• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN COVER MAJALAH GATRA EDISI ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ( Studi semiotik pemaknaan cover majalah Gatra edisi ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN COVER MAJALAH GATRA EDISI ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” ( Studi semiotik pemaknaan cover majalah Gatra edisi ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” )."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN COVER MAJALAH GATRA EDISI ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ”

( Studi semiotik pemaknaan cover majalah Gatra edisi ” RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI ” )

Skripsi

oleh :

DWI SUYONO

NPM. 0443010128

YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA

(2)

Nama Mahasiswa : Dwi suyono

NPM : 0443010128

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Proposal.

Dosen Pembimbing

Zainal Abidin A.S.sos, Msi, M.Ed NPT. 3 7303 99 0170 1

Mengetahui

Ketua Program Studi

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul

Nabi Allah Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bisa menyelesaikan

Skripsi Penelitan ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas

selesainya Skripsi Penelitian ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu

ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak

datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apbila kita yakin terhadap

kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan

Skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja

maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya. Maka penulis ″wajib″

mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga yang telah mendukung, membimbing

dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil,

serta atas do’a yang tak henti-hentinya beliau haturkan untuk penulis.

2. Ibu Dra.Hj.Suparwati M.Si selaku Dekan FISIP UPN ″Veteran″ Jawa

Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi.

(4)

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi Terima kasih buat semua ilmunya.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman-teman

yang telah membantu dalam pembuatan Skripsi ini, baik dari dukungan,

bimbingan maupun do’anya :

1. Karin makasih buat dukunganmu yang selalu ingatkan buat maju terus dan

kamulah inspirasi penulis dalam pembuatan Skripsi ini.

2. Teman satu perjuangan saat kuliah yang telah memberi semangat untuk

menyelesaikan Skripsi penelitian ini Dandy, Firmansyah(Soak), Yan

bernard, Freddy, Mika, Bertha, pakdhe & Kenshi.

3. Saudara saudara ku x-phose sorry tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

yang selama ini trus mendukung, matur suwun rek...

4. Teman-teman rumah Ardi, Haris, Eris, Yayan

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan Skripsi penelitan ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun. Terima Kasih.

Surabaya, Oktober 2010

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi. Sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128).

(6)

lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat dibaca berulang kali.

Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan banyak faktor-faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang menggunakan media untuk mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu. Media cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah berbentuk seperti buku yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lama.

(7)

 

Aktualisasi surat kabar menunjukkan waktu, tetapi ia dapat menunjukkan kehangatan kejadian atau permasalahan. Setiap orang pasti secepatnya ingin tahu kejadian atau permasalahan karena saat ini lingkungan berubah secara cepat sehingga orang memerlukan pengetahuan tentang perubahan-perubahan tersebut. Dengan kata lain aktualitas menjadi cara lengkap arus kencenderungan ( Oetama, 2001 : 290 ).

Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat ini sangat beraneka ragam seperti majalah anak-anak, remaja, dewasa, olahraga, keluarga, politik, laki-laki dan perempuan. Semakin banyak jumlah majalah yang beredar di masyarakat secara otomatis akan membuat pembaca menjadi selektif dalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka akan informasi dan hiburan.

(8)

memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya.

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca majalah, yang diperhatikan pertama kali adalah sampul, foto dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul atau foto dalam cover majalah tersebut. Cover atau sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya. Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya (Pudjiastuti, 1999:29). Pada sebuah cover atau sampul, ilustrasi, gambar atau foto digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang memikat. Foto pada cover efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun akan lebih efektif bila foto tersebut mampu menunjang pesan yang ingin disampaikan. Foto pada sebuah sampul merupakan komunikasi visual sebagai sistem pemenuhan kebutuhan manusia dibidang komunikasi visual.

(9)

 

Foto adalah menggambar dengan sinar/cahaya, menggambar disini tidak sekedar memindahkan sebuah bentuk yang sebenarnya ke film atau foto, seperti yang kita lihat. Tetapi kita mendokumentasikan momen, situasi, bentuk untuk diabadikan dalam film dan kemudian dipindahkan ke kertas foto dan juga kertas media cetak. Namun perkembanganya sangatlah cepat bahkan kini kita sudah memasuki fotografi digital. Dengan fotografi digital, teori-teori fotografi lama masih banyak yang berlaku. Cara pemoteretan dan teori pencahayaan tidaklah berubah. Yang berubah hanyalah prosesnya ( Baharun; 1999 : 73 )

Sudah menjadi kenyataan bahwa pesan yang disampaikan oleh media massa cenderung diyakini benar. Keyakinan ini akan bertambah bila pesan itu disertai dengan data visual. Dari ungkapan ini terlihat bahwa data visual seperti fotografi, diagram, table dan sebagainya akan menambah “kebenaran” sebuah pernyataan. Bahkan dalam kenyataannya, fotografi sebagai pesan visual dapat berdiri sendiri menjadi sebuah informasi yang akurat sejajar dengan pesan serta pernyatan dengan media tulis.

(10)

Untuk mencapai hasil yang efektif sering kita jumpai norma-norma artistik yang dilanggar atau dikorbankan, begitu pula hal-hal teknis yang dimanipulasi sedemikian rupa untuk mencapai hasil, pengaruh, efek yang maksimal. Tidak jarang kita jumpai foto yang sengaja dibuat tanpa ada bagian-bagian yang tajam dan terang atau semuanya kabur, remang-remang, suram untuk mengutarakan misalnya kemuraman satu misteri dan itu disebut sebagai seni fotografi.

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan membentuk suasana emosional, karena foto lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, foto merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar atau foto dalam cover sangat berpengaruh. Karena lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. foto mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Symbol atau tanda pada sebuah ilustrasi mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang mesti diungkap.

(11)

 

Bermula dari perancangan grafis berkembang menjadi desain visual yang memanfaatkan daya dukung foto sebagai lambang visual. Lambang visual memiliki karakteristik khas untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatnya dan dapat mengefektifkan pesan komunikasi yang terdapat didalamnya.

Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti di ungkap maksud dan artinya.

Peneliti tertarik untuk mengungkapkan makna-makna yang terdapat pada ilustrasi foto sampul depan majalah Gatra edisi 22-28 Juli 2010. Majalah Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan di Indonesia sejak 1994. Banyak anggota majalah Tempo yang baru saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota pendiri majalah ini. Didirikan oleh orang yang dekat dengan rezim orde baru, Bob Hasan, majalah ini dikenal propemerintah saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa. Majalah Gatra terbit mingguan dan dikenal sebagai majalah yang berbau politik.

(12)

Tapi kali ini, isu rapor merah hasil evaluasi tengah tahun yang dilansirkan Kuntoro usai sidang kabinet 8 Juli lalu memicu kegaduhan politik tersendiri. Satu dari tiga program yang diumumkan ”tidak mencapai sasaran” di bawah tanggung jawab patrialis akbar,Menteri Hukum dan HAM, yang kader PAN. Berupa program pembangunan lembaga pemasyarakatan.

Kuntoro hanya menyebut program tanpa menyebut kementerian penanggung jawab. Satu program lagi yang dinyatakan tidak mencapai sasaran adalah pembentukan Badan Nasional Pengelola Daerah Perbatasan yang awal nya disebut banyak media sebagai tanggung jawab Menko Polhukham, Joka Suyanto, mantan Wakil ketua tim kampanye SBY-Boediono. Satu program Merah lagi yang dilansir adalah penyusunan RUU Pengadaan barang dan jasa tanggung jawab lembaga non Departemen dibawah Presiden.

Suasana memanas setelah Ketua DPP Golkar, Priyo Budi Santoso, mendorong agar evaluasi ini dijadikan sebagai pijakan perombakan kabinet. ”Kalau memang jeblok, saya kira mestinya presiden bisa menindaklanjuti evalusai sampai reshuffle”, kata Priyo kepada pers di gedung MPR/DPR-RI,Jakarta,senin pekan lalu. Ia kembali menegaskan sikapnya seusai bertemu presiden saat rapat konsultasi dengan pimpinan DPR di Istana Negara, Rabu 14 Juli.

(13)

 

menggunakannya. Selain itu, juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti cover karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Sehingga dapat diungkapkan pesan yang terkandung dalam Cover Majalah Gatra ”Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana makna gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010

1.3 Tujuan penelitian

(14)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai. gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010

1.4.2. Kegunaan Praktis

Untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca majalah mengenai makna dari cover.

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali, 1995 : 99).

2.1.2 Majalah

(16)

terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni.

b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

2.1.3 Ilustrasi Cover Majalah

(17)

13 

 

gambar, desain atau diagram untuk penghias halaman sampul. Sesuai pengertian diatas bahwa ilustrasi cover majalah adalah sebuah gambar atau lukisan dan tulisan-tulisan yang dipergunakan untuk menghias, sekaligus sebagai media untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari penulis akan suatu fenomena kehidupan.

Ilustrasi yang ada pada cover majalah mempunyai maksud tertentu yang ditujukan kepada khalayak umum agar dapat memahami pesan pada setiap tanda dan lambang yang ada. Gambar adalah lambang lain yang digunakan dalam berkomunikasi non verbal, gambar dapat digunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau visual yang didalamnya terdapat struktur rupa seperti garis, warna dan komposisi. Keberadaanya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal. ia dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan dan ucapan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna mengefektifkan komunikasi (www.puslit.petra.ac.id/journals/design) Ilustrasi adalah hasil visualisaasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk (wikipedia.org/wiki/ilustrasi).

Ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu objek dengan tujuan :

(18)

3. menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil

4. memperjelas komentar, biasanya komentar editorial berbentuk kartun atau karikatur

5. menggambarkan sesuatu secara rinci 6. memperjelas suatu artikel

7. membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan tersebut dibuat. (Kusmiati, 1999:45) Umumnya informasi bergambar lebih disukai dibanding informasi tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Sebuah gambar bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama dari ribuan kata, juga secara individual mampu untuk memikat perhatian (Kusmiati, 1999:36). Gambar berdiri sendiri, memiliki symbol yang mudah dipahami dan merupakan symbol yang jelas dan mudah dikenal.

(19)

15 

 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa ilustrasi cover atau sampul majalah adalah sebuah gambar, baik berupa foto atau lukisan, dan tulisan-tulisan yang dipergunakan untuk menghias sebuah cover majalah.

2.1.4 Ilustrasi sebagai Proses Komunikasi

Ilustrasi merupakan “symbolic speech”, artinya penyampaian pesan yang terdapat dalam sebuah ilustrasi tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa symbol. Simbol-simbol pada tanda tersebut merupakan symbol yang disertai makna (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima) (Van Zoest, 1999 : 3 ).

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainnya ynag secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal kemampuan “menterjemahkan” pikiran seseorang. Dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang (symbol). (Effendy, 2003:11-12)

(20)

Dean Barnlund dalam ( Nimmo, 1989 : 7 ) mengatakan bahwa Komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan dan bukan sesuatu yang diterima. Jadi komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu juga bukan interaksi dengan sesuatu melainkan suatu transaksi yang di dalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan.

Berawal dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ilustrasi adalah sebuah proses komunikasi karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam iustrasi tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam ilustrasi adalah bahasa simbol yang berupa kata-kata, gambar, grafik, dan sebagainya. Selain sebagai hiasan, ilustrasi digunakan media untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari penulis akan suatu fenomena kehidupan.

Tujuan ilustrasi adalah menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan lebih mudah dicerna. Berikut ini adalah fungsi dari ilustrasi :

1. memberikan bayangan setiap karakter di dalam setiap cerita

2. memberikan bayangan yang digunakan di dalam tulisan ilmiah, memberikan bayangan langkah kerja

3. mengkomunikasikan cerita

(21)

17 

 

5. memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan 2.1.5 Komunikasi Politik

Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang berrtukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol, gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak. Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial, terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan peran komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula di tolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam Marliani, 2004 : 13).

2.1.6 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik

Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum, konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).

(22)

yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut. Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.7 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

(23)

19 

 

Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004 : 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125) sebagai berikut : 1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan

pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

(24)

3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

(25)

21 

 

2.1.8 Pemaknaan Warna

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 : 25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

(26)

transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 : 376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya “periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye.

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan independent.

3. Kuning.

(27)

23 

 

golongan warna yamg mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Merah Muda.

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.

5. Biru.

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme, persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan namunjuga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

6. Abu-abu.

(28)

7. Putih.

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

8. Hitam.

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10. Ungu/Jingga.

Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.

11.Cokelat

(29)

25 

 

energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan.

2.1.9 Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burunng dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun secara non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan.

Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalm bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida (dalam Kurniawan, 2008 : 34), mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa, “there is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau

(30)

Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang dapat dimanfaatkan dalam senirupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti garis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya.

Tanda-tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan seperti objek manusia, bintang, alam, imajinasi atau hal-hal yang abstrak lainnya. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media antara perupa (seniman) dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis-simbolis-bercerita (story telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalanya.

Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antara lain:

1. Sign atau tanda itu sendiri

(31)

27 

 

dipahami sebagai konstruksi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah menciptakannya.

2. Codesi atau kode

Sebuah sitem yng terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka.

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Pierce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

2.1.10 Semiotika Charles S. Pierce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004 : 83). Bagi Pierce tanda “ is something which stands to somebody for something in some respect or capacity “. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna

(32)

representamen ) selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan

interpretant (Sobur, 2004 : 41).

Sementara itu interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008 : 37).

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvesi.

Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.

(33)

29 

 

Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut ini : (Fieske dalam Sobur, 2001 : 85).

Sign

Interpretant Object

Gambar. 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.

Icon

Indeks Simbol

Gambar. 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce 2.2 Kerangka Berpikir

(34)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemahaman terhadap tanda dan lambang pada cover majalah Gatra. Tanda-tanda yang ada pada setiap penggambaran cover secara keseluruhan tersebut dikaji berdasarkan teori. Teori-teori yang dimaksud diantaranya adalah komunikasi non verbal, pemanfaatan warna dan penjelasan mengenai ilustrasi yang digunakan.

Berdasarkan landasan teori tersebut bisa diketahui bahwa untuk memahami makna pesan dari cover majalah gatra, maka peneliti menggunakan metode semiotik dari Charles S. Pierce, yaitu teori tentang segitiga makna.Yang terdiri dari tanda, objek dan interpretan. Tanda merujuk pada sesuatu yang dirujuk sementara interpretan adalah tanda dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda. Dengan metode tersebut, maka dapat diperoleh hasil suatu interpretasi mengenai penggambaran ilustrasi cover majalah Gatra.Adapun bagan dari kerangka berpikir, sebagai berikut :

  Metode semiotik menurut Charles S. Pierce ada tiga kategori, yaitu : Cover Majalah

Ikon : Foto pada cover majalah,

gambar tangan memegang kartu. Interpretasi Index : tulisan yang terdapat pada

Cover, Bentuk gerakan tangan.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitan ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moelong, 2002 : 33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif-interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

(36)

pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.

Dalam penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004 : 15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang gambar dalam cover. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, dimana peneliti berusaha untuk mengetahui pemaknaan gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010.

3.2 Korpus

Korpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun taraf waktu (Kurniawan 2001 : 70).

(37)

33 

 

wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatife.

Sedangkan korpus pada penelitian kualitatif ini adalah gambar atau ilustrasi pada cover majalah Gatra dengan judul “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI”.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Keseluruhan tanda dan lambang berupa gambar, tulisan dan warna yang menjadi latar belakang dalam ilustrasi sampul depan majalah Gatra, yang kemudian di interpretasikan dengan menggunakan metode Charles Sanders Pierce yang terdiri atas ikon, indeks, symbol.

3.3.1 Ikon (icon)

Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. (Sobur, 2001 : 41). Dengan kata lain tanda memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Apabila pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” ditunjukan pada :

1. Foto atau gambar para menteri anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II.

(38)

3.3.2 Indeks (index)

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004 : 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti. Pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” ditunjukan pada :

1. semua tulisan yang terdapat dalam ilustrasi sampul / cover.

2. Posisi tangan yang memegang kartu merah.

3.3.3 Simbol (symbol)

Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004 : 42). Pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” ditunjukan pada :

1. Semua warna yang ada pada cover majalah Gatra.

2. Kartu berwarna merah

3. Lambang burung Garuda pancasila pada kartu merah.

4. Iklan salah satu produk rokok yang berada dibawah pojok kanan pada cover majalah.

(39)

35 

 

MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” dapat dilihat mana sebagai ikon, mana sebagai indeks dan mana sebagai simbol. Hal tersebut hanya sebatas subjektifitas peneliti, bukan menjadi sesuatu yang mutlak, karena hal ini kembali lagi kepada sudut pandang khalayak yang memaknai Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” di atas, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melakukan pengamatan secara langsung gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui penggunaan bahan dokumenter seperti majalah, studi keperpustakaan, bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010.

3.5 Teknik Analisis Data

(40)

data dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan model semiotik dari Charles Sanders Pierce, yaitu sistem tanda (sign) dalam karikatur yang dijadikan korpus (sample) dalam penelitian, dikategorikan kedalam tanda dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Pierce terbagi kedalam tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol).

Dengan studi semiotik penelitian dapat memakai gambar dan pesan yang terdapat dalam Gambar atau foto “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap gambar ini. Gambar atau foto “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” akan diinterpretasikan dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran, untuk mengetahui makna yang ada dalam gambar tersebut.

Untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Pierce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010.

Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam gambar atau

foto pada cover, peneliti mengamati signs atau system tanda yang tampak dalam

(41)

37 

 

1. Obyek

Adalah gambar atau foto itu sendiri. Obyek dalam penelitian ini adalah gambar pada Cover Majalah GATRA “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” Majalah GATRA edisi 22-28 JULI 2010.

2. Sign

Adalah segala sesuatu yang ada dalam gambar cover tersebut. Sign dalam penelitian ini adalah tangan yang memegang kartu merah dan kartu merah itu sendiri dengan disertai gambar burung Garuda pancasila yang berada di tengah-tengah kartu merah.

3. Interpretant

Adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk

sebuah tanda. Interpretant dalam penelitian ini adalah hasil interpretasi dari

peneliti.

Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

1. Ikon (Icon)

(42)

anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II serta Gambar tangan yang memegang kartu merah.

2. Indeks (Index)

Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam cover majalah gatra ini adalah semua tulisan yang terdapat pada cover depan majalah gatra, bentuk tangan yang memegang kartu berwarna merah. 3. Simbol (Symbol)

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Pemaknaan Cover Majalah Gatra “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI”

Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” yang menjadi objek penelitian ini dimuat pada cover majalah Gatra edisi 22-28 Juli 2010. Ilustrasi ini mengangkat masalah evaluasi 100 hari pemerintahan kabinet Indonesia bersatu jilid II dengan Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Dimana dalam ilustrasi cover majalah ini mengilustrasikan para menteri atau anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dengan menggunakan tanda berupa Foto, berikut dengan gambar kartu merah, isyarat tangan dan atribut-atribut lain sebagai pendukung kejelasan cover pada majalah tersebut.

(44)

Akbar, Menteri Hukum dan HAM yang menjadi kader PAN. Satu program “merah” lagi yang dilansir adalah penyusunan RUU Pengadaan barang dan Jasa, tanggung jawab lembaga non departemen di bawah Presiden.

Suasana memanas setelah Ketua DPP Golkar, Priyo Budi Santoso mendorong agar evaluasi ini dijadikan sebagai pijakan perombakan kabinet. Sikap petinggi Golkar itu makin membuat panas para elite PAN yang kadernya kena nilai merah, apalagi di Internasional koalisi terjadi rivalitas tersembunyi antara Umum PAN, Hatta rajasa selaku mantan “koordinator koalisi” dan Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie, yang baru diangkat sebagai Ketua Harian setgab koalisi.

Keresahan juga melanda PKS, Menkominfo Tifatul Sembiring mantan Presiden PKS juga menerima rapor merah. Tapi nilai Tifatul tidak muncul dalam jumpa pers Kuntoro. Tifatul sendiri yang menjelaskan catatan merahnya karena program e-pendidikan di Yogyakarta belum terwujud lantaran dana bantuan Jepang belum turun. Wakil Sekjen PKS bidang media, Mahfudz Siddiq mengkritik penjelasan UKP4 ke publik yang hanya setengah-setengah tidak komprehensif. Opini yang dibangun tentang rapor merah itu seolah menggeneralisasi kinerja kementerian secara keseluruhan.

(45)

41

4.1.2 Majalah Gatra

Majalah Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan di Indonesia sejak 1994. Banyak anggota majalah Tempo yang baru saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota pendiri majalah ini. Didirikan oleh orang yang dekat dengan rezim orde baru, Bob Hasan, majalah ini dikenal propemerintah saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa. Majalah Gatra terbit mingguan dan dikenal sebagai majalah yang berbau politik. Meski berbau politik isi majalah Gatra beraneka ragam, mulai dari ekonomu, kisah nyata, musik hingga peristiwa-peristiwa terbaru.

Berikut ini adalah susunan dari majalah gatra : 1. Laporan utama

Tentang peristiwa terkini dan dijadikan pokok bahasan utama. 2. Laporan khusus

Tentang berita yang diliput secara khusus atau investigasi. 3. Surat pembaca

Surat yang ditujukan kepada redaksi gatra dari pembaca. 4. Ekonomi

Membahasi tentang perbankan. 5. Hukum

Membahas hukum yang berlaku di masa sekarang atau permasalahan yang sedang terjadi dikaitkan dengan hukum yang berlaku.

6. Film

(46)

7. Kesehatan

Membahas tentang medis dan berita yang menyangkut tentang kesehatan. 8. Media

Infotainment, hiburan, gossip selebriti 9. Buku

Memuat tentang ulasan buku terbaru, terlaris, serta judul buku. 10.Internasional

Membahas tentang peristiwa yang terjadi di luar negeri. 11.Nasional

Membahas tentang peristiwa yang terjadi di dalam negeri 12.Agama

Membahas permasalahan yang beredar mengenai keagamaan, seperti arah kiblat yang bergeser, dan lain sebagainya.

13.Olah raga

Memuat tentang berita para atlit juga info tentang komunitas pecinta olah raga.

14.Musik

Profil seorang musisi dalam dan luar negeri.

(47)

43

Kantor Gatra berada di Jakarta, dengan adanya web atau situs tersebut akan memudahkan Gatra berkomunikasi dengan khalayak di manapun berada.

4.2 Penyajian data

Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada majalah Gatra mengenai pemaknaan Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” maka akan disajikan data-data yang didapat dari gambar dan warna yang dimuat pada Cover majalah Gatra edisi 22-28 Juli 2010. Data-data yang dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda-tanda yang spesifik akan dipilah-pilah dan disesuaikan dengan materi yang tersedia. Tanda tersebut berupa, tanda (gambar, warna, prilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian. Pengkategorian tanda pada ilustrasi ini berdasarkan landasan teori Semiotika Charles Sanders Pierce dimana untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pemaknaan Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” pada Cover majalah Gatra edisi 22-28 Juli 2010.

Pierce membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol. Untuk mengungkap makna serta pesan yang disampaikan dalam penggambaran ilustrasi tersebut, sistem tanda dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda pierce.

Dalam pendekatan Semiotik Pierce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda (sign), Objek (object), Interpretan (Interpretant).

(48)

2010 yang dijadikan korpus (sample terbatas) dengan menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model Semiotik Pierce yang membagi tanda tersebut atas tiga kategori, yaitu : ikon, indeks dan simbol, sehingga akan diperoleh interpretasi dari Ilustrasi melalui kategori tanda tersebut.

Ikon, dalam tampilan Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” adalah Foto atau gambar para menteri anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang berbaris dengan posisi tegap di tangga istana Negara dengan menggunakan pakaian jas berwarna hitam serta kemeja dan dasi yang terpasang pada leher kemeja dengan memakai kopiah berwarna hitam dan pada wanita menggunakan pakaian kebaya berwarna putih serta gambar tangan yang memegang kartu berwarna merah dan tampak sangat jelas bahwa tangan kanan yang memegang kartu tersebut dengan terlihat jari telunjuk, tengah, dan jari kelingking.

Indeks, dalam tampilan Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” adalah semua tulisan yang terdapat dalam ilustrasi sampul / cover seperti nama dari majalah tersebut yaitu Gatra yang tertulis besar dan jelas, judul pada cover majalah yaitu Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi yang ditulis dengan huruf yang lebih besar dari pada judul berita lainnya, hal ini menunjukkan bahwa berita itu menjadi laporan utama pada edisi 22-28 Juli 2010, Juga posisi tangan yang memegang kartu merah yang seolah-olah akan diberikan kepada para menteri, dan bayangan pada kartu yang mengarah ke para menteri.

(49)

45

seperti warna pada judul berita, gradasi warna antara putih, coklat, dan hitam. Kartu berwarna merah, Lambang burung Garuda pancasila yang menjadi simbol bangsa Indonesia pada kartu merah, dan Iklan salah satu produk rokok yang berada dibawah pojok kanan pada cover juga barcode yang terdapat pada bawah sisi sebelah kiri.

Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” yang terdapat pada cover majalah Gatra jika digambarkan dalam model Semiotik Pierce adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Gambar Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI”

dalam kategori tanda Pierce

Ikon

Foto atau gambar para menteri anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang berbaris dengan posisi tegap di tangga istana Negara dengan menggunakan pakaian jas berwarna hitam serta kemeja dan dasi yang terpasang pada leher kemeja dengan memakai kopiah serta gambar tangan yang memegang kartu berwarna merah.

Indeks Simbol

Tulisan Gatra, Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi, Delapan kandidat Kapolri baru, Listrik naik industri panik, posisi tangan yang memegang kartu merah, serta bayangan dari tangan dan kartu tersebut

(50)

Gambar diatas merupakan gambar interpretasi yang dilakukan terhadap ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” pada cover / sampul majalah Gatra tersebut. Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” merupakan suatu bentuk sistem yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yang ada di dalam ilustrasi tersebut. Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini

4.3 Analisis Pemaknaan Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI”

Menurut Pierce, sebuah tanda itu adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau keputusan. Dalam pendekatan Semiotik model Charles Sanders Pierce, diperlukan adanya model analisis, yaitu tanda (sign), objek (object) dan interpretan (interpretant). Menurut Pierce salah bentuk tanda adalah kata, karena tanda itu sendiri adalah pencitraan indrawi yang menampilkan pengertian dari objek yang dimaksudkan, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

(51)

47

dalam ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI” berdasarkan model Semiotik Pierce tersebut di atas.

4.3.1 Ikon

Dilihat dari ilustrasi cover majalah Gatra edisi Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi adalah Foto atau gambar para menteri anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang berbaris dengan posisi tegap di tangga istana Negara dengan menggunakan pakaian jas berwarna hitam serta kemeja dan dasi yang terpasang pada leher kemeja dengan memakai kopiah berwarna hitam dan pada wanita menggunakan pakaian kebaya berwarna putih serta gambar tangan yang memegang kartu berwarna merah.

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih dari gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia.

(52)

Posisi tubuh dan raut wajah pada para menteri, yaitu badan tegak dengan tangan mengepal dan kepala menghadap kedepan berbaris sesuai dengan kedudukan pada tangga depan istana Negara. Berbaris artinya berderet (berjajar) dengan teratur (KBBI, 1990: 81). Tangga sendiri mempunyai arti yaitu tumpuan untuk naik turun yang terbuat dari kayu, papan, batu, dsb yang bersusun berlenggek-lenggek, dan tangga juga mempunyai fungsi untuk tumpuan memanjat bertingkat-tingkat atau tingkatan (KBBI, 1990:897). Kemudian raut wajah tersenyum yang menunjukkan bahwa para Menteri itu sedang senang dengan tatapan mata yang mengikuti arah kepala mempunyai ekspresi bahwa dari para Menteri itu adalah “murni”, karena merupakan keadaan emosional kebahagiaan dan diartikan sebagai seorang politisi yang memiliki ketegasan dalam memberi bukti bukan janji dan semangat untuk optimis dalam meraih kesuksesan.

Sebagian orang berpendapat bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia seorang yang sederhana, religius, modern atau berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti juga rumah, kendaraan dan perhiasan digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan pemakainya (Mulyana, 2001: 347).

(53)

49

menunjukkan bahwa para menteri tersebut termasuk golongan modern yang mempunyai maksud bahwa para menteri tersebut merupakan seseorang yang tegas dan tidak dapat diremehkan. Sedangkan kopiah adalah perlengkapan orang muslim yang biasa digunakan untuk beribadah. Warna hitam pada jas dan kopiah tersebut mempunyai sifat power, kecanggihan, formalitas, kekayaan dan juga harga diri. Sedangkan pada sosok perempuan dalam ilustrasi tersebut adalah dengan kebaya berwarna putih. Kebaya adalah pakaian tradisional adat jawa yang biasanya dipakai pada acara-acara tertentu, Sedangkan warna Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, persatuan.

(54)

4.3.2 Indeks

Indeks adalah tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan dengan ciri acuannya yang bersifat kausal atau tanda yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya yang muncul berdasarkan hubungan sebab akibat. Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata, maka setiap bentuk tulisan yang terdapat di dalam cover majalah tersebut dapat berfungsi sebagai petanda yang mengisyaratkan penandanya yaitu Ilustrasi Cover majalah Gatra. Indeks yang terdapat pada cover majalah Gatra adalah semua tulisan yang terdapat dalam ilustrasi sampul / cover, Posisi tangan yang memegang kartu berwarna merah serta bayangan pada kartu yang mengarah pada menteri.

Tulisan “RAPOR MERAH BIKIN GERAH POLITISI” lebih besar bila dibandingkan dengan tulisan judul berita lainnya, seperti Delapan kandidat Kapolri baru pada pojok atas kiri dan listrik naik industri panik terdapat pada pojok kanan atas. Berarti laporan utama majalah Gatra tersebut adalah Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi hal ini mengartikan bahwa majalah Gatra membahas tentang penilaian kerja para menteri. Ini menunjukkan bahwa terdapat suatu pesan yang lebih menarik untuk disampaikan. Karena selama ini, masyarakat beranggapan bahwa hasil program kerja para menteri belum ada yang maksimal.

(55)

51

tulisan Gatra merupakan nama dari majalah tersebut yang pada setiap edisi selalu dimunculkan.

Terdapat juga tulisan pada salah satu iklan rokok clas mild yang terpasang pada cover majalah Gatra tersebut yaitu Talk Less Do More yang mempunyai arti sedikit bicara banyak berbuat, hal ini berkaitan dengan cover majalah Gatra yang membahas tentang kinerja para menteri saat ini yang hanya banyak bicara tetapi tidak kelihatan hasil kinerja nya, hal ini di harapkan dengan terpasang nya iklan clas mild akan bisa memberikan sedikit sindiran untuk para politisi.

Posisi tangan yang memegang kartu merah dengan tangan kanan yang seolah-olah ingin memberikan kartu tersebut kepada para menteri sebagai peringatan keras bahwa para menteri tersebut telah menyalahi aturan atau melakukan kesalahan yang fatal. Sedangkan Bayangan kartu merah yang terdapat pada ilustrasi Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi berada tepat antara objek yaitu para menteri dan tangan yang memegang kartu merah, hal ini menunjukkan bahwa kartu merah tersebut akan ditujukan dan diberikan kepada para menteri sebagai pemberitahuan atau peringatan keras.

4.3.3 Simbol

(56)

majalah Gatra, Kartu yang berwarna merah, lambang burung Garuda pancasila pada kartu merah, iklan salah satu produk rokok yang berada dibawah pojok kanan pada cover majalah dan juga barcode pada cover majalah.

(57)

53

Semua warna yang terdapat pada cover majalah termasuk dalam klasifikasi tanda dicent symbol atau proporsion, karena warna-warna yang ada dalam cover tersebut merupakan tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Klasifikasi warna mempunyai arti yang mungkin sudah melekat dibenak masyarakat, sehingga apabila kita mendengar atau mengucapkan salah satu warna maka interpretasi kita adalah arti dari warna yang bersifat umum. Misalnya ketika kita menyebut warna biru, pasti dalam pikiran kita warna biru diasumsikan dengan warna yang mempunyai arti damai dan menenangkan.

Menggunakan warna merah pada kata “MERAH” yang terdapat pada tulisan Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi, hal ini menggambarkan Merah merupakan warna power, energi, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung. Pada bagian atas kiri terdapat tulisan judul berita Delapan kandidat Kapolri baru yang mempunyai perpaduan warna antara kuning dan merah. Warna kuning Erat dengan pencerahan dan intelektualitas. Sifatnya menstimulasi otak optimisme, akal, dan ketegasan. Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan (http://www.indospiritual.com). Penggunaan warna merah pada background tulisan bersifat universal karena berfungsi sebagai symbol atau tanda yang memperkuat aura kekuatan atau kekuasaan pada judul tulisan tersebut.

(58)

kecanggihan, ketakutan, kesedihan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan. Sedangkan warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Terdapat juga warna putih pada bagian cover majalah gatra dan warna Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, netral dan fleksibel. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja para menteri sudah menunjukkna sesuatu yang negative yang membikin marah dan menjatuhkan harga diri, tetapi dengan keadaan seperti itu mereka masih bisa merasa kuat, memiliki komitmen dan kepercayaan didalam pemerintahan.

4.4 Makna keseluruhan Ilustrasi Cover majalah Gatra edisi Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi dalam Model Triangle of Meaning Pierce

(59)

55

Merah Menteri Bikin Gerah Politisi. Secara keseluruhan dengan menghubungkan antara tanda dan acuan tanda dalam model kategori pierce, yaitu : ikon, indeks, simbol. Hasil dari interpretasi merupakan hasil yang diserap peneliti.

Pemilihan Ilustrasi cover majalah Gatra edisi Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi menjadi pertimbangan sendiri bagi pihak peneliti, karena pada ilustrasi ini menunjukkan bahwa sistem kerja pemerintahan pada kabinet Indonesia bersatu jilid II sungguh sangat mengecewakan, sehingga Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) memberikan rapor merah kepada para menteri hal ini dikarenakan UKP4 merasa gerah dengan kinerja para menteri kabinet Indonesia bersatu jilid II yang belum juga menyelesaikan pekerjaannya.

Sehingga menandakan bahwa pesan yang ingin disampaikan melalui ilustrasi ini adalah teguran kepada para menteri kabinet Indonesia bersatu jilid II yang sekarang mempunyai kekuasaan didalam kebinet tidak seharusnya mengabaikan tugas yang diemban dan diperintahkan oleh kepala Negara. Rakyat akan bisa menilai dengan sendirinya kinerja para menteri anggota kabinet Indonesia Bersatu jilid II didalam pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan melihat hasil kerja para menteri sesuai dengan misi dan visi pemerintah yang menjadi harapan rakyat atau bangsa Indonesia.

(60)

beserta kopiah dengan posisi tubuh para menteri yaitu badan tegak dengan tangan mengepal dan kepala menghadap kedepan yang seakan – akan siap menerima segala sesuatu keputusan. Foto yang terlihat pada cover majalah Gatra edisi Rapor Merah Menteri Bikin Gerah Politisi sebenarnya adalah foto asli yang diambil oleh wartawan pada saat para menteri kabinet Indonesia bersatu jilid II berbaris didepan Istana Negara, Karena foto tersebut dijadikan cover atau sampul depan pada majalah Gatra maka foto tersebut dibuat ilustrasi agar tidak tampak jelas seperti meyerupai foto aslinya dengan cara di edit menggunakan photoshop dengan 2 kali proses teknik photoshop yaitu teknik pertama foto akan difilter terlebih dahulu dengan menggunakan filter artistic dan pilih Coutout untuk merubah foto sedikit buram lalu klik ok,teknik kedua setelah foto berubah masuk ke filter lagi pilih Sketch untuk mempertajam foto setelah itu pilih warna terlebih dahulu seperti pada cover berwarna coklat kehitaman pilih halftone pattern, dan hasil foto akan terlihat lebih maksimal.

(61)

57

merupakan warna power, bahaya, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

  Disamping itu pemilihan warna background yaitu warna hitam, putih dan

(62)

Devito, Joseph A, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Penterjemah Agus Maulana, Jakarta : Proffesional Books.

Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Junaedhie, Kurniawan, 1999, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kasali, Renald, 1997. Manajemen Periklanan Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Yogyakarta : Yayasan Indonesia Kusmiati.R, Artini, 1999, Desain Komunikasi Visual, Jakarta : PT. Remaja

Rosdakarya

Masoed, Mohtar, 1999, Krtitik Sosial Dalam Wacana Pembangunan, Yogyakarta : Ull Press

Moleong, Lexi, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 1999, Pengantar Ilmu komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

______________, 2000, Pengantar Ilmu komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

______________, 2001, Pengantar Ilmu komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Panuju, Redi, 2005, Nalar Jurnalistik (Dasar-Dasarnya Jurnalistik), Malang : Bayu Media Publishing

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik Dan Framing, Bandung : PT. Rosdakarya

(63)

__________, 2006, Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Non Buku

Hoetom M.A, 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : PT Mitra Pelajar

Majalah Gatra 22-28 Juli 2010

Firmansyah, 2004, PEMAKNAAN KARIKATUR “POLITIK BBM

YUDHOYONO” majalah Tempo edisi 19-25 Januari 2009 : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Gambar

Gambar. 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce
Gambar 4.1 Ilustrasi “RAPOR MERAH MENTERI BIKIN GERAH POLITISI”

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Hertiningsih (2003) meneliti pengembangan silabus dan materi pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar untuk siswa kelas satu semester I dan

Awal pembatasan pers di masa demokrasi liberal adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi

Dalam penelitian ini keahlian komite audit diukur menggunakan persentase jumlah komite audit dengan keahlian finansial atau akuntansi terhadap jumlah total komite audit

Berdasarkan beberapa masalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah Bagaimana peranan kepemimpinan dalam meningkatkan motivasi

Andi (2007:25), menjelaskan bahwa “ informasi adalah data yang telah dirangkum atau dimanipulasi dalam bentuk lain untuk tujuan pengambilan..

Adapun judul laporan akhir ini adalah “ Pemodelan Karakteristik Motor Dc Shunt, Motor Dc Seri, Dan Motor Dc Kompon Menggunakan Matlab Simulink ” , yang dibuat

Segala puji dan syukur yang tulus dan ikhlas haturkan kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat

Semua teman-teman Fakultas Psikologi Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa selama peneliti dalam masa studi hingga pengerjaan skripsi