• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGEMBANGAN SARANA TERAPI INSOMNIA MENGGUNAKAN AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGEMBANGAN SARANA TERAPI INSOMNIA MENGGUNAKAN AIR"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENGEMBANGAN SARANA TERAPI INSOMNIA

MENGGUNAKAN AIR

4.1. Kebutuhan desain

Sarana penanggulangan gangguan insomnia dengan pengobatan berbentuk suatu terapi semburan air dengan penggunaan suhu yang berbeda. Proses terapi dilakukan dengan cara teknik semburan yang dilakukan oleh air yang dihasilkan oleh pompa air ke tubuh pengguna secara langsung. Semburan air yang dihasilkan pompa diarahkan pada dibagian belakang tubuh penderita insomnia. Posisi user saat menggunakan sarana ini adalah posisi telungkup layaknya hendak dipijat. Terapi dilakukan dengan bantuan seorang operator yang bertugas untuk mengatur tahapan-tahapan terapi. Sehingga perlu dirancang sebuah sistem pengoperasian yang mudah dan jelas untuk dioperasikan. Pengoperasian produk dilakukan didalam ruangan (indoor) dengan sasaran tempat/ fasilitas umum untuk terapi seperti spa dan sauna. Pertimbangan material yang digunakan harus material yang tahan air, karena media yang digunakan adalah media air. Pemilihan material plastik dan karet menjadi pilihan utama sebagai material yang akan digunakan pada sarana ini

4.2. Konsep Produk

• Produk alat terapi yang menggunakan media air (semburan , suhu) yang bersentuhan langsung dengan kulit manusia.

• Alas tidur yang dirancang berdasarkan posisi telungkup.

• Sistem semburan dan perubahan suhu air sebagai metode terapi utama yang menghasilkan ion-ion negatif.

• Seluruh tubuh bagian belakang kena semburan air.

• Pemanfaatan energi kinetik air yang bersentuhan dengan tubuh manusia.

• Memiliki 3 metode terapi yaitu teknik “hujan”, “air terjun” dan “semburan besar”

(2)

4.3. Pertimbangan desain

Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain produk ini adalah • Fungsi produk yang merupakan sarana terapi gangguan insomnia dengan

menggunakan air dan suhu sebagai media terapinya. Selain itu yang juga harus diperhatikan adalah faktor antropometri dan ergonomi dari user yang menggunakan sarana tersebut dan operator yang mengoperasikan produk.

• Bentuk produk

• Kenyamanan user saat menggunakan sarana.

• Kemudahan operasional sarana oleh seorang operator. • Keamanan saat sarana dioperasikan.

4.4. Studi dan eksperimen yang dilakukan

A. Studi antropometri

Studi antropometri dilakukan untuk mencari ukuran pengguna sarana. Khususnya pada posisi user saat tidur dalam posisi telungkup. Yang menjadi perhatian utama adalah ukuran tubuh user terutama tinggi dan lebar tubuh

Gambar 4.1 Studi posisi tidur telungkup

Selain itu studi ergonomi dilakukan pada saat posisi kepala, dan kaki user saat sedang tidur dalam keadaan telungkup.

(3)

Gambar 4.2 Studi posisi kepala saat sedang telungkup

(4)

Gambar 4.3 Studi antropometri posisi duduk

Studi posisi duduk dilakukan agar didapat tinggi alas tidur dari alas bawah sarana, dan posisi user yang memang harus dalam posisi duduk dahulu sebelum akhirnya berbaring.

Gambar 4.4 Studi antropometri tangan manusia.

B. Studi ergonomi

Studi ergonomi dilakukan untuk mendapatkan beberapa unsur desain dari alas produk agar produk nyaman untuk digunakan oleh pengguna, khususnya pada tidur telungkup.

(5)

Gambar 4.5 Studi ergonomi tubuh user pada posisi tidur telungkup.

Pengukuran menggunakan seleksi persentil 50 sebagai acuan standar rata-rata orang Indonesia khususnya pada umur 25-65 yang merupakan usia rata-rata penderita insomnia. Data yang dijadikan acuan antara lain adalah:

• Berat badan sebagai acuan berapa kuat konstruksi sarana untuk menopang tubuh user

• Tinggi badan sebagai acuan ukuran alas tidur sarana.

• Tinggi duduk tegak sebagai acuan tinggi alas tidur sarana dari tanah.

• Tinggi duduk normal sebagai acuan tinggi jarak aman kepala user dengan atap sarana.

• Tinggi bersih paha, tinggi lutut, tinggi lipatan dalam lutut sebagai acuan tinggi alas yang berhubungan saat user sedang duduk.

(6)

25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 18-79 tahun (total) berat badan (kg) 76,7 - 59 77,6 – 62,1 77,6 – 64,9 74,8 – 66,2 75,3 – 62,1 tinggi badan (cm) 175,3 -161,8 174,2 – 161,0 173,5 – 159,5 171,7 – 158,2 173,5 – 159,8 tinggi duduk tegak 91,7 - 84,8 91,4 – 85,6 90,7 – 85,1 89,7 – 83,8 90,7 – 84,8 tinggi duduk normal 87,4 - 82,8 87,1 – 82,6 86,9 – 82,0 86,1 – 81,5 86,6 - 82 tinggi bersih paha 14,7 – 13,7 14,7 -14 14,2 - 14 14,0 – 13,7 14,5 – 13,7 tinggi lutut 54,9 – 50,0 54,6 – 49,8 54,4 – 49,5 53,6 – 49,5 54,4 – 49,8 tinggi lipatan dalam lutut 44,5 – 40,1 43,9 – 39,9 43,7 – 39,4 43,4 – 39,1 43,9 – 39,9

50

Pria

-Wanita

Tabel 4.1. Persentil 50

(Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID)

Persentil 50 ini diambil berdasarkan pengukuran yang diambil penulis seperti yang tertera pada gambar-gambar studi antropometri

(7)

Gambar 4.6 Acuan tubuh user pada posisi tidur telungkup.

(Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID)

Gambar 4.7 Acuan tubuh user pada posisi tidur telungkup.

(Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior oleh JULIUS PANERO, AIA, ASID dan MARTIN ZELNIK, AIA, ASID)

(8)

C. Eksperimen Semburan air

Eksperimen semburan air dilakukan unruk mendapat jenis semburan yang nantinya akan dilakukan sebagai proses utama terapi. Pada proses studi ini, penulis menggunakan pipa air yang telah dilubangi per pipa guna mendapat bentuk akhir air yang keluar dari pipa saat dialiri air.

Gambar 4.8 Studi Eksperimen jenis semburan air.

Studi ergonomi yang dilakukan antara lain :

• Studi bentuk, dilakukan untuk mendapatkan bentuk produk yang nyaman untuk digunakan pengguna. Selain itu juga untuk mencari bentuk yang aman agar tidak membahayakan pengguna. Sisi produk sedapat mungkin dibuat membulat guna menghindari cedera yang dapat terjdi ketika pasien sedang menggunakan alat ini.

(9)

• Studi image, dilakukan untuk mencari bentuk sederhana dan warna yang sesuai dari produk yang didesain. Dari studi image ini didapatkan keyword ”modern” dan ”bersih”. Hal ini akan berakibat pada pewarnaan produk yang akan menggunakan kombinasi warna putih dan biru atau warna-warna yang sejuk.

Gambar 4.9. Studi image ”bersih” pada produk

4.5. Proses Desain

Ide awal

1. Pencarian bentuk sarana terapi

Pencarian bentuk dilakukakan dengan cara pengembangan stilasi bentuk dari bentuk bentuk dasar sederhana agar dihasilkan rancangan bentk yang imagenya bersih, dan sederhana/simple namun tetap modern.

(10)

Gambar 4.10. Pengembangan desin awal bentuk sarana dari bentuk dasar sederhana

2. Pencarian bentuk alas tidur

Bentuk alas tidur yang didesain mengacu pada posisi user yang nantinya akan menggunakan alas dalam posisi tidur telungkup. Bentuk alas harus menunjang kenyamanan dan ukuran tubuh user yang akan menggunakan alas tidur tersebut.

(11)

Gambar 4.11. Pengembangan desin awal bentuk alas tidur

3. Pencarian bentuk alas kepala dan penyangga kaki

Penyangga kepala yang didesain harus mampu menyangga kepala user dengan baik agar user nyaman. Bentuk alas kepala juga didasari dari posisi kepala user baik dalam posisi miring, lurus. Selain itu dipertimbangkan juga bagian tangan yang sering dilipat oleh user saat dalam posisi tidur. Bentuk dasar alas didesain dengan bentuk membulat atau kotak

(12)

Gambar 4.12. Pengembangan desin awal bentuk alas kepala

4. Pencarian bentuk penyangga kaki.

Setelah dilakukan studi ergonomi pada posisi user saat telungkup, ditemukan masalah kenyamanan posisi kaki saat bertemu dengan bidang datar yang menjadi alas tidur. Dari masalah ini maka perlu didesain bentuk alas yang mampu menyangga kaki agar bisa dalam posisi yang nyaman.

(13)

Gambar 4.13 Desain penyangga kaki

Konsep 3 jenis semburan air - metode gerimis

- metode air terjun - metode semburan besar

Metode gerimis

Gambar 4.14. Metode terapi gerimis

Metode ini menggunakan jenis semburan berupa rinti-rintik air layaknya ketika sedang gerimis. Rintik-rintik air yang dihasilkan bermaksud untuk melakukan permulaan terapi dengan menggunakan air dingin. Rintik-rintik yang dihasilkan dimaksudkan juga agar tubuh user tidak terlalu ”terkejut” saat dilakukan terapi dengan air dingin.

(14)

Metode Air terjun

Gambar 4.15. Metode terapi air terjun

Metode yang dilakukan setelah metode gerimis adalah metode air terjun, dimana metode ini bertujuan untuk memulai pijatan yang bertujuan untuk merangsang otot-otot mengendur. Dimana bentuk semburan air yang memanjang di tujukan pada bagian sekitar punggung user.

Metode Semburan besar/ gelontor

Gambar 4.16. Metode terapi semburan besar

Metode semburan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pijatan yang lebih terasa pada bagian tubuh penderita. Dimana pada jenis semburan ini ion-ion negatif dari air yang dihasilkan besentuhan langsung dengan tubuh pasien. Tekanan yang dihasilkan juga dimaksudkan untuk memperlancar peredaran darah.

Ketiga jenis semburan air ini akan ditujukan langsung ke bagian belakang tubuh user, dimana bagian yang terkena semburan air antara lain adalah dari daerah bahu hingga kaki. Besar semburan berbeda-beda tiap satu sama lain. Pada teknik gerimis, air yang

(15)

dihasilkan berupa rintik-rintik air yang menyerupai gerimis. Semburan ini di tujukan untuk mengenai sebagian besat tubuh bagian belakang.

Sementara pada teknik air terjun semburan ditujukan dibagian kanan dan kiri sekitar tulang belakang. Teknik semburan besar ditujukan untuk mengenai daerah tepat pada bagian tengah dari punggung .

Gambar 4.17. titik semburan pada tubuh manusia

Berikut adalah urutan, durasi dan suhu yang digunakan pada tiap metode semburan air.

Jenis metode Durasi Suhu

Metode gerimis 10-15 menit 37-38 ° C

Metode air terjun 5-10 menit 15-25 ° C

Metode semburan besar 5--10 jmenit 15-25 ° C

Tabel 4.2. Pembagian Metode terapi.

(16)

Didalam produk terdapat berbagai sistem untuk mengoperasikan produk seperti: • Sistem pompa,

• Sistem pengairan

• Sistem pengaturan semburan pada tubuh user • Sistem pembuangan air

• Sistem tirai penutup

4.5.1 Sistem pompa

Pompa yang digunakan adalah pompa dengan kemampuan menyuplai debit air yang cukup untuk melakukan terapi.. Didalam pengoperasiannya, sarana terapi ini memerlukan 2 buah pompa yang masing-masing pompa menyalurkan air dingin atau air hangat. Maksudnya disini adalah untuk mempermudah pembagian penyaluran air yang akan digunakan sebagai proses terapi. Pompa yang digunakan adalah pompa yang dapat menyuplai air sebanyak 1-2 L/detik

Gambar 4.18. Ide sistem pompa.

(17)

4.5.2 Sistem pengairan

Penggunaan 2 buah pompa air, dimaksudkan untuk mempermudah pembagian terapi air hangat atau ar dingin. Sistem pengairan ini memiliki 2 buah pipa utama yang menerima suplai air langsung dari pompa dimana nantinya akan dibagi –bagi lagi pada 3 buah pipa yang masing-masing tersambung ke pipa-pipa yang memiliki jenis terapi berbeda.

Gambar 4.19. Gambar detail sistem pengairan

(18)

4.5.3 Sistem pengaturan semburan pada tubuh user

Sistem pengaturan semburan air ini diatur oleh 3 buah keran yang masing-masing berfungsi untuk membuka atau menutup aliran air menuju pipa-pipa penyembur.

Gambar 4.20. Sistem keran

(sumber:koleksi penulis)

Bentuk dari ketiga handle keran ini berbeda satu sama lain. Penggunaan bentuk yang berbeda-beda ini dimaksudkan agar operator dengan mudah mengetahui teknik semburan yang akan dilakukan. Sistem penggunaan keran ini hampir sama dengan keran-keran pada umumnya. Dimana pengoperasiannya dengan cara diputar searah dengan arah jarum jam.

(19)

Gambar 4.21. Desain handle keran

(20)

Gambar 4.22. Sistem pengoperasian keran

Gambar 4.23. Sistem kerja keran

Pada sistem kerja keran, terdapat bola penghalang yang akan menutup jalan masuk air ketika posisi handle dalam keadaan off.

(21)

4.5.4 Sistem pembuangan air

Gambar 4.24. Gambar alas dengan lubang pembuangan air

Setelah air telah digunakan, hasil dari semburan air yang tadinya telah mengenai tubuh pasien selanjutnya segera dialirkan melalui lubang-lubang yang terdapat disisi-sisi alas tidur.

Air sisa tadi dialirkan menuju bagian bawah alas tidur, dimana pada bagian bawah alas tidur terdapat sebuah tabung penampungan sementara yang digunakan untuk menampung air sisa dari terapi. Dari bagian penampungan, air bekas terapi akan dialirkan menuju sebuah pipa pembuangan yang terdapat dibagan tengah bawah tabung pembuangan. Posisi pipa diletakkan diposisi tersebut agar air dengan lancar dapat dialirkan ke pipa.

(22)

Gambar 4.25. Gambar sistem pembuangan air

4.5.5 Sistem tirai penutup

Hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah masalah cipratan yang dihasilkan dari semburan air saat terapi sedang berlangsung. Untuk mengatasinya, dibutuhkan adanya suatu penutup yang berfungsi untuk menghalangi cipratan air menyiprat kemana-mana. Hal ini dapat membuat area disekitar sarana menjadi basah/becek karena air cipratan, maka perlu adanya suatu sistem untuk mengatasi masalah ini.

(23)

Gambar 4.26. Gambar masalah ciprtan air

Hal ini dapat diatasi dengan cara menggunakan tirai penutup yang dapat dibuka-tutup pada saat sarana hendak atau telah selesai digunakan. Tirai penutup terdapat didalam bagian body sarana. Tirai penutup ini dapat digulung sehingga saat akan digunakan atau dioperasikan, operator tinggal menarik handle untuk menarik gulungan tirai yang akan menutupi bagian sisi sarana yang terbuka. Tirai ini tidak menutupi seluruh sisi sarana, tetapi hanya setinggi sekitar 50 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penumpukan uap saat dilakukan terapi dengan air hangat.

(24)

Gambar 4.27. Ide sistem tirai penutup

(25)

Alternatif Desain

Gambar 4.28. Alternatif desain.

Gambar 4.29. Operasional Alternatif desain.

Pada alternative desain 1 ini, sarana memiliki bagian penyembur yang ditempatkan diatas dan dapat diputar. Bagian penyembur ini memiliki 3 bagian sisi yang memiliki pipa-pipa dengan metode penyemburan berbeda-beda.

(26)

Desain terpilih

Gambar 4.30 Desain akhir sarana terapi

(sumber:koleksi penulis)

4.6 Deskripsi Produk

Nama Produk

Sarana Penanggulangan gangguan insomnia menggunakan hydropressuretheraphy dan thermotheraphy

Julukan Neptun

Fungsi Produk Sebagai alat terapi berbasiskan metode hydrotheraphy Tujuan Pembuatan Produk Membantu mengatasi gangguan insomnia

Kelas Produk Produk kesehatan Pengguna Produk Penderita insomnia

Material Plastik (Body)

Karet busa tahan air (alas kepala dan penyangga kaki)

Tabel 4.3 Deskripsi Produk

(27)

Gambar operasional produk

Gambar 4.31 Gambar operasional.

Gambar 4.32 Gambar operasional teknik gerimis

(28)

Gambar 4.33 Gambar operasional teknik air terjun.

Gambar 4.34 Gambar operasional teknik gelontor/semburan besar.

(29)

Gambar Sistem Keseluruhan

Gambar 4.35 Gambar Sistem keseluruhan.

Prosedur urutan operasional

Gambar 4.36 Prosedur Operasional.

Gambar

Gambar 4.1 Studi posisi tidur telungkup
Gambar 4.2 Studi posisi kepala saat sedang telungkup
Gambar 4.3 Studi antropometri posisi duduk
Gambar 4.7 Acuan tubuh user pada posisi tidur telungkup.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Propomos trabalhar artisticamente com a complexidade e a pluralidade das situações urbanas, por meio da leitura, cruzamento e da sobreposição dos mapas que definem os territórios

soal menyusun gambar, dalam soal ini terdapat 5 gambar yg berbeda, tugas anda menyusun gambar pada setiap opsi hingga sama pada salah satu lima gambar tersebut.contoh :H.

10,13,15 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara jumlah obat yang digunakan dan kejadian DRPs pada pasien asma rawat inap di

Mengacu pada pendapat beberapa tokoh di atas, dapat dimungkinkan bahwa laki-laki yang memiliki sikap positif terhadap diskriminasi gender, yaitu menganggap bahwa perempuan

[r]

Hal ini dapat terjadi karena apabila BOPO meningkat, berarti telah terjadi peningkatan beban operasional dengan persentase lebih besar dibanding dengan persentase

Berdasarkan hasil uji t dan hasil uji regresi lnear berganda dapat diketahui Bahwa semakin tinggi nilai EPS yang diperoleh perusahaan maka harga saham juga

Tingginya kadar logam berat Pb dalam sate kerang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lokasi pengambilan sampel kerang, tingkat pengolahan