• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PADA BMT AGAM MADANI NAGARI PANAMPUANG KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PADA BMT AGAM MADANI NAGARI PANAMPUANG KAB."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PADA BMT AGAM

MADANI NAGARI PANAMPUANG KAB. AGAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perbankan Syariah.

Disusun Oleh:

NADYA FEBRIANI NIM.3316217

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

Tahun 2020 M/ 1441 H

(2)

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nadya Febriani

Nim : 3316.217

Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjung Pinang, 23 Februari 1998 Fakultas/Prodi : FEBI/S1 Perbankan Syariah

Judul Skripsi : “ Analisis Manjemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam.

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul diatas adalah benar hasil karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses secara hukum yang berlaku dengan gelar keserjanaan saya dapat dicabut sampai batas yang telah ditentukan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, juni 2020

NADYA FEBRIANI

NIM. 3316.217

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PADA BMT AGAM MADANI NAGARI PANAMPUANG

KAB. AGAM”, yang disusun oleh NADYA FEBRIANI NIM 3316.217 Jurusan S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi tahun akademik 2020, telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke Sidang Munaqasah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bukittinggi, Juni 2020

Pembimbing

Hj. Zulhelmi, SE., MM NIP.196404222014112001

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi yang berjudul “ ANALISIS MANAJEMEN RISIKO DALAM MENGATASI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PADA BMT AGAM MADANI NAGARI PANAMPUANG KAB. AGAM”, yang disusun oleh NADYA FEBRIANI NIM: 3316.217 telah diujikan Dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Bukittimggi pada hari.... tanggal.... bulan.... tahun 2020, dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana program Strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dengan Program Studi S1 Perbankan Syaraiah

Bukittinggi... ... ... 2020 TIM PENGUJI

Ketua Sidang Sekretaris

Nama Nama

NIP NIP

ANGGOTA

Penguji Utama Penguji Utama

Nama Nama

NIP NIP

Penguji Pendamping Penguji Pendamping

Nama Nama

NIP NIP

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dr. Iiz Izmuddin, MA NIP. 197503032001121007

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab.

Agam”. Kemudian Shalawat atas salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada umat manusia untuk menempuh jalan hidup yang diridhai oleh Allah SWT.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi (IAIN Bukittinggi). Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis dapat menyelesaikannya dengan baik karena adanya dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam hal ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Junaidi dan Ibunda Nuraini, dan saudara saya Dede Irwandi, yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun secara materil, serta telah melimpahkan kasih sayang serta mendoakan disetiap langkah yang penulis lakukan, sehingga penulis bisa berhasil dalam menggapai cita-cita.

(6)

Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta jajaran. .

2. Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta jajaran

3. Ibu Sandra Dewi, S.E, M.M selaku ketua program studi S1 Perbankan Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta jajaran.

4. Bapak Yuwarman Mansur S.E, M.M selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan motivasi serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Hj. Zulhelmi, S.E, M.M selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan penulis dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Bapak/Ibu pegawai perpustakaan yang telah melayani dan menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

8. Pimpinan serta karyawan BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Magang serta dapat melakukan penelitian di BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

9. Sahabat seperjuangan Azizah Safitri, Maryanto, Rahmatul Fitri, Leni Marni, Putri Pertiwi, Yolanda Naera.

10. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya keluarga besar Perbankan Syariah F (PS-F) atas kebersamaan dalam perjuangan menuntut ilmu.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam hal ini penulis berdoa semoga semua usaha berbagai pihak dalam memberikan bantuan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda serta selalu dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan serta saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Juni 2020 Penulis

NADYA FEBRIANI NIM. 3316.217

(8)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN ORSINILITAS HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Penjelasan Judul ... 11

G. Kajian Terdahulu ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko ... 16

2. Jenis Risiko ... 18

3. Mengelola Risiko ... 20

4. Proses Manajemen Risiko ... 22

5. Landasan Syariah Manajemen Risiko ... 24

B. Pembiayaan Bermasalah 1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 27

2. Faktor penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 27

3. Kategori Pembiayaan Bermasalah ... 29

(9)

4. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum KJKS BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam ... 38

B. Hasil Penelitian ... 50

C. Analisis Penulis ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. saran ... 66 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pembiayaan Bermasalah di BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam...8

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab Agam... 45

(12)

ABSTRAK

Skripsi ini disusun oleh Nadya Febriani NIM 3316.217, Program Studi S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam”.

Latar belakang penelitian ini yaitu pada penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT, dimana jumlah pembiayaan bermasalah menurun tiap tahun pada periode 2014-2018. Dalam hal ini, BMT menerapkan Manajemen risiko sehingga dapat mengurangi jumlah pembiayaan bermasalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menganalisis pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan pihak BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi,observasi dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data setelah direduksi dalam bentuk Narasi. Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini adalah Manager BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab.

Agam.

Dari penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa analisis manajemen risiko yang dilakukan dalam meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan adalah dengan cara menetapkan beberapa alternatif dalam mengelola risiko, yaitu dengan cara Menghindari Risiko (Risk Avoidance), Pengendalian Risiko (Risk Control), Penangguhan atau Penahan Risiko (Risk Retention), serta Pengalihan Risiko (Risk Transfer). Dengan alternatif ini, BMT Agam Madani Nagari Panampuang dapat mengelola serta me-manage risiko tersebut secara tepat. Dalam menjalankan manajemen risiko pun BMT Agam Madani Nagari Panampuang berjalan sesuai proses yang sesuai dengan tahapan yang berlaku.

Dalam meminimalisir risiko tersebut, BMT Agam Madani Nagari Panampuang menerapkan prinsip 5C, yang dilakukan untuk menilai kelayakan nasabah dalam menerima pembiayaan. Dengan menggunakan prinsip 5C, BMT Agam Madani Nagari Panampuang dapat mengurangi tingkat risiko yang muncul atas kegiatan pembiayaan.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Perbankan itu sendiri dapat kita artikan sebagai suatu lembaga yang mempunyai peranan utama atas pembangunan suatu negara.

Peran ini terwujud dalam fungsi Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan, yakni suatu lembaga yang menghimpun serta menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk-bentuk lainnya yang dapat digunakan serta dimanfaatkan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan masyarakat.1

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Dari pengertian diatas dapat kita nyatakan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Kegiatan menghimpun serta menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa Bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.2

Pengertian menghimpun dana maksudnya disini adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat

1 Khotibul Umam, Perbankan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hal. 6

2 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: KENCANA, 2011), hal. 29

(14)

luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, serta deposito. Selanjutnya menyalurkan dana disini adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi Bank yang menerapkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi Bank yang menerapkan prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending.3

Menurut ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/8/PBI/2000, Pasal 1, Bank Syariah adalah “Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang Bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah”.

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariat (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.4 Pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, industri perbankan syariah di Indonesia mendapatkan

3 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 12

4Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal 15

(15)

angin segar dan memasuki era baru. Dengan undang-undang dimaksud perbankan syariah bukan hanya sebagai counterpart dari perbankan konvensional, melainkan sebagai perbankan yang mampu memenuhi kebutuhan nasabahnya sesuai dengan kebutuhan riil nasabah yang bersangkutan.5

Selain perbankan syariah, lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah adalah BMT (Baitul Mal Wa Tamwil).

BMT adalah kependekan dari Badan Usaha Mandiri Terpadu atau, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip- prinsip syariah.6 Secara harfiah/lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam, dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyrufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Jadi, dapat ditarik suatu pengertian menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.7

BMT melaksanakan dua jenis kegiatan, yaitu baitul tamwil dan baitul maal. Baitul tamwil bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil- bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang

5 Khotibul Umam, Perbankan Syariah...hal. 203

6 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, (Jakarta:

KENCANA, 2015), hal. 315

7 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 126

(16)

pembiayaan ekonomi. Adapun baitul maal menerima titipan zakat, infaq, dan sedekah, serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

BMT sendiri berstatus hukum koperasi. BMT yang berbadan hukum koperasi dalam melakukan kegiatan usahanya baik berupa menghimpun dana maupun menyalurkannya mengacu pada peraturan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang sempat diubah menjadi UU No. 17 Tahun 2012 tentang Koperasi, namun akhirnya di judical review ke Mahkamah Konstitusi, KEPMEN Nomor 91/Kep/M.

KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

Aturan tersebut kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.

16/Per/M,KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh koperasi. Lalu disempurnakan lagi dengan Peratura Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No.

11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan pembiayaan Syariah. 8

Lembaga BMT berkembang bersamaan dengan perkembangan masyarakat muslim dan perkembangan negara Islam. Dasar hukum dari

8Ahmad Ma’sum, “Kedudukan Baitul Mal Wa Tamwil Dalam Akad Pembiayaan Murabahah di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal PRANATA, Vol. 1, No. 1, September 2018, hal. 24

(17)

keberadaan institusi ini secara normatif adalah adanya anjuran Al-Qur’an untuk menyantuni orang miskin sebagaimana yang disebut dalam Al- Qur’an surat al-Ma’rij (70) ayat 24-25:

◆



⚫◆❑



❑➔➔





⬧☺◆



Artinya: “Dan pada harta-harta mereka terdapat hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak terdapat bagian, dan orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak mempunyai bagian apa-apa (yang tidak mau minta).”9

Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa “Dan orang-orang yang dalam harta mereka ada bagian tertentu” ini diperuntukkan bagi orang- orang yang butuh, yang meminta dan tidak mempunyai apa-apa, tetapi enggan dan malu untuk meminta. Sementara ulama memahami makna haqqun ma’lum/hak tertentu dalam arti zakat karena zakat adalah kewajiban yang telah tertentu kadarnya. Ulama lain memahaminya dalam arti kewajiban yang ditetapkan sendiri oleh yang bersangkutan, selain zakat, dan yang mereka berikan secara sukarela dan jumlah tertentu kepada fakir miskin. Apapun maknanya, yang jelas salah satu sikap terpuji mereka dipahami dari pemberiannya kepada al-mahrum adalah

9Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: KENCANA, 2012) hal. 354

(18)

bahwa mereka berusaha mencari siapa yang butuh lalu memeberinya tanpa diminati.10

Dalam operasional kegiatannya, BMT pada Prinsipnya melaksanakan fungsi dan kegiatan dalam bidang jasa keuangannya, sektor riil dan sosial (ZISWA). Kegiatan dalam aspek keuangan ini berupa kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat.

Dalam sektor riil, pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan didalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan. Sedangkan pada kegiatan ketiga adalah kegiatan sosial (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Waqaf).11

Kegiataan yang dikategorikan penting pada BMT ini yaitu kegiatan pembiayaan. Pembiayaan tersebut adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan antara pihak pemberi pinjaman dengan pihak penerima pinjaman yang mewajibkan pihak yang menerima pinjaman untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam memberikan pembiayaan, minimal biaya yang bisa diberikan sekitar Rp. 1.000.000, dan maksimal Rp.

30.000.000 .

10M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 321- 322

11Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) hal. 61

(19)

Dalam penyaluran dana pembiayaan tersebut, harus dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Dengan diberlakukan prinsip kehati-hatian, diharapkan dapat menghindari permasalahan yang akan terjadi kedepannya. Dalam penerapan kehati-hatian ini, dilakukan analisis terhadap calon penerima pembiayaan dengan melakukan Asas 5C, yaitu analisis Character (watak), Capability (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economie (kondisi ekonomi). Jika setelah dilakukan analisis, nasabah dinilai layak, maka BMT dapat memberikan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.12

Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana kepada nasabah, dan dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah tersebut terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar, serta pembiayaan tidak menepati jadwal angsuran. Hal ini merupakan salah satu risiko yang mungkin dialami oleh lembaga keuangan dalam pemberian pembiayaan. Pembiayaan bermasalah ini memberikan dampak yang kurang baik bagi tingkat kesehatan keuangan lembaga keuangan, serta juga dapat mempengaruhi kepercayaan pada nasabah. 13

Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi risiko pembiayaan bermasalah ini, terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya kemacetan dalam hal pembiayaan ini.

Setelah ditemukan penyebab dari terjadinya kemacetan pembiayaan ini, maka Bank atau lembaga keuangan dapat menentukan langkah dalam

12Khotibul Umam, Perbankan Syariah... hal 215

13 Salmi. Analisis Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada PT. BNI Syariah KC Bukittinggi. (Bukittinggi: IAIN. 2018) Skripsi

(20)

menentukan cara mengatasi pembiayaan bermasalah ini. Langkah yang dapat diambil dalam mengatasi risiko ini yaitu dengan menerapkan manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko yang dapat dilakukan oleh Bank maupun lembaga keuangan yaitu dengan mengelola risiko, yang terdiri dari menghindari risiko (Risk Avoidance), pengendalian risiko (Risk Control), penangguhan atau penahanan risiko (Risk Retention), dan pengalihan risiko (Risk Transfer).

Tabel 1.1

Jumlah pembiayaan bermasalah di BMT Agam Madani Nagari Panampuang pada tahun 2014-2018.

Tahun

Jumlah pembiayaan Bermasalah

Naik/Turun

Persen (%)

2014 Rp. 35.544.500 - -

2015 Rp. 34.499.500 (1.045.000) (2,94%) 2016 Rp. 32.200.000 (2.299.500) (6,66%) 2017 Rp. 27.670.000 (4.530.000) (14,07%) 2018 Rp. 18.650.000 (9.020.000) (32,60%)

Jumlah Penurunan (%) (56,27%)

Rata-rata Penurunan (% ) (14,07%)

Sumber: Laporan Keuangan BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 terjadi penurunan NPF, yaitu pada tahun 2015 adalah sebesar 2,94%, pada tahun 2016 sebesar 6,66%, pada tahun 2017 sebesar 14,07%, dan pada tahun 2018 sebesar 32,60%. Dari data ini, dapat peneliti simpulkan bahwa setiap tahun, terjadi penurunan pada pembiayaan bermasalah.

(21)

Berdasarkan permasalahan ini, penulis tertarik untuk mengetahui serta menganalisis lebih lanjut tentang bagaimana pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan pihak BMT Agam Madani Nagari Panampuang untuk mengatasi pembiayaan, khususnya pada pembiayaan bermasalah, maka penulis menuangkan dalam bentuk Skripsi dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang”.

B. Identifikasi Masalah.

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:

1. Terjadi penurunan NPF pada tahun 2015 sampai tahun 2018 dengan rata-rata penurunan sebesar 14,07%.

2. Pada tahun 2015 dan 2016 penurunan NPF dibawah rata-rata.

3. Dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, tindakan yang perlu dilakukan yaitu mengelola risiko, yang terdiri dari menghindari risiko (Risk Avoidance), pengendalian risiko (Risk Control), penangguhan atau penahanan risiko (Risk Retention), dan pengalihan risiko (Risk Transfer).

C. Batasan Masalah.

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan begitu luasnya masalah, serta disebabkan karena keterbatasan biaya, dana, dan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada: Analisis Manajemen Risiko Dalam

(22)

Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: Bagaimanakah analisis manajemen risiko dalam mengatasi pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk Mengetahui dan Menjelaskan Analisis Manajemen Risiko Dalam Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

2. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis.

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

b. Bagi Akademik.

Manfaat penelitian ini bagi akademik adalah untuk menamabah pengetahuan dan wawasan penulis dalam dunia

(23)

perbankan serta pengalikasiannya yang tepat, terutama dalam perbankan syariah.

c. Bagi Peneliti Lain.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut pada program S1 Perbankan Syariah IAIN Bukittinggi.

F. Penjelasan Judul.

Untuk menghilangkan keraguan dan kekeliruan dari kata-kata yang terkandung dalam judul ini, maka perlu bagi penulis untuk menjelaskan maksud yang ada dalam judul ini yang akan diterangkan dibawah ini:

Manajemen Risiko : Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.14

Pembiayaan Bermasalah : Pembiayaan bermasalah adalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan

14 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, (Bandung: ALFABETA, 2014) hal. 279

(24)

kurang lancar, diragukan, dan macet.15

Berdasarkan Penjelasan Judul maka kesimpulan judul skripsi ini adalah bagaimana analisis manajemen risiko yang dilakukan oleh pihak BMT dalam mengatasi pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) agar pihak BMT dapat menghindari serta mengatasi risiko pembiayaan yang dapat merugikan pihak BMT.

G. Kajian Terdahulu.

Kajian terdahulu mengungkapkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Hal ini ditujukan untuk menggali informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian sehingga penelitian ini diharapkan tidak terjadi pengulangan dan duplikasi.

Selain itu, penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai referensi dan acuan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga terjadi penelitian yang saling terkait. Diantara penelitian terdahulu yang terkait dengan masalah penelitian adalah :

1. Skripsi Novia Eliza, NIM 3314.408 dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Syariah Bukopin Bukittinggi”. Dalam skripsinya tahun 2019 dalam melakukan kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Bukopin, untuk menghadapi munculnya suatu risiko dikemudian hari atas pembiayaan musyarakah, maka Bank Syariah Bukopin ini

15Kasmir, Manajemen Perbankan...hal.73

(25)

menetapkan serta melaksanakan manajemen risiko dengan tahapan melakukan identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, serta pengendalian risiko. Perbedaan dengan peneliti yaitu dalam mengelola suatu risiko dilakukan tindakan menghindari risiko, pengendalian risiko, penangguhan risiko, serta pengalihan risiko.16 2. Skripsi Salmi, NIM 3315026, dengan judul “Analisis Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah Pada PT.BNI Syariah Kantor Cabang Bukittinggi”. Dalam skripsinya tahun 2018, hasil penelitiannya yaitu BNI Syariah KC Bukittinggi melakukan proses 3R untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah yang terjadi. Namun, jika proses 3R sudah dilaksanakan tetapi belum ada kejelasan terhadap masalah yang terjadi maka bank akan melakukan pelelangan agunan (sesuai dengan pasal 20 ayat (1) huruf a dan pasal 6 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan). Sebelum agunan dilelang, nasabah diminta untuk menjual agunannya sendiri selama jangka waktu yang ditentukan. Jika nasabah tidak mampu melakukan lelang atas agunan nasabah yang diberikan, maka bank berhak melakukan lelang atas agunan nasabah (AYDA/ Agunan Yang Diambil Alih). Perbedaan dengan peneliti yaitu melakukan proses menghindari, pengendalian, penangguhan, serta pengalihan risiko.17

16 Novia Eliza. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Syariah Bukopin Bukittinggi. (Bukittinggi.IAIN.2019) Skripsi

17 Salmi. Analisis Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada PT. BNI Syariah KCBukittinggi. (Bukittinggi: IAIN. 2018) Skripsi

(26)

3. Skripsi Yuliati, NIM 3314.029, dengan judul “ Analisis Manajemen Risiko Layanan E-Banking Pada PT. Bank Syariah Mandiri KC Pasar Aur Kuning Bukittinggi”. Dalam skripsinya tahun 2018, dengan hasil penelitiannya yaitu peneliti menyimpulkan bahwa risiko yang paling dominan terjadi dan menjadi tantangan bank dalam layanan e-banking adalah risiko operasional, yang disebabkan karena lemahnya pengetahuan pengguna dan kurangnya kontrol dari bank terhadap produk e-banking. Kebijakan PT. Bank Syariah Mandiri KC Pasar Aur Kuning Bukittinggi dalam mengelola risiko yaitu dengan mengukur risiko, mengumpulkan informasi dan memutuskan kebijakan terhadap risiko. Perbedaan dengan peneliti yaitu tahap yang dilakukan dalam mengelola risiko, yaitu yang dimulai dari menghindari risiko, pengendalian risiko, penangguhan atau penahanan risiko, serta pengalihan risiko.18

H. Sistematika Penulisan.

Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam pembuatan proposal ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Didalam pendahuluan terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.

18 Yuliati. Analisis Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada PT.BNI Syariah KC Bukittinggi. (Bukittinggi. IAIN. 2018) Skripsi

(27)

BAB II : LANDASAN TEORI

Didalam landasan teori ini berisi tentang konsep Manajemen risiko serta konsep pembiayaan bermasalah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Didalam metode penelitian ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Didalam bab ini menjelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

BAB V : PENUTUP

Didalam bab ini penulis memberikan kesimpulan terhadap permasalah yang telah dibahas dalam uraian sebelumnya, selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran yang dirasa perlu.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Manajemen Risiko.

1. Pengertian Manajemen Risiko.

Risiko merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ketidakpastian yang muncul secara alamiah. Banyak ahli yang mendefinisakan apa yang dimaksud dengan risiko. Ahli statistik menyatakan bahwa risiko adalah penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan.19

Berdasarkan Workbook level 1 Global Association od Risk Professionals-Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, risiko didefenisikan sebagai “Chance of a bad outcome”. Maksudnya disini adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.20

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, risiko didefenisikan pada tiga hal :

a. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan;

19 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012) hal.109

20 Ferry N Idroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal. 7

(29)

b. Variasi dalam keuntungan, penjualan atau variabel keuangan lainnya; dan

c. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri.21

Jadi, dapat dikatakan risiko sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Risiko dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola dengan semestinya. Sebaliknya risiko yang dikelola dengan baik akan memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar.22

Pada umumnya, orang sering mempersamakan pengertian risko, peril, dan hazard. Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain. Akan tetapi, ketiganya berbeda sehingga istilah-istilah tersebut harus menimbulkan suatu kerugian. Hazard adalah keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Akibat terjadinya suatu peril ini akan menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan pada diri seseorang atau

21 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi,...hal. 279

22 Ferry N Idroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia... hal 7

(30)

harta miliknya. Kedua istilah tersebut lebih erat hubungannya pada kemungkinan dari pada risiko.23

Manajemen risiko diartikan sebagai sebuah rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari suatu kegiatan. Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari keseluruhan entitas terkait didalam organisasi. Adapun tindakan berkesinambungan yang dimaksud tersebut meliputi identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitoring dan pelaporan risiko.24

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko itu adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.25

2. Jenis Risiko.

Bagi pelaku sektor bisnis maupun pihak perbankan khususnya perlu untuk mengamati dan memahami jenis-jenis risiko dengan seksama, karena menyangkut dengan penyaluran dana yang diberikan kepada nasabah (debitur). Dari sudut pandang akademis ada banyak

23 Hermawan Darmawi Edisi Kedua, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara. 2016), hal. 24

24 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah...hal 109

25 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi... hal. 279

(31)

jenis risiko namun secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 jenis saja, yaitu:

a. Risiko Murni (Pure Risk).

Risiko Murni adalah bentuk risiko yang akan menimbulkan kerugian (loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no loss). Risiko murni dapat dikelompokkan pada 3 jenis risiko, yaitu:

1) Risiko aset fisik.

Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan atau organisasi. Contohnya kebakaran, banjir, gunung meletus, tsunami, dan lain-lainnya.

2) Risiko karyawan.

Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan atau suatu organisasi. Contohnya seperti kecelakaan kerja sehingga terganggunya aktivitas perusahaan atau organisasi.

3) Risiko legal.

Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan, atau kontrak yang berjalan tidak sesuai dengan rencana yang ditentukan. Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti ganti rugi.

b. Risiko Spekulatif (Speculative Risk).

Risiko spekulatif adalah bentuk risiko yang kalau terjadi akan menimbulkan kerugian(loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no

(32)

loss), atau mendatangkan keuntungan (gain). Risiko spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada empat jenis risiko, yaitu:

1) Risiko pasar.

Merupakan risiko yang terjadi karena pergerakan harga di pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.

2) Risiko kredit.

Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya timbulnya pembiayaan macet, persentase piutang meningkat.

3) Risiko likuiditas.

Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menuru, sehingga tidak mampu dalam membayar hutang secara tepat.

4) Risiko operasional.

Merupakan risiko yang disebabkan kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contohnya yaitu terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.26 3. Mengelola Risiko.

Dalam aktivitas yang namanya risiko pasti terjadi dan sulit untuk dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola atau men-manage risiko

26 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi... hal 282

(33)

tersebut. Pada dasarnya, dalam menghadapi risiko setidaknya ada beberapa alternatif yang bisa diambil dalam mengelola risiko, yang meliputi:

a. Menghindari Risiko (Risk Avoidance).

Keputusan untuk tidak melakukan suatu aktivitas bisnis merupakan cara yang paling mudah, namun hal ini merupakan keputusan yang tidak strategis dalam usaha mengharapkan keuntungan. Keputusan untuk menghindari risiko tentunya juga merupakan pilihan untuk tidak mengambil keuntungan dalam bisnis.

b. Pengendalian Risiko (Risk Control).

Pengendalian risiko dilakukan dengan menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan untuk mengurangi dan mengendalikan risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses serta aturan yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya.

c. Penangguhan atau Penahanan Risiko (Risk Retention).

Lembaga bisnis menanggung sendiri risiko yang muncul yaitu dengan cara menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dan cadangan, self insurance dan lain-lain.27

d. Pengalihan Risiko (Risk Transfer).

27 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah..., hal 114

(34)

Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut dialihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis, yang berguna untuk menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.28

4. Proses Manajemen Risiko.

Mamduh Hnafi (2009) membagi proses manajemen risiko menjadi beberapa tahap, antara lain:

a. Perencanaan

Perencanaan dari manajemen risiko ini bisa dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan yang berkaitan dengan manajemen risiko. Kemudian perencanaan ini dapat diteruskan dengan penetapan target, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen risiko. Akan lebih baik jika visi, misi, serta kebijakan dan peosedur yang ditetapkan tersebut dituangkan secara tertulis.

b. Pelaksanaan.

Pelaksanaan dari manajemen risiko ini meliputi aktivitas operasional yang berkaitan dengan manajamen risiko. Proses identifikasi dan pengukuran risiko, kemudian diteruskan dengan manajemen (pengelolaan) risiko yang merupakan aktivitas operasional yang utama dari manajemen risiko.

28 Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi... hal 284

(35)

1) Identifikasi risiko.

Identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko- risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko, sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2) Evaluasi dan pengukuran risiko.

Tujuan dari dilakukannya evaluasi risiko ini adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika telah memperoleh pemahaman yang baik, maka risiko akan lebih mudah untuk dikendalikan.

3) Pengelolaan risiko.

Risiko tersebut harus dikelola, jika tidak dikelola maka konsekuensinya bisa cukup serius misal kerugian yang cukup besar. Risiko dapat dikelola dengan berbagai cara, yaitu dengan melakukan penghindaran, risiko tersebut ditahan, melakukan diversifikasi, mentransfer risiko, dan mengendalikan risiko serta mendanai kerugian sendiri.

c. Pengendalian.

Tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah pengendalian yang meliputi evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen risiko, output pelaporan yang dihasilkan manajemen risiko, dan umpan balik (feedback). Format pelaporan manajemen risiko

(36)

bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya dan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lainnya.29

5. Landasan Syariah Manajemen Risiko.

Dalam kegiatan menjalankan suatu usaha, seorang muslim dihadapkan pada ketidak pastian terhadap apa yang terjadi di kemudian hari. Seseorang boleh untuk merencanakan segala sesuatu, tapi seseorang tidak dapat memastikan apakah usaha yang telah dilakukannya tersebut akan menimbulkan keuntungan maupun kerugian.

Sebagaimana Allah SWT menjelaskan, yang terdapat didalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 34, yang berbunyi:

.

..اًدَغ ُبِسْكَت اَذاَم ٌسْفَن ي ِرْدَت اَم َو...

Artinya: “... dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Kata tadri/mengetahui tidak sepenuhnya sama dengan kata ya’lam yang sudah diterjemahkan dengan mengetahui. Kata tadri mengandung makna upaya serta sungguh-sungguh serta perhatian dan pemikiran. Karena itu, kata ini tidak digunaka menunjuk kepada pengetahuan Allah SWT. Pengetahuan-Nya berbeda dengan pengetahuan manusia.

29Lela Nurhaela Wati, “Manajemen Risiko Bisnis”, Jurnal Ekobis, Vol. 1 No. 4, 2012, hal 5.

(37)

Kata taksibu terambil dari kata kasb, yaitu apa yang diupayakan oleh manusia yang diduganya dapat menghasilkan manfaat ataupun menampik mudarat atau yang diduganya demikian, walau kenyataannya tidak demikian. Kasb dapat berbentuk ucapan maupun perbuatan, bahkan niat dan motivasi seseorang. Jika demikian, maka kata taksibu mengandung makna yang sangat luas. Disamping ucapan dan perbuatan, juga sebab-sebab dan faktor-faktor yang menyertainya dan motivasi serta niat ketika melakukannya.30

Sudah menjadi sunnatullah jika kita dalam menjalankan suatu usaha maupun investasi, pasti terdapat suatu risiko yang mungkin terjadi. Dalam kehidupan ini, tidak ada hal yang terbebas dari risiko, untung serta rugi harus diperhitungkan oleh setiap pebisnis yang melakukan suatu usaha. Ayat ini menekankan bahwa pentingnya manajemen risiko dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi serta mensiasati risiko agar tidak menimbulkan suatu kerugian yang lebih besar, maka kita harus menerapkan manajemen risiko.

Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18, yang berbunyi:

⧫



❑⧫◆

❑→



→⧫◆

▪⧫



⧫⬧

⧫

❑→◆





30M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 10, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 345- 346

(38)





☺

⧫❑➔☺➔⬧



Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Makna dari kata ittaqullaha ini sendiri adalah bertakwa kepada Allah, yang diaplikasikan dalam dua dal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Perintah bertaqwa ini ditujukan bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan orang yang belum beriman haruslah beriman terlebih dahulu, untuk kemudian bertaqwa. Kata-kata ghad sendiri dalam bahasa arab berarti besok. Beberapa pakar tafsir (mufassir) menyatakan dalam beberapa riwayat bahwa ghad bisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik.

Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa seorang muslim diperbolehkan untuk mempersiapkan apa yang diperbuatnya untuk hari esok dengan mengetahui serta menganalisis risiko yang akan terjadi, kemudian menerapkan manajemen risiko. Selanjutnya selain mengantisipasi, kita juga dianjurkan untuk bertawakal kepada Allah SWT terhadap apa yang terjadi setelah melakukan berbagai usaha, karena kita sebagai

(39)

manusia Cuma bisa mengusahakan serta memprediksi apa yang terjadi, selanjutnya Allah SWT yang akan menentukan apa yang akan terjadi.31 B. Konsep Pembiayaan Bermasalah.

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah.

Berdasarkan pasal 1 butir 12 UU No.10/1998 jo. UU No. 7/1992 tentang perbankan, pembiayaan tersebut adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet. Dalam pengertian lain, pembiayaan bermasalah (NPF) adalah Pembiayaan Non-Lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet.32

2. Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah.

Pembiayaan bermasalah ini tidak terjadi dengan sendirinya, namun disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat dikategorikan dalam faktor internal maupun dikategorikan dalam faktor eksternal.

Fakor-faktor tersebut antara lain:

31 Yuliati. Analisis Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada PT.BNI Syariah KC Bukittinggi. (Bukittinggi. IAIN. 2018) Skripsi

32 Ubaidillah, “Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah: Strategi Penanganan dan Penyelesaian, El-JIZYA”, Jurnal Ekonomi Islam vol. 6. No 2, 2018, hal. 4.

(40)

a. Kelemahan karakter nasabah, diantaranya nasabah tersebut tidak mau atau memang tidak beritikad baik, nasabah kalah dalam persaingan bisnis dan nasabah menghilang.

b. Kecerobohan nasabah, hal ini meliputi penyimpangan penggunaan pembiayaan, ataupun usaha dikelola oleh seseorang atau dari pihak keluarga yang tidak profesional.

c. Kelemahan kemampuan nasabah, seperti tidak bisa mengembalikan pembiayaan karena terganggunya kelancaran usaha, kemampuan manajemen yang kurang baik, kemampuan pemasaran yang kurang memadai, dan lain sebagainya.

d. Kelemahan dalam analisis pembiayaan, diantaranya analisis pembiayaan tersebut tidak berdasarkan data yang akurat atau kualitas data yang rendah, informasi pembiayaan yang tidak lengkap, analisis yang tidak cermat, jangka waktu pembiayaan yang terlalu lama, dan kurangnya akuntabilitas putusan pembiayaan.

e. Kelemahan dalam dokumen pembiayaan, termasuk didalamnya adalah data mengenai pembiayaan tidak didokumentasikan dengan baik serta pengawasan fisik dokumen tersebut tidak dilakukan sesuai ketentuan.

f. Situasi ekonomi yang negatif, termasuk diantaranya krisis ekonomi.

(41)

g. situasi alam yang merugikan, misalnya terjadinya bencana yang menimbulkan efek negatif bagi kehidupan.33

3. Kategori Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing).

Dalam memberikan suatu pembiayaan, jika digunakan untuk membangun suatu bisnis atau suatu usaha, tidak terlepas dari saringan syariah. Karena dalam memberikan pembiayaan tersebut, tidak mungkin untuk membiayai suatu usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan hal pokok, diantaranya adalah:

a. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

b. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

c. Apakah suatu proyek atau usaha berkaitan dengan perbuatan mesum atau asusila?

d. Apakah proyek atau usaha berkaitan dengan perjudian?

e. Apakah usaha tersebut berorientasi pada senjata pembunuhan masal?

f. Apakah proyek atau usaha tersebut dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung maupun tidak langsung?

Berkaitan masalah diatas, dalam hal memberikan pembiayaan, harus menerapkan prinsip kehati-hatian agar dana yang disalurkan bisa digunakan sebagaimana seharusnya, serta dapat menghasilkan bagi hasil yang jelas. Untuk itu, dalam pemberian pembiayaan,

33Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara. 2015), hal. 103

(42)

dilakukan analisis terhadap calon nasabah yang dikenal dengan asas 5 c (the five c principle), yaitu:

a. Analisisis watak (character), yaitu yang berhubungan dengan keyakinan pihak pemberi akan calon nasabah yang menerima pembiayaan akan watak, karakter, serta moral yang positif serta bertanggung jawab.

b. Analisis kemampuan (capability), yaitu penilaian terhadap kemampuan calon debitur untuk melunasi kewajiban- kewajibannya.

c. Analisis permodalan (capital) yaitu penilaian terhadap jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.

d. Analisis jaminan (collateral), yaitu penilaian terhadap barang- barang jaminan yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterima.

e. Analisis kondisi atau prospek usaha (condition of economies), yaitu analisis terhadap situasi ataupun kondisi perekonomian dan perkembangan usaha calon debitur.34

4. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah.

Untuk menghindari risiko kerugian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaan. Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi pembiayaan yang mace terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab

34 khotibul umam,Perbankan Syariah... hal 213

(43)

terjadinya kemacetan. Bila kemacetan disebabkan oleh faktor eksternal seperti bencana alam, maka bank dan unit usaha syariah tidak perlu lagi melakukan analisis lebih lanjut. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan asuransi, karena biasanya objek pembiayaan juga perlu diasuransikan.35

Setiap terjadi pembiayaan bermasalah maka Bank Syariah serta Unit usaha Syariah akan berupaya menyelamatkan pembiayaan berdasarkan PBI No. 13/9/PBI/2001 tentang perubahan atas PBI No.

10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, yaitu:

a. Penjadwalan kembali (reschedulling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, dan

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain:

1) Pengurangan jadwal pembayaran, 2) Perubahan jumlah angsuran, 3) Perubahan jangka waktu, 4) Perubahan nisbah,

5) Perubahan proyeksi bagi hasil,

35 khotibul umam,Perbankan Syariah... hal 218

(44)

6) Pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan, meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan, 2) Konversi akad pembiayaan,

3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu,

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.

Bank dan Unit Usaha Syariah hanya dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Nasabah telah atau diperkirakan mengalami penurunan atau kesulitan kemampuan dalam pembayaran dan/ atau pemenuhan kewajibannya.

b. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah direstrukturisasi.36

36 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah ...hal 109

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Jadi, data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan cara mencatat serta mengumpulkan data berupa informasi yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif, yaitu suatu strategi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik serta gejala maupun deskripsi tentang suatu fenomena dengan menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara narratif.

Penelitian ini dilakukan di BMT Agam Madani Nagari Panampuang. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara serta dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan manajemen risiko dalam mengatasi pembiayaan bermasalah di BMT Agam Madani Nagari Panampuang.37 Jadi, penelitian ini akan mendeskripsikan tentang manajemen risiko dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

37 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: KENCANA. 2014), hal 329

(46)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan yaitu di BMT Agam Madani Nagari Panampuang, dan penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2019 sampai selesai.

C. Sumber Data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer dari penelitian ini berupa informasi yang diperoleh dari pihak BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data ini merupakan jenis data sesudah data primer, bisa diperoleh melalui informasi yang dikeluarkan berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah, jurnal, dan lembaga lainnya yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.38 Sumber dari data sekunder ini adalah dokumentasi, yakni laporan keuangan dari BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

38 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua, (Jakarta: KENCANA, 2005), hal. 132

(47)

D. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan data tertulis yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan-baha berupa laporan- laporan serta dokumen-dokumen di BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

b. Observasi.

Observasi adalah kegiatan melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian , perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian.

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin melalui pengamatan secara langsung terhadap pengelola BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab. Agam.

c. Wawancara.

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan responden. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara

(48)

langsung dengan manajer BMT Agam Madani Nagari Panampuang.39

E. Teknik Analisis Data.

Analisa data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola, kategori dan kesatuan urutan dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Bikler, teknik analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Tahapan analisa data tersebut terdiri dari:

a. Pengumpulan data.

Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian berupa hasil wwawancara, observasi serta dokumentasi di lapangan secara obyektif.

b. Reduksi data.

Mereduksi data ini berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap peneliti.

39 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 224

(49)

c. Penyajian data.

Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data- data kan disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel, foto, atau bagan.40

40 Sustiyo wandi, “Pembinaan Prestasi Ekstrakulikuler Olahraga di Karangturi Kota Semarang”, Journal of Physical Education, Sport, Health, and Recreations, 2013, hal. 527

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KJKS BMT Agam Madani Nagari Panampuang Kab Agam.

1. Sejarah Singkat BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

BMT merupakan penggabungan dari kata Baitul Mal (BM) dan Baitul Tamwil (BT). Baitul Mal (BM) merupakan suatu konsep keuangan yang aktivitasnya dalam mengelola dana itu bersifat nirlaba (sosial) yang bersumber dari ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan wakaf) ataupun sumber lain yang halal seperti hibah. Selanjutnya dana tersebut disalurkan kepada mustahiq (yang berhak) untuk kebaikan atau kepentingan publik. Sedangkan Baitul Tamwil (BT) merupakan suatu konsep keuangan yang menghimpun serta menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit. Penghimpunan ini dilakukan melalui simpanan masyarakat dan penyaluran dana ini berupa pembiayaan atau investasi. Secara konsep keuangan BMT memainkan dua aktivitas sekaligua yaitu aktivitas sosial dan aktivitas bisnis.

KJKS BMT (Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Mal wa Tamwil) Agam Madani Nagari Panampuang merupakan suatu program yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Agam untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat mikro atau menengah kebawah.

Program ini telah dimulai semenjak tahun 2007 sampai sekarang, dan diharapkan KJKS BMT Agam Madani berdiri di masing-masing

(51)

Nagari di Kabupaten Agam. KJKS BMT Agam Madani Nagari Panampuang merupakan BMT yang ke-5 didirikan di Kecamatan Ampek Angkek. Di Kecamatan Ampek Angkek ini telah didirikan 7 kantor KJKS BMT Agam Madani, yakni di Kenagarian Ampang Gadang, Biaro Gadang, Balai Gurah, Lambah, Panampuang, Batu Taba dan Pasia.

BMT Agam Madani ini berlokasi di jalan Biaro-Salo Jorong Surau Lauik, Kenagarian Panampuang, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam. Saat ini dikelola oleh 3 orang pengelola yang direkrut langsung oleh Pemerintah Kabupaten Agam dengan dimodali 15 hari pelatihan kerjasama dengan PINBUK Pusat Jakarta. Lembaga ini didirikan oleh 63 pendiri dengan nominal Rp. 42.000.000,-.

2. Visi dan Misi BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

Adapun visi dan misi dari BMT Agam Madani Panampuang adalah :

a. Visi.

Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang mandiri, sehat dan tangguh dalam pemberdayaan rumah tangga miskin, usaha mikro kecil dan menengah.

b. Misi

1) Meningkatkan akses permodalan bagi anggota dan calon anggota.

(52)

2) Mewujudkan gerakan pembebasan masyarakat khususnya anggota dan calon anggota dari belenggu rentenir dan ekonomi ribawi.

3) Menanamkan kesadaan untuk hidup hemat dan bersahaja bagi masyarakat khususnya anggota dan calon anggota.

4) Memfasilitasi terciptanya kerukunan hidup antara mamak dan kemenakan dalam rangka mewujudkan gerakkan “kembali ke nagari” dan “kembali ke surau” dengan filosofiadat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah.

5) Meningkatkan produktifitas ekonomi masyarakat dari rumah tangga miskin menjadi usaha mikro, usaha mikro menjadi usaha kecil, usaha kecil menjadi usaha menengah.

3. Produk – Produk BMT Agam Madani Nagari Panampuang.

Sebagaimana keuangan lainnya baik itu Bank atau BMT, produk yang ditawarkan di BMT Agam Madani Panampuang berupa simpanan dan pembiayaan.

a. Produk Simpanan/Tabungan

Beberapa simpanan atau tabungan yang ditawarkan oleh BMT Agam Madani adalah :

1) Tabungan Mandiri Sejahtera (TAMARA)

Tamara merupakan sarana investasi yang sesuai dengan prinsip syariah dan dapat melakukan penyetoran dan penarikan secara tunai setiap waktu.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Namun, anti- feminis mempunyai pandangan lain untuk menyeimbangkan perbedaan tersebut, bahwa laki-laki dan perempuan tidak diciptakan untuk saling berkompetisi memperebutkan

• Filtrasi digunakan untuk sterilisasi bahan tidak tahan panas, seperti beberapa media kultur, enzim, vaksin, dan larutan antibiotik.. • Saat ini filter membran terdiri dari bahan

Untuk menambah wawasan dan dapat menerapkan pengembangan kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan bahasa anak didik di kelompk B TK Muslimat NU Dadirejo Timur

(1) Pengusaha Pariwisata yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), dan telah memperoleh Sertifikat Usaha Jasa Perjalanan Wisata, berwenang

Maka dari itu, sesuai dengan penjelasan latar belakang diatas, dengan menggunakan Information System Success Model yang memiliki enam dimensi terintegrasi, penelitian ini

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang ilmu psikologi, mengenai efikasi diri dan strategi koping yang digunakan oleh diabetisi,

Korelasi antara bentuk Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku

Judul :” Hubungan Teknologi Informasi dengan Motivasi Membaca Pemustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ”. Skripsi ini membahas