STRUKTUR DAN PERAN AKTOR DALAM JARINGAN SOSIAL KELOMPOK NELAYAN PURSE SEINE DI NEGERI HITU
PULAU AMBON
STRUCTURE AND ROLE OF ACTORS IN SOCIAL NETWORKS PURSE SEINE FISHERMEN GROUP IN HITU AMBON ISLAND
Pieter Melianus Ririmasse, Alex S. W. Retraubun, Johanis Hiariey, Yoisya Lopulalan
Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan Universitas Pattimura, Ambon Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka Ambon - 97233
E-mail : [email protected] [email protected] [email protected]
Abstrak
Kelompok dalam perkembangannya perlu untuk mengedepankan nilai-nilai social sebagai kekuatan hubungan antar anggotanya dalam melakukan interaksi. Interkasi menunjukan adanya suatu hubungan yang relative stabil yang menunjukan adanya suatu proses pertukuran yang mengarah pada pembentukan modal sosial yang berlangsung dalam kelompok. Tingkat interaksi dapat digambarkan melalui struktur hubungan antar nelayan (aktor) dalam jaringan sosial serta peranan masing-masing aktor, untuk menerima dan berbagi informasi sehingga dapat menunjukan pola hubungan serta pentingnya aktor dalam suatu jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur jaringan social dan peran aktor dalam jaringan sosial nelayan pursein di Negeri Hitu Pulau Ambon. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur jaringan social Kelompok Nelayan Yana dan Kelompok Timinusa berbentuk personal saling mengunci (Interlocking Personal Network). Jaringan yang memiliki sifat saling mengunci adalah jaringan yang memiliki derajat integrasi yang tinggi di dalam kelompok namun memiliki sifat keterbukaan yang rendah di luar kelompok. Aktor BS, HS, SS dan IA adalah aktor yang memiliki peranan dalam jaringan social nelayan purse seine kelompok nelayan di Negeri Hitu, yaitu sebagai; Opinion Leader, Bridge, Gate Keeper dan Cosmopolite.
Kata kunci : Aktor; jaringan sosial; nelayan pursein Abstract
The group in its development needs to prioritize social values as the strength of the relationship between its members in interacting. Interaction shows the existence of a relatively stable relationship which indicates the existence of a process of exchange that leads to the formation of social capital that takes place in groups. The level of interaction can be described through the structure of the relationship between fishermen (actors) in the social network and the role of each actor, to receive and share information so that it can show the pattern of relationships and the importance of actors in a network.
This study aims to examine the structure of the social network and the role of actors in the pursein fisherman's social network in Hitu, Ambon Island. The results showed that the social network structure of the Yana Fisherman Group and Timinusa Group was in the form of an Interlocking Personal Network. Networks that have interlocking properties are networks that have a high degree of integration within the group but have low openness outside the group. Actors BS, HS, SS and IA are actors who have a role in the social network of purse seine fishermen in fishing groups in Hitu, namely as; Opinion Leader, Bridge, Gate Keeper and Cosmopolite.
Keywords: Actors; social Networks; pursein fishermen
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam, salah satunya adalah potensi kelautan perikanan tangkap. Berdasarkan data BPS (2020) produksi perikanan tangkap setiap tahun mengalami peningkatan. Pada Tahun 2016 (6,58 juta ton), Tahun 2017 (7,1 juta ton), Tahun 2018 (7,36 juta ton), Tahun 2019 (8,4 juta ton), Tahun 2020 (8,02 juta ton). Data ini menunjukan bahwa potensi perikanan pada sub sector penangkapan selama kurun waktu 5 tahun mengalami peningkatan walaupun pada tahun tertentu mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak terlalu siknifikan. Hal ini berarti bahwa potensi perikanan di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Oleh sebab itu perlu di jaga serta dikelola secara maksimal sehingga dapat memberikan dampak positif bagi negara maupun masyarakat. Dengan demikian ketersediaan potensi sumber daya alam yang melimpah perlu juga didukung dengan ketersediaan potensi sumber daya manusia dalam pengelolaannya.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No.27 pasal 63 tentang pengelolaan wilayah pesisir menyebutkan, pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban memberdayakan masyarakat pesisir dalam meningkatkan kesejahteraannya dan serta berkewajiban mendorong kegiatan usaha tersebut melalui peningkatan kapasitas, pemberian akses teknologi dan informasi, pemberian bantuan permodalan, infrastruktur, jaminan pasar dan aset ekonomi produktif lainya”.
Pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan suatu solusi yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang mandiri sehingga mampu mengelola berbagai potensi sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya potensi kelautan di wilayah pesisir disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sesuai dengan paradigma pembangunan nasional dari bottom up ke top down, dimana pembangunan nasional berasal dari masyarakat bawah sebagai landasan fundamental arah
pembangunan. Dengan demikian, pemerintah harus sedapat mungkin menciptakan suasana atau iklim kerja yang dapat memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, dengan senantiasa memperhatika potensi serta kemampuan masyarakt serta memberikan perlindungan bagi mereka untuk berkembang sehingga masyarakat jangan dijadikan objek pembangunan tetapi harus menjadi subjek atau pelaku dalam pembangunan itu sendiri.
Keberadaan masyarakat pesisir yang identik dengan nelayan, dimana setiap tahunnya mengalami penurunan. Data BPS (2020) menunjukan tahun 2014 jumlah nelayan sebanyak 3,44 juta nelayan turun menjadi 1,69 juta nelayan pada tahun 2018.
Data ini menunjukan bahwa ada terjadi permasalahan di tingkat masyarakat nelayan.
Hasil penelitian Muslim A (2017) menunjukan banyak terjadi kegagalan dalam program-program pemberdayaan di Indonesia yang melibatkan nelayan, seperti di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang disebabkan karena buruknya peranan fasilitator. Selain itu, peran stakeholders tidak memahami tujuan kegiatan pemberdayaan, sehingga pada pemilihan prioritas program tidak berpihak pada kepentingan masyarakat. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kegagalan dalam program-program pemberdayaan sehingga masyarakat atau nelayan tetap dalam kondisi terpuruk dan tidak berdaya.
Propinsi Maluku merupakan wilayah kepulauan dengan luas laut 200.000 Km2 yang kaya akan sumber daya lautnya. Walaupun daerah ini sangat kaya sumber daya lautnya, namun menurut Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Propinsi Maluku, 92,4 % laut menjadi pemicu kemiskinan yang tinggi di Maluku (Antara New,com, 2019) dengan jumlah masyarakat miskin sebanyak 317,69 ribu jiwa pada tahun 2019 (BPS Maluku 2020). Kondisi ini menunjukan bahwa tingkat kemiskinan besar terdapat pada masyarakat Maluku yang berada di wilayah peisir dan memiliki pekerjaan sebagai nelayan.
Pulau Ambon merupakan pulau yang berada di wilayah Propinsi Maluku dengan luas 743,4 Km2. Masyarakat yang bermukim di pesisir Pulau Ambon memanfaatkan laut sebagai mata pencaharian. Jenis ikan tangkapan seperti; ikan
cakalang, kembung, julung, tongkol, layang, selar dan jenis lainnya (BPS Kota Ambon 2020). Nelayan purse seine adalah nelayan setempat yang tergabung dalam beberapa kelompok yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor. Data BPS Maluku (2019) menunjukan bahwa terjadi penurunan yang tinggi terhadap jumlah kapal motor nelayan purse seine yang di gunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan di beberapa wilayah pendaratan ikan di Pulau Ambon, dimana dari jumlah 97 kapal tahun 2014 menjadi 38 buah kapal tahun 2015 – 2017, dan hanya naik 41 buah kapal nelayan pada tahun 2018.
Selain itu jumlah kelompok nelayan purse seine dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Semakin menurunnya jumlah nelayan dan armada di Pulau Ambon mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan di tingkat nelayan salah satunya berkaitan dengan keterbatasan akses jaringan social. Keterbatasan akses jaringan social bagi nelayan purse seine menyebabkan butuhnya bantuan orang yang berada di luar komunitasnya. Menurut Damsar (2002) dalam Suwaib, A (2014) menyatakan bahwa jaringan social nelayan merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak nelayan dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Pada nelayan purse seine di Pulau Ambon, hubungan jaringan social dapat dilihat berdasarkan hubungan antara aktor.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola struktur jaringan dan peran masing-masing aktor dalam jaringan sosial nelayan purse seine.
Metode Penelitian
Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivisme.
Pertimbangan dasar menggunakan positivisme, karena paradigma ini berakar dari paham ontologis yang membahas tentang kebenaran dari suatu fakta.Untuk
mendapatkan kebenaran, maka diperlukan metode pendekatan guna membuktikan kebenaran fakta tersebut. Metode pendekatan merupakan suatu proses pengumpulan data untuk dilakukan penelitian, guna membuktikan kebenaran faktat.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Negeri Hitu Kecamatan Jazirah Leihitu Kabupaten Maluku Tengah terhadap kelompok nelayan purse seine dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah pesisir di Pulau Ambon, yang mana masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Metode Penentuan Responden
Salah satu tahapan penting dalam jaringan sosial adalah penentuan populasi dan sampel penelitian. Sampel pada penelitian jaringan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan metode penelitian kuantitatif lainnya, seperti; survei, analisis isi atau eksperimen. Hal ini karena dalam penelitian jaringan, yang diteliti bukan hanya aktor, melainkan jaringan, relasi antar aktor satu dengan aktor lainnya. Dengan demikian, karakteristik penarikan sampel juga akan berbeda dengan metode kuantitatif lain tersebut (Eriyanto, 2014).
Dalam analisis jaringan, penarikan sampel selalu dimulai dari populasi. Karena itu, penentuan populasi harus tepat, sebab populasi menjadi dasar dari penarikan sampel. Borgatti dan Halgin, dalam Eriyanto (2014) mengatakan, “dalam penelitian jaringan, tidak ada batas natural atau alami seperti halnya pada penelitian kuantitatif lainnya. Dalam penelitian jaringan, yang diteliti itu bukan responden, tetapi jaringan dimana anggota jaringan bisa jadi tidak menjadi anggota populasi”.
Laumann (1983), dalam Eriyanto (2014) mengatakan, “untuk dapat melakukan penentuan pada populasi, maka ada dua pendekatan utama dalam membuat pembatasan spesifik (spcification boundaries) dalam jaringan, yaitu; pendekatan realis dan nominalis”.Pendekatan realis adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk dapat membatasi populasi dalam jaringan, dengan melihat jaringan sosial dari prespektif informan, dimana peneliti tidak boleh menggunakan asumsi subjektif
dalam menentukan jaringan dari aktor. Peneliti sebaliknya membiarkan aktor menentukan dan mendefenisikan jaringan, sehingga peneliti tinggal menggambarkan jaringan yang dibentuk oleh aktor.
Pendekatan nominalis adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk membatasi populasi dalam jaringan, dengan melihat defenisi jaringan berdasarkan kerangka konseptual dari peneliti, dimana peneliti bisa mendefenisikan jaringan dan batasan-batasannya sesuai dengan tujuan dan kerangka penelitian yang dipakai atau teori yang digunakan.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka penelitian ini dibatasi dengan menggunakan pendekatan nominalis, dimana analisis jaringan sosial dalam penelitian ini difokuskan pada hubungan-hubungan interpersonal di antara nelayan purse seine dalam jaringan sosialnya.
Dengan demikian, populasi yang dijadikan sampel dalam studi ini terdiri dari kelompok nelayan purse seine di Negeri Hitu sebanyak 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok Yana dan kelompok Timinusa (Data Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku, 2020) dengan unit analisis adalah aktor, dimana aktor dapat berasal dari anggota nelayan dalam kelompok dan relasinya di luar kelompok.
Sumber Data
Data yang dikumpukan dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kusioner jaringan social yang berfokus pada data relasi antar aktor, dan, data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan kepentingan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014), “terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data”. Dalam penelitian selain dibutuhkan metode yang tepat, perlu juga memilih teknik dan pengumpulan data yang relevan agar hasil dari penelitiannya objektif.
Zuriah (2019) menyatakan, “Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang objektif”. Menurut Bungin, B (2011),
“Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan atau berdasarkan metode pendekatan yang digunakan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data relasi yang difokuskan pada pertanyaan mengenai aktor (nelayan purse seine) sehingga dapat menggambarkan pola struktur jaringan socialnya. Oleh sebab itu, pertanyaan dalam jaringan komunikasi terbagi dalam tiga bagian (Borgatti dalam Eriyanto, 2014), yaitu;pertama, nama generator. Nama generator adalah pertanyaan yang berhubungan dengan pengidentifikasian nama-nama relasi aktor (petani pengolah minyak kayuputih). Tujuan dari pertanyaan ini yaitu menyusun daftar (list) nama jaringan dari aktor, dimana informan atau responden diminta untuk menyebutkan nama-nama teman atau anggota jaringan. Dari pertanyaan ini akan didapat nama- nama aktor dan jaringannya.
Kedua, nama interpreter. Nama interpreter adalah pertanyaan yang berhubungan dengan bentuk, jenis, dan sifat hubungan dari aktor dan jaringan.
Artinya, ketika peneliti sudah mendapatkan nama anggota jaringan (nama generator), informan kemudian ditanyakan mengenai bagaimana bentuk, jenis dan intensitas hubungan di antara aktor. Tujuan dari pertanyaan tersebut agar dapat memperoleh data informasi mengenai bentuk dan intensitas hubungan dari aktor dalam jaringan.
Ketiga, nama interreleters. Nama interreleters adalah pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan masing-masing aktor dan jaringan. Nama yang sudah didapat (nama generator), serta bentuk, jenis dan intensitas hubungan (nama interpreter), kemudian didalami dengan menanyakan lebih lanjut bagaimana hubungan atau relasi untuk setiap aktor tersebut.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data menggunakan software UCINET versi VI. UCINET versi VI adalah sofware hasil pengembangan dari UCINET IV dan UCINET V, yang dikembangkan oleh Borgatti, et al., (1996) yang dirancang khusus untuk analisa jaringan sosial. UCINET VI dipilh karena mudah digunakan dan menghasilkan estimasi optimum setelah tiga ulangan perhitungan (Borggatti dan Everett dalam Eriyanto, 2014). Langkah-langkah dalam analisa data jaringan sosial dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat format data edgelist. Data edgelist adalah format data yang digunakan untuk mendaftarakan nama-nama aktor dan relasinya dengan aktor lainnya secara vertikal.
b. Berdasarkan format data edgelist, kemudian dilakukan sosiogram yang menggambarkan struktur jaringan social nelayan purse seine.
c. Setelah struktur jaringan social terbentuk kemudian menentukan peran masing- masing aktor dalam struktur jaringan social.
Pembahasan
Jaringan Sosial Nelayan Purse Seine Pada Kelompok Yana dan Timinusa
Analisis jaringan sosial merupakan suatu bentuk metode kuantitatif yang digunakan untuk mengvisualisasikan hubungan antar individu yang dapat digambarkan melalui sosiogram. Sosiogram merpakan data relasi antar aktor yang menggambarkan strutur jaringan atau hubungan yang dapat dilakukan oleh aktor dengan aktor lainnya. Struktur jaringan juga dapat menggambarkan karakteristik hubungan antara aktor di dalam kelompok. Berdasarkan bentuknya, struktur jaringan social dapat dibentuk atas beberapa karakter, yaitu; bentuk roda atau lingkaran, radial, rantai serta semua saluran, atau dapat dikatakan jaringan bersifat tertutup atau terbuka. Pada penelitian akan menggambarkan struktur jaringan social nelayan lebih mengarah pada gambar struktur jaringan yang mana. Prinsip utama dalam analisis
jaringan sosial berkaitan dengan bagaimana aktor (nelayan) mendapatkan informasi, memproses, dan menyebarkannya dalam bentuk relasi atau hubungan antar aktor (antarnelayan). Relasi antar aktor dapat membentuk struktur jaringan dan pola komunikasi.
Selain menghasilkan struktur jaringan social antar nelayan purse seine juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi peran aktor dalam jaringan. Peran aktor dalam struktur jaringan dapat digambarkan dalam beberapa tipe peran, yaitu; opinion leader, gate keepers,bridge,liaison,dan isolate. Gambar 1 menggambarkan struktur jaringan social nelayan purse seine pada kelompok nelayan Yana dan Timinusa di Negeri Hitu Kabupaten Maluku Tengah.
Struktur Jaringan Sosial
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Struktur jaringan social dapat menentukan tingkat kohesi dari masing-masing anggota nelayan dalam berinteraksi. Gambar 1 menjelaskan struktur jaringan social nelayan purse seine pada kelompok nelayan Yana dan Timinusa di Negeri Hitu Kabupaten Maluku Tengah.
Gambar 1. Struktur jaringan sosial nelayan purse seine di Negeri Hitu (Kelompok Yana dan Timinusa) Kab. Maluku Tengah
Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa struktur jaringan nelayan purse seine pada kelompok Yana dan Timinusa yang terbentuk bersifat tertutup (network clousure). Struktur jaringan ini menurut Roger dan Kinkaid (1981) dalam Trisnani (2016) adalah struktur jaringan yang bersifat personal saling mengunci (Interlocking
Personal Network). Jaringan yang memiliki sifat saling mengunci adalah jaringan yang memiliki derajat integrasi yang tinggi di dalam kelompok, namun memiliki sifat keterbukaan yang rendah di luar kelompok. Artinya, tidak semua actor (nelayan) dapatm emiliki akses di luar kelompok untuk mendapatkan informasi, tetapi hanya melalui ator-aktor tertentu saja,. Menurut P. Robins (1984) dalam Puttileihalat, P. M (2019) menyatakan bahwa struktur jaringan social berbentuk radial atau jari-jari memiliki karakteristik hubungan yang bersifat memusat. Artinya hubungan yang terjadi antar aktor dalam jaringan memiliki tingkat integrasi dalam kelompok sangat tinggi, dimana masing-masing anggota saling memiliki tingkat interaksi yang tinggi dalam kelompok. Kelompok dengan tingkat interaksi hubungan yang tinggi memiliki sifat hubungan yang terbuka serta memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada aktor yang dianggap memiliki peranan yang besar atau penting di dalam kelompok jaringan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa baik kelompok nelayan Yana maupun Timinusa sama-sama memiliki tingkat interaksi yang tinggi dalam kelompok masing- masing. Kondisi ini dapat terjadi disebabkan karena aktor tanase yang berada pada masing-masing kelompok merupakan aktor yang memegang peranan penting dalam jaringan social nelayan. Aktor tanase merupakan pimpinan dalam kelompok yang memiliki tanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan penangkapan serta selalu mengkoordiner nelayan lainnya (ABK atau masnait) dalam pelaksanaan kegiatan.
Biasanya sebelum diadakan kegiatan melaut tanase sebelumnya sudah memberikan informasi kepada nelayan untuk melakukan berbagai persiapan. Selain itu, aktor tanase memegang peranan penting dalam mendistribusikan informasi dari luar kelompok dan membagikannya kepada nelayan lainnya dalam kelompok, misalnya;
informasi tentang keberadaan ikan yang ada di rumpon, informasi tentang adanya bentuk-bentuk pelatihan atau sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah.
Kondisi ini menunjukan bahwa semua anggota (masnait) di dalam kelompok maupun aktor diluar kelompok memiliki ketergantungan dengan aktor tanase.
Peranan Aktor
Jaringan social selain dapat mengidentifikasi dan menggambarkan hubungan antara orang atau individu melalui struktur jaringan social, juga dapat mengidentifikasi peranan masing-masing actor dalam jaringan, seperti; opinion leader, gate keepers, bridge, cosmopilte, liason dan isolate.Namun dalam penelitian ini, tidak semua aktor memiliki semua jenis peranan di atas. Hal ini karena identifikasi peranan aktor disesuaikan dengan fungsi keberadaan aktor dalam jaringan. Tabel 1 dan 2 menggambarkan peranan masing-masing aktor dalam jaringan social nelayan purse seine di Negeri Hitu Kecamatan Jazirah Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
Tabel 1. Peranan aktor dalam jaringan social nelayan purse seine Kelompok Yana di Negeri Hitu
Inisial Nelayan
Status Dalam Kelmpok
Total Hubungan
Berhubungan Dengan
Keterangan Peranan Dalam Jaringan Dalam Luar
Kelompok Kelompok
HIS Tanase 15
2,3,4,5,6,7,8, 9,10,11,13,1
4,16,
A, B, C
Penghubung diluar kelompok
Opinion Leader.
Bridge, Gate keeper, Cosmopolite
BS Tanase 15
1,3,4,5,6,7,8, 9,10,11,13,1
4,16
HS Tanase 15
1,2,4,5,6,7,8, 9,10,11,12,1
3, 14,15,16
SS Masnait
(Tukang Lobe) 10 1,2,3,4,5,6,7, 8,14,15
ST Masnait
(Tukang Lobe) 9 1,2,3,4,7,8,1
4 Bridge,
OU Masnait 4 1,2,3,4
BW Masnait 5 1,2,3,4,5
AU Masnait 5 1,2,3,4,5
IU Masnait 3 1,2,3
AW Masnait (P.
Rumpon) 3 1,2,3
MA Masnait 3 1,2,3
RS Masnait 4 13,15
MS Masnait 3 1,2,3
AR Masnait 5 1,2,3,4,5
AS Masnait 6 3,5,12
16 HS Masnait 3 1,2,3
Keterangan : A : Bank
B : BA. (Nelayan Kel. Timinusa) C : Pedagang Papalele
D : Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku (PKPM)
Tabel 2. Peranan aktor dalam jaringan social nelayan purse seine Kelompok Timinusa di Negeri Hitu
Inisial Nelayan
Status Dalam Kelmpok
Total Hubungan
Berhubungan Dengan
Keterangan Peranan Dalam Jaringan Dalam Luar
Kelompok Kelompok
BA Pemilik 5 6,8 A, D,F
Penghubung diluar kelompok
Opinion Leader.
Bridge, Cosmopolite
AA Masnait 7 2,4,5,8,10,15
,16
SA Masnait 6 2,4,5,6,8,11
FW Masnait 6 2,3,6,8
AW Masnait
(Tukang Lobe) 5 2,3,,8,10 D
SS Masnait 2 1,8
ST Masnait 4 5,6,8,9
IA Tanase 16
,1,2,,3,4,5,6, 7,8,9,10,11,1 2,13,14,15,1
6,17
B
Penghubung diluar kelompok
Opinion Leader.
Bridge, Gate keeper, Cosmopolite
KT Masnait 5 7,8,10,11,12
SS1 Masnait (P.
Rumpon) 5 2,3,4,8,11
HR Masnait 5 3,7,8,9,10
IA1 Masnait 5 7,8,9,14,17
OW Masnait 6 7,8,14,15,16,
17
AW1 Masnait 5 7,8,12,15,16
LDO Masnait 5 2,7,8,14,16
IA2 Masnait 5 2,7,8,14,16
SA1 Masnait 4 7,8,17
Keterangan :
A : Bank
B : Pedagang Papalele
C : HIS. (nelayan Kelompok Yana)
D : Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku (PKPM)
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukan bahwa Kelompok Yana memiliki jumlah anggota sebanyak 16 orang nelayan purse seine, dan Kelompok Timinusa memiliki jumlah anggota sebanyak 17 orang serta memiliki status dalam kelompok yang berbeda didasarkan pada tugasnya masing-masing. Tugas masing-masing anggota di antaranya ada yang menjadi tanase dan ada yang menjadi masnait.
Selanjutnya, masnait juga dapat dibagi atas beberapa tugas, yaitu; penjaga rumpon dan tukang lobe. Total jumlah hubungan (jumlah hubungan di dalam kelompok dan di luar kelompok) pada masing-masing aktor (nelayan purse seine) dalam struktur jaringan di dalam dan di luar kelompok juga berbeda-beda. Perbedaan total jumlah hubungan didasarkan pada pentingnya peranan seorang aktor dalam jaringan social sehingga semua orang memilih aktor tersebut sebagai sumber rujukan informasi.
Semakin banyak orang memiliki relasi atau hubungan dengan aktor tersebut, diindikasikan bahwa aktor itu memiliki peranan penting di dalam jaringan.
Data hasil penelitian menunjukan bahwa pada Kelompok Yana, aktor yang memiliki jumlah hubungan yang paling banyak dan sebagai sumber rujukan terhadap semua aktor dalam jaringan yaitu aktor; BS, HS, dan SS sebanyak 15 hubungan atau relasi. Sedangkan pada Kelompok Timinusa adalah aktor; IA sebanyak 16 hubungan.
Artinya, aktor dengan jumlah hubungan terbanyak memiliki peranan penting dalam jaringan, baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok. Berdasarkan statusnya, aktor-aktor tersebut memiliki tugas sebagai seorang tanase di dalam kelompok.
Tanase adalah pimpinan kelompok yang memiliki tanggung jawab baik dalam pelaksanaan kegiatan penangkapan ikan di laut maupun perkembangan kelompok tersebut ke depan. Aktor ini di dalam kelompok ada yang berperan sebagai tanase
merangkap pemilik, dan ada yang berperan hanya sebagai tanase namun bukan pemilik (juragan).
Masnait adalah anak buah kapal (ABK) berdasarkan pembagian tugas masing- masing. Semua masnait di dalam kelompok maupun aktor yang berada di luar kelompok sudah pasti memiliki hubungan dengan tanase karena beberapa alasan, yaitu; 1) tanase adalah seorang pemimpin kelompok, 2) tanase yang memberikan perintah kepada masnait dalam melaksanakan tugasnya masing-masing pada saat kegiatan melaut, 3) tanase juga berfungsi sebagai orang yang berhak menentukan masuk dan tidaknya suatu informasi di dalam kelompok ataupun kerja sama aktor di luar kelompok dengan kelompok tersebut, 4) tanase juga berperan sebagai penghubung antar kelompok dengan aktor di luar kelompok (misalnya hubungan di luar kelompok dengan aktor; A, B, C dan D), 5) tanase yang juga berstatus sebagai pemilik atau juragan adalah aktor yang memberikan upah kepada masnait atau ABK.
Berdasarkan peranannya di dalam jaringan social pada masing-masing kelompok, menunjukan bahwa aktor yang berperan sebagai Openion Leader (pimpinan kelompok), Bridge (penghubungan antar kelompok maupun individu lainnya di luar kelompok serta kelembagaan lainnya, berhubungan dengan kelompok), Gate Keeper (penjaga gawang atau aktor yang berfungsi mengfilterisasi informasi yang berasal dari luar kelompok untuk masuk dalam kelompok), Cosmopolite (aktor yang membawa informasi dari luar dan membawa masuk di dalam kelompok). Aktor-aktor yang dicirikan sesuai dengan semua peranan di atas terdapat pada aktor; BS, HS, dan SS pada kelompok Yana dan aktor IA pada kelompok Timinusa. Dengan demikian, semua aktor yang disebutkan di atas bertugas sebagai tanase dalam jaringan social kelompok nelayan purse seine.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka disimpulkan: (a). Struktur jaringan social Kelompok Nelayan Yana dan Kelompok Timinusa berbentuk personal saling mengunci (Interlocking Personal Network). Jaringan yang memiliki sifat saling mengunci adalah jaringan yang memiliki derajat integrasi yang tinggi di dalam kelompok namun memiliki sifat keterbukaan yang rendah di luar kelompok. (b).
Aktor BS, HS, SS dan IA adalah aktor yang memiliki peranan dalam jaringan social nelayan purse seine kelompok nelayan di Negeri Hitu, yaitu sebagai;
Opinion Leader, Bridge, Gate Keeper dan Cosmopolite
Daftar Pustaka
Antara New.com. 2019. DPMD: Luas Laut Maluku Picu Kemiskinan.
https://www.antaranews.com/berita/998138/dpmd-luas-laut-maluku-picu- kemiskinan. Diakses pada hari sabtu tanggal 25 September 2021; Jam 12.30.
BPS Maluku (2020). Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi (Ribu Jiwa), 2019- 2020.
BPS Maluku. 2019. Jumlah Kapal Motor Nelayan Tangkap di Propinsi Maluku, 2015 -2018.
BPS Kota Ambon. 2019. Volume Pemasaran Ikan Segar Melalui Tempat Pelelangan Ikan di Kota Ambon, 2015-2019.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana MediaGroup.
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku 2020. Laporan Bantuan Peralatan Nelayan Tangkap di Propinsi Maluku.
Eriyanto. 2014. Analisis jaringan komunikasi. Jakarta: Prenadamedia Group
Muslim, Azis 2017. "Analisis Kegagalan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam Membangun Kemandirian Masyarakat Miskin (Studi Kasus di Provinsi Daerah Istimewa YOGYAKARTA, Jawa Tengah, dan Jawa Timur)." Jurnal Penyuluhan.13(1) : 79-87.
Puttileihalat, P. M. 2019. “Popularity Level and Role of Actors in the Degree Centrality Network of Eucalyptus Oil Processor Farmers in Waisala Village, West Seram Regency, Maluku Province”. International Journal of Progresive Science Teknologies (IJPSAT). 17(2) : 104 – 109.
Trisnani. 2016. “Pola Komunikasi Masyarakat Nelayan Di Era Teknologi Informasi Studi Kasus Di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo”.
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik. 20(2): 141-154.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau kecil.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta
Suwaib, A. 2014. “Jaringan Sosial Pemasaran pada Komunitas Nelayan Tradisional Banten”. Komunitas International Journal of Indonesian Society and Culture.
6(1) : 106-115.
Zuriah Nuzul. 2019. Metodologi Penelitian Sosial Pendidikan Teori-Aplikasi.
Jakarta:PT Bumi Aksara