• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS AKTIVASI TCH-HALFRATE DALAM PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM DAERAH SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS AKTIVASI TCH-HALFRATE DALAM PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM DAERAH SUMATERA UTARA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM

DAERAH SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana

OLEH

ADHITYA DWINANTO 014-0212085

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2007

(2)

STUDI KASUS AKTIVASI TCH-HALFRATE DALAM

PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM

DAERAH SUMATERA UTARA

Disusun oleh : ADHITYA DWINANTO

014-0212085

Telah disahkan dan disetujui keseluruhan isinya untuk sidang Tugas Akhir Tahap Sarjana Jurusan Teknik Elektro

Universitas Mercu Buana

Jakarta, September 2007

Pembimbing I :

DR.-Ing. Mudrik Alaydrus

NIP :

(3)

akan menyebabkan overload pada suatu jaringan GSM. Hari raya agama merupakan salah satu contoh dimana kebutuhan panggilan meningkat sangat besar dikarenakan banyak subscriber yang melakukan panggilan ke kerabat dan saudara-saudaranya pada saat tersebut.

Saat seperti inilah kapasitas jaringan menjadi suatu hal yang sangat penting dan patut menjadi perhatian utama bagi operator seluler. Resources yang ada pada jaringan GSM terbatas dalam hal ini adalah kanal trafik. Tentunya, suatu operator GSM tidak menginginkan kehilangan pelanggan karena pelanggan tidak dapat melakukan panggilan. Oleh karena itu dengan keterbatasan resources dan waktu maka dibutuhkan suatu metode yang cepat dan bersifat sementara.

Pada suatu cell tertentu pasti ada yang akan menampung lonjakan trafik yang

sangat besar. Kanal trafik yang tersedia pada BTS terbatas sedangkan jumlah pelanggan bertambah banyak. Hal ini tentu saja menyebabkan call blocking yang tinggi yang berakibat pada ketidakpuasan pelanggan terhadap layanan operator tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti call blocking tinggi, tingkat loyalitas pelanggan terhadap operator berkurang maka diperlukan kapasitas kanal yang lebih besar (TCH). Pengaktifan TCH Halfrate ini memberikan solusi sementara operator GSM terhadap pelanggan dengan meningkatkan TCH.

(4)

Assalammu ‘alaikum wr wb,

Puja dan puji penulis panjarkan kepada ALLAH SWT yang maha dekat dan mencintai hamba-Nya dengan memberikan rahmat dan pertolongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tigas akhir ini yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana teknik dari Universitas Mercu Buana Jakarta.

Tugas akhir dengan judul “STUDI KASUS AKTIVASI TCH HALF RATE DALAM PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM DAERAH SUMATERA UTARA” ditulis sebagai rasa ketertarikan penulis terhadap bidang kominikasi GSM. Sehingga dalam tahap akhir pendidikan di Universitas Mercu Buana, penulis memberanikan diri untuk mengambil masalah komunikasi GSM sebagai tugas akhir.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di universitas Mercu Buana, khususnya pada saat penyusunan tugas akhir ini kepada bapak Mudrik Alaydrus yang telah banyak membimbing dan mengkoreksi buku ini.

Sepenuhnya penulis sadar bahwa karya ini jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis nantikan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Jakarta, September 2007

Penulis

(5)

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-Nya.

2. Mama atas kesabaran dan kasih sayangnya, m’ba Ita, Angga, Mas Tiko, serta Aya dan Lintang yang mampu membawa keceriaan di kehadirannya.

3. Bapak Mudrik , selaku pembimbing yang senatiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan pandangannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Wayan Adhi, atas bantuannya dan tutorial mendadak di sela kesibukannya. Thank’s man !

5. Risty Astria Ningrum, atas semangat dan dukungannya.

6. Pak Didin, atas kesediaannya memberi kesempatan direpotkan.

7. Mona, Teti, atas nasehat tak kenal lelah, juga anak-anak O Channel, Bos Ican, Anton, Mansur, Handi Udin, Beni, Yusa, yudha, Taufik, Iwan, Wawan, Ucok, Hadi, Agung, Ebta, Maria, Mario, Ujang, Masta, Idris, Pak eRTe, atas toleransinya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Jakarta, September 2007

Penulis

(6)

KATA PENGANTAR ii

LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR ISTILAH x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 1 1.3. Batasan Masalah 2 1.4. Maksud danTujuan 2 1.5. Metode Penelitian 2 1.6. Sistematika Penulisan 3

BAB II TEORI DASAR GSM

2.1. Sistem Selular GSM 4

2.2. Sistem Kanal Pada GSM 7

2.2.1. Kanal Fisik 7 2.2.2. Kanal Logika 7 2.3. Sel 8 2.4. Call Setup 9 2.5. Handoff 10 2.6. Channel Assignment 14 iv

(7)

BAB III METODE AKTIVASI TCH HALF RATE DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENURUNAN TCH BLOCKING

3.1. TCH Blocking 18

3.2. Proses Blocking Call 18 3.3. Multiframe Half Rate 21 3.4. Metode Pencegahan Bloking 23 3.4.1. Penambahan TRX atau Carrier 23 3.4.2. Dual Band Operation /Enhancement Spektrum 23

3.4.3. Handover Due to Traffic 24

3.4.4. Directed Retry 25

3.4.5. Dual Rate/ Half Rate 27 3.5. Parameter Half Rate yang Digunakan pada BSS 27 3.6. Mekanisme dan Aktivasi Half Rate pada Suatu Sel 28

3.6.1. Mekanisme Half Rate 28 3.6.2. Aktivasi Half Rate pada BSS 29

3.7. Parameter Performansi 30 3.7.1. Probabilitas Bloking Panggilan 31 3.7.2. Definisi Formula untuk Tolak Ukur Performansi 31

3.7.3. Parameter Kualitas Suara 31

BAB IV ANALISIS AKTIVASI TCH HALF RATE DALAM

PENINGKATAN PERFORMANSI

4.1. Latar Belakang Sel 33

4.1.1. Kondisi BTS (Site) 33

(8)

4.1.3.1. HOSR (Handover Succesful Rate) 37 4.2. Implementasi Half Rate 38

4.2.1. Analisis Efisiensi 38 4.2.2. Perencanaan dan Perhitungan Parameter Half Rate 38 4.3. Data Statistik Setelah Aktivasi Half Rate 40 4.3.1. Data Statistic TCH Blocking Rate 40 4.4. Perbandingan dan Analisis Peningkatan Performansi 45 4.4.1. Perbandingan TCH Blocking Rate

Sebelum dan Setelah Aktivasi Half Rate 45

4.4.1.1. ME0130A 45

4.4.1.2. ME0130B 45

4.4.1.3 ME0130C 46

4.4.2. Perbandingan HOSR Sebelum dan

Setelah Aktivasi Half Rate 46

4.4.2.1. ME0130A 46

4.4.2.2. ME0130B 46

4.4.2.3. ME0130C 46

4.4.3. Analisis performansi Kualitas Sinyal 46 4.4.4. Peningkatan trafik 49 4.5 Analisis Pengaruh Aktivasi Half Rate

Terhadap Performansi Jaringan 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 53

5.2. Saran 54

(9)

LAMPIRAN D Mapped Rxlev

LAMPIRAN E Peta BSC BTMDN1 BTS Gang Kepler Hasil Pengamatan

(10)

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM Gambar 2.2 Kanal logika GSM Gambar 2.3 Proses Call Setup Gambar 2.4 Proses Handoff[10] Gambar 2.5 Tipe-tipe Handoff

Gambar 2.6 Pengambilan keputusan handoff Gambar 2.8 Diagram Transisi Kondisi Gambar 3.1. Diagram Alir Bloking Call Gambar 3.2. Diagram Signalling Bloking Call Gambar 3.3. Hierarki Frame GSM

Gambar 3.6. Pemodelan Sel

Gambar 4.1. Grafik TCH blocking sebelum aktivasi HR pada ME0130A Gambar 4.2. Grafik TCH blocking sebelum aktivasi HR pada ME0130B Gambar 4.3. Grafik TCH blocking sebelum aktivasi HR pada ME0130C Gambar 4.4. Grafik HOSR sebelum aktivasi Half Rate

Gambar 4.5. Grafik TCH blocking setelah aktivasi HR pada ME0130A Gambar 4.6. Grafik TCH blocking setelah aktivasi HR pada ME0130B Gambar 4.7. Grafik TCH blocking setelah aktivasi HR pada ME0130C Gambar 4.8. Grafik HOSR setelah Aktivasi HR

Gambar 4.9. Grafik Korelasi antara RXLev dan RXQual sel ME0130A Gambar 4.10. Grafik Korelasi antara RXLev dan RXQual sel ME0130B Gambar 4.11. Grafik Korelasi antara RXLev dan RXQual sel ME0130C Gambar 4.12. Grafik perbandingan Trafik sebelum dan setelah HR

Gambar 4.13. Grafik perbandingan TCH Blocking Rate sebelum dan setelah HR Gambar 4.14. Grafik perbandingan HOSR sebelum dan setelah HR

(11)

Tabel 4.1. Statistic Trafik sebelum Aktivasi HR Table 4.2. Perhitungan HRACTT1

Tabel 4.3. TCH Blocking Setelah Aktivasi HR Tabel 4.4. Statistik HOSR Setelah Aktivasi HR

Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Aktivasi Tabel 4.5. Perbandingan nilai rata-rata Traffic Carried

(12)

ACCH : Associate Control Channel AGCH : Access Grant Channel AUC : Authentification

BCCH : Broadcast Control Channel BCH : Broadcast Channel

BSC : Base Station Control BSS : Base Station Subsystem BTS : Base Transceiver System CBCH : Cell Broadcast Channel CCH : Control Channel

DCA : Dynamic Channel Assignment DCCH : Dedicated Control Channel EIR : Equipment Identify Register FACCH : Fast Associate Control Channel FCA : Fixed Channel Assignment FCCH : Frequency Connection Channel FDMA : Frequency Division Multiple Access FR : Fullrate

GMSC : Gateway Mobile Service Switching

GSM : Global System for Mobile Communication HLR : Home Location Register

HOSR : Handover Successful Rate HR : Halfrate

KPI : Key Performance Indicator MS : Mobile Station

(13)

OMC : Operation and Maintenance Center OSS : Operation and Support System Pb : Probabilitas Blocking

PCH : Paging Channel

RACH : Random Access Channel RF : Radio Frequency

SACCH : Slow Associated Dedicated Control Channel SCCP : Signaling Connection Control Part

SIM : Subscriber Identity Module TDMA : Time Divison Multiple Access TCH : Traffic Channel

TRX : Transmitter Receiver VLR : Visitor Location Register

(14)

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah call pada saat-saat tertentu yang sangat besar tentu saja

akan menyebabkan overload pada suatu jaringan GSM. Hari raya agama merupakan salah satu contoh dimana kebutuhan panggilan meningkat sangat besar dikarenakan banyak subscriber yang melakukan panggilan ke kerabat dan saudara-saudaranya pada saat tersebut.

Saat seperti inilah kapasitas jaringan menjadi suatu hal yang sangat penting dan patut menjadi perhatian utama bagi operator seluler. Resources yang ada pada jaringan GSM terbatas dalam hal ini adalah kanal trafik. Tentunya, suatu operator GSM tidak menginginkan kehilangan pelanggan karena pelanggan tidak dapat melakukan panggilan. Oleh karena itu dengan keterbatasan resources dan waktu maka dibutuhkan suatu metode yang cepat dan bersifat sementara.

Pada suatu cell tertentu pasti ada yang akan menampung lonjakan trafik

yang sangat besar. Kanal trafik yang tersedia pada BTS terbatas sedangkan jumlah pelanggan bertambah banyak. Hal ini tentu saja menyebabkan call blocking yang tinggi yang berakibat pada ketidakpuasan pelanggan terhadap layanan operator tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti call blocking tinggi, tingkat loyalitas pelanggan terhadap operator berkurang maka diperlukan kapasitas kanal yang lebih besar (TCH). Pengaktifan TCH Halfrate ini memberikan solusi sementara operator GSM terhadap pelanggan dengan meningkatkan TCH.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Mengidentifikasi permasalahan TCH blocking saat trafik puncak (saat

event-event tertentu)

(15)

2. Melakukan analisis penyebab tingginya TCH Blocking

3. Menganalisa metode aktivasi TCH Halfrate serta pengaruhnya terhadap peningkatan kapasitas dan performansi jaringan. (berdasarkan prediksi dan hasil pengukuran)

4. Menganalisis kemungkinan adanya penurunan kualitas suara (degradasi)

1.3. Batasan Masalah

Dalam penyusunan tugas akhir ini, masalah akan dibatasi dengan maksud agar pembahasan lebih terarah. Batasan-batasan tersebut antara lain:

1. Tugas Akhir ini dianalisa dari sisi Air Interface/Radio Interface pada jaringan GSM

2. TCH-Blocking yang dianalisa adalah murni call blocking dari call setup pada sel yang diamati.

3. Pengamatan dilakukan pada salah satu cell/BTS yang bermasalah (dengan

TCH-Blocking yang tinggi).

4. Performansi yang dianalisis melibatkan TCH-Blocking, HOSR (Handover

successful Rate) dan RXQUAL serta RXLEV

1.4. Maksud danTujuan

Maksud tugas akhir ini untuk memberikan temporary solution yang efektif tanpa perlu mengeluarkan anggaran yang lebih untuk mengatasi blocking call yang tinggi pada suatu waktu tertentu. Tujuan analisis ini untuk mencari suatu solusi yang tepat dalam peningkatan kapasitas TCH pada suatu waktu tertentu.

1.5. Metode Penelitian

Penulisan Tugas akhir ini akan mengambil metode – metode berikut ini: 1. Studi literature terhadap pustaka yang berhubungan dengan kanal logic

dan GSM.

2. Pengambilan data trafik real berkaitan dengan Tugas Akhir ini, diambil dari Telkomsel.

(16)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang akan disusun dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, serta tujuan dari Tugas Akhir ini.

BAB II DASAR TEORI GSM

Dalam bab ini akan dibahas tentang Sistem Komunikasi Bergerak secara umum kemudian dikhususkan pada teknologi GSM

BAB III METODE AKTIVASI TCH HALFRATE &

PENGARUHNYA TERHADAP PENURUNAN TCH BLOCKING

Pembahasan akan meliputi konsep TCH Halfrate, TCH Fullrate dan TCH Blocking serta metode implementasi TCH Halfrate pada jaringan GSM dan pengaruhnya terhadap penurunan nilai TCH

Blocking.

BAB IV ANALISA AKTIVASI TCH HALFRATE DALAM

PENINGKATAN PERFORMANSI

Melakukan analisa lebih lanjut mengenai aktivasi TCH Halfrate disertai dengan data real lapangan untuk mendukung analisa terhadap peningkatan kapasitas kanal trafik. Menganalisa peningkatan performansi yang terjadi. yang dapat diukur oleh parameter TCH Blocking dan HOSR.

(17)

2.1 Sistem Selular GSM

Kemampuan melayani pelanggan yang bergerak merupakan keunggulan utama sistem komunikasi bergerak seluler GSM dibandingkan dengan sistem fixed

network. Daerah layanan GSM juga dapat meliputi daerah perkotaan maupun

dareah rural. Kemampuan melayani trafik yang tinggi didaerah perkotaan dimungkinkan dengan perencanan yang baik dalam implementasi GSM.

Pada gambar 2.1 diilustrasikan interkoneksi antara beberapa komponen jaringan GSM.

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM[12]

Setiap komponen-komponen jaringan didesign untuk dapat berkomunikasi melalui

interface standar GSM. Hal ini diperlukan untuk memperoleh fleksibilitas dan

kemudahan suatu sistem yang berasal dari sistem komponen manufaktur yang berbeda. Pada dasarnya jaringan GSM dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu :

1. Mobile Station (MS)

Mobile Station (MS) adalah perlengkapan user pada GSM, atau sering disebut Handphone. MS diproduksi oleh berbagai pabrik dengan berbagai performansi. Identitas pelanggan dikenali dari SIM (Subcriber

(18)

Identity Module) card yang dimasukan dalam MS. SIM berisi IMSI (International Mobile Subcriber Identity) yang mengidentifikasi

pelanggan secara unik. SIM juga berisi informasi penting untuk enkripsi hubungan pada interface radio. Perangkat MS sendiri dididentifikasi dengan IMEI (International Mobile Equiptment Identity), yang dapat ditentukan oleh jaringan atas permintaan. Tanpa adanya SIM maka panggilan tidak dapat dilakukan karena tidak ada identifikasi pelanggan. 2. Base Station Subsystem (BSS)

Subsistem ini juga sering dikenal sebagai Radio Subsystem, dimana subsistem ini menyediakan dan mengatur jalur transmisi radio antara

mobile station (MS) dan mobile services switching centre (MSC). MS

merupakan kombinasi dari terminal yang diwakili oleh mobile equipment (ME) dan pelanggan yang diidentikkan dengan subscriber identity

module (SIM). Sedangkan MSC merupakan bagian dari network switching subsystem yang bertanggung jawab dalam mengontrol

pemanggilan yang berarti mengidentifikasikan asal serta tujuan dari sebuah pemanggilan.

BSS merupakan bagian yang bertanggung jawab untuk mengatur transmisi radio. Setiap pemanggilan atau call selalu disambungkan ke dan dari BSS. Setiap BSS terdiri dari beberapa base station controller (BSC) yang menghubungkan MS ke NSS melalui MSC.

BSS terdiri atas tiga elemen utama, yaitu : a. Base Station Controller (BSC)

b. Base Transceiver Station (BTS)

3. Network and Switching Subsystem (NSS)

Fungsi utama dari NSS ini adalah sebagai switching dalam GSM, dimana NSS merupakan suatu jaringan yang menangani masalah fungsi

call control. Setiap panggilan (call) juga disambungkan ke dan dari NSS.

Komponen ini mengatur fungsi dari sistem dan mengatur agar MSC dapat berkomunikasi dengan jaringan yang lain, seperti PSTN dan

(19)

integrated services digital network (ISDN). Signalling pada NSS

merupakan fungsi swtching utama dari GSM.

Dalam NSS fungsi switching ditunjukkan oleh salah satu komponen yang dinamakan sebagai MSC dengan fungsi utama mengkoordinasi setiap set-up pemanggilan dari dan ke pelanggan GSM. MSC mempunyai interface dengan BSS. Secara lebih spesifik manajemen NSS pada dasarnya terdiri atas :

a. Mobile Service Switching Center (MSC)

MSC mengkoordinasikan call set up ke dan dari pelanggan GSM

serta mengontrol beberapa BSC . b. Interworking function (IWF)

IWF merupakan gerbang bagi MSC untuk dapat ber-interface dengan pelanggan diluar GSM, seperti packet switched public data

network (PSPDN) atau circuit switched public data network (CSPDN).

c. Home Location Register (HLR)

HLR terdiri dari sebuah komputer yang memuat database berisi tentang informasi pelanggan, informasi tentang lokasi pelanggan tapi bukan lokasi aktualnya.

d. Visitor Location Register (VLR)

VLR meyediakan link ke satu atau lebih MSC dan secara temporer

menyimpan data sesuai dengan MSC nya. Jadi, datanya dapat lebih banyak dari HLR.

e. Gateway MSC (GMSC)

Untuk men-set up semua permintaan panggilan sehingga semua panggilan dirutekan ke gateway MSC, dimana panggilan tersebut akan menemukan HLR sebenarnya dengan megetahui directory number dari pelanggan GSM. GMSC memiliki interface dengan jaringan eksternal untuk gatewaying dan jaringan juga mengoperasikan signalling system 7 (SS7) antara mesin-mesin NSS.

(20)

f. Signalling Transfer Point (STP)

STP merupakan aspek pada NSS yang berfungsi sebagai single

node atau mempunyai peralatan yang sama dengan MSC. STP

mengoptimisasi biaya dari transport signalling jaringan dan OMC. Stasiun kerja dihubungkan dengan antara MSC/VLR , GMSC dan HLR.

4. Operation and Maintenance Subsystem (OMC)

Sub sistem ini bertanggung jawab terhadap fungsi aspek operasi dan pemeliharaan jaringan yang mengkombinasikan semua bentuk tindakan yang diperlukan untuk menjaga sistem secara keseluruhan berjalan lancar tanpa adanya kesalahan fungsi.

2.2 Sistem Kanal Pada GSM 2.2.1. Kanal Fisik

Pada air interface GSM menggunakan dua teknik multiplexing, yaitu

FDMA dan TDMA. FDMA membagi range frekuensi membagi 124 kanal dengan lebar 200 KHz. Range fekuensi yang digunakan 890 – 915 MHz untuk MS ke BTS ( uplink ) dan 935 – 960 MHz untuk BTS ke MS (

downlink ). Setiap kanal menempati time slot dengan durasi 576,9 μs maka

untuk 8 time slot yang disebut sebagai frame memiliki durasi 4,615 ms. Selama terjadi percakapan suara yang telah dikodekan menjadi bit-bit akan dikirimkan setiap 4,615 ms secara periodik. Kanal fisik pada frame TDMA dengan durasi time slot sebesar 576,9 μs akan membawa kanal logika.

2.2.2 Kanal Logika

Kanal logika membawa informasi pelanggan dan kontrol data pensinyalan. Kanal-kanal logika yang berbeda memiliki tugas yang berbeda. Sebagian besar dari informasi yang ditransmisikan antara MS dan BS, umumnya berupa informasi pelanggan (berupa suara atau data) dan kontrol data pensinyalan (signalling). Tergantung pada tipe informasi yang ditransmisikan pada kanal logic yang berbeda. Kanal logic ini membawa data user, baik bit informasi ( suara dan data ) maupun signalling pada

(21)

mobile station atau base station. Kanal logika digambarkan kedalam

beberapa kanal fisik (time slots). Sebagai contoh : Percakapan digital dibawa dengan kanal logic yang disebut kanal trafik (TCH), yang mana selama transmisi dapat dialokasikan sebuah kanal fisik tertentu. Kanal logika terdiri atas :

1. Kanal Trafik ( TCH : traffic channels ) 2. Kanal Kontrol ( CCH : control channels )

Gambar 2.2 Kanal logika GSM[12]

Kanal kontrol digunakan untuk komunikasi antara perangkat-perangkat jaringan agar komunikasi pelanggan dapat berlangsung dengan baik. Sedangkan kanal trafik (TCH) dapat membawa suara atau data untuk layanan komunikasinya. TCH dibagi menjadi dua jenis yaitu full rate

channel dan half rate channel.

2.3 Sel

Sel pada sistem komunikasi GSM merepresentasikan daerah layanan yang dicover oleh antena base station dimana user dapat melakukan komunikasi dengan jaringan atau user lainnya. Berdasarkan ukurannya sel dapat di bagi menjadi Sel makro, Sel mikro dan Sel piko.

(22)

Sel makro biasanya memiliki radius lebih dari 1 km dan biasanya digunakan pada daerah-daerah suburban dengan mobilitas dan kepadatan user yang rendah. Sel mikro adalah sistem komunikasi seluler dengan radius kurang dari 1 km yang biasanya digunakan pada daerah urban dengan kepadatan user yang tinggi. Sedangkan sel piko dirancang untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya untuk daerah perkantoran, dan mal. Sel piko mempunyai ukuran sel kurang dari 100 m. Perencanaan dan disain sistem sel mikro disesuaikan dengan keadaan geografis dan kondisi dilapangan, misalnya meliputi kondisi bangunan yang ada di sekitarnya. Sel mikro mempunyai daya pancar dengan level daya yang rendah, antena dipasang pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan antena pada sel makro.

2.4 Call Setup

Call Setup adalah proses pembangunaan hubungan yang dilakukan dari MS

(Mobile Originating Call) atau menuju ke MS (Mobile Terminating Call). Pada saat MS belum melakukan panggilan (idle mode) maka MS akan memilih sel target yang akan dijadikan servingnya berdasarkan kuat sinyal yang diterima MS tersebut (cell selection). Setelah didapatkan sel yang cocok, maka MS akan menjadikan sel tersebut menjadi sel servingnya. Ini juga berarti memilih BTS serving. Selanjutnya MS akan melakukan proses inisialisasi lokasi yang akan dikirimkan pada HLR dan VLR. Proses ini dinamai Location Updating. Setelah proses-proses diatas maka selanjutnya bisa dilakukan proses call setup. Contoh proses call setup (Mobile Terminating Call) serta kanal-kanal logika yang berkaitan dengan proses tersebut, bisa dilihat pada gambar dibawah ini :

(23)

Mobile Station Base

Station

PCH (Paging of the mobile station)

RACH (Channel request)

AGCH (Channel assignment)

SDCCH(Reply to the paging from network)

SDCCH (Authentication request)

SDCCH (Authentication response)

SDCCH (Request to transmit)

SDCCH (Acknowledgment of request)

SDCCH (Setup message for incoming call)

SDCCH (Confirmation)

SDCCH (Assignment of a traffic channel)

FACCH (Acknowledgment of traffic channel) FACCH (Alerting)

FACCH (Connect when mobile ‘answers’)

FACCH (Acceptance of connect message)

TCH (Exchange of user data)

Gambar 2.3 Proses Call Setup [11]

2.5 Handoff

Handoff atau handover adalah mekanisme perpindahan penanganan

panggilan yang sedang berlangsung dari suatu sel ke sel lain atau dari satu time

slot ke time slot lainnya. Dalam keadaan dedicated mode ketika MS bergerak

keluar sel serving yang menyebabkan level daya terima makin lemah dan sebaliknya level daya terima dari base station target menjadi semakin besar maka dibutuhkan handoff sehingga hubungan komunikasi tetap terjaga.

Gambar 2.4 dibawah mengilustrasikan proses handoff dari sel A ke sel B. Ketika MS bergerak menjauhi sel A maka MS akan mengirimkan handover

request ke base station A. Oleh BS A pesan ini diteruskan ke base station controller, BSC akan memerintahkan base station B untuk mengaktifkan satu

kanal trafik melalui pesan hondover request. Jika pada BS B ada kanal trafik idle maka BS B akan mengirimkan pesan handover request acknowledge ke BSC dan BSC akan memerintahkan MS untuk handoff ke sel B melalui pesan handover

(24)

command yang dikirimkan melalui BS A. Proses handoff yang terjadi diatas

termasuk tipe intra BSS handover.

Site B Site A BSC Posisi 1 Posisi 2 Posisi 3 Handover Request Handover Request Handover Req Handover Req Acknowledge Handover Req Acknowledge

Gambar 2.4 Proses handoff[10]

Dalam sistem seluler GSM ada beberapa tipe handover berdasarkan perpindahan lokasi, yaitu :

1. Intracell handover 2. Intra – BSS handover 3. Intra – MSC handover 4. Inter – MSC handover Handover command Handover Complete

(25)

Tipe-tipe handover diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : BSC 1b BSC 1a MSC 1 MSC 2 1. Intracell Handover 2. Intra-BSS Handover 3. Intra-MSC Handover 4. Inter-MSC Handover BSC 2 4 3 1 2

Gambar 2.5 Tipe-tipe handoff[2]

Sedangkan ada beberapa alasan yang memicu terjadinya proses handoff yang dialami oleh user yaitu :

1. Handoff karena hasil pengukuran

Handoff ini terjadi karena kualitas atau daya radio turun dibawah

nilai yang dispesifikasikan di dalam BSC. Penurunan level sinyal ini dideteksi dari pengukuran yang dilakukan oleh MS maupun BTS. Pada sistem komunikasi seluler dengan standar GSM, keputusan melakukan

handoff dibantu oleh mobile station (Mobile Assisted Handoff/MAHO).

Dengan cara ini, mobile station mengukur kuat sinyal dari BTS sekitarnya dan melaporkan secara kontinyu ke BTS asal. Request handoff perlu dilakukan jika kuat sinyal terima dari BTS sekitarnya melebihi kuat sinyal terima dari BTS asalnya dalam batas level tertentu.

2. Handoff karena trafik

Handoff ini terjadi karena trafik pada sel yang dituju sudah penuh.

Pada saat MS mendekati sel target jika trafik sudah penuh maka akan dialihkan ke neighboring cell dengan beban trafik yang lebih kecil.

Proses handoff secara keseluruhan dapat dibagi menjadi dalam dua fase

(26)

1. Fase awal (deteksi dan inisialisasi) dimana permintaan handoff harus dilakukan. MS selalu melakukan pengukuran dan pelaporan level sinyal dan kuat sinyal dari sel serving dan sel-sel sekitarnya. Parameter ini selalu termonitor oleh BSS, dan BSS akan menentukan apakah diperlukan

handoff, berdasarkan [12] :

a. Kualitas sinyal (RX_Quality) b. Kuat sinyal (RX_level) c. RXLEV_NCELL(n) d. MS_BS_DIST

2. Fase eksekusi (execution phase)

Setelah melawati fase inisialisasi, jika ternyata MS tersebut diperlukan handoff ke sel tetangga maka BSC akan memerintahkan base

station target untuk mengalokasikan kanal bagi permintaan handoff

tersebut. Ada kemungkinan proses terjadinya handoff dapat mengalami kegagalan (handoff failure) yang menyebabkan panggilan akan kembali dilayani oleh sel lama sampai kuat sinyal terimanya berada dibawah

threshold. Salah satu penyebab kegagalan handoff yang terjadi biasanya

disebabkan oleh buruknya kualitas sinyal atau level terima yang rendah dari sel serving sehingga proses signalling handoff tidak berhasil sampai selesai dan juga akibat kepadatan trafik pada sel target. Kegagalan handoff ini akan menyebabkan pemutusan hubungan secara paksa. Pemutusan hubungan secara paksa ini sangat tidak diinginkan oleh user. Maka proses

handoff mendapatkan prioritas didalam menempati kanal pada suatu base station.

(27)

BTSlama BTSbaru

Level Penerimaan

BTSlama

Level Penerimaan BTSbaru

Gambar 2.6 Pengambilan keputusan handoff

2.6 Channel Assignment

Channel Assignment adalah penetapan atau pengaturan kanal frekuensi pada suatu sel. Channel Assignment menjadi salah satu tugas penting dalam perencanaan sistem komunikasi bergerak seluler. beberapa algoritma metode

channel assignment, yaitu :

1. Fixed Channel Assingment (FCA)

Tiap sel dialokasikan pada set frekuensi yang sudah ditentukan sebelumnya. Panggilan yang datang hanya dapat dilayani oleh kanal yang tidak digunakan pada sel tersebut. Jika semua kanal telah digunakan, maka panggilan baru akan ditolak. FCA adalah metode yang paling dasar dan paling banyak digunakan karena menggunakan kontrol yang sederhana.

2. Dynamic Channel Assignment (DCA)

Pada skema ini jumlah kanal frekuensi yang di ditetapkan pada suatu sel dapat berubah-ubah sesuai dengan permintaan dan kepadatan trafik yang ada pada sel tersebut. Jika tidak ada kanal bebas pada suatu sel maka jaringan akan memberikan kanal bebas dari sel-sel tetangganya. DCA membutuhkan kontrol yang lebih komplek dibandingkan dengan FCA.

(28)

Pada sistem GSM, tiap-tiap sel dialokasikan set frekuensi tertentu yang jumlahnya tetap untuk tiap sel. Jadi sistem seluler GSM menggunakan metode FCA.

2.7. Dasar Teori Trafik

Teori trafik digunakan sebagai dasar teori untuk menganalisa performansi sistem komunikasi bergerak seluler, terutama dalam menganalisa proses panggilan. Secara sederhana trafik dapat diartikan sebagai pemakaian yang diukur dengan waktu. Dalam hal ini yang dipakai adalah peralatan telekomunikasi. Peralatan tersebut biasanya diperbutkan oleh para pemakai untuk dipakai beberapa saat dan kemudian dilepaskan lagi.

Nilai trafik dari suatu fasilitas sistem komunikasi adalah lamanya waktu pendudukan yang terdapat pada fasilitas sistem komunikasi tersebut. Terdapat dua tentang pengertian trafik yaitu volume trafik dan intensitas trafik. Volume trafik didefinisikan sebagai lamanya suatu panggilan menduduki sistem. Sedangkan intensitas trafik adalah banyaknya trafik yang datang pada suatu saluran pelayanan yang dilihat dalam suatu rentang waktu pengamatan. Dalam bentuk persamaan matematik hubungan antara volume trafik dan intensitas trafik yaitu :

T V

A= Erlang ...(2.1 jika pada persamaan diatas V=N.h dimana N adalah panggilan maksimum yang dapat ditangani sedangkan T adalah waktu pengamatan maka persamaan (2.1) menjadi : T h N A= × ...(2.2) A=λ×h Erlang ...(2.3) dimana λ banyaknya panggilan yang datang dalam suatu rentang waktu pengamatan sedangkan h adalah waktu rata-rata suatu panggilan menduduki kanal.

Ada tiga macam trafik seperti yang digambarkan pada gambar 2.6 dibawah yaitu:

(29)

Saluran Telekomunikasi

A

Y

R

Gambar 2.7 Klasifikasi Trafik

A : Trafik yang ditawarkan (Offered traffic) Y : Trafik yang dimuat (Carried traffic) R : Trafik yang hilang atau ditolak

Hubungan ketiga parameter itu jika dituliskan kedalam bentuk persamaan matematis adalah sebagai berikut :

R Y

A= +

Misalkan dalam selang waktu satu jam terdapat p panggilan yang berusaha memasuki saluran dan hanya b panggilan yang berhasil menduduki saluran maka trafik yang dimuat adalah Y= b x tr , dimana tr adalah waktu pendudukan rata-rata.

Dengan asumsi bahwa jika panggilan yang tidak berhasil menduduki juga akan mempunyai tr yang sama, maka :

Trafik yang ditawarkan : A= p x tr

Trafik yang hilang : R = (p – b)x tr

2.7.1. Diagram Transisi Kondisi

Bila jumlah saluran dalam berkas yang diduduki disebut kondisi, maka dengan adanya proses kedatangan panggilan ataupun berakhirnya pendudukan dapat mengubah kondisi berkas yang bersangkutan. Kondisi dan perubahan kondisi tersebut digambarkan dengan suatu diagram transisi kondisi.

Kondisi digambarkan dengan bulatan dan angka, sedangkan panah menunjukkan arah transisi kondisinya. Diagram transisi kondisi diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

(30)

0 1 2 c

λ λ λ

1μ 2μ 3μ

λ

Gambar 2.8 Diagram Transisi Kondisi[9]

Keterangan : λ = rata-rata laju kedatangan panggilan d = rata-rata lamanya waktu pendudukan Persamaan kesetimbangan secara umum dari kondisi diatas:

λP(c-1) = cμ dn P(c) ...(2.4)

Sistem trunking yang biasa digunakan ada dua jenis yaitu Blocked Call

Cleared atau dan Blocked Call Delay [6]. Dalam tugas akhir ini digunakan sistem

yang pertama untuk menentukan blok panggilan, oleh karenanya hanya akan dibahas Blocked Call Clear. Dalam sistem BCC ini diasumsikan [8]:

1. Kedatangan panggilan terditribusi secara Poisson.

2. Terdapat sejumlah sumber panggilan yang tak berhingga. 3. Jumlah kanal terbatas

4. Probabilitas pendudukan kanal oleh user terdistribusi eksponensial,

sehingga panggilan yang berlangsung lebih lama akan sedikit terjadi atau lama pendudukan berdistribusi eksponensial negatif.

Dengan asumsi diatas, atau dikenal sebagai sistem M/M/C dan menjadi dasar penurunan rumus Erlang B atau rumus rugi erlang. Rumus rugi erlang digunakan untuk menentukan probabilitas suatu panggilan akan diblok. Rumus rugi erlang dapat dinyatakan sebagai berikut [7]:

1 0 ! ! − = ⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ =

C k k C B k A C A P ...(2.5) dimana :

C = Jumlah kanal yang ada pada sistem A = Total trafik yang ditawarkan

(31)

3.1. TCH Blocking

TCH blocking adalah blocking yang terjadi pada kanal trafik (TCCH) akibat

berkurangnya jumlah kanal yang dibutuhkan

3.2. Proses Blocking Call

Secara umum proses blocking call dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini :

Gambar 3.1. Diagram Alir Blocking Call

(32)

Untuk mendapatkan satu jenis layanan dari jaringan GSM maka harus melakukan proses mobile initialization terlebih dahulu dan kemudian melakukan

connection request untuk mendapatkan kanal trafik. Secara spesifik, proses blocking call dapat dijelaskan dari gambar berikut ini :

(33)

Adapun proses blocking call sebagai berikut :

Setiap proses yang terjadi pada sistem seluler GSM memerlukan kontrol persinyalan. Begitupun halnya dengan proses kegagalan jaringan mengalokasikan panggilan untuk menempati kanal trafik. Proses signalling untuk pembentukan hubungan panggilan baru yang mengalami kegagalan akibat tidak tersedianya TCH bebas pada sel serving dapat dilihat pada gambar di atas, penjelasannya sebagai berikut :

1. MS mengirimkan pesan “channel request” untuk meminta SDCCH ke BTS dengan menggunakan kanal logika RACH. Kemudian BTS akan memberikan SDCCH kepada MS melalui kanal logika AGCH. Selanjutnya terbentuklah hubungan signaling antara MS dan BTS melalui kanal SDCCH. Proses-proses selanjutnya akan menggunakan kanal SDCCH.

2. Selanjutnya MS akan meminta “service request” ke BTS. Kemudian pesan ini akan dilanjutkan BTS ke MSC yang akan meneruskannya ke VLR. Kemudian VLR akan melakukan proses authentification dengan mengecek apakah MS terdaftar di VLR ini, jika tidak maka VLR akan mengambil parameter

authentication dari HLR. Setelah proses authentication berhasil maka

dilanjutkan dengan proses ciphering yang digunakan jika informasi yang diberikan MS bersifat rahasia.

3. Pesan “set up” kemudian diminta MS kepada MSC yang disertai dengan informasi tentang panggilan (tipe call, nomor yang dituju, dll). MSC akan meneruskan pesan ini ke VLR. Kemudian VLR akan merespon pesan ini dengan memberikan pesan “call complete” kepada MSC. Selanjutnya MSC akan meneruskannya ke MS dengan menggunakan pesan “call proceeding”. 4. MSC kemudian akan memerintahkan BSC untuk memberikan kanal trafik

dengan perintah “assignment request”. Dari BSC, kemudian pesan akan direspon dengan mengirimkan pesan “channel activation (CHNAV)” ke BTS untuk mengaktifkan kanal trafik bebas. Jika kanal trafik tersedia maka BTS akan merespon dengan mengirimkan pesan “channel Nack” ke BSC dan

(34)

sebaliknya jika ada kanal trafik bebas, maka BTS akan mengirimkan pesan “channel Ack”. Pada kasus ketika tidak ada kanal bebas pada BTS serving maka BSC akan memberikan pesan “assignment failure” kepada MSC. MSC akan memberikan perintah kepada BSC untuk melepaskan kanal SDCCH yang masih digunakan oleh MS. Dari BSC pesan ini akan dikirimkan ke MS melalui BTS.

3.3. Multiframe Half Rate

Kanal trafik digunakan untuk membawa trafik suara dan data. Kanal-kanal trafik menggunakan satu multiframe yaitu 26-frame dengan periode 120 ms (gambar di bawah). 24 frame dari 26 digunakan untuk trafik, satu frame digunakan untuk SACCH (slow associated control channel) pada FN (frame number) 12 dan satu

frame lagi (Fn 25) tidak digunakan (idle). TCH half rate dapat melipatgandakan

kapasitas sebuah sistem secara efektif dengan memungkinkan mentransmisikan 2 panggilan dalam satu kanal.berbagai jenis frame, periode, dan detail lainnya dapat dilihat pada gambar. Ada dua varian multiframe yang harus dibedakan. 26-multiframe yang terdiri dari 26 frame TDMA dengan durasi 120 ms membawa TCH dan SACCH. Varian kedua adalah 51-multiframe yang terdiri dari 51 frame TDMA dengan durasi 235,8 ms membawa data signaling. Tiap superframe terdiri dari 26 buah 51-multiframe (trafik) dan 51 buah 26-multiframe (signaling).

(35)

Gambar 3.3. Hierarki Frame GSM

Pada half rate, dua pelanggan dapat menduduki kanal yang sama. Bit rate 13

kbps (full rate) dibagi menjadi 6,5 kbps untuk half rate.

Pada gambar 3.3. merepresentasikan 1 full rate TCH. Pendudukan pelanggan pada kanal HR berbeda dengan FR, misalkan pada FR, satu pelanggan mendapat kanal pada timeslot 3 (TS3), maka selama percakapan atau masa pendudukan akan menempati TS3, kanal HR dapat menerima dua pelanggan dalam satu timeslot hanya

(36)

saja periode dalam 26-multiframe bergantian. Misalkan pelanggan 1 mendapat kanal pada TS4 begitu pula dengan pelanggan 2 mendapat kanal TS4 hanya saja periode pelanggan 1 pada 8 TS pertama, ketiga dan seterusnya dan pelanggan 2 pada periode 8 TS kedua, keempat dan seterusnya seperti yang terlihat pada gambar (2 half rate TCH)

3.4. Metode Pencegahan Bloking

Bloking panggilan yang tinggi dapat diatasi dengan berbagai cara. Beberapa metode tersebut dapat dibagi menjadi 5 :

3.4.1. Penambahan TRX atau carrier

Penambahan TRX atau carrier dapat memperkecil kemungkinan terjadinya bloking dengan kapasitas yang menjadi lebih besar. Metode ini digunakan jika jumlah pelanggan bertambah bukan hanya pada saat tertentu atau sementara. Penambahan TRX atau carrier dilaksanakan oleh karena beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan dibutuhkannya penambahan TRX adalah intensitas trafik yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang atau jumlah pelanggan meningkat, peramalan demand yang berkaitan dengan bertambahnya kepadatan penduduk dan peramalan trafik. Konsekuensi dari penambahan ini adalah membutuhkan biaya yang besar dan proses pengerjaan yang relatif lama.

3.4.2. Dual Band Operation /Enhancement Spektrum

Penambahan spektrum mempunyai keuntungan untuk memperluas

bandwidth yang dimiliki operator. Tentu saja mempermudah operator dalam

melakukan “perluasan” terhadap jaringan dikarenakan alokasi frekuensi yang dimiliki lebih banyak. Penambahan spektrum adalah hal yang tidak mudah oleh karena keterbatasan penggunaan frekuensi dan regulasi pemerintah, jaringan terganggu karena re-use frekuensi berubah karena aplikasi ini serta masalah lisensi ataupun perijinan. Penambahan spektrum tentu saja harus disertai dengan

(37)

penambahan jumlah site ataupun kapasitas jaringan agar dapat mengurangi bloking yang tinggi.

3.4.3. Handover Due to Traffic

Metode ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi jaringan dengan mendistribusikan ulang trafik antar sel-sel pada suatu BSC. Handover untuk alasan trafik dilakukan agar panggilan-panggilan dari sel yang memiliki trafik padat ke sel tetangga yang memilki trafik rendah. Keuntungan yang didapat dari metode ini adalah untuk membebaskan kanal pada sel yang memiliki trafik tinggi agar dapat dipakai untuk panggilan baru. Penyebab trafik tidak diramalkan pada A interface dan BSC yang melayani tidak dapat mengendalikan kanal baru milik sel pada BSC lainnya, konsekuensinya,

handover dengan alasan trafik hanya dapat dilakukan antar sel pada BSC yang

sama. Implementasi metode ini memiliki keuntungan tidak diperlukan resources yang baru pada sel dan reservasi kanal pada kondisi trafik yang tinggi.

Handover dengan alasan trafik bukan prioritas utama karena keperluan handover secara teknis harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak menggangu

perilaku normal jaringan lebih besar. Parameter keberhasilan handover atau HOSR (Handover successful rate) bergantung dari HO success dan HO attempt, dapat dilihat dengan perbandingan keduanya seperti rumus di bawah ini :

% 100 * _ _ attempt Handover success Handover HOSR= ………(3.1)

Metode ini mirip dengan directed retry mempunyai tujuan untuk meningkatkan kapasitas jaringan. Metode ini memindahkan pelanggan yang sudah menduduki kanal ke sel tetangga dengan membolehkan sel yang digunakan sebelumnya melakukan set up koneksi yang baru. Pemindahan koneksi dipilih yang berada dekat dengan perbatasan sel.

(38)

3.4.4. Directed Retry

Directed retry adalah transisi atau handover dari satu SDCCH pada suatu

sel ke TCH pada sel yang lain selama proses call set up karena tidak adanya TCH yang kosong pada sel pertama atau sel serving.

Gambar 3.6. Pemodelan Sel

Pada directed retry, sebuah mobile station (MS) yang berada pada daerah

overlap antar sel i dan sel tetangga seperti pada pemodelan sel diatas. Jika MS

melakukan permintaan panggilan melalui kanal signaling di BTS sel i. setelah proses penerimaan dilakukan, maka BTS akan mengecek apakah ada kanal trafik yang kosong atau tidak di sel i tersebut. Jika ada kanal kosong, maka BTS akan memberikan kanal tersebut. Jika di sel i tidak ada kanal kosong, maka BSC akan mencarikan kanal kosong dari sel tetangga, dalam hal ini sel tetangga dari sel i. jika pada sel tetangga ada kanal bebas maka panggilan baru tersebut akan dialokasikan satu kanal trafik bebas. Jika tidak ada kanal trafik bebas pada sel tetangga maka panggilan tersebut akan diblok atau gagal.

Directed retry dimaksudkan untuk menghindari penolakan panggilan

karena kepadatan di suatu sel. Jika antrian pada assignment request tidak disupport di dalam BSC, maka directed retry bisa dipicu oleh BSC dengan mengirimkan pesan forced HO request ke BTS yang akan meresponnya dengan

(39)

melakukan pesan intercell HO Cond. Indic. Pada umumnya sistem GSM tidak akan mengadakan antrian pada panggilan. Jadi, jika strategi directed retry tidak digunakan , maka ketika tidak ada kanal kosong di suatu sel, panggilan akan langsung gagal atau blocking. Dapat terjadi suatu keadaan dimana pesan

intercell HO Cond. Indic. Tidak mengandung target cell list (jika dipicu oleh

pesan forced HO request), maka BTS harus mengirimkan pesan intercell HO

Cond. Indic. Walaupun tidak ada sel tetangga yang cocok (dalam hal ini target cell list kosong). Dalam kasus ini TCH tidak bisa diberikan dan BSC tentu saja

tidak harus mengirimkan Assignment failure (disebabkan “no audio resource

available”). Pada keadaan tersebut maka panggilan akan gagal/blocking.

Jika pada kasus MSC Controlled handover MS tidak dapat mengakses sel baru dan MSC menerima HO FAILURE (disebabkan “ radio interface failure,

reversion to old channel”) dari BSC lama, maka akan terjadi keadaan dimana

MSC biasanya melepaskan koneksi SDCCH ini dengan mengirimkan pesan CLEAR CMD (disebabkan “radio interface failure, reversion to old channel”) ke BSC secara independent. Dalam hal ini maka MS akan juga akan gagal dalam melakukan panggilan / blocking. Jika MSC tidak men-support handover karena directed retry maka BSC bias melakukan BSC Directed Retries saja (kira-kira 75 % dari semua kejadian directed retry adalah tipe ini). Pada kasus ini maka parameter EN_INTER_SDCCH_HO pada BSC akan diset menjadi “disable” dan BSC harus mencek target cell list dari pesan intercell

HO_Cong_Ind yang dimilki oleh koneksi kanal signallig SDCCH. Semua sel

yang diidentifikasi tidak berada pada area akan dilewati dan jika sel lainnya diidentifikasi berada pada area BSC maka akan dilakukan HO ke sel yang cocok dengan sinyal yang palig kuat (jika memungkinkan ke sel yang kedua terkuat, ketiga terkuat dan seterusnya). Jika target cell list tidak memilki sisa sel yang diidentifikasi pada area yang sama, maka pesan Intercell HO cond Indic. Akan dibuang dan BSC akan melepaskan koneksi SDCCH ini (mengirimkan pesan “assignment failure “ kepada MSC dengan penyebab “no audio resource

(40)

available”). Hal ini akan menyebabkan panggilan gagal atau blocking. Metode

ini tidak cocok diterapkan pada hari raya karena panggilan di sekitar sel-sel yang memilki trafik dan call attempt yang tinggi juga memiliki trafik yang tinggi pula.

3.4.5. Dual Rate/ Half Rate

Jika jumlah TRX yang ada pada sel tetap tidak bisa menanggung beban maka half rate (HR ) codec akan melipatgandakan jumlah voice circuit pada kapasitas pada sel akan dapat dicapai dengan konsekuensi kualitas suara menurun. Keuntungannya tidak memerlukan tambahan perangkat keras, tidak ada investasi untuk meningkatkan infrastruktur, implementasi menyebabkan gangguan kecil pada jaringan. EHRACT adalah salah satu fitur pengaktifan half

rate. Fitur ini membolehkan BSC mengesampingkan pilihan versi suara

ditunjukkan pada incoming TCH seizure request dan memaksa incoming TCH

seizure request ini ke FR atau HR TCH tergantung dari beban trafik saat itu

pada sel tersebut. BSC menentukan tipe TCH yang diberlakukan untuk sebuah panggilan tertentu.

Metode-metode diatas merupakan metode pencegahan bloking, tetapi yang memenuhi solusi untuk pencegahan bloking yang tinggi pada saat tertentu saja dan tidak dalam jangka waktu yang panjang maka metode yang digunakan untuk event tertentu dan hari raya adalah metode dual rate/EHRACT.

3.5. Parameter Half Rate yang digunakan pada BSS

Parameter-parameter half rate berdasarkan referensi dari BSS ericson adalah : 1. CHTYPE

Tipe channel yang digunakan untuk mengisi time slot pada air interface 2. TCH_FULL

(41)

3. TCH_FULL_HALF

Kanal trafik yang bersifat dual rate, dapat digunakan sebagai half rate ataupun full rate, tergantung dari parameter threshold yang diset

4. EHRACT (Enable Cell Load Dependent Activation of HR)

Parameter untuk mengaktifkan TCH half rate pada suatu sel. Jika bernilai TRUE maka HR diaktifkan pada sel tersebut, dan bernilai FALSE jika HR tidak diaktifkan atau full rate yang diinginkan pada suatu sel. Parameter ini di-set untuk tiap-tiap sel.

5. HRACTTI (Half Rate Activation Threshold)

Merupakan parameter threshold beban trafik yang digunakan untuk

men-trigger incoming call agar menduduki kanal half rate. Parameter ini

dibandingkan dengan beban trafik yang ada yeng telah dihitung oleh sistem.

3.6. Mekanisme dan Aktivasi Half Rate pada Suatu Sel 3.6.1. Mekanisme Half Rate

BSC dapat menerima sebuah incoming TCH seizure request dalam dua cara :

1. Penerimaan sebuah ASSIGNMENT REQUEST (call setup) 2. Penerimaan sebuah HANDOVER REQUEST

Keduanya (ASS REQ dan HO REQ) berisi elemen informasi yang menandakan versi suara yang mendukung dan pilihan versi suara. Jika EHRACT=FALSE, pilihan versi suara ini merupakan factor yang menentukan untuk BSC dalam penetapan TCH (kecuali ada TCH congestion). Bagaimanapun juga, dalam kondisi trafik yang tinggi sangat masuk akal untuk mengabaikan pilihan dan memaksa panggilan untuk menduduki TCH HR jika

half rate ditandai sebagai versi suara yang mendukung dalam TCH seizure request. BSC menghitung beban trafik sel dan membandingkan dengan

(42)

HRACTT1 sebelum menetapkan sebuah TCH dan setelah menerima ASS REQ atau HO REQ.

BSC menghitung beban trafik sel dengan rumus :

% 100 (%) x angada jumlahTCHy erttentu ipadasaatt angterpaka jumlahTCHy ksel Bebantrafi = ………..(3.2)

Jumlah TCH yang terpakai pada saat tertentu meliputi : 1. TCH dalam keadaan “busy”

2. TCH dalam keadaan “locked atau shutting down”

Selama beban trafik sel tetap berada di bawah threshold yang telah ditentukan oleh HRACTT1, BSC memaksakan pendudukan TCH ke FR. Jika beban trafik sel melampaui persentase yang telah ditentukan HRACTT1, semua panggilan masuk dan handover yang dikontrol MSC dipaksa ke TCH HR.

3.6.2. Aktivasi Half Rate pada BSS

Aktivasi kanal half rate meningkatkan radio resources dengan menyediakan alokasi kanal half rate untuk sel-sel yang mempunyai trafik yang sangat tinggi ketika menawarkan pelanggan cukup banyak dapat meningkatkan kualitas jaringan selama non-peak hour.

Traffic Channel half rate sebaiknya disediakan selama trafik yang tinggi

pada satu sel, dalam hal ini penambahan kapasitas sangat diperlukan. Fitur ini dapat dieksekusi secara otomatis ke half rate ketika jumlah trafik kanal yang sibuk berada di bawah predefined threshold.

Sebelum menetapkan sebuah kanal (yaitu prosedur handover atau

assignment) BSC melakukan pengecekan persentase kanal sibuk. Hal ini

dilakukan dengan menghitung jumlah total kanal yang tidak tersedia untuk panggilan yang baru dibagi dengan jumlah total kanal yang ada pada sel tersebut. Persentase ini dibandingkan dengan threshold yang baru dan jika lebih

(43)

kecil atau sama dengan batas “HRACTT1” sebuah kanal TCH/FR ditetapkan. Jika rasio diatas threshold BSC menetapkan kanal TCH/HR. BSC memegang perbandingan threshold, evaluasi dan penetapan kanal full rate dan

half rate. Penentuan threshold tersebut dibagi menjadi dua parameter / beban

trafik yang dihitung pada sistem dan HRACTT1. penentuan HRACTT1 dilakukan dengan melakukan perhitungan prediksi trafik dengan menggunakan rumus :

X = trafik yang sudah diprediksikan (erlang) X(Erl) dengan GOS 2% maka didapat Y (dari tabel erlang) Y = kanal yang dibutuhkan untuk satu sel dari X Z = kanal yang ada pada satu sel

C = pembagian kanal dalam satu sel (%)

C Z Z Y = − % 100 * …………..(3.3) C HRACTT1=100%− ….………(3.4)

BSC akan menentukan apakah sel membutuhkan kanal dual rate/half

rate atau kanal full rate dengan melakukan perbandingan yaitu :

1. Jika beban trafik sel ≤ HRACTT1 maka TCH FR diberlakukan 2. Jika beban trafik sel > HRACTT1 maka TCH HR diberlakukan

3.7. Parameter Performansi

Dalam sistem seluler, bloking terjadi ketika base station tidak mempunyai kanal bebas untuk mengalokasikan panggilan yang datang. Bloking merupakan kriteria untuk mengetahui performansi suatu jaringan seluler. Dalam tugas akhir ini akan dibahas parameter blocking pada jaringan seluler yaitu probabilitas call blocking (Originating Call Blocking).

(44)

3.7.1. Probabilitas blocking panggilan

( )

( )

! ! 1 0 i m i m k k i i m k b i i ρ ρ − = ⎥⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ =

i=1,2,3... ……….(3.5) Dimana ρ λiμ i = i

λ adalah laju kedatangan panggilan dan μ adalah laju pendudukan serta m adalah jumlah kanal pada system.

3.7.2. Definisi formula untuk tolak ukur performansi

Performansi suatu jaringan dapat diukur melalui suatu tolak ukur yang dituangkan dalam bentuk formula. Formula tersebut dibentuk dari suatu pengukuran atas performansi dalam bentuk statistik yang dihasilkan oleh suatu system (BSC atau BTS) setiap jam. Adapun formula yang berpengaruh terhadap bloking adalah :

1. TCH blocking rate

Formula ini menggambarkan perbandingan jumlah bloking dengan jumlah kedatangan panggilan. Formulanya dapat dituliskan sbb :

TCH Blocking Rate attempt TCH Block TCH _ _ % 100 * _ _ = ………….(3.6)

2. HOSR (Handover Successful Rate)

Formula yang mendeskripsikan keberhasilan suatu handover dari satu sel menuju sel lain. Merpakan perbandingan nilai dari handover sukses terhadap jumlah handover yang terjadi. Seperti yang telah dituliskan pada rumus diatas.

(45)

3.7.3. Parameter kualitas suara

Kualitas suara sebelum dan sesudah aktivasi half rate sudah tentu

berbeda. Kualitas suara full rate lebih baik daripada half rate.

Aktivasi half rate memiliki dua parameter dua parameter kualitas suara yaitu RXLEV dan RX Quality. RXLEV adalah level daya sinyal MS yang diukur pada kanal dedicated baik uplink maupun downlink untuk setiap TDMA

frame termasuk SACCH pada multiframe. Data dari SACCH merupakan data

pengukuran daya sinyal MS (dBm). RXLEV mempunyai nilai dari 0 sampai 63 pada BSS Ericsson. Masing-masing nilai mempunyai level daya sinyal tersendiri. Semakin besar nilai RXLEV maka semakin baik daya sinyal yang diterima.

RX Quality adalah representasi dari nilai BER (bit error rate). RX Quality dipetakan menjadi 8 nilai, RX Quality = 0 sampai dengan RX Quality = 7. masing-masing nilai RX Quality mempunyai rentang nilai BER yang berbeda.

RXQUAL = 0 : BER < 0.2% assumed value : 0.14% RXQUAL = 1 : 0.2% < BER < 0.4% assumed value : 0.28% RXQUAL = 2 : 0.4% < BER < 0.8% assumed value : 0.57% RXQUAL = 3 : 0.8% < BER < 1.6% assumed value : 1.13% RXQUAL = 4 : 1.6% < BER < 3.2% assumed value : 2.26% RXQUAL = 5 : 3.2% < BER < 6.4% assumed value : 4.53% RXQUAL = 6 : 6.4% < BER < 12.8% assumed value : 9.05% RXQUAL = 7 : 12.8% < BER assumed value : 18.01% Semakin kecil nilai RX Qual maka semakin baik kualitasnya.

(46)

Pada bab ini akan dianalisa aktivasi TCH halfrate yang menggunakan parameter KPI (Key Performance Indicator). Ada dua bagian dari parameter tersebut, yaitu TCH blocking HOSR (Handover successful rate) dan level daya terima serta kualitas sinyal (BER). Pembahasan akan dilakukan dengan perhitungan manual. Analisa performansi dilihat dari probabilitas bloking panggilan di suatu sel. Penggunaan metode dualrate/half rate, seperti yang sudah diuraikan di bab 3, merupakan solusi yang paling tepat dalam mengatasi bloking, khususnya dalam peningkatan kapasitas kanal trafik.

4.1. Latar Belakang Sel 4.1.1. Kondisi BTS (Site)

Analisis akan dilakukan pada BTS yang memiliki bloking tinggi pada hari tertentu (hari raya Idul fitri). Latar belakang pengambilan sample data pada BTS tersebut karena pada hari biasa bloking tidak terlalu tinggi, tetapi pada saat menjelang hari raya (dari data hari raya sebelumnya, bloking meningkat tajam. Ha;l ini berdampak pada kapasitas kanal yang tersedia pada sel tersebut sehingga aktivasi TCH halfrate menjadi solusi yang paling tepat dalam mengatasi hal tersebut.

BTS yang akan dianalisis adalah BTS Gang Kepler (BT MDN1). BTS ini memilki 3 sektor (cell) yaitu ME0130A, ME0130B, ME0130C. Sample data diambil mulai dari seminggu sebelum aktivasi HR dan seminggu setelah aktivasi HR. Analisis yang dilakukan adalah menghitung kanal yang dibutuhkan

(47)

yang berpengaruh dalam menentukan threshold (ambang) untuk mengaktifkan kanal trafik halfrate dan membandingkan sebelum aktivasi halfrate dan sesudah aktivasi halfrate. Pengaruh apakah yang ada dari pengaktifan halfrate ini dan efek yang ada bagi operator maupun pelanggan.

4.1.2. Data Statistik TCH Blocking Rate Sebelum Aktivasi HR

Bloking yang ada pada BTS Gang Kepler (ME0130A, ME0130B, ME0130C) sebelum pengaktifan halfrate dapat dilihat pada tabel dan grafik seperti di bawah ini :

Tabel 4.1. Statistic Trafik sebelum Aktivasi HR

CELL DATE HOSR

BLOCKING RATE T_TRAF (Erlang) AVAIL_CHAN 17-Oct-06 89.56 49.09% 13.12 15 18-Oct-06 90.12 50.00% 13.2 15 19-Oct-06 89.72 42.73% 12.56 15 20-Oct-06 88.51 38.75% 12.21 15 21-Oct-06 89.45 61.36% 14.2 15 22-Oct-06 88.35 74.09% 15.32 15 ME0130A 23-Oct-06 92.25 47.84% 13.01 15 17-Oct-06 93.00 38.58% 21.41 23 18-Oct-06 92.80 39.42% 21.54 23 19-Oct-06 92.75 29.51% 20.01 23 20-Oct-06 93.15 33.72% 20.66 23 21-Oct-06 93.00 35.34% 20.91 23 22-Oct-06 92.70 39.94% 21.62 23 ME0130B 23-Oct-06 93.70 29.45% 20 23 17-Oct-06 89.90 13.20% 17.49 23 18-Oct-06 89.40 13.27% 17.5 23 19-Oct-06 88.80 16.05% 17.93 23 20-Oct-06 89.40 16.50% 18 23 21-Oct-06 89.20 17.22% 18.11 23 22-Oct-06 89.70 18.45% 18.3 23 ME0130C 23-Oct-06 91.20 16.44% 17.99 23 Di bawah ini merupakan grafik data TCH blocking rate sebelum aktivasi HR yang diambil dari tanggal 17 Oktober 2006 sampai 23 Oktober 2006

(48)

TCH BLOKING RATE SEBELUM AKTIVASI 49.09 50 42.73 38.75 61.36 74.09 47.84 0 10 20 30 40 50 60 70 80 17-Oct-06 18-Oct-06 19-Oct-06 20-Oct-06 21-Oct-06 22-Oct-06 23-Oct-06 P er sen tase

Gambar 4.1. Grafik TCH blocking sebelum aktivasi HR pada ME0130A

TCH BLOKING RATE SEBELUM AKTIVASI

49.09 50 42.73 38.75 61.36 74.09 47.84 0 10 20 30 40 50 60 70 80 17-Oct-06 18-Oct-06 19-Oct-06 20-Oct-06 21-Oct-06 22-Oct-06 23-Oct-06 P er sen tase

(49)

TCH BLOKING RATE SEBELUM AKTIVASI 13.2 13.27 16.05 16.5 17.22 18.45 16.44 0 5 10 15 20 17-Oct-06 18-Oct-06 19-Oct-06 20-Oct-06 21-Oct-06 22-Oct-06 23-Oct-06 P er sen tase

Gambar 4.3. Grafik TCH blocking sebelum aktivasi HR pada ME0130C

Ketiga gambar grafik diatas mempunyai garis tren yang linier dan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa TCH blocking rates sebelum aktivasi HR meningkat tajam dari tanggal 17 oktober sampai 23 oktober 2006 dan blocking rate yang diterapkan oleh operator adalah sebesar 2 %. Peningkatan yang terjadi telah melampaui ambang batas yang telah ditentukan oleh operator. Pada ME0130A, rata-rata blocking rate pada sel tersebut adalah 51.980 %. ME0130C memiliki rata-rata TCH blocking rate paling rendah dibandingkan ME0130A dan ME0130C sebesar 15.876 %. Peningkatan yang paling signifikan terjadi mulai tanggal 21 oktober 2006, hal ini disebabkan lonjakan trafik dan keterbatasan kanal sehingga TCH block lebih tinggi dibandingkan dengan TCH attempt. Begitu juga dengan ME0130C mempunyai rata-rata TCh blocking rate sebesar 35.137 % dan lonjakan trafik terjadi mulai dari tanggal 23 Oktober 2006.

(50)

Ketiga sel tersebut memilki karakteristik data yang hampir sama yaitu memilki garis trend yang meningkat dan linier serta rata-rata TCH blocking rate dari tanggal 17 – 23 oktober 2006 jauh lebih besar dari TCH blocking rate yang telah ditetapkan oleh operator GSM yaitu 2 %.

4.1.3. Data Performansi

4.1.3.1. HOSR (Handover Succesful rate)

Blocking tiap sel sangat mempengaruhi HOSR seperti yang terlihat pada grafik. Blocking rate meningkat mulai tanggal 23 oktober 2006 terlihat dari gambar yang mengakibatkan turunnya tingkat HOSR. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya HO attempt dibandingkan HO success. Satu kasus diambil diambil pada TCH bloking rate yang paling tinggi yaitu pada tanggal 22 oktober 2006 dimana TCH blocking rate mencapai 74,09 % pada ME0130A, 39.94 % pada ME0130B dan 18.45 % pada ME0130C. pada ME0130A, tingkat keberhasilan handover mencapai 88.35 % yang mempunyai arti dalam 1000 kali percobaan untuk melakukan handover hanya 883 call yang berhasil, pada ME0130B memilki HOSR sebesar 92.7 % yang berarti dalam 1000 kali percobaan hanya 927 call, serta pada ME0130C yang memilki HOSR sebesar 89.70 % yang berarti dalam 1000 kali percobaan hanya 897 call yang berhasil melakukan handover.

(51)

89. 56 93. 00 89. 90 90 .12 92. 80 89 .40 89. 72 92. 75 88. 80 88 .51 93 .15 89 .40 89. 45 93. 00 89 .2 0 88 .35 92 .7 0 89. 70 92 .25 93. 70 91 .20 84 86 88 90 92 94 P er s en tase 17- Oct-06 18- Oct-06 19- Oct-06 20- Oct-06 21- Oct-06 22- Oct-06 23- Oct-06

HOSR SEBELUM AKTIVASI HR

M E0130A M E0130B M E0130C

Gambar 4.4. Grafik HOSR sebelum aktivasi Half Rate

4.2. Implementasi Half Rate 4.2.1. Analisis Efisiensi

Terdapat 5 metode yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya blocking call, diantaranya penambahan TRX / carrier, dualband operation / enhancement spectrum, handover due to trafik, directed retry dan dual rate / half rate. Kelima metode yang telah diuraikan pada sebelumnya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing namun metode yang paling tepat dalam mengatasi kasus seperti yang ada pada hari raya Idul Fitri ini adalah metode dual rate / half rate. Pengaplikasian metode ini dilatarbelakangi oleh peningkatan bloking yang terjadi hanya pada saat tertentu (hari raya) atau event tertentu dan membutuhkan kapasitas yang lebih besar dari hari biasanya.

4.2.2. Perencanaan dan perhitungan parameter HR

Ada beberapa parameter yang menentukan untuk mengaktifkan TCH half rate. Parameter yang menentukan adalah HRACTT1. HRACTT1 yang telah dibahas sebelumnya adalah threshold yang direncanakan untuk diaplikasikan

(52)

pada system dan akan dibandingkan dengan trafik yang membebani sel. Dilihat dari data trafik pada hari raya sebelumnya telah ditentukan oleh pihak operator telkomsel bahwa prediksi trafik meningkat 150 %. Perhitungan threshold dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Perhitungan HRACTT1

Channel Available (Z) Aver. Traffic H-7≤ X < H (Erlang) Trrafic Predicted = 150% (Erlang) Channel yang diperlukan (Y) HRACTT1 (%) ME0130A 15 13.374 20.061 29 6.667 ME0130B 23 20.878 31.317 42 17.391 ME0130C 23 17.903 26.854 37 39.130

Average traffic H-7 ≤ X < H adalah rata-rata trafik selama 7 hari sebelum hari raya. Dari rata-rata trafik H-7 ≤ X < H didapat trafik perkiraan yang diramalkan meningkat 150 % dari trafik rata-rata H-7 ≤ X < H. dengan menggunakan tabel erlang B dengan GOS 2 % dan trafik perkiraan didapat kanal yang diperkirakan. Kemudian dimasukkan ke dalam rumus didapat HRACTT1 tiap sel seperti pada tabel diatas. ME0130A mempunyai rata-rata trafik 7 hari menjelang hari raya sebesar 13.374 % erlang dan jumlah kanal yang tersedia 15. operator memprediksi lonjakan trafik pada hari raya Idul Fitri sebesar 150 %, dari trafik rata-rata ME0130A mengalami peningkatan 150 % menjadi trafik perkiraan sebesar 20.061 erlang. Dengan trafik perkiraan sebesar 20.061 erlang dan GOS 2 % (dari tabel) diperoleh kanal trafik yaitu 29 kanal. Nilai kanal yang tersedia dan kanal perkiraan dimasukkan dalam rumus diperoleh HRACTT1 yang merupakan threshold dimana jika beban trafik sel

(53)

(RUMUS 3.2.) ≤ 6.667 % maka TCH FR diberlakukan dan jika beban trafik sel > 6.667 % maka TCH HR diberlakukan. Perhitungan HRACTT1 pada ME0130B dan ME0130C sama dengan ME0130A, begitu pula dengan syarat pembelakuan apakah NS tersebut diberlakukan TCH FR ataupun TCH HR dengan parameter beban trafik sel dan HRACTT1 yang kemudian akan dibandingkan. Setiap ada assignment request atau HO request maka BSC akan selalu membandingkan beban trafik sel dan HRACTT1.

4.3. Data Statistik Setelah Aktivasi HR 4.3.1. Data Statistic TCH Blocking Rate

Tabel 4.3. TCH Blocking Setelah Aktivasi HR

CELL DATE BLOCKING RATE T_TRAF (Erlang) AVAIL_CHAN

23-Oct-06 47.84% 13.01 15 24-Oct-06 0.320% 14.82 30 25-Oct-06 0.104% 15 30 26-Oct-06 0.070% 14.75 30 27-Oct-06 0.010% 15.53 30 28-Oct-06 0.009% 14.8 30 29-Oct-06 0.000% 16 30 ME0130A 30-Oct-06 0.000% 14.2 30 23-Oct-06 29.45% 20 23 24-Oct-06 0.217% 21.81 46 25-Oct-06 0.040% 22 46 26-Oct-06 0.011% 21.72 46 27-Oct-06 0.004% 21.32 46 28-Oct-06 0.000% 20.51 46 29-Oct-06 0.000% 20.93 46 ME0130B 30-Oct-06 0.000% 21.71 46 23-Oct-06 16.44% 17.99 23 24-Oct-06 0.453% 19.29 46 25-Oct-06 0.084% 18.93 46 26-Oct-06 0.010% 18.84 46 27-Oct-06 0.007% 19.71 46 28-Oct-06 0.000% 22.24 46 29-Oct-06 0.000% 21.5 46 ME0130C 30-Oct-06 0.000% 22.13 46

(54)

Dari data di atas untuk tiap sel selam tanggal 23 – 30 Oktober 2006 dipresentasikan dalam bentuk grafik untuk memudahkan. Setelah aktivasi halfrate dilakukan, TCH blocking rate menurun.

TCH BLOCKING RATE SETELAH AKTIVASI

0.320 0.104 0.070 0.010 0.009 0.000 0.000 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 24-Oct-06 25-Oct-06 26-Oct-06 27-Oct-06 28-Oct-06 29-Oct-06 30-Oct-06 ME0130A

Gambar 4.5. Grafik TCH blocking setelah aktivasi HR pada ME0130A

TCH BLOCKING RATE SETELAH AKTIVASI

0.217 0.040 0.011 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 24-Oct-06 25-Oct-06 26-Oct-06 27-Oct-06 28-Oct-06 29-Oct-06 30-Oct-06 ME0130B

(55)

TCH BLOCKING RATE SETELAH AKTIVASI 0.430 0.084 0.010 0.007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 24-Oct-06 25-Oct-06 26-Oct-06 27-Oct-06 28-Oct-06 29-Oct-06 30-Oct-06 ME0130C

Gambar 4.7. Grafik TCH blocking setelah aktivasi HR pada ME0130C

Untuk memperjelas perbedaan yaitu penurunan blocking, ditampilkan tanggal 24 Oktober 2006 sebelum hari raya Idul Fitri yang jatuh tanggal 24 – 25 Oktober 2006. Aktivasi half rate diaktifkan pada bulan ini denagan menetapkan terlebih dahulu threshold. Contoh satu kasus pada ME0130C, sebelum pengaktifan TCH HR yaitu tanggal 22 Oktober 2006. trrafic carried dengan besar 21.62 erlang dengan blocking 2 % didapat 31 kanal sedangkan kanal yang tersedia sebesar 23 kanal, jadi kanal yang tersedia tidak dapat melayani trafik sebesar 15.32 erlang. Sekurangnya dibutuhkan 8 kanal tambahan agar trafik tersebut dapat terlayani. Hal ini menyebabkan blocking tinggi.

Setelah aktivasi HR yaitu tanggal 27 Oktober 2006, trafik carried sebesar 21.32 erlang membutuhkan 30 kanal agar semua trafik dapat terlayani. Dengan jumlah kanal sejumlah 46, maka seluruh panggilan dapat terlayani. Hal ini menyebabkan nilai TCH blocking rate menjadi 0 %. Dengan HRACTT1 sebesar 17.391% berarti bila ada assignment request/HO request dari MS ke sel tersebut, BSC akan memaksa MS menduduki kanal HR jika beban trafik sel>26.667 % dan jika beban trafik sel ≤ 17.391 % akan dipersilahkan

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM [12]
Gambar 2.2 Kanal logika GSM [12]
Gambar 2.3 Proses Call Setup  [11]
Gambar 2.4 Proses handoff [10]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modul pengisi Cairan Minuman Pada Kemasan Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 , Proyek Akhir Teknik Elektronika Politeknik Negeri

Volume molal parsial dari komponen- komponen dalam larutan merupakan salah satu sifat termodinamik molal parsial utama yang dapat ditentukan dengan bantuan metode

Matriks indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi

Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik

Menurut Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:57) mendefinisikan bahwa, “ sistem informasi akuntansi sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengorganisasi

Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis (bobot lokasi) adalah jika nilai indeks LQ lebih besar atau sama dengan satu (LQ≥1), maka pada lokasi tersebut

Mantan Walikota Jakarta Utara ini menyampaikan, jumlah tenaga kerja kontrak yang akan direkrut di masing- masing kelurahan bervariasi antara 40-70 orang, tergantung dari luasan