37
PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING
UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari
Pendidikan Matematika, Universitas Jember [email protected]
Abstrak
Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar jarang menjadi fokus perhatian guru karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Penilaian kemampuan pemecahan masalah merupakan kewajiban guru ketika melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah.
Penilaian ini harus bersifat menyeluruh mulai dari proses hingga akhir sehingga guru dapat memonitor perkembangan belajar siswa. Penilaian pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penilaian terhadap performa siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan authentic asesment . Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling menawarkan solusi untuk menggunakan penilaian sebagai media pembelajaran. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan menggunakan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru
ISSN: 2407-2095
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
38
Kata kunci: problem solving, exemplar rubric, Mathematics Prob- lem Solving Performance Modelling.
Pendahuluan
Masalah merupakan hal yang pasti dijumpai oleh manu- sia. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, maka ke- mampuannya pemecahan masalah menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh solusi terbaik. Oleh karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dan pada setiap level pendidikan formal termasuk juga di sekolah dasar, kemampuan pemecahan menjadi learning outcome yang diharap- kan dapat dicapai siswa. misal melalui pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah.
Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah seringkali dilaksanakan melalui pendekatan pemecahan masalah. Namun sayangnya, pembelajaran pemecahan masalah jarang diterapkan di sekolah dasar karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan ke- mampuan pemecahan masalah siswa juga kurang berkembang.
Padahal siswa sekolah dasar mempunyai potensi yang cukup be- sar untuk bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masa- lahnya. Para siswa pada usia ini begitu haus dengan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja (Kallick and Brewer, 1997).
Sugiarti dan Lestari (2014) memperkenalkan model pem- belajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling se- bagai alternatif solusi bagi permasalahan tersebut. Model pem- belajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling merupakan model pembelajaran pemecahan masalah yang mem- fokuskan pada pemodelan terhadap kinerja dalam memecahkan masalah baik dalam kelompok belajar maupun secara individu.
Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Dasar (Sugiarti
Nurcholif Diah Sri Lestari
39
dan Lestari, 2015). Dalam model pembelajaran ini, terdapat tiga instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajarannya yaitu:
1. Masalah yang disajikan dalam bentuk exemplar prob- lem untuk memfasilitasi pemodelan performance secara individu,
2. Lembar Kerja Siswa yang memfasilitasi pemodelan performance secara kelompok, dan
3. Instrumen authentic assessmen untuk menilai ke- mampuan pemecahan masalah .
Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan menggunakan instrumen authentic asesment dalam format pem- belajaran yang menggunakan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic ases- ment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exem- plar rubric guru
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROBLEM SOLV- ING PERFORMANCE MODELLING
Sintaksis dalam model pembelajaran problem solving perfor- mance modelling meliputi fase pra pembelajaran, 8 fase pembelaja- ran, dan fase pasca pembelajaran (Sugiarti dan Lestari, 2014).
Berikut ini adalah penjabarannya:
Pra pembelajaran
Pada kegiatan pra pembelajaran, guru memberikan soal tes awal berupa pemecahan masalah kepada siswa, membagikan exemplar rubric siswa dan mensosialisasikan penggunaannya, meminta siswa untuk mencoba melakukan penilaian sendiri ter- hadap jawaban tes awal mereka dengan menggunakan exemplar rubric berdasarkan persepsi atas kemampuan masing-masing.
Hasil tes awal siswa dinilai dan dianalisis berdasarkan exemplar
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
40
rubric guru untuk dapat mengkategorikan siswa dalam level ke- mampuan pemecahan masalah dan sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk kelompok heterogen.
Fase 1. Orientasi
Fase orientasi bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam belajar. Pada fase ini, guru diharuskan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran terkait dengan konten kurikulum dan tujuan model pembelajaran.
Kegiatan motivasi dapat dilakukan dengan memberikan siswa pengalaman–pengalaman tentang (1) bagaimanakah hasil pemec- ahan masalah mereka diases dan atau (2) memperkaya strategi pemecahan masalah siswa serta materi prasyarat yang diper- lukan. Kegiatan ini dilakukan dengan mencontohkan bagaimana pekerjaan salah satu siswa (beserta exemplar rubric yang telah dii- si) diases.
Fase 2. Pemecahan Masalah Secara Individu
Pada fase ini pembelajaran telah bergeser dari teacher cen- tered menjadi student centered. Setelah guru membagikan exemplar problem (uncued problem) dan pedoman pemecahan masalah serta menjelaskan bagaimana pedoman pemecahan masalah dapat digunakan untuk membantu mereka dalam memecahkan masa- lah, maka siswa mulai mengerjakan exemplar problem secara indi- vidu. Masalah yangn digunakan adalah masalah yang sifatnya uncued, yaitu masalah yang memungkinkan adanya banyak cara atau banyak jawaban benar
Fase 3. Pengorganisasian Kelompok
Pada fase tiga, siswa ditempatkan dalam setting belajar kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan level kemampuan pemecahan masa- lah awal (hasil pretes pada pra pembelajaran atau hasil evaluasi dari pembelajaran sebelumnya). Setiap kelompok terdiri atas 4-5
Nurcholif Diah Sri Lestari
41
siswa dengan level kemampuan pemecahan masalah yang be- ragam mulai dari level pemula sampai level ahli (jika ada).
Fase 4. Diskusi Kelompok
Fase ini betujuan untuk memperkuat ketajaman penalaran dalam pemecahan masalah melalui tukar pendapat dalam suatu diskusi kelompok. Kelompok ini diberi tugas untuk mendiskusikan kembali exemplar problem yang telah dikerjakan secara individu pada fase sebelumnya yang dikemas dalam suatu lembar kerja siswa (LKS). Pada kegiatan ini siswa dalam ke- lompok-kelompok bertukar pendapat, saling menyempurnakan gagasan pemecahan masalah dan terakhir memilih strategi dan pemecahan masalah yang paling mudah atau paling efektif sesuai petunjuk yang ada dalam LKS.
Fase 5. Diskusi Kelas
Pada fase diskusi kelas, guru meminta perwakilan be- berapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke- lompoknya. Ketika perwakilan suatu kelompok menyampaikan materi di depan kelas, siswa pada kelompok yang lain berkewajiban untuk memberikan saran, masukan ataupun argu- men terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi. Pada wak- tu siswa anggota kelompok tidak mewakili kelompoknya menyajikan hasil di depan kelas, mereka bertugas membantu te- man yang presentasi jika memerlukan bantuan. Dalam kegiatan diskusi kelas, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator yang menghubungkan kelompok penyaji dengan audience, dan mendukung terciptanya suasana diskusi kelas yang kondusif.
Fase 6. Pemberian contoh Penilaian
Setelah perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya dan siswa lain menanggapi, selanjutnya guru memberi contoh bagaimana hasil pemecahan masalah kelompok tersebut diases dengan menggunakan exemplar rubric. Berdasarkan contoh
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
42
penilaian yang dilakukan guru, setiap kelompok akan diminta untuk melakukan penilaian sendiri terhadap hasil kerja pemeca- han masalah kelompok atau individu.
Fase 7. Evaluasi
Fase evaluasi ditujukan untuk menguji kemampuan siswa dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran dilaksanakan.
Pada fase ini, guru membagikan exemplar problem dan pedoman pemecahan masalah kepada siswa. Siswa diminta untuk me- nyelesaikan soal dalam exemplar problem dengan berdasar pada pedoman pemecahan masalah serta melakukan penilaian ter- hadap pekerjaannya dengan exemplar rubric.
Fase 8. Penutup
Fase penutup ditujukan untuk mereview dan menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh siswa pada pembelajaran hari ini. Review dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk memperoleh poin-poin penting pada pembelajaran yang diharapkan.
Pasca Pembelajaran
Pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis authentic asesment melalui exemplar problem ini dapat dil- akukan berulang-ulang (siklus) dengan menggunakan exemplar problem yang berbeda-beda (terutama berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang bisa digunakan) maksimal 1 kali sem- inggu.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Pelevelan kemampuan pemecahan masalah yang disam- paikan oleh Kallick and Brewer [1] adalah sebagai berikut.
a. Pemula (Novice)
Nurcholif Diah Sri Lestari
43
Siswa pada level ini benar-benar tidak bisa memulai, siswa ini tidak memiliki penyelesaian yang sesuai dengan masalah ka- rena mereka tidak memahami masalah, tidak dapat mengem- bangkan strategi, dan atau tidak dapat menggunakan prosedur matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Seorang pemula tidak mempunyai penjelasan yang bisa dipa- hami atau yang berkaitan dengan masalah, bahkan mereka tid- ak menggunakan secara tepat gambar-gambar atau istilah ma- tematika.
b. Pemagang (Apprentice)
Siswa pada level ini sudah mampu memulai, tetapi tidak bisa menemukan penyelesaian yang lengkap. Siswa memahami masalah, dan mampu menggunakan sebagian strategi pemeca- han masalah, tetapi tidak memiliki cukup pemahaman untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap. Pemagang sudah menggunakan beberapa istilah dan notasi matematika atau gambar representasi masalah.
c. Pelaksana (Practitioner)
Siswa pada level pelaksana mampu memahami masalah dengan baik dan memilih strategi yang tepat dalam me- nyelesaikan masalah dengan benar. Pelaksana menggunakan penalaran dan prosedur matematika dengan efektif, penjelasan yang diberikan jelas, dan menggunakan gambar, notasi dan istilah matematika yang sesuai.
d. Ahli (Expert)
Siswa dalam level ahli memberikan penyelesaian yang melebi- hi siswa pada level pelaksana. Ahli menggunakan strategi yang lebih efisien dan penalaran yang lebih kompleks, menggunakan prosedur dengan akurat dan benar, pen- jelasannya jelas, menggunakan representasi gambar, istilah dan
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
44
notasi dengan tepat, bahkan siswa dapat memverifikasi penyelesaiannya dengan mengecek langkah demi langkah
Instrumen authentic asesment .
Penilaian adalah salah satu bagian pembelajaran yang san- gat penting. Melalui penilaian (assessment) maka seorang akan bisa mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang dil- aksanakan. Menurut Department of Education Republic of South Africa (2003:45) sebelum seorang guru menilai kinerja siswanya, hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa tujuan dari pelaksanaan asesmen harus jelas dan tidak ambigu. Hal ini pent- ing untuk membantu guru dalam mengambil keputusan tentang jenis asesmen yang akan digunakan.
Menurut Johnson & Johnson (2002:2-6) asesmen adalah sua- tu kegiatan yang melibatkan pengumpulan informasi tentang kualitas atau kuantitas dari perubahan dalam siswa, kelompok, kelas, sekolah, guru atau administrator. Sehingga dalam pelaksa- naannya terdapat banyak hal yang akan dilihat tingkat keberhasi- lannya (diases) misal hasil belajar akademik, penalaran, ketrampi- lan dan kompetensi, perilaku, dan kebiasaan dalam bekerja.
Asesmen yang efektif bergantung pada: pencapaian tujuan bahwa asesmen yang dibuat adalah asesmen yang valid dan reliabel, hubungan kerjasama yang baik antara pengases (guru), yang di- ases (siswa) dan stakeholder-stakeholder yang relevan, serta pen- ingkatan motivasi semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi lagi.
Menurut Nurhadi & Senduk, (2003:52), authentic asesment memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) mengukur semua aspek pembelajaran, yang terdiri dari proses, kinerja, dan produk;
b) dilaksanakan selama dan sesudah proses pem- belajaran berlangsung;
Nurcholif Diah Sri Lestari
45
c) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber dalam proses penilaiannya;
d) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian;
e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa sehari-hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari;
f) penilaian harus menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan kelua- sannya (kuantitatif).
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa ada banyak alasan mengapa penilaian performa/kinerja siswa dalam memecahkan masalah harus diases.
Model pembelajaran problem solving performance modelling adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan cara me- modelkan atau memberikan contoh bagaimana suatu kemampuan pemecahan masalah matematika dinilai dengan instrument authen- tic asesment yaitu exemplar rubric siswa dan exemplar rubric guru [2]. Instrumen ini harus dikomunikasikan dan dicontohkan bagaimana penggunaannya kepada siswa sehingga dapat mem- bangun kebiasaan berpikir secara disiplin, mengetahui apa yang diperlukan, mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas peker- jaan mereka dalam pemecahan masalah bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru.
Kallick & Brewer (1997), memperkenalkan exemplar rubric yang disusun berdasarkan level-level kemampuan siswa dengan indikator penilaian kemampuan penyelesaian masalah meliputi:
(1) pemahaman, (2) strategi, penalaran dan prosedur, dan (3)
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
46
komunikasi. Terdapat dua macam exemplar rubric yaitu, exemplar rubric untuk guru dan exemplar rubric untuk siswa. Isi kedua exem- plar rubric tersebut disusun sedemikian hingga memuat maksud yang sama dan atau saling melengkapi sebagai suatu bentuk tri- angulasi. Namun khusus untuk siswa exemplar rubric disajikan dengan bahasa yang lebih sederhana dan lebih mencerminkan pada apa yang seharusnya dilakukan. Rubrik ini selain digunakan sebagai alat penilaian juga digunakan sebagai bagian dari pem- belajaran. Dengan menggunakan exemplar rubric diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk membangun kebia- saan berpikir secara disiplin dalam menghadapi masalah, menge- tahui apa yang mereka perlukan untuk mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru
Exemplar Rubric Guru Petunjuk
1) Isilah nama siswa pada tempat yang telah disediakan
2) Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance yang siswa.
3) Level kemampuan pada setiap aspek adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari.
4) Level kemampuan pemecahan masalah siswa adalah level dengan aspek kemampuan yang dominan.
5) Exemplar rubric juga dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif dan aspek keterampilan siswa
6) Indikator untuk aspek kognitif ditandai dengan huruf yang tercetak miring sedangkan indikator untuk aspek ket- erampilan adalah huruf standart
Nama Siswa:
Level Pemahaman Strategi, Pen- Komunikasi
Nurcholif Diah Sri Lestari
47
alaran dan Prosedur Pemula ▪ Tidak ada
penyelesaian,
▪ Ada penyelesaian tetapi
penyelesaiannya sama sekali tidak sesuai dengan ma- salah
▪ Tidak menun- jukkan strategi atau prosedur pemecahan ma- salah, atau
▪ Menggunakan strategi yang tidak memban- tu me-
nyelesaikan ma- salah.
▪ Tidak menun- jukkan adanya penalaran ma- tematika yang logis
▪ Ada banyak kesalahan da- lam prosedur matematika se- hingga masalah tidak dapat diselesaikan.
▪ Tidak ada penjelasan tentang penyelesaian , atau
▪ Ada penjela- san tetapi tidak dapat dipahami atau tidak berkaitan dengan ma- salah
▪ Tidak
menggunaka n representa- si matemat- ika yang sesuai (misal:
gambar, dia- gram, grafik atau tabel, dll).
▪ Tidak
menggunaka n istilah dan notasi ma- tematika yang sesuai atau
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
48
menggunaka n istilah dan notasi ma- tematika tetapi tidak sesuai Pema-
gang
▪ Ada sebagian dari penyelesaian yang mengarah pada penyelesaian masa- lah meskipun penyelesaiannya belum sempurna/
belum lengkap
▪ Menggunakan strategi yang bermanfaat meskipun han- ya sebagian yang mengarah pada
penyelesaian
▪ Menunjukkan sedikit pen- alaran matemat- ika logis
▪ Tidak dapat menggunakan prosedur ma- tematika secara lengkap
▪ Penjelasan tidak lengkap, tid- ak disajikan dengan jelas.
▪ Menggunaka n sedikit rep- resentasi ma- tematika yang sesuai
▪ Menggunaka n sedikit istilah dan notasi ma- tematika yang sesuai dengan ma- salah.
Pelaksa- na
▪ Mendapatkan satu penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan ser- ta menunjukkan kemampuan memahami per- masalahan, men-
▪ Menggunakan strategi yang mengarah pada penyelesaian matematika yang benar
▪ Menggunakan penalaran ma-
▪ Ada penjela- san yang jelas
▪ Menggunaka n representa- si matemat- ika dengan benar
▪ Menggunaka
Nurcholif Diah Sri Lestari
49 gidentifikasi
konsep matemat- ika dan informa- si yang sesuai untuk me- nyelesaikan ma- salah.
tematika yang benar
▪ Menggunakan prosedur ma- tematika dengan benar
n istilah dan notasi ma- tematika dengan benar
Ahli ▪ Mendapatkan lebih dari satu
penyelesaian atau cara penyelesaian yang sesuai per- masalahan atau
▪ Mendapatkan satu penyelesaian yang benar dan efektif
▪ Menggunakan strategi yang sangat efektif yang mengarah langsung pada penyelesaian.
▪ Menggunakan penalaran yang kompleks dan halus
▪ Menerapkan prosedur dengan akurat untuk me- nyelesaikan ma- salah dengan benar dan memverifikasi hasil.
▪ Menjelaskan secara jelas, efektif dan de- tail tentang bagaimana masalah ter- sebut
diselesaikan.
Termasuk setiap langkah penyelesaian sehingga pembaca tid- ak perlu menduga bagaimana dan men- gapa sebuah keputusan dibuat
▪ Memilih menggunaka n representa- si matemat-
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
50
ika sebagai alat untuk mengkomu- nikasikan ide dan me- nyelesaikan masalah dengan tepat
▪ Menggunaka n istilah dan notasi ma- tematika secara tepat dan efektif
Exemplar Rubric Siswa
Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance siswa
Level kemampuan siswa adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari
Nama Siswa:
Level Pemahaman Strategi, Pen- alaran dan
Prosedur
Komunikasi
Pemula ▪ Saya tidak tahu apa yang diketahui dan yang ditanya
▪ Saya tidak mengerjakan
▪ Saya
mengerjakan
▪ Saya tidak punya ide sa- ma sekali bagaimana mengerjakann ya
▪ Saya hanya mencoba-coba
▪ Saya tidak menuliskan penjelasan ten- tang
penyelesaian
▪ Saya menulis- kan langkah- langkah
Nurcholif Diah Sri Lestari
51 meskipun asal- asalan sehing- ga jawabannya salah
▪ Saya melakukan banyak kesalahan pa- da langkah- langkah peker- jaan
penyelesaian tetapi sulit dipahami
▪ Saya tidak menggunakan gambar, dia- gram, grafik atau tabel.
▪ Saya salah menggunakan istilah (kata) atau notasi (simbol) ma- tematika Pema-
gang
▪ Sebagian peker- jaan/jawaban saya benar
▪ Sebagian cara yang saya gunakan benar
▪ Saya tahu bagaimana mencari seba- gian data yang saya perlukan
▪ Jawaban saya belum lengkap
▪ Saya menjelas- kan langkah- langkah penyelesaian meskipun tid- ak lengkap
▪ Saya
menggunakan gambar, grafik atau tabel tetapi tidak lengkap
▪ Sebagian istilah (kata) atau no- tasi (simbol) yang saya gunakan benar Pelaksa- ▪ Jawaban saya ▪ Saya hanya ▪ Saya menulis-
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
52
na benar mes- kipun awalnya saya bingung bagaimana mengerjakann- ya
mengetahui satu cara sep- erti yang saya lakukan untuk mendapat ja- waban yang benar
▪ Saya
menggunakan data yang di- perlukan
▪ Saya mengecek kembali langkah peker- jaan saya
kan penjelasan pada setiap langkah
▪ Saya
menggunakan salah satu dari grafik atau gambar atau tabel yang sesuai
▪ Saya
menggunakan istilah (kata) dan notasi (simbol) ma- tematika yang benar
Ahli ▪ Saya dapat menemukan cara atau ja- waban yang lain
▪ Saya
menggunakan cara yang pal- ing mudah un- tuk
mendapatkan jawaban yang benar.
▪ Saya
menggunakan langkah- langkah penyelesain yang tepat
▪ Saya menulis- kan secara jelas, detail se- tiap langkah pekerjaan
▪ Saya
menggunakan beberapa gam-
bar/tabel/simb ol untuk memperjelas pemikiran saya
Nurcholif Diah Sri Lestari
53
▪ Saya mencoba menemukan cara atau ja- waban yang berbeda
▪ Saya
menggunakan istilah dan no- tasi matemat- ika yang tepat dan benar
Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Me- dia Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar
54
Tabel 1. Konversi Level Kemampuan Pemecahan Masalah ke Skor Pemecahan Masalah
No Level Pemecahan Masalah Skor
1 Pemula (Novice) 1
2 Pemagang (Apprentice) 2
3 Pelaksana (Practitioner) 3
4 Ahli (Expert) 4
Penutup
Penilaian yang dilakukan dalam model pembelajaran mathematics problem solving performance modelling dil- aksanakan secara holistik yang meliputi penilaian kognitif, ket- erampilan, dan sikap. Penilaian kognitif dan keterampilan dil- aksanakan dengan menggunakan exemplar problem dan exemplar rubric. Pemetaan antara aspek kognitif dan aspek keterampilan tampak pada exemplar rubric untuk guru. Penilaian sikap di- peroleh melalui penilaian aktivitas siswa selama kegiatan pem- belajaran.
Penilaian individu diperoleh dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran yang didasarkan pada exemplar rubric guru.
Penilaian kelompok (dalam proses pembelajaran di kelas) di- peroleh melalui penyelesaian masalah dalam LKM. Nilai pemeca- han masalah ini dikonversi dari level pemecahan masalah siswa.
Skor ini kemudian digabungkan menjadi skor kognitif dan ket- erampilan kelompok. Skor akhir setiap kelompok diperoleh baik skor kognitif dan keterampilan maupun skor afektif. Kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan skor akhir tertinggi dan akan diumumkan pada pertemuan berikutnya.
Nurcholif Diah Sri Lestari
55
DAFTAR PUSTAKA
Johnson & Johnson. 2002. Meaningfull Assessment A Manageable and Cooperative Process. Bosto: Allyn & Bacon
Kallick & Brewer. 1997. How to Assess Problem-Solving Skills in Math. Scholastic: New York.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Universitas Negeri Malang.
Polya, G. 1973. How to Solve It. Second Edition. Princeton Univer- sity Press. Princeton, New Jersey.
Sugiarti, Titik dan Lestari, NDS. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Authentic asesment dengan Exemplars Problem untuk Meningkatkan Ke- mampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar.
Laporan penelitian tidak dipublikasikan
_______. 2015. Profil Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Performance Modelling.
Makalah dalam prosiding seminar nasional SEMNASTIKA di Unesa Surabaya.