1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Manufaktur berasal dari kata manufacture yaitu membuat dengan tangan (manual) atau dengan desain mesin sehingga menghasilkan suatu barang. Bahan atau barang lain dibutuhkan dalam menciptakan suatu produk (Heizer, 2015). Secara umum manufaktur adalah kegiatan memproses bahan menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tiga kelompok jenis sektor yaitu sektor aneka industri, sektor barang konsumsi, dan sektor industri dasar & kimia. Sektor aneka industri di antaranya adalah sub sektor mesin alat berat, otomotif dengan komponen, tekstil garmen, alas kaki, kabel, dan elektronika. Sektor industri barang konsumsi di antaranya adalah sub sektor makanan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dengan barang keperluan rumah tangga, dan peralatan rumah tangga. Sektor industri dasar kimia di antaranya adalah sub sektor semen, keramik porselin kaca, logam dengan sejenisnya, kimia, industri kemasan, pakan ternak, kayu dengan pengolahannya, dan pulp kertas.
Badan Pusat Statistik menyatakan sektor industri manufaktur mempunyai pertumbuhan PDB yang positif dalam kurun waktu tahun 2017 sampai 2019. Pada tahun 2017-2018 pertumbuhan manufaktur sebesar lebih dari 4%, sedangkan pada tahun 2019 pertumbuhan mengalami penurunan menjadi kurang dari 4%. Dan pertumbuhan tahun 2020 sangat mengalami penurunan sebesar 2%. Pertumbuhan PDB nasional tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 5,17%. PDB nasional mengalami penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 2%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dialami dikarenakan adanya dampak pandemi COVID-19 yang berefek cukup besar terhadap sendi-sendi perekonomian nasional. Perbandingan antara pertumbuhan PDB industri manufaktur dengan PDB nasional dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
2
Gambar 1. 1 Perbandingan Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dengan PDB Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)
Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di dunia mempunyai berbagai peran penting di antara negara yang berada di Asia Tenggara. Peran yang paling menonjol yaitu perkembangan industri manufakturnya. Angka Manufacturing Value Added (MVA) dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), posisi Indonesia jauh di atas negara-negara ASEAN lainnya. Industri manufaktur di Indonesia juga mendapat tekanan dengan adanya pandemi COVID-19, hal tersebut terlihat dari turunnya Purchasing Managers Index (PMI) menjadi 47,2 di tahun 2020.
Objek penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2020. Alasan penulis memilih industri manufaktur karena memiliki peran yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan, dengan adanya perusahaan manufaktur diharapkan bisa memanfaatkan bahan mentah yang semula tidak termanfaatkan menjadi barang jadi. Perusahaan juga membutuhkan sumber daya sekitar untuk membuat dan mengolah barang tersebut sehingga perusahaan manufaktur harus turut serta dalam menjaga lingkungan sosial sekitar perusahaan. Perusahaan manufaktur juga menyerap pegawai yang jumlahnya cukup banyak sehingga hal tersebut berhubungan dengan ketenagakerjaan dan lebih besar
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
2017 2018 2019 2020
4.29 4.27
3.8
-2.93
5.07 5.17 5.02
-2.07 PDB Industri Pengolahan PDB Nasional
3 kemungkinan timbulnya masalah sosial maupun lingkungan yang harus di kelola dengan baik.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Undang-Undang No. 47 pasal 2 tahun 2012 menyatakan bahwa setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya di setiap kegiatan operasional yang berhubungan dengan sumber daya alam, salah satu bentuk tanggung jawab sosialnya yaitu melalui pengungkapan corporate social responsibility (Andriani & Subardjo, 2017). Topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau istilah lainnya corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas, baik di media cetak dan elektronik, seminar ataupun konferensi. Perusahaan di dunia juga semakin banyak yang menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Pembahasan CSR merupakan salah satu aspek dari implementasi praktik good corporate governance (GCG), yang prinsipnya antara lain menyatakan perlunya perusahaan memerhatikan kepentingan stakeholders sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerja sama yang baik demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Kegiatan CSR tidak hanya menjadi kegiatan bersifat sukarela (voluntary), tetapi kegiatan CSR menjadi kewajiban (mandatory). Setiap perusahaan diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosialnya yakni untuk perusahaan pada umumnya, dan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam. Adanya UU tentang kegiatan CSR akan memperjelas implementasi kegiatan tersebut, sehingga tidak ada lagi keraguan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan CSR.
Fokus perusahaan pada saat ini yaitu bagaimana cara untuk bertahan (sustain) dalam persaingan bisnis. CSR merupakan suatu kewajiban bagi sebuah perusahaan, dalam mempertahankan dan mengembangkan perusahaannya, perusahaan harus melihat tiga hal utama yang perlu diperhatikan yaitu perusahaan, sosial dan lingkungan (Aryawan et al., 2017). Apabila perusahaan ingin tetap tumbuh dan berkembang dimasa yang akan datang maka perusahaan juga harus bertanggungjawab terhadap masyarakat (people) dan lingkungan (planet) sekitarnya
4
bukan hanya menganggap bahwa apa yang diberikan terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara pembayaran pajak, pemenuhan kebutuhan dengan produknya, dan menyediakan lapangan pekerjaan. Salah satu cara perusahaan agar bisa memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat dan lingkungannya yaitu dengan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial.
Pengungkapan corporate social responsibility merupakan proses antara dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap pihak yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan (Kurniawati, 2013). Perusahaan yang menerapkan dan mengungkapkan corporate social responsibility lebih mendapatkan respons yang positif dan kepercayaan dari masyarakat, sehingga akan bermanfaat untuk keuangan jangka panjang perusahaan tersebut. Konsep corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan legitimacy theory, dengan melaksanakan corporate social responsibility diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangan jangka panjangnya.
Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan wajib diungkapkan dalam bentuk laporan tahunan (annual report). Seperti yang disebutkan dalam Pasal 66 ayat (2) butir (c) secara tegas disebutkan agar Perusahaan menyampaikan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan.
Pelaporan CSR telah diwajibkan untuk dilakukan dan sudah diatur dalam undang- undang serta berfungsi sebagai media komunikasi sekaligus pertanggungjawaban kepada stakeholders. Secara praktiknya, implementasi aturan tersebut belum sempurna, tetapi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih saja terjadi beberapa kasus pencemaran lingkungan atau konflik sosial. Teori legitimasi ada kaitannya dengan variabel corporate social responsibility yang mana perusahaan akan melaksanakan kegiatan CSRnya sebagai bentuk wujud pertanggungjawaban sosial terhadap masyarakat, sehingga perusahaan akan mendapatkan pandangan yang baik dari masyarakat.
Permasalahan dan kasus terkait CSR lainnya banyak yang melibatkan perusahaan manufaktur di Indonesia seperti beberapa fenomena yang terjadi akibat kasus pelanggaran CSR terjadi pada PT Indah Kiat Pulp and Paper di tahun 2017
5 yang aktifitasnya menyebabkan kerusakan lingkungan dengan kondisi udara, air, dan tanah yang tercemari. Hal ini dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Koto Gasib yang bertempat tinggal dekat dengan cerobong asap pabrik mengakibatkan kurangnya udara bersih sehingga mengakibatkan masalah kesehatan. Proses produksi perusahaan yang berasal dari bahan kimia berbahaya berdampak mencemari sumber air dan sungai yang berada di sekitar pabrik.
WALHI Riau bersama dengan Laskar Melayu Rembuk (LMR) menuntut penyelesaian permasalahan lingkungan yang terjadi akibat PT Indah Kiat Pulp and Paper seperti pemerintah harus melakukan peninjauan ulang terhadap izin AMDAL dan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas udara, air, dan tanah, serta memberhentikan pembangunan dan perluasan karena ekspansi yang tidak berimbang antara lingkungan dan perusahaan mengakibatkan polusi udara tidak stabil (Kurniawan & Sandra, 2017)
Fenomena selanjutnya terkait rusaknya lingkungan dilakukan oleh PT Semen Baturaja pada tahun 2019. Menurut forum LSM dan Ormas Sebimbing Sekundang, Palembang Sumatera Selatan, aktivitas PT Semen Baturaja menyebabkan kerusakan lingkungan melalui penyebaran udara yang tidak sehat dari pabrik semen tersebut.
Selain itu, direksi PT Semen Baturaja diduga melakukan tindak kasus korupsi reklamasi pasca tambang. Oleh karena itu para warga tidak hanya menyampaikan aspirasi mengenai kerusakan lingkungan saja, namun menyampaikan laporan tindak pidana korupsi dan tindakan pidana undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Sarah, 2019).
Kemunculan virus COVID-19 pada tahun 2020 di Indonesia menyebabkan banyak sektor yang lumpuh dan sangat terdampak dari adanya pandemi ini, salah satunya yaitu sektor ekonomi. Perusahaan harus siap dan sigap dalam menanggapi hal-hal yang tidak dapat di prediksi seperti ini, seperti misalnya melalui kebijakan- kebijakan yang ada di dalam corporate social responsibility perusahaan mereka.
Kebijakan CSR perusahaan pada situasi seperti ini seolah menemui sebuah tantangan dan rintangan baru karena banyak program-program yang sudah di rencanakan untuk diadakan di tahun 2020 ini jadi banyak tertunda akibat adanya situasi pandemi virus COVID-19 ini. Semenjak adanya fenomena pandemi perusahaan perlu juga
6
mengkalkulasi ulang mengenai sasaran dari CSR mereka, karena tentu ada banyak faktor-faktor yang tidak terduga masuk kedalam perhitungan perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial pada masa situasi pandemi COVID-19 seperti ini (Nurfadhilah, 2021)
Faktor-faktor yang memengaruhi pengungkapan corporate social responsibility salah satunya adalah agresivitas pajak, yakni merupakan salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menghemat beban pajaknya sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan (Arfiyanto & Ardiyanto, 2017). pendapatan yang diterima perusahaan akan bertambah, tetapi tindakan agresivitas pajak dapat membuat reputasi perusahaan buruk di pandangan para stakeholders dan memungkinkan pemberhentian operasi bisnis. Oleh karena itu, agresivitas pajak dianggap sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab. Salah satu cara untuk mengukur besarnya agresivitas pajak adalah dengan melihat tarif pajak efektifnya.
ETR (Effective Tax Rate) membuat perusahaan bisa mengetahui berapa bagian dari penghasilan yang sebenarnya perusahaan bayarkan untuk pajak. Semakin tinggi agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan, maka semakin tinggi pula motivasi perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Teori legitimasi ada kaitannya dengan variabel agresivitas pajak, banyak perusahaan melakukan suatu cara agar dapat mengurangi biaya pajak yaitu dengan cara agresivitas pajak, hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh masyarakat, oleh sebab itu perusahaan yang terindikasi melakukan agresivitas pajak tinggi maka akan mengungkapkan kegiatan CSR yang tinggi untuk mendapatkan pandangan baik dan legitimasi dari masyarakat.
Penelitian pengaruh agresivitas pajak terhadap pengungkapan corporate social responsibility telah beberapa kali dilakukan, pada penelitian Rahayu &
Darmawan (2017) dan Wardhani & Muid (2017) menyebutkan bahwa agresivitas pajak berpengaruh positif pada perusahaan dalam pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa agresivitas pajak menjadi salah satu faktor perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Sebaliknya penelitian Ramadhan &
Amrin (2019) menyebutkan bahwa agresivitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
7 Salah satu faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR ada kinerja lingkungan, yaitu merupakan kinerja perusahaan untuk ikut serta dalam melestarikan lingkungan (Haholongan, 2016). Kinerja lingkungan perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui PROPER atau program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menggunakan lima warna yang berbeda sebagai alat ukurnya, di antaranya warna emas, hijau, biru merah, dan hitam. Di Indonesia sendiri, kelestarian lingkungan sudah menjadi kebijakan pemerintah pada setiap periode. Kinerja lingkungan yang dinilai melalui PROPER memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik, maka akan memiliki kepedulian sosial yang tinggi juga terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Teori legitimasi ada kaitannya dengan variabel kinerja lingkungan yaitu pencapaian suatu perusahaan dalam mengelola masalah lingkungan melalui kegiatan operasionalnya agar lingkungan tercipta dengan baik. Pengumuman penelitian kinerja lingkungan perusahaan dengan PROPER dilakukan secara rutin terhadap masyarakat, sehingga perusahaan akan dinilai tergantung dengan tingkat ketaatannya dan akan memeroleh legitimasi dari masyarakat.
Penelitian pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan corporate social responsibility telah beberapa kali dilakukan, pada penelitian Tandirerung &
Widyanto (2019) dan Ramadhan & Amrin (2019) menyebutkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif pada perusahaan dalam pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja lingkungan menjadi salah satu faktor perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Sebaliknya, pada penelitian Manurung & Kusumah (2021) menyebutkan bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Saat ini peran media sangat berpengaruh terhadap image perusahaan dimata publik karena masyarakat akan lebih mudah melihat bagaimana bentuk tanggung jawab yang sudah dilakukan perusahaan (Luh & Mila, 2016). Perusahaan dapat mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosial dengan melalui berbagai media.
Perusahaan bisa mengkomunikasikan kegiatan CSR dengan mengungkapkan melalui beragam media. Biasanya perusahaan menggunakan media seperti TV, koran, serta
8
internet. Penelitian variabel media exposure diukur dengan menggunakan media YouTube untuk mengungkapkan kegiatan CSRnya, karena penulis melihat saat ini aktivitas melalui YouTube menjadi media yang sangat popular dan digemari banyak masyarakat. Teori legitimasi ada kaitannya dengan variabel media exposure, perusahaan harus memberikan informasi mengenai CSR dengan berbagai alat komunikasi (YouTube) sehingga masyarakat diharapkan mengetahui aktivitas yang dilakukan perusahaan dan bisa meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat. Hal inilah yang menjadi bagian proses membangun institusi, membentuk norma yang diterima, dan legitimasi praktik CSR.
Penelitian pengaruh media exposure terhadap pengungkapan corporate social responsibility telah beberapa kali dilakukan, pada penelitian Pakpahan &
Rajagukguk (2018) dan Yuniarto (2018) menjelaskan bahwa media exposure berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa media exposure menjadi salah satu faktor perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Sebaliknya penelitian Widiastuti & Utami (2018) menjelaskan bahwa media exposure tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, serta fenomena-fenomena yang terjadi dan dari hasil penelitian terdahulu masih ada variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility menunjukkan hasil yang berbeda. Penulis tertarik untuk menguji kembali variabel-variabel yang berkaitan dengan hal-hal yang memengaruhi pengungkapan corporate social responsibility.
Maka judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Agresivitas Pajak, Kinerja Lingkungan, dan Media Exposure terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017─2020).
1.3 Perumusan Masalah
Undang-Undang tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 menyatakan bahwa perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan cara meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan agar lebih bermanfaat, bukan
9 malah dengan cara melakukan pencemaran limbah ataupun kelalaian yang menyebabkan kerusakan lingkungan, baik untuk perusahaan sendiri, masyarakat, maupun pemangku kepentingan seperti stakeholders. Kasus pelanggaran CSR banyak terjadi pada perusahaan manufaktur, salah satunya pada PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2014 salah satu pemasok bahan baku untuk produk Unilever yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dari PT SMART Tbk, yang mendapat laporan dari Greenpeace bahwa adanya pelanggaran perluasan lahan perkebunan sawit yang mengakibatkan perusakan hutan. PT Unilever Indonesia Tbk ini akhirnya terlibat dalam kasus pencemaran lingkungan yang dampaknya dari penyalahgunaan sumber daya dan energi serta pembuangan limbah cair dan sampah sembarangan di lingkungan sekitar yang juga disebabkan oleh kerusakan hutan tersebut.
Semakin tinggi sadarnya stakeholders terhadap isu-isu pengungkapan CSR oleh perusahaan manufaktur berdampak pada elemen-elemen CSR yang diungkapkan oleh perusahaan manufaktur yang dijadikan objek dalam penelitian.
Faktor yang memengaruhi pengungkapan corporate social responsibility di antaranya adalah variabel agresivitas pajak, kinerja lingkungan, dan media exposure.
Variabel-variabel tersebut belum sepenuhnya teruji secara konsisten memengaruhi pengungkapan CSR. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian adalah:
1. Bagaimanakah agresivitas pajak, kinerja lingkungan, media exposure, dan pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020?
2. Apakah agresivitas pajak, kinerja lingkungan, dan media exposure berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020?
3. Apakah agresivitas pajak berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020?
10
4. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020?
5. Apakah media exposure berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan bagaimana agresivitas pajak, kinerja lingkungan, media exposure, dan pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020.
2. Untuk mengetahui apakah agresivitas pajak, kinerja lingkungan, dan media exposure berpengaruh simultan terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020.
3. Untuk mengetahui apakah agresivitas pajak berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020.
4. Untuk mengetahui apakah kinerja lingkungan berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020.
5. Untuk mengetahui apakah media exposure berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017─2020.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yang dapat dikelompokkan dalam dua aspek sebagai berikut:
11 1.5.1 Aspek Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pengungkapan corporate social responsibility seperti agresivitas pajak, kinerja lingkungan, dan media exposure.
2. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan penelitian dimasa yang akan datang, serta dapat digunakan untuk bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5.2 Aspek Praktis
1. Bagi perusahaan, memberikan pengalaman dan referensi untuk pengambilan keputusan yang tepat oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan yang disajikan.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai beban masukan dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat dalam memilih perusahaan sehingga mengurangi risiko kerugian.
3. Bagi pemerintah, dalam melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap aktivitas tata kelola perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, serta mengenai regulasi tentang corporate social responsibility apakah sudah sesuai atau belum.
1.6 Sistematika Penelitian Tugas Akhir
Sistematika penulisan berisi penjelasan tentang isi yang terkandung dari masing- masing bab secara singkat dari keseluruhan penelitian. Pembahasan dalam penulisan tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab.
Sistematika penulisan ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.
12
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini mengemukakan hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar penyusunan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk menguji data.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab ini meliputi uraian tentang: jenis penelitian, operasional variabel, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, serta teknik analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai analisis data, hasil penelitian dan menyajikan pembahasan dari hasil penelitian.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari penafsiran terhadap analisa temuan penelitian data secara konkrit. Adapun saran yang diberikan mampu memberikan kesadaran bagi penelitian selanjutnya, perusahaan, dan pemerintah.
13 Halaman ini sengaja dikosongkan