• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya (Setyorini dan Dewayanto,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya (Setyorini dan Dewayanto,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola perusahaan membutuhkan jasa akuntan, khususnya jasa akuntan publik. Akuntan dalam hal ini adalah auditor. Seorang auditor dalam melaksanakan audit bukan hanya semata untuk kepentingan klien, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya (Setyorini dan Dewayanto, 2011:2).

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan profesi akuntan publik melaksanakan tugasnya. KAP menyediakan berbagai jasa audit serta jasa atestasi dan jasa assurance, jasa-jasa tambahan yang biasany di berikan oleh KAP meliputi jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, serta jasa konsultasi manajemen. KAP terus mengembangkan produk dan jasa baru, termasuk perencanaan keuangan, penilai usaha, akuntansi forensik, audit internal yang di subkontrakan, serta jasa penasihat teknologi informasi (UU No.5 tahun 2011 Pasal.3).

(2)

Auditor harus memiliki sikap cermat dan hati-hati dalam melakukan audit laporan keuangan dengan di dukung oleh bukti-bukti yang akurat dan dapat di pertanggungjawabkan. Auditor sebagai profesi harus menggunakan skeptisme profesionalnya dalam mengumpulkan bukti-bukti audit yang di butuhkan. Dalam ISA No.200 dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selalu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dari bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realibilitas dari dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang di peroleh dari manajemen dan pihak yang terkait. Dengan adanya sikap skeptisme profesional auditor menjungjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas audit dan citra auditor tetap terjaga terjadi (Noviyanti, 2008:108).

Kasus kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang ikut melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xeros, Walt Disney, World com, Merek dan Tyco yang terjadi di Amerika Serikat, selain itu juga kasus Kimia Farma dan serta kasus kegagalan keeuangan lainya membuat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang di hasilkannya. AAERs (Accounting and Auditing Release) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional audit. Dari 45 kasus kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan

(3)

tingkat skeptisisme profesional yang memadai dan ini merupakan urutan ketiga dari audit defisiensi yang paling sering terjadi (Noviyanti, 2008: 103).

Kasus kecurangan yang dilakukan Bernard Madoff, fraud yang terbesar selamat ini, di pasar modal amerika serikat yang terkenal dengan pengawasan yang ketat. Auditornya, pemain tunggal (solo auditor) yaitu David G. Friehling. Pada tahun 2009 jaksa Lisa Baroni, dalam surat dakwaannya, menuntut Friehling.dengan kecurangan surat berharga (securities fraud), kecurangan penasihat investasi (investment-adviser fraud), menghalangi pelaksanaan ketentuan perundangan pajak, dan empat dakwaan lainya mengenai penyampaian laporan palsu ke badan pengawas pasar modal (securities and exxchange commision). Kepada hakim Alvin K Hellerstain, Friehling mengatakan: “In what was the biggest mistake of my life, I put my trust with Bernard Madoff.” Dalam bahasa auditing kalimat Friehling dapat diterjemahkan sebagi: “kesalahan terbesarku adalah tidak melaksanakan skeptisisme profesional. (Tuanakotta, 2011:79)

Kasus ditahun 2012 yang memperlihatkan kurangnya sikap skeptisme oleh auditor yang mengaduit pemeriksaan laporan keuangan tahun 2012 pada kementrian agama dan kementrian dalam negeri. Dalam pemeriksaan ini kementrian dalam negeri dan kementrian agama sebenarnya telah mendapat opini WTP DPP (Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan), namun BPK akan tetap melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu pada kedua kementrian tersebut. Menurut salah satu anggota V BPK rencana pemeriksaan tersebut dikarenakan di kementrian dalam negeri banyak menemukan penyajian persediaan

(4)

blanko e-ktp yang tidak seluruhnya didukung hasil rekonsiliasi antar dokumen secara memadai, serta pencatatan dan pelaporan aset tetap yang berasal dari tugas pembantuan yang tidak tertib. Audit investigasi terhadap kementrian agama terkait aset. Satuan kerja dikementrian ini mencapai 4,467, sehingga butuh pemeriksaan untuk memastikan keberadaannya, peruntukan, kepemilikan dan nilai aset tersebut. (www.Akuntanonline.com).

Auditor di tuntut untuk melaksanakan sikap skeptisisme profesionalnya sehingga auditor dapat menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sikap skeptisisme dari auditor ini di harapkan dapat mencerminkan kemahiran profesional dari seorang auditor. Dengan sikap skeptisme profesional auditor ini, auditor di harapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang di tetapkan, menjungjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas dan etika profesi auditor tetap terjaga (Gusti dan Ali, 2008:3).

Fakta lainya yang dipaparkan oleh anggota Dewan Pengurus Ikatan Komite Audit (IKAI) Setiawan Kriswanto pada tanggal 15 February 2013 adalah kasus komite audit yang tidak mempunyai cukup waktu dalam mengaudit. Banyak temuan berulang dan informasi yang tidak diungkap emiten dalam laporan tahunan (LT) yang ditenggarai minimnya waktu yang diberikan manajemen kepada komite audit dalam memeriksa laporan tahunan sebelum diserahkan kapada regulator industri masing-masing emiten atau perusahaan publik. Menurut Setiawan Kriswanto, komite selama ini hanya diberi waktu seminggu untuk melihat dan mengevaluasi laporan tahunan yang dibuat manajemen (www.Akuntanonline.com).

(5)

Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu untuk mengetimasi waktu yang di butuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan penggauditan. Anggaran waktu ini di butuhkan guna menentukan kos audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor. Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan pekerjaan yang di lakukan, akibatnya muncul perilaku-perilaku kontraproduktif yang menyababkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang sangat terbatas ini salah satunya di sebabkan oleh tingkat persaiganyang semakin tinggi antar kantor akuntan publik (KAP). Alokasi yang lama seringkali tidak menguntungkan karena akan menyebabkan kos audit yang semakin tinggi. Klien bisa jadi berpindah ke KAP lain yang menewarkan fee audit yang lebih kompetitif (Prasita dan Adi, 2007:2).

Riset Coran dkk dalam Prasita dan Adi (2007:2) menunjukan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan di karenakan anggaran waktu yang sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena anggaran waktu yang terbatas, mereka di tuntut untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Studi Maynard dan Joiner dalam Prasita dan Adi (2007:2) menunjukan bahwa kualitas kinerja seseorang akan sangat di pengaruhi oleh tekanan atau tuntutan tugas yang di hadapi.

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil (Alim dkk (2007:4).

(6)

Deis dan Giroux dalam Alim dkk (2007: 4) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang di hasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaanya akan direview oleh pihak ketiga.

Menurut penelitian yang telah di lakukan Abdul Muhshyi (2013:88) yang berjudul “ Pengaruh Time Budget Pressure, Resiko Kesalahan dan Kompleksitas Terhadap Kualitas Audit” dengan studi empiris pada KAP di DKI Jakarta, yang memperoleh ke simpulan bahwa Time Budget Pressure, Resiko Kesalahan dan Kompleksitas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kulitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian Prasita dan Adi (2007:16) yang berjudul “Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi” diketahui bahwa Kompleksitas dan Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh negatif. Hal ini menunjukan bahwa hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah di kemukakan, yaitu kompleksitas audit mempunyai hubungan negatif dengan

(7)

kualitas audit, dan tekenan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian Rita dan Sony (2014:147) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit. Penelitian menunjukan bahwa kompetensi dan skeptisme profesional auditor Inspektorat berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sementara kompleksitas tugas para auditor Inspektorat berpengaruh tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud unntuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul :

“Pengaruh Sikap Skeptisisme Profesional dan Time Budget Pressure (Tekanan Anggaran Waktu) Terhadap Kualitas Audit” (Studi Kasus Pada Beberapa KAP Kota Bandung).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar masalah yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan yang akan di bahan dalam penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh sikap skeptisisme profesional dan time budget pressure terhadap kualitas audit secara individu.

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap skeptisisme profesional dan time budget pressure terhadap kualitas audit.

(8)

3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan sikap skeptisisme profesional dan time budget pressure terhadap kualitas audit.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai tekanan yang di hadapi oleh profesi akuntan dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada para pengguna jasa dan praktik-praktok yang mungkin terjadi tekanan yang ada yang bisa mempengaruhi kualitas audit yang di hasilkan

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui besarnya pengaruh sikap skeptisisme profesional seorang auditor terhadap kualitas audit.

2. Mengetahui besarnya pengaruh time budget pressure terhadap kualitas yang di hasilkan oleh auditor.

3. Mengetahui besarnya pengaruh sikap skeptisisme profesional dan time budget pressure secara simultan terhadap kualitas audit.

(9)

1.4 Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu 1) Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang di peroleh dari bangku kuliah dengan praktek dunia nyata.

2) Bagi Auditor

Dapat mengantisipasi penurunan kualitas audit yang disebabkan kurangmya sikap skeptisisme profesional dan tekanan akibat adanya time budget pressure.

3) Bagi pembaca dan peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi lembaga pendidikan/mahasiswa yang melakukan penelitian dengan masalah yang serupa.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Bandung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 15 Oktober 2014.sampai bulan 07 Maret 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh peran kepemimpinan terhadap perilaku pro-lingkungan pada anggota Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Piranha

Dan untuk mengetahui keotentikan dari firman Allah, maka Amina Wadud menerapkan pendekatan hermeneutika yang didasari dengan sosiohistoris, yang berujung pada

Yang harus diungkapkan antara lain rincian dan jumlah berdasarkan kelompok pendapatan komisi dan beban komisi untuk setiap jenis asuransi.  Perusahaan bukan merupakan

Tetapi, karena sudut azimut mengelilingi sumbu-z tak menentu, gambaran (b) lebih tepat, dengan setiap vektor terletak pada sudut azimut sebarang pada kerucut... Elektron Spin

5.1. 2) Tidak ditemukan sampel yang positif mengandung methanil yellow, peroksida, nitrit, sianida, rhodamin dan iodat. 3) Sampel yang positif mengandung bahan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa faktor risiko tradisional yang paling kuat hingga paling lemah secara berturut – turut adalah sebagi berikut : usia 51-60 tahun, jenis

Pada tahun 2014 penelitian tentang generator fluks aksial juga telah dilakukan oleh Frasongko Budiyanto yang berjudul Generator Turbin Angin Putaran Rendah, jenis

Berdasarkan hasil tersebut terdapat pola kecenderungan hubungan yaitu persentase perilaku penghuni tidak sehat untuk memiliki perilaku sehat yang tidak baik