• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGUBAH SIKAP TERHADAP LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGUBAH SIKAP TERHADAP LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGUBAH SIKAP TERHADAP LAYANAN

KONSELING INDIVIDUAL

(Penelitian Pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013)

Ipung Hananto & Siti S Fadhilah Program Studi Bimbingan dan Konseling

Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP, UNS ABSTRACT

Ipung Hananto. THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE THROUGH DISCUSSION TECHNIQUE TO CHANGE THE INDIVIDU- AL’S COUNSELING SERVICE ATTITUDE(The tenth grade students of SMA Negeri 3 Boyolali in the academic year of 2012/2013). Thesis.Teacher Training and Education Faculty.Sebelas Maret University Surakarta. October 2013.

The aim of this research was to change the individual’s counseling service attitude at tenth grade students SMA Negeri 3 Boyolali to apply group guidance service with discussion technique.

This research was an experimental research which used The non Equivalent Pretest-Posttest Design, it was a research which used two groups, one as the experimental group and the other as control group. Giving pre test for both of the groups, giving treatment only to the experimental group, and finally giving post test for both of the groups and then comparing the post test result of the groups.

The treatments in the form of giving group guidance service through discussion technique were given in nine times meetings. The population of this research was tenth grade students of SMA Negeri 3 Boyolali. The technique of sampling used was purposive random sampling. The sample of the technique were of the tenth grade students which get under mean score with take 60 students and divide two groups with method random technique, experimental group and control group one as the experimental group and the other as control group 30 peoples.

Technique of collecting data used was questionnaire. Data analysis technique using Independent Sample t-test through SPSS 17 application.

The result of research showed with t-test get score 7,537 with the significant score 0,000. The significant score 0,000 < 0,05 so Ho in this research was rejected and Ha was received, and there were significant different among experimental group and control group, because the experimental group given the treatments.

The conclusion of this research, was group guidance service through discussion was effective to change attitude about individual counseling service of the tenth grade students of SMA Negeri 3 Boyolali.

Keywords: group guidance, discussion technique, attitude, individual counseling

(2)

2 A. PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar mandiri dan berkembang secara op- timal. Potensi peserta didik diharap- kan dapat berkembang dalam ber- bagai bidang kehidupan baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan dalam belajar, dan juga perencanaan karier yang matang pada diri peserta didik. Dewasa ini, kegiatan bimbingan dan konseling berorientasi pada pencapaian tugas-tugas perkem- bangan peserta didik yang sejalan dengan orientasi bimbingan dan konseling perkembangan.Seperti yang telah dijelaskan Sutarnobahwahakikat bimbingan dan kon-seling merupakan upaya untuk mem-fasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya dalam mencapai tugas- tugas perkembangannya (2010). Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah dimaksudkan untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik untuk diarahkan dalam pencapaian tugas perkembangan.

Bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama di sekolah untuk membantu peserta didik agar mampu memahami potensi dan kelemahan diri. Jika hal itu diketahui dan dipahami dengan baik maka peserta didik tentu mempunyai rencana untuk mengarah- kan dirinya ke arah realisasi diri yang mempertimbangkan kenyataan sosial dengan lingkungan lainnya. Tentu saja tidak lepas dari bantuan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang membantu peserta didik dalam meng- arahkan dan membantu memecahkan persoalan yang dialami peserta didik.

SMA Negeri 3 Boyolali sebagai salah satu sekolah yang favorit di kabupaten Boyolali, berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap Guru BK di SMA Negeri 3 Boyolali menyatakan bahwa selama ini sangat sedikit sekali peserta didik SMA Negeri 3 Boyolali yang secara sadar memanfaatkan layanan konseling individual kepada Guru BK. Ke- sehariannya di ruang BK, para peserta didik yang datang adalah mereka yang dipanggil oleh Guru BK baik karena

(3)

3 pelanggaran tata tertib sekolah, kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya penyesuaian diri di ling- kungan sekolah dan juga karena peserta didik yang berturut-turut tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

Kenyataan yang terjadi banyaknya peserta didik yang cen- derung mengabaikan adanya layanan konseling individual di sekolah dipicu oleh sikap negatif para peserta didik terhadap Guru BK. Diantaranya mereka menganggap Guru BK hanya bertugas untuk menegakkan peraturan yang ada di sekolah dan sering juga disebut sebagai polisi sekolah.

Akibatnya peserta didik tidak mau untuk berurusan dengan BK yang ada di sekolah dan cenderung menyelesai- kan masalahnya dengan teman- temannya yang dianggap mampu dan dipercaya untuk menyelesaikan ma- salahnya. Sebaliknya jika peserta didik memiliki sikap positif terhadap BK maka mereka akan memandang BK sebagai tempat yang tepat untuk membantu menyelesaikan masalah mereka dengan layanan konseling individual yang selama ini menjadi layanan yang diberikan guru BK untuk mengungkap dan membantu me-

nyelesaikan masalah-masalah peserta didik. Sehingga permasalahan yang se- harusnya mengganggu dan membebani diri peserta didik akan bisa dibantu dan diselesaikan secara bersama-sama dengan Guru BK.

Upaya yang sudah dilakukan oleh Guru BK SMA Negeri 3 Boyolalibelum dapat mengubah sikap negatif peserta didik terhadap layanan konseling individual. Upaya yang sudah dilakukan antara lain yaitu dengan mengadakan sosialisasi peran BK pada saat upacara bendera, sosialisasi kepada wali kelas terhadap peranan BK agar sosialisasi tersebut nantinya bisa disampaikan kepada peserta didik saat jam pembinaan wali kelas. Selain itu jam masuk kelas untuk bimbingan dan konseling secara klasikal dirasa kurang oleh Guru BK karena hanya 1x tatap muka setiap minggunya. Upaya-upaya tersebut kenyataannya belum dapat mengubah sikap peserta didik untuk memanfaat- kan layanan konseling individual di sekolah secara optimal.

Menurut Prayitno, wajar apabila peserta didik tidak mau datang kepada Guru BK karena menganggap bahwa dengan datang kepada Guru

(4)

4 BK berarti telah menunjukkan aib dan berbuat salah (1994). Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa peserta didik merasa enggan untuk menemui Guru BK ketika memiliki masalah dan mereka merasa mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain terutama kepada Guru BK ketika di sekolah.

Sikap dan pandangan mereka beranggapan bahwa dengan datang ke ruang BK maka akan dianggap sebagai orang yang bermasalah. Karena selama ini BK dianggap sebagai tempatnya orang yang bermasalah.

Winkel menjelaskan bahwa hakikat bimbingan konseling di sekolah adalah mendampingi peserta didik dalam perkembangan akademis, mengenal diri sendiri, menentukan cita-cita dan mengatasi masalah pribadi (2006). Hal tersebut dapat dimaknai bahwa adanya bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengentaskan segala permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam rangka mencapai perkembang- an diri yang optimal dan sikap positif terhadap lingkungan sekitar guna menentukan cita-cita dan tujuan hidup.

Layanan bimbingan kelom- pok merupakan salah satu layanan dari bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan hubungan pribadi, sosial, belajar dan karier melalui proses dinamika kelompok untuk bersama- sama dalam memecahkan masalah dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Melalui bim- bingan kelompok, peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari guru pembimbing dan membahas bersama-sama pokok bahasan tertentu yang telah ditentu- kan. Sesuai dengan karakteristik pe- serta didik SMA yang dalam pen- capaian tugas-tugas perkembangannya harus mampu untuk menyampaikan gagasan atau pendapatnya dalam forum yang melibatkan orang banyak.

Sehingga diharapkan mampu untuk mengubah sikap mereka terhadap layanan konseling individual di sekolah.

Melalui kegiatan yang sering diadakan di kelas dan juga telah dipraktekkan oleh para peserta didik seperti kegiatan diskusi maka pe- layanan BK khususnya bimbingan kelompok dapat dilaksanakan untuk

(5)

5 mendeteksi sikap negatif dalam pan- dangannya terhadap layanan konseling individual melalui berbagai respon atau tanggapan yang diberikan peserta didik ketika kegiatan diskusi ber- langsung dan membahasnya secara bersama-sama untuk menemukan pemecahan yang tepat. Dengan bimbingan kelompok teknik diskusi, peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk mengemukakan pikiran dan pendapatnya dengan norma-norma diskusi yang telah disepakati. Di dalam proses diskusi tersebut, peserta didik diberikan peranan-peranan tertentu, diantaranya sebagai pemimpin diskusi, notulis dan peserta didik yang lain sebagai peserta diskusi.

Sikap adalah suatu kecen- derungan seseorang untuk bereaksi terhadap rangsangan tertentu baik secara positif ataupun negatif yang ditujukan kepada obyek sikap.

Sedangkan sikap terhadap layanan konseling individual merupa- kan suatu kecenderungan seseorang untuk bereaksi baik secara positif ataupun negatif yang ditujukan kepada kegiatan layanan konseling individual

yang diberikan konselor kepada peserta didik secara individual dengan tatap muka atau wawancara langsung dalam rangka pengentasan masalah yang dihadapinya.

Jurnal yang berjudul Peng- gunaan Layanan Konseling Individual untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa oleh Holipah (2011), dijelaskan juga bahwa layanan konseling individual memberikan manfaat kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental, peningkatan sikap dan tingkah laku.

Konseling individu sebagai strategi yang tepat dalam proses bimbingan dan merupakan tugas pokok seorang konselor.

Masa SMA termasuk dalam kategori masa remaja dimana masa remaja merupakan masa peralihan, yaitu peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Masa remaja dikenal juga sebagai masa pencarian jati diri (ego identity).

Desmita menyebutkan bahwa pada masa remaja ditandai oleh se-

(6)

6 puluh karakteristik yang penting (2009). Yaitu mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya;

dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita;

menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif;

mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya;

memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai minat dan kemampuannya; mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak;

mengembangkan keterampilan in- telektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warganegara; men- capai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial; memperoleh se- perangkat nilai dan sistem etika se- bagai pedoman dalam bertingkah laku;

dan mengembangkan wawasan ke- agamaan dan meningkatkan reli- giusitas

Warkitri, Chasiyah dan Mardiyati menjelaskan bahwa pada masa remaja pergaulan sosial dan perkembangan sikap sosial remaja yang semula terbatas pada lingkungan keluarga berkembang dan bertambah

luas baik dalam lingkungan sekolah, guru, teman sebaya dan juga masyarakat (2002).

Bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dilakukan secara berkelompok dengan membahas suatu topik permasalahan tertentu untuk dibahas secara bersama-sama dalam suasana dinamika kelompok. Pem- bahasan tersebut bertujuan untuk memperoleh jalan keluar yang diharapkan oleh anggota kelompok.

Pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dilakukan dengan cara masing-masing anggota kelompok mengemukakan masalah- nya dan dibahas secara tuntas dan mendetail. Kemudian anggota kelom- pok yang lain memberikan masukan atau saran sebagai jalan keluar masalah sebagai pertimbangan dan penentuan jalan keluar yang efektif.

Pembahasan permasalahan dalam kelompok dimungkinkan akan terjadi perbedaan pendapat antar anggota kelompok. Para anggota ke- lompok diarahkan agar belajar saling menghargai perbedaan pendapat satu sama lain. Selain itu berusaha meninjau dari berbagai sudut pandang

(7)

7 dan wawasan yang lebih luas, sehingga diharapkan para anggota kelompok tidak terjadi perselisihan akibat perbedaan pendapat antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.

Layanan bimbingan kelom- pok dengan teknik diskusi di dalam penelitian ini akan membahas permasalahan tentang sikap dan pandangan peserta didik khususnya peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Boyolali terhadap pemanfaatan layan- an konseling individual yang ada di sekolah. Dengan teknik diskusi ini peserta didik dapat berbagi pengalaman atau informasi, menyum- bang pikirian atau pendapat dalam suasana kelompok untuk bersama- sama memecahkan masalah dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. Melalui diskusi kelompok diharapkan para peserta didik dapat mengambil manfaat dari pelaksanaan diskusi kelompok sehingga peserta didik yang tadinya memiliki sikap negatif terhadap layanan konseling individual maka akan mampu untuk mengubah sikapnya untuk dapat bersikap positif terhadap layanan

konseling individual di sekolah. Untuk itu dilaksanakan penelitian tentang keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual pada peserta didik kelas X SMANegeri 3 Boyolali.

B. METODE PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimental semu (Quasi Eksperimental Design). Rancangan penelitian ini dipilih untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelom- pok kontrol untuk suatu penelitian. Hal ini terjadi karena sering kali kelompok kontrol tidak dapat berfungsi se- penuhnya untuk mengontrol variabel- variabel di luar pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011).Desain quasi experimental yang digunakan adalah The nonequivalent Pretest- Posttest Design.

Variabel bebas dalam pene- litian ini adalah bimbingan kelompok dengan teknik diskusi sedangkan variabel tergantungnya adalah sikap terhadap layanan konseling individual.

(8)

8 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Boyolaliyang terdiri dari 8 kelas dari kelas X1-X8.

Keseluruhan peserta didik kelas X tersebut berjumlah.274 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) dan sampel acak (random).Prosedur teknik sampling dalam penelitian ini dimulai dengan membagikan angket sikap terhadap layanan konseling individual kepada seluruh peserta didik kelas X di SMA Negeri 3 Boyolali. Penentuan sampel didasarkan atas peserta didik yang memperoleh skor rendah atau sangat rendah yaitu berada di bawah rata-rata (mean).

Teknik sampling ini bertujuan dengan mengambil 60 peserta didik yang memiliki skor di bawah rata-rata (mean) untuk dibagi menjadi 2 kelompok secara acak (random) yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing kelompok berjumlah 30 orang peserta didik.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan instrumen angket yaitu wawancara terpimpin dengan meng- gunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya dan dengan menggunakan angket langsung tertutup.

Analisa data menggunakan t- test yaitu dengan teknik Independent Sample t-test. Winarsunu menjelaskan bahwa t-test merupakan teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal dari dua distribusi (2011).

Sedangkan tujuan menggunakan Independent Sample t-test menurut Santoso adalah untuk membandingkan rata-rata dari dua grup atau kelompok yang tidak berhubungan satu sama lain yaitu apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah jelas berbeda (2012).

Pengolalahan analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS 17.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dengan memberikan perlakuan atau treatment

(9)

9 berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual diberikan kepada kelompok eksperimen yang berjumlah 30 orang peserta didik.Yang dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan, dengan alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 45 menit, dengan memberikan 6 topik berbeda untuk didiskusikan.

Hal ini dimaksudkan agar pembahasan bervariasi dan tidak monoton.

Sebelum memberikan perla- kuan atau treatment kepada kelompok eksperimen, terlebih dahulu diberikan pretest kepada kedua kelompok.Yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Setelah selesai diberikan per- lakuan atau treatment kepada kelom- pok eksperimen, maka selanjutnya diberikan posttest kepada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Dari data posttest dapat diketahui perbedaan keadaan antara kelompok eksperimen dengan kelom- pok kontrol.Analisis data dalam pe- nelitian ini menggunakan uji hipotesis menggunakan teknik Independent

Sampel Test. Hasil uji t-test diperoleh harga sebesar 7,537 dengan signifikansi 0,000. Adapun nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang telah diberi treatmentdengan kelompok kontrol yang tidak diberi treatment. Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa teknik diskusi dalam bimbingan kelompok efektif untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual.

Penelitian yang berjudul Penggunaan Teknik Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk Membantu Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah oleh Safitri dan Elisabeth (2002), dijelaskan bahwa keunggulan dari bimbingan kelompok adalah untuk mengubah sikap dan tingkah laku tertentu setelah mendengarkan pandangan, kritik, ataupun saran dari anggota kelompok lain. Sehingga dalam penelitian ini digunakan layanan bimbingan kelom- pok untuk mengubah sikap negatif peserta didik terhadap layanan kon- seling individual yang ada di sekolah.

(10)

10 Berdasarkan dari perhitungan statistik dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan sikap terhadap layanan konseling individual pada kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang mendapatkan perlakuan. Sebelum kelompok eksperi- men mendapatkan perlakuan sikap terhadap layanan konseling individual antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yaitu berkedudukan seimbang. Kelompok eksperimen me- ngalami perubahan sikap terhadap layanan konseling individual setelah mendapatkan perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak me- ngalami perubahan sikap terhadap layanan konseling individual karena tidak mendapatkan perlakuan atau treatment.

Lonning (1993) juga me- ngemukakan bahwa pemberian treatment dengan teknik diskusi lebih signifikan hasilnya untuk mengubah sikap daripada menggunakan treatment berupa pemberian layanan informasi atau ceramah kepada subyek penelitian.Hal tersebut menunjukkan bahwa diskusi kelompok merupakan peran serta yang melibatkan anggota kelompok yang jauh lebih efektif

digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku individu daripada cera- mah secara persuasif.

Berdasarkan analisis data dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan perubahan sikap terhadap layanan konseling individual antara kelompok eksperi- men dengan kelompok kontrol, yaitu kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberi perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual pada peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2012/2013 dengan hasil yang signifikan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian ten- tang keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 3 Boyolali, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Simpulan Teoritis

Sikap terhadap layanan konseling individual merupakan suatu

(11)

11 kecenderungan seseorang untuk bere- aksi baik secara positif ataupun negatif yang ditujukan kepada kegiatan layanan konseling individual yang diberikan konselor kepada peserta didik secara individual dengan tatap muka atau wawancara langsung dalam rangka pengentasan masalah yang dihadapinya. Komponen sikap terdiri dari tiga bagian yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Macam- macam sikap ada dua yaitu sikap positif dan sikap negatif.

Sikap negatif peserta didik terhadap layanan konseling individual dapat diubah dengan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Dengan teknik diskusi ini peserta didik dapat berbagi pengalaman atau informasi, menyumbang pikirian atau pendapat dalam suasana kelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat. Melalui diskusi kelompok para peserta didik dapat mengambil manfaat dari pelaksanaan diskusi kelompok sehingga peserta didik yang tadinya memiliki sikap negatif terhadap layanan konseling individual dapat mengubah sikapnya untuk dapat

bersikap positif terhadap layanan konseling individual di sekolah.

2. Simpulan Hasil Penelitian

Hasil uji t-test diperoleh harga sebesar 7,537 dengan signifikansi 0,000. Adapun nilai signifikansi 0,000

< 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan antara kelompok eksperimen yang telah diberi treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan treatment. Sehingga disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling individual pada peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa bimbingan kelom- pok dengan menggunakan teknik dis- kusi efektif untuk mengubah sikap terhadap layanan konseling indivi- dual. Sehubungan dengan penelitian ini dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Sikap seseorang terbentuk melalui adanya interaksi sosial antar individudan juga oleh lingkungan

(12)

12 sekitar, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat serta lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah merupakan tempat yang berpengaruh dalam pembentukan sikap peserta didik. Melalui sekolah,peserta didik dapat dibentuk sikapnya ke arah sikap positif, dan yang terkait dengan penelitian ini yaitu sikap positif terhadap layanan Bimbingan dan Konseling khususnya pada layanan konseling individual. Sekolah perlu lebih memperhatikan pembentukan sikap positif peserta didik dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat menjadikan sikap positif peserta didik terhadap layanan konseling individual di sekolah.

Selain itu juga ditunjang dengan sosialisasi dan fasilitas yang memadai.

2. Diskusi kelompok menjadikan peserta didik sering terlibat dalam kegiatan kelompok yang menjadikan peserta didik aktif dan berpartisipasi di dalam kelompok. Sehubungan dengan diskusi kelompok dalam layanan bimbingan kelompok efektif untuk mengubah sikap peserta didik maka Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat menerapkan dengan

alokasi waktu yang lebih besar di dalam kelas untuk meningkatkan interaksi antara peserta didik yang dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap layanan konseling indi- vidual.

3. Bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi ber- manfaat dalam menyatukan pendapat dalam suasana dinamika kelompok untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dalam dinamika ke- lompok dengan tujuan mendapatkan solusi atau jalan keluar yang efektif, sehingga peserta didik perlu memahami dan mengikuti konsep dasar dan tahapan dalam melak- sanakan bimbingan kelompok dengan baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas yang memadai untuk kelancaran pelaksanaan bim- bingan kelompok di sekolah, sehingga Guru BK mampu memberikan layanan bimbingan kelompok yang lebih optimal kepada peserta didiknya.

(13)

13 2. Bagi Guru BK

Guru BK sebaiknya memberi- kan layanan bimbingan kelompok dengan alokasi waktu yang lebih besar pada saat membimbing di kelas agar komunikasi antara Guru BK dengan peserta didik dapat dilakukan secara dua arah dan terjalin dengan akrab dalam suasana dinamika kelompok.

3. Bagi Peserta Didik

Peserta didik diharapkan dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok di kelas dengan baik agar kegiatan layanan bimbingan kelompok yang diberikan oleh Guru BK berjalan dengan optimal.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.(2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Holipah.(2011). Penggunaan Layanan Konseling Individual untuk Meningkatkan Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa, 1 - 12.Diperoleh 18 Juni 2013.

Lonning, R. (1993). Effect of Cooperative Learning Strategies on Student Verbal Interaction and Achievement during Conceptual Change Instruction.Journal of Research in Science Teaching, 108, 1087 - 1101.

Prayitno.(1994). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Safitri & Elisabeth.(2002). Penggunaan Teknik Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk Membantu Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah.2 (5), 3.

Santoso, S. (2012).Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutarno.(2010). Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Bimbingan.Surakarta : Program Studi BK FKIP UNS.

Warkitri, dkk.(2002). Perkembangan Peserta Didik. Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Sebelas Maret.

Winkel, W.S. & Hastuti.S. (2006).Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan kandungan parameter limbah dan kebutuhan air yang digunakan dalam proses produksi batik setelah menggunakan air dari

Dalam mencapai target pasar dibutuhkan suatu strategi pemasaran produk yang baik, agar konsumen tidak merasa bosan terhadap produk RAKATA Adventure Tulungagung

Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh proses dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, unsur hara yang diukur pada penelitian

Jadi arti pokok yang terkandung dalam pengertian diatas adalah bahwa proses kependidikan itu mengandung “pengarahan” ke arah tujuan tertentu. Selanjutnya bahwa

WIB Perkemahan HUT Ke-56 Gerakan Pramuka Tahun 2017 Tingkat Kwarran Cibalong Kwarcab Garut, diadakan berbagai macan aneka Lomba Keterampilan Kepramukaan ini

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari yang berjudul “Analisis APBN Mengenai Hutang Luar Negeri

Pengumpulan data melalui pengamatan jumlah kendaraan angkutan barang yang menuju Malang Raya, survei kepada pengendara angkutan barang untuk mengetahui asal tujuan angkutan barang dan

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar