• Tidak ada hasil yang ditemukan

perawat tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosial dalam jangka waktu yang lama. Perubahan ini, membuat perawat merasa stres namun juga merasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "perawat tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosial dalam jangka waktu yang lama. Perubahan ini, membuat perawat merasa stres namun juga merasa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3

Pendahuluan

Kejadian Pandemi Covid-19 berdampak pada semua aspek profesi, terutama perawat.

Berdasarkan Laporan dari Dewan Perawat Internasional, sejak Covid-19 menginvasi masyarakat Dunia, perawat yang meninggal akibat terpapar Covid-19 terus mengalami peningkatan. Pada tanggal 12 April 2020 perawat yang meninggal lebih 100 perawat, pada tanggal 6 Mei 2020 sebanyak 90.000 tenaga kesehatan telah terinfeksi Covid-19 dan 260 perawat meninggal, pada tanggal 3 Juni jumlah perawat yang meninggal akibat Covid-19 lebih dari 600 perawat (ICN, 2020). Perawat di Indonesia yang memeriksa dan menangani pasien Covid-19 juga dihadapkan dengan hal serupa. Data dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, pada tanggal 13 September 2020 jumlah perawat yang meninggal sebanyak 80 orang perawat, 71 perawat meninggal akibat positif Covid-19, 5 perawat meninggal dengan status PDP dan 4 perawat lainnya yang meninggal masih dalam investigasi untuk mencari penyebab meninggalnya (Dewi , 2020). Perawat yang meninggal selama tugas, mengalami penularan Covid-19 karena berbagai faktor termasuk karena adanya penyakit bawaan atau komorbid.

kondisi ini, secara tidak langsung meningkatkan kewaspadaan perawat namun juga kekuatiran akan adanya penularan kepada perawat selama masa pelayanan kepada pasien di rumah sakit.

Perawat yang menangani pasien Covid-19 menghadapi berbagai tuntutan. Salah satunya adalah penggunaan Alat Pelindung Diri khusus ruang isolasi Covid-19. sejak Pemerintah RI menginformasikan invasi virus Covid-19 ke Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan revisi pedoman penggunaan APD sebanyak 3 kali melalui gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, revisi yang ke 3 kali ini sudah mulai diterapkan pada 11 Agustus 2020.

Penggunaan APD lengkap dan tertutup untuk pencegahan penularan virus, membuat perawat merasa tidak nyaman saat ingin berkemih, BAB, Makan ataupun minum. oleh karena itu, perawat cenderung mengkonsumsi air lebih sedikit daripada biasanya untuk menghindari keinginan berkemih selama memakai APD. walaupun perawat sadar bahwa mereka akan mengalami dehidrasi, karena konsumsi air yang sedikit (Yusop et al, 2021). Penggunaan APD juga membuat ruang gerak Perawat terbatas sehingga tidak jarang ada perawat yang merasa kelelahan dan penurunan stamina karena kurang asupan cairan selama penggunaan APD, (Sukiman, Dkk, 2021) Perubahan fisik berupa keluhan fisik yang dirasakan yaitu kelelahan dan ketidaknyamanan. Sedangkan keterbatasan fisik yaitu lapang pandang terbatas dan bergerak.

Hal ini menimbulkan kekuatiran perawat terutama untuk bertugas di bangsal khusus perawatan Covid-19.

Interaksi sosial juga menjadi kendala lain yang dialami oleh perawat. Jumlah pasien yang terus meningkat, serta karantina setelah penugasan di bangsal Khusus Covid-19, membuat

(2)

4 perawat tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosial dalam jangka waktu yang lama.

Perubahan ini, membuat perawat merasa stres namun juga merasa cemas dan khawatir dapat menjadi sumber penularan kepada teman ataupun keluarga (Fadli, 2020). Sebuah penelitian yang melihat faktor kecemasan dan kekhawatiran akan penularan Covid-19 kepada keluarga menunjukkan bahwa perawat yang sudah berkeluarga lebih mudah mengalami kecemasan dan kekhawatiran dibandingkan dengan perawat yang belum berkeluarga (Fadli, 2020).

Kekuatiran terhadap suatu hal dapat mempengaruhi kesehatan mental perawat. Kesehatan Mental merupakan bagian dari indikator kesejahteraan subjektif (subjective well-being).

Subjective well-being dibutuhkan oleh seseorang untuk menjalankan peran tugas secara optimal sesuai dengan tuntutan pekerjaan (Anggraini & Prasetyo, 2015). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Pavot & Diener, 2012) yang menyatakan bahwa subjective well-being berdampak pada kualitas hubungan sosial, kehidupan kerja dan kesehatan mental perawat. Subjective well-being mengacu pada berbagai tipe penilaian, baik positif maupun negatif, yang dibuat seseorang mengenai kehidupan mereka, yang berupa penilaian atas kepuasan hidup, evaluasi atas perasaan yang mencakup suasana hati dan emosi. Penilaian tersebut meliputi dua hal, yaitu: (1) evaluasi kognitif reflektif, seperti kepuasan hidup, kepuasan kerja, minat, keterlibatan, dan (2) reaksi afektif terhadap peristiwa kehidupan, seperti kebahagian dan kesedihan (Retnoningtias & Hardika, 2020)

Berdasarkan pemaparan diatas, serta memperhatikan situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini, maka peneliti tertarik untuk melihat kesejahteraan subjektif dari perawat menangani pasien Covid-19

(3)

5

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Subjective well-being pada perawat selama penanganan pasien dengan Covid-19 di kota Salatiga

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Subjective well-being perawat yang menangani pasien dengan Covid-19

(4)

6

Metode Penelitian

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggunakkan metode kuantitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna (Margareta, 2013).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara Purposive sampling yaitu salah satu teknik sampling non random. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 33 responden, masing - masing responden tersebut berasal dari Puskesmas Sidorejo Lor dengan 12 Responden, Puskesmas Sidorejo Kidul dengan 7 responden, Puskesmas Kalicacing dengan 2 responden, dan puskesmas Cebongan dengan 12 responden (36%), sedangkan untuk rumah sakit dr. Ario Wirawan tidak berhasil dihimpun datanya karena terkendala perizinan serta kondisi dan situasi pandemi Covid- 19. Peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Hidayat, 2017). Ciri-ciri khusus dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas untuk memeriksa dan menangani pasien Covid-19. Peneliti juga akan menghubungi bagian tempat penelitian yang akan dituju untuk mendapatkan data dari perawat yang menangani pasien Covid-19, berupa nomor telepon untuk dihubungi melalui media komunikasi. Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja pada pemeriksaan fisik pasien, bagian anamnesa sampai perawat khusus yang bekerja memeriksa dan menangani pasien Covid-19.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah didapatkan dari literatur jurnal yang telah dipelajari sebelumnya dan telah mendapatkan izin untuk menggunakan kuesioner tersebut. Kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan Anggraini dan Prasetyo (2015) yang dikembangkan dari Pavot dan Diener (2004) kuesioner yang digunakan oleh peneliti sudah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan nilai alpha cronbach (40 items; α = .936), kemudian dibuat ke dalam aplikasi google form agar bisa disebarkan secara online karena situasi dan kondisi yang tidak memungkin untuk bertemu dan bertatap muka secara langsung. Kuesioner untuk mengukur subjective well-being pada perawat menggunakan skala subjective well-being (40 pertanyaan), kuesioner yang terdiri dari 4 aspek yaitu, kepuasaan hidup, kepuasaan terhadap domain, afektif positif dan afektif negatif. Berikut ini terlampir link untuk kuesioner google form, Kuesioner Subjective well-being https://forms.gle/xpKUkEZ7kNAURfyp6

(5)

7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel.

Sebelumnya, peneliti akan mengecek kembali kuesioner yang dikembalikan oleh responden, memberikan simbol berupa angka pada jawaban responden dan menyusun dan menghitung data dari jawaban respondn yang kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel. penggunaan skala likert yang sudah diberikan skor mulai dari 1 sampai 4, yaitu sangat tidak setuju (STS). tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS) dengan hasil uji validitas dan reliabilitas (40 items; α = .936). berikut ini adalah rentang nilai dan kategori dari skala subjective well-being :

Skala Subjective Well-Being Rentang Nilai Kategori < X ≤ 70 Sangat Rendah 70 < X ≤ 90 Rendah

90 < X ≤ 110 Sedang 110 < X ≤ 130 Tinggi

130 < X ≤ Sangat Tinggi

Penelitian ini merupakan penelitian univariat hanya melihat satu variabel, yaitu subjective well-being. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis univariat dengan menggunakan microsoft excel, dan mencari nilai mean, modus dan median pada program microsoft excel dan menyajikan dalam bentuk tabel.

Selain itu juga Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Sidorejo Kidul, Puskesmas Sidorejo Lor, Puskesmas Cebongan dan Puskesmas Kalicacing di Salatiga selama bulan Oktober – Desember 2020.

(6)

8

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap subjective well-being perawat khusus penanganan Covid-19 di kota salatiga, responden yang terdiri dari perawat yang bekerja memeriksa dan menangani pasien Covid-19 yang turut mengambil bagian dalam penelitian ini sebanyak 33 responden dengan data demografi sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Presentase

Gender Laki – laki 26 79 %

Perempuan 7 21 %

Tempat Bekerja Puskesmas Sidorejo Lor 12 36%

Puskesmas Sidorejo Kidul

7 21%

Puskesmas Kalicacing 2 6%

Puskesmas Cebongan 12 36%

Lama Bekerja di Tempat Kerja

< 5 Tahun 10 30%

> 5 Tahun 23 70%

Lama Bekerja Menangani Pasien Covid-19

< 5 Bulan 6 18%

> 5 Bulan 27 82%

Klasifikasi responden berdasarkan gender dilihat dari tabel dan grafik, bahwa sebagian besar responden yang turut mengambil bagian dalam penelitian ini adalah laki – laki sebanyak 26 responden (79 %), sedangkan perempuan sebanyak 7 responden (21 %).

Peneliti melakukan penelitian di 1 rumah sakit dan 4 puskesmas di area kota Salatiga dan dari 5 tempat yang dituju, hanya 4 tempat yang berhasil dihimpun datanya oleh peneliti menggunakan kuesioner online, yaitu Puskesmas Sidorejo Lor dengan 12 Responden (36%), Puskesmas Sidorejo Kidul dengan 7 responden (21%), Puskesmas Kalicacing dengan 2 responden (6%) dan puskesmas Cebongan dengan 12 responden (36%)

Berdasarkan lama responden bekerja pada rumah sakit atau puskesmas menunjukkan bahwa 70% responden sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan lama responden bekerja pada rumah sakit atau puskesmas s menangani pasien Covid-19, menunjukkan bahwa 82%

responden sudah bekerja lebih dari 5 bulan.

(7)

9 Tabel 4. Klasifikasi Hasil Subjective well-being perawat khusus penanganan Covid-19 di kota Salatiga

Kategori Frekuensi %

Sangat Rendah 0 0%

Rendah 6 18%

Sedang 26 79%

Tinggi 1 3%

Sangat Tinggi 0 0%

Hasil dari subjective well-being perawat khusus penanganan Covid-19 di kota Salatiga menunjukkan bahwa sebagian dari responden yang mengambil bagian dalam penelitian berada di kategori sedang sebanyak 79%, dan kategori rendah sejumlah 18%

Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan 4 kategori besar Subjective well-being

Kategori Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

Kepuasaan Hidup Sangat Setuju 6 18%

Setuju 12 36%

Tidak Setuju 9 27%

Sangat Tidak Setuju 6 18%

Kepuasan Terhadap Domain Sangat Setuju 7 21%

Setuju 17 52%

Tidak Setuju 7 21%

Sangat Tidak Setuju 2 6%

Afektif Positif Sangat Setuju 7 21%

Setuju 19 58%

Tidak Setuju 6 18%

Sangat Tidak Setuju 1 3%

Afektif Negatif Sangat Setuju 1 3%

Setuju 4 12%

Tidak Setuju 22 67%

Sangat Tidak Setuju 6 18%

(8)

10 Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 kategori besar yaitu kepuasaan hidup, kepuasaan terhadap pekerjaan yang dijalani, hubungan dengan keluarga dan kesehatan, afektif positif dan afektif negatif. Hasil 36% responden memiliki kepuasan hidup yang tinggi (setuju) 52% responden memiliki kepuasan domain yang tinggi (setuju) 58% responden memiliki afektif positif yang tinggi (setuju) dan kategori afektif negatif menunjukkan bahwa 67% responden berada pada kategori rendah.

(9)

11

Pembahasan

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu kepuasaan hidup, kepuasaan terhadap domain, afektif positif dan afektif negatif. 4 kategori tersebut adalah indikator dari subjective well-being.

1. Kepuasaan Hidup

Kepuasaan hidup adalah bagian dari Subjective well-being yang berkaitan dengan pencapaian target hidup, merasa memiliki kehidupan yang penting dan merasa puas dengan kehidupan yang dijalani. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa 33 responden yang mengisi kuesioner pada bagian kepuasaan hidup yang terdiri dari pertanyaan terkait dengan pencapaian target hidup, merasa memiliki kehidupan yang penting dan puas dengan kehidupan yang dijalani, 12 responden menjawab setuju (36%), menunjukan bahwa kepuasaan hidup dari seorang perawat yang menangani pasien Covid-19 berada pada kategori tinggi, kepuasaan hidup berada pada kategori tinggi, karena pengalaman dari perawat tersebut ditempat kerja dan pengalaman perawat selama menangani pasien Covid- 19, terlihat dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa perawat yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun sebanyak 70% dan perawat yang menangani pasien Covid-19 sebanyak 82%, hal ini berarti kepuasaan hidup juga dipengaruhi oleh pengalaman di tempat kerja.

Penelitian yang dilakukan pada perawat di salah satu rumah sakit di kota Jombang yang melihat pengalaman kerja dari masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki menunjukkan bahwa seorang perawat yang mempunyai banyak pengalaman kerja dapat meningkatkan kinerja dari perawat itu sendiri, selain itu juga perawat akan lebih mengerti, lebih cepat dalam bekerja dan tidak harus beradaptasi dengan tugas yang dijalankan, karena sudah berpengalaman (Widyo, 2018). Penelitian lain yang dilakukan di Israel menunjukkan bahwa perawat yang menangani pasien Covid-19 mengalami risiko pribadi dan beban emosional yang signifikan, tetapi tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi untuk memberikan perawatan, meskipun 41% melaporkan bahwa mereka takut merawat pasien Covid-19 (Sperling, 2021). para responden juga menyampaikan harapan selama masa pandemi ini agar pandemi Covid-19 segera berakhir, masyarakat dapat sehat dan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik, dan kesejahteraan mental maupun finansial perawat dapat lebih diperhatikan oleh atasan maupun pemerintah.

2. Kepuasaan Terhadap Domain

Kepuasaan terhadap domain adalah bagian dari subjective well-being yang berkaitan dengan keyakinan akan pekerjaan yang menyenangkan, meyakini hubungan keluarga

(10)

12 berjalan dengan baik, dan merasa puas dengan kondisi kesehatan. 17 responden menjawab setuju (52%), maka dapat diartikan bahwa perawat yang menangani pasien Covid-19 masih meyakini bahwa pekerjaan yang dijalaninya menyenangkan, hubungan dengan keluarganya tidak terganggu dan kondisi kesehatan baik, meskipun bekerja di situasi dan kondisi pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan perawat yang menangani pasien Covid-19 menjalani tugasnya sesuai dengan sikap yang baik seperti perawat harus lebih tenang, lebih mengerti, dan harus ada rasa peduli yang lebih dengan pasien Covid-19 dan ketentuan yang berlaku atau bekerja sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, selain itu juga hasil penelitian yang didapatkan dilapangan menunjukkan bahwa perawat yang bekerja menangani pasien Covid-19 lebih dari 5 bulan sebanyak 82%. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perawat harus tetap bekerja di pelayanan kesehatan di tengah kebijakan pemerintah terkait dengan lockdown dan pembatasan aktivitas, serta dihadapkan dengan jam kerja yang panjang, keterbatasan sumber daya, infrastruktur dan ketidaknyamanan penggunaan alat pelindung diri, hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pasien Covid-19 (Setiawan & dkk, 2021). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa Sebanyak 70% perawat yang menangani pasien Covid-19 menyebutkan bahwa tanggung jawab profesional mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam penanganan Covid-19, meskipun bekerja di tengah pandemi sangatlah sulit perawat mulai terbiasa dengan merefleksikan diri mereka dengan memperkuat keinginan, menemukan potensi dan meningkatkan keberanian untuk menghadapi kenyataan yang ada (Sun & dkk, 2020).

secara verbal, para responden menyampaikan bahwa berharap dapat dihargai sebagai tenaga kesehatan oleh masyarakat, rekan sekerja perawat, atasan maupun pemerintah, masyarakat dapat sehat dan tetap menjalankan protokol dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain.

3. Afektif Positif

Afektif positif atau sikap dan nilai yang positif adalah perasaan antusias dalam menjalani setiap kegiatan, merasakan peristiwa yang menyenangkan dan merasa bangga dengan kehidupan saat ini yang merupakan bagian dari subjective well-being, dalam hal ini afektif positif yang dirasakan oleh seorang perawat yang menangani pasien Covid-19, 58%

responden dalam penelitian menunjukan Afektif positif meskipun tuntutan harus bekerja dengan pasien Covid-19. Penelitian yang dilakukan pada 20 perawat yang merawat pasien Covid-19 di salah rumah sakit rujukkan di Henan menemukan bahwa adanya emosi positif

(11)

13 pada perawat seperti kepercayaan diri, ketenangan, relaksasi dan kebahagiaan yang muncul secara bersamaan dengan emosi negatif. Awalnya perawat merasa takut dan cemas, tetapi seiring berjalannya waktu perawat dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi pandemi meskipun dalam situasi dan kondisi pandemi, 60% perawat merasa bahagia, karena dukungan yang kuat dari keluarga, rekan sekerja perawat dan tempat kerja dari perawat tersebut yang mendukung dan menjamin kesejahteraan, serta memotivasi perawat tersebut (Sun & dkk, 2020). Peneliti menanyakan tentang perasaan dari perawat khusus penanganan Covid-19, jawaban yang timbul berupa perasaan positif dan negatif. Adapun perasaan positif yang timbul antara lain merasa bersyukur dapat membantu orang lain, merasa semangat dalam menjalani tugas, merasa terpanggil untuk melayani dan merasa senang selama menjalani tugas sebagai perawat Covid-19.Perasaan negatif yang dirasakan adalah perasaan khawatir, cemas, dan ketakutan akan menjadi sumber penularan bagi keluarga.

4. Afektif Negatif

Afektif negatif atau sikap dan nilai yang negatif adalah perasaan sulit mengelola emosi, persepsi negatif terhadap orang lain dan jenuh dengan rutinitas yang merupakan bagian dari subjective well-being, 33 responden yang mengisi kuesioner merupakan perawat yang menangani pasien Covid-19, hasilnya menunjukkan bahwa kategori afektif negatif 22 responden menjawab tidak setuju (67%) Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa banyak responden yang menjawab tidak setuju pada kategori afektif negatif, hal ini menandakan perawat tidak menunjukan sikap atau perasaan sulit mengelola emosi, persepsi negatif terhadap orang lain dan jenuh dengan rutinitas selama menangani pasien Covid-19. Wabah penyakit menular seperti Covid-19 akan menambah banyak stres dan beban kerja pada pekerjaan perawat tersebut (Cho & Kim, 2021). Menariknya, hasil penelitian ini berbeda dengan pernyataan dari Sun dkk (2020) yang menyatakan bahwa Perawat Covid-19 menunjukkan tiga jenis respons psikologis yaitu ketakutan terhadap stigma sosial, kecemasan akan risiko infeksi, dan pencegahan penularan dan pengendalian infeksi. Selain itu juga kelelahan fisik, ketidakberdayaan psikologis, ancaman kesehatan, kurangnya pengetahuan, dan ketidakbiasaan interpersonal di bawah ancaman penyakit epidemik menyebabkan sejumlah besar emosi negatif seperti ketakutan, kecemasan, dan ketidakberdayaan (Sun & dkk, 2020). Oleh karena itu, ketika peneliti menanyakan secara langsung, para perawat menyampaikan adanya perasaan khawatir, cemas, dan ketakutan akan menjadi sumber penularan bagi keluarga.

(12)

14

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Gambaran Subjective well-being pada perawat selama menangani pasien dengan Covid- 19 di kota Salatiga berada pada kategori sedang, setelah dilakukan analisis berdasarkan 4 kategori besar subjective well-being yaitu kepuasaan hidup, kepuasaan terhadap pekerjaan, hubungan dengan keluarga dan kesehatan, afektif positif dan afektif negatif masih berada dalam keadaan baik.

Saran

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan Subjective Well-Being pada perawat dan dapat lagi diperluas ataupu diperdalam dengan metode penelitian yang lain atau dengan melakukan penelitian kualitatif

Untuk pihak tempat penelitian diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukkan yang positif, sehingga dapat terus mempertahankan, menjaga dan bahkan lebih ditingkatkan kearah yang lebih baik lagi terkait dengan Subjective Well-Being pada perawat

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Karakteristik Responden
Tabel 5. Klasifikasi berdasarkan 4 kategori besar Subjective well-being

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga membahas mengenai hambatan yang terjadi pada proses Management Empty Container pada perusahaan PT Masaji Tatanan Container Sebagai Salah Satu Penunjang Rantai

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Pengujian simulasi statis dengan metode elemen hingga telah

Putusan nomor 71/PID.B/2014/PN.Crp dengan terdakwa pertama bernama Dedi Bastian alias Dedi Jongoa Bin Komarudin, terdakwa kedua bernama Rhivend Reno Rivaldo alias Reno Bib

Seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan karena institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat dalam membangkitkan kesadaran

Tujuan teks berbeda dengan teks negosiasi , dimana tujuan teks deskripsi sangat jelas yaitu agar orang yang membaca teks ini seolah-olah sedang merasakan langsung apa yang sedang

 Suara nafas menurun pada sisi yang sakit Suara nafas menurun pada sisi yang sakit   pneumothorak0 pneumothorak0. efusi pleura

memiliki seorang apoteker. Dengan adanya apoteker lebih dari satu maka kegiatan pelayanan kefarmasian berjalan sesuai dengan ketentuan karena saat pelayanan kefarmasian

Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada akan berupaya memberi orientasi umum yang di perlukan sesuai kebutuhan masing-masing unit kerja dalam