BAB V
PROFIL KELEMBAGAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI
PERTANIAN (P3TIP)
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia telah membuat kesepakatan dan komitmen tentang Pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) yang dilaksanakan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Di Kabupaten Serang, penyelenggaraan pelaksanaan P3TIP tersebut menjadi tanggung jawab Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP).
Sehubungan dengan itu, dalam bab ini dikemukakan penjelasan singkat tentang latar belakang, tujuan dan lingkup P3TIP di Kabupaten Serang serta pelaksanaannya yang meliputi organisasi BPKP dan profil sumberdaya manusianya, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ciruas dan UP-FMA Harum Mekar. Dalam penjelasan pelaksanaan P3TIP tersebut juga mencakup deskripsi berkenaan keluaran yang dicapai pada tingkat BPKP dan BPP dan UP- FMA.
5.1. Latar Belakang, Tujuan dan Lingkup P3TIP di Kabupaten Serang
Introduksi P3TIP di Kabupaten Serang dilatarbelakangi oleh beragam
permasalahan yang ada di kabupaten ini, diantaranya adalah: lemahnya kelompok
tani, tidak memadainya kondisi bangunan Badan Penyuluhan Pertanian,
rendahnya kemampuan petani dalam menerapkan teknologi dan manajemen
usahatani yang lebih efisien, serta kebutuhan untuk mengembangkan kemitraan
agribisnis secara berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, tujuan dari P3TIP di
Kabupaten Serang adalah untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan
kesejahteraan keluarga tani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi
petani untuk mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi dalam
upaya mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan
sektor swasta.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, terdapat sejumlah aspek dalam ruang lingkup P3TIP di kabupaten ini, yakni:
1. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Serang, khususnya Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP).
2. Pengembangan kelembagaan petani di desa sebagai mitra kerja sejajar penyuluh pertanian, khususnya kelompok tani-nelayan, wanita tani, dan taruna tani.
3. Penguatan ketenagaan penyuluhan, baik penyuluh terampil maupun penyuluh ahli agar dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian sesuai dengan uraian tugas jabatan (job description) masing-masing.
4. Perbaikan sistem dan metode penyuluhan di Kabupaten Serang, antara lain:
sistem LAKU (latihan dan kunjungan) dengan sistem kerja layanan konsultasi dan metode pendekatan partisipatif yang sesuai dengan kondisi wilayah.
5. Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan yang berbasis pada prinsip otonomi dan dekonsentralisasi, kemitrasejajaran, demokrasi, keterbukaan, keswadayaan, akuntabilitas, integrasi dan keberpihakan.
6. Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani, yang dilaksanakan melalui riset aksi di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan di desa guna memperoleh hasil yang dapat merekomendasikannya sebagai materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh swadaya.
5.2. Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP)
Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) merupakan lembaga
pemerintah yang dibentuk pada tanggal 19 Juni 2006 sesuai SK Bupati Kabupaten
Serang No 40 Tahun 2008. Kelembagaan BPKP ini belum menyesuaikan dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (Sistem P3K), khususnya Bab V Pasal 8 ayat (2) yang
mengamanatkan perlunya kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota
berbentuk badan pelaksana penyuluhan (Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian
Perikanan dan Kehutanan atau BP4K). Sebagaimana diketahui, sebelum adanya
undang-undang tersebut, kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan bagian
Kepala BPKP
BDKP
SBKKP SBDP
BKP
SBPKP SBAKPP
BPPIT
SBPT SBPPI
BPKSDM
SBPSDM SBPK
Sekretariat
SBPE
SBU SBKdari Dinas Pertanian Kabupaten Serang. Struktur organisasi BPKP selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPKP) Kabupaten Serang
Sumber: Laporan Akhir P3TIP BPKP Kabupaten Serang
Kepala BPKP berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengkoordinir sasaran kegiatan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, melakukan pembinaan dan melaporkan kegiatan BPKP agar terlaksana dengan baik, efektif dan efisien, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kepala BPKP membawahi lima bidang, yakni Sektretariat, Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (BPKSDM), Bidang Pengembangan Pelayanan Informasi dan Teknologi (BPPIT), Bidang Ketersediaan Pangan (BKP), serta Bidang Distribusi dan Konsumsi Pangan (BDKP). Kecuali sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris, empat bidang selainnya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang. Kesekretariatan membawahi tiga sub-bidang, sementara keempat bidang lainnya masing-masing membawahi dua sub-bidang, di mana setiap sub-bidang juga dipimpin seorang kepala.
Sekretaris menjalankan tugas pokok yang mencakup: (a) memimpin dan
mengoordinir penyusunan rencana program dan pengendalian kegiatan
sekretariat, (b) penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pembinaan
kepegawaian, dan (c) pengaturan pengelolaan ketatausahaan, rumahtangga dan
perlengkapan badan. Kesekretariatan membawahi Sub Bagian Program dan Evaluasi (SBPE), Sub Bagian Umum (SBU), dan Sub Bagian Keuangan (SBK).
Kepala SBPE bertugas melaksanakan penyusunan rencana kegiatan SBPE, menyusun rencana strategis badan, melaksanakan penghimpunan rencana kerja sekretariat dan bidang, melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data laporan hasil kegiatan, menyusun laporan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan SBPE;
sementara Kepala SBU bertugas dalam melaksanakan pengelolaan kerumahtanggaan BPKP, menyusun rencana kebutuhan peralatan, perlengkapan, jasa, distribusi barang, pemeliharaan dan pemanfaatan barang, melaksanakan pengelolaan administrasi umum, tata usaha, administrasi kepegawaian badan serta melaksanakan evaluasi dan pelaporan SBU. Adapun tugas Kepala SBK adalah menyusun rencana kegiatan SBK, melaksanakan pengelolaan administrasi gaji pegawai BPKP, menyusun anggaran belanja langsung dan tidak langsung, menyusun alur kas keuangan badan, melaksanakan administrasi keuangan, menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan dan melaksanakan evaluasi dan pelaporan keuangan badan.
Kepala BPKSDM mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam perencanaan penyusunan program dan pengendalian kegiatan pada BPKSDM, mengkoordinir, menyelenggarakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BPKSDM, serta membagi tugas dan mengatur serta memberi petunjuk kegiatan BPKSDM.
Terdapat dua sub-bidang yang dibawahi Kepala BPKSDM, yakni Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan (SBPK) dan Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SBPSDM). Kepala SBPK, tugas pokoknya meliputi merencanakan dan mengevaluasi kegiatan sub bidang, memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing, memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan serta membuat laporan Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan.
Adapun Kepala SBPSDM mempunyai tugas pokok merencanakan dan mengevaluasi kegiatan SBPSDM, memberi petunjuk dan membagi tugas serta membuat laporan SBPSDM.
Bidang Pengembangan Pelayanan Informasi dan Teknologi (BPPIT)
berfungsi sebagai bidang yang membawahi pengembangan dan pelayanan
informasi teknologi. Terdapat dua sub-bidang yang dibawahi oleh Kepala BPPIT,
yaitu: Sub Bidang Pengembangan Pelayanan dan Informasi (SBPPI) dan Sub Bidang Pengembangan Teknologi (SBPT). Kepala SBPPI bertugas merencanakan dan mengevaluasi kegiatan SBPPI serta memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa hasil kerja bawahan dan membuat laporan SBPPI.
Sementara tugas pokok Kepala SBPT adalah sebagai pelaksana penyusunan rencana kegiatan, pelaksana kegiatan, pelaksana penganalisaan data, pelaksana pembinaan dan pengawasan, pelaksana evaluasi dan pelaporan SBPT.
Kepala Bidang Ketersediaan Pangan (BKP) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan program, kegiatan, pengendalian, penyelenggarakan perumusan kebijakan teknis BKP. Terdapat dua sub-bidang yang dibawahi oleh Kepala BKP, yaitu: Sub Bidang Analisis Kebutuhan dan Pengadaan Pangan (SBAKPP) dan Sub Bidang Penanganan Kerawanan Pangan (SBPKP). Kepala SBAKPP bertugas merencanakan dan mengevaluasi kegiatan SBAKPP serta memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa hasil kerja bawahan dan membuat laporan SBAKPP; sementara tugas pokok Kepala SBPKP adalah sebagai pelaksana penyusunan rencana kegiatan, pelaksana kegiatan, pelaksana penganalisaan data, pelaksana pembinaan dan pengawasan, pelaksana evaluasi dan pelaporan SBPKP.
Pada bidang yang kelima, Kepala BDKP bertugas memimpin, merencanakan, mengkoordinir, menyelenggarakan dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan bidang BDKP yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Sub Bidang Distribusi Pangan (SBDP) dan Sub Bidang Kualitas Konsumsi Pangan (SBKKP). Kepala SBDP mempunyai tugas pokok merencanakan dan mengevaluasi kegiatan SBDP serta memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa hasil kerja bawahan dan membuat laporan SBDP;
sementara tugas pokok Kepala SBKKP adalah sebagai pelaksana penyusunan rencana kegiatan, pelaksana kegiatan, pelaksana penganalisaan data, pelaksana pembinaan dan pengawasan, pelaksana evaluasi dan pelaporan SBKKP.
Program P3TIP menjadi tanggung-jawab Bidang Pengembangan
Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (BPKSDM). Namun demikian, dalam
pelaksanaannya dibentuk organisasi tersendiri sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 3.
BUPATI
PENANGGUNG JAWAB HARIAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIDANG TEKNIS
BIDANG PENGADAAN BARANG/JAS
A
BIDANG KEUANGAN
MONITORIN G EVALUASI
BENDAHAR A KONSULTAN
TIM PENILAI FMA PENILAI FMA
Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Pelaksana P3TIP di Kabupaten Serang Sumber: Laporan Akhir P3TIP BPKP Kabupaten Serang, Tahun 2008
Penanggung Jawab Harian adalah Kepala Dinas Pertanian dan Kepala BPKP yang secara administratif berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) atau Pemimpin Bagian Proyek Daerah bertugas memimpin penyelenggaraan kegiatan bagian proyek baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun pembinaan terhadap pencapaian tujuan proyek. Dalam melaksanakan tugasnya, P2K bertanggung jawab baik berkenaan aspek fisik maupun keuangan atas pelaksanaan proyek dan penyampaian laporan kegiatan, serta penyelesaian proyek tepat waktu kepada kepala BPKP. Untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas P2K, terdapat lima bidang pendukung, yakni bidang teknis, bidang pengadaan barang dan jasa (procurement), bidang keuangan atau financial officer (FO), pengawasan (monitoring) dan evaluasi, serta bendahara. Kecuali bidang teknis, keempat bidang lainnya dipimpin oleh seorang kepala.
Bidang teknis menjadi tanggung jawab Sekretaris Bagian P3TIP yang bertugas membantu dan mengelola administrasi atau ketatausahaan proyek, personalia, perlengkapan, kerumahtanggaan, perjalanan dinas, melakukan hubungan dan kerja sama dengan pelaksana bagian proyek lainnya serta instansi yang berkaitan dengan kegiatan bagian P3TIP.
Kepala bidang pengadaan barang dan jasa (procurement) bertanggungjawab
melaksanakan tugas pengadaan barang dan jasa yang diperlukan oleh bagian
proyek dengan sejumlah uraian tugas diantaranya: 1) merencanakan dan
melaksanakan kegiatan lelang pengadaan barang dan jasa, 2) menyusun petunjuk pelaksanaan tentang prosedur dan administrasi pengadaan barang dan jasa yang akan dilaksanakan, serta 3) memantau dan mengevaluasi pengadaan barang dan jasa. Kepala bidang keuangan bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan dan pelaporan kegiatan proyek dengan melakukan pengawasan, pembinaan, serta evaluasi pelaksanaan keuangan bagian proyek. Selain itu, juga bertugas melakukan pengecekan keabsahan semua dokumen transaksi, melakukan koordinasi dengan bendahara dalam aplikasi penarikan dana, serta menyiapkan dan menyusun laporan keuangan untuk disampaikan ke Bank Dunia dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kepala bidang Monitoring dan Evaluasi membantu P2K dalam pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, pemantauan evaluasi kegiatan P3TIP serta penyusunan bahan laporan bulanan, triwulan, tahunan kegiatan P3TIP. Adapun bendahara, bertanggung jawab mengelola keuangan proyek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya bertugas menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan, membuat dan menyampaikan Laporan Keadaan Kas (LKK).
Guna pelaksanaan P3TIP berlangsung secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan, dibentuk Tim Pengawas pelaksanaan proyek yang
terdiri dari Konsultan, Tim Penilai FMA dan Penilai FMA yang berfungsi
membantu Penanggung Jawab Harian dalam menetapkan tindakan-tindakan
kuratif dan sanksi untuk kasus penggelapan dan korupsi yang dilaporkan, jika
telah ditemukan bukti-buktinya. Konsultan, Tim Penilai dan Penilai FMA ini
terdiri dari staf senior yang memiliki keahlian teknis di bidang pertanian dan/atau
keuangan yang berasal dari lembaga penyuluhan, pemerintah daerah tingkat
provinsi, perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang memiliki keahlian sesuai
dengan kebutuhan. Mereka ditugaskan oleh Kepala Lembaga Penyuluhan Provinsi
untuk membantu Sekretariat Komisi Penyuluhan Provinsi. Tim ini bertugas untuk
menilai kelayakan proposal FMA yang diajukan oleh organisasi petani tingkat
kabupaten berdasarkan kriteria yang telah disepakati oleh Komisi Penyuluhan
Provinsi, serta menyampaikan rekomendasi hasil penilaian tersebut kepada
Komisi Penyuluhan Provinsi untuk memperoleh persetujuan.
Profil penyuluh pertanian di BPKP Kabupaten Serang menurut jenjang pendidikan formal dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Penyuluh Pertanian di BPKP Kabupaten Serang menurut Jenjang Pendididkan Formal dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam jumlah dan persen)
Sumber: Laporan Akhir P3TIP Tahun 2008
Pada Tabel 11 dapat dilihat adanya 74 orang penyuluh yang bertugas di 34 BPP yang ada di Kabupaten Serang. Dengan demikian, penyuluh tersebut terdistribusi tidak merata di setiap BPP, bahkan di BPP Kecamatan Kragilan tidak dijumpai adanya penyuluh. Apabila dibandingkan dengan jumlah kelompok tani yang ada di Kabupaten Serang (sekitar 1554 kelompok tani), tenaga penyuluh tersebut sangat tidak memadai, karena dengan demikian rasionya adalah 1: 21.
Hal ini berarti tidak sesuai dengan Peraturan Sistem Laku (Latihan dan Kunjungan)
2yang menyatakan bahwa setiap penyuluh membina 8-16 kelompok tani. Jika dilihat menurut perspektif gender, jumlah penyuluh laki-laki dan perempuan sangat tidak seimbang, karena dari total penyuluh yang ada di BPKP Kabupaten Serang, hanya empat persen penyuluh perempuan. Hal ini dimungkinkan karena sistem sosial masyarakat Banten tergolong patriarkhi.
Namun demikian, yang menarik adalah bahwa ternyata sebagian besar penyuluh itu berpendidikan Sarjana; sebagian besar lulusan sejumlah universitas daerah, terutama URINDO dan Universitas Terbuka.
2