SKRIPSI
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT
PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
DEWITA PRATIWI 110503126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH AKUNTABILITAS,
INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS
HASIL AUDIT PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA”
adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik
guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, atau yang saya
kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA
INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Professional baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disampaikan kepada 80 orang auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sebanyak 66 kuesioner (82,5%) diisi lengkap dan dapat diolah. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, hesteroskedastisitas, multikolonieritas, dan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 90,5 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa variabel Akuntabilitas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
THE EFFECT OF ACCOUNTABILITY, INTEGRITY AND PROFESSIONAL SCEPTICISM TOWARD AUDIT QUALITY IN INSPECTORAT OF NORTH
SUMATERA
The purpose of this research is to determine the effect of Accountability, Integrity and Professional Scepticism toward Audit Quality in Inspectorat of North Sumatera.
Data was collected by using questionnaire to the auditor of Inspectorat of North Sumatera. The result is 66 out of 80 respondents or 87,5 % respon rate. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 using the data quality test that consisting the validity test and reliability test and classical asumption test which consisting of normality test, hesteroskedastisitas test, and multikolinear test and t test and F test.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 90.5 percent. Partial testing results show that Accountability and Professional Scepticism significant influence toward Audit quality in inspectorat of North Sumatera.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi
ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan,
saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program
Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta bapak Drs. H. Arifin
Lubis, M.M., Ak, CA selaku Dosen Pembanding saya dan dosen penguji
saya Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA, atas segala saran dan masukan yang telah
5. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu tercinta Mochamad Chusaeri S.Sit
dan Ir. Farida Wardani dan saudara saya Utami Rahayu, La ode
Muhammad Iqbal, dan Aifah Riani Terimakasih atas segala perhatian, doa,
dukungan dan pengorbanan selama ini yang telah diberikan.
6. Kepada teman-teman saya terkhusus Diah, Laily, Uly, Debby, Wywyk dan
Tari yang banyak terlibat membantu penyelesaian skripsi penulis. Serta
semua teman-teman FEB USU yang selalu memberikan dorongan nya agar
saya tetap semangat dan berjuang untuk menyelesaikan study di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN
...
i
ABSTRAK ……… ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Landasan Teori... 9
2.1.1 Pengertian Audit... 9
2.1.2 Jenis-Jenis Audit... 10
2.1.2.1 Audit Keuangan... 10
2.1.2.3 Audit dengan Tujuan Tertentu... 11
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor... 11
2.1.3.1 Auditor Independen atau akuntan publik... 11
2.1.3.2 Auditor Pemerintah... 11
2.1.3.2.1 Auditor Eksternal Pemerintah... 12
2.1.3.2.2 Auditor Internal Pemerintah... 12
2.1.4 Tugas dan Fungsi Auditor Inspektorat... 14
2.1.5 Kualitas Hasil Audit... 15
2.1.6 Akuntabilitas... 17
2.1.7 Integritas... 20
2.1.8 Skeptisisme Profesional... 21
2.2 Review Penelitian Terdahulu... 25
2.3 Kerangka Konseptual... 28
2.4 Hipotesis Penelitian... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 30
3.1 Jenis Penelitian... 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 30
3.3 Batasan Operasional... 30
3.4 Definisi Operasional... 31
3.4.1 Kualitas hasil audit... 31
3.4.2 Akuntabilitas... 32
3.4.3 Integritas... 32
3.4.4 Skeptisisme Profesional... 33
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian... 35
3.7 Jenis Data... 35
3.8 Metode Pengumpulan Data... 36
3.9 Metode Analisis... 36
3.9.1 Uji Kualitas Data... 36
3.9.1.1 Uji Validitas... 37
3.9.1.2 Uji Reliabilitas... 38
3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 38
3.9.2.1 Uji Normalitas... 38
3.9.2.2 Uji Multikolinearitas... 39
3.9.2.3 Uji Heteroskadastisitas... 40
3.9.3 Uji Hipotesis... 40
3.9.3.1 Model Regresi Linear Berganda... 40
3.9.3.2 Uji F... 41
3.9.3.3 Uji T... 42
3.9.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Gambaran Singkat Objek Penelitian ... 44
4.2 Deskripsi Data ... 44
4.2.1 Karakteristik Responden ... 45
4.3 Analisis Data ... 48
4.3.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 48
4.3.1.1 Uji Validitas ... 48
4.4 Deskripsi Statistik ... 49
4.6.4.1 Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil audit ... 60
4.6.4.2 Pengaruh integritas terhadap kualitas hasil audit ... 60
4.6.4.3 Pengaruh skeptisisme profesional terhadap kualitas hasil audit ... 61
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
4.7.1 Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Audit .... 61
4.7.2 Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Hasil Audit ... 62
4.7.3Pengaruh Skeptisisme Profesional terhadap Kualitas Hasil Audit... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Keterbatasan ... 65
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 33
4.1 Hasil Distribusi Kuesioner ... 45
4.2 Demografi Responden ... 45
4.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 49
4.4 Deskripsi Statistik ... 49
4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 51
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54
4.7 Hasil Uji F ... 56
4.8 Hasil Uji t ... 57
4.9 Hasil Uji Determinasi ... 58
4.10 Hasil Uji Regresi berganda ... 59
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 28
4.1 Uji Normalitas (1) : PP Plots ... 52
4.2 Uji Normalitas (2) : Histogram ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 69
Lampiran 2 Data Hasil Kuesioner ... 72
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 79
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 81
Lampiran 5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 81
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 82
Lampiran 7 Hasil Uji Multikolonieritas ... 83
Lampiran 8 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83
Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis ... 84
Lampiran 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84
Lampiran 11 Tabel R Statistik ... 85
Lampiran 12 Tabel t Statistik ... 86
ABSTRAK
PENGARUH AKUNTABILITAS, INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA
INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Professional baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disampaikan kepada 80 orang auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sebanyak 66 kuesioner (82,5%) diisi lengkap dan dapat diolah. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 dengan menggunakan uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas serta menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, hesteroskedastisitas, multikolonieritas, dan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 90,5 persen. Pengujian secara parsial memperlihatkan hasil bahwa variabel Akuntabilitas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
ABSTRACT
THE EFFECT OF ACCOUNTABILITY, INTEGRITY AND PROFESSIONAL SCEPTICISM TOWARD AUDIT QUALITY IN INSPECTORAT OF NORTH
SUMATERA
The purpose of this research is to determine the effect of Accountability, Integrity and Professional Scepticism toward Audit Quality in Inspectorat of North Sumatera.
Data was collected by using questionnaire to the auditor of Inspectorat of North Sumatera. The result is 66 out of 80 respondents or 87,5 % respon rate. The analysis model used is multiple linear regression were performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 using the data quality test that consisting the validity test and reliability test and classical asumption test which consisting of normality test, hesteroskedastisitas test, and multikolinear test and t test and F test.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect the dependent variable at 90.5 percent. Partial testing results show that Accountability and Professional Scepticism significant influence toward Audit quality in inspectorat of North Sumatera.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi merupakan kejahatan yang sulit untuk diberantas, karena praktik
korupsi telah mengakar, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain
berdampak merugikan negara, praktik korupsi dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan moral bagi masyarakat Indonesia, sehingga dibutuhkan
pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi
dilingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara,
Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen. APIP dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, selain memberikan rekomendasi juga
melaporkan hasil kerjanya dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan berdasarkan
standar audit aparat pengawasan intern pemerintah (SA-APIP). Rekomendasi dan
laporan hasil kerja aparat pengawasan intern pemerintah harus berkualitas, untuk
mengetahui kualitas hasil kerja dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan.
Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah, Inspektorat Provinsi seperti
diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
oleh kepala daerah telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan
baik atau tidak pemeliharaan kekayaan daerah serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh unit dan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD)
sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal.
“Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi” (Mardiasmo, 2005:193). Dalam
pasal tersebut juga dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan
urusan pemerintah, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi
sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan
kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaaan, pengusutan,
pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Pengawasan ini dilakukan oleh auditor Inspektorat pemerintah daerah
sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Peran auditor Inspektorat
dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat
strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis,
efesiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih
terdapat permasalahan dan kelemahan di mana adanya rasa kekeluargaan,
kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. “Masalah lain
yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan
sikap atau perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan
pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara
Audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah pada umumnya terdiri atas
audit kinerja dan audit investigatif. Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan
tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi dan audit aspek efektifitas. Sedangkan audit investigatif adalah proses
mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna
dilakukan tindakan hukum selanjutnya.
Guna menunjang profesionalismenya maka seorang auditor inspektorat
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada ketentuan dan norma
yang berlaku. Ketentuan dan norma yang berlaku bagi auditor inspektorat terdiri
dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk
menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit
dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan
adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh
mana auditor inspektorat telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah
ditetapkan.
“Kualitas hasil audit adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya” (De Angelo, 1981). Kualitas hasil audit adalah sikap auditor
dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil auditnya yang dapat
diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas hasil kerja auditor dinilai
dari seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria
kebertanggungjawaban (Akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan audit” (Mardisar dan Sari, 2007).
“Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan
kepada lingkungannya” (Tetclock, 1984). Akuntabilitas merupakan suatu keadaan
yang dirasakan oleh auditor bahwa pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan
prosedur dan standar akuntan publik sehingga dapat dipertanggungjawabkan
mengenai kesimpulan yang dibuat untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik
langsung maupun tidak langsung.
Kompleksitas pekerjaan audit dalam menentukan kualitas hasil audit
menuntut tanggung jawab yang besar, maka merupakan hal yang penting bagi
para auditor untuk memiliki rasa akuntabilitas. Dalam melaksanakan
tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan sebuah pekerjaan
menentukan bagaimana sebuah informasi diproses. Hasil dari informasi yang
diproses tersebut, akan mempengaruhi respon, keputusan ataupun tindakan yang
akan diambil. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting
yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.
“Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur Akuntabilitas
individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan” (Cloyd, 1997)
“Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan
transparan, berani, bijaksana dan bertanggungjawab dalam melaksanakan audit.
Keempat unsur ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.” (Ayuningtias, 2012). Seorang
auditor yang mempunyai Integritas yang tinggi akan bersikap bersih dalam
melakukan proses audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Integritas
yang dimiliki oleh auditor sektor publik pada saat melaksanakan penugasan
profesional auditnya akan mendorong meningkatnya kualitas hasil audit.
“Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit” (IAI,
2001:230.2). Dalam memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan
keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap atau pikiran skeptisisme
profesional. Standar auditing tersebut mensyaratkan agar auditor memiliki sikap
skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan mengumpulkan bukti audit
terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi kecurangan.
“Auditor harus bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan
tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh hati-hati” (Arens, 2008:47). Sebagai
ilustrasi, perhatian mendalam termasuk pertimbangan akan kelengkapan kertas
kerja, kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit. Kemahiran profesional
menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Pemeriksa
profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif
mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan
dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisisme profesional harus digunakan
selama pemeriksaan. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap opini yang akan
diberikan oleh auditor.
Salah satu penyebab gagal audit (audit failure) adalah rendahnya
skeptisisme profesional. Skeptisisme profesional yang rendah menumpulkan
kepekaan auditor tehadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa
potensi, atau terhadap tanda-tanda bahaya yang mengindikasikan adanya
kesalahan dan kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa skeptisisme profesional
harus dimiliki dan diterapkan oleh auditor sebagai profesi yang bertanggungjawab
atas opini yang diberikan pada laporan keuangan.
Penelitian ini mengadopsi variabel penelitian yang dilakukan oleh
Mardisar dan Sari (2007) yang meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan
terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian menunjukan bahwa untuk
kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi
akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
hasil kerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
peneliti tidak menggunakan variabel pengetahuan dan menambahkan variabel
integritas dan variabel skeptisisme profesional. Serta dalam penelitian ini
menggunakan subyek yang berbeda yaitu auditor yang bekerja di Kantor
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul:
“Pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Hasil Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: Apakah Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme
Profesional berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas
hasil audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memperoleh bukti
empiris tentang pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional
baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas hasil audit pada Inspektorat
Provinsi Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang auditing khususnya pemahaman mengenai Akuntabilitas,
Integritas, Skeptisisme Profesional dan kualitas hasil kerja auditor.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan
sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang ingin mengkaji
masalah yang sama di masa yang akan datang.
3. Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada para Auditor, sebagai tambahan informasi dan
bahan kajian dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sehingga hasil auditnya dapat dijadikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Audit
Pengertian audit menurut (Arens, 2008:4) adalah : ”Auditing is
accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person.”
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, audit adalah: “Proses
identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah”.
Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu
pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah
disajikan secara wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sedangkan auditor bekerja
dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing.
kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh
pihak perusahaan.
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 serta SPKN, terdapat tiga jenis audit,
yaitu:
2.1.2.1 Audit Keuangan
Merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) serta untuk mengeksperimen suatu opini yang jujur
mengenai posisi keuangan, hasil operasi dan arus kas, apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.1.2.2 Audit Kinerja
Merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik
terhadap berbagai macam bukti meliputi audit ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas, pada dasarnya merupakan perluasan dari audit
keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit.
2.1.2.3 Audit dengan Tujuan Tertentu
Merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit
kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang
diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati
(agrees-upon procedures) yang diduga mengandung inefesiensi
atau indikasi penyalahgunaan wewenang dengan hasil audit berupa
rekomendasi. Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas
hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas
sistem pengendalian internal.
2.1.3 Jenis-Jenis Auditor
2.1.3.1 Auditor Independen atau akuntan publik
Auditor profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit terhadap laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya.
2.1.3.2 Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang
bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan
audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Di Indonesia, auditor
pemerintah dibagi menjadi dua yaitu: Auditor eksternal pemerintah
dan Auditor internal Pemerintah.
2.1.3.2.1 Auditor Eksternal Pemerintah
Auditor eksternal pemerintah merupakan audit
yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak
tunduk kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat
independen.
2.1.3.2.2 Auditor Internal Pemerintah
Auditor internal pemerintah atau yang dikenal
sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada
Presiden. Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama
(Ittama)/Inspektorat yang bertanggung jawab kepada
Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND). Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung
jawab kepada Gubernur, dan Inspektorat Pemerintah
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota.
Menurut Permenpan No. PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa:
auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada
instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP.”
Penelitian ini berfokus kepada auditor internal pemerintahan, yaitu auditor
Inspektorat. Inspektorat merupakan lembaga pengawasan di lingkungan
pemerintah daerah, baik ditingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota. Inspektorat
memainkan peran sangat penting dan signifikan dalam kemajuan dan keberhasilan
pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan oleh
Inspektorat adalah kegiatan audit, yang meliputi:
1. Pemeriksaan secara berkala dan komprehensif terhadap kelembagaan pegawai
daerah, keuangan daerah, barang daerah dan urusan pemerintah,
2. Pemeriksaan dana desentralisasi,
3. Pemeriksaan dana dekonstralisasi,
4. Pemeriksaan tugas pembantuan,
5. Pemeriksaan terhadap kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.
Selain pemeriksaan (audit), auditor Inspektorat dapat juga melakukan
pemeriksaan tertentu dan audit terhadap laporan mengenai indikasi kemungkinan
terjadinya tindakan penyimpangan korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Auditor Inspektorat bertanggungjawab
terhadap Gubernur, maka peran Auditor Inspektorat sangat penting serta hasil
Auditor Inspektorat melakukan proses audit terhadap pemerintah daerah,
kemudian dari hasil tersebut diberikan pada Gubernur. Pihak BPK melakukan
pemeriksaan atas laporan hasil audit yang telah dibuat oleh auditor inspektorat,
agar BPK dapat mengeluarkan opini terhadap laporan hasil audit yang telah dibuat
tersebut. Maka, hasil audit auditor inspektorat menjadi ‘second opinion’ bagi BPK
dalam melakukan proses audit.
2.1.4 Tugas dan Fungsi Auditor Inspektorat
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah merupakan Unsur
Pengawas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dipimpin oleh
seorang Inspektur yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur serta secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari Sekretaris Daerah. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara mempunyai
tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan
di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota serta tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas yang sebagaimana dimaksud,
Inspektorat menyelenggarakan fungsi :
1. Perencanaan program pengawasan dibidang Perumusan Kebijakan
teknis dibidang Inspektorat Pengawasan;
2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi Pengawasan;
4. Pelaksanaan Pelayanan Administrasi;
5. Pemeriksaan pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur, sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2.1.5 Kualitas Hasil Audit
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas hasil audit sebagai
“probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi klien.” Probabilitas auditor untuk
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien
tergantung pada independensi auditor. Tetapi lebih lanjut dinyatakan
bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak
yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah
dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat
yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan
Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaannya.
Menurut Irahandayani (2003) kualitas audit dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu : “berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak
berkualitas (tidak dapat dipertanggung jawabkan)”. Hasil pemeriksaan atas
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dikatakan berkualitas jika hasil
pemeriksaan tersebut dapat meningkatkan bobot pertanggungjawaban atau
akuntabilitas, serta dapat memberikan informasi pembuktian ada tidaknya
penyimpangan, kesalahan serta tindak pidana korupsi. Hal ini akan
memberikan kontribusi bagi mutu akuntabilitas instansi pemerintah daerah
yang bersih dan bebas korupsi.
Kualitas hasil audit bisa juga dilihat dari kualitas
keputusan-keputusan yang diambil. Menurut Edwards et. al (1984) “ada dua
pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan yaitu
outcome oriented dan process oriented.” Pendekatan outcome oriented
digunakan jika solusi dari sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah
pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang
diambil dilakukan dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang
dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
pendekatan process oriented digunakan jika solusi sebuah permasalahan
atau hasil dari sebuah pekerjaan sangat sulit dipastikan. Maka untuk
tahapan / proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan
pekerjaan dari awal hingga menghasilkan sebuah keputusan.
Terdapat empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada cenderung klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (Alim dkk, 2007).
2.1.6 Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.
Tetlock (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai “bentuk dorongan
psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan
semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.” Dari
definisi akuntabilitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan
Mardiasmo (2005:20), “akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang
amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan
dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban.”
Menurut standar akuntabilitas instansi pemerintah yang diterbitkan
oleh BPKP, akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang / badan hukum / pimpinan kolektif suatu organisasi
kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban. Pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua
entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggungjawab pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi
pekerjaan dan pelaporan. Kualitas dari hasil pekerjaan pemeriksa dapat
dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki
pemeriksa dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Peran dan tanggung
jawab auditor adalah sebagai berikut: (a)Tanggung jawab mendeteksi dan
melaporkan kecurangan (fraud), kekeliruan, dan ketidakberesan. (b)
Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan menghindari
tentang sifat dan hasil proses audit. (d) Tanggung jawab menemukan
tindakan melanggar hukum dari klien. (Slamet Sugiri dan Nasuhi Hidayat
2003:305-306)
Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan
program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari
program tersebut. Ada banyak penelitian yang membuktikan adanya
hubungan dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas audit,
Penelitian mengenai akuntabilitas pernah dilakukan oleh Messier dan
Quilliam (1992), meneliti tentang akuntabilitas seseorang terhadap kualitas
pekerjaan, yang mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh
seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam
pengambilan keputusan, dalam hal ini keputusan audit yang berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Selain itu, Cloyd (1997) melihat ada tiga indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar
motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kedua, seberapa
besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan. dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka
2.1.7 Integritas
Integritas diatur dalam Kode Etik dan Standar Audit (2008) yang
menyatakan integritas adalah “suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur tetapi tidak dapat
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip”. Dalam menghadapi aturan,
standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan,
anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya
apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
apakah angggota telah menjaga integritas dirinya. Dimana integritas
mengharuskan anggotanya untuk menaati standar teknis dan etika. Selain
itu juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan
kehati-hatian profesional.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa integritas
adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
dimana auditor harus menaati bentuk standar teknis dan etika,bersikap
jujur dan transparan, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan audit serta tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang berkualitas.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan
jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun
kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang
andal.” (Ayuningtias, 2012).
2.1.8 Skeptisisme Profesional
International Federation Of Accountants (IFAC) mendefinisikan
professional skepticism dalam konteks evidence assessment atau penilaian
atas bukti. Menurut IFAC : “skepticism means the auditor makes a critical
assessment, with a questioning mind, of the validity of audit evidence
obtained and is allert to audit evidence that contradicts or brings into the
reliability of documents and responses to inquiries and other information
obtained from management and those charged with governance” (ISA
200.16).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Skeptisisme yang berasal
dari kata skeptis, berarti sikap meragukan, mencurigai, dan tidak
memercayai kebenaran suatu hal, teori, ataupun pernyataan. Sedangkan
profesional, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
bersangkutan dengan profesi, yang membutuhkan keahlian khusus untuk
menerapkannya. Skeptisisme profesional sendiri belum memiliki definisi
yang pasti, namun dari definisi kata skeptisisme dan profesional tersebut,
dapat disimpulkan bahwa skeptisisme profesional auditor adalah sikap
menilai secara kritis bukti audit serta mengambil keputusan audit
berlandaskan keahlian auditing yang dimilikinya. “Skeptisisme bukan
berarti tidak percaya, tapi mencari pembuktian sebelum dapat memercayai
suatu pernyataan.” (Center for Audit Quality, 2010).
“Untuk menerapkan skeptisisme profesional yang efektif, perlu
dibentuk persepsi bahwa bahkan sistem pengendalian internal yang paling
baik memiliki celah dan memungkinkan terjadinya fraud” (Center for Audit
Quality, 2010). Hanya saja, dalam menerapkan skeptisisme profesional,
auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen klien melakukan
praktik yang bersih, namun tidak juga berprasangka bahwa manajemen
klien melakukan fraud. Dalam hal ini, auditor yang memiliki skeptisisme
profesional akan menerapkan sikap skeptisnya hanya sebatas melaksanakan
tugas profesinya saja, tanpa sepenuhnya menjadi skeptis. Oleh karena itu,
dengan adanya skeptisisme profesional dalam diri auditor akan
mengakibatkan, sebagai contoh, auditor memberikan pertanyaan lebih dari
yang biasa yang bersifat investigatif, menganalisa jawaban-jawaban dengan
kritis dan secara hati-hati membandingkan hasil analisisnya dengan
bukti-bukti yang diperoleh.
“Skeptisme profesional seorang auditor dibutuhkan untuk
mengambil keputusan-keputusan tentang seberapa banyak serta tipe bukti
audit seperti apa yang harus dikumpulkan” (Arens 2008:48). Sementara,
frase-frase dalam proses auditing dalam Arens (2008:15) yaitu “yang
pengumpulan serta pengevaluasian bukti. Ketiga, ditangani oleh auditor
yang kompeten dan independen. Terkahir, baru lah mempersiapkan laporan
audit”. Dapat dijelaskan dari sini bahwa auditor yang skeptis akan terus
mancari dan menggali bahan bukti yang ada sehingga cukup bagi auditor
tersebut untuk melaksanakan pekerjaannya untuk mengaudit, tidak mudah
percaya dan cepat puas dengan apa yang yang telah terlihat dan tersajikan
secara kasat mata, sehingga dapat menemukan kesalahan-kesalahan atau
kecurangan-kecurangan yang bersifat material, dan pada akhirnya dapat
memberikan hasil opini audit yang tepat sesuai gambaran keadaan suatu
perusahaan yang sebenarnya.
Setelah meneliti berbagai standar dan riset di berbagai bidang
profesi dan akademis yang berkaitan dengan skeptisisme profesional, Hurtt
(2003) mengembangkan sebuah model skeptisisme profesional dan
memetakan karakteristik yang dimiliki seseorang yang memiliki skeptisisme
profesional. Karakteristik tersebut terdiri dari enam, yakni “pola pikir yang
selalu bertanyatanya (questioning mind), penundaan pengambilan keputusan
(suspension of judgment), mencari pengetahuan (search for knowledge),
kemampuan pemahaman interpersonal (interpersonal understanding),
percaya diri (self-confidence), dan determinasi diri (self-determination)."
Karakteristik pertama, pola pikir yang selalu bertanya-tanya
(questioning mind), mencerminkan sikap keragu-raguan seperti yang
terdapat dalam definisi skeptisisme profesional secara umum maupun
keputusan (suspension of judgment), mencerminkan sikap yang tidak
tergesa-gesa dalam melakukan suatu hal. Orang yang skeptis tetap akan
mengambil suatu keputusan, namun tidak segera, karena mereka
membutuhkan informasi-informasi pendukung lainnya untuk mengambil
keputusan tersebut (Hurtt, 2003). Karakteristik ketiga, mencari pengetahuan
(search for knowledge), menunjukkan bahwa orang yang skeptis memiliki
sikap keingintahuan akan suatu hal. Berbeda dengan sikap bertanya-tanya,
yang didasari keraguan atau ketidakpercayaan, karakteristik ketiga ini
didasari karena keinginan untuk menambah pengetahuan (Hurtt, 2003).
Karakteristik keempat, pemahaman interpersonal (interpersonal
understanding), memberikan pemahaman bahwa orang yang skeptis akan
mempelajari dan memahami individu lain yang memiliki pandangan dan
persepsi yang berbeda mengenai suatu hal (Hurtt, 2003). Dengan memahami
persepsi orang lain, orang yang skeptis akan mengambil kesimpulan dan
beragumentasi untuk mengoreksi pendapat orang lain. Karakteristik kelima,
percaya diri (self-confidence), diperlukan oleh auditor untuk dapat menilai
buktibukti audit, selain itu, percaya diri diperlukan oleh auditor untuk dapat
berhadapan dengan berinteraksi dengan orang lain atau klien, termasuk juga
beradu argumentasi dan mengambil tindakan audit yang diperlukan
berdasarkan keraguan atau pertanyaan yang timbul dalam dirinya (Hurtt,
2003). Karakteristik keenam, determinasi diri (self-determination),
menentukan tingkat kecukupan bukti-bukti audit yang sudah diperolehnya
(Hurtt, 2003).
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian
yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh
variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas hasil audit.
Mardisar dan Sari (2007) meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan
terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian menunjukan: akuntabilitas
memiliki hubungan positif dengan kualitas hasil kerja dengan komplekitas tugas
yang rendah. Hasil pengujian kedua menunjukan bahwa untuk kompleksitas
pekerjaan tinggi, akuntabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kualitas hasil kerja. Hasil pengujian ketiga menunjukan bahwa pada tingkat
kompleksitas pekerjaan yang rendah, interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan
berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja. Hasil pengujian keempat
menunjukan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, interaksi akuntabilitas
dengan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan
rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, dkk (2009) menganalisis
terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan populasi seluruh pegawai negeri sipil
(PNS) yang bekerja pada Inspektorat sepulau Lombok dengan teknik penentuan
sampel yaitu purposive sampling. Yang menjadi variabel bebas adalah
pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi.
Sedangkan variabel terikat adalah kualitas hasil pemeriksaan. Hasilnya
menunjukkan semakin banyak pengalaman kerja, semakin objektif auditor
melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki
auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan
yang dilakukan. Namun untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pemeriksaan.
Singgih dan Bawono (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit. Responden dalam penelitian ini adalah 4 KAP “Big Four” yang ada
di Indonesia. Hasil penelitiannya adalah independensi, due professional care, dan
akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan
pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Supardi dan Mutakin (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh
akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Dengan mengambil sampel 10
KAP di kota Bandung. Hasil penelitiannya adalah akuntabilitas berpengaruh
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu Peneliti
Terdahulu
Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Mardisar
Variabel Dependen :
Akuntabilitas
Variabel dependen :
Kualitas hasil kerja
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengidentifikasi 3 variabel independen yaitu Akuntabilitas (X1), Integritas (X2),
dan Skeptisisme Profesional (X3) yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan
maupun parsial terhadap kualitas hasil audit (variabel dependen = Y). Kerangka
konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori, hasil penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran
tentang pengaruh Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional terhadap
kualitas hasil audit maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H2 : Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H3 : Skeptisisme Profesional berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
H4 :Akuntabilitas, Integritas dan Skeptisisme Profesional berpengaruh positif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausatif (causal research). Penelitian
kausatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa
sebab-akibat antara 2 atau lebih variabel. penelitian ini diarahkan untuk memberikan
bukti empiris dan mengetahui sejauhmana pengaruh variabel Akuntabilitas,
Integritas dan Skeptisisme profesional mempengaruhi variabel Kualitas Hasil
Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
yang beralamat di Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 8 Medan.
3.3 Batasan Operasional
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 3 variabel independen
yang diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas hasil audit (Y) pada Inspektorat
Provinsi Sumatera Utara yaitu Akuntabilitas (X1), Integritas (X2) dan Skeptisisme
3.4 Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen (dependent variable) dan
tiga variabel independen (independent variable). variabel independen adalah
variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai pengaruh positif ataupun negatif bagi variabel dependen nantinya.
Dalam penelitian ini Variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hasil
audit (Y), sedangkan variabel independen adalah akuntabilitas (X1), integritas
(X2) dan skeptisisme profesional (X3).
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional variabel yang akan diteliti
sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat
dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1 Kualitas hasil audit (Y)
Kualitas hasil audit (Y) adalah probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi SKPD. Wooten (2003) telah mengembangkan model
kualitas hasil audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada.
Model Wooten dijadikan sebagai indikator untuk kualitas hasil audit yaitu:
(1) Deteksi salah saji, (2) Kesesuaian dengan standar auditing, (3)
Kepatuhan terhadap SOP, (4) Resiko audit, (5) Prinsip kehati-hatian, dan
(6) Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor. Semua pertanyaan
(STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan
nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
3.4.2 Akuntabilitas (X1)
“Akuntabilitas (X1) merupakan dorongan psikologi sosial yang
dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah
mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain” (Tetlock, 1984).
Variabel akuntabilitas diukur menggunakan indikator (1) motivasi (2)
pengabdian pada profesi dan (3) kewajiban sosial. Semua pertanyaan
diukur dengan skala Likert 1 sampai 5. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju
(STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan
nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
3.4.3 Integritas (X2)
“Integritas (X2) merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan
tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit. Auditor dituntut untuk
jujur dengan taat pada peraturan, tidak menambah atau mengurangi fakta
dan tidak menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun” (Sari, 2007).
Integritas merupakan tanggung jawab auditor untuk tidak merugikan orang
lain, memperbaiki hasil kerjanya, konsisten terhadap pekerjaan serta
bersikap sesuai norma dan perturan yang berlaku. Indikator dalam
mengukur integritas yaitu (1) kejujuran auditor, (2) keberanian auditor, (3)
sikap bijaksana auditor, dan (4) tanggung jawab auditor. Semua
tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, netral
(N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan
nilai 5.
3.4.4 Skeptisisme Profesional (X3)
Skeptisisme Profesional (X3) merupakan kemahiran profesional
yang cermat dan seksama. Variabel Skeptisisme Profesional akan diukur
dengan aspek-aspek Skeptisisme Profesional yaitu (1) sikap skeptis dan (2)
keyakinan yang memadai. Semua pertanyaan diukur dengan skala Likert 1
sampai 5. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak
setuju (TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan
nilai 4 dan sangat setuju (SS) dengan nilai 5.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Variabel 2. Kesesuaian dengan
standar auditing 3. Kepatuhan terhadap
SOP
4. Resiko audit 5. Prinsip
kehatian-hatian
6. Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala kan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain
1. motivasi
2. pengabdian pada profesi
1. kejujuran auditor 2. keberanian auditor 3. sikap bijaksana
auditor
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Untuk skala pengukuran variabel, peneliti menggunakan skala likert 1
sampai 5. “Skala likert adalah sebuah jawaban dimana responden diminta untuk
memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju” (Sekaran, 2011). Semakin tinggi
nomor jumlah, maka semakin besar variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Skala nilai yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1, tidak setuju
(TS) dengan nilai 2, netral (N) dengan nilai 3, setuju (S) dengan nilai 4 dan sangat
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jumlah populasi sebanyak 80 (delapan
puluh) orang yang terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu.
Sedangkan sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan metode sensus
dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian. Sensus digunakan jika
elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen.
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada
penelitian ini data primer didapat dari pengisian kuesioner oleh auditor yang
bekerja di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. “Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara dan sifatnya saling
melengkapi” (Sekaran, 2011). Data sekunder berupa sumber pustaka pendukung
penulisan penelitian yang diperoleh dari literatur yang relevan dari permasalahan
sebagai dasar pemahaman terhadap obyek penelitian dan untuk menganalisisnya
secara tepat. Sumber data penelitian ini diperoleh langsung dari responden yang
telah ditentukan untuk diteliti melalui sumber asli atau tanpa melalui perantara,
3.8 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer, digunakan penelitian lapangan (field
research) dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Menurut
Indriantoro dan Supomo (2002 : 154), teknik ini memberikan tanggung jawab
kepada responden untuk membaca dan menyatakan pendapatnya terhadap
pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Kuesioner yang diajukan akan
dikirimkan kepada para auditor di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Kuesioner
tersebut berisi daftar pertanyaan yang jawabannya dinyatakan dengan
menggunakan skala Likert.
Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dalam dua
tahap, yaitu tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada
seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, kemudian menunggu
pengisian kuesioner tersebut. Tahap yang kedua adalah pengambilan kuesioner
yang telah diisi oleh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara untuk dilakukan
pengolahan data.
3.9 Metode Analisis
3.9.1 Uji Kualitas Data
Keabsahan (validity) suatu hasil penelitian sangatlah tergantung
pada alat pengukur variabel yang akan diteliti. Alat ukur atau instrumen
berupa kuesioner dikatakn memberikan hasil yang akurat dan stabil jika
alat ukur itu dapat diandalkan. Jika alat yang digunakan dalam proses
penelitian yang diperoleh tidak akan valid. Oleh karena itu dalam
penelitian ini diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas.
3.9.1.1 Uji Validitas
“Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya
instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji
validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang
tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan
dengan pasti apa yang akan diteliti” (Ghozali, 2012:52). Pada
penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor
pertanyaan. Perhitungan yang akan dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statiscal Package
for Social Science). Dimana validitas data diukur dengan
membandingkan r hitung dan r tabel, jika :
• Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka
dapat dikatakan kuesioner tersebut valid.
• Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka
dapat dikatakan kuesioner tersebut tidak valid.
3.9.1.2 Uji Reliabilitas
“Reliabilitas adalah alat untuk menguji suatu kuesioner
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten dan stabil dari waktu ke
waktu” (Ghozali, 2012:47). Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan
instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas
pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach
alpha. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang
meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel dependen dan indepedennya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi
yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria
dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi
tertentu yaitu:
1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
Selain melihat nilai signifikansi dari uji
Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi
normal dapat dilihat dari melihat grafik.
3.9.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, dapat dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, Variance Inflation
Factor (VIF). Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut
maka variabel bebas tersebut tidak mempunyai persoalan
3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan
dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot
(Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi. Jika titik-titik
sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar
kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
3.9.3 Uji Hipotesis
3.9.3.1 Model Regresi Linier Berganda
Alat uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda (Multiple Regression
Analysis). Hal ini akan menunjukkan hubungan (korelasi) antara
kejadian satu dengan kejadian yang lainnya. Karena terdapat lebih
dari dua variabel, maka hubungan linier dapat dinyatakan dalam
mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen dalam
model terhadap variabel dependen. Formula yang digunakan dalam
analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan :
Y : Kualitas hasil kerja auditor
α : Konstanta
β : Koefisien regresi
X1 : Akuntabilitas
X2 : Integritas
X3 : Skeptisisme Profesional
e : error
Analisis kualitas hasil audit (Y) yang dipengaruhi oleh
akuntabilitas (X1), integritas (X2) dan skeptisisme profesional (X3) menggunakan metode statistik dengan taraf signifikansi α = 0,05
artinya derajat kesalahan sebesar 5%.
3.9.3.2 Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen : akuntabilitas (X1),integritas (X2) dan skeptisisme
profesional(X3) terhadap variabel dependen, kualitas hasil audit(Y)
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah
dengan membandingkan F hitung dengan F tabel :
• apabila angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak
• apabila angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima, atau
• apabila F hitung < F tabel maka Ha ditolak
• apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima
3.9.3.3 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen (akuntabilitas (X1), integritas (X2) dan skeptisisme
profesional (X3) ) terhadap variabel dependen (kualitas hasil audit
(Y) ) secara terpisah.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel :
• apabila angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak
• apabila angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima, atau
• apabila t hitung > t tabel maka Ha diterima
3.9.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2012:97) nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu yang artinya nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen dan jika mendekati nol adalah