• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DATA DAN ANALISA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Pengolahan Data Laboratorium

Pengolahan data di laboratorium berdasarkan acuan yang disebut nilai standard mortar normal. Mortar normal ini dibuat dari komposisi semen : pasir = 1: 4, kemudian dilakukan 6 macam pengetesan dan didapat hasil seperti pada table di bawah ini.

Tabel 4.1. Tabel Nilai Standard Mortar Normal Nilai Standard Mortar Normal

Compressive Test ( 28 days ) > 10 MPa Tensile Test > 0,5 MPa Shrinkage Test < 0,4 mm

Density < 1,93 gr/cm³ Absorption < 9,5%

Isat ( 30 s ) <16,6 ml/m2s

4.1.1. Compressive Strength

Compressive strength didapat dari hasil konversi dial proving ring yang terbaca pada mesin di laboratorium dibanding dengan luasan sampel tersebut.

Hasil dari uji kuat kokoh tekan pada umur 28 hari setelah pengecoran dapat dilihat pada lampiran 3. Kuat kokoh tekan rata-rata dari masing- masing mix design dapat dilihat pada Gambar 4.1.1.

COMPRESSIVE STRENGTH

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

MPa

Gambar 4.1.1. Grafik Compressive Strength

(2)

Kuat kokoh tekan terbesar terdapat pada mix nomor V yaitu sebesar 17,19 MPa, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 1 : 3, dosis superplasticizer 0,4%

dan dosis polypropylene fiber 0,025%, sedangkan kuat kokoh tekan terkecil terdapat pada mix nomor III yaitu sebesar 5,78 MPa, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 5 : 17, dan dosis polypropylene fiber 0,025%. Mix nomor III,IV,VIII,IX,X,XI,XV mempunyai kuat kokoh tekan dibawah nilai standard kuat kokoh tekan mortar normal, sedangkan mix nomor I,II,V,VI,VII,XIII,XIV mempunyai kuat kokoh tekan diatas nilai standard kuat kokoh tekan mortar normal. Umumnya mix nomor I,II,V,VI,XIII,XIV mempunyai nilai kuat kokoh tekan cukup besar karena mengandung dosis superplasticizer 0,4%.

4.1.2. Tensile Strength

Tensile Strength didapat dari hasil konversi dial proving ring yang terbaca pada mesin di laboratorium dibanding dengan luasan bidang kerja pada sample tersebut Hasil dari uji kuat kokoh tarik pada umur 28 hari setelah pengecoran dapat dilihat pada lampiran 3. Kuat kokoh tarik rata-rata dari masing- masing mix design dapat dilihat pada Gambar 4.1.2.

TENSILE STRENGTH

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

MPa

Gambar 4.1.2. Grafik Tensile Strength

Kuat kokoh tarik terbesar terdapat pada mix nomor II yaitu sebesar 1,87 MPa,

yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 5 : 17, dosis superplasticizer 0,4%,

sedangkan kuat kokoh tarik terkecil terdapat pada mix nomor IX yaitu sebesar

0,39 MPa, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 3 : 17, dosis

superplasticizer 0,4% dan dosis polypropylene fiber 0,025%. Mix nomor IX,XVI

mempunyai kuat kokoh tarik dibawah nilai standard kuat kokoh tarik mortar

(3)

normal, sedangkan mix nomor lainnya mempunyai kuat kokoh tarik diatas nilai standard kuat kokoh tarik mortar normal.

4.1.3. Linear Shrinkage

Hasil dari uji linear shrinkage dapat dilihat pada lampiran 3. Linear shrinkage rata-rata dari masing- masing mix design dapat dilihat pada Gambar 4.1.3.

LINEAR SHRINKAGE

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

mm

Gambar 4.1.3. Grafik Linear Shrinkage

Linear shrinkage atau penyusutan terbesar terdapat pada mix nomor I yaitu sebesar 0,83mm, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 5 : 17, dosis superplasticizer 0,4%, dosis polypropylene fiber 0,025% dan dosis styrene butadiene latex 0,5% sedangkan penyusutan terkecil terdapat pada mix nomor VII yaitu sebesar 0,34 mm, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 1 : 3, dosis polypropylene fiber 0,025% dan dosis styrene butadiene latex 0,5%. Mix nomor VII,XI,XVI mempunyai penyusutan dibawah nilai standard penyusutan mortar normal, sedangkan mix nomor lainnya mempunyai penyusutan diatas nilai standard penyusutan mortar normal.

4.1.4. Density

Density hasil dari berat kering dibanding dengan volume sample tersebut

dapat dilihat pada lampiran 3. Density rata-rata dari masing- masing mix design

dapat dilihat pada Gambar 4.1.4.

(4)

DENSITY

1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

gr/cm3

Gambar 4.1.4. Grafik Density

Density terbesar terdapat pada mix nomor III yaitu sebesar 1,99 gr/cm³, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 5 : 17, dan dosis polypropylene fiber 0,025%, sedangkan density terkecil terdapat pada mix nomor XI yaitu sebesar 1,75 gr/cm³, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 3 : 17, dosis polypropylene fiber 0,025%dan dosis styrene butadiene latex 0,5%. Mix nomor I,IV,VI,VII,X, XI,XIII,XVI mempunyai density dibawah nilai standard density mortar normal, sedangkan mix nomor III,VIII,IX,XII,XIV,XV mempunyai density diatas nilai standard density mortar normal.

4.1.5. Water Absorption

Dari hasil tes yang berupa berat basah dan berat kering, didapatkan water absorption yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Water absorption rata-rata dari masing- masing mix design dapat dilihat pada Gambar 4.1.5.

ABSORPTION

5.00 7.00 9.00 11.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

%

Gambar 4.1.5. Grafik Water Absorption

(5)

Water absorption terbesar terdapat pada mix nomor V yaitu sebesar 9.96%, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 1 : 3, dosis superplasticizer 0,4% dan dosis polypropylene fiber 0,025%, sedangkan water absorption terkecil terdapat pada mix nomor X yaitu sebesar 6,26%, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 3 : 17, dosis superplasticizer 0,4% dan dosis styrene butadiene latex 0,5%.

Mix nomor II,V,VIII,XI mempunyai water absorption diatas nilai standard water absorption mortar normal, sedangkan mix nomor lainnyya mempunyai water absorption dibawah nilai standard water absorption mortar normal.

4.1.6. Initial Surface Absorption

Initial Surface Absorption adalah kecepatan penyerapan air awal oleh permukaan sample,datanya dapat dilihat pada lampiran 3. Initial Surface Absorption rata-rata dari masing- masing mix design dapat dilihat pada Gambar 4.1.6.

Initial Surface Absorption 30 Seconds

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

NO. BENDA UJI

ml / m2 s

Gambar 4.1.6. Grafik Initial Surface Absorption 30 Seconds

Initial Surface Absorption terbesar terdapat pada mix nomor VIII yaitu sebesar

17,25 ml/m².s, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 1 : 3, sedangkan

Initial Surface Absorption terkecil terdapat pada mix nomor XIII yaitu sebesar

3,75 ml/m².s, yang komposisinya terdiri dari semen : pasir = 1 : 5, dosis

superplasticizer 0,4%, dosis polypropylene fiber 0,025% dan dosis styrene

butadiene latex 0,5%. Mix nomor VIII mempunyai Initial Surface Absorption

diatas nilai standard Initial Surface Absorption mortar normal, sedangkan mix

nomor lainnyya mempunyai Initial Surface Absorption dibawah nilai standard

(6)

Initial Surface Absorption mortar normal. Umumnya mix nomor I,IV,VI,VII,X,XI,XIII,XVI mempunyai nilai Initial Surface Absorption yang relatif kecil karena mengandung styrene butadiene latex 0,5%.

4.1.7. Diskusi Hasil Test

Penambahan latex menghasilkan berat volume kering atau density yang rendah, namun meningkatkan permeabilitas/kekedapan air pada mortar. Padahal menurut teori dengan density yang tinggi seharusnya mortar lebih kedap air, karena mortar lebih rapat butirannya. Pada beberapa kasus, penambahan polypropylene fiber pada Mix III dan XV menyebabkan penurunan pada compressive strength.

4.2. Karakterisasi Mortar

Untuk mengkarakterisasi masing- masing komposisi mortar berdasarkan data-data dari hasil tes yang ada dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 4.2.1 Tabel Penalty

Tabel Penalty bertujuan untuk mengetahui komposisi mortar yang paling baik dari 16 komposisi yang ada dalam penelitian ini setelah dibandingkan dengan mortar normalnya. Tabel Penalty ini mengkolaborasikan data–data dari penelitian ini dengan data-data berdasarkan keadaan di lapangan melalui sebuah survey, oleh karena itu Tabel Penalty ini terbuat dari 2 macam tabel yaitu :

a. Tabel Hasil Survey Lapangan

Masing- masing sifat-sifat atau properties mortar yang terdiri dari tes

kokoh kuat tekan (compressive test), tes kokoh kuat tarik (splitting tensile

test), tes penyusutan (linear shrinkage test), tes berat volume kering

(density test), tes penyerapan air (absorption test), dan tes penyerapan

awal permukaan (initial surface absorption test) digolongkan berdasarkan

menurut skala kepentingannya yang didapat dari hasil survey. Survey

yang dilakukan berupa penyebaran quesioner tentang “Sifat-sifat atau

properties mortar normal yang digolongkan berdasarkan skala

kepentingannya” pada 9 responden yang terdiri dari kalangan praktisi di

lapangan (proyek) dan civitas akademis. Data-data yang didapat dibuat

dalam bentuk tabel seperti yang tercantum di bawah ini.

(7)

Tabel 4.2.1.1. Tabel Hasil Survey Prop.

Skala Comp Tensile Shrinkage Density Absorption Isat 30s

1

2 1

3 3 3

4

5 3 1 4 1

6 1 1 1

7 2 1 2 1 1

8 2 5 3 4 2

9 1 2 2 3

10 1 1 2

Tabel hasil survey diatas diolah dengan menggunakan Mean Data sehingga didapat suatu nilai rata-rata yang disebut Penalty Factor seperti pada table di bawah ini.

Tabel 4.2.1.2. Penalty Factor

Comp Tensile Shrinkage Density Absorption Isat 30s Penalty factor 5.1 5.0 8.3 6.4 8.0 8.4

b. Tabel Hasil Penelitian Laboratorium

Pengetesan mortar yang sudah dilaksanakan di dalam laboratorium

dijadik an sebagai input pada table ini. Pengetesan yang dilakukan terdiri

dari 6 macam yaitu tes kokoh kuat tekan (compressive test), tes kokoh

kuat tarik (splitting tensile test), tes penyusutan (linear shrinkage test),

tes berat volume kering (density test), tes penyerapan air (absorption

test), dan yang terakhir adalah tes penyerapan awal permukaan (initial

surface absorption test). Setelah didapat nilai rata-rata dari masing-

masing mix, dihitung deviasinya dengan metode selisih terhadap nilai

standard mortar normal. Sebagai contoh untuk compressive, tensile dan

initial surface absorption pada interval waktu 30 detik, deviasinya

didapat dengan cara nilai compressive, tensile dan initial surface

absorption pada interval waktu 30 detik dari masing- masing mix

dikurangi dengan nilai standard mortar normal, sedangkan untuk

(8)

absorption dan shrinkage deviasinya didapat dengan cara nilai absorption dan shrinkage dari mortar normal dikurangi dengan nilai dari masing- masing mix.

Tabel 4.2.1.3. Tabel Hasil Penelitian Laboratorium dan Deviasinya

Comp Tensile Shrink Density Abs Isat 30 s Mix (MPa) dev

(MPa) dev

(mm) dev

(gr/cm

3

) dev

(%) dev

(ml/m2s) dev 1 11.56 1.56 1.25 0.75 0.83 -0.43 1.89 0.04 8.28 1.22 4.08 12.52 2 16.96 6.96 1.87 1.37 0.49 -0.09 1.93 0.00 9.70 -0.20 8.74 7.86 3 5.78 -4.22 0.76 0.26 0.68 -0.28 1.99 -0.06 8.70 0.80 14.35 2.25 4 7.76 -2.24 0.66 0.16 0.51 -0.11 1.79 0.14 9.11 0.39 6.95 9.65 5 17.19 7.19 0.83 0.33 0.55 -0.15 1.93 0.00 9.96 -0.46 10.77 5.83 6 11.76 1.76 1.35 0.85 0.43 -0.03 1.86 0.07 6.89 2.61 3.80 12.80 7 12.99 2.99 0.85 0.35 0.34 0.06 1.85 0.08 7.70 1.80 6.26 10.34 8 9.04 -0.96 0.52 0.02 0.40 0.00 1.94 -0.01 9.88 -0.38 17.25 -0.65 9 9.74 -0.26 0.39 -0.11 0.45 -0.05 1.95 -0.02 8.46 1.04 12.00 4.60 10 8.56 -1.44 1.03 0.53 0.49 -0.09 1.87 0.06 6.26 3.24 4.00 12.60 11 9.35 -0.65 0.74 0.24 0.36 0.04 1.75 0.18 9.83 -0.33 8.74 7.86 12 10.00 0.00 0.41 -0.09 0.45 -0.05 1.98 -0.05 9.35 0.15 16.07 0.53 13 16.96 6.96 1.22 0.72 0.47 -0.07 1.78 0.15 7.53 1.97 3.75 12.85 14 16.64 6.64 0.87 0.37 0.50 -0.10 1.98 -0.05 8.94 0.56 8.26 8.34 15 6.42 -3.58 0.65 0.15 0.49 -0.09 1.97 -0.04 7.95 1.55 12.07 4.53 16 10.00 0.00 0.48 -0.02 0.37 0.03 1.80 0.13 8.60 0.90 6.72 9.88

Penalty Factor pada Table 4.2.1.3. diberikan pada nilai properties yang terbesar dari 16 mix komposisi mortar yang ada. Yang dapat mengurangi kualitas mortar seperti linear shrinkage, absorption, density, ISAT diberi penalty (+), sementara yang menambah kualitas mortar seperti compressive dan tensile diberi penguragan penalty (-).

Tabel 4.2.1.4. Tabel Penalty Factor dan Nomer Mix

Comp Tensile Shrinkage Density Absorption Isat 30s Penalty factor 5.1 5.0 8.3 6.4 8.0 8.4

Mix No. V II I III V VIII

Nilai 17.19 1.87 0.83 1,99 9.96 17.25

(9)

Setelah itu baru dibuat Tabel Penalty seperti di bawah ini :

Tabel 4.2.1.5. Tabel Penalty

comp tensile shrink dens abs Isat 30s Penalty

5.1 5.0 8.3 6.4 8.0 8.4 total

1 -3.44 -3.35 8.33 6.06 6.65 2.00 16.26 2 -5.04 -5.00 4.97 6.20 7.79 4.28 13.20 3 -1.72 -2.04 6.83 6.40 6.99 7.03 23.49 4 -2.31 -1.77 5.09 5.74 7.31 3.40 17.47 5 -5.11 -2.22 5.58 6.21 8.00 5.27 17.72 6 -3.50 -3.60 4.29 5.99 5.54 1.86 10.58 7 -3.86 -2.27 3.44 5.96 6.19 3.06 12.52 8 -2.69 -1.38 4.03 6.22 7.94 8.44 22.56 9 -2.90 -1.05 4.55 6.27 6.80 5.87 19.54 10 -2.55 -2.75 4.97 6.02 5.03 1.96 12.69 11 -2.78 -1.97 3.60 5.62 7.89 4.28 16.65 12 -2.97 -1.10 4.53 6.35 7.51 7.86 22.18 13 -5.04 -3.26 4.74 5.71 6.05 1.84 10.03 14 -4.95 -2.34 5.07 6.35 7.18 4.04 15.36 15 -1.91 -1.74 4.97 6.35 6.38 5.91 19.96 16 -2.97 -1.29 3.68 5.79 6.91 3.29 15.41

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengurangan penalty terbesar untuk

compressicve strentgh terdapat pada mix nomor V, sedangkan pengurangan

penalty terkecil pada mix nomor III. Pengurangan penalty terbesar untuk tensile

strength terdapat pada mix nomor IX, sedangkan pengurangan penalty terkecil

terdapat pada mix nomor 2. Penalty untuk linear shrinkage tertinggi terdapat pada

mix nomor I, sedangkan penalty terendah terdapat pada mix nomor VII. Penalty

untuk density terendah terdapat pada mix nomor XI, sedangkan penalty tertinggi

terdapat pada mix nomor III. Penalty tertinggi untuk water absorption terdapat

pada mix nomor V, sedangkan penalty terendah terdapat pada mix nomor VI. Dan

penalty untuk Initial Surface Absorption tertinggi terdapat pada mix nomor VIII,

sedangkan penalty terendah terdapat pada mix nomor XIII. Secara keseluruhan

penalty tertinggi terdapat pada mix nomor III dan penalty terendah terdapat pada

mix nomor XIII.

(10)

Compressive Penalty

-6.00 -4.00 -2.00 0.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No. Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.1. Grafik Compressive Penalty

Tensile Penalty

-6.00 -4.00 -2.00 0.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No. Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.2. Grafik Tensile Penalty

Linear Shrinkage Penalty

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No. Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.3. Grafik Linear Srinkage Penalty

Density Penalty

5.60 5.80 6.00 6.20 6.40 6.60

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

No Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.4. Grafik Density Penalty

(11)

Absorption Penalty

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

No. Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.5. Grafik Water Absorption Penalty

Gambar 4.2.1.6. Grafik Initial Surface Absorption 30 Seconds Penalty

Total Penalty

10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No. Sample

Penalty

Gambar 4.2.1.7. Total Penalty

Contoh perhitungan tabel penalty (4.2.1.5) :

Pada Tabel 4.2.1.4. mix nomer XIII memiliki data-data sebagi berikut : Compressive Strength = 16,96 MPa deviasi = 6,96 MPa Tensile Strength = 1,22 MPa deviasi = 0,72 MPa Linear Shrinkage = 0,47 mm deviasi = -0,07 mm Density = 1,78 gr/cm³ deviasi = 0,15 gr/cm³

Absorption = 7,53 % deviasi = 1,97 %

Initial Surface Absorption 30 s = 3,75 ml/m².s deviasi = 12,85 ml/m².s

Isat 30s Penalty

0.00 4.00 8.00 12.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 No. Sample

Penalty

(12)

Compressive Penalty = - ×

 

  19 , 17

96 ,

16 5,1 = -5,04

Tensile Penalty = -  ×

 

 87 , 1

22 ,

1 5,0 = -3,26

Shrinkage Penalty =  ×

 

 83 , 0

47 ,

0 8,3 = 4,74

Density Penalty =  ×

 

 99 , 1

78 ,

1 6,4 = 5,71

Absorption Penalty =  ×

 

 96 , 9

53 ,

7 8 = 6,05

Initial Surface Absorption 30 seconds Penalty =  ×

 

 25 , 17

75 ,

3 8,4 = 1,84

Total = -5,04 –3,26 + 4,74 + 5,71 + 6,05 + 1,84 = 10,04

4.2.2. Cumulative Summation (CuSum) Graph

CuSum Graph bertujuan untuk menunjukkan trend atau kecenderungan dari karakteristik masing- masing mix komposisi mortar, selain itu CuSum Graph ini juga menunjukkan bahwa sampel-sampel dari masing- masing mix itu homogen.

Pada CuSum Graph ini nilai dari masing- masing properties mortar

dikumulatifkan searah bertambahnya dengan urutan nomor sampel sehingga

didapat suatu trend atau kecenderungan berupa titik-titik yang apabila

dihubungkan dengan garis akan semakin merambat naik atau turun secara

kontinyu. Bila terdapat satu atau beberapa titik yang tidak searah dengan arah

rambatan apabila garis dihubungkan melalui titik-titik tersebut artinya ada

satu/beberapa sampel yang nilai properties diluar batas atau disebut juga tidak

homogen. CuSum Graph masing- masing sampel dapat dilihat pada gambar

dibawah ini, sedangkan tabel perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 2.

(13)

Mix I

( Pc +5%, Sand +5%, S.P. 0.4%, Fiber 0.02%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. I

Mix II

( Pc +5%, Sand +5%, S.P. 0.4% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. II

(14)

Mix III

( Pc +5%, Sand +5%, Fiber 0.02% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. III

Mix IV

( Pc +5%, Sand +5%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. IV

(15)

Mix V

( Pc +5%, Sand -5%, S.P. 0.4%, Fiber 0.02% )

-10 10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. V

Mix VI

( Pc +5%, Sand -5%, S.P. 0.4%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. VI

(16)

Mix VII

( Pc +5%, Sand -5%, Fiber 0.02%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. VII

Mix VIII

( Pc +5%, Sand -5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. VIII

(17)

Mix IX

( Pc -5%, Sand +5%, S.P. 0.4%, Fiber 0.02% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. IX

Mix X

( Pc -5%, Sand +5%, S.P. 0.4%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. X

(18)

Mix XI

( Pc -5%, Sand +5%, Fiber 0.02%, Latex 0.5% )

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XI

Mix XII

( Pc -5%, Sand +5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XII

(19)

Mix XIII

( Pc -5%, Sand -5%, S.P. 0.4%, Fiber 0.02%, Latex 0.5%

)

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XIII

Mix XIV

( Pc -5%, Sand -5%, S.P. +0.4% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XIV

(20)

Mix XV

( Pc -5%, Sand -5%, Fiber 0.02% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XV

Mix XVI

( Pc -5%, Sand -5%, Latex 0.5% )

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10

1 2 3 4 5

No. Sample

Units

Comp Test Tensile Test Linear Shrinkage

Density Absorption Isat 30s

Gambar 4.2.2.1 CuSum Graph Mix No. XVI

4.2.3. Coefficient

Coefficient ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perubahan

dosis yang digunakan pada berbagai properties yang ditinjau, sehingga dari

coefficient factor ini dapat ditetapkan dosis yang dapat dilakukan untuk penelitian

selanjutnya.

(21)

Coefficient Factor PC Sand SP Fiber Latex Compression

Coefficient MPa -0.67 -2.66 4.75 -0.09 -0.35 Tensile

Coefficient MPa -0.29 0.04 0.47 -0.06 0.16 Shrinkage

Coefficient mm -0.08 0.09 0.08 0.07 -0.03 Density

Coefficient gr/cm³ -0.01 0.00 0.01 0.00 -0.13 W. Absorption

Coefficient % -0.41 0.28 -0.64 -0.04 -1.09 I.S.A.T. at 30s

Coefficient ml/m²s -0.07 0.76 -4.12 0.03 -6.90

Tabel 4.2.3. Tabel Coefficient

Contohnya pada table diatas diketahui untuk compression cofficient pengaruh penambahan superplasticizer sebanyak 0.4% berakibat pada penambahan compression strength sebesar 4.75 MPa, penambahan latex sebanyak 0.5% berakibat pada pengurangan Initial Surface Absorption sebesar-6.9 ml/m²s.

Coefficient = ∑ of level 2 - ∑ of level 1

8

Gambar

Tabel 4.1. Tabel Nilai Standard Mortar Normal  Nilai Standard Mortar Normal
Gambar 4.1.4. Grafik Density
Tabel 4.2.1.1. Tabel Hasil Survey  Prop.
Tabel 4.2.1.3. Tabel Hasil Penelitian Laboratorium dan Deviasinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2011) Pada dasarnya seseorang yang mempunyai tungkai yang panjang dapat mencapai jarak lompatan yang lebih jauh dibandingkan dengan orang yang mempunya tungkai yang

Yang bertanda tangan di bawah ini saya RIFKI FACHRUROZI, menyatakan bahwa skipsi dengan judul : “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK

Salah satu faktor penyebab banjir adalah perubahan alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan berubah menjadi perumahan dan akan dapat menimbulkan dampak

Mukim atau Kemukiman adalah kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang

Yukl (2009) dalam Agus Priyanto (2013), mendefinisikan kepemimpinan transformasional merupakan pengaruh pemimpin atau atasan terhadap bawahan, di mana bawahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang pendirian Monumen Tugu Perjuangan Wijaya Sakti di Desa Galungan, Sawan,Buleleng; (2) fungsi serta nilai-nilai sejarah

“Setiap program yang digulirkan pemerintah, selalu menimbulkan pro-kontra.Begitu juga Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS (Badan Pengelola

Dipilihnya dua wilayah ini sebagai penerapan IFS dikarenakan wilayah tersebut merupakan lokasi yang cocok digunakan untuk peternakan kambing PE, sebagai peta