• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Anadara sp Beredar di Kota Semarang Anadara sp Maria Mita Susanti 1, Monica Kristiani 2 Akademi Farmasi Theresiana Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Anadara sp Beredar di Kota Semarang Anadara sp Maria Mita Susanti 1, Monica Kristiani 2 Akademi Farmasi Theresiana Semarang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

(Anadara sp

Beredar di Kota Semarang

Anadara sp

Maria Mita Susanti 1, Monica Kristiani 2

Akademi Farmasi Theresiana Semarang mytha_via84@yahoo.com

Abstrak: Pencemaran air oleh limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan baik tanah, udara maupun air. Limbah yang masuk ke dalam perairan berupa bahan buangan anorganik berasal dari sisa produksi industri percetakan, pabrik kimia, tekstil, farmasi, dan elektronika berpotensi merusak lingkungan karena mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) yang diantaranya terdapat logam berat, seperti Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Raksa (Hg), Krom (Cr),Nikel (Ni), Kobalt (Co), Mangan (Mn), tembaga (Cu) dan timah (Sn). Logam berat seperti Pb yang ada pada perairan akan turun dan mengendap pada dasar perairan kemudian membentuk sedimen, dan akan menyebabkan organisme yang mencari makan didasar perairan seperti udang, ranjungan dan kerang akan memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat. Kerang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, namun pada kenyataanya banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara pengolahan kerang secara benar , sehingga memungkinkan masuknya logam berat Pb dalam tubuh. Tujuan peneletian ini adalah untuk menganalisa kadar Pb dalam kerang dengan menggunakan jenis penelitian eksplorasi dan jumlah sampel 20 kerang yang beredar di Kota Semarang, diambil secara random sampling. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar logam berat Pb dalam sate kerang yang beredar di Kota Semarang masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 1,5 ppm yaitu dengan nilai kadar minimal adalah 0,39 ppm dan kadar maksimal sebesar 0,81 ppm.

Anadara sp

Abstract: Water pollution by waste could cause environmental pollution of land, air and water. Waste that goes into the waters in the form of waste material inorganic coming from the rest of the production printing industry, chemical plants, textile, pharmaceutical, electronics and potentially damaging to the

shrimp, crab,and bolod clams. Blood clams consumed by many people, but in fact a lot of people who do not understand how to properly blood clams processing, allowing the entry of lead in the body.This research used exploratory method and the number of sample was 20 shells that circulate in the city, taken by random sampling. The data obtained were processed descriptively. The result showed that the levels of lead in mussel skewers that circulate in the city of Semarang is still below the set threshold

(2)

I.

Limbah dari kegiatan perindustrian tekstil, industri kertas maupun industri lainnya dapat berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah tersebut jika tidak diolah dengan baik dan langsung dibuang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan baik pencemaran udara , tanah atau air.

Pencemaran air oleh limbah dapat menyebabkan tercemarnya hasil perikanan baik air tawar maupun air laut. Limbah yang masuk ke dalam perairan dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Kebanyakan limbah organik dapat membusuk dan mudah didegradasi oleh mikroorganisme, tetapi tidak dengan limbah anorganik. Bahan buangan anorganik yang berasal dari sisa produksi industri percetakan, pabrik kimia, tekstil, farmasi, dan elektronika berpotensi merusak lingkungan karena mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) yang diantaranya terdapat logam berat, seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), raksa (Hg), krom (Cr), nikel (Ni), kobalt (Co), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan timah (Sn) (Alfa, 2003).

Pb merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi dalam organ manusia dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa anemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem syaraf, otak dan kulit. Pb yang masuk kedalam tubuh dapat dalam bentuk Pb organik seperti tetra etil Pb dan Pb anorganik seperti oksida Pb (Suksmerri, 2008).

Menurut Payung et all (2013) logam berat seperti Pb yang ada pada perairan akan turun dan mengendap pada dasar perairan kemudian

di dasar perairan seperti udang, rajungan, dan kerang akan memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat di dasar perairan dan membentuk sedimen.

Kerang (Anadara sp) merupakan salah satu jenis kerang-kerangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat serta merupakan sumber pendapatan ekonomi dan pangan penduduk di kawasan pantai. Kerang (Anadara sp) merupakan indikator yang baik bagi lingkungan karena dapat digunakan untuk mengetahui apakah lingkungan tersebut tercemar atau tidak oleh bahan-bahan yang dapat merugikan bagi mahkluk hidup di sekitar lingkungan tersebut. Akumulasi logam Pb dalam kerang dapat terjadi melalui absorbsi air, partikel dan plankton dengan cara menyaring (Filter feeder). Terdeteksinya logam Pb dalam tubuh kerang tersebut diduga karena jenis organisme ini tidak bergerak atau mobilitasnya lamban sehingga tidak dapat mengekskresikan dengan baik logam Pb sehingga terakumulasi dalam jaringan sesuai dengan kenaikan logam Pb dalam air (Payung et al, 2013). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan tahun 2009 kadar Pb dalam kerang (bivalve) yang boleh dikonsumsi adalah 1,5 ppm (mg/kg). Menurut Sari dan Keman (2005) kadar Pb dalam kerang dapat diturunkan yaitu dengan merendam dengan larutan asam cuka 25%, namun pada kenyataanya masih banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara pengolahan kerang secara benar, sehingga

(3)

II.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan jumlah sampel adalah 20 sampel yang diperoleh dari pedagang soto yang menjual sate kerang wilayah Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Selatan dan Semarang Timur.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah sate kerang yang dijual di Kota Semarang sebagai variabel terikat adalah kadar Pb, variabel terkendali pada penelitian ini adalah metode analisa dan jenis kerang. Analisis data diolah menggunakan deskriptif dan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas kadar Pb dalam kerang yaitu sebesar 1,5 ppm.

a.

Sampel kerang 20 g diabukan pada suhu 250oC hingga kering dilanjutkan ditanur pada suhu 550oC selama 8 jam memisahkan zat organik dalam sampel yang dapat mengganggu analisa. Dari hasil pengabuan ditimbang 10 g sampel abu ditambahkan 10 ml HNO3 1N dan didingankan disaring dengan kertas saring whatman kemudian ditambahkan larutan HNO3 0,1N hingga 50 ml.

b.

Larutan standar Pb disiapkan dalam beberapa titik konsentrasi yaitu 0,1 mg/L; 0,2 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2 mg/L dan 5 mg/L. Absorbansi larutan standar Pb dan sampel dibaca dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm.

Analisa cemaran logam berat Pb pada sate kerang dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm.

III. a.

Analisis cemaran logam berat Pb pada sate kerang dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Hasil analisa kadar Pb dalam sate kerang pada 20 sampel sate kerang yang beredar di Kota Semarang disajikan pada Tabel. 1

Kerang min-max Utara Tengah Selatan Timur Barat 0,365±0,2087 0,497±0,1806 0,390±0,1825 0,462±0,8421 0,810±0,6733 0,17-0,63 0,29-0,73 0,19-0,59 0,36-0,56 0,73-0,89 Tabel. 1 menunjukkan bahwa rata-rata kadar Pb dalam sate kerang yang tertinggi adalah sate kerang yang dijual di wilayah semarang Barat yaitu sebesar 0,810 ppm dan terendah adalah Semarang Utara yaitu sebesar 0,365 ppm. Hasil rata-rata kadar Pb dalam sate kerang pada setiap wilayah disajikan pada Gambar. 1

(4)

Kerang

Berdasarkan Gambar.1 terlihat bahwa cemaran kadar Pb pada sampel sate kerang yang dijual di Kota Semarang masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan dalam SNI yaitu sebesar 1,5 ppm, meskipun kadar logam Pb masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan. Tingginya kadar logam Pb tersebut sangat dipengaruhi oleh sumber kerang yang diperoleh, teknologi pengolahan kerang yang tidak tepat.

IV. PEMBAHASAN a.

Kota Semarang adalah kota yang berada di pulau Jawa dan merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Kecamatan Semarang Tengah memiliki luas wilayah 6,14 Km2 merupakan salah satu Kecamatan di kota Semarang yang menjadi pusat perekonomian, terbukti dengan banyak berdirinya swalayan dan bangunan

dataran rendah dan pantai. Luas wilayah kota Semarang adalah 373,70 Km2 dan memiliki garis pantai sepanjang 13,6 Km di lepas Laut Jawa.

Kota semarang memiliki daerah pantai yang menjadi habitat alami biota laut seperti ikan, udang dan kerang dengan demikian kota ini memiliki kekayaan akan hasil laut. Salah satu hasil laut yaitu kerang banyak dijadikan sebagai bahan baku makanan dan dipasarkan di wilayah Kota Semarang. Salah satu makanan hasil olahan yang berasal dari laut Semarang adalah sate kerang dan pada umumnya dijual di pedagang soto sebagai lauk.

Orientasi pemilihan tempat pengambilan sampel dilakukan di 5 bagian wilayah di kota Semarang yaitu wilayah Semarang Utara, Semarang Selatan, Semarang Timur, Semarang Barat dan Semarang Tengah. Sampel yang diambil sejumlah 20 pedagang soto yang menyediakan sate kerang setiap harinya yang tersebar di 5 wilayah Semarang, sampel yang diambil dari 20 pedagang soto kemudian dipreparasi untuk dianalisa cemaran kadar logam berat Pb.

b.

Berdasarkan hasil analisis cemaran kadar Pb dalam sate kerang yang beredar di Kota Semarang menunjukkan bahwa kadar yang didapat masih menunjukkan 20 sampel yang diambil yaitu dari Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Timur,

(5)

batas yang ditetapkan yaitu sebesar 1,5 ppm. Adanya cemarang logam berat Pb ini diakibatkan karena kerang darah hidup dengan cara membenamkan diri di pantai pada substrat lumpur dan pasir, merupakan

makhluk (memperoleh

makanan dengan cara menyaring air) dan suka menetap di suatu tempat, karena pergerakannya yang lambat. Cara hidup yang menetap menyebabkan akumulasi kandungan logam berat di dalam tubuh kerang darah (Darmono, 2001; Oemarjati, 1990). Menurut hasil analisis kandungan logam berat sudah dilakukan memenuhi syarat kesehatan (di bawah 1,5 ppm) namun, logam tersebut dapat mengalami proses bioakumulasi pada tubuh manusia, sehingga meskipun jumlah yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ dalam tubuh (Palar, 2008).

Tingginya kadar logam berat Pb dalam sate kerang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lokasi pengambilan sampel kerang, tingkat pengolahan makanan yang masih belum tepat serta lama waktu terpaparnya kerang oleh limbah yang mengandung logam Pb karena semakin lama terpapar bioakumulasi yang terjadi dalam tubuh kerang akan semakin meningkat lama paparan ini dapat dilihat melalui ukuran kerang semakin besar ukuran kerang menunjukan lamanya kontak dengan cemaran logam berat,.

Lokasi penangkapan kerang di perairan menjadi salah satu faktor yang paling mendukung masih terdapatnya kandungan

logam berat Pb dalam kerang. Semakin jauh lokasi penangkapan kerang dengan lokasi pencemar maka kandungan bahan pencemar yang terakumulasi akan semakin rendah. Tempat pengambilan sampel kerang yang digunakan para pedagang dalam membuat sate kerang lebih dari 70% sampel yang digunakan diperoleh dari di Tanjung Mas. Menurut data Direktorat Industri Pengolahan Pangan Jateng (2005), ada beberapa industri yang berdiri di sekitar pelabuhan Tanjung Mas Semarang yang berpotensi meningkatkan konsentrasi logam berat Cd, Pb dan Cu. Industri tersebut merupakan bengkel reparasi kapal, pabrik keramik dan pabrik kertas. Logam berat yang masuk di perairan akan mengalami pengendapan kemudian terdispersi dan diserap oleh organisme yang tidak bisa di metabolisme, sehingga akan mengalami akumulasi dalam organisme yang hidup di perairan (Puspita et al, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya potensi cemaran terhadap logam berat Pb terhadap biota laut seperti pada kerang. Kadar logam berat pada sampel kerang yang digunakan masih dibawah nilaiambang batas yang ditetapkan, hal ini menunjukkan adanya pengolahan bahan baku yang sudah tepat, lebi dari 80% pedagang telah mengolah kerang dengan penambahan asam pada proses pengolahan. Bahan

kandungan logam berat antara lain yaitu jeruk nipis, belimbing wuluh, asam jawa dan asam cuka. Larutan asam dan proses perebusan dapat menurunkan kandungan

(6)

logam berat, semakin lama waktu perebusan semakin rendah kadar logam berat pada daging kerang darah (Sari et al., 2014).

V.

1. Rata-rata kadar logam berat Pb dalam sate kerang yang beredar di Semarang Utara 0,3650 ppm, Semarang Tengah 0,4975 ppm, Semarang Selatan 0,3900 ppm, Semarang Timur 0,4625 ppm, dan Semarang Barat 0,8100 ppm.

2. Kadar logam berat Pb dalam sate kerang yang beredar di Kota Semarang masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 1,5 ppm.

Alfa, D, F. 2003. Kandungan Genjer, Kangkung Air Dan Selada Air Untuk Menurunkan

Dalam Air [Online] http://repository.ipb. ac.id/bitstream/handle/123456789/33553/ G03dfa.pdf?[Diakses, 8 Januari 2014] BPOM. 2009. Penetapan Batas Maksimum

Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Darmono. 2001.

Pencemaran : Hubungan dengan

Universitas Indonesia: Jakarta

Oemarjati, Boen S., dan Wisnu W., 1990.

Taksonomi Avetebrata. Jakarta: Penerbit UI-Press.

Cd Dalam Air Pada Pantai Dan Daerah Perikanan Di Sekitar Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Unpublished).

Palar, H. 2008. Pencemaran Dan Toksikologi

. Rineka Cipta: Jakarta Payung et all. Studi Kandungan dan Distribusi

Spasial Logam Berat Timbal (Pb) pada Sedimen dan Kerang (Anadara Sp) di Wilayah Pesisir Kota Makasssar. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasannudin.

Sari, F.I dan Keman, S. 2005.

Asam Cuka Untuk Menurunkan Kandungan Logam Berat Cadmium Dalam Daging Kerang Bulu. . 1(2).

Sari, K.A., Putut H.R., & Apri, D.A., 2014. Pengaruh Lama Perebusan dan Konsentrasi Larutan

Jeruk Nipis Terhadap

Kadar Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada

Kerang Darah .Jurnal

Pengolahan dan Bioteknologi. UNDIP. 3 (2): 1-10.

Suksmerri.2008.

[Online] www.jurnalkesmas.com/index.php/ kesmas/article/view/77/66 [Diakses, 10 Januari 2012].

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan kegiatan sosialisasi adalah: (a) diketahui bahwa kebutuhan benih padi di Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2012 sebesar 288.750 kg yang terdiri atas

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul Prarancangan Pabrik

Penelitian yang diakukan oleh Rosita (2012) mengambil objek di SMPN 1 Rantau Selatan menunjukkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja

- Semua bahan kimia, peralatan listrik, magnet, bahan biologis, radioaktif, dan temperatur ekstrim harus diberi label secara jelas disertai dengan tanda

93/PMK.06/2010 tentang petunjuk Pelaksanaan Lelang, menyatakan bahwa “Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya

Perhitungan biaya instalasi kedua metode pengendali buoyancy dilakukan untuk menentukan metode yang paling efisien.Perhitungan manual metode concrete weight coating

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh faktor predisposing (pengetahuan, sikap dan kepercayaan), enabling

Hipotesa yang ketiga menyatakan bahwa dari faktor-faktor metode, pelaksanaan serta penerapan materi diduga faktor penerapan materi diklat merupakan faktor