• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA KONSEP CAHAYA

Iing Farikhin¹, Umar², Hana Yunansah³ Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

iing.farikhin@student.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ada di sekolah dasar, khususnya dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya. Pembelajaran yang terlaksana hanya berpusat kepada guru, peserta didik tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak memiliki motivasi belajar yang pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar peserta didik dan respon dalam pembelajaran IPA pada konsep cahaya dengan menerapkan model Quantum Learning. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukahati 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung dengan partisipan pada peserta didik kelas V yang berjumlah 25 orang. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain model Elliot.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus yang terdiri dari tiga tindakan pada setiap siklusnya.

Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi, lembar angket, lembar evaluasi dan dokumentasi foto. Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya nilai rata- rata terhadap hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya. Pada siklus 1, nilai rata-rata hasil belajar sebesar 60,04, siklus 2 sebesar 65,21 dan pada siklus 3 sebesar 77,91. Selain itu respon peserta didik terhadap mata pelajaran IPA dan model Quantum Learning adalah respon positif. Hal itu terlihat dari jawaban peserta didik pada lembar angket. Oleh sebab itu, peneliti menganjurkan penggunaan model Quantum Learning sebagai salah satu rekomendasi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam pembelajaran IPA di SD.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Konsep Cahaya, Quantum Learning, Respon

²penulis penanggungjawab

³ penulis penanggungjawab

(2)

IMPLEMENTATION OF QUANTUM LEARNING MODEL TO IMPROVE STUDENTS LEARNING OUTCOMES

IN LIGHT CONCEPT

Iing Farikhin¹, Umar², Hana Yunansah³ Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

iing.farikhin@student.upi.edu

ABSTRACT

This research based on the problems in elementary school, especially in science learning on the light concept. The teacher is only a centered of the learning process, student are not active and do not have the motivation to learn which low resulted in student learning outcomes. Based on those problems, researchers try to improve the learning process by research aim to increase the students’s learning outcomes and the response in the concept of light by implementing the Quantum Learning model. This research was conducted in SDN Sukahati 01 Cileunyi Bandung with the 5th grade students as the participants, specifically there are 25 students. The research method used in this research is the classroom action research using Elliot model. This research was conducted in three cycles consist of three actions in each cycle. In this research, the research instruments used were observation sheet, questionnaires, evaluation sheets and documentation. The research data were analyzed qualitatively and quantitatively. Based on the data that has been analyzed, it can be conclude that the students’s learning outcomes has improved. It can be seen from the improvement in the average score of the students’s learning outcomes in each cycle. In cycle 1, the average score of learning outcomes is 60.04, in cycle 2 is 65.21 and in cycle 3 is 77.91. Besides, the students’s response to the science subjects and Quantum Learning model is a positive response. It is proven from the questionnaire sheet. Therefore, the researcher recommend the use of Quantum Learning model as one of the recommendations to improve the students’s learning outcomes, especially in science learning at elementary school.

Keywords: Learning Outcomes, Light Concept, Response, Quantum Learning

(3)

Dalam era globalisasi seperti ini banyak perubahan yang terjadi di dunia.

Globalisasi merubah berbagai aspek kehidupan manusia dalam segala bidang.

Kemajuan globalisasi ini dipengaruhi oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Dari waktu ke waktu pendidikan mengalami perubahan sehingga pendidikan Indonesia menjadi berkembang dan maju. Hal itu bertujuan agar manusia tetap mampu menjalankan kehidupannya di zaman yang semakin maju, karena tanpa adanya pendidikan manusia tidak mungkin mampu untuk menjalankan kehidupannya. Semakin berkembangnya zaman, maka semakin meningkat pula tantangan kehidupan yang dihadapi manusia. Oleh karena itu manusia perlu mempersiapkan dirinya melalui pendidikan sejak dini. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu aspek yang sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah negara. Pembanguan sebuah negara akan maju apabila pendidikan dalam negara tersebut baik, sehingga pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan negara.

Pendidikan itu sendiri merupakan suatu proses pendewasaan atau bentuk upaya sadar, terencana dan sistematis untuk mendewasakan manusia agar memiliki kecakapan hidup yang baik, sehingga memiliki keterampilan dan pengetahuan yang akan menjadikannya manusia yang mandiri dalam menjalankan kehidupannya.

Perubahan dalam dunia pendidikan terjadi agar kualitas pendidikan bisa berkembang dan maju.

Hal itu bisa dilihat dari kondisi pendidikan Indonesia saat ini, dimana menurut laporan The Learning Curve Pearson 2014 Indonesia berada dalam posisi terakhir dari 40 negara dalam hal pencapaian pendidikan. Selain itu Indonesia ikut serta dalam Organisation for Economic Co-operation and

Development (OECD), sebuah organisasi yang memandang perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari pendidikannya.

Dalam tiga tahun sekali OECD melaksanakan Programme for International Student Assesment (PISA) untuk melihat nilai dalam hal matematika, sains dan membaca.

Menurut OECD (2013) dilihat dari hasil PISA yang dilaksanakan pada tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke- 64 dari 65 negara. Oleh karena itu upaya perubahan sangat diperlukan.

Saat ini upaya perubahan dalam dunia pendidikan telah dilakukan dalam berbagai bentuk. Namun ketika peneliti melakukan observasi ke sebuah sekolah dasar (SD) ternyata peneliti masih menemukan permasalahan yang dapat berdampak pada terhambatnya perubahan pendidikan Indonesia untuk menjdi lebih baik, khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada konsep cahaya. Kondisi pembelajaran IPA khususnya pada konsep cahaya ternyata pembelajarannya masih berpusat kepada guru, pembelajarannya hanya mengacu pada pemindahan pengetahuan dari guru ke peserta didik, sehingga peserta didik tidak aktif untuk mengamati peristiwa secara langsung yang terjadi di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan konsep cahaya. Peserta didik hanya mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Tidak adanya aktivitas dan kreativitas yang dilakukan peserta didik membuat motivasi peserta didik menurun. Jika sudah seperti itu, maka akan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti mencoba melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning.

Quantum Learning bermula dari upaya

George Lozanov seorang pendidik

berkebangsaan Bulgaria yang melakukan

eksperimen yang disebutnya sebagai

suggestology. Menurut Lozanov (dalam

(4)

DePorter & Hernacki, 2002) mengemukakan prinsipnya bahwa sugesti itu dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, baik itu sugesti yang positif ataupun sugesti yang negatif.

Memberikan sugesti yang positif dapat dilakukan dengan cara membuat suasana belajar menjadi nyaman dan meningkatkan partisipasi peserta didik dalam belajar, maka dari itu model Quantum Learning berfokus pada proses belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Pada model ini terdapat langkah penataan lingkungan belajar dan pemberian motivasi, sehingga dapat tercipta lingkungan belajar yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran serta suasana belajar menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Selain itu model ini membebaskan gaya belajar peserta didik.

Dengan membebaskan gaya belajarnya maka dapat mendorong peserta didik untuk belajar aktif. Penerapan model ini diharapkan dapat membuat respon peserta didik menjadi lebih baik dalam mengikuti pembelajaran IPA dan peserta didik banyak terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat dengan baik.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode ini dipilih karena dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat di kelas.

Selain itu desain PTK yang digunakan adalah model Elliot. Pemilihan desain ini dikarena dalam penelitian ini materi yang terdapat di dalamnya tidak dapat diajarkan hanya dengan sekali tindakan pada setiap siklusnya, oleh sebab itu model Elliot dipilih karena model ini menawarkan dalam satu siklusnya terdiri dari beberapa tindakan (Abidin, 2011).

Partisipan pada penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang berjumlah 25 orang. Adapun sekolah

dasar yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah SDN Sukahati 01 yang terletak di jalan Sukahati No.20 Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar angket, lembar evaluasi, dan dokumentasi foto. Setelah suatu data diperoleh kemudian peneliti melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning, dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus 1 sampai siklus 3 mengalami peningkatan. Untuk peningkatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1

Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar pada setiap siklus

Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa peserta didik mengalami peningkatan dalam hasil belajarnya. Pada siklus 1 tindakan 1 nilai rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 56,43; kemudian meningkat pada tindakan 2 menjadi 58,42; dan meningkat kembali pada tindakan 3 menjadi 65,28.

Sehingga nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 1 sebesar 60,04. Kemudian pada siklus 2 tindakan 1 sempat mengalami penurun nilai rata-rata hasil belajar

0 20 40 60 80 100

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Hasil Belajar

Hasil Belajar

(5)

peserta didik menjadi 63,75; tetapi pada tindakan 2 kembali meningkat menjadi 65,52; dan pada tindakan 3 meningkat kembali menjadi 66,36. Jika diratakan nilai hasil belajar pada siklus 2 maka sebesar 65,21. Sedangkan pada siklus 3 nilai rata-rata hasil belajar kembali meningkat, yaitu pada tindakan 1 sebesar 76,31; kemudian pada tindakan 2 meningkat kembali menjadi 78,25; dan pada tindakan 3 menjadi 79,16. Rata-rata nilai hasil belajar siklus 3 sebesar 77,91.

Selain itu dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 nilai peserta didik yang sudah mencapai KKM semakin meningkat.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, hal ini menunjukkan adanya perubahan hasil belajar. Menurut Sudjana (2009) hasil belajar merupakan perubahan kemampuan yang dialami peserta didik setelah peserta didik tersebut melakukan pengalaman belajar.

Dalam hal ini perubahan kemampuan yang terjadi adalah perubahan kemampuan aspek kognitif peserta didik setelah mengalami pengalaman belajar dengan menggunakan model Quantum Learning. Adapun peningakatan hasil belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3.

Pembelajaran pada siklus 1 berjalan dengan kurang baik. Walaupun tahapan model Quantum Learning terlaksana sepenuhnya, tetapi kegiatan aktivitas peserta didik belum terlaksana sepenuhnya. Seperti belum adanya peserta didik yang berani mengajukan pertanyaan ataupun memberikan pendapat mengenai materi yang diajarkan. Selain itu peserta didik terlihat tidak termotivasi sehingga peserta didik kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti juga kurang dalam membimbing peserta didik belajar berkelompok sehingga peserta didik tidak terkondisikan dengan baik, serta suasana kelas juga menjadi tidak kondusif. Hal

inilah yang menyebabkan hasil belajar peserta didik pada siklus 1 menjadi rendah.

Pada siklus 2, peneliti melakukan perbaikan dalam perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus 1 sehingga hasil pada pelaksanaan siklus 2 mengalami peningkatan. Pada siklus 2 ini peserta didik terlihat lebih aktif dan kondusif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hal itu dipengaruhi karena peneliti lebih intensif dalam mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan peneliti juga memberikan reward berupa pemberian bintang kepada peserta didik yang aktif.

Kegiatan pembelajaran seperti ini sejalan dengan prinsip Quantum Learning yaitu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, akuilah setiap usaha peserta didik baik itu usaha yang tepat maupun yang kurang tepat (DePorter, dkk., 2010).

Namun, pada siklus 2 tindakan 1 awalnya sempat mengalami penurun nilai rata-rata hasil belajar peserta didik menjadi 63,75 jika dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 1 tindakan 3. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan tindakan 1 siklus 2 terjadi sesuatu yang tidak terduga. Pada saat itu suasana kelas menjadi sangat tidak kondusif sehingga pembelajaran menjadi tidak nyaman yang membuat peserta didik tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam belajar dan pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

Lingkungan belajar atau lingkungan kelas

akan mempengaruhi kemampuan peserta

didik untuk berkonsentrasi dalam

menyerap informasi pada saat kegiatan

belajar (DePorter, dkk., 2010). Hal inilah

yang menyebabkan terjadinya penurunan

nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 2

tindakan 1. Walaupun pada siklus 2 ini

terjadi peningkatan hasil belajar peserta

didik, namun secara umum masih banyak

peserta didik yang belum mencapai nilai

KKM. Oleh karena itu pembelajaran

(6)

perlu diperbaiki dan ditingkatkan kembali.

Pada siklus 3, peneliti masih melakukan perbaikan hasil dari refleksi pada siklus 2. Pada siklus 3 ini peserta didik sudah mulai terbiasa sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan sangat baik.

Aktivitas peserta didikpun terlihat aktif serta suasana kelas yang tetap kondusif dan adanya permainan membuat pembelajaran terasa nyaman dan menyenangkan. Selain itu pada siklus 3 ini peneliti memperlihatkan media yang menarik peserta didik dan sesuai dengan pengalaman peserta didik, hal ini bertujuan agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Piaget (dalam Suyono & Hariyanto, 2014) yang mengemukakan bahwa pembelajaran akan berhasil jika guru dapat menyesuaikannya dengan tahap berpikir peserta didik. Oleh karena itu hasil belajar peserta didik pada siklus 3 ini mengalami peningkatan yang sangat baik.

Selama penelitian berlangsung, peneliti selalu berusaha melakukan pembelajaran yang bermakna.

Pembelajaranpun selalu disesuaikan dengan tahapan model Quantum Learning. Tahapan pertama pada model Quantum Learning yaitu kekuatan AMBAK yang merupakan kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tetapi sebelumnya peneliti selalu melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan antara materi dengan pengalaman peserta didik. Hal ini didasari oleh DePorter, dkk. (2010) yang mengemukakan asas utama Quantum Learning yaitu pada saat pembelajaran guru terlebih dahulu memasuki dunia peserta didik. Setelah itu bawalah dunia peserta didik ke dalam dunia kita melalui kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dengan pemahaman yang telah dipelajarinya akan mampu untuk

diterapkan pada kehidupan sehari- harinya.

Tahap selanjutnya adalah penataan lingkungan belajar yang

merupakan kegiatan guru

mengkondisikan peserta didik baik berupa merapihkan pakaian, tempat duduk, ataupun mempersiapkan buku catatan dan alat tulisnya. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif

sehingga dapat membantu

mengoptimalkan pembentukan pengetahuannya melalui pembelajaran yang aktif. Hal ini didasari oleh teori Piaget (dalam Suyono & Hariyanto, 2014) yang mengemukakan bahwa pembangunan kemampuan kognitif harus melalui pengalaman yang termotivasi oleh dirinya sendiri terhadap lingkungannya.

Selanjutnya tahap memupuk sikap juara bertujuan agar peserta didik lebih termotivasi dalam belajarnya, oleh karena itu sebelum memulai pembelajaran guru memberikan motivasi ataupun sugesti yang positif kepada peserta didik. Tahap berikutnya yaitu bebaskan gaya belajar yang merupakan tahapan dimana guru menyampaikan pembelajaran dengan berbagai cara seperti visual, audio, dan kinestetik. Selain itu guru juga menyampaikan pembelajaran dengan berbagai metode yang bertujuan agar peserta didik tidak mudah jenuh dalam aktivitas belajarnya seperti menerapkan metode diskusi. Kegiatan ini didasari oleh teori Ausubel (dalam Wisudawati &

Sulistyowati, 2014) tentang pembelajaran bermakna dan teori Vygotsky yang mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan teman sebaya dapat meningkatkan kemampuan kognitif (Warsono & Hariyanto, 2012).

Selanjutnya adalah tahap

membiasakan mencatat yaitu guru

menugaskan peserta didik untuk mencatat

hal-hal penting mengenai materi yang

diajarkan dengan bentuk mind map.

(7)

Kegiatan ini dilakukan karena mind map dapat membantu peserta didik untuk mengingat kembali pengetahuan yang telah dimilikinya (Ristiasari, dkk., 2012).

Setelah itu tahap selanjutnya yaitu tahap membiasakan membaca, dimana guru menugaskan peserta didik untuk membaca kembali mind map yang telah dibuatnya.

Pada tahap jadikan anak lebih kreatif guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan mengajukan pendapat mengenai materi yang diajarkan. Tahap yang terakhir adalah tahap melatih kekuatan memori anak, pada tahap ini guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh peserta didik yang bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik. Selama kegiatan berlangsung peneliti juga memberikan penguatan baik secara verbal maupun non-verbal kepada peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan segera. Hal ini dapat merubah perilku peserta didik menjadi lebih baik lagi sehingga memotivasi dalam belajarnya (Skinner, dalam Suyono & Hariyanto, 2014).

Setelah melaksanakan penelitian ini peneliti mengetahui bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Selain itu sebagian besar peserta didik sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sekolah. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa penelitian di kelas V pada konsep cahaya dengan menggunakan model Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peserta didik juga terlihat lebih ceria dan bersemangat dalam belajar. Hal ini selaras dengan manfaat dari Quantum Learning (DePorter & Hernacki, 2002, hlm. 13):

a. Sikap positif b. Motivasi

c. Keterampilan belajar seumur hidup

d. Kepercayaan diri

e. Sukses

Sikap positif yang ditanam salama kegiatan pembelajaran berlangsung dan motivasi yang selalu diberikan oleh guru akan menghasilkan keterampilan belajar terhadap peserta didik. Peserta didik menjadi bisa dalam melakukan pengamatan, melakukan kegiatan percobaan, membuat suatu model atau karya, serta dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan bekerja sama bersama temannya. Selain itu peserta didik juga memiliki rasa percaya diri dalam menjawab pertanyaan, memberikan pendapat, melakukan presentasi, serta menyimpulkan pembelajaran. Hal itu semua dapat membawa kesuksesan terhadap peserta didik, yaitu berupa peningkatan hasil belajar.

Setelah semua tindakan terlaksana peneliti kemudian memberikan lembar angket kepada peserta didik. Pada lembar angket terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA dan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning. Jumlah pernyataan pada angket yang diberikan kepada peserta didik adalah sepuluh pernyataan yang tersusun dari lima pernyataan positif dan lima pernyataan negatif.

Berdasarkan analisis terhadap

angket yang telah diberikan kepada

peserta didik, peneliti mengetahui bahwa

respon peserta didik terhadap mata

pelajaran IPA dan model Quantum

Learning adalah respon positif. Selain itu

peserta didik juga merasa lebih

bersemangat dan senang dalam belajar

IPA dengan menerapkan model Quantum

Learning. Oleh karena itu peningkatan

hasil belajar dan respon positif yang

diberikan peserta didik menunjukkan

bahwa penelitian ini telah mencapai

tujuan yang diharapkan peneliti.

(8)

KESIMPULAN

Berdasarkan dari temuan penelitian dan pembahasan pada pembelajaran IPA konsep cahaya dengan menerapkan model Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan di SDN Sukahati 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar peserta didik pada materi konsep cahaya dengan menerapkan model Quantum Learning mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh peserta didik sebesar 60,04.

Kemudian pada siklus 2 kembali meningkat menjadi 65,21. Sedangkan pada siklus 3 nilai rata-rata hasil belajar kembali mengalami peningkatan, yaitu menjadi 77,91.

Selain itu dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 nilai peserta didik yang sudah mencapai KKM semakin meningkat.

Dengan demikian penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan cukup baik.

2. Respon peserta didik terhadap mata pelajaran IPA dan model Quantum Learning adalah respon positif. Hal itu terlihat dari jawaban peserta didik pada lembar angket. Selain itu peserta didik juga merasa lebih bersemangat dan senang dalam belajar IPA dengan menerapkan model Quantum Learning. Dengan adanya peningkatan hasil belajar dan respon positif yang diberikan peserta didik menunjukkan bahwa penelitian ini telah mencapai tujuan yang diharapkan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamintan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.

DePorter, B. & Hernacki, M. (2002).

Quantum learning. Bandung: Kaifa.

DePorter, B., Reardon, M., & Nourie, S.

S. (2010). Quantum teaching mempraktikan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa.

OECD. (2013). PISA 2012 result: what students know and can do student performance in mathematics, reading and science Volume I.

Ristiasari, T., Priyono, B., & Sukaesih, S.

(2012). Model pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Unnes Journal of Biology Education, 1(3).

Sudjana, N. (2009). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyono. & Hariyanto. (2014). Belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Warsono. & Hariyanto. (2012).

Pembelajaran aktif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wisudawati, A. W. & Sulistyowati, E.

(2014). Metodologi pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah data bahan-bahan dan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi akademisi lain yang hendak mengkaji dengan tema penelitian serupa agar diperoleh bukti empiris

KTI dalam bentuk buku yang diterbitkan minimal setingkat eselon II sebelum tahun 2006 dapat dinilai sebagai KTI yang diterbitkan oleh publishing house, namun

Berdasarkan interpretasi yang didapat dari simulasi numerik menunjukkan bahwa program kesadaran membantu untuk mengurangi penyebaran penyakit campak dengan melakukan

Sementara itu adanya penyalut pada hasil mikroenkapsulasi, menyebabkan interaksi minyak daun cengkeh terhadap pembentukan zona bening yang sebenarnya dibutuhkan menjadi

Deis dan Giroux dalam Alim dkk (2007: 4) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah

Berdasarkan data yang diperoleh, maka skor ideal untuk Tingkat kemampuan inisiasi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon dalam perumusan Peraturan

Berdasarkan pada deskripsi hasil studi tentang pelaksanaan evaluasi hasil pem- belajaran yang dilakukan oleh para dosen UMS dan kajian pustaka tentang standar penilaian