• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR EKSEKUTIF result oriented governement sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IKHTISAR EKSEKUTIF result oriented governement sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement), perlu adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan telah selesainya pelaksanaan tahun anggaran 2016, sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, semua instansi pemerintah, wajib menyusun LKjIP. Selain itu, informasi dalam dokumen LKjIP merupakan bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kabupaten Boyolali, yang salah satunya pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali disebutkan bahwa Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah di bidang ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Visi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah

“Sebagai Lembaga yang profesional dalam memantapkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya pangan dan budaya lokal serta mampu mendorong untuk mewujudkan pelaku utama dan pelaku usaha yang maju, terampil, mandiri dan berdaya saing”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali melaksanakan 35 (tiga puluh lima) kegiatan. Seluruh kegiatan tersebut direncanakan sebagai bagian dari Rencana Kinerja Tahun 2016 untuk mencapai 4 (empat) sasaran dengan realisasi anggaran anggaran sebesar Rp.5.452.277.898 (lima milyar empat ratus lima puluh dua juta dua ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus sembilan puluh

(2)

2

delapan rupiah) atau dengan kata lain seluruh kegiatan diharapkan mempunyai kaitan sebab akibat dengan sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) atas realisasi pelaksanaan Rencana Kinerja Tahun 2016, menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja dari 4 (empat) sasaran yang telah ditetapkan adalah 99,87 %. Keempat sasaran tersebut dikategorikan nilai baik. Berikut ini capaian kinerja masing-masing indikator:

Sasaran yang dicapai pada Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

No. Sasaran

Nilai Capaian Kinerja (%) 1. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan

terjangkau

99,5 2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan 100 3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan

teknologi pangan dan pemanfaatannya.

100 4. Meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan

kelembagaan kelompok tani

100

(3)

3 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement). Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP). Instansi yang wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) adalah Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan unit kerja mandiri yang mengelola anggaran tersendiri dan/ atau unit yang ditentukan oleh pimpinan instansi masing- masing.

Sesuai dengan siklusnya, setelah selesai pelaksanaan tahun anggaran 2016, pemerintah daerah menyusun LKjIP 2016 yang merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. LKjIP berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan. Dokumen LKjIP bukan dokumen yang berdiri sendiri, namun terkait dengan dokumen lain yaitu Indikator Kinerja Utama (IKU), RPJMD/Renstra SKPD, RKPD/Renja SKPD, Perjanjian Kinerja (PK), dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

Tujuan penyusunan LKjIP adalah menyajikan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan) dalam mencapai sasaran strategis instansi sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja diawal tahun anggaran. Dokumen LKjIP ini dapat digunakan sebagai :

1. sumber informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dengan pembanding hasil pengukuran kinerja dan penetapan kinerja;

2. bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan;

3. bahan evaluasi untuk penyusunan rencana kegiatan dan kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan pada tahun berikutnya.

(4)

4

Peraturan perundang-undangan yang diacu dalam penyusunan dokumen LKjIP Sekretariat Daerah antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

3. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP);

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 14 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016-2021;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 15 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2016;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2013 tentang Ketahanan Pangan;

8. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2016.

B. Gambaran Organisasi

Gambaran umum Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari aspek kelembagaan, tugas pokok dan fungsi serta aspek strategis organisasi.

1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kabupaten Boyolali, yang salah satunya pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali disebutkan bahwa Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan

(5)

5

pemerintah di bidang ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketahanan dan keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan dan keamanan pangan serta pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

d. Pengkoordinasian dan fasilitasi pelaksanaan tugas penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Struktur Organisasi

Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali dibentuk berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan terdiri dari:

1. Kepala;

2. Sekretariat;

3. Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

4. Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan;

5. Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;

6. Kelompok Jabatan Fungsional;

7. UPTB.

Sekretariat terdiri dari:

1. Subagian Umum dan Kepegawaian;

2. Subagian Keuangan; dan

3. Subagian Perencanaan dan Pelaporan.

Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan terdiri dari : 1. Subidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

2. Subidang Distribusi dan Cadangan Pangan;

(6)

6

Bidang Penganekaragaman, Konsumsi dan Keamanan Pangan terdiri dari;

1. Subidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan;

2. Subidang Keamanan dan Mutu Pangan;

Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia terdiri dari;

1. Subidang Penyuluhan;

2. Subidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 dan PP 65 tahun 2005 terkait penyelenggaraan pemerintah daerah dan pelayanan minimal yang harus diberikan sesuai dengan kewenangannya di bidang ketahanan pangan.

3. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi

Aspek-aspek strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan diperoleh dengan mengakomodasi isu organisasi, permasalahan dan atau arah kebijakan dan program RPJMD Kabupaten 2016-2021, dan isu utama kementerian terkait dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, yaitu :

1. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian 2. Penanganan kerawanan pangan

3. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan 4. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat 5. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan

6. Pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, memberi peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi.

7. Mengembangkan sumber daya manusia yang maju, dan sejahtera sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan.

8. Masih rendahnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan pelaku utama pelaku usaha.

9. Masih kurangnya kompetensi SDM penyuluh dan pelaku utama pelaku usaha sesuai bidang keahliannya

10. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan yang efektif, efisien dan akuntabel.

11. Masih rendahnya sarana prasarana dan kompetensi SDM.

(7)

7

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pengembangan cadangan pangan dan distribusi pangan di masyarakat.

2. Belum optimalnya pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan.

3. Belum optimalnya pembinaan pengawasan keamanan dan mutu pangan.

4. Belum adanya tenaga fungsional di bidang ketahanan pangan yang diperlukan.

5. Jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) baik PNS maupun non PNS semakin berkurang, sementara sampai dengan tahun ini tidak ada lagi penambahan tenaga penyuluh.

6. Belum optimalnya penyediaan sarana prasarana kegiatan penyuluhan yang representatif, termasuk kurangnya fasilitasi pelatihan.

7. Belum optimalnya pengembangan kelembagaan kelompok tani

(8)

8 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali telah menyusun Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu lima tahun mendatang, yaitu periode 2016 – 2021 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan tantangan yang ada dan atau timbul. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi pencapaian sasaran yang akan dicapai.

Visi dan misi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

a. Visi

Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 tahun yang akan datang. Visi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah “Sebagai Lembaga yang profesional dalam memantapkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya pangan dan budaya lokal serta mampu mendorong untuk mewujudkan pelaku utama dan pelaku usaha yang maju, terampil, mandiri dan berdaya saing”.

b. Misi

Misi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi di masa mendatang oleh semua pihak yang berkepentingan dalam organisasi untuk mewujudkan visi.

Misi organisasi merupakan tugas utama yang harus dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya. Pernyataan misi secara eksplisit menyatakan apa yang harus dicapai oleh suatu organisasi pemerintah dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam pencapaian hal tersebut. Pernyataan misi menjelaskan mengapa organisasi perlu eksis dan bermakna di masa yang akan datang. Pernyataan misi yang jelas akan memberikan stabilitas manajemen dan kepemimpinan organisasi. Kriteria suatu rumusan misi antara lain;

(9)

9

1. Menunjukkan dengan jelas upaya-upaya yang akan dilakukan oleh SKPD dalam rangka mewujudkan visi SKPD.

2. Memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis eksternal dan internal daerah.

3. Menggunakan bahasa yang ringkas, sederhana dan mudah dipahami.

Berdasarkan pengertian dan makna misi bagi organisasi tersebut, misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam ketersediaan cadangan dan distribusi pangan;

2. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan teknis dalam meningkatkan kewaspadaan dan penganekaragaman konsumsi pangan;

3. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam pengembangan agribisnis pangan;

4. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan dalam pengembangan teknologi pangan dan permodalan;

5. Menyelenggarakan fasilitasi dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi ketahanan pangan;

6. Meningkatkan kualitas SDM kelembagaan pangan dalam memantapkan ketahanan pangan;

7. Menyelenggarakan fasilitasi dan pembinaan kualitas pengkajian, pengembangan, pemantauan dan perumusan kebijakan yang menyangkut aspek ketersediaan pangan dan cadangan pangan, distribusi dan harga pangan strategis, kewaspadaan pangan dan gizi serta upaya penganekaragaman konsumsi pangan;

8. Menciptakan hubungan dan koordinasi yang harmonis dengan lembaga terkait, baik di dalam dan di luar Dewan Ketahanan Pangan dalam perencanaan, implementasi pemantauan dan evaluasi kebijakan ketahanan pangan;

9. Mengembangkan sistem penyuluhan yang komprehensif dan terpadu;

10. Mengembangkan sistem pelatihan yang berbasis kompetensi kerja.

Perencanaan strategis merupakan perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali mempunyai sasaran strategis:

1. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau;

2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan;

(10)

10

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatanya;

4. Meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani.

Sasaran–sasaran strategis tersebut terdiri dari indikator kinerja dengan target kinerja setiap. Seluruh indikator kinerja dalam dalam dokumen Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan lndikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator, yaitu ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Indikator dalam dokumen IKU berlaku 5 tahunan menyesuaikan dokumen renstra SKPD dan RPJMD dan digunakan sebagai acuan SKPD.

Semua sasaran strategis dengan indikator capaiannya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakterisrik program. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program. Rencana Kinerja Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali, disusun mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten.

B. Perjanjian Kinerja

Sesuai ketentuan, Perjanjian Kinerja 2016 adalah Penetapan Kinerja (Tapkin) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan 2016 yang disusun berdasar pada Rencana Strategis dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2016. Perjanjian Kinerja meliputi 4 (empat) sasaran strategis sebagai berikut :

1. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, mempunyai 4 (empat) indikator;

2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan, mempunyai 3 (tiga) indikator;

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya, mempunyai 3 (tiga) indikator;

4. Meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani, mempunyai 3 (tiga) indikator;

(11)

11

Berikut Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali Tahun 2016:

(12)

12

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Target Sebelum perubahan

Setelah Perubahan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau

1. Skor Pola Pangan Harapan 2. Jumlah Desa Mandiri Pangan 3. Jumlah pemantauan dan

pengawasan keamanan pangan

4. Jumlah Rakor Dewan Ketahanan Pangan 5. Ketersediaan energi dan

protein per kapita

6. Menurunnya persentase desa rawan pangan

88 2 Desa 3 kali

3 kali

145%

26,2%

88 2 Desa 3 kali

2 kali

-

-

2 Meningkatnya efisiensi dan efektifitas

distribusi pangan

1. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

2. Jumlah penumbuhan dan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD)

3. Jumlah ricemill dan gudang lumbung untuk kelompok LPMD

12 bulan

45 LPMD

1 paket

12 bulan

17,6%

4 unit

3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan

pemanfaatannya

1. Jumlah Kawasan Rumah Pangan Lestari

2. Jumlah percontohan budidaya pertanian

3. Pelatihan dan apresiasi pengolahan hasil pertanian

5 desa

20 demplot

3 kali

5 desa

20 demplot

3 kali

4 Meningkatnya kualitas kelembagaan

penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani

1. Jumlah peningkatan kelas kelembagaan BP3K kecamatan.

2. Jumlah peningkatan kelas kelembagaan kelompok tani.

3. Jumlah programa penyuluhan

4 BP3K

100 kel.

20 prog.

3 BP3K

100 kel.

20 prog.

(13)

13

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan mendapat alokasi anggaran perubahan, yang digunakan untuk meningkatkan capaian kinerja, antara lain:

1. Penambahan sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan di kecamatan.

2. Pembayaran tambahan honor THL-TB Penyuluh Pertanian selama 2 (dua) bulan.

3. Penyelenggaraan Hari Pangan Sedunia XXXVI Tingkat Nasional Tahun 2016.

4. Pengembangan aplikasi e-pangan dalam mendukung program smart city.

(14)

14

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan merupakan perwujudan kewajiban BKP-PP untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kinerja BKP-PP Tahun 2016 tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

A. Capaian Kinerja Organisasi

Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output) dan atau hasil (outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Indikator keluaran (output) dan atau hasil (outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja. Sesuai ketentuan, Indikator Kinerja SKPD minimal meliputi keluaran (output), sehingga pengukuran kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dapat berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) sesuai dokumen Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Tahun 2016.

a. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan.

b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja pada dokumen Penetapan Kinerja.

Pada tahun anggaran (APBD Kabupaten) 2016, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan telah melaksanakan berbagai kegiatan strategis untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebanyak 4 sasaran strategis.

Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus :

1. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tinginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus :

(15)

15

2. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus :

Simpulan hasil pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut :

a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik (A) b. 76% sampai 100% = Baik (B)

c. 56% sampai 75 % = Cukup (C) d. Kurang dari 55 % = Kurang (K)

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolali sesuai dengan pengukuran kinerja Tahun 2016 disajikan dengan membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir. Sedangkan evaluasi capaian dan akuntabilitas kinerja meliputi analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan, analisis efisiensi penggunaan sumber daya, dan analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan diuraikan guna memberikan gambaran efektifitas dan efesiensi pencapaian target kinerja.

A. Sasaran 1: Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan trjangkau Tabel 3.1. Sasaran Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau

N o

Indikator kinerja (Outcome)

Satuan

Realisasi Target

tahun 2016

Realisasi Tahun

2016

Capaian 2011 2012 2013 2014 2015 (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

skor 77,1 86,3 88,3 89,4 87,1 88 86,5 98,29

2 Jumlah Desa Mandiri Pangan

desa - - - - - 2 2 100

3 Jumlah Rakor Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali

kali 2 2 2 3 3 2 2 100

4 Jumlah pemantauan dan pengawasan keamanan pangan

kali - - - 2 3 3 3 100

Nilai Capaian Rata-Rata 99,5

(16)

16

Capaian kinerja meliputi 4 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 99,5% (kategori baik). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 1 sebagai berikut:

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Kegagalan capaian kinerja Indikator Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun 2016, disebabkan karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

perekonomian wilayah, daya beli dan akses pangan masyarakat. Kendala dan hambatannya antara lain:

- Adanya tradisi di suatu tempat yang berpengaruh pada pilihan jenis pangan yang dikonsumsi

- Keterbasan SDM untuk survey dan olah data.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Meningkatkan kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman (B2SA) serta peningkatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan

- Fasilitasi diklat dan pelatihan bagi petugas survey dan olah data.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan semua bidang di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, terutama Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media (surat edaran, baliho, pameran, dll)

- Membentuk tim survey dan analisis Pola Pangan Harapan, serta pelatihan yang memadai.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.122.890,- (0,81%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 88 terealisasi sebesar 86,5 atau capaian kinerja sebesar 98,29%. Skor PPH ini menunjukkan tingkat keberagaman konsumsi pangan dan gizi masyarakat berdasarkan hasil survey. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk peningkatan capaian kinerja, kedepan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mengarah kepada

(17)

17

peningkatan konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman serta melalui optimalisasi lahan pekarangan.

2. Jumlah Desa Mandiri Pangan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target kinerja Desa Mandiri Pangan dikarenakan telah dilaksanakannya replikasi Desa Mandiri Pangan di 2 desa, yaitu Desa Lanjaran, Musuk dan Desa Senden, Selo. Kegiatan pengembangan Desa Mandiri Pangan dapat berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa kendala yang dialami antara lain:

- Beberapa usaha budidaya tanaman dan ternak belum optimal.

- Belum optimalnya swadaya masyarakat dalam mendukung pelaksanaan kegiatan.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Mengintensifkan pendampingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kegiatan (terutama budidaya tanaman dan ternak)

- Menginventarisasi potensi komoditas unggulan di masing-masing desa untuk dikembangkan secara khusus.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan bidang ketersediaan dan distribusi pangan di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, serta perangkat desa dan tokoh masyarakat. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan dalam mengawal pelaksanaan kegiatan.

- Membentuk tim pendamping desa dan tim di tingkat kabupaten.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.6.299.437,- (2,62%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebanyak 2 desa terealisasi sebanyak 2 desa atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk peningkatan capaian kinerja, pengembangan desa diarahkan pada komoditas unggulan masing-masing desa, sehingga sasarannya lebih terfokus pada komoditas unggulan.

(18)

18

3. Jumlah rakor Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target kinerja Rakor Dewan Ketahanan Pangan dikarenakan telah dilaksanakannya rakor Dewan Ketahanan Pangan sebanyak 2 kali. Selain itu juga didukung dengan kesuksesan penyelenggaraan Peringatan Hari Pangan Sedunia XXXVI Tingkat Nasional di Kabupaten Boyolali. Dalam pencapaian target tidak ada kendala/ hambatan yang berarti, tetapi kedepan pelaksanaan Rakor Dewan Ketahanan Pangan bisa menghasilkan rumusan/ rekomendasi yan terkait dengan peningkatan ketahanan pangan.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Sekretariat selaku pengelola kegiatan serta melibatkan SKPD-SKPD dan lembaga yang terkait dengan ketahanan pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menyusun SK anggota Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali.

- Menyelenggarakan rakor untuk mengkoordinasikan program dan kegiatan yang mendukung ketahanan pangan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.17.545.300,- (8,20%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 2 kali rakor dapat terealisasi senbanyak 2 kali, ditambah penyelenggaraan Hari Pangan Sedunia, atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Kedepan dalam penyelenggaraan rakor, waktu pelaksanaan dan materinya harus lebih terfokus.

4. Jumlah pemantauan dan pengawasan keamanan pangan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian target kinerja pemantauan dan pengawasan keamanan pangan dikarenakan telah dilaksanakannya pemantauan dan pengawasan keamananan pangan sebanyak 3 kali. Dalam pencapaian target ada kendala/ hambatan yang dialami antara lain:

- Kurangnya kepedulian produsen, pedagang, dan masyarakat akan pangan yang aman, sehat, dan berkualitas.

(19)

19

- Belum adanya peraturan/ payung hukum yang memadai di bidang keamanan pangan.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Meningkatkan kampanye, sosialisasi, edukasi, dan pengawasan keamanan pangan kepada masyarakat dan pelaku-pelaku usaha.

- Menyiapkan kajian peraturan (perda atau perbub) tentang keamanan pangan.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di bidang penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan selaku pengelola kegiatan serta melibatkan SKPD-SKPD dan lembaga yang terkait antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, dan Satpol PP. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Membentuk Tim Pemantauan dan Pengawasan Keamanan Pangan.

- Melaksanakan koordinasi serta pemantauan dan pengawasan secara berkelanjutan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.10.502.600,- (7,25%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 3 kali pemantauan dapat terealisasi sebanyak 3 kali, atau capaian kinerja sebesar 100%. Pemantauan dan pengawasan dilaksanakan pada saat menjelang hari raya dan tahun baru di beberapa pasar dan supermarket, untuk meminimalisir peredaran produk makanan yang tidak sehat dan tidak aman. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Kedepan untuk meningkatkan efektifitas keinerja, temuan dan hasil dari pemantauan dan pengawasan ditindaklanjuti secara lebih tegas, untuk bisa memberikan efek jera.

(20)

20

B. Sasaran 2. meningkatnya efisiensi dan efektifitas ditribusi pangan Tabel 3.2. Sasaran meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan

N o

Indikator kinerja (Outcome)

Satuan

Realisasi Target

tahun 2016

Realisasi Tahun

2016

Capaian 2011 2012 2013 2014 2015 (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

bulan 12 12 12 12 12 12 12 100

2 Jumlah penumbuhan dan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD)

% - - - - - 17,6 17,6 100

3 Jumlah rice mill dan gudang lumbung untuk kelompok LPMD

unit 4 1 4 3 2 4 4 100

Nilai Capaian Rata-Rata 100

Capain kinerja meliputi 3 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik), terdiri dari 3 indikator dengan kategori baik. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 2 sebagai berikut:

1. Ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan di daerah a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini pada tahun 2016, dikarenakan tersedianya informasi tentang pasokan dan akses pangan masyarakat di 19 kecamatan serta informasi harga pangan di sejumlah pasar. Informasi harga pangan sudah bisa diakses secara online, sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Dalam pencapaian target kinerja ada beberapa kendala dan hambatan, antara lain;

- keterlambatan dan kekuranglengkapan data yang dapat dikumpulkan - Informasi yang ada belum dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah:

- Meningkatkan koordinasi dan evaluasi secara rutin untuk memperoleh informasi dan data dukung yang lebih lengkap.

- Mengenalkan dan mensosialisasikan website tentang informasi pasokan, akses, dan harga pangan kepada masyarakat.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumberdaya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Sekretariat, petugas pasar, dan petugas di 19 kecamatan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

(21)

21

- Membentuk tim pengumpul data dan penyusun laporan dan petugas entry data secara online.

- Meningkatkan dan mengembangkan aplikasi yan menyajikan informasi harga pangan dan informasi lain tentang ketahanan pangan.

- Mengoptimalkan SDM dan anggaran yang ada untuk mencapai target kinerja melalui rapat koordinasi persiapan dan evaluasi kegiatan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.7.790.333,- (7,13%).

c. Analisis program dan kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target sebesar 12 bulan terealisasi sebesar 12 bulan atau capaian kinerja sebesar 100%. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi secara kualitatif data yang terkumpul belum lengkap, serta beberapa data belum diupdate secara kontinyu. Kedepan diperlukan perbaikan dan pengembanan aplikasi e-pangan dan mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan secara lebih luas.

2. Jumlah penumbuhan dan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD)

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dikarenakan adanya penumbuhan dan pengembangan kelembagaan LPMD di desa-desa.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja antara lain:

- Beberapa kelompok LPMD pengembangannya masih bergantung pada bantuan pemerintah.

- Belum semua LPMD memiliki gudang penyimpanan yang memadai.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah:

- Mengoptimalkan pengembangan LDPM dan LPMD secara swadaya untuk meningkatkan cadangan pangan di tempat masing-masing.

- Memfasilitasi pembangunan gudang lumbung baik melalui DAK, APBD, maupun swadaya.

(22)

22

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Mengoptimalkan sumberdaya di bidang dalam melaksanakan kegiatan penumbuhan dan pengembangan LPMD.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.552.000,- (1,29%)

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebesar 17,6%, teralisasi sebesar 17,6% (capaian kinerja 100%). Artinya persentase desa yan memiliki LPMD sudah tercapai 17,6% (sebanyak 47 LPMD). Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Kedepan diperlukan pengembangan kelembagaan dan cadangan pangan di LPMD sehingga bisa mendukung cadangan pangan daerah.

3. Jumlah ricemill dan gudang lumbung untuk kelompok LPMD a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dikarenakan terlaksananya pembangunan gudang lumbung di 4 desa, yaitu: Desa Trayu, Ngenden, Tegaliri, dan Desa Bawu. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja yaitu:

Lokasi pembangunan yang terpencar, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih dalam pengawasan dan monitoring.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja yaitu:

Mengoptimalkan SDM yang ada dalam mengawal jalannya pembangunan gudang LPMD.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, panitia pengadaan dan panitia penerima hasil pekerjaan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Menunjuk panitia pengadaan, pengawas, dan penerima hasil pekerjaan yang terdiri dari personil yang benar-benar berkompeten..

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.2.318.000,- (0,41%).

(23)

23

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebesar 4 unit, terealisasi 4 unit (capaian kinerja 100%), yaitu dengan terwujudnya pengadaan gudang lumbung cadangan pangan masyarakat di 4 desa (lokasi). Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik.

Sasaran 3 Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

Tabel 3.3. Sasaran meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

N o

Indikator kinerja (Outcome)

Satuan

Realisasi Target

tahun 2016

Realisasi Tahun

2016

Capaian 2011 2012 2013 2014 2015 (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Terwujudnya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

desa - 2 2 13 10 5 5 100

2 Jumlah percontohan budidaya pertanian

demplot - - - - - 20 20 100

3 Pelatihan dan

apresiasi pengolahan hasil pertanian

Kali - - - - - 3 3 100

Nilai Capaian Rata-Rata 100

Capain kinerja meliputi 3 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik), terdiri dari 3 indikator kategori baik.

Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 3 sebagai berikut:

1. Terwujudnya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan terlaksananya percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di 5 (lima) desa.

Hambatan/ permasalahan yang dialamai dalam pencapain target kinerja adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan dan mengembangkan lahan pekarangan secara mandiri atau swadaya

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pencapaian target kinerja adalah dengan melakukan monev dan pendampingan secara intensif pada lokasi kegiatan baik desa lama maupun desa baru, serta mendorong masyarakat melalui tenaga penyuluh untuk secara mandiri dan swadaya mengembangkan kegiatan serupa di desa-desa lain.

(24)

24

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penganekaraaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, penyuluh pendamping, aparat desa, dan kelompok masyarakat. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan

- Mempercepat proses pengadaan barang dan jasa (bibit tanaman dan sayuran untuk pemanfaatan pekarangan)

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.4.609.000,- (9,22%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak target 5 desa terealisasi 5 desa (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa fasilitasi bibit buah dan sayuran untuk ditanam di lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari di tingkat rumah tangga. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, tetapi diperlukan adanya pendampingan untuk keberlanjutan kegiatan tersebut di tahun-tahun berikutnya.

2. Jumlah percontohan budidaya tanaman

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan terlaksananya percontohan (demplot) budidaya tanaman di 20 lokasi/ kelompok.

Percontohan ini diharapkan menjadi sarana belajar bersama antara penyuluh dan petani dalam mengembangkan kegiatan usahatani.

Hambatan/ permasalahan yang dialamai dalam pencapain target kinerja adalah di beberapa lokasi kesulitan memperoleh lahan percontohan yang memadai.

Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pencapaian target kinerja adalah dengan memanfaatkan lahan yang ada di BP3K dan bekerjasama dengan lahan milik anggota kelompok tani.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan pengembangan SDM, penyuluh pendamping, dan kelompok tani.

Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

(25)

25

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan

- Mempercepat proses pengadaan barang dan jasa (bibit tanaman dan sayuran untuk pemanfaatan pekarangan)

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.466.973,- (0,77%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak 20 demplot terealisasi 20 demplot (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa percontohan budidaya tanaman di 19 kecamatan dan di kabupaten sebagai sarana pembelajaran bersama antara penyuluh dan kelompok tani. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, dan kedepan diperlukan inovasi-inovasi budidaya tanaman dan ternak.

3. Pelatihan dan apresiasi pengolahan pangan hasil pertanian

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan terlaksananya kegiatan pelatihan dan studi banding pengolahan hasil pertanian bagi kelompok wanita tani (KWT) untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan anggota kelompok. Hambatan/ permasalahan yang dialamai dalam pencapain target kinerja adalah:

- Masih kurangnya program-program pelatihan bagi kelompok.

- Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya pengolahan dan konsumsi sumberdaya pangan lokal Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Memperbanyak pelatihan-pelatihan dan fasilitasi pengembangan kelompok pengolah pangan lokal.

- Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya manfaat pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif selain beras dan gandum

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penganekaraaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, penyuluh pendamping, dan kelompok wanita tani. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

(26)

26

- Fasilitasi pelatihan bagi kelompok yang benar-benar membutuhkan dan mau berkembang.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.1.288.900,- (2,26%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak 3 kali pelatihan terealisasi 3 kali pelatihan (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa pelatihan pengolahan hasil pertanian dan kunjungan studi banding bagi kelompok wanita tani..

Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik.

Sasaran 4: Meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani

Tabel 3.4. Sasaran meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani

N o

Indikator kinerja (Outcome)

Satuan

Realisasi Target

tahun 2016

Realisasi Tahun

2016

Capaian 2011 2012 2013 2014 2015 (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Jumlah peningkatan kelas kelembagaan BP3K kecamatan

BP3K - - - - - 3 3 100

2 Jumlah peningkatan kelas kelembagaan kelompok tani

Kelompok - - - - - 100 100 100

3 Jumlah programa penyuluhan

programa - 20 20 20 20 20 20 100

Nilai Capaian Rata-Rata 100

Capain kinerja meliputi 3 indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik), terdiri dari 3 indikator kategori baik.

Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 3 sebagai berikut:

1. Jumlah peningkatan kelas kelembagaan BP3K kecamatan.

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan ada peningkatan kelas kelembagaan balai penyuluhan kecamatan di 3 kecamatan yaitu Teras, Banyudono, dan Klego. Hambatan/ permasalahan yang dialami dalam pencapain target kinerja adalah:

- Belum semua kecamatan memiliki balai penyuluhan, dan beberapa balai penyuluhan belum memiliki lahan percontohan yang memadai.

- Jumlah penyuluh semakin berkurang

(27)

27

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Mengusulkan pembangunan balai penyuluhan melalui anggaran DAK dan bekerjasama dengan petani dalam penggunaan lahan untuk percontohan

- Mengoptimalkan peran penyuluh yang ada dan peran THL-TBPP.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM, Penyuluh dan THL-TBPP. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Fasilitasi kegiatan (Pembangunan balai, demplot, penyusunan programa, dll) untuk peningkatan kapasitas balai penyuluhan.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.48.252.123,- (2,12%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak 3 BP3K terealisasi 3 BP3K (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa peningkatan kelas balai penyuluhan sebanyak 3 BP3K yang meningkat kelasnya . Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik.

2. Jumlah peningkatan kelas kelembagaan kelompok tani.

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan adanya peningkatan kelas kelembagaan kelompok tani berdasarkan hasil revitalisasi dan penilaian kelas kelompok. Hambatan/ permasalahan yang dialami dalam pencapain target kinerja adalah banyaknya jumlah kelompok yang ada dan munculnya kelompok-kelompok baru yang belum belum masuk dalam SK Bupati, sehingga agak sulit dalam pembinaan dan pendampingannya.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan mengendalikan tumbuhnya kelompok- kelompok baru melalui revitalisasi kelompok dan mengarahkan agar berafiliasi ke kelompok yang sudah resmi.

(28)

28

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM, Penyuluh dan THL-TBPP. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Koordinasi antara bidang penyuluhan dan tenaga penyuluh di lapangan dalam revitalisasi dan penilaian kelas kelompok.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.233.350,- (0,39%).

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target indikator sebanyak 100 kelompok, terealisasi sebanyak 100 kelompok (capaian kinerja 100%). Capaian tersebut berupa peningkatan kelas kelompok tani sejumlah 100 kelompok dan mendapatkan sertifikat peningkatan kelas kelompok. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik dan didukung dengan pelaksanaan fungsi pelayanan penyuluhan kepada anggota kelompok tani.

3. Jumlah programa penyuluhan

a. Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan (Hambatan/solusi)

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini dikarenakan telah tersusunnya dokumen programa penyuluhan di 19 kecamatan dan 1 dokumen programa penyuluhan kabupaten. Hambatan/ permasalahan dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- data base yang terkait dengan penyuluhan belum diupdate setiap tahun

- Programa penyuluhan yang tersusun, belum bisa didukung dengan anggaran yang memadai.

Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah:

- Melakukan update data agar programa penyuluhan lebih tepat sasaran.

- Mengupayakan tambahan anggaran untuk mendukung penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumberdaya di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM dan semua penyuluh yang ada di masing-

(29)

29

masing kecamatan. Efisiensi penggunaan sumberdaya dilakukan dengan cara:

- Melakukan penjadwalan penyusunan programa penyuluhan secara bertahap.

- Mengoptimalkan peran penyuluh sesuai dengan wilayah kerjanya.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar- benar mendukung pencapaian target kinerja, sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp.2.422.3327,- (0,55%).

a. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Target kinerja sebanyak 20 dokumen, realisasi sebanyak 20 dokumen (capaian kinerja 100%), yaitu programa penyuluhan kecamatan sejumlah 19 dokumen dan programa penyuluhan tingkat kabupaten sejumlah 1 dokumen. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk lebih menajamkan programa penyuluhan, perlu juga difasilitasi programa penyuluhan di tingkat desa untuk lebih menggali permasalahan di lapangan.

3.2 Realisasi Anggaran

Alokasi dan realisasi anggaran Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Boyolalai pada tahun 2016 sebagaimana tabel di bawah ini. Data tabel tersebut menunjukkan bahwa pembiayaaan dari APBD Tahun 2016 berjumlah Rp.5.610.433.000,00 terealisasi Rp.5.452.277.898,00 dengan kata lain, tingkat penyerapan anggaran sebesar 97,18% atau efisiensi sebesar 2,82%.

Tabel 3.5 Realisasi Anggaran

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan N

o

Sasaran Strategis Program / Kegiatan Anggaran Tahun 2016

Rp. 000

Realisasi Tahun 2016

Rp. 000 (%)

1

Sasaran 1

Terwujudnya tata pemerintahan yang lebih bersih,

berwibawa,

konstitusional, efektif dan demokratis

A. Program pelayanan administrasi

perkantoran

Kegiatan :

1. Penyediaan jasa surat menyurat

3.000 1.889 62,97 2. Penyediaan jasa

komunikasi, sumber daya air dan listrik

77.500 61.435 79,27

(30)

30 3. Penyediaan jasa

kebersihan kantor

65.000 65.000 100 4. Penyediaan jasa

perbaikan peralatan kerja

8.500 8.500 100

5. Penyediaan alat tulis kantor

20.000 19.359 96,80 6. Penyediaan barang

cetakan dan penggandaan

13.000 12.996 99,97

7. Penyediaan

komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

5.210 5.210 100

8. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

150.000 134.980 89,99

9. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

5.000 3.571 71,42

10. Penyediaan makanan dan minuman

72.000 67.403 93,62 11. Rapat-rapat

koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

97.000 95.520 98,47

B. Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Aparatur Kegiatan :

1. Pemeliharaan rutin/

berkala gedung kantor

66.000 63.386 96,04

2. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan

dinas/operasional

75.000 74.791 99,72

1. Pengadaan mebeleur 46.000 43.340 94,22 C. Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD Kegiatan :

1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD

26.000 25.645 98,63

D. Program Perencanaan Pembangunan Daerah

Kegiatan :

1. Penyusunan renstra dan renja SKPD

23.000 21.914 95,28

(31)

31 Sasaran 2 :

Terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau

A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

1. Penanganan daerah rawan pangan

64.916 63.844 98,35

2. Analisis dan penyususnan pola konsumsi dan suplai pangan

13.070 13.070 100

3. Analisis rasio jumlah penduduk terhadap kebutuhan pangan

23.084 23.070 99,94

4. Pengembangan desa mandiri pangan

240.000 233.700 97,38

5. Peningkatan mutu dan keamanan pangan

144.930 134.427 92,75

4. koordinasi kebijakan perberasan

214.000 196.454 91,80

Sasaran 3 : Meningkatnya efisiensi dan

efektifitas distribusi pangan

A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

1. Laporan berkala kondisi ketahanan pangan daerah

15.000 12.470 83,13

2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

kebijakan perberasan

25.170 25.167 99,99

3. Pemantauan dan analisis harga pangan pokok

109.290 101.499 92,87

2. Pengembangan cadangan pangan daerah

120.000 118.448 98,71

3. Pengembangan lumbung pangan desa

563.800 561.482 99,59

Sasaran 4 :

Meningkatnya akses masyarakat

terhadap kebutuhan teknologi pangan dan

pemanfaatannya

A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

1. Penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen

125.000 123.133 98,51

2. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan

50.000 45.391 90,78

(32)

32 3. Penanganan pasca

panen dan pengolahan hasil pertanian

57.000 55.711 97,74

4. Penyelenggaraan lomba/ pameran ketahanan pangan

125.000 123.877 99,10

Sasaran 5:

Meningkatnya kualitas kelembagaan

penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani

A. Program Peningkatan Penerapan Teknologi pertanian/

perkebunan

1. Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/

perkebunan tepat guna

2.275.963 2.227.710 97,88

2. Penyuluhan

penerapan teknologi pertanian/

perkebunan tepat guna

190.000 188.533 99,23

B. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1. Peningkatan

kemampuan lembaga petani

60.000 59.766 99,61

B. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/

Perkebunan Lapangan 1. Peningkatan

kapasitas tenaga penyuluh

pertanian/perkebunan

442.000 431.752 99,45

(33)

33 BAB. IV PENUTUP

4.1. Simpulan

Secara umum capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan termasuk baik. Berikut simpulan capaian kinerja dan permasalahan/kendala utama per sasaran:

1. Sasaran ”terpenuhinya kebutuhan pangan yang bermutu dan terjangkau” dengan 4 indikator kinerjanya telah berhasil dicapai 99,5%

(baik).

2. Sasaran ”meningkatnya efisiensi dan efektifitas distribusi pangan”

dengan 3 indikator kinerjanya telah berhasil dicapai 100% (baik).

3. Sasaran ”meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya” dengan 3 indikator kinerjanya telah berhasil dicapai 100% (baik).

4. Sasaran ”meningkatnya kualitas kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan kelompok tani” dengan 3 indikator kinerjanya telah berhasil dicapai 100% (baik).

5. Dengan adanya peningkatan kinerja, pelayanan kepada masyarakat harus prima untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan berwibawa.

4.2 Saran

Agar capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dapat sesuai target kinerja atau lebih baik, ada beberapa yang dilakukan, antara lain :

1. Meningkatkan manajemen dan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) dan stakeholder, khususnya antar anggota Dewan Ketahanan Pangan;

2. Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan program dan kegiatan di BKPPP;

3. Meningkatkan kualitas SDM untuk mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan kualitas pelayanan penyuluhan pertanian;

4. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan

5. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pengelolaan cadangan pangan pemerintah maupun masyarakat;

Gambar

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2016
Tabel  3.3.  Sasaran  meningkatnya  akses  masyarakat  terhadap  kebutuhan  teknologi pangan dan pemanfaatannya
Tabel  3.4.  Sasaran  meningkatnya  kualitas  kelembagaan  penyuluhan  dan  kelembagaan kelompok tani
Tabel 3.5 Realisasi Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Penelitian ini menggunakan 3 item dari Entrepreneurial Leadership Questionairre (Covin&Slevin, 1986) yang menggunakan skala likert 7 poin yang memiliki 2

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting  suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada Lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan Keputusan

Kariadi (2006), sedangkan bahan penelitian yang digunakan adalah daftar usulan kebutuhan obat, le mbar permintaan mutasi (le mba r permintaan obat dari depo farmasi ke

Kreativitas bahasa lisan anak dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1) kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4)

Kepatuhan perawat melaksanakan cuci tangan sesudah tindakan keperawatan dari 23 responden yang masing-masing melakukan 6 tindakan dan setelah direkapitulasi didapatkan 138

Perbedaan ini disebut korespondensi sangat sempurna apabila perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh perubahan bunyi itu terjadi pada semua data yang disyarati oleh

Karena nilai signifikansi (sig) jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja karyawan atau dapat dikatakan