah tepat jika Pemerintah mengambil kebijakan dengan menetapkan beberapa regulasi yang salah satu diantaranya adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 (Permendagri no.19 tahun 2016) sehingga diharapkan dapat memperbaiki/ menyempurnakan administrasi pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) yang ada saat ini. Dimana regulasi seperti ini diharapkan juga akan berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah yang nantinya berdampak pula terhadap mata anggaran untuk penambahan aset daerah pada APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang ditentukan dari Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU) dapat dikurangi mengingat barang milik daerah yang lama masih layak untuk dipergunakan oleh masyarakat sebagai efek dari pengelolaan yang baik yang masih merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji besar pengaruh pengelolaan barang milik daerah terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

METODE

Pendekatan penilitian kuantitatif yang merupakan pendekatan yang menekankan pada data- data numerik (angka) sehingga akan diketahui pengaruh antar variabel yang diteliti dan menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran objek yang diteliti. Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara maka pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif.

Populasi menurut Sugiyono (2007) ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai yang bekerja pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah 60 orang.

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) digunakan untuk mengetahui pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, struktur desentralisasi dan komitmen

(4)

21

organisasi terhadap kinerja aparatur pada SKPD Kabupaten Jeneponto. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22.00.

Analisis inferensial dalam penelitian ini yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan 4 dengan persamaan sebagai berikut:

Υ= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis yang akan diuji adalah pengaruh perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengamanan aset daerah. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan bantuan SPSS V.23.00 adalah sebagai berikut :

a. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R untuk mengukur seberapa besar hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Sedangkan nilai R square (R²) atau nilai koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur sejauh mana kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 16 berikut :

Tabel 1. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : Data Primer Diolah SPSS V.23 (2018)

Berdasarkan output tabel di atas diperoleh nilai R sebesar 0,713 atau 71,30%, nilai ini menunjukkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian mempunyai hubungan yang kuat dengan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan nilai koefisien determininasi R² (R square) yang diperoleh adalah 0,508 atau 50,80%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 50,80% pengamanan aset daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, hal ini berarti bahwa 49,20%

pengamanan aset daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari Uji F dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Simultan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

SStd. Error of the Estimate

1 ,713a ,508 ,473 ,18614

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 a. Dependent Variable: Y

ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df

Mean Squar

e F Sig.

1 Regression

1,971 4 ,493

14 ,2 19

,00 0b

Residual 1,906 55 ,035

Total 3,876 59

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1

(5)

22 Sumber : Data Primer Diolah SPSS V.23 (2018)

Sesuai hasil analisis regresi ANOVA (Analysis of Variant) dapat dilihat F-hitung = 14,219 sedangkan F-tabel yaitu 2,540 (df1 = 4; df2 = 55; α = 0,05) atau pada taraf nyata 5%. Tampak bahwa F-hitung > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara simultan berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

c. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardize

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

(Consta

nt) -,671 ,672 -,998 ,323

X1 ,235 ,108 ,237 2,179 ,034

X2 ,424 ,128 ,357 3,321 ,002

X3 ,317 ,110 ,300 2,892 ,005

X4 ,177 ,075 ,225 2,365 ,022

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer Diolah SPSS V.23 (2018)

Berdasarkan hasil uji parsial di atas dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap variabel dependen pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang akan dijelaskan sebagai berikut : a) Hipotesis 1 (H1) perencanaan secara parsial berpengaruh terhadap pengamanan aset

daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan diterima, hal ini diperoleh dari hasil analisis regresi yaitu t-hitung X1=2,179 dan t-tabel = 1,673. Tampak bahwa untuk variabel X1, t-hitung > t-tabel. Dan nilai signifikansi X1 sebesar 0,034 atau berada diantara nilai 0,000

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

b) Hipotesis 2 (H2) pelaksanaan secara parsial berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan diterima, hal ini diperoleh dari hasil analisis regresi yaitu t-hitung X2=2,321, dan t-tabel =1,673 . Tampak bahwa untuk variabel X2, t-hitung > t-tabel. Dan nilai signifikansi X2 sebesar 0,002 atau berada diantara nilai 0,000

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

c) Hipotesis 3 (H3) penatausahaan secara parsial berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan diterima, hal ini diperoleh dari hasil analisis regresi yaitu t-hitung X3=2,892, dan t-tabel =1,673 . Tampak bahwa untuk variabel X3, t-hitung > t-tabel. Dan nilai signifikansi X3 sebesar 0,005 atau berada diantara nilai 0,000

< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa penatausahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

d) Hipotesis 4 (H4) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara parsial berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan diterima, hal ini diperoleh dari hasil analisis regresi yaitu t-hitung X4=2,365, dan t-tabel =1,673. Tampak bahwa untuk variabel X4, t-hitung > t-tabel. Dan nilai signifikansi X4 sebesar 0,022 atau berada diantara nilai 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh model atau persamaan sebagai berikut:

(6)

23

Pengamanan Aset Daerah = -0,671 + 0,235 X1 + 0,424 X2 + 0,317 X3 + 0,177 X4 + e Berdasarkan hasil persamaan tersebut di atas yang diperoleh angka Beta atau standardized coefficient dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta (β0) sebesar -0,671, artinya bahwa jika tidak ada perubahan pada perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian maka pengamanan aset daerah sebesar 0,671.

b. Nilai regresi (β1) variabel perencanaan (X1) sebesar 0,235, artinya bahwa jika terjadi perencanaan, maka pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 0,235.

c. Nilai regresi (β2) variabel pelaksanaan (X2) sebesar 0,424, artinya bahwa jika terjadi peningkatan pelaksanaan, maka pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 0,424.

d. Nilai regresi (β

3) variabel penatausahaan (X3) sebesar 0,317, artinya bahwa jika terjadi penatausahaan, maka pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 0,317.

e. Nilai regresi (β4) variabel pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebesar 0,177, artinya bahwa jika terjadi peningkatanpembinaan, pengawasan dan pengendalian, maka pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 0,177.

Dari persamaan di atas juga dapat kita ketahui bahwa Variabel perencanaan (X1), pelaksanaan (X2), penatausahaan(X3) dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Y) pada tingkat signifikan 5 % ( 0,000 < 0,005 ).

Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil deskriptif sebelumnya, yang perlu kami bahas adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh perencanaan (X1) terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Y) Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa perencanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, ini memberikan arti dengan adanya perencanaan akan meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan jawaban setuju apabila perencanaan dengan indikator penganggaran, kondisi barang milik negara dan kebutuhan barang milik daerah keterlibatan memiliki pengaruh dan kontribusi guna meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2) Pengaruh pelaksanaan (X2) berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Y). Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa pelaksanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, ini memberikan arti bahwa dengan adanya pelaksanaan yang diukur dengan indikator : pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan dan pemindahtanganan dapat meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan jawaban setuju apabila pelaksanaan dapat meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel pelaksanaan merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 3) Pengaruh penatusahaan (X3) terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Y). Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa penatusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, ini memberikan arti apabila pelaksanaan ditingkatkan, maka akan memberikan peningkatan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil analisis deskriptif

(7)

24

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan jawaban setuju penatausahaan yang diukur dengan indikator : inventarisasi, pembukuan dan pelaporan guna meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan penatausahaan BMD akan dapat diketahui secara pasti nilai kekayaandaerah, status kepemilikan, pemanfaatan serta pemeliharaan terhadap BMD yang dikuasai Pemerintah daerah. Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2008) yang menemukan bahwa Pengelolaan Barang Milik Daerah memberikan dampak yang signifikan terhadap Pengamanan Aset Daerah pada Kabupaten Deli Serdang. 4) Pengaruh pembinaan, pengawasan dan pengendalian (X4) terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Y). Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, ini memberikan arti bahwa dengan adanya pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang diukur dengan indikator : Pemberian bimbingan, motivasi, supervisi dan pelatihan, pengawasan dan pengendalian dapat meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan jawaban setuju apabila pembinaan, pengawasan dan pengendalian dapat meningkatkan pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 1 (H1) yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Ini berarti bahwa perencanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 2 (H2) yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Ini berarti bahwa pelaksanaan berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 3 (H3) yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Ini berarti bahwa penatausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 4 (H4) yang diajukan dalam penelitian ini terbukti.

Ini berarti bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini yaitu hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa variabel yang masih perlu ditingkatkan adalah perencanaan dengan memberdayakan secara maksimal indikator- indikator yang membentuk variabel tersebut agar pengamanan aset daerah pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat ditingkatkan. Dan untuk Peneliti selanjutnya agar dapat memperluas variabel independen yang akan di teliti seperti akuntabilitas publik dan ketepatan waktu pelaporan keuangan yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap pengamanan aset daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Awang, Rambu N. 2007. Evaluasi Manajemen Aset Bangunan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2002-2006. Tesis Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan, UGM.

Yogyakarta.

Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, edisi 2, Jakarta.

BPPK Kemenkeu republik Indonesia. 2011. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian barang Miliki Negara, Jakarta.

______________. 2011. Penatausahaan Barang Milik Negara, Jakarta.

______________. 2011. Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara, Jakarta.

______________. 2011. Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, Jakarta.

(8)

25

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. PT Indeks, Jakarta.

Departemen dalam Negeri. 2007. Dasar-dasar Manajemen Aset/Barang Milik Daerah. Modul I Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah (Aset Management-Pysical).

Donaldson. L., & Davis, J. H. 1991. Stewardship theory or agency theory: CEO governance and shareholder returns. Australian Journal of Management, 16: 49-64.

Forum Diskusi Sektor Publik. 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan Telaah Kritis –PP No. 24 Tahun 2005. BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Hendra Karianga. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, PT Alumni, Bandung.

Indiantoro, Nur dan Supomo B, 2002. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudjarad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu Pendekatan, Cetakan Kedelapan, Bumi Aksara, Jakarta.

Mardiasmo. 1999. Otonomi Darah Yag Berorientasi Pada Kepentingan Publik National Seminar Promoting Good Governance.

________. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Edisi II, Penerbit Andi : Yogyakarta.

Mifitri, Dewi. 2009. Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Langkat. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi , Universitas Sumatera Utara, Medan.

Noordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Oktaviana. 2010. Pengelolaan Aset Daerah Berkaitan Opini Disclaimer BPK di Kabupaten Toja Una Una di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Pardiman, Muh. Alin Nuha. 2008. Penataan Pengelolaan Barang Milik Negara. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Januari.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

____________ Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

____________ Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

____________ Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

____________ Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah

___________ Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

___________ Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan barang Milik Daerah.

___________ Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah ___________ Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Sikki, M. Chaeruddin. 1999. Pengaruh Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Barang pada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UI, Jakarta.

Siregar, Mizan Ahmad. 2010. Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Delu Serdang. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sholeh, Chabib dan Heru Rochmansyah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik. Fokusmedia, Bandung.

Sugiyono. 2007. Metode Peneltian Bisnis, Cetakan Kedelapan, Alfabeta. Bandung.

Supranto. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

5 Buah naga Hylocereus polyrhizus Britton &amp; Rose Cactaceae 6 Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merrill &amp; Perry Myrtaceae.. 7 Chery/kersen Muntingia

Bagaimana rancangan sistem perencanaan barang yang dapat memudahkan pembuatan dan penyimpanan laporan di dalam suatu sistem yang sesuai dengan buku pedoman pengelolaan

pengaruh yang signifikan latihan pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola mahasiswa FIK UNM

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Hal ini dibuktikan dengan Fhitung&gt; Ftabel, yaitu 13,538&gt;1,79 dengan tingkat signifikansi 0,000 &lt; 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh

Hasil uji organoleptik rasa nugget pada tabel 4 menunjukkan tingkat kesukaan rasa tertinggi adalah F1 (kombinasi ikan lele dan kacang merah) dengan mean rank 80,96, sedangkan

 Memahami makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana berbentuk report untuk berinteraksi dengan lingkungan

Pengukuran risiko dengan menggunakan standard deviasi hanya dapat melihat penyimpangan dari return saham, tetapi tidak dapat mengukur berapa kira-kira jumlah kerugian yang