• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

57

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai simpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dibahas diskusi mengenai hasil penelitian, keterbatasana penelitian, serta saran metodologis dan praktis untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Simpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan anatara pengetahuan tentang pasangan dengan kesiapan menikah pada emerging adult.

Penelitian dilakukan dengan dengan menyebarkan kuisioner, baik dalam bentuk booklet kuesioner dan kuesioner online, kepada 100 emerging adult berusia 22 sampai 25 tahun yang sudah berpacaran selama 6 bulan. Selanjutnya peneliti menggunakan uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan pengolahan data menggunakan software IBM SPSS Statistics (version 22).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan tentang pasangan dan kesiapan menikah pada emerging adult. Signifikansi yang diperoleh adalah .000 dengan angka korelasi sebesar .489.

5.2. Diskusi

Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan tentang pasangan dengan kesiapan menikah pada emerging adult (ρ = 0.489, p < 0.05). Peneliti membuat hipotesis tentang adanya hubungan di antara pengetahuan tentang pasangan dengan kesiapan menikah karena melihat adanya dinamika di antara keduanya melalui manfaat pengetahuan tentang pasangan dan kesiapan menikah sebagai fondasi pernikahan.

(2)

Hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan melalui berbagai studi literatur. Kedua variabel penelitian terbentuk ketika pasangan menjalin masa pacaran. Pengetahuan tentang pasangan dikembangkan agar individu dapat mengetahui tentang pasangannya dan melihat kecocokan diantara keduanya. Donna (2008) mengatakan bahwa kecocokan menjadi salah satu alasan bagi pasangan untuk bertahan dan berlanjut ke jenjang pernikahan. Selanjutnya, Atwater dan Duffy (1999) menyatakan bahwa kebahagiaan perkawinan tergantung pada seberapa baik pasangan menemukan kesesuaian atau kecocokan.

Pada umumnya, individu yang akan menikah menjalin hubungan dengan pasangan sebagai bagian dari proses perkenalan dan membangun kesiapan untuk menjalani kehidupan pernikahan (Mahmudah, 2012). Pada saat berpacaran, pasangan berbagi pengetahuan tentang perbedaan diantara keduanya dan kemampuan interpersonal yang tentunya bermanfaat bagi kehidupan pernikahan, khususnya untuk menyesuaikan diri di masa awal pernikahan (Blood, 1969). Dengan berbagai pengetahuan tentang perbedaan di antara keduanya yang diperoleh pada masa berpacaran ini, dapat disimpulkan bahwa pasangan mengetahui, mempelajari serta menyesuaikan diri dalam beberapa hal, seperti kebiasaan pasangan dalam mengelola keuangan, latar belakang pasangan, memupuk relasi dengan keluarga besar masing- masing pasangan, dan membicarakan masalah agama yang merupakan area-area dalam kesiapan menikah.

Selanjutnya, dijelaskan oleh Bradbury & Karney (2010), bahwa untuk menggali pengetahuan tentang pasangan dibutuhkan komunikasi. Komunikasi termasuk dalam area kesiapan menikah. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi yang baik merupakan salah satu syarat dalam pernikahan yang sukses (Robinson dan Blanton, dalam DeGenova, 2008). Adanya komunikasi dapat membantu individu untuk mengekspresikan perasaannya pada pasangan, menemukan solusi yang tepat ketika terjadi perbedaan pendapat (Stinett, 1969, dalam Badger 2005), serta menjadi kunci bagi aspek-aspek lain dalam hubungan mereka (Olson & DeFrain, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christensen, et al (2006, dalam Papalia, et al, 2009), dilaporkan bahwa pasangan yang membangun komunikasi dalam hubungan mereka cenderung lebih merasa puas dibandingkan dengan mereka yang tidak. Terkait

(3)

dengan kesiapan menikah, kualitas dan kuantitas komunikasi pada pasangan inilah yang menjadi kunci bagi aspek-aspek lain dalam hubungan mereka (Olson & DeFrain, 2006).

Pengetahuan tentang pasangan juga meliputi pengetahuan mengenai nilai-nilai yang dianut oleh pasangan dan keluarga pasangan (Epstein, 2005). Nilai-nilai yang dimaksud termasuk pula nilai agama. Pada umumnya kesamaan prinsip agama menjadi hal yang penting dalam pemilihan pasangan di Indonesia karena pencatatan pernikahan hanya dapat dilakukan oleh pasangan yang memiliki kesamaan keyakinan (Sarwono, 2005). Ketentuan tersebut telah diatur dalam hukum perkawinan No 1 /1974. Perbedaan agama pun diyakini dapat meningkatkan resiko perceraian. Lebih lanjut, nilai-nilai yang dianut individu juga berasal dari keluarga. Keluarga besar, khususnya orangtua pasangan, memang masih memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan perkawinan di Indonesia, khususnya dalam pemilihan pasangan untuk dijadikan sebagai suami ataupun istri (Sarwono, 2005). Pemilihan pasangan ini mempertimbangkan latar belakang pasangan yang biasanya terkait dengan kesamaan budaya, suku, agama, dan atau kelas sosial (Sarwono, 2005). Banyaknya kesamaan dalam beberapa hal tersebut memang dapat mempermudah pasangan dalam menyesuaikan diri di masa awal pernikahan (Atwater, 1983). Sarwono (2005) menambahkan bahwa pada kenyataannya pasangan yang telah menjalin hubungan romantis (berpacaran) pun memiliki kemungkinan untuk tidak dapat menikah karena tidak adanya persetujuan keluarga, khususnya orangtua. Oleh karena itu, memang sudah sepantasnya jika pengetahuan mengenai relasi keluarga besar pasangan serta latar belakang pasangan menjadi prioritas dalam kesiapan menikah pada emerging adult.

Selain itu, pengetahun tentang pasangan juga berarti mampu bersenang-senang dengan pasangan (Epstein, 2005). Hal tersebut mencakup pengetahuan mengenai hal yang disukai pasangan dan cukup peduli untuk meluangkan waktunya dengan bersenang-senang bersama pasangan. Semakin individu mengetahui pasangannya maka individu mengetahui hal-hal yang diminati pasangan dan bagaimana pasangan memilih untuk memanfaatkan waktunya. Terkait dengan minat dan pemanfaatan waktu luang, Arond dan Pauker (1987 dalam Morris & Carter, 1999) menjelaskan bahwa meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas bersama dengan pasangan dapat mengembangkan kedekatan. Minat dan pemanfaat waktu luang juga merupakan salah satu aspek dalam

(4)

kesiapan menikah. Terlebih lagi, pemanfaatan waktu luang ini juga berkontribusi dalam memprediksi kepuasan individu pada sebuah hubungan (Fowers dan Olson, 1989).

Dari berbagai penjelasan diatas, hubungan antara pengetahuan tentang pasangan dan kesiapan menikah terlihat dari bagaimana kedua hal tersebut sama-sama saling terbentuk seiring dengan berjalannya hubungan. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang pasangan, individu mempelajari kehidupan pasangannya sambil mengembangkan area-area dalam kesiapan menikah. Maka, semakin baik pengetahuan tentang pasangan individu maka kesiapan menikahnya juga akan lebih baik.

Kelebihan dari penelitian ini terletak pada metode pengambilan data yang mayoritas melalui kuisioner online. Alasan peneliti lebih memilih kuisioner online didasari oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa individu cenderung lebih jujur dalam merespon pertanyaan secara online dibandingan secara langsung atau face-to-face (Kaplan & Saccuzzo, 2009).

Berkaitan dengan keterbatasan penelitian ini, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan literatur yang dapat menggambarkan keunikan pernikahan ataupun keintiman pasangan di Indonesia, sehingga teori yang diperoleh lebih banyak berasal dari negara barat. Dalam hal pengambilan data yang melibatkan pasangan, peneliti kurang dapat memberikan kontrol kepada individu untuk tidak mengerjakan kuesioner dengan cara berdiskusi bersama pasangannya. Sehingga ada beberapa pasangan yang mengerjakan kuesioner bersama-sama dengan pasangan dan mendiskusikan jawaban apa yang sebaiknya mereka berikan pada kuesioner.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan diskusi yang telah diuraikan, serta keterbatasan yang ada pada penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan untuk penelitian selanjutnya.

5.3.1. Saran Teoritis

Adapun saran teoritis yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

(5)

1. Dalam pengambilan responden yang mampu merepresentasikan populasi yang ada, sebaiknya peneliti lebih memperluas wilayah pengambilan data sehingga dapat mewakili lebih banyak populasi.

2. Untuk penelitian lanjutan, peneliti dapat memilih berbagai variabel lain yang berkaitan dengan premarital area serta tidak hanya melihat hubungan antar variabel tetapi juga melihat pengaruhnya terhadap kehidupan pernikahan. Peneliti mengharapkan adanya penelitian yang membahas lebih dalam mengenai topik kesiapan menikah, pengetahuan tentang pasangan, dan relationship skills lainnya, seperti:

a. Perbedaan pengetahuan tentang pasangan (knowledge of partner) pada pasangan yang menjalani hubungan romantis (berpacaran) dan tidak (ta’aruf)

b. Pengaruh kesiapan menikah terhadap kesuksesan, kepuasan, dan kestabilan pernikahan di Indonesia

c. Hubungan antara pengetahuan tentang pasangan, kesiapan menikah, dan well-being pada emerging adult.

5.3.2. Saran Praktis

Adapun saran praktis yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para psikolog dan konselor pranikah, diharapkan melakukan bimbingan pranikah dengan memperhatikan area-area kesiapan menikah seperti komunikasi, keuangan, anak dan pengasuhan, pembagian peran suami-istri, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Selain itu, penting pula bagi psikolog dan konselor pranikah untuk memperhatikan aspek pengetahuan tentang pasangan pada pasangan yang sedang mengikuti program bimbingan pranikah.

2. Melihat pentingnya kesiapan menikah dan pengetahuan tentang pasangan bagi kesuksesan kehidupan pernikahan, serta ditemukannya korelasi positif antara keduanya, maka dapat dijadikan landasan bagi pembuatan materi dan dasar pelatihan dalam program pranikah yang diadakan oleh

(6)

Kantor Urusan Agama ataupun penyelenggara bimbingan pranikah lainnya.

3. Pasangan yang telah merencanakan pernikahan diharapkan dapat memperhatikan dan melatih kecakapan mereka dalam berbagai area kesiapan menikah dan keterampilan hubungan.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi sasaran dalam penelitian adalah nyamuk Ae. Populasi sumber dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis DBD di dataran

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah penelitian ini adalah berapakah intensitas rata- rata paparan medan magnet dan medan listrik pada pengguna

Pada dasarnya manusia hidup bermasyarakat pastinya akan terjadi konflik di dalam masyarakat itu sendiri, begitu juga dengan sesama para profesi joged. Bentuk dari konflik itu

Peningkatan skor domain psikomotorik pada kelompok perlakuan ini disebabkan karena pengetahuan yang didapat dari konseling farmasis berupa pengetahuan tentang

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor