REPORT
LOKALATIH (Lokakarya dan Pelatihan) Berbagi Pengalaman Perbaikan Kondisi Kerja dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja): Tindak Lanjut Pelatihan PAOT untuk Kebun
dan Pabrik Sawit Anggota GAPKI Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sector kelapa sawit masih menjadi tantangan terbesar dalam mewujudkan pembangunan Kelapa Sawit berkelanjutan di Indonesia.
Karena itu ILO dan GAPKI Sumatera Utara sepakat melaksanakan uji coba pelatihan peningkatan kondisi kerja dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja) di 30 perusahaan Sawit anggota GAPKI di Sumatera Utara. Pelatihan ini dilaksanakan dalam 2 group, yaitu: 14‐15 Maret 2019 untuk kelompok Kebun yang dihadiri 31 pekerja kebun sawit dan 4‐5 April 2019 untuk kelompok Pabrik Kelapa Sawit yang dihadiri 29 pekerja pabrik sawit.
Pelatihan K3 yang dilaksanakan menggunakan pendekatan partisipatif berorientasi Tindakan, dikenal dengan PAOT (Participative Action Oriented Training). Pendekatan ini menekankan partisipasi pekerja/petani untuk melaksanakan perbaikan yang bersifat sukarela (voluntir) dengan bantuan tools (perangkat) yang dimodifikasi untuk kebutuhan lingkungan kelapa sawit. Parangkat yang digunakan merupakan alat bantu bagi pekerja/petani untuk melakukan penilaian (asesmen) dilingkungan kerja dan menyusun prioritas perbaikan terkait kondisi kerja dan K3 ditempat kerjanya.
Sebagai tindak lanjut pelatihan tersebut, ILO dan GAPKI Sumatera Utara melaksanakan lokalatih (lokakarya dan pelatihan) berbagi pengalaman perbaikan kondisi kerja dan K3 untuk mengetahui progress perbaikan yang telah dilakukan selama 2 bulan dan mengetahui tantangan yang dihadapi selama melaksanakan perbaikan. Lokalatih ini dilakukan dalam 2 group dengan peserta yang sama seperti pelatihan sebelumnya, yaitu: group kebun dilaksanakan pada 17‐18 Juni 2019 dan group pabrik dilaksanakan pada 20‐21 Juni 2019. Kedua acara lokalatih dilaksanakan di kebun PTPN‐IV Bah Jambi Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
TUJUAN
1. Mendokumentasikan praktek‐praktek baik tentang perbaikan kondisi kerja dan K3 yang dilaksanakan peserta pelatihan sebelumnya dari kelompok kebun dan pabrik sawit;
2. Mendiskusikan tantangan dan strategi dalam melaksanakan perbaikan kondisi kerja dan K3 dengan metode PAOT (Simpel, Murah dan Pintar);
KELUARAN
1. Dokumentasi praktek‐praktek baik perbaikan kondisi kerja dan K3 yang dibuat kelompok Kebun dan Pabrik perusahaan Sawit anggota GAPKI di Sumatera Utara;
2. Rekomendasi strategi perbaikan kondisi kerja dan K3 untuk perusahaan sawit anggota GAPKI di Sumatera Utara;
WAKTU, TEMPAT DAN PESERTA
Group Kebun dilaksanakan pada 17 – 18 Juni 2019 di Gedung Sitalasari PTPN‐IV kebun Bah Jambi dan diikuti 27 peserta Group Kebun sawit yang berasal dari 14 perusahaan, lihat daftar peserta terlampir.
Group Pabrik dilaksanakan pada 20 – 21 Juni 2019 di Gedung Sitalasari PTPN‐IV kebun Bah Jambi dan diikuti Sebanyak 26 peserta dari group pabrik sawit yang berasal dari 13 perusahaan, lihat daftar peserta terlampir.
PROSES DISKUSI
A. GROUP KEBUN
Opening. Lokalatih dibuka secara resmi oleh Mino Lesmana (Bendahara Gapki Sumut) yang menyampaikan komitmen GAPKI untuk melaksanakan perbaikan K3 dalam upaya melawan kampanye negative tentang sawit. Sementara Irham Ali Saefuddin (program Officer kantor ILO Jakarta) menggarisbawahi isu ketenagakerjaan yang sedikit banyak berpengaruh pada industry sawit yang pada akhirnya akan berdampak pada pengangguran. Karena itu penting menjadikan ketenagakerjaan terutama K3 sebagai isu bersama yang harus diselesaikan semua pihak yang terkait dalam industry sawit.
Sesi berbagi perbaikan ‘BEFORE and AFTER’
Presentasi kelompok hasil perbaikan ‘SEBELUM dan SESUDAH’ dapat dilihat pada table terlampir. Beberapa komentar, masukan, atau verifikasi atas pemaparan perbaikan dirangkum sebagai berikut:
Foto perbaikan pembuatan terasan atau tangga pada lahan miring dapat mengurangi resiko pekerja tergelincir atau terpeleset saat membawa hasil panen atau material. Beberapa usulan peserta, jika lahan memungkinkan, yaitu dengan membuat jalur memutar untuk mengurangi kecuraman/kemiringan lahan agar pekerja bisa membawa hasil panen dengan menggunakan angkong;
Foto perbaikan pada area TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dengan pengerasan semen dapat mengurangi resiko pekerja dari gigitan binatang buas atau serangga liar dan juga meningkatkan produktivitas kerja. Ada usulan peserta dengan menggunakan goni atau terpal yang dibentangkan sebagai pengganti semen, namun pertimbangan biaya perlu pertimbangan lain seperti masa penggunaan bahan (murah bukan berarti murahan);
Perbaikan tempat cuci sehabis menyemprot dengan menambahkan pijakan dibawah wastafel agar tidak mengganggu ergonomic pekerja.
Penggunaan tanama hias (ornamen) ‘turnera’ selain sebagai perbaikan lingkungan, juga sangat bermanfaat untuk mengurangi serangan hama ulat api pada pohon sawit dengan membuat mandul ulat betina. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengganti bahan kimia berbahaya dengan bahan ramah lingkungan.
Beberapa pekerja melakukan perbaikan kebiasaan, seperti mengubah jam tidur lebih awal agar dapat beristirahat cukup keesokan hari. Beberapa pekerja juga membuat perubahan atas kepatuhan menggunakan APD (Alat pelindung diri). Perbaikan ini didsarkan pada kesadaran akan bahaya kelelahan dan resiko kecelakaan yang mungkin terjadi saat bekerja.
Perbaikan alat kerja dengan membungkus sarung pisau egrek dengan menggunakan ban dalam bekas. Perbaikan ini mencegah terjadinya cidera akibat pisau yang tidak terbungkus.
Beberapa peserta memberikan pengalaman dalam pembuatan sarung egrek dengan menggunakan plastik bekas drum atau bahan lain seperti plat bekas yang dibentuk pisau egrek.
Sesi daftar isian ‚checklist‘.
Presentasi kelompok daftar isian checklist dapat dilihat pada table terlampir. Beberapa komentar, masukan, atau verifikasi atas pemaparan perbaikan dirangkum sebagai berikut:
Idealnya setiap peserta mengamati dan mengisi daftar checklist (1 checklist 1 peserta) sesuai tempat kerja masing‐masing, mengambil foto‐foto dan menggantikan pada ilustrasi sesuai titik periksa (checkpoint);
Jika tidak memungkinkan, 1 checklist 1 perusahaan untuk menggambarkan kondisi kerja dan K3 mewakili perusahaan. Namun jika tidak mungkin, 1 checklist dibuat utk 1 kelompok diskusi yang menggambarkan tempat kerja beberapa perusahaan.
Pemaparan Socfindo dalam menampilkan check list cukup baik yang menggambarkan kondisi kerja di perkebunan Socfindo. Beberapa peserta terinspirasi dengan kondisi kerja yang ditampilkan dalam setiap checkpoint. Namun beberpa peserta menyampaikan kesulitan dalam mengusulkan perbaikan kepada pimpinan perusahaan.
Sesi Tantangan dan Strategi
Curah pendapat untuk mengidentifikasi tantangan/kendala yang dihadapi dan strategi dalam melakukan perbaikan dengan metode PAOT, sebagai berikut:
TANTANGAN:
1. Perbaikan kondisi kerja dan K3 membutuhkan biaya yang mungkin tidak akan disetujui oleh manajemen perusahaan;
2. Kesulitan melakukan komunikasi dengan pihak manajemen karena kepentingan atau perspektif pekerja dan perusahaan terkait K3 berbeda.
3. Kebiasaan pekerja penggunaan APD sangat kurang, karena kesadaran pekerja akan pentingnya K3 masih cukup rendah.
4. Tingkat pendidikan SDM di kebun cukup rendah sehingga penyadaran K3 masih menjadi tantangan utama;
5. Beberapa perusahaan (kecil atau petani) mempunyai keterbatasan APD sehingga pekerja bekerja dengan peralatan yang tidak optimal;
6. Perbaikan kondisi kerja dan K3 menggunakan pendekatan PAOT (simple, murah dan pintar) yang berbeda dengan standar K3 yang ditetapkan ISPO atau RSPO.
STRATEGI
1. Meyakinkan pimpinan bahwa perbaikan kondisi kerja dan K3 berkaitan langsung dengan produktivitas pekerja;
2. Membuat perbaikan secara sukarela atau secara bekerjasama sesuai prinsip SMP (Simpel, Murah dan Pintar) dengan menggunakan bahan‐bahan local sudah ada (atau murah);
3. Melakukan sosialisasi secara aktif kepada bawahan/rekan kerja dan pihak manajemen melalui pertemuan rutin antar pekerja atau ‘morning brief’;
4. Bertanggung jawab terhadap peralatan kerja dengan melakukan perawatan secara berkala dan memastikan peralatan kerja selalu siap digunakan;
5. Memberikan informasi titik‐titik bahaya ditempat kerja untuk dilakukan perbaikan dan perangkat PAOT dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan titik periksa yang harus diperbaiki.
6. Memahami situasi yang pas untuk menyampaikan usulan perbaikan, terutama saat harga sawit stabil terutama perbaikan yang membutuhkan biaya;
7. Bekerjasama dengan pekerja lain (berserikat/berorganisasi) untuk menyampaikan kondisi kerja dan K3 kepada manajemen untuk melakukan perbaikan;
8. Memberikan contoh perbaikan dari diri sendiri untuk dapat dicontoh pekerja lain;
9. Menyebarluaskan pengetahuan K3 metode PAOT secara luas kepada pekerja lain dalam setiap apel pagi untuk mencapai kondisi kerja yang sesuai standar K3;
10. Menghubungkan perbaikan kondisi kerja dan K3 dengan peningkatan produktivitas;
11. Memberikan contoh‐contoh atau ide‐ide yang baik dari tempat kerja lain agar bisa dilakukan oleh perusahaan;
12. Mendorong GAPKI untuk merekomendasikan pimpinan perusahaan agar menindaklanjuti usulan perbaikan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pekerja pada ‘action checklist’ PAOT.
HARAPAN
1. Agar pelatihan PAOT tidak hanya dilakukan pada satu unit kebun saja tetapi ke seluruh unit kebun lain atau perusahaan sawit lain sehingga PAOT dapat tersebar secara luas;
2. Peserta pelatihan PAOT bagi pekerja kebun dan pabrik serta pihak manajemen digabung agar bisa mendapatkan variasi perbaikan yang lengkap dan usulan perbaikan juga dibuat berdasarkan hasil dialog pekerja dan manajemen untuk ditindaklanjuti;
3. Selain K3 metode PAOT, diharapkan ILO dan GAPKI memberikan pelatihan yang lain terkait masalah ketenagakerjaan, seperti pengupahan, kontrak kerja, negosiasi, pekerja anak, kesetaraan gender, dsb.
REKOMENDASI
Pada akhir acara, setiap peserta didorong melakukan pengamatan ditempat kerjanya dan mengisi checklist yang relevan dengan pekerjaan‐nya dan dilengkapi foto‐foto dari tempat kerja masing‐masing. Selanjutnya daftar isian checklist akan disusun kedalam suatu matrix yang menggambarkan kondisi kerja dan akan dimonitor peningkatan perbaikan‐nya.
B. GROUP PABRIK
Opening. Lokalatih dibuka secara resmi oleh Darma Sucipto (Pengurus GAPKI Sumatera Utara) yang menyampaikan bahwa lokalatih ini merupakan kelanjutan dari pelatihan K3 pada bulan April 2019. Dari 600‐an PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di Sumatera Utara, hanya 90‐an yang tergabung dalam GAPKI, dan ini menjadi tantangan tersendiri untuk memperluas pelatihan K3 keseluruh PKS, baik yang tergabung dalam GAPKI atau belum, sebagai upaya melawan kampanye hitam pada industri kelapa sawit.
Sementara Irham Ali Saifuddin (program Officer kantor ILO Jakarta) menkankan bahwa lokalatih dimaksudkan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman antar peserta dan ILO belajar dari pengetahuan atau pengetahuan dari para pekerja. Pelatihan ini penting dan strategis karena industri sawit menyerap tenaga kerja cukup besar dan potensi sawit sebagai pengganti sumber energi masa depan, yang saat ini sedang menghadapi kampanye negatif terutama terkait isu ketenegakerjaan. Harapan ILO model pelatihan PAOT dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Rajani Was Sianturi (Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara, dan salah satu fasilitator PAOT) mengapresiasi model pendekatan PAOT dalam upaya meningkatkan kesadaran K3 kepada pekerja. Pendekatan PAOT sangat sesuai dengan kondisi kebun sawit yang cukup luas dengan keterbatasan jumlah pengawas (85 pengawas) di Sumatera Utara, karena metode ini mendorong inisiatif pekerja
menjadi pengawas diri sendiri dan melakukan inisiatif perbaikan yang Simpel, Murah dan Pintar (SMP).
Sesi berbagi perbaikan ‘BEFORE and AFTER’
Sebelum presentasi perbaikan (sebelum dan sesudah), sebuah video menampilkan pekerja yang sedang melakukan pekerjaan ‘girinda’ di ketinggian. Setiap kelomok diminta mengidentifikasi bahaya dan resiko serta rekomendasi perbaikan kondisi kerja. Hasil diskusi ditampilkan sbb:
Kelompok 3. Potensi bahaya percikan api girinda dan posisi kerja tidak ergonomis (dilakukan sambil berdiri), yang beresiko badan dan mata pekerja terkena percikan api dan cepat lelah. Saran perbaikan dengan menggunakan APD yang sesuai (kacamata dan baju kerja lengan panjang) dan memberikan dudukan yang kokoh.
Kelompok 4. Potensi bahaya ketinggian yang beresiko pekerja terjatih/terpeleset. Saran perbaikan menggunakan tali pengaman (Slink) yang kuat untuk pekerjaan di ketinggian.
Kelompok 2. Potensi bahaya kelistrikan (posisi kable berantakan) dan mesin girinda yang beresiko kesetrum (konslet) dan percikan api dari mesin girinda. Rekomendasi perbaikan dengan merapikan kabel‐kabel dan penggunaan APD yang sesuai dengan pekerjaan girinda.
Kelompok 1. Potensi bahaya adalah posisi kerja yang sempit (adu punggug antar pekerja) yang beresiko pekerja jatuh karena bersenggolan. Saran perbaikan, obyek yang diperbaiki bisa dipindah ke tempat yang agak luas atau pekerja menggunakan slink pengaman.
Presentasi kelompok hasil perbaikan ‘SEBELUM dan SESUDAH’ dapat dilihat pada table terlampir. Beberapa komentar, masukan, atau verifikasi atas pemaparan perbaikan dirangkum sebagai berikut:
Foto perbaikan dengan memberikan informasi daftar isi kotak penyimpanan bahan kimia yang bermanfaat menemukan dengan cepat dan tepat bahan kimia yang dibutuhkan. Namun beberapa peserta memberikan masukan bahwa penempatan bahan kimia sebaiknya diletakkan pada kotak (lemari) yang terbuka, seperti rak agar sirkulasi udara dapat mengeliminir uap dan bau dari bahan kimia.
Foto perbaikan pembuatan tempat sampah rumah tangga untuk menjaga lingkungan tempat tinggal tetap bersih dan mengurangi sumber penyakit. Masukan dari peserta, agar pembuatan tempat sampah tidak menggunakan karung bekas bahan kimia/pupuk karena menurut standar ISPO karung bekas bahan kimia harus dimusnahkan (tidak di daur ulang).
Perlu dikomunikasikan dengan perusahaan tentang inisiatif pekerja dengan prinsip ‘SMP’
(simpel, murah dan Pintar) dengan standarisasi yang ditentukan ISPO.
Foto perbaikan cerobong uap (sebelumnya horizontal dibuat vertikal) untuk menghindari semburan uap panas langsung kepada pekerja. Beberapa masukan dari peserta cukup produktif, yaitu penambahan cerobong vertikal cukup baik namun perlu diperhatikan sisa uap air yang tidak bisa keluar (saat mesin mati) akan menimbulkan karat dan akhirnya ada kebocoran, dan sebaiknya dibuat model spiral atau dibuat miring dengan sistem penampungan sisa cairan.
Foto perbaikan modifikasi penarik ‘Lorry’ dengan Capstand dari manual operator menjadi memutar bolak balik dengan motor sehingga pekerja hanya perlu menekan tombol panel.
Inisiatif ini memberikan inspirasi kepada peserta lain untuk dapat melakukan modifikasi untuk pekerjaan yang sama karena efektif dan cukup aman (mengurangi resiko putus tali yang menimpa pekerja).
Rajani Sianturi mereview presentasi perbaikan yang dilakukan peserta dan ada 2 hal yang perlu diperhatikan: (1) Foto perbaikan fokus pada satu obyek (tidak multi tafsir sehingga
menimbulkan perdebatan dan salah penafsiran), dan (2) substansi perbaikan yang merujuk pada upaya peningkatan perbaikan kondisi kerja dan pengurangan bahaya/resiko kecelakaan atau sakit dengan prinsip ‘SMP’.
Diskusi presentasi perbaikan cukup produktif dan setiap peserta memberikan masukan yang positif berdasarkan pengalaman di tempat kerjanya. Selama ini perbaikan kondisi kerja biasanya instruksional yang mengacu pada standar tanpa memberikan peluang atau inisiatif kepada pekerja untuk melakukan perbaikan.
Fasilitator merangkum bahwa masalah K3 adanya dilapangan (kebun atau pabrik) dan pekerja memiliki pengetahuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi seperti ini memberikan kesempatan bagi pekerja untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Sesi daftar isian ‘checklist‘.
Presentasi kelompok daftar isian checklist dapat dilihat pada table terlampir. Beberapa komentar, masukan, atau verifikasi atas pemaparan perbaikan dirangkum sebagai berikut:
Beberapa peserta mengusulkan agar peserta kebun dan pabrik dapat digabungkan agar dapat diketahui runtutan pekerjaan dari kebun sampai pabrik. Pelibatan pihak manajemen juga penting dalam pelatihan agar usulan perbaikan di kebun dan pabrik dapat segera direspon dengan baik.
Penggunaan foto‐foto tempat kerja sesuai ‘titik periksa’ diberikan tanda (water mark) dari tempat kerja perusahaan. Selain memberikan tanda (promosi) perusahaan karena foto‐foto yang ditampilkan bernilai positif, dan juga terkait dengan hak cipta foto‐foto.
Obyek foto disetiap ‘titik periksa’ seharusnya menggambarkan situasi tempat kerja peserta, untuk menggambarkan situasi yang sebenarnya. Misalnya: foto ‘rute transportasi’ pekerja pabrik tidak menampilkan foto rute jalan kebun atau jalur utama perkebunan, tetapi foto rute transportasi kearah pabrik yang setiap hari dilalui pekerja yang bersangkutan.
Diskusi menarik untuk ‘titik periksa’ Lotto (lock out tag out), beberapa peserta berbagi pengalaman untuk titik periksa ini, mulai dari penggunaan kunci ganda pada box panel, penggunaan sekring yang harus dibawa operator yang sedang bekerja atau pemutusan kabel panel, dengan pemberian tanda perbaikan.
Penjelasan fasilitator bahwa idealnya satu checklist untuk satu pekerja yang menggambarkan kondisi tempat kerjanya. Ada beberapa titik periksa yang terkait ‘langsung’
dengan kondisi setiap pekerja, seperti rute transportasi, alat kerja, APD, dsb., dan ada juga yang tidak terkait langsung tetapi kondisi secara umum seperti periksa pada fasilitas kesejahteraan, kagawatdaruratan, organisasi kerja, dsb.
Sesi Tantangan dan Strategi
Curah pendapat untuk mengidentifikasi tantangan/kendala yang dihadapi dan strategi dalam melakukan perbaikan dengan metode PAOT, sebagai berikut:
TANTANGAN:
1. Upaya melakukan perbaikan memerlukan biaya tinggi yang mungkin tidak disetujui atau didukung perusahaan;
2. Beberapa perbaikan kondisi kerja memerlukan Peralatan tambahan yang mungkin tidak disetujui pihak perusahaan;
3. Perbaikan yang dilakukan sesuai prinsip SMP tidak sesuai dengan Kebijakan Perusahaan yang mengacu pada standar ISPO;
4. Orientasi perbaikan K3 bagi pekerja adalah Keselamatan dan Kesehatan, namun orientasi perusahaan adalah konsekuensi biaya;
5. Peningkatan kesadaran pekerja dalam memakai APD terkadang tidak didukung dengan ketersediaan APD oleh perusahaan;
6. Sikap Teman kerja cuek yang menganggap bahwa K3 merupakan urusan perusahaan sulit untuk diajak melakukan kerjasama perbaikan K3 dilingkungan tempat kerja dan tempat tinggal.
7. Anggapan bahwa perbaikan yang dilakukan tidak memiliki efek yang signifikan oleh perusahaan membuat pekerja tidak berinisiatif melakukan perbaikan;
8. Masalah pengadaan barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan dilapangan sehingga usulan perbaikan seringkali menjadi kendala dilapangan;
9. Kurangnya Pelatihan K3 bagi pekerja dilapangan, biasanya sebatas induksi keselamatan yang sifatnya instruksional;
10. Kebiasaan menunda pekerjaan dan malas untuk melakukan perbaikan, dan biasanya setelah ada kejadian baru sadar pentingnya K3;
11. Pengadaan Ahli K3 yang cukup mahal dan tidak semua pekerja dapat mengikuti pelatihan ahli K3 yang diadakan Dinas Ketenagkerjaan.
STRATEGI
1. Perbaikan K3 di PMKS harus sesuai dan tepat menurut standar K3 agar sesuai dengan tujuan perusahaan dalam audit ISPO/RSPO;
2. Menjadikan pendekatan PAOT menjadi kebijakan Nasional (atau dibuat undang‐undang) jika berdampak bagus bagi pekerja dan perusahaan;
3. Selalu mencari informasi terbaru, seperti sering bertanya ke teman dan membaca di media‐
media yang ada;
4. Meningkatkan koordinasi yang baik dengan pimpinan perusahaan dalam proses dialog;
5. Aktif melakukan sosialisasi kepada karyawan lainnya tentang perbaikan dan contoh‐contoh yang baik ditempat kerja;
6. Membentuk ‘teamwork’ yang baik ditempat kerja untuk dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam meningaktakan perbaikan K3;
7. Melaksanakan pelatihan K3 dengan metode PAOT secara berkesinambungan secara luas dan terus berkembang untuk mencakup seluruh perusahaan sawit di Indonesia;
8. Menunjukkan bahwa perbaikan kondisi kerja dan K3 akan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi kepada perushaan;
9. Mengajak semua unsur manajemen di perusahaan untuk menerapkan langsung pelaksanaan K3 dengan pendekatan PAOT;
10. Melibatkan Pemimpinan perusaan dalam pelatihan PAOT agar dapat memahami kebutuhan perbaikan K3 dilapangan.
HARAPAN
1. Agar dapat memperluas pengetahuan PAOT pada forum‐forum yang lebih luas dan melibatkan banyak pemangku kepentingan;
2. Memperkuat kerjasama peserta pelatihan untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman perbaikan dan praktek‐praktek baik di sektor kelapa sawit;
3. Dukungan Pihak ILO dan Gapki untuk merekomendasikan kepada pihak perusahaan untuk menerapkan K3 lebih baik dan menyeluruh kepada semua pekerja;.
REKOMENDASI
Pada akhir acara, setiap peserta didorong melakukan pengamatan ditempat kerjanya dan mengisi checklist yang relevan dengan pekerjaan‐nya dan dilengkapi foto‐foto dari tempat kerja masing‐masing. Selanjutnya daftar isian checklist akan disusun kedalam suatu matrix yang menggambarkan kondisi kerja dan akan dimonitor peningkatan perbaikan‐nya.
AGENDA
TRAINING WORKSHOP ON KNOWLEDGE SHARING OF GOOD PRACTICES OF WORKING CONDITION AND OSH IMPROVEMENT IN GAPKI MEMBERS OF NORTH SUMATERA
North Sumatera, date to be identified
TIME ACTIVITY OIC
Day 1, ………. 2019
09.00 ‐ 09.30 Registration STA Resources
09.30 ‐ 10.00 Opening and Introduction
10.00 ‐ 10.15 Coffee break
10.15 ‐ 11.00 Refreshment of the previous training: Hazards and Risks, PAOT principles (Simple, low cost and smart idea), Action plan
ILO 11.00 ‐ 12.00 Preparation of the good practice presentation (BEFORE and
AFTER)
ILO
12.00 ‐ 13.00 ISOMA
13.00 ‐15.00 Presentation and Discussion on Good pratices: BEFORE and AFTER IMPROVEMENTS
Participants
15.00 ‐ 15.15 Coffee Break
15.15 ‐17.00 Presentation and Discussion on Good pratices: CHECKLIST Participants
16.30 ‐ 17.00 End day 1 ILO
Day 2, ………. 2019
09.00 ‐ 09.30 Review day 1 ILO
09.30 ‐ 10.00 Group Discussion to Analyze what is the strong points and Weak Points as well as the strategy to mainstream PAOT approach into the company management
ILO
10.00 ‐ 10.15 Coffee break
10.15 ‐ 12.00 Additional session on Social dialogue (freedom of association, collective bargaining agreement)
ILO
12.00 ‐ 13.00 ISOMA
13.00 ‐15.00 Additional session on Gender equality in Palm oil sector ILO
15.00 ‐ 15.15 Coffee Break
15.15 ‐17.00 Additional session on Child Labour in Palm oil sector ILO
16.30 ‐ 17.00 Closing
Form Monitoring Kelompok : 2
Titik Periksa : LABORATORIUM
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan: Ada terdapat bahan kimia yang tidak terdapat MSDS, sehingga dibuatkanlah MSDSnya. Dalam hal ini ada potensi bahaya apabila bahan kimia tersebut ada terdapat campuran bahan yang berbahaya seperti corosive dll, jika bahan kimia tersebut terkena kulit, terkena tangan atau anggota tubuh lainya saat menggunakanya.
Titik Periksa : Laboratorium
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan: Masih ada di temukan tidak adanya rambu-rambu K3, jadi realisasinya telah dipasang rambu-rambu K3 di laboratorium. Dalam hal ini terdapat potensi bahaya jika terdapat karyawan yang sedang bekerja tidak menggunakan APD dan agar pekerja lebih berhati-hati atas cairan-cairan yang akan digunakan saat bekerja.
Titik Periksa : Laboratorium
Sebelum Sesudah
Catatan/Temuan: Membuat nama di bahan kimia. Dalam hal ini dapat mempermudah dalam bekerja dan dapat terhindar dari kesalahan penggunaan bahan kimia yang dapat berdampak fatal.
Titik Periksa : LABORATORIUM
Sebelum Sesudah
Catatan/Temuan: Membuat lable bahan mudah pecah. Dalam hal ini agar proses kerja lebih berhati-hati dalam mengambil bahan yang mudah pecah. Potensi bahaya dalam hal ini jika tidak berhati-hati bahan tempat tersebut jatuh dan pecah akan menimbulkan resiko terkena serpihan kaca yang pecah.
Titik Periksa : Kamar Mesin
Sebelum Sesudah
Catatan/Temuan: Ada potensi bahaya ketika steam keluar dari pipa blow up buangan BPV yaitu uanp keluar yang menggumpal dengan membawa percikan air panas ke areal fatfit dan realtrack samping rebusan.
PENGALAMAN PERBAIKAN DI TEMPAT KERJA S E B E L U M
&
S E S U D A H
1
PRESENTASE KELOMPOK III
1. MULIANTO
2. RONI MIRANDA 3. PURWANTO 4. EDI SUPIANTO 5. SANDI
6. EKA JULI SASTRA
SEBELUM SESUDAH CATATAN/TEMUAN :
SEBELUMNYA DINDING TIDAK MEMAKAI RAMBU-RAMBU DAN PEMBERITAHUAN PERANGKAT YANG BERBAHAYA, SETELAH DIPASANG RAMBU-RAMBU K3,MAKA PEKERJA YANG BELUM MENGERTI DAPAT MEMAHAMI APA TUJUAN DAN FUNGSI RAMBU-RAMBU K3 YANG SUDAH DIPERBAIKI.
MEMASANG RAMBU – RAMBU K3 DI GEDUNG KANTOR DIREKSI PAYA PINANG GROUP
( ERGONOMIK KERJA )
SEBELUM SESUDAH
CATATAN/TEMUAN :
KERAN LIMBAH SEBELUMNYA TIDAK BERFUNGSI, KERANNYA TERSUMBAT ADANYA KOTORAN LEMAK MINYAK YANG MENEMPEL DI KERAN TERSEBUT,DENGAN DIBERSIHKAN KERAN TERSEBUT MAKA SALURAN PEMBUANGAN LIMBAH SAWIT DAPAT BERFUNGSI KEMBALI
MEMBERSIHKAN KERAN PEMBUANGAN LIMBAH
( PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN LIMBAH BERBAHAYA )
SEBELUM SESUDAH CATATAN/TEMUAN :
TEMPAT BILAS PEKERJA SPRAYING,SEBELUMNYA TIDAK ADA PIJAKAN/LANTAI DIBAWAH TEMPAT BILAS,SETELAH DIBUAT TAPAK BERDIRI UNTUK TEMPAT BILAS,PEKERJA LEBIH NYAMAN UNTUK MELAKSANAKAN PEMBILASAN MATA.
MERENOVASI LANTAI WESTAFEL
( FASILITAS SARANA & PRASARANA DI TEMPAT KERJA )
SEBELUM SESUDAH CATATAN/TEMUAN
SEBELUMNYA POS UNTUK KUNJUNGAN TAMU BELUM LENGKAP UNTUK PENJELASAN TEMPAT LOKASI POS,SETELAH DIPERBAIKI UNTUK POS KUNJUNGAN TAMU, SUDAH DIBERIKAN KETERANGAN UNTUK LOKASI POS TERSEBUT
MEMASANG PLAT PADA POS
( PENGELOLAAN KERJA )
SEBELUM SESUDAH
CATATAN/TEMUAN :
SEBELUMNYA TIDAK ADA TANAMAN TURNERA,SERANGAN HAMA TINGGI SEPERTI ULAT API,SESUDAH DITANAM TURNERA SERANGAN HAMA AGAK BERKURANG KARENA FUNGSI TURNERA MEMANDULKAN SERANGGA YANG MENGHISAP MADUNYA.
MENANAM BUNGA TURNERA ANTI HAMA
( BAHAYA BIOLOGIS )
Form Monitoring N a m a : Heri Suseno
Alamat : PT Socfindo Aek Loba Titik Periksa : Perumahan Karyawan
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Melengkapi tempat sampah dirumah karyawan dari goni bekas dan pelepah sawit.
- Bahaya: Pencemaran lingkungan,terpleset licin kena sampah (Bahaya Topografi) - Manfaat: Menjaga Kebersihan Lingkungan Pondok,Simpel Murah dan Praktis
Titik Periksa : Gudang Penyimpanan Bahan Kimia
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Memasang simbol dan label bahan kimia yang rusak di gudang penyimpanan
Bahaya : Untuk mengetahui jenis,bahaya dan penanganan bahan kimia.(Bahaya Kimia) Manfaat : Pekerja jelas bahaya dan jenis dan penanganannya.
Cheklis : no.37 hal 14.
Titik Periksa : Pos Kemanan
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Memasang Kebijakan K3 di Pos Keamanan.
-Bahaya : Pekerja tidak mengetahui program K3 perusahaan.(Bahaya Pisikologis) -Manfaat : Pekerja mengerti program K3 Perusahaan.
-Cheklis : Point 69 hal 24 tentang K3 ditempat kerja
Form Monitoring
N a m a : Irwansyah Alamat : PT Fajar Agung Titik Periksa : Jembatan
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan: Poin.No.6 Hal 3.
Perbaikan jembatan dari batang kayu menjadi permanen/beton,supaya tidak berbahaya saat menyebrang.
Titik Periksa : Jalan
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Jalan kontrol sebelumnya tidak layak dilewati sehingga diperlukan perbaikan dan bisa dilalui kendaraan.
Titik Periksa : Titi
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Seberangan TPH sebelumnya terlalu jauh untuk mengeluarkan buah kejalan .
Form Monitoring
N a m a : Sumardi
Alamat : PT Socfindo Aek Loba Titik Periksa : Panen Buah
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Mempersiapkan dan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri ) saat bekerja.
Bahaya : Cedera anggota tubuh ( Bahaya Fisik ) Manfaat : Melindungi Tubuh
Titik Periksa : Perumahan
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan/Temuan:
Istirahat malam lebih awal agar tidak mengantuk saat bekerja.
Bahaya : Mengantuk saat bekerja bisa celaka (Bahaya Fisik) Manfaat : Mengurangi resiko kecelakaan kerja
UPAYA PERBAIKAN KESELAMATAN DALAM BEKERJA PT. INDAH PONTJAN
NO JENIS SEBELUM SESUDAH KETERANGAN
1 TPH
Perbaikan dari TPH biasa (tanah) ke TPH batu ( semen ) mengurangi resiko kecelakaan kerja karena licin pada saat hujan ( bahaya Topografi ) Dengan terjadinya perbaikan ini akan
meningkatkan kondisi dan kualitas kerja, sperti pengutipan berondolan lebih mudah dan bersih
2 Titi Panen
Perbaikan lebarnya titi panen dari 26 cm menjadi 33 cm mengurangi resiko kecelakaan kerja dan resiko terpeleset pada saat pemanen mengangkut buah
menyeberangi parit (bahaya Mekanik)
NO JENIS SEBELUM SESUDAH KETERANGAN
3 Gagang Egrek
Perbaikan dari gagang egrek bambu ke gagang egrek fiber mengurangi resiko kecelakaan kerja (tidak mudah patah saat digunakan) ( bahaya Mekanik )
Penggunaan fiber bisa fleksibel sesuai dengan ketinggian pohon
4 Cakar
Perbaikan pengutipan berondolan menggunakan tangan langsung ke alat bantu cakar, mengurangi kecelakaan kerja tersengat binatang dan keseleo pinggang (bahaya Biologi dan bahaya Ergonomik)
Penggunaan sapu cakar lebih mudah dan cepat (efisien) mengumpulkan berondolan
NO JENIS SEBELUM SESUDAH KETERANGAN
5 Pakaian Kerja
Perbaikan dari pakaian kerja lengan pendek ke pakaian kerja lengan panjang mengurangi resiko kecelakaan kerja terkena gigitan Serangga (bahaya Biologi) dan mengurangi paparan panas matahari.
Form Monitoring
Nama : Irwan Handaya
Alamat : PT. Karya Hevea Indonesia Titik Periksa : Jalan Pasar Pikul Akses Panen
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan: Perbaikan yang dilakukan adalah membersihkan jalur transportasi pekerja. Dengan adanya perbaikan bisa mengurangi tingkat resiko kecelakaan kerja, seperti tertusuk duri dan gigitan ular (bahaya biologi). Juga mempermudah mengeluarkan hasil panen dan terhindar dari ban bocor atau kerusakan angkong/beko.
Titik Periksa : Sarung Egrek
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan: Perbaikan yang dilakukan adalah membungkus pisau egrek dengan menggunakan ban dalam bekas. Dengan perbaikan akan mengurangi resiko tersayat pisau egrek baik pekerja itu sendiri dan orang lain. Perbaikan ini sesuai dengan prinsip SMP (simple=mudah dibuat, murah=bahan bekas dan
pintar=terhindar dari sayatan pisau)
Titik Periksa : Pruning Pelepah
Foto Sebelum Perbaikan Foto Sesudah Perbaikan
Catatan: Perbaikan yang dilakukan adalah membersihkan pelepah sawit (pruning). Dengan adanya perbaikan akan mengurangi resiko pekerja dari tertimpa pelepah dan buah sawit, serta terhindar dari gigitan ular dan gangguan hama (ulat api, tikus, ulat kantong). Perbaikan ini juga mempermudah untuk mengambil buah.