• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan Online (Tinder) Skripsi. Disusun Oleh: N. Amalia Andara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan Online (Tinder) Skripsi. Disusun Oleh: N. Amalia Andara."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan Online (Tinder)

Skripsi

Disusun Oleh:

N. Amalia Andara 150904087

Public Relations

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

2019

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : N. Amalia Andara NIM : 150904087

Judul : Keterbukaan Diri (Self disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan online (Tinder)

Dosen Pembimbing, Ketua Prodi,

Dr.Nurbani M.Si. Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D NIP.196108021987012001 NIP. 196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si.

NIP. 197409302005011002

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia

diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : N. Amalia Andara

NIM : 150904087

Departemen : Ilmu Komunikasi Tanda Tangan :

Tanggal :

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : N. Amalia Andara

NIM : 150904087

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul :Keterbukaan Diri (self disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan online (Tinder)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (...)

Penguji : (...)

Penguji Utama : (...)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : Maret 2019

(5)

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pengguna Aplikasi Kencan Online (Tinder) ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan almamater Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dikarenakan dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua peneliti, Bapak Supriyanto dan Ibu Fitri yang selalu sabar memberikan dukungan kepada peneliti baik itu dukungan moral maupun materi serta memberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi. Selain itu saya berterima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ketua Program studi, Ibu Dra, Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D dan Sekretaris Program studi, Ibu Emilia Ramadhani, M.A

3. Dosen pembimbing peneliti, Ibu Dr. Nurbani M.Si. yang selalu sabar membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU

5. Staf Program studi Kak Maya dan Kak Yanti yang dengan ramah dan sabar membantu peneliti dalam setiap proses permasalahan dan urusan perkuliahan.

6. Keluarga Besar peneliti yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu, yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa.

(6)

Fachrezy, Yudhistira Sandy, Fadhlan Nasution, Donny Handoyo, Imanuel Bukit, yang telah memberikan pengalaman dan mengisi hari- hari selama masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan dan selalu menghibur peneliti disaat penyusunan skripsi hingga selesai.

Semoga kita semua sukses dan tetap seperti saat ini walaupun sudah lulus nantinya.

8. Kepada Amalina Darayani dan Bunga Nabilah, yang telah membantu peneliti mencari informan dan ikut membantu peneliti dalam proses wawancara.

9. Teman-teman dekat peneliti, Puspa ayu, Tiara Amalia, Ismah Zulyana.

Yang sudah mau menjadi teman peneliti sejak awal masa perkuliahan hingga saat ini.

10. Kepada M. Fadhil, teman peneliti yang selalu mendengarkan semua keluh kesah peneliti baik masalah pribadi maupun perkuliahan.

Terimakasih untuk selalu menghibur dan membuat peneliti tertawa.

11. Oliviardy Reviansyah, yang selalu menjadi tempat keluh kesah peneliti dan terimakasih untuk selalu membantu peneliti dalam masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini selesai.

12. Kepada Divisi DIKLAR IMAJINASI periode 2018/2019. Dina, Lady, Iren, Putri dan Esther. Terimakasih sudah menjadi bagian dari pembelajaran yang berharga untuk peneliti

13. Kepada teman-teman stambuk 2015 lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu. Semoga kita semua dapat lulus tepat waktu dan menjadi orang yang sukses kedepannya. Amin.

14. Kepada seluruh informan yang sudah mau meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh peneliti.

Demikianlah skripsi ini masih memilki kekurangan di dalamnya. Oleh

karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritikan, saran serta masukan untuk

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini kelak menjadi

(7)

Medan, Maret 2019

N. Amalia Andara

(8)

Kencan Online (Tinder)‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan penggunaan aplikasi Tinder pada pengguna aktif aplikasi Tinder yang telah bekerja, untuk mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi Tinder, dan untuk mengetahui hambatan pengguna Tinder dalam mencari pasangan. Teori yang diangggap relevan dalam penelitian ini komunikasi, komunikasi antar pribadi, penetrasi sosial, self disclosure, perkembangan teknologi komunikasi, new media, dan Tinder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivisme. Jumlah informan pada penelitian ini ada 6 orang.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam. Teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis model Miles dan Huberman yang dilakukan 3 tahap Raduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa alasan pengguna Tinder dalam menggunakan Tinder adalah iseng dan sekedar ingin mencari teman dari aplikasi kencan online. Keterbukaan diri melalui Tinder dilakukan untuk lebih merasa dekat dan nyaman dalam tahap perkenalan dengan orang baru. Keterbukaan diri yang di lakukan pengguna Tinder yang menjadi informan dalam penelitian ini berupa usia, pekerjaan, hobi, pengalaman, keadaan keluarga, dan percintaan. Hambatan yang di dapat pengguna Tinder dalam mencari pasangan berupa kesibukan pekerjaan, rasa mudah bosan, sifat tertutup dan sulit membuka diri.

Kata kunci: Komunikasi, Keterbukaan Diri, Penetrasi Sosial, New Media, Tinder.

(9)

Users". The purpose of this study is to find out the reason for using the Tinder application for active users of the Tinder application, to find out about the openness of Tinder application users, and to find out the obstacles of Tinder users in finding partners. The theory considered relevant in this study is communication, interpersonal communication, social penetration, self disclosure, development of communication technology, new media, and Tinder. This research is a qualitative research using the constructivism paradigm. The number of informants in this study are 6 people. The data collection technique in this study used the in-depth interview method. The data analysis technique performed is the Miles and Huberman analysis technique which is carried out in 3 stages of data reduction, data presentation, and conclusion and verification. This research reveals that the reason Tinder users use Tinder is fun and just want to make friends from the online dating application. Self-disclosure through Tinder because they want to feel more comfort and closer in the introductory stage with strangers.

Self-disclosure by Tinder users who become informants in this study is in the form of age, work, hobbies, experience, family circumstances, and romance. Obstacles that Tinder users can get in finding partners in the form of busy work, ease of boredom, closed difficulty opening up their self.

Keywords: Communication, self-disclosure, social penetration, new media,

Tinder.

(10)

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 8

1.3 Tujuan Masalah ... 8

1.4 Manfaat Masalah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma ... 9

2.2 Kajian Pustaka ... 10

2.2.1 Komunikasi ... 12

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi... 14

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 14

2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 16

2.2.2.3 Kualitas Komunikasi Antar Pribadi ... 18

2.2.3 Penetrasi Sosial ... 19

2.2.4 Self disclosure ... 22

2.2.5 Perkembangan Teknologi Komunikasi ... 25

2.2.6 New media ... 26

2.2.6.1 Pengertian New media ... 26

2.2.6.2 Kelebihan dan Kelemahan New media ... 29

2.2.7 Internet Sebagai Media Komunikasi ... 29

2.2.8 Media sosial ... 31

2.2.9 Tinder ... 34

2.3 Kerangka Pemikiran ... 36

(11)

3.2 Subjek Penelitian ... 38

3.3 Objek Penelitian ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 42

4.1.1 Proses Penelitian ... 42

4.1.2 Hasil Wawancara ... 46

4.1.2.1 Informan 1... 46

4.1.2.2 Informan 2... 49

4.1.2.3 Informan 3... 51

4.1.2.4 Informan 4... 56

4.1.2.5 Informan 5... 59

4.1.2.6 Informan 6... 61

4.2 Pembahasan ... 64

Alasan Penggunaan Aplikasi Tinder ... 65

Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder ... 68

Teori Keterbukaan Diri Altman dan Taylor ... 71

Teori Keterbukaan Diri Johari Window ... 75

Hambatan Pengguna Tinder dalam Mencari Pasangan ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 87

5.3 Implikasi Teoritis ... 87

5.4 Implikasi Praktis... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN

(12)

No. Judul Hal

4.1 Karakteristik Informan 64

4.2 Alasan Penggunaan Aplikasi Tinder 67

4.3 Keterbukaan Diri Pengguna Aplikasi Tinder 70

4.4 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 1 76

4.5 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 2 77

4.6 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 3 78

4.7 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 4 79

4.8 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 5 80

4.9 Johari Window Pada Keterbukaan Diri Informan 6 82

4.10 Hambatan Pengguna Tinder Dalam Mencari Pasangan 85

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

2.1 Teori Johari Window 22

2.2 Tampilan Aplikasi Tinder 34

2.3 Kerangka Pemikiran 37

(14)

1.1 Konteks Masalah

Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu hubungan antar manusia. Dalam suatu hubungan tersebut, diperlukan komunikasi yang terbuka antara satu dengan yang lain. Dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi, maka manusia yang sedang menjalin suatu hubungan dapat mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Hal-hal tersebut dapat membantu manusia dalam membangun sebuah hubungan yang baik.

Menurut Rogers dan Kincaid (dalam Sari dkk, 2006) komunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan menyampaikan gagasan atau perasaan agar mendapat tanggapan dari orang lain dan dapat mengekspresikan dirinya yang unik. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa identitas diri, pikiran, perasaan, penilaian terhadap keadaan sekitar, pengalaman masa lalu dan rencana masa depan yang sifatnya rahasia maupun yang tidak. Everet M. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaram informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam (Wiryanto, 2005:6).

Semakin majunya perkembangan zaman sekarang ini, tentulah menghasilkan banyak penemuan penemuan baru yaitu berupa teknologi.

Teknologi dibuat oleh manusia untuk mempermudah manusia dalam melakukan suatu aktifitas, sehingga aktifitas yang sulit dapat menjadi lebih efisien dari biasanya. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan semakin canggih.

Masyarakat saat ini memiliki kehidupan dimana teknologi modern adalah hal yang mendominasi komunikasi masyarakat. Teknologi juga dapat memberikan bantuan, teknologi adalah kebutuhan yang mutlak bagi masyarakat modern saat ini. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup berkomunikasi.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat juga kian mempengaruhi apa

yang terjadi di dalam lingkungan sehari-hari. Menurut McLuhan (dalam

Morissan, dkk, 2010: 31), teknologi komunikasi menjadi penyebab utama

(15)

perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan kerja, sekolah, pertemanan, kegiatan keagamaan, politik, dan sebagainya semua terpengaruh teknologi komunikasi.

Pada saat sekarang ini, untuk berkomunikasi antara komunikator dengan komunikan tidak hanya melalui tatap muka langsung atau menggunakan media seperti telephone maupun melalui SMS. Saat ini mulai berkembang media internet (online), dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi dan menciptakan konten sesuai dengan yang ingin disampaikan penggunanya. Media online juga merupakan tempat dimana para pengguna bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain tanpa hambatan yang berarti. Dan banyak jenis media online yang dapat digunakan oleh seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Teknologi internet pada hakikatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multimedia, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa dijadikan sebagai media massa dan interpersonal, dan terdapat segudang sumber informasi dari penjuru dunia yang memungkinkan untuk menjadi media pembelajaran yang lebih unggul dari generasi sebelumnya.

Perkembangan internet termasuk sangat cepat dibanding media lainnya.

Internet digunakan sebagai sarana media komunikasi dan penyebaran informasi melalui fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya. Dengan mengakses informasi lewat internet, pengguna dapat mengikuti perkembangan teknologi sekaligus bisa memperoleh banyak pengetahuan terbaru dengan cepat, mudah dan murah.

Pengguna internet Indonesia sebagian besar menggunakan internet untuk

bermedia sosial. Menurut data yang peneliti dapat dari Kementerian Kominfo RI

melalu laman kominfo.go.id, di tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat

keenam pengguna Internet terbesar di dunia yaitu mencapai 112 pengguna. Media

sosial merupakan media yang telah menjadi bagian integral masyarakat, tanpa

kecuali didalam sebuah masyarakat dalam lingkup suatu perusahaan Media sosial

bisa dikatakan bagian dari media baru (New Media) atau lebih sering disebut

sebagai media konvergensi. Hal ini dikarenakan New Media sendiri diawali

(16)

dengan perkembangan dari salah satu aspek teknologi yang digabungkan kemudian berkonvergensi (Rinawati :2014:18).

New Media secara etimologi berasal dari 2 kata yaitu New dan Media. New yang berarti baru dan Media yang berarti perantara. Jadi, New Media merupakan sarana perantara yang baru. Baru dalam arti disini dilihat dari segi waktu, manfaat, produksi, dan distribusinya. Terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara khususnya termasuk di dalamnya adalah web, blog online sosial ne twork, online forum , dan sebagainya (Putri, 2014:7).

New Media adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai media baru adalah digital, seringkali memiliki 12 karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak memihak. Secara sederhana media baru adalah media yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara khusus. Termasuk di dalamnya adalah web, blog, online social network, online forum, dan lain-lain yang menggunakan komputer sebagai medianya.

Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003: 17-18) merangkumkan perkembangan media komunikasi ke dalam empat era. Pertama, era komunikasi tulisan. Rogers memperlihatkan bahwa era tulisan memang yang pertama kali.

Berhubung menggunakan tulisan tentunya punya huruf-huruf tertentu namun sayangnya belum pasti huruf apa yang pertama ada di dunia ini. Kedua, era komunikasi cetak. Rogers memaparkan bahwa fase ini komunikasi manusia lebih maju dengan memanfaatkan teknologi cetak. Pada mulanya kemunculan bahan cetak ini berawal dari Cina dengan ditemukannya bahan baku pembuatan kertas.

Selanjutnya teknologi pencetakan mulai berkembang dari Cina kemudian Korea hingga akhirnya ke Jerman dengan ditemukannya mesin cetak. Untuk membaca dan mengerti berbagai jenis informasi. Sebenarnya perkembangan teknologi percetakan sangat menentukan arah perkembangan media cetak itu sendiri.

Semakin maju perkembangannya, maka hasilnya tentu akan semakin bagus.

Ketiga, era telekomunikasi. Telecommunication Era, berimplikasi pada pengertian komunikasi dengan jarak yang berjauhan (communication at a long distance).

pada era yang mulai berkembang pesat pada medium tahun 1800-an ini memasuki

(17)

era teknologi elektronika. Rogers memulai era ini dengan mengambil moment pada saat Samuel Morse pada tanggal 24 Mei 1844 menemukan suatu cara menyampaikan pesan melalui kabel elektronika, belakangan dikenal dengan istilah telegraph. Dan keempat, era komunikasi interaktif. Media baru adalah media yang berkembang pada era komunikasi interaktif.

New media atau media baru merupakan media menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara private maupun public (Mondry, 2008: 13). Kemunculan media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru secara langsung dapat mengubah pola kehidupan bermasyarakat. Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 2013: 110) dalam skripsi Nurul (2015).

Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita inginkan dengan lebih efisien. Internet tidak hanya memperkecil jarak dalam menyampaikan pesan, teknologi komputer dan interet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114).

Dewasa ini, perkembangan teknologi dan aplikasi secara tidak sadar menuntut para penggunanya untuk memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan memahami apa yang harus diikuti oleh para penggunanya. Saat ini masyarakat dimanjakan oleh teknologi yang memudahkan seluruh aspek kehidupan sehari- hari. Begitu banyak hal yang disediakan oleh internet dan salah satu yang paling banyak digunakan masyarakat melalui media internet adalah media sosial.

Nasrullah (2015:11) mengatakan bahwa media sosial merupakan medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Menurut Shirky (dalam Nasrullah, 2015:11) media sosial dan perangkat

lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk

(18)

berbagi (to share), bekerja sama ( to co-operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi. Banyaknya penggunaan media sosial saat ini mendorong munculnya berbagai fenomena-fenomena baru di masyarakat. Salah satunya adalah media sosial saat ini ramai dengan kemunculan aplikasi kencan berbasis online.

Di zaman yang serba canggih saat ini, urusan asmara semakin dimudahkan dengan hadirnya aplikasi kencan pada ponsel seperti Tinder, OkCupid, Match.com, Hinge,dll.(sumber: liputan6.com). Jika dahulu kala masalah percintaan terhalang oleh waktu dan lokasi, kini hadirnya aplikasi kencan dirasa membawa banyak keuntungan bagi para penggunanya. Berbagai aplikasi kencan memberikan tampilan yang tidak terlalu rumit sehingga pengguna yang kurang paham dengan teknologi tetap dapat mengoperasikannya. Fitur yang disuguhkan cukup jelas. Cukup mengunduh aplikasi kencan yang diinginkan pada ponsel pintar dan koneksi internet, pencarian pasangan pun dapat langsung dimulai.

Selain mudah digunakan, aplikasi kencan ini juga praktis dan dapat digunakan dimanapun. Bahkan ditengah kesibukan kerja pun penggunanya dapat diselingi mencari pasangan.

Tinder adalah aplikasi kencan online yang diluncurkan oleh Sean Read, Justin Mateen dan Jonathan Badin di West Hollywood, California (Putri,2015:02).

Tinder menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan kita dengan teman yang sehobi dengan kita, atau bahkan pasangan idaman kita. Karena itu, Tinder sering disebut sebagai media pencari teman kencan. Dengan kemunculan aplikasi kencan online seperti Tinder ini secara perlahan mampu merubah perilaku masyarakat dalam pencarian pasangan kencan.

Sebelum adanya aplikasi kencan online Tinder, seseorang menemukan pasangan kencan melalui cara sederhana seperti dipertemukan oleh orangtua, dikenalkan teman, bertemu di acara yang memungkinkan bertemu dengan orang banyak, atau bahkan teman kencannya adalah teman sepermainan itu sendiri.

Namun, seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, budaya masyarakat

dalam mencari pasangan pun kian berkembang.

(19)

Dilansir dari portal dailysocial.id saat ini aplikasi Tinder sudah digunakan di lebih dari 190 negara, dengan puluhan juta basis pengguna. Adanya tim pengembang bisnis di tiap negara, perusahaan mengharapkan dukungan lokal untuk bisnis dan basis komunitas pengguna. Langkah tersebut dinilai penting, pasalnya di lanskap online dating persaingan di tingkat lokal pun makin menantang. Menurut hasil riset yang dilakukan portal dailysocial (https://dailysocial.id) di tahun 2017. Dari 1019 responden yang terlibat dalam survei, 51,91% di antaranya percaya bahwa aplikasi kencan dapat membantu menyelesaikan permasalahan tentang perjodohan. Bahkan 38,57% di antaranya pernah mendengar keberhasilan orang terdekat dalam memanfaatkan aplikasi kencan.

Tidak jarang pula dari pengguna aplikasi kencan khususnya Tinder yang berhasil meresmikan hubungan mereka ke tahap pernikahan. Seperti data yang di dapat dari laman Tribunnews Makassar, pada tahun 2016 ada pasangan yang hanya membutuhkan waktu 7 hari dari awal waktu pertemuan mereka di Tinder dan tanpa ragu langsung melaksanakan pernikahan. Mereka adalah pasangan Rey Utami seorang presenter bola dan politisi sukses Pablo Putera Benua (makassar.tribunnews.com). Data-data yang didapat dalam riset menyimpulkan penerimaan masyarakat secara umum penggunaan aplikasi kencan.

Melalui media sosial Tinder, kegiatan komunikasi dilakukan para penggunanya yaitu untuk pencarian dan perkenalan dengan lawan jenis atau yang disebut dengan ―Tinder Match‖, yang pada umumnya untuk menjalin hubungan seperti pertemanan, berpacaran, atau bahkan sampai menjalin pernikahan. Dengan demikian, fenomena media sosial kencan online seperti Tinder ini memiliki kaitan terhadap komunikasi antarpribadi untuk dapat menghubungkan seorang pengguna dengan pengguna lainnya yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun sebelumnya untuk dapat memiliki hubungan antarpribadi seperti hubungan pertemanan.

Penggunaan aplikasi Tinder diperlukan adanya keterbukaan diri untuk

memulai hubungan antara satu pengguna dengan pengguna lainnya agar

komunikasi dan hubungan tersebut dapat tercipta. Proses penyampaian informasi

yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain oleh Jounard disebut

(20)

sebagai pengungkapan diri atau self disclosure (dalam Sari dkk, 2006). Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Devito (1997: 61) bahwa Self disclosure atau pengungkapan diri merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.

Menurut Lumsden (dalam Pamuncak, 2011) self disclosure dapat membantu seseorang berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan kepercayaan diri serta hubungan menjadi lebih akrab. Selain itu, self disclosure dapat melepaskan perasaan bersalah dan cemas. Maka hal-hal tersebutlah yang pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk melakukan pengungkapan diri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya dalam berinteraksi.

Berbagai penelitian mengenai aplikasi kencan online Tinder juga sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kadek Awidya, I Dewa Ayu, Ni Nyoman Dewi (2018) menyimpulkan bahwa dalam proses pengungkapan diri pada aplikasi Tinder, kaum gay terlihat lebih detail dalam proses mengungkapkan diri. Kaum gay lebih memilih untuk mengungkapkan diri lebih lanjut dalam sebuah pengembangan hubungannya pada aplikasi Personal Messenger, yakni line dan juga whatsapp.

Dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi melalui proses tersebut, maka penguna aplikasi Tinder yang sedang menciptakan sebuah hubungan baru dapat mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Namun, tidak sedikit dari pengguna Tinder yang menutupi identitas asli dari dirinya. Ada juga pengguna yang tidak secara gamblang mengungkapkan keterbukaan dirinya kepada pasangannya. Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian ini ingin melihat bagaimana keterbukaan diri yang terjadi pada pengguna aplikasi Tinder yang terlah berkerja. Peneliti ingin melihat bagaimana para pengguna yang bekerja membagi waktu ditengah kesibukan kerja dengan mencari pasangan.

Berdasarkan fenomena yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengungkapan diri pengguna aplikasi Tinder pada kalangan pekerja di kota Medan.

1.2 Fokus Masalah

(21)

Berdasarkan fokus masalah yang telah diuraikan sebelumnya, fokus masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengungkapan diri (self disclosure) pengguna aplikasi kencan online Tinder dalam mencari pasangan dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi Tinder yang telah bekerja.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan penggunaan aplikasi Tinder pada pengguna aktif aplikasi Tinder yang telah bekerja.

2. Untuk mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi Tinder pada pengguna aktif aplikasi Tinder yang telah bekerja.

3. Untuk mengetahui hambatan pengguna Tinder dalam mencari pasangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan judul yang diangkat, maka manfaat penelitian ini terbagi menjadi:

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapaat memperkaya untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang ilmu komunikasi khususnya dibidang komunikasi tentang bagaimana penggunaan aplikasi Tinder di kalangan pekerja di Kota Medan.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai komunikasi melalui sebuah aplikasi yang menggunakan internet di telepon genggam.

3. Secara Akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih kepada

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Serta diharapkan dapat

dijadikan bahan masukan, rekomendasi, dan kontribusi positif bagi peneliti

lain yang mengambil obyek serupa.

(22)

2.1 Perspektif/Paradigma Penelitian

Paradigma atau paradigm (inggris) atau paradigme (Perancis), istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Paradigma penelitian merupakan sudut pandang peneliti dalam memandang realitas yang diteliti. Sudut pandang penelitian akan berimplikasi pada pendekatan, prosedur, asumsi dan teori yang dipilih.

Paradigma adalah suatu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu pengetahuan/ yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya (Pujileksono, 2015 : 25-26). Guba dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai serangkaian keyakinan-keyakinan dasar (basic beliefs) atau metafisika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip pokok.

Paradigma ini menggambarkan suatu pandangan dunia (world view) yang menentukan bagi pengamat sifat dari ‗dunia‘ sebagai tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya (Hermawan, 2011:4).

Paradigma merupakan kekuatan dasar yang mampu mempertahankan keberadaan sebuah ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya, paradigma memberikan batasan-batasan tertentu apa yang harus dikerjakan, dipilih dan diprioritaskan dalam sebuah penelitian. Pada aspek lain, paradigma akan memberikan rambu- rambu tentang apa yang harus dihindari dan tidak digunakan dalam penelitian.

Menurut sebuah analisis yang dikutip dari Bogdan dan Biklen, paradigma merupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian (Narwaya, 2006 : 110).

Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang

mendasar untuk pedoman proses penelitian. Hal ini berguna untuk menentukan

(23)

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tipe penjelasan yang digunakan. Menurut Dedy N. Hidayat ada tiga paradigma ilmu komunikasi yang mengacu pada pemikiran Guba dan Lincoln (dalam Bungin, 2006 : 263) yaitu : (1) paradigma klasik yang mencakup positivism dan pospositivisme (2) paradigma kritis dan (3) paradigma konstruktivisme.

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat mengetahui dan menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realitas tersebut (Pujileksono, 2015 : 28-29).

Paradigma konstruktivis ini menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan keyakinan/kepercayaan mereka untuk dapat membentuk sebuah realitas sosial.

Sebuah realitas sosial dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang, karena setiap orang memiliki persepsi dan pengalaman yang berbeda-beda.

Konstruktivisme berpandangan bahwa realitas merupakan konstruksi sosial (asumsi tentang realitas). Kebenaran suatu realitas bersifat relatif dan berlaku sesuai konteks spesifik yang relevan oleh perilaku sosial. Melalui paradigma konstruktivisme ini, kita dapat melihat suatu fenomena dan memahami suatu kejadian tersebut sebagai sebuah kesatuan yang bermakna.

2.2 Kajian Pustaka

Penelitian ini menggunakan penelitian sebelumnya yang terkait dengan judul penelitian ini, guna memberi tambahan informasi yang jelas. Penelitian pertama dilakukan oleh Tessa Novala Putri,dkk Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom Bandung. Tessa Novala Putri,dkk melakukan penelitian yang berjudul Motif Pria Pengguna Tinder Sebagai Jejaring Sosial Pencari Jodoh.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif yang mendorong para pemilik akun aplikasi media sosial Tinder dalam kategori pencarian jodoh.

Dalam penelitiannya, Tessa dkk melakukan pengumpulan data wawancara

dan observasi secara online dan offline, pengumpulan data secara online yaitu

(24)

dengan mewawancarai informan melalui aplikasi jejaring sosial Tinder dengan melakukan chatting kepada informan dan observasi online dimana peneliti menggunggah lalu menggunakan aplikasi Tinder untuk melihat aktivitas di dalam aplikasi tersebut, dan untuk melengkapi data mengenai aktivitas pengguna Tinder dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara terhadap Bapak Awan Rimbawan selaku ahli mengenai kultural siber.

Jumlah informan pada penelitian ini adalah 3 orang, dan mendapatkan hasil Pertama, motif peniruan, artinya motif ini muncul karena adanya tindakan meniru dan mengamati teman- teman di lingkungan informan untuk menggunakan Tinder. Kedua motif peneguhan, artinya adanya keinginan dalam diri informan untuk mencari hiburan atau menghabiskan waktu luangnya bahkan mengurangi rasa jenuhnya. Tak hanya itu dengan menggunakan Tinder, adanya keinginan informan untuk memperoleh informasi dan secara tidak langsung adanya keinginan membangun suatu hubungan dengan pengguna lain di Tinder. Ketiga, motif ekspresif, artinya adanya keinginan informan untuk menunjukkan keeksistensianya dengan menunjukkan kepada orang-orang atau pengguna lain melalui foto-foto yang ditunjukkan dalam konten aplikasi Tinder. Keempat, motif ego defensif, artinya adanya keinginan informan mempertahankan identitas dirinya sendiri dengan menunjukkan jati dirinya yang tidak sembarangan serta memilih dan mempertimbangkan lawan jenis yang match sebelum di chat.

Kelima, motif afiliasi, artinya adanya keinginan informan untuk diterima oleh pengguna lain di Tinder dan mencari perhatian dan kasih sayang dari yang telah berinteraksi dengan pengguna. Keenam, motif reduksi tegangan, artinya adanya keinginan infoman untuk mencari teman mengobrol dan berbagi cerita kehidupan seperti curhat ( curahan hati) dalam interaksi para pengguna Tinder. Dan yang terakhir, motif penonjolan, artinya dengan menggunakan Tinder, informan merasa adanya penghargaan jika ia mendapatkan pengguna lain yang match dan terbilang bagus sehingga dipuji oleh teman- teman disekitarnya.

Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan

untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Kajian pustaka merupakan seluruh

bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik yang sudah

dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi. Kajian pustaka sering dikaitkan

(25)

dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teoriteori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji (Prastowo,2012:80). Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Menurut Lexicographer, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Definisi komunikasi menurut beberapa ahli itu sendiri salah satunya adalah J.A Devito mengartikan bahwa komunikasi merupakan suatu tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut Trenholm dan Jensen (dalam Fajar, 2009: 31), komunikasi merupakan suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Suatu proses yang mentransmisikan pesan kepada penerima pesan melalui berbagai media yang dilakukan oleh komunikator adalah suatu tindakan komunikasi.

Bernard Bereleson dan Gary A. Steiner (dalam Mulyana, 2011:68), komunikasi merupakan suatu transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi tersebut yang disebut dengan komunikasi.

Menurut Hovland, Jains dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses

melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam

bentuk kata-kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang-orang lainnya

(khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaaan symbol-symbol seperti kata-kata,

gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Definisi komunikasi secara umum

(26)

adalah suatu proses pebentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

Harold D. Laswell (dalam Mulyana, 2011: 69) mengatakan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan who say what in which channel to whom with what effect?.

Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu:

1. Komunikator (Source/ sender/ encoder) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, sumber bisa berupa individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau negara.

2. Pesan (Message) adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan berupa simbol verbal maupun non-verbal.

3. Saluran media, adalah alat yang menjadi perantara yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.

4. Komunikan (Receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator.

5. Efek (effect) adalah apa saja yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan .

Komunikasi menjadi peranan terpenting bagi kehidupan manusia dalam

berinteraksi di kehidupannya sehari-hari. Terutama komunikasi yang terjadi

didalam masyarakat terkecil yaitu keluarga. Di dalam sebuah komunikasi

feedback merupakan hal yang diharapkan, untuk mampu mencapai tujuan yang

dimaksud dalam berkomunikasi. Secara terminologis, komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian

tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang

menyatakan sesuatu kepada orang lain.Ilmu komunikasi sebagai ilmu

pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari

perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga

definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam.

(27)

Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.

Setiap penakluk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan suatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja system syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudiandisampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui system syaraf dan diiterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaiakn pesan baru. Demikianlah keempat tindakan ini terus menerus terjadi secara berulang- ulang.

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/ gagasan, sikap, perasaan, praktik, atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gmbar, anga-angka, benda-benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya.

Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang, atau banyak orang. Komunikasi mempunya tujuan tertentu.

Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.Pemaknaan terhadap informasi bersifat subjektif dan kontekstual.

Subjektif artinya, masing-masing pihak memiliki kapasitas untuk memakai informasi yang disebarkan atau diterima berdasarkan apa yang ia rasakan, ia yakini, dan ia mengerti serta berdasarkan tingkat pengetahuan kedua pihak.

Sedangkan kontekstual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana kedua belah pihak berada.

2.2.2 Komunikasi Antar Pribadi

(28)

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Joseph A. Devito mendefinisikan "komunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika" (Fajar, 2009: 78).

Pola-pola komunikasi antar pribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Semakin sering seorang melakukan komunikasi dengan orang lain, semakin baik hubungan. Beberapa faktor lain yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu percaya, sikap suportif dan sikap terbuka. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Percaya meningkatkan komunikasi antar pribadi karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Jika seseorang tidak mau mengungkapkan bagaimana perasaan dan pikirannya, maka akan sulit untuk memahami tentang diri orang tersebut (Rakhmat, 2007 :130)

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang yang bersikap defensif bila tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi antar pribadi akan gagal. Karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi dibandingkan memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif daoat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional (Rakhmat, 2007 :133)

Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi

antar pribadi yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism sehingga

untuk memahami sikap terbuka harus mengidentifikasi terlebih dahulu

karakteristik orang dogmatis yaitu menilai pesan berdasarkan motif pribadi,

berpikir simplistic, berorientasi pada sumber, mencari informasi dari sumber

sendiri, secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya dan

tidak mampu membiarkan inkonsistensi (Rakhmat, 2007 :129)

(29)

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan melahirkan hubungan antar pribadi yang efektif, dogmatis harus diganti dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling penting adalah saling mengembangkan kualitas hubungan antar pribadi (Rakhmat, 2007 :138)

Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karaktersitik-karakteristik yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II dalam (Budyatna & Ganiem, 2011:15) yaitu:

1. Komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang 2. Memiliki umpan balik langsung atau feedback dalam komunikasi

antarpribadi hampir selalu memiliki umpan balik langsung.

Feedback tersebut biasanya bersifat segera, nyata dan berkesinambungan.

3. Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih dimungkinkan.

4. Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran, ketika seseorang. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang dilakukannya merupakan sebagai isyarat- isyarat yang dapat mempengaruhi anda.

5. Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect.Pengaruh atau efek disini tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi suau komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki pengaruh.

6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan katakata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal.

7. Dipengaruhi oleh konteks Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan-harapan partisipan meliputi; jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa, dan kultur yang diperoleh para partisipan dan perilaku mereka selanjutnya.

8. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise. Kegaduhan/kebiasaan atau noise dapat bersifat external, internal, atau semantik.

2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Hal yang harus diperhatikan dalam tujuan komunikasi antar pribadi yaitu

komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri

(30)

kita sendiri. Enam tujuan komunikasi antar pribadi yang dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan adalah sebagai berikut (Fajar, 2009: 78):

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi. Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi, kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga akan membuat kita mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antar pribadi.

Meskipun ada yang berpendapat bahwa sebagian besar informasi yang ada berasal dari media massa, tetapi infomasi dari media massa tersebut sering dibicarakan dan diinternalisasi melalui komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi antar pribadi, kita sering membicarakan hal-hal yang telah disajikan media massa.

Namun demikian, pada kenyataannya nilai keyakinan, sikap, dan perilaku kita banyak dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi dibandingkan dengan media massa dan pendidikan formal.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Kita juga tidak ingin hidup sendiri terisolasi dari masyarakat dan kita ingin merasakan dicintai serta disukai maupun mencintai dan menyukai orang lain. Oleh karenanya, kita menggunakan banyak waktu berkomunikasi antar pribadi yang bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah sikap dan perilaku

(31)

Dalam komunikasi antar pribadi, sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuai orang lain melalui komunikasi antar pribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Sering kali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan karena bisa memberi suasana yang lepas.

2.2.2.3 Kualitas Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Joseph A. Devito (dalam Fajar, 2009:84), kualitas umum komunikasi antar pribadi dapat dilihat melalui:

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut "kepemilikan" perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang miliki kita dan kita bertanggung jawab atasnya.

2. Empati

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang

dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,

melalui kacamata orang lain itu. Secara non verbal, kita dapat mengomunikasikan

empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang itu melalui

(32)

ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik, dan sentuhan yang sepantasnya.

3. Sikap Mendukung

Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan yang di dalamnya terdapat sikap mendukung. Jack Gibb menyatakan bahwa komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategis, dan provisional bukan sangat yakin.

4. Sikap positif

Sikap positif dapat dikomunikasikan dalam komunikasi antar pribadi dengan dua cara, yaitu menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, komunikasi antar pribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang menikmati interaksi atau bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan

Dalam beberapa situasi terjadi ketidaksetaraan. Terlepas dari ketidaksetaraan, komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama- sama bernilai dan berharga serta memandang satu dengan yang lain sebagai sesuatu yang penting. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain dan memberikan penghargaan positif tanpa syarat.

2.2.3 Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial (social penetration theory) merupakan teori yang

menggambarkan suatu pola dalam pengembangan hubungan. Penetrasi sosial

merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak

dari komunikasi superficial ataupun komunikasi yang tidak akrab menjadi

komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman di sini lebih

(33)

dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional dan hingga pada batasan di mana pasangan melakukan aktivitas bersama. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari suami-istri, supervisor-karyawan, pasangan main golf, dokter-pasien, hingga para teoritikus menyimpulkan bahwa hubungan ―melibatkan tingkatan berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial‖ (West & Turner, 2008 : 196).

Asumsi teori penetrasi sosial (West & Turner, 2008:197):

1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.

Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superficial ataupun tidak akrab dan bergerak pada sebuah kontinium menuju tahapan yang lebih intim. Sejalan dengan adanya waktu hubungan-hubungan mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.

2. Secara umum, perkembangan hubungan sistermatis dapat diprediksi.

Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial, berhubungan prediktabilitas.

Secara khusus, para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi.

3. Perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.

Ketika hubungan menjadi berantakan, dan yang terjadi adalah menarik diri (keruntuhan perlahan sebuah hubungan), kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan.

4. Pembukaan diri (self-disclosure) adalah inti dari perkembangan hubungan.

Menurut Altman & Taylor hubungan yang tidak intim menjadi intim dikarenakan adanya keterbukaan diri antara satu dengan yang lain.

Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan ―membuat diri terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intristik‖. Membuka diri dapat membuat hubungan yang tadinya tidak terlalu akrab menjadi akrab.

Teori ini membahas tentang bagaimana proses seseorang komunikator

mendekati komunikan. Ketika seseorang ingin mengenal lebih jauh lawan

bicaranya (komunikan). Altman dan Taylor menyebutnya sebagai analogi kulit

(34)

bawang. Dimana terdapat banyak lapisan-lapisan yang ada tentang informasi diri seseorang komunikan. Lapisan terluar dari diri seseorang disebut dengan citra public (public image) yakni informasi diri tentang fisik (rambut, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan), usia, nama dll. Penetrasi sosial adalah teori yang bercerita tentang bagaimana seseorang komunikator ingin mengenal lebih jauh dengan komunikan. Setiap manusia disini dianalogikan oleh Altman dan Taylor sebagai bawang. Bawang adalah sebuah tanaman ubis (kbbi.web.id) yang memiliki lapisan-lapisan. Seseorang ingin mengenal orang lebih jauh pastilah bertahap melakukan pendekatannya sama seperti mengupas bawang. Lapisan paling dalam adalah informasi diri yang tidak sembarangan orang yang mengetahui. Penetrasi sosial memiliki tahapan proses penetrasi sosial (West &

Turner, 2008:205):

1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit Tahap paling awal dari interaksi, disebut tahap orientasi, yang terjadi pada tingkat publik; seseorang hanya sedikit mengenai dirinya yang terbuka untuk orang lain. Selama tahapan ini, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan merupakan gambaran hal-hal yang bersifat tidak akrab dari seorang individu. Dalam tahapan ini orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap baik secara sosial dan berhati-hati tidak melanggar harapan sosial.

2) Pertukaran penjajakan afektif: Munculnya diri Merupakan tahapan dimana perluasan daerah publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.

3) Pertukaran penjajakan afektif: Komitmen dan Kenyamanan Pada tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dimana dalam tahapan ini komunikasi sering kali berjalan spontn dan individu membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan dalam tahap ini penggunaan personal idiom mulai muncul.

4) Pertukaran Stabil Tahap pertukaran stabil berhubungan dengan

pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang

(35)

mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi. Pada tahap ini dibangunnya sebuah system komunikasi personal.

2.2.4 Self Disclosure

Informasi tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Ketika berkomunikasi tidak selamanya kita dapat membuka diri secara leluasa. Pengungkapan diri biasa melalui lapisan-lapisan dari lapisan luar hingga ke lapisan paling dalam atau yang bersifat pribadi tentang diri kita. Hubungan antarpribaadi yang sehat ditandai keseimbangan pengungkapan diri yang tepat yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi, dan perasaan- perasaan yag tidak diketahui bagi orang lain, umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang atau pesan-pesan mereka dalam suatu hubungan (Budyatna, 2011: 40).

Teori self disclosure dikenal dengan adanya Johari Window, yaitu gabungan nama dari dua orang pengagasnya Joseph Luft dan Harry Ingham.

Johari Window merupakan alat untuk menelaah mengenai luas dan hubungannya antara pengungkapan diri dan umpan balik di dalam suatu hubungan (Budyatna, 2011: 40). Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat bidang yaitu:

Gambar 2.1

Johari Window

Diketahui Oleh Tidak Diketahui Diri Sendiri Oleh Diri Sendiri

Diketahui Oleh Orang Lain

Tidak Diketahui Oleh Orang Lain

1 Terbuka

2 Buta

4 Tidak Diketahui 3

Tersembunyi

(36)

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.

 Bidang I, yakni bidang terbuka menunjukkan bahwa kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan juga orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dan keterbukaan tersebut tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

 Bidang II, yakni bidang buta menggambarkan bahwa kegiatan seseorang

diketahui orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan.

 Bidang III, yakni bidang tersembunyi yakni kegiatan yang dilakukan

seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti ini bersikap tertutup.

 Bidang IV, yakni menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak

disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antarpribadi ialah bidang I, dimana antara komunikator dengan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan antarpribadi tidak seideal yan diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa sering setiap mempunyai peluang untuk menyembunyian atau mengungkapkan masalah yang dihadapinya (Efendy,2003:

307).

Dimensi Self Disclosure

Self disclosure memiliki berbagai dimensi menurut Joseph A. Devito (1997: 40) menyebutkan ada 5 dimensi self disclosure, yaitu:

1. Ukuran / jumlah self disclosure

Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri kita yang

diungkapkan. Jumlah tersebut dapat kita lihat berdasarkan frekuensi kita

menyampaikan pesan-pesan self disclosure atau bisa juga dengan menggunakan

ukuran waktu, yakni berapa lama kita menyampaikan pesan-pesan yang

(37)

mengandung self disclosure pada saat kegiatan komunikasi kita dengan orang lain.

2. Valensi self disclosure

Hal ini berkaitan dengan kualitas self disclosure kita, positif atau negatif.

Kualitas positif dan negatif dari self disclosure (menyenangkan atau tidak menyenangkan). Ini akan menimbulkan dampak yang berbeda baik bagi komunikator maupun komunikan.

3. Kecermatan dan kejujuran

Kecermatan dalam self disclosure yang kita lakukan sangat ditentukan oleh kemampuan kia mengetahui atau mengenal diri kita sendiri. Apabila kita mengenal dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan self disclosure dengan cermat. Di samping itu, kejujuran merupakan hal yang penting yang akan mempengaruhi self disclosure kita. Oleh karena itu, kita mengemukakan apa yang kita ketahui maka kita memiliki pilihan, seperti menyatakan secara jujur, melebih- lebihkan atau berbohong.

4. Maksud dan tujuan

Ketika melakukan sef disclosure, salah satu hal yang kita pertimbangkan adalah maksud atau tujuannya. Tidak mungkin orang melakukan pengungkapan diri tanpa maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena menyadari adanya maksud dan tujuan self disclosure itu maka kita pun melakukan kontrol atas self disclosure yang kita lakukan. Orang yang melebih-lebihkan atau berbohong dalam melakukan self-disclosure pada satu sisi bisa di pandang sebagai salah satu bentuk kontrol supaya self disclosure-nya mencapai maksud atau tujuan yang diinginkannya.

5. Keakraban

Keakraban merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan

komunikasi self disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-hal yang

bersifat pribadi atau hal-hal yang bersifat umum. Sejauh mana kedalaman dalam

self disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan

komunikasi kita. Semakin akrab kita makan semakin dalam self disclosure yang

dilakukan. Ketika kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal maka

kita akan berbicara tentang sisi terluar dari diri kita, namun ketika hubungan

(38)

tersebut semakin akrab maka kita akan mengungkapkan tentang hal pribadi dari diri kita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure adalah:

a. Besar Kelompok

Keterbukaan diri lebih banyak terjadi pada kelompok kecil daripada kelompok besar. Diadik (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan kelompok yang sesuai karena pelaku komunikasi tidak banyak.

b. Perasaan Menyukai

Membuka diri pada orang lain akan mudah terjadi jika kita menyukai atau mempercayai orang tersebut.

c. Efek Diadik

Seseorang melakukan keterbukaan diri apabila orang yang bersamanya juga melakukan hal yang sama.

d. Kompetensi

Orang yang kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih banyak mempunyai hal yang positif tentang diri mereka untuk diungkapkan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang extrovert dan mudah bergaul akan lebih mudah melakukan keterbukaan diri dibandingkan dengan yang introvert. Mereka akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang yang baru dikenal.

f. Jenis Kelamin

Umumnya wanita lebih mudah membuka diri dibandingkan dengan pria.

Wanita lebih banyak mengungkapkan diri dengan orang yang disukainya sedangkan pria lebih banyak mengungkapan diri dengan orang yang dipercayainya.

g. Usia

Orang akan mudah melakukan keterbukaan diri dengan orang yang memiliki usia yang sama dengan dirinya.

2.2.5 Perkembangan Teknologi Komunikasi

Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi memiliki dua aspek, yakni hardware dan software, Rogers (1986) dalam (Nugroho, 2010: 3), menjelaskan teknologi diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi dengan indvidu lainnya.

Menurut Rogers (Bungin, 2008: 111), mengatakan bahwa dalam hubungan

komunikasi di masyarakat, dikenal ada empat era komunikasi, yakni era tulis, era

cetak, era telekomunikasi dan komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era

Referensi

Dokumen terkait