• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REGULASI EMOSI PADA INTERAKSI SOSIAL SELAMA PEMBELAJARAN HOME VISIT AKIBAT COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH REGULASI EMOSI PADA INTERAKSI SOSIAL SELAMA PEMBELAJARAN HOME VISIT AKIBAT COVID-19"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

________________________Copyright (c) 2021 Rizky Eka Amelia, Anayanti Rahmawati, Anjar Fitrianingtyas 9

PENGARUH REGULASI EMOSI PADA INTERAKSI SOSIAL SELAMA PEMBELAJARAN HOME VISIT AKIBAT COVID-19

Rizky Eka Amelia1 Anayanti Rahmawati2

Anjar Fitrianingtyas3

1,2,3Programstudi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret

㜃送Ԁࠀ騅ԀⰀⰀ騅騅䰀㜃ⰀሂԁȂ̅Ѕ騅ЃȂ*̅Ѓԁ*Ⰰ *㜃Ѕ, ⰀЃⰀࠀⰀЃȂ㜃 ሂԁȂⰀ *̅Ѓԁ*Ⰰ *㜃Ѕ, ⰀЃQⰀ 㜃Ȃ 㜃ⰀЃ㜃ЃWȂࠀⰀԁሂԁȂⰀ *̅Ѓԁ*Ⰰ *㜃Ѕ R騅 騅㜃v騅Ѕ (J̅䰀ࠀ), A 騅pȂ騅Ѕ (S騅pȂ騅騅b騅 ), P̅b䰀㜃ԁh騅Ѕ (O Ȃob騅 )

Abstract: Effect of Emotion Regulation on Social Interaction during Home Visit Learning due to COVID-19. Th騅 Ⰰ㜃騅 o Ȃh㜃ԁ 騅ԁ騅Ⰰ h wⰀԁ Ȃo Ѕ騅Ȃ騅 騅㜃Ѓ騅 Ȃh騅 騅 騅 Ȃ o 騅騅oȂ㜃oЃ 騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ oЃ ԁo 㜃Ⰰ䰀 㜃ЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ Ѕ̅ 㜃ЃW ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ 䰀騅Ⰰ Ѓ㜃ЃW Ѕ̅騅 Ȃo Ȃh騅 COVID-19 pⰀЃЅ騅騅㜃 㜃Ѓ K㜃ЃЅ騅 WⰀ Ȃ騅Ѓ B* Th騅 騅騅ȂhoЅ o o䰀䰀騅 Ȃ㜃ЃW 騅ԁ騅Ⰰ h ЅⰀȂⰀ 㜃ԁ Ȃh o̅Wh Ⰰ q̅騅ԁȂ㜃oЃЃⰀ㜃 騅, bⰀԁ騅Ѕ oЃ Ȃh騅 Ȃ騅Ⰰ h騅 'ԁ Ⰰԁԁ騅ԁԁ騅騅ЃȂ o 76 h㜃䰀Ѕ 騅Ѓ* Th騅 騅ԁ騅Ⰰ h ԁ̅bQ騅 Ȃԁ ̅ԁ騅Ѕ ȂoȂⰀ䰀 ԁⰀ騅p䰀㜃ЃW, 㜃Ѓvo䰀v㜃ЃW h㜃䰀Ѕ 騅Ѓ ⰀW騅Ѕ 5-6 ࠀ騅Ⰰ ԁ 㜃Ѓ TK A㜃ԁࠀ㜃ࠀⰀh 20 PⰀQⰀЃW* R騅ԁ騅Ⰰ h ЅⰀȂⰀ 騅Ȃ 㜃騅vⰀ䰀 ̅ԁ㜃ЃW Ȃh騅 ERC (E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ Ch騅 Ԁ䰀㜃ԁȂ ⰀЃЅ IRSC (IЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ RⰀȂ㜃ЃW S Ⰰ䰀騅 o Ch㜃䰀Ѕ 騅Ѓ) Ȃ ⰀЃԁ䰀ⰀȂ㜃oЃ 㜃ЃԁȂ ̅騅騅ЃȂԁ, wh㜃 h hⰀv騅 b騅騅Ѓ Ȃ騅ԁȂ騅Ѕ b騅 o 騅hⰀЃЅ Ȃo 㜃ЃЅ o̅Ȃ vⰀ䰀㜃Ѕ ⰀЃЅ 騅䰀㜃Ⰰb䰀騅 騅ԁ̅䰀Ȃԁ* Th騅 ЅⰀȂⰀ ⰀЃⰀ䰀ࠀԁ㜃ԁ Ȃ騅 hЃ㜃q̅騅 ̅ԁ騅Ѕ Ⰰ ԁ㜃騅p䰀騅 䰀㜃Ѓ騅Ⰰ 騅W 騅ԁԁ㜃oЃ Ȃ騅ԁȂ Ȃh o̅Wh SPSS 25*00 o w㜃ЃЅowԁ* Th騅 騅ԁ̅䰀Ȃԁ ԁhow騅Ѕ ȂhⰀȂ Ȃh騅 o騅 㜃 㜃騅ЃȂ ЅⰀȂⰀ wⰀԁ ԁ㜃WЃ㜃 㜃 ⰀЃȂ, w㜃Ȃh Ⰰ ԁ㜃WЃ㜃 㜃 ⰀЃ 騅 vⰀ䰀̅騅 (S㜃W*) o 0*040 wh㜃 h wⰀԁ 䰀騅ԁԁ ȂhⰀЃ < 0*05 p obⰀb㜃䰀㜃Ȃࠀ* Th騅 騅ԁ̅䰀Ȃԁ o Ȃh騅 Ⰰ䰀 ̅䰀ⰀȂ㜃oЃ o Ȃh騅 ԁ㜃WЃ㜃 㜃 ⰀЃ 騅 vⰀ䰀̅騅 o Aԁ㜃ࠀ騅p*S㜃W (2-ȂⰀ㜃䰀騅Ѕ) o 0*065 㜃ԁ W 騅ⰀȂ騅 ȂhⰀЃ 0*05* Th騅 vⰀ䰀̅騅 o Ȃh騅 㜃Ѓ 䰀̅騅Ѓ 騅 o 騅騅oȂ㜃oЃ 騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ oЃ ԁo 㜃Ⰰ䰀 㜃ЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ 㜃ԁ 5*6%**

Keywords: emotion regulation, social interaction, home visit, covid 19 pandemi, early childhood Abstrak: Pengaruh Regulasi Emosi pada Interaksi Sosial selama Pembelajaran Home Visit akibat COVID-19. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh regulasi emosi terhadap interaksi sosial selama pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ akibat pandemi COVID-19 di TK B. Metode pengumpulan data penelitian melalui kuesioner, berdasarkan penilaian guru terhadap 76 anak. Subjek penelitian menggunakan ȂoȂⰀ䰀 ԁⰀ騅p䰀㜃ЃW, melibatkan anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah 20 Pajang. Pengambilan data penelitian menggunakan instrumen translasi ERC (E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ Ch騅 Ԁ䰀㜃ԁȂ) dan IRSC (IЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ RⰀȂ㜃ЃW S Ⰰ䰀騅 o Ch㜃䰀Ѕ 騅Ѓ), yang telah di uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui hasil valid dan reliabel. Teknik analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana melalui SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ* Hasil penelitian bahwa data koefisien dinyatakan signifikan, dengan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,040 lebih kecil dari < probabilitas 0,05. Hasil perhitungan nilai signifikansi Asiymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,065 lebih besar dari 0,05. Nilai pengaruh regulasi emosi terhadap interaksi sosial sebesar 5,6%.

Kata Kunci: regulasi emosi, interaksi sosial, home visit, pandemi COVID-19, anak usia dini.

(2)

ve PENDAHULUAN

Masyarakat dunia telah digemparkan oleh kemunculan virus baru yaitu Co oЃⰀv㜃 ̅ԁ D㜃ԁ騅Ⰰԁ騅 (COVID-19) pada akhir Desember 2019. Pemerintah Indonesia berupaya menerapkan ԁo 㜃Ⰰ䰀 Ѕ㜃ԁȂⰀЃ 㜃ЃW dan phࠀԁ㜃 Ⰰ䰀 Ѕ㜃ԁȂⰀЃ 㜃ЃW terhadap aktivitas masyarakat, terutama pada sistem pendidikan (Pradana, dkk., 2020). Kebijakan pelaksanaan pembelajaran saat ini, dikenal dengan istilah Belajar Dari Rumah (BDR).

Penetapan kebijakan BDR menyebabkan perubahan dalam sistem pembelajaran, terutama di Taman Kanak-kanak (Handayani, 2021).

Pembelajaran BDR mempengaruhi berbagai aspek pencapaian perkembangan anak, terutama perkembangan sosial emosi pada anak. Pencapaian perkembangan sosial emosi anak, tertuang dalam Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 pasal 10 ayat 6 (Permendikbud, 2014) dan Permendikbud nomor 146 tahun 2014 (Permendikbud, 2014). Dampak pelaksanaan dari kegiatan BDR (Kusuma

& Sutapa, 2021), yaitu anak kurang bersikap kooperatif, kurangnya sikap toleransi dan bersosialisasi dengan teman, emosi anak yang kurang stabil, anak merasa rindu dengan teman dan guru, serta anak mengalami kekerasan verbal.

Hasil penelitian Wulandari dan Purwanta (2020) juga menyatakan, sebagian besar pencapaian perkembangan anak diberbagai aspek mengalami penurunan, terutama penurunan paling besar terjadi pada aspek sosial emosi.

Pencapaian perkembangan sosial emosi anak menurun, karena anak tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain, khususnya guru dan teman selama pembelajaran daring. Strategi pelaksaan pembelajaran dalam konsep PAUD selama pandemi COVID-19, yaitu melalui metode daring dan luring. Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, yaitu dengan kegiatan ho騅騅v㜃ԁ㜃Ȃ*

Kegiatan ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ telah diterapkan di TK Aisyiyah 20 Pajang Surakarta, dengan jumlah 6 sampai 7 orang dalam ԁⰀȂ̅ kelompok. Jadwal belajar pada anak dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Pertemuan kelompok dalam satu kelas terbagi atas empat kelompok, yaitu seminggu dua kali dengan kelompok yang berbeda. Waktu pelaksanaan kegiatan belajar home visit hanya dilaksanakan selama 1 hingga 1,5 jam selama pandemi COVID-19.

Guru TK Aisyiyah 20 Pajang Surakarta melihat dan menilai bahwa kurangnya interaksi anak satu sama lain, karena ԁ騅Ȃ騅䰀Ⰰh sekian lama, anak tidak berjumpa dengan guru dan teman sebaya.

Kurangnya keberanian anak dalam berinteraksi dan menyampaikan pendapat melalui komunikasi dalam kelompok belajar. Anak masih terlihat canggung saat melakukan kontak sosial dengan guru, dan kurang percaya diri saat berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Menurut hasil observasi, bentuk emosi yang ditunjukkan anak di TK Aisyiyah 20 Pajang Surakarta yaitu, terlihat p騅ЃЅ㜃Ⰰ騅, tidak percaya diri, kurang disiplin, dan canggung ketika berinteraksi dengan orang lain. Usaha yang dilakukan anak dalam mengelola emosi yaitu beradaptasi dengan situasi yang dihadapi.

Regulasi emosi merupakan peran dasar kemampuan seseorang terhadap perkembangan aspek labilitas/negativitas serta regulasi emosi, yang bertujuan untuk menurunkan, menjaga atau meningkatkan kualitas emosi (Dante Cicchetti dkk., 2013). Emosi anak sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan interaksi sosial(Ilmiah dkk., 2016).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam interaksi sosial, yaitu 1) faktor individu terdiri dari ⰀԀȂo biologis dan faktor sosio-psikologis, dan 2) faktor situasional yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinteraksi sosial (Rakhmat, 2012). Faktor situasi (sosial dan

(3)

vv emosional) merupakan salah satu proses regulasi emosi seseorang, untuk menjaga kualitas hubungan sosial (English & John, 2013). Pemahaman situasi emosi tersebut, dapat membantu anak dalam mengatur emosi, saat berinteraksi dengan lingkungan sosial. Anak yang dapat mengatur emosi individu dan memahami individu lain saat kegiatan berinteraksi, akan membangun sikap tenggang rasa dalam hubungan sosial.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain, dalam memahami dan mengetahui perkembangan regulasi emosi pada anak, terutama saat menghadapi pandemi COVID-19. Bentuk kontribusi dalam menanggulangi emosi anak yang kurang stabil, dapat mengembangkan kegiatan yang menarik dan inovatif bagi anak, salah satunya melalui program ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ untuk menciptakan hubungan sosial yang positif.

Regulasi Emosi

Regulasi emosi merupakan peran dasar Ԁ騅騅Ⰰ騅p̅ⰀЃ seseorang terhadap perkembangan aspek labilitas/negativitas serta regulasi emosi, yang bertujuan untuk menurunkan, menjaga atau meningkatkan kualitas emosi (Dante Cicchetti dkk., 2013). Regulasi emosi terdiri dari dua dimensi yaitu labilitas/negativitas dan

regulasi emosi. Dimensi

labilitas/negativitas merupakan penilaian terhadap perubahan suasana hati, reaktivitas kemarahan, intensitas emosi, emosi positif yang tidak teratur, sedangkan dimensi regulasi emosi menggambarkan perasaan yang sesuai dengan situasi, empati dan kesadaran emosional (Shields&

Cicchetti, 1997).

Strategi regulasi emosi dapat dilakukan melalui penilaian positif atau menekan kondisi emosional dan mengekspresikan secara berbeda dari kondisi sebenarnya (J.J. Thompson, 2006).

Perkembangan regulasi emosi sebagai peletakan dasar perbedaan seseorang dalam mengelola emosi.

English dan John (2013) menjelaskan bahwa regulasi emosi berfungsi untuk menghubungkan pengalaman emosi dengan dunia luar, dimana emosi dapat memberikan informasi melalui komunikasi terhadap lingkungan.

Anak dapat mendeskripsikan pengalaman dan mengutarakan pikiran dan perasaan, sehingga anak mampu mengungkapkan emosi dan perilakunya dengan tepat (Syahadat, 2013).

Interaksi Sosial

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari orang lain, sehingga sebagian besar kehidupan manusia, melibatkan interaksi dengan orang lain (Nurmalita & Hidayati, 2014). Soekanto (2014) menyatakan interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial, karena tanpa ada kegiatan interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama dengan orang lain.

Interaksi sosial memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan keterlibatan seseorang terhadap kelancaran komunikasi dengan orang lain (Anme dkk., 2012). Soekanto (2014) interaksi sosial tidak mungkin terjadi, apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Menurut Hurlock (2011) perkembangan sosial merupakan proses belajar penyesuaian diri terhadap aturan kelompok, akhlak dan budaya, menyatukan diri dalam satu kesatuan, serta saling berkomunikasi dan bekerjasama.

Hasil penelitian Latifah & Sagala (2015) mengungkapkan beberapa perkembangan interaksi sosial anak usia 5-6 tahun yaitu anak mampu bekerjasama dengan teman, menunjukkan toleransi, memahami aturan dan disiplin, serta menunjukkan rasa empati. Anak belajar sesuatu dari kegiatan interaksi sosial dengan orang lain, sehingga anak usia 5-6 tahun merupakan masa yang efektif untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berinteraksi sosialnya (Mauladin, 2013).

Peran keterlibatan anak usia 5-6 tahun

(4)

v yaitu mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri mereka.

Pembelajaran Home Visit

Kegiatan ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ merupakan sarana informasi kepada orang tua dan anak melalui dukungan pengembangan potensi, minat, dan bakat anak secara menyeluruh selama dirumah (Nirmala & Annuar, 2020).

Pelaksanaan program ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Proses pembinaan terhadap anak ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang sangat berpengaruh (Amalia, 2016). Pelaksanaan pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ diharapkan agar anak mendapatkan materi pembelajaran langsung, guna untuk menutup kekurangan pembelajaran daring yang mengalami beberapa kendala selama pandemi COVID-19.

Sistem pembelajaran tersebut, telah diterapkan di TK Aisyiyah 20 Pajang, Surakarta. Kegiatan home visit yang dilakukan oleh pendidik, guna membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak (Amalia, 2016). Guru mengembangkan inovasi dan strategi dalam memberikan pemahaman mengenai pandemi COVID19, agar anak dapat memahami emosi diri. Kegiatan home visit di TK Aisyiyah 20 Pajang, mengembangkan aspek pencapaian perkembangan anak, salah satunya yaitu aspek sosial emosi melalui kegiatan interaksi sosial.

Sudut pandang anak saat kegiatan interaksi sosial dapat memanfaatkan emosi secara positif. Anak yang dapat mengatur kondisi emosi, diketahui memiliki regulasi emosi. Regulasi emosi bertujuan untuk memfasilitasi interaksi sosial individu dengan individu lain, agar mengalami pengaruh positif dan menghindari emosi negatif (Lopes dkk., 2011)

Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa peran regulasi emosi terhadap interaksi sosial dapat mempengaruhi situasi dan kondisi yang mampu mengurangi konflik, serta dapat mengelola emosi orang lain secara langsung. Regulasi emosi dapat membantu mengoptimalkan keterlibatan adaptif, melalui kemampuan anak dalam berinteraksi di lingkungan sosial (Lerner, 2015).

METODE

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode 騅x poԁȂ Ⰰ Ȃo. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 76 anak. Teknik pengambilan sampel dengan jenis ȂoȂⰀ䰀 ԁⰀ騅p䰀㜃ЃW yaitu anak usia 5-6 Tahun sebanyak 76 anak di TK B Aisyiyah 20 Pajang, Surakarta.

Teknik ȂoȂⰀ䰀 ԁⰀ騅p䰀㜃ЃW merupakan teknik penentuan sampel, apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2014). Metode pengumpulan data menggunakan teknik survei melalui penyebaran kuisioner.

Alat ukur variabel regulasi emosi yaitu ERC (Emotion Regulation Checklist).

yang terdiri dari dua dimensi yaitu labilitas/negativitas, yang terdiri dari 16 item pernyataan dan regulasi emosi yang terdiri dari 8 item pernyataan (Shields &

Cicchetti, 1997). Dimensi labilitas/negativitas terdiri atas perubahan suasana hati, reaktivitas kemarahan, intensitas emosi, emosi positif yang tidak teratur. Dimensi regulasi emosi menggambarkan perasaan yang sesuai dengan situasi, empati dan kesadaran emosional. Nilai internal konsistensi reliabilitas Ⰰ䰀phⰀ oЃbⰀ h dimensi labilitas/negativitas 0,96 dan dimensi regulasi emosi 0,83 (Sala dkk., 2014).

Kisi-kisi skala ERC terdapat 2 aspek/

dimensi dengan item Ⰰvo̅ Ⰰb䰀騅 dan

̅Ѓ Ⰰvo Ⰰb䰀騅*

(5)

vt Tabel 1 Kisi-kisi Skala ERC

Dimensi No item pernyataan Jumlah Favourable Unfavorable

Labilitas/

negativita s

2, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 24

4, 5, 9, 11 16

Regulasi

emosi 1, 3, 7, 15,

21, 23 16, 18 8

Total 24

Sistem penilaian ERC menggunakan sistem likert empat poin, dengan rentang nilai dari 1 hingga 4. Skor nilai total diperoleh dengan menjumlahkan skor nilai masing-masing dimensi, dengan beberapa skor nilai yang dihitung terbalik yaitu pada item yang bersifat ̅Ѓ Ⰰvo Ⰰb䰀騅*

Alat ukur variabel interaksi sosial yaitu IRSC, yang memiliki 3 subskala dimensi yaitu mengukur kerjasama (20 item), pengendalian diri (10 item), dan pernyataan (13 item). Skala IRSC yaitu mengukur kerjasama yang berfokus terhadap sikap kooperatif dan perilaku empati pada anak, pengendalian diri yang berfokus terhadap kemunculan berbagai macam perilaku/sikap anak saat menghadapi situasi konflik, dan sikap pernyataan yang berfokus terhadap perilaku awal anak – anak.

Tabel 2 Kisi-kisi Skala IRSC

No Dimensi Jumlah

1 Empati/ Kerjasama 20Item 2 Pengendalian Diri 10

3 Pernyataan 13

Total 43

Skor keseluruhan item dinilai pada skala 5 poin, dimana skala nilai yaitu 1 = tidak terlihat, 2 = tidak terlihat jelas, 3 = netral, 4 = terlihat, dan 5 = sangat terlihat.

(Anme dkk., 2012). Konsistensi internal

IRSC, yang diukur dengan Ⰰ䰀phⰀ oЃbⰀ h, adalah 0,87. Keandalan antar-pengamat adalah 90%.

Kuisioner penelitian dilakukan melalui laporan dari guru (Ȃ騅Ⰰ h騅 騅po Ȃ), yang diisi oleh guru kelas. Panduan akreditasi PAUD (PNF, 2018) bahwa rasio guru dan anak dalam pelaksanaan penelitian maksimal 1:15 anak.

Menurut Sugiyono (2015) menyatakan bahwa valid merupakan instrumen yang dipakai, untuk mengukur suatu data yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini, peneliti berkonsultasi terkait rumus dan instrumen dengan 騅xp騅 Ȃ Q̅ЅW騅騅騅ЃȂ* Uji reliabilitas penelitian menggunakan rumus C oЃbⰀ h'ԁ A䰀phⰀ melalui aplikasi SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ*

Uji normalitas data menggunakan rumus Ko䰀騅oW ov-S騅㜃 Ѓov, dengan nilai signifikan >0,05. Uji linearitas menggunakan T騅ԁȂ o L㜃Ѓ騅Ⰰ 㜃Ȃࠀ dengan taraf signifikansi 0,05. Uji hipotesis menggunakan regresi linear sederhana (teknik tabel t).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen penelitian menggunakan teknik survei melalui penyebaran kuesioner. Sampel uji coba instrumen penelitian ini mengambil 30 responden. Pengolahan data uji coba instrumen terhadap 30 responden, menggunakan aplikasi SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ, untuk mengetahui hasil item yang valid terhadap variabel X yaitu regulasi emosi dan variabel Y yaitu interaksi sosial.

Pengukuran regulasi emosi menggunakan skala ERC (E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ Ch騅 Ԁ䰀㜃ԁȂ)* Pengolahan data kuesioner regulasi emosi melalui SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ, menghasilkan suatu analisis terhadap 24 item.

(6)

ve Tabel 3 Hasil Data pada Regulasi Emosi No Dimensi No item

pernyataan Favourable

No item pernyataan Unfavourable Valid Tidak

Valid Valid Tidak Valid 1 Labilitas/

negativitas2,6,8,12, 13,14,17 ,19,20, 22,24

10 5 4,9,11

2 Regulasi

Emosi 1,3,15,2

3 7,21 - 16,18

Berdasarkan analisis tersebut, maka jumlah item yang valid terdapat 16 item, sedangkan item yang tidak valid terdapat 8 item. Berikut terdapat hasil uji reliabilitas pada regulasi emosi menggunakan rumus C oЃbⰀ h'ԁ A䰀phⰀ melalui bantuan aplikasi SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ

Tabel 4 Hasil Reliabilitas Regulasi Emosi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.798 24

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Pengukuran interaksi sosial menggunakan skala IRSC (IЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ RⰀȂ㜃ЃW S Ⰰ䰀騅 o Ch㜃䰀Ѕ 騅Ѓ)* Pengolahan data kuesioner interaksi sosial melalui SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ, menghasilkan suatu analisis terhadap 43 item.

Tabel 5 Hasil Data pada Interaksi Sosial No Dimensi No item pernyataan

Favourable

Valid Tidak

Valid 1 Kerjasama:

Perilaku kooperatif dan empati

2,4,5,6,7,8,9,10,1 1,12,13,14,15,16, 18,19,20

1,3,17

anak

2 Kontrol diri : Perilaku anak yang muncul dalam situasi konflik

21,22,23,24,26,2 7,28,29,30 -

3 Penegasan : Perilaku inisiasi anak

31,32,33,34,35,3 6,37,38,39,40,41, 42,43

-

Berdasarkan analisis tersebut, maka jumlah item yang valid terdapat 39 item, sedangkan item yang tidak valid terdapat 4 item. Berikut terdapat hasil uji reliabilitas pada interaksi sosial menggunakan rumus C oЃbⰀ h'ԁ A䰀phⰀ melalui bantuan aplikasi SPSS 25,00 o w㜃ЃЅowԁ

Tabel 6 Hasil Reliabilitas Interaksi Sosial Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.970 43

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Hasil

Data variabel regulasi emosi diperoleh dari pengisian kuesioner penelitian yang berupa skala likert untuk menilai sebanyak 76 anak kelas TK B Aisyiyah 20 Pajang, Surakarta. Hasil data statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai subjek penelitian terhadap regulasi emosi anak memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar 29,28.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa rerata hipotetis memiliki nilai 40 dan rerata empiris memiliki nilai 29. Acuan hipotetis mensyaratkan alat ukur yang dipakai merupakan alat ukur yang sudah terstandar dan telah divalidasi melalui banyak penelitian (Azwar, 2012). Hasil empiris penelitian ini mengungkapkan bahwa, kecenderungan regulasi emosi anak, cenderung rendah daripada kecenderungan ideal yang terjadi.

(7)

ve Hasil penelitian yang menunjukkan kecenderungan regulasi emosi rendah, disebabkan subjek penelitian mengalami perubahan tingkat sosial emosi akibat pandemi COVID-19. Berikut ini total hasil nilai kategorisasi data pada regulasi emosi pada tabel 7.

Tabel 7 Kategorisasi Interpretasi Nilai Data pada Regulasi Emosi

Tingkat

Interval Tingkat Regulasi

Emosi

Skor Jumlah

Anak Persen X < M –

1SD Rendah X < 24 7 9,2%

M – 1SD

≤ X < M + 1SD

Sedang 24 ≤ X <

34 50 65,8%

M + 1SD

≤ X Tinggi 34 ≤ X 19 25%

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Tabel 7 merupakan kategorisasi interpretasi nilai data pada regulasi emosi anak. Jadi, dapat diketahui bahwa regulasi emosi pada anak di TK B Aisyiyah 20 Pajang memiliki tingkat regulasi emosi yang sedang, karena melihat besarnya persentase pada skor analisis statistik.

Data variabel interaksi sosial diperoleh dari pengisian kuesioner penelitian yang berupa skala likert untuk menilai sebanyak 76 anak kelas TK B Aisyiyah 20 Pajang, Surakarta. Hasil data statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai subjek penelitian terhadap interaksi sosial anak memiliki nilai rata – rata (mean) sebesar 131,51.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa rerata hipotetis memiliki nilai 117 dan rerata empiris memiliki nilai 121.

Hasil tersebut mengungkapkan bahwa kecenderungan interaksi sosial anak, cenderung tinggi terhadap kecenderungan ideal yang terjadi. Hasil penelitian yang menunjukkan kecenderungan interaksi sosial yang tinggi, disebabkan fasilitas pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ dapat membantu subjek penelitian mengalami penyesuaian

terhadap proses perkembangan yang terjadi di lingkungan belajar, selama pandemi COVID-19. Berikut ini total hasil nilai kategorisasi data pada regulasi emosi pada tabel 8.

Tabel 8 Kategorisasi Interpretasi Nilai Data pada Interaksi Sosial

Tingkat

Interval Tingkat Interaksi

Sosial

Skor Jumlah

Anak Persen X < M –

1SD Rendah X <

113 14 18,4%

M – 1SD

≤ X < M + 1SD

Sedang 113 ≤ X <

149

47 61,8%

M + 1SD

≤ X Tinggi 149 ≤

X 15 19,7%

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Tabel 8 merupakan kategorisasi interpretasi nilai data pada interaksi sosial anak. Jadi, dapat diketahui bahwa interaksi sosial pada anak di TK B Aisyiyah 20 Pajang memiliki tingkat interaksi sosial yang sedang, karena melihat besarnya persentase pada skor analisis statistik. Uji normalitas taksiran regresi Y atas X, dengan taraf signifikansi (=0.05).

Tabel 9 Uji Normalitas

OЃ騅-SⰀ騅p䰀騅 Ko䰀騅oWo ov-S騅㜃 Ѓov T騅ԁȂ Unstandardized Residual

N 76

Test Statistic .099 Asymp. Sig. (2-tailed) .065c

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Berdasarkan pada tabel 9, diketahui bahwa nilai signifikansi Asiymp.Sig (2- tailed) sebesar 0,065 lebih besar dari 0,05.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Ԁo䰀騅oW ov-ԁ騅㜃 Ѓov telah sesuai, dan dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Nilai signifikansi 0,05 itu adalah ketentuan dalam analisis

(8)

ve statistik dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji linearitas jika diperoleh nilai ԁ㜃W*

Ѕ騅v㜃ⰀȂ㜃oЃ o騅 䰀騅Ѓ騅Ⰰ 㜃Ȃࠀ > 0,05, maka dapat dinyatakan ada hubungan yang linear.

Dasar pengambilan keputusan dalam analisis regresi dengan melihat signifikansi (Sig.). Keputusan terhadap signifikansi (Sig.) yaitu nilai signifikansi lebih besar dari probabilitas 0,05 maka Ho diterima, Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari probabilitas 0,05 maka Ho ditolak.

Tabel 10 Hasil dari Regresi Linear Sederhana (Koefisien)

Co騅 㜃 㜃騅ЃȂԁ

Model T Sig.

1 (Constant) 9.091 .000 regulasi emosi 2.087 .040

Sumber: Output SPSS 25 o w㜃ЃЅowԁ (2021) Berdasarkan tabel 10 pada data koefien diketahui bahwa, nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,040 lebih kecil dari <

probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti, “terdapat pengaruh regulasi emosi terhadap interaksi sosial selama pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ akibat pandemi COVID-19 di TK B Aisyiyah 20 Pajang, Surakarta”.

Pembahasan

Nilai t hitung diketahui sebesar 2,087 dan t tabel yaitu 1,993. Nilai R square (koefisien determinasi) adalah 0,056. R square dapat disebut koefisien determinasi yang berarti 5,6 %. Nilai pengaruh regulasi emosi terhadap interaksi sosial anak sebesar 5,6%, karena selama pandemi COVID-19, keterlibatan interaksi sosial anak selama pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ terbilang singkat dan terbatas. Kesempatan anak untuk melakukan interaksi sosial melalui komunikasi dengan guru dan teman selama pembelajaran ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ, terlihat bahwa regulasi emosi anak tidak bergejolak. Jadi,

pengaruh regulasi emosi hanya memiliki kontribusi yang terbilang sedikit terhadap interaksi sosial anak dan terdapat beberapa faktor lainnya, yang dapat mempengaruhi interaksi sosial.

Sisa dari hasil (100% - 5,6%= 0,944) merupakan faktor yang mempengaruhi variabel Y dari faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Faktor lain tersebut dapat diketahui, menurut Soekanto (2014) yang menerangkan faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, yaitu proses meniru seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain (imitasi), seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya, dan diterima oleh pihak lain (sugesti), keinginan dalam diri individu untuk menjadi sama dengan pihak lain (identifikasi), dan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (simpati).

Faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial yaitu jenis kelamin, besaran suatu kelompok, keinginan untuk memiliki status, interaksi orang tua, pendidikan dan kepribadian (Monks, 2002).

Rakhmat (2012) juga menjelaskan faktor- faktor yang mendukung perilaku manusia dalam berinteraksi sosial, yaitu 1) faktor personal yang terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis dan 2) faktor situasional yaitu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam berinteraksi sosial.

Menurut Parkinson (2005) faktor regulasi emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial terdapat dua faktor secara langsung dan tidak langsung. Faktor secara langsung yaitu orang dapat mengubah situasi atau interaksi (sosial dan emosional), mengurangi konflik dan mengelola emosi orang lain secara langsung. Faktor secara tidak langsung yaitu orang dapat meningkatkan pengalaman afektif mereka sendiri, yang dapat mempengaruhi pengalaman afektif orang lain dari kegiatan interaksi.

Putri (2017) menyatakan regulasi emosi berpengaruh pada interaksi sosial serta keberlangsungan kegiatan belajar

(9)

vv mengajar di sekolah. Kemampuan regulasi emosi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, yakni lingkungan rumah dan sekolah. Lingkungan sekitar berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, baik dalam hal positif maupun negatif. Saat anak – anak berinteraksi, mereka mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat, maka dari itu anak mudah terpengaruh dengan lingkungan interaksi sosial emosional (Ilmiah dkk., 2016).

Berdasarkan pembahasan diatas, sejalan dengan hasil penelitian (Lopes dkk., 2011) yang mendukung bahwa regulasi emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial. Pengaruh tersebut dapat memodifikasi dan memodulasi emosi orang lain secara langsung, dan secara tidak langsung melalui pengaruh pengalaman emosional dari seseorang.

Regulasi emosi dapat membantu mengoptimalkan keterlibatan adaptif, melalui kemampuan anak dalam berinteraksi di lingkungan sosial (Lerner, 2015).

SIMPULAN

Hasil perhitungan uji normalitas melalui Ԁo䰀騅oW ov-ԁ騅㜃 Ѓov menyatakan bahwa taksiran regresi Y atas X berdistribusi normal. Asumsi persyaratan normalitas dalam regresi telah terpenuhi. Analisis statistik dalam uji linearitas menyatakan bahwa, terdapat hubungan linear terhadap sampel di TK B Aisyiyah 20 Pajang Surakarta. Dasar pengambilan keputusan melalui hasil analisis regresi dalam penelitian, menyatakan nilai signifikansi lebih kecil dari probabilitas, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil analisis uji t memiliki nilai t hitung lebih besar daripada t tabel, maka variabel regulasi emosi memiliki pengaruh terhadap variabel interaksi sosial. Analisis koefisien determinasi memiliki pengaruh yang positif dan dinyatakan signifikan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa regulasi emosi memiliki pengaruh terhadap interaksi sosial selama pembelajaran ho騅騅

v㜃ԁ㜃Ȃ akibat pandemi COVID-19 di TK B Aisyiyah 20 Pajang Surakarta.

SARAN

Saran untuk guru, yaitu dapat mengembangkan kegiatan yang menarik bagi anak, agar tercipta interaksi sosial yang baik. Guru membimbing anak untuk mengatur emosi (regulasi emosi) saat kegiatan berlangsung. Saran untuk pihak sekolah, yaitu kegiatan ho騅騅 v㜃ԁ㜃Ȃ yang diselenggarakan, mampu menjadi program alternatif kegiatan belajar selama masa pandemi COVID-19. Lingkungan sekolah dapat mengembangkan inovasi baru dalam program belajar mengajar selama pandemi COVID-19. Saran untuk peneliti selanjutnya, yaitu dapat meneliti faktor selain regulasi emosi, karena dari hasil penelitian dikatakan bahwa regulasi emosi hanya memberi sumbangan kecil terhadap interaksi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, H. (2016). I騅p䰀騅騅騅ЃȂⰀԁ㜃 Ho騅騅 V㜃ԁ㜃Ȃ ЅⰀ䰀Ⰰ騅 UpⰀࠀⰀ M騅Ѓ㜃ЃWԀⰀȂԀⰀЃ P騅騅b騅䰀ⰀQⰀ ⰀЃ PAI Ѕ㜃 SDIT Ⰰ䰀- A送hⰀ K騅Ѕ㜃 㜃* Didaktika Religia, 4(1), 77–106.

Anme T.,dkk. (2012). VⰀ䰀㜃Ѕ㜃Ȃࠀ ⰀЃЅ R騅䰀㜃Ⰰb㜃䰀㜃Ȃࠀ o Ȃh騅 IЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ RⰀȂ㜃ЃW S Ⰰ䰀騅 b騅Ȃw騅騅Ѓ Ch㜃䰀Ѕ 騅Ѓ (IRSC) bࠀ Uԁ㜃ЃW MoȂ㜃oЃ CⰀpȂ̅ 騅 AЃⰀ䰀ࠀԁ㜃ԁ o H騅ⰀЅ Mov騅騅騅ЃȂ*

Public Health Research, 2(6), 208–212.

Azwar, S. (2012). P騅Ѓࠀ̅ԁ̅ЃⰀЃ SԀⰀ䰀Ⰰ Pԁ㜃Ԁo䰀oW㜃 EЅ㜃ԁ㜃 2. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Christopora Intan Himawan Putri, D. L. P.

(2017). P騅䰀ⰀȂ㜃hⰀЃ R騅W̅䰀Ⰰԁ㜃 E騅oԁ㜃 AЃⰀԀ Uԁ㜃Ⰰ P Ⰰԁ騅Ԁo䰀Ⰰh (3-4 TⰀh̅Ѓ)* Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 190–202.

English, T., & John, O. P. (2013).

UЃЅ騅 ԁȂⰀЃЅ㜃ЃW Ȃh騅 ԁo 㜃Ⰰ䰀 騅 騅 Ȃԁ o 騅騅oȂ㜃oЃ 騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ: Th騅 騅騅Ѕ㜃ⰀȂ㜃ЃW o䰀騅 o Ⰰ̅Ȃh騅ЃȂ㜃 㜃Ȃࠀ o 㜃ЃЅ㜃v㜃Ѕ̅Ⰰ䰀 Ѕ㜃 騅 騅Ѓ 騅ԁ 㜃Ѓ ԁ̅pp 騅ԁԁ㜃oЃ. Emotion, 13(2),

(10)

v 314–329.

Handayani, O. D. (2021). P騅 ԁ騅pԁ㜃 O ⰀЃWȂ̅Ⰰ Ȃ騅 hⰀЅⰀp P騅䰀ⰀԀԁⰀЃⰀⰀЃ B騅䰀ⰀQⰀ ЅⰀ 㜃 R̅騅Ⰰh pⰀЅⰀ P騅ЃЅ㜃Ѕ㜃ԀⰀЃ AЃⰀԀ Uԁ㜃Ⰰ D㜃Ѓ㜃.

Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1754–1763.

Hurlock, E. B. (2011). Pԁ㜃Ԁo䰀oW㜃 P騅 Ԁ騅騅bⰀЃWⰀЃ : S̅ⰀȂ̅

P騅ЃЅ騅ԀⰀȂⰀЃ S騅pⰀЃQⰀЃW R騅ЃȂⰀЃW K騅h㜃Ѕ̅pⰀЃ. Jakarta: Erlangga.

Ilmiah, J., Pendidikan, M., & Usia, A.

(2016). P騅 Ԁ騅騅bⰀЃWⰀЃ Soԁ㜃Ⰰ䰀 E騅oԁ㜃oЃⰀ䰀 AЃⰀԀ M騅䰀Ⰰ䰀̅㜃 IЃȂ騅 ⰀԀԁ㜃 Soԁ㜃Ⰰ䰀 D騅ЃWⰀЃ T騅騅ⰀЃ S騅bⰀࠀⰀ D㜃 PⰀ̅Ѕ N̅ ̅䰀 H㜃ЅⰀࠀⰀh, D騅ԁⰀ LⰀ騅p̅̅Ԁ, KⰀb̅pⰀȂ騅Ѓ A 騅h B騅ԁⰀ * Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 60–67.

Jalaluddin Rakhmat. (2012). Pԁ㜃Ԁo䰀oW㜃 Ko騅̅Ѓ㜃ԀⰀԁ㜃 (C騅Ȃ* 28)* Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Joseph John Thompson. (2006). E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ: CoЃ 騅pȂ̅Ⰰ䰀 o̅ЃЅⰀȂ㜃oЃ* IЃ J*J G oԁԁ (騅Ѕ)*

HⰀЃЅbooԀ o 騅騅oȂ㜃oЃ 騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ*

New York: Guilford Press.

Dante Cicchetti, J.K-S, F. A. R. (2013). A LoЃW㜃Ȃ̅Ѕ㜃ЃⰀ䰀 SȂ̅Ѕࠀ o E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ, E騅oȂ㜃oЃ LⰀb㜃䰀㜃Ȃࠀ- N騅WⰀȂ㜃v㜃Ȃࠀ, ⰀЃЅ IЃȂ騅 ЃⰀ䰀㜃送㜃ЃW Sࠀ騅pȂo騅ⰀȂo䰀oWࠀ 㜃Ѓ MⰀ䰀Ȃ 騅ⰀȂ騅Ѕ ⰀЃЅ NoЃ騅Ⰰ䰀Ȃ 騅ⰀȂ騅Ѕ Ch㜃䰀Ѕ 騅Ѓ*

Child Development, 84(2), 512–

Kusuma, W. S., & Sutapa, P. (2021).527.

DⰀ騅pⰀԀ P騅騅b騅䰀ⰀQⰀ ⰀЃ DⰀ 㜃ЃW Ȃ騅 hⰀЅⰀp P騅 㜃䰀ⰀԀ̅ Soԁ㜃Ⰰ䰀 E騅oԁ㜃oЃⰀ䰀 AЃⰀԀ. Jurnal Obsesi:

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1635–1643.

Latifah, U., & Sagala, A. C. D. (2015).

Upaya Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Permainan Tradisional Jamuran Pada Anak Kelompok B TK Kuncup Sari Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. P騅Ѓ騅䰀㜃Ȃ㜃ⰀЃ PAUDIA, 112–132.

Lerner, R. M. (2015). HⰀЃЅbooԀ o Ch㜃䰀Ѕ Pԁࠀ ho䰀oWࠀ ⰀЃЅ D騅v騅䰀op騅騅ЃȂⰀ䰀 S 㜃騅Ѓ 騅. John Wiley & Sons, Inc.

Lopes, P. N., Nezlek, J. B., Extremera, N., Schu, A., Hertel, J., Ferna, P., &

Salovey, P. (2011). E騅oȂ㜃oЃ R騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ ⰀЃЅ Ȃh騅 Q̅Ⰰ䰀㜃Ȃࠀ o So 㜃Ⰰ䰀 IЃȂ騅 Ⰰ Ȃ㜃oЃ : Do騅ԁ Ȃh騅 Ab㜃䰀㜃Ȃࠀ Ȃo EvⰀ䰀̅ⰀȂ騅 E騅oȂ㜃oЃⰀ䰀 S㜃Ȃ̅ⰀȂ㜃oЃԁ ⰀЃЅ IЅ騅ЃȂ㜃 ࠀ E 騅 Ȃ㜃v騅 R騅ԁpoЃԁ騅ԁ MⰀȂȂ騅  ?. Journal of Personality, 430–467.

Mauladin, D. (2013). Th騅 E 騅 Ȃԁ o L騅Ⰰ Ѓ㜃ЃW M騅ȂhoЅԁ ⰀЃЅ EЃv㜃 oЃ騅騅ЃȂⰀ䰀 KЃow䰀騅ЅW騅 oЃ AW騅 5-6 NⰀȂ̅ Ⰰ䰀㜃ԁȂ㜃 IЃȂ騅䰀䰀㜃W騅Ѓ 騅 (Exp騅 㜃騅騅ЃȂ ⰀȂ AR – R㜃Ѕho NⰀȂ̅ 騅 K㜃ЃЅ騅 WⰀȂ騅Ѓ G o̅p B T騅騅bⰀ䰀ⰀЃW S騅騅Ⰰ ⰀЃW)* Asia

Pacific Journal of

Multidisciplinary Research, 1(1), 75–88.

Monks, F. J. (2002). Pԁ㜃Ԁo䰀oW㜃 P騅 Ԁ騅騅bⰀЃWⰀЃ: P騅ЃWⰀЃȂⰀ DⰀ䰀Ⰰ騅 B騅 bⰀWⰀ㜃 BⰀW㜃ⰀЃЃࠀⰀ.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nirmala, B., & Annuar, H. (2020). Ho騅騅 V㜃ԁ㜃Ȃ: SȂ ⰀȂ騅W㜃 PAUD ЅⰀ 㜃 R̅騅Ⰰh bⰀW㜃 G̅ ̅ Ѕ㜃 DⰀ騅 Ⰰh 3T pⰀЅⰀ MⰀԁⰀ PⰀЃЅ騅騅㜃 Cov㜃Ѕ-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1052–1062.

Nurmalita, R., & Hidayati, F. (2014).

H̅b̅ЃWⰀЃ AЃȂⰀ Ⰰ R騅W̅䰀Ⰰԁ㜃 E騅oԁ㜃 D騅ЃWⰀЃ Ko騅p騅Ȃ騅Ѓԁ㜃 IЃȂ騅 p騅 ԁoЃⰀ䰀 PⰀЅⰀ R騅騅ⰀQⰀ PⰀЃȂ㜃 Aԁ̅hⰀЃ. Empati, 3(4), 512–520.

Parkinson, B. (2005). Do Ⰰ 㜃Ⰰ䰀 騅ov騅騅騅ЃȂԁ 騅xp 騅ԁԁ 騅騅oȂ㜃oЃԁ o o騅騅̅Ѓ㜃 ⰀȂ騅 騅oȂ㜃v騅ԁ? Hove, UK: Psychology Press.

Permendikbud. (2014). SȂⰀЃЅⰀ NⰀԁ㜃oЃⰀ䰀 P騅ЃЅ㜃Ѕ㜃ԀⰀЃ AЃⰀԀ Uԁ㜃Ⰰ D㜃Ѓ㜃 No騅o 137 TⰀh̅Ѓ 2014. Jakarta:

Kemendikbud.

Permendikbud. (2014). SȂⰀЃЅⰀ NⰀԁ㜃oЃⰀ䰀 P騅ЃЅ㜃Ѕ㜃ԀⰀЃ AЃⰀԀ Uԁ㜃Ⰰ D㜃Ѓ㜃 No騅o 146 TⰀh̅Ѓ 2014. Jakarta:

Kemendikbud.

(11)

v9 Pradana, A. A., Casman, C., & Nur’aini, N.

(2020). P騅ЃWⰀ ̅h K騅b㜃QⰀԀⰀЃ So 㜃Ⰰ䰀 D㜃ԁȂⰀЃ 㜃ЃW pⰀЅⰀ WⰀbⰀh COVID-19 Ȃ騅 hⰀЅⰀp K騅䰀o騅poԀ R騅ЃȂⰀЃ Ѕ㜃 IЃЅoЃ騅ԁ㜃Ⰰ* Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 9(2), 61–67.

Sala, M. N., Pons, F., & Molina, P. (2014).

E騅oȂ㜃oЃ 騅W̅䰀ⰀȂ㜃oЃ ԁȂ ⰀȂ騅W㜃騅ԁ 㜃Ѓ p 騅ԁ hoo䰀 h㜃䰀Ѕ 騅Ѓ. British Journal of Developmental Psychology, 32(4), 440–453.

Shields, A., & Cicchetti, D. (1997).

Emotion regulation among school-age children: the development and validation of a new criterion Q-sort scale.

D騅v騅䰀op騅騅ЃȂⰀ䰀 Pԁࠀ ho䰀oWࠀ, 33(6), 906–916.

Soekanto, S. (2014). Soԁ㜃o䰀oW㜃 S̅ⰀȂ̅

P騅ЃWⰀЃȂⰀ . Jakarta: RajaWali

Press.

Sugiyono. (2014). M騅ȂoЅ騅 P騅Ѓ騅䰀㜃Ȃ㜃ⰀЃ K̅ⰀЃȂ㜃ȂⰀȂ㜃 K̅Ⰰ䰀㜃ȂⰀȂ㜃 ЅⰀЃ R&D.

Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono. (2015). M騅ȂoЅ騅 P騅Ѓ騅䰀㜃Ȃ㜃ⰀЃ P騅ЃЅ㜃Ѕ㜃ԀⰀЃ (P騅ЃЅ騅ԀⰀȂⰀЃ K̅ⰀЃȂ㜃ȂⰀȂ㜃 , K̅Ⰰ䰀㜃ȂⰀȂ㜃 , ЅⰀЃ R&D).

Bandung: AlfaBeta.

Syahadat, Y. M. (2013). P騅䰀ⰀȂ㜃hⰀЃ R騅W̅䰀Ⰰԁ㜃 E騅oԁ㜃 UЃȂ̅Ԁ M騅Ѓ̅ ̅ЃԀⰀЃ P騅 㜃䰀ⰀԀ̅ AW 騅ԁ㜃 PⰀЅⰀ AЃⰀԀ. HUMANITAS:

Indonesian Psychological Journal, 10(1), 19.

Wulandari, H., & Purwanta, E. (2020).

P騅Ѓ ⰀpⰀ㜃ⰀЃ P騅 Ԁ騅騅bⰀЃWⰀЃ AЃⰀԀ Uԁ㜃Ⰰ D㜃Ѓ㜃 Ѕ㜃 TⰀ騅ⰀЃ KⰀЃⰀԀ-ԀⰀЃⰀԀ ԁ騅䰀Ⰰ騅Ⰰ P騅騅b騅䰀ⰀQⰀ ⰀЃ DⰀ 㜃ЃW Ѕ㜃 MⰀԁⰀ PⰀЃЅ騅騅㜃 Cov㜃Ѕ-19* Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 452.

Gambar

Tabel 4 Hasil Reliabilitas Regulasi Emosi Reliability Statistics

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui terlebih dahulu Anggaran Dasar, Kontrak Investasi Kolektif, Komposisi Investasi, Portofolio, Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana, Bank Kustodian, Prospektus dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan jenis kelamin terhadap

Hasil ini sesuai pendapatan Siagian, (2010:353) menyatakan bahwa setiap karyawan dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya didorong oleh motivasi, adanya

bahwa untuk memberikan pedoman penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun

Analisis merupakan penelaahan atau penelitian yang lebih mendetail dengan melakukan suatu percobaan yang menghasilkan kesimpulan dari penguraian suatu sistem yang utuh

Materi berupa modul yang disajikan kepada kelompok eksperimen dengan bercetak warna dan kelompok kontrol bercetak hitam putih ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap short

Di Pesantren tarbiyah, proses pembelajaran – meskipun tidak secara spesifik menyebut istilah pendidikan karkter- berorientasi pada pembentukan attitude santri yang

1. Setelah berhasil login ke Aplikasi SPAD, silahkan masuk ke Tab “Admin” kemudian klik pada “Semua Arsip”. Akan ditampilkan data rekapitulasi arsip untuk semua unit kerja.