B
B
A
A
B
B
I
I
I
I
I
I
A
A
R
R
A
A
H
H
A
A
N
N
K
K
E
E
B
B
I
I
J
J
A
A
K
K
A
A
N
N
D
D
A
A
N
N
R
R
E
E
N
N
C
C
A
A
N
N
A
A
S
S
T
T
R
R
A
A
T
T
E
E
G
G
I
I
S
S
I
I
N
N
F
F
R
R
A
A
S
S
T
T
R
R
U
U
K
K
T
T
U
U
R
R
B
B
I
I
D
D
A
A
N
N
G
G
C
C
I
I
P
P
T
T
A
A
K
K
A
A
R
R
Y
Y
A
A
3
33...111... AAARRRAAAHHHAAANNN PPPEEEMMMBBBAAANNNGGGUUUNNNAAANNN BBBIIIDDDAAANNNGGG CCCIIIPPPTTTAAA KKKAAARRRYYYAAA DDDAAANNN AAARRRAAAHHHAAANNN
P
PPEEENNNAAATTTAAAAAANNN RRRUUUAAANNNGGG WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH KKKAAABBBUUUPPPAAATTTEEENNN BBBAAANNNGGGKKKAAA
3
33...111...111 AAArrraaahhhaaannn PPPeeemmmbbbaaannnggguuunnnaaannn BBBiiidddaaannnggg CCCiiippptttaaa KKKaaarrryyyaaa (((BBBeeerrrdddaaasssaaarrrkkkaaannn PPPeeerrraaatttuuurrraaannn PPPrrreeesssiiidddeeennn
N
NNooommmooorrr 222 TTTaaahhhuuunnn 222000111555 ttteeennntttaaannnggg RRRPPPJJJMMMNNN 222000111555---222000111999 dddaaannn RRReeennnssstttrrraaa DDDiiitttjjjeeennnddd CCCiiippptttaaa K
KKaaarrryyyaaa TTTaaahhhuuunnn 222000111555---222000111999)) )
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan
kepada :
A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya
meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan
ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan
pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya
dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
B. Dimensi Pembangunan;
1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen
masyarakat.
2. Dimensi pembangunan sektor unggulan.
Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan,
kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan
kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber
daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung
pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi
kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal.
Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan
modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri
untuk penciptaan nilai tambah.
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus
meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun
antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan
prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan
Timur.
C. Kondisi Sosial, Politik, Hukum, dan Keamanan yang Stabil
Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban,
politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
D. Quickwins
Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan
dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi
masyarakat.
Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk
mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu,
diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan
akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa
Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah
Jawa-Bali dan Sumatera.
Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;
1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan
pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;
peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta
peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.
2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.
Pengembangan Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota
berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera
berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi
perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar
Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak
huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana;
pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya
lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan
arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa,
termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2)
penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa
termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan
keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk
permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara
sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi,
dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur
pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6)
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta
penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7)
pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi
untuk mendorong keterkaitan desa-kota.
3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah
peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas
antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2)
perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan
transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat
dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.
4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan
Perbatasan.
Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian
masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan
strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di
daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah
tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan
daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5)
memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi
dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap
daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan
transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua
Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan
dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara
yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan
perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan
pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal
tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan
ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3)
pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi
standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan
laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.
5.Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana
dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui
strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan
terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah
pengembangan struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,
7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi
Daerah meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah;
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.
3
33...111...222 AAArrraaahhhaaannn PPPeeennnaaatttaaaaaannn RRRuuuaaannnggg ((( BBBeeerrrdddaaasssaaarrrkkkaaannn RRRTTTRRRWWWNNN,,, dddaaannn RRRTTTRRRWWW KKKaaabbbuuupppaaattteeennn B
BBaaannngggkkkaaa)) )
3.1.2.1 Penataan Ruang berdasarkan RTRWN
Berdasarkan RTRWN, arahan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Bangka
adalah sebagai berikut :
1) Kawasan andalan (kawasan darat)
Sektor unggulan : Pertanian dan Kehutanan, Industri dan Perdagangan,
Pariwisata, Pertambangan.
2) Kawasan laut yang terkait Kawasan laut
Sektor unggulan : Kelautan dan Perikanan serta Pariwisata
3) Kota dalam kawasan darat :
Koba : Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Untuk perwujudan arahan berdasarkan atas PP No. 26 tahun 2008 (RTRWN)¸ dalam
indikasi program utama lima tahunan RTRW ditetapkan bahwa pengembangan
Kabupaten Bangka diarahkan sebagai Pusat kegiatan Wilayah yang pengembangannya
pengembangan kota-kota setra produksi (II/B) (Lampiran II PP no. 26 Tahun 2008).
Adapun arahan pola ruang dalam sistem nasional, wilayah Kabupaten Bangka
termasuk dalam Kawasan Andalan Bangka dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, perkebunan, industri dan pariwisata, serta Kawasan Andalan Laut Bangka
dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman
pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum,
program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan
lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja
yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
3.1.2.2 Penataan Ruang berdasarkan RTRWP
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2014-2034 maka Kawasan wilayah Kabupaten Bangka dinilai
memiliki dampak penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pertahanan keamanan perlu ditetapkan sebagai kawasan prioritas, yaitu
merupakan kawasan yang memiliki salah satu atau beberapa ciri sebagai
berikut :
Kawasan cepat tumbuh;
Kawasan kritis lingkungan;
Kawasan kelautan;
Kawasan tertinggal
Pola pengelolaan kawasan prioritas ini bertujuan untuk:
a. Pengembangan kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan yang
dapat memberikan percepatan pembangunan bagi kawasan
sekitarnya;
c. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah-daerah yang pembangunannya masih tertinggal;
d. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan pertahanan dan
keamanan negara
Kawasan dimaksud, yaitu :
a. Kawasan Andalan. Termasuk dalam kawasan andalan ini, yaitu :
Sub kawasan Sungailiat dan sekitarnya;
Sub kawasan Belinyu dan sekitarnya;
b. Kawasan Tertinggal. Termasuk dalam kawasan tertinggal ini, yaitu :
Sub kawasan Puding Besar dan sekitarnya; dan
c. Kawasan Laut. Termasuk dalam kawasan laut ini, yaitu :
Sub kawasan Sungailiat dan sekitarnya;
d. Kawasan Kritis. Termasuk dalam kawasan kritis ini, yaitu :
Sub kawasan Gunung Maras
Sub kawasan bekas penambangan timah dan bahan galian gol. C
Sub kawasan pantai yang rawan abrasi
e. Kawasan Tertentu. Termasuk dalam kawasan tertentu ini, yaitu :
Kawasan pangkalan AL di setiap pelabuhan laut;
Arahan dalam pengelolaan kawasan prioritas ini antara lain berupa :
a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan potensinya,
sehingga dapat mengarahkan pola investasi baik pemerintah maupun
swasta atau masyarakat untuk meningkatkan pembangunan kawasan,
meminimalkan konflik pemanfaatan ruang dan mengupayakan sinergi
pembangunan yang tinggi baik terhadap kabupaten/kota maupun
Provinsi;
b. Meningkatkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
wilayah tersebut melalui pelaksanaan program-program
pembangunan secara terpadu dan lintas sektoral di tingkat pusat,
c. Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan
keamanan negara dapat diselenggarakan secara optimal dan dapat
mengantisipasi setiap bentuk ancaman yang akan timbul;
d. Memanfaatkan ruang kawasan untuk mengembalikan keseimbangan
dan kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup di kawasan yang
bersangkutan
Arahan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung menurut RTRW 2002-2016 ini secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Arahan Struktur Ruang Kabupaten Bangka Menurut RTRWP Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2002-2016
Arahan
Pengembangan Kawasan / Wilayah
Arahan RTRWP 2002-2016
Tahap I
(2001 – 2006)
Tahap II
(2007 – 2011)
1. Penetapan Kab. Bangka sbg PKL X (Sungailiat) X (Belinyu)
2. Pengembangan Kaw. Industri :
Kawasan Industri Selindung
Kawasan Industri Air Katung
Kawasan Industri Belinyu
X
3. Pengembangan Kaw. Andalan :
Sub KawasanSungailiat dsk
Sub Kawasan Belinyu dsk
X X
X
4. Pengembangan Kawasan Tertinggal :
Sub Kawasan Puding Besar dsk X
5. Pengembangan Kawasan Laut :
Sub Kawasan Belinyu dsk.
Sub Kawasan Sungailiat dsk.
X
6. Pengembangan DPP :
Petaling
Merawang
X X
X
7. Pengembangan Kaw. Andalan :
Sub KawasanSungailiat dsk
Sub Kawasan Belinyu dsk
X X
X
8. Pengembangan Kawasan Tertinggal :
Arahan
Pengembangan Kawasan / Wilayah
Arahan RTRWP 2002-2016
Tahap I
(2001 – 2006)
Tahap II
(2007 – 2011)
9. Pengembangan Kawasan Laut :
Sub Kawasan Belinyu dsk.
Sub Kawasan Sungailiat dsk.
X
10.Pengembangan DPP :
Petaling
Merawang
X X
X
Sumber : RTRWP Kepulauan Bangka Belitung 2002 -2016
A. Kegiatan Industri
Industri yang terdapat di Kabupaten Bangka, termasuk kelompok
industri pengolahan terutama yang megolah hasil tambang, pertanian,
bahan galian golongan C dan industri rumah tangga yang meliputi
industri skala besar, menengah dan skala kecil.
Kelompok industri yang termasuk skala menengah lebih banyak yang
memanfaatkan bahan baku golongan C seperti industri pembuatan
bata, genteng, industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan,
kehutanan, seperti industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan
karet, pengolahan kayu serta industri pembuatan es beku untuk
pengawetan ikan.
Industri yang termasuk skala besar adalah industri yang berkaitan
dengan penambangan timah yang membutuhkan teknologi tinggi,
seperti di Kawasan industri Balai Karya.
Arahan pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri antara lain :
Mengembangkan industri yang menggunakan input dari hasil
produksi asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti timah,
Pengembangan dan penyebaran kawasan industri diarahkan dekat
dengan outlet dan jauh dari kawasan permukiman dan kawasan
pertanian untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan olek
kegiatan industri;
Menyediakan prasarana dan sarana pendukung untuk
pengembangan kegiatan industri;
Mencegah terjadinya konflik penggunaan lahan bagi kawasan
industri dengan penggunaan lahan lainnya, seperti fungsi lindung,
pertambangan, kehutanan dan permukiman.
Beberapa hambatan dalam pengembangan sektor industri, khususnya
industri skala besar diantaranya masih terbatasnya dukungan
prasarana dan sarana, seperti sumber dan pasokan tenaga listrik, air
bersih dan telekomunikasi. Di wilayah kepulauan, umumnya
kebutuhan pelayanan air bersih merupakan salah satu masalah yang
sulit diatasi.
B. Kegiatan Pariwisata
Sebagai wilayah kepulauan, potensi pengembangan pariwisata yang
terdapat di Kabupaten Bangka sebagian besar merupakan obyek
wisata pantai yang tersebar di beberapa lokasi. Namun selain itu, juga
terdapat obyek wisata berupa hutan taman wisata disamping wisata
budaya dan sejarah yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Dilihat dari potensi dan prospek serta keunggulan komparatif yang
dimiliki, sektor pariwisata di Kabupaten Bangka dapat dijadikan
sebagai salah satu sektor unggulan dalam menggerakan perekonomian
serta memberikan multiplier effect terhadap perkembangan
Sebagian besar kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka berupa
wisata pantai, sementara di kawasan tersebut juga kaya akan mineral,
pasir timah dan bahan galian C, sehingga terjadi tumpang tindih
dengan sektor pertambangan yang menyebabkan kerusakan
lingkungan dan penurunan nilai estetis kawasan wisata.
Selain itu, masih banyak kawasan pariwisata yang belum dikelola
secara optimal serta sangat minim dukungan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pariwisata, sehingga sektor ini sekalipun
potensial, tapi masih belum menunjukkan kontribusi yang signifikan
bagi penerimaan daerah.
C. Kegiatan Perumahan dan Permukiman
Pengembangan kegiatan perumahan dan permukiman pada kawasan
perkotaan dan perdesaan diarahkan sesuai penetapan fungsi
masing-masing kawasan perkotaan dan perdesaan secara hirarkis yaitu
melalui penetapan pusat-pusat permukiman (perkotaan dan
perdesaan). Dalam arahan pengembangan perumahan dan
permukiman ini, selain megacu pada penetapan sistem p usat-pusat
permukiman sebagaimana diarahkan didalam RTRW Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, juga perlu mempertimbangkan arahan
pengembangan perumahan dan permukiman didalam RTRW
Kabupaten/kota masing-masing. Hal ini terjadi karena terdapat
perbedaan dimensi waktu penyusunan rencana serta tingkat
kedetailan dan ruang lingkup materi rencana yang terdapat pada
RTRW Provinsi dengan RTRW Kabupaten/kota.
Adapun pada pengembangan permukiman perdesaan, diarahkan
selaras dengan pembentukan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan
memperhatikan potensi desa yang ada, sebaran spasial desa yang ada
tersebut diarahkan untuk mendukung pengembangan DPP, yaitu pada
desa-desa yang memiliki kriteria antara lain :
Desa yang memiliki potensi untuk tumbuh dengan investasi kecil;
Desa yang berfungsi sebagai penyedia pelayanan pada desa -desa
sekitarnya;
Dapat berfungsi sebagai pusat perantara antarkota dengan desa
-desa.
3.1.2.3 Penataan Ruang berdasarkan RTRW Kabupaten
Arahan spasial untuk bidang Cipta Karya berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bangka nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030 adalah:
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangka meliputi kebijakan penataan
ruang, Struktur Ruang dan pola ruang wilayah, serta pengendalian pemanfaatan ruang.
Dalam rangka mengakomodasi paradigma baru perencanaan wilayah dan untuk
mewujudkan rencana tata ruang yang berkelanjutan dan operasional sebagaimana
yang tertuang dalam UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, maka kebijakan
penataan ruang adalah sebagai berikut :
Kebijakan penataan ruang Kabupaten :
a. peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian;
c. perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian pemanfaatan sumber
daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya menuju kesejahteraan rakyat;
d. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
Kebijakan peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki dilaksanakan melalui
a. menjaga keterkaitan antara PKL dan PKLp Kabupaten dengan PKW, ibukota
kecamatan, kelurahan/perdesaan;
b. mengembangkan dan mendorong pertumbuhan PKL, PKLp dan pusat pertumbuhan
kecamatan;
c. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam dan kegiatan
budidaya unggulan;
Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian dilaksanakan melalui strategi:
a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar
kawasan strategis;
d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang kegiatan
ekonomi;
e. mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di pantai;
f. mendorong kegiatan industri dan perdagangan;
g. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis provinsi.
Kebijakan perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian pemanfaatan
sumber daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya menuju kesejahteraan rakyat
dilaksanakan melalui strategi:
a. mengelola pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
b. mengendalikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya;
c. mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. menjaga keterpaduan dan keharmonisan pemanfaatan ruang;
e. mengembangkan kegiatan budidaya sektor - sektor unggulan;
f. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek social budaya serta
ilmu pengetahuan dan teknologi;
g. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan;
i. menyeimbangkan ketersediaan ruang untuk kepentingan investasi masyarakat dan
swasta;
j. meningkatkan fungsi kawasan guna mendukung peningkatan perekonomian
masyarakat;
k. mengendalikan perizinan pemanfaatan ruang berskala luas.
Kebijakan pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
dilaksanakan melalui strategi:
a. mengendalikan pengembangan kawasan budidaya sesuai kapasitas, daya dukung,
dan fungsi lingkungan;
b. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan dan non
pangan yang berwawasan lingkungan;
c. mengembangkan kawasan yang berfungsi lindung;
d. mencegah dampak negatif kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
A. Arahan Pengembangan Fungsi Sistem Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030, bahwa
setiap wilayah yang ada di Kabupaten Bangka memiliki potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka
mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya
intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah
sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana
struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan
tersebut akan mengoptimalkan masing-masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan
kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Apabila sistem
pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka panjang berarti sistem perekonomian
wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perkembangan ekonomi dapat
terwujud.
Rencana struktur tata ruang yang ditetapkan adalah struktur ruang yang
1. mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangka;
2. menyelaraskan antara perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan
sarana dan prasarana pada setiap wilayah;
3. mengoptimalkan keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya manusia, alam, sumber daya binaan, dan sumber daya pembiayaan;
4. pemecahan persoalan pengembangan wilayah;
5. pewujudkan aspirasi masyarakat.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang lebih makro cakupannya, yaitu RTRWN,
RTRW Pulau Sumatera, dan RTRW Provinsi Bangka Belitung, telah ditetapkan arahan
atau rencana Sistem Kota-Kota, yaitu dengan penetapan fungsi pusat pelayanan sampai
tingkat PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah).
Dalam Sistem Pusat Perkotaan atau Pusat Pelayanan secara nasional, telah ditetapkan
adanya jenjang atau hirarki yang terdiri atas berturut-turut :
PKN (Pusat Kegiatan Nasional), yang pelayanannya mencakup beberapa provinsi;
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), yang pelayanannya mencakup beberapa
kabupaten;
PKL (Pusat Kegiatan Lokal), yang pelayanannya mencakup beberapa kecamatan.
PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)
Berdasarkan hierarki tersebut di atas maka rencana sistem kota-kota yang terdapat di
Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Kota Sungailiat dan Kota Belinyu
2. Pusat Pelayanan Kegiatan promosi (PKLp) : Kecamatan Puding Besar
3. Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) : Desa Petaling, Desa Riau, Desa Bakam, Desa
Pemali dan Desa Batu Rusa.
Untuk lebih jelasnya mengenai penetapan fungsi sistem perkotaan ini dapat dilihat
Tabel 3.2
Rencana Penetapan Fungsi Sistem Perkotaan di Kabupaten Bangka
No Fungsi Pusat Pusat Keterangan
I PKL Sungailiat Ibukota Kabupaten Bangka Belinyu Ibukota Kec. Belinyu II PKLp Puding Besar Ibukota Kec. Puding Besar III PPK Batu Rusa Ibukota Kec. Merawang
Riau Ibukota Kec. Riau Silip Petaling Ibukota Kec. Mendo Barat Pemali Ibukota Kec. Pemali Bakam Ibukota Kec. Bakam
Sumber : RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
Berdasarkan hasil pengkajian penentuan hirarki kota, homogenitas kawasan serta
interaksi antara wilayah, maka sistem kota di Kabupaten Bangka terdiri dari 3 Wilayah
Pengembangan :
a. Wilayah Pengembangan I dengan pusat pengembangannya di Kecamatan
Sungailiat
b. Wilayah Pengembangan II dengan pusat pengembangan di Kecamatan Belinyu
c. Wilayah Pengembangan III dengan pusat pengembangan di Kecamatan Puding
Besar.
Tabel 3.3
Arahan Sistem Perwilayahan Kabupaten Bangka
WP Nama Kota Sistem Perwilayahan Peran dan Fungsi WP
I Sungailiat Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan
-Pusat pelayanan untuk wilayah bawahannya
-Wilayah pemasaran bagi produksi hinterland
- Pendorong perkembangan wilayah
- Penyedia sarana dan prasarana kota
-Pusat perdagangan & jasa
-Kegiatan Wisata
-Kesehatan
-Pendidikan
II Belinyu Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan kecamatan
- Pelabuhan Laut Regional
- Kondisi eksisting yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk tinggi dengan keberadaan kawasan permukiman akan mempengaruhi munculnya aktifitas baru
- Adanya kegiatan Industri Perikanan Terpadu
WP Nama Kota Sistem Perwilayahan Peran dan Fungsi WP
III Puding Besar Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan kecamatan
- Pusat kegiatan industri dengan basis utama
komoditas hasil-hasil pertanian
- Wilayah pemasaran bagi produksi hinterland
-Pusat pelayanan untuk wilayah bawahannya
- Agropolitan
- Perkebunan
Sumber : Hasil Analisis, 2009
a. WP I Sungailiat
Sarana dan prasarana serta kegiatan yang menonjol di wilayah ini terutama yang
berkaitan dengan fungsi Pangkal Pinang sebagai PKW adalah Pengembangan kawasan
di sepanjang wilayah belakang Pangkal Pinang yang meliputi Kecamatan Merawang
dan Kecamatan Mendo Barat. Kawasan Kecamatan Merawang yang meliputi beberapa
desa direncanakan untuk pengembangan kawasan industri di muara Sungai Batu Rusa,
pengembangan wisata dan kota baru air anyir seluas lebih kurang 1.237 Ha,
pengembangan kawasan kota baru beserta sarana dan prasarana pendukungnnya di
Desa Air Anyir, kawasan pengembangan pendidikan tinggi,
kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Balun Ijuk dan Jada Bahrin,
serta Kawasan Agropolitan di seluruh Kecamatan Mendo Barat beserta kawasan
pendukungnya seperti kawasan Pertanian tanaman pangan dan perkebunan di
Petaling, Kemuja, dan kawasan Pendidikan di Petaling dan Paya Benua.
Kecamatan Sungailiat direncanakan sebagai kecamatan wisata pantai andalan Provinsi
Bangka Belitung di sepanjang pesisir timur, kawasan perdagangan di pusat kota, dan
pembentukan pusat pertumbuhan baru. Sebagai ibukota Kabupaten dikembangkan
kawasan permukiman yang memenuhi persyaratan sebagai satu wilayah ibukota.
Kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang adalah
berkembangnya industri polutif /perikanan tangkap di Kawasan Industri Jelitik dan
kawasan peruntukan industri lainnya beserta kawasan pendukungnya, dan perikanan
tambak di Kecamatan Merawang di sepanjang kawasan diluar sempadan Sungai
b. WP II Belinyu
Ruang yang dapat dikembangkan untuk kegiatan Ekonomi yang berpotensi dan
diharapkan dapat berkembang di masa yang akan datang diantaranya adalah :
Berkembangnya kawasan industri perikanan terpadu di wilayah Teluk Kelabat yang
meliputi kawasan Teluk Kelabat yang berada di Kabupaten Bangka dan Bangka
Barat.
Kawasan Perkebunan di barat dan selatan, Kawasan Perikanan tambak di utara dan
selatan,kawasan tamanan pangan lahan kering di utara dan barat, kawasan
pertambangan di barat dan selatan.
Wilayah Pengembangan II mengembangkan struktur wilayah seperti jaringan
jalan,listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat pengolahan akhir sampah,
drainase, dan lain-lain kebutuhan infrastruktur kota.
c. WP III Puding Besar
Ruang yang dikembangkan untuk kegiatan ekonomi di masa datang adalah :
Kawasan Perkebunan di barat dan selatan WP, kawasan tanaman pangan lahan
kering yang membentang dari barat hingga timur, kawasan pertambangan di tengah
dan barat daya serta kawasan wisata budaya Kota Kapur di Mendo Barat;
Kawasan Perdagangan dan Jasa di sepanjang perbatasan antara Desa Kace Timur
dan Pangkal Pinang.
B. Arahan Pengembangan Kawasan Prioritas
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten
yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan atau lingkungan.
Penentuan kawasan strategis kabupaten bersifat indikatif.
Kawasan budidaya strategis di Kabupaten Bangka terbagi menjadi 4
kawasan yaitu yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi, Kepentingan Sosial Budaya, Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
1. Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Belinyu
dan Kecamatan Merawang yang mempunyai peranan sentral dan strategis dalam
pembangunan Kabupaten Bangka; yaitu sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), pusat
kegiatan administrasi pemerintahan serta di Muara Sungai Batu Rusa yang
berhadapan langsung dengan pelabuhan Pangkal Balam. Kegiatan lainnya yang ada
di kawasan ini adalah pariwisata pantai, perdagangan dan jasa serta pe.
Kawasan Strategis ini merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis
dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi kabupaten dan terletak di Kecamatan Sungailiat yaitu Kawasan Industri
Jelitik Sungailiat, di Kecamatan Belinyu yaitu Kawasan Industri Terpadu Teluk
Kelabat dan di Kecamatan Merawang yaitu Kawasan Industri Muara Sungai Batu
Rusa yang akan dikelola oleh satu unit pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangka. Kawasan ini mempunyai fungsi ruang untuk berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat dalam wilayah kabupaten yang mempunyai pengaruh sangat penting
terhadap wilayah Kabupaten Bangka.
Kawasan Industri Jelitik Sungailiat yang ditetapkan melalui Perda No. 3
Tahun 2005 dengan luas kurang lebih 263 ha sedangkan kawaan Industri Muara
Sungai Batu Rusa luasnya kurang lebih 210 ha dan direncanakan sebagai pusat
kegiatan industri Kabupaten Bangka. Kawasan ini direncanakan dapat menjadi
salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi Kabupaten Bangka.
Kawasan Pelabuhan Perikanan Sungailiat merupakan kawasan yang
terletak berdampingan dengan Kawasan Industri Jelitik Sungailiat. Kawasan ini
memiliki luas sekitar 60 ha yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan
untuk mendukungnya. Pelabuhan perikanan Sungailiat diupayakan untuk
ditingkatkan menjadi pelabuhan samudera guna mendukung konsep minapolitan
sebagai salah satu konsep pengembangan wilayah Kabupaten Bangka.
2. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis ini berada di wilayah hinterland Kota Pangkalpinang,
(Universitas Bangka Belitung) Balun Ijuk. kawasan ini difungsikan sebagai
kawasan strategis kepentingan sosial dan budaya yang memberikan perlindungan
terhadap keanekaragaman seni budaya. Kota Baru Air Anyir terus di dorong
perkembangannya untuk wilayah permukiman perkotaan baru yang berbatasan
langsung dengan Kota Pangkalpinang dan memiliki akses sangat baik dimana
dilalui oleh jalan lingkar timur yang langsung menuju Pelabuhan Pangkalbalam,
Pangkalpinang.
Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata budaya
dan pendidikan.
3.Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Kawasan strategis ini berada di Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras
yang berada diantara Kecamatan Bakam dan Kecamatan Riau Silip. Kawasan ini
dilindungi dan difungsikan sebagai kawasan konservasi tempat perlindungan
keanekaragaman hayati yang memberikan perlindungan ekosistem, flora dan
fauna. Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras merupakan kawasan yang terus
di dorong perkembangannya, mengingat kawasan ini memberikan perlindungan
keseimbangan tata guna air dan lingkungan hidup kawasan di Kabupaten Bangka.
Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras dapat dimanfaatkan sebagai
kawasan wisata alam tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi
utamanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Kawasan Strategis Kepentingan Pertanian dan Perkebunan
Kawasan strategis ini berada di Kecamatan Mendo Barat. Kecamatan
Mendo Barat sebagai sentra pertanian dan perkebunan diharapkan menjadi
kawasan agropolitan. Pusat pengolahan hasil pertanian dan perkebunan
dipusatkan di kecamatan ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan
masyarakat petani.
Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata
tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya sesuai dengan
Pola pengelolaan kawasan prioritas ini bertujuan untuk:
a. Pengembangan kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan yang
dapat memberikan percepatan pembangunan bagi kawasan
sekitarnya;
b. Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya
yang berada dalam kawasan prioritas;
c. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah-daerah yang pembangunannya masih tertinggal;
d. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan pertahanan dan
keamanan negara.
Arahan dalam pengelolaan kawasan prioritas ini antara lain berupa :
a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan potensinya,
sehingga dapat mengarahkan pola investasi baik pemerintah maupun
swasta atau masyarakat untuk meningkatkan pembangunan kawasan,
meminimalkan konflik pemanfaatan ruang dan mengupayakan sinergi
pembangunan yang tinggi baik terhadap kabupaten/kota maupun
Provinsi;
b. Meningkatkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
wilayah tersebut melalui pelaksanaan program-program
pembangunan secara terpadu dan lintas sektoral di tingkat pusat,
Provinsi dan kabupaten/kota
c. Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan
keamanan negara dapat diselenggarakan secara optimal dan dapat
mengantisipasi setiap bentuk ancaman yang akan timbul;
d. Memanfaatkan ruang kawasan untuk mengembalikan keseimbangan
dan kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup di kawasan yang
bersangkutan
Untuk lebih jelas mengenai gambaran Kawasan Strategis Kabup aten
Bangka menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030 dapat dilihat pada
Gambar 3.1
Pengembangan Kawasan Strategis
Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
Tabel 3.4
Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
No Program Utama
Periode Waktu
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015
s/d 2020
2020 s/d 2025
2025 s/d 2030
1 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15
a. Kawasan Startegis Pengembangan Agropolitan dan minapolitan
x x X x x x x x x
b. Peningkatan sarana dan
prasarana Pelabuhan
Perikanan Sungailiat
x x X x x x x x x
c. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan industri
x x X x x x x x x
d. Kawasan Lindung (pengawasan Terpadu 13 jenis kawasan lindung dan rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan termasuk hutan produksi)
x x X x x x x x x
C. Arahan Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang
Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam menetapkan rencana
kebutuhan program pengembangan sarana dan prasarana dasar suatu
daerah antara lain pemanfaatan ruang saat ini serta arahan rencana
pengembangan pemanfaatan ruang pada masa yang akan datang dengan
tetap memperhatikan aspek daya dukung lingkungan yang bersangkutan.
Gambar 3.2
Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
Tabel 3.5
Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bangka Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
No Program Utama
Periode Waktu
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015
s/d 2020
2020 s/d 2025
2025 s/d 2030
1 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15
A. STRUKTUR RUANG
1. Perwujudan Pusat
Kegiatan
x x x x x x x x x
2. Perwujudan Sistem
Prasarana Wilayah
No Program Utama
B. PERWUJUDAN POLA
RUANG WILAYAH
1. Perwujudan Kawasan
Lindung
x x x x x x x x x
2. Perwujudan Kawasan
Budidaya
x x x x x x x x x
a. Kawasan Pertanian Lahan Basah
x x x x x x x x x
b. Kawasan Pertanian lahan Kering
j. Kawasan Permukiman Perkotaan (KPP)
x x x x
k. Kawasan Perdesaan x x x x x x
Sumber : RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030
1. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah
Berdasarkan hasil analisis peta satuan lahan. kawasan budidaya pertanian
lahan basah di Kabupaten Bangka tersusun atas satuan tanah alluvium. campuran
estuarine dan. marin yang masih muda, sungai muda, gambut. Lokasi lahan yang
cocok (sesuai) untuk perkembangan pertanian lahan basah terletak di Kecamatan
Riau Silip, Bakam, Puding Besar, Merawang, Mendo Barat, dengan luasan lebih
kurang 10.346,93 ha. Kawasan kegiatan peruntukkan pertanian lahan basah
dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan strategis Kabupaten
Bangka.
2. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan
kering lokasinya terletak di Kecamatan Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, Riau Silip,
pertanian lahan kering di Kabupaten Bangka didasarkan pada kehidupan sosial budaya
masyarakat Bangka.
3. Kawasan Peruntukkan Perkebunan
Lahan yang potensial dikembangkan untuk kegiatan perkebunan di
Kabupaten Bangka lokasinya tersebar hampir di seluruh kecamatan. Kawasan
perkebunan diperuntukkan bagi usaha perkebunan besar, sedang, kecil dan
perkebunan rakyat. Luas peruntukan kawasan perkebunan lebih kurang 56.297,17
ha. Pengembangan kawasan peruntukkan perkebunan dengan cara bermitra
dengan masyarakat dengan pola Perkebunan Inti Rakyat, pola Kebun Kelapa Sawit
Rakyat, dan pola lainnya dengan tujuan dan sasaran pemanfaatan sumber daya
alam yang menyejahterakan rakyat secara merata. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan perkebunan dan
masyarakat Kabupaten Bangka pada umumnya.
4. Kawasan Peruntukkan Perkebunan Rakyat
Kawasan peruntukkan perkebunan rakyat diletakkan dibelakang kawasan
peruntukan permukiman yang lebar dan panjangnya bervariasi berdasarkan
penggunaan dan kajian kebutuhan ruang. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi
usaha perkebunan yang tidak membutuhkan perizinan dan dilaksanakan secara
mandiri oleh masyarakat maupun melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain.
Luas perkebunan rakyat yang dimaksud kurang lebih 42.364,96 ha. Komoditas yang
dapat di usahakan dalam kawasan ini merupakan komoditas perkebunan baik
komoditas pangan maupun non pangan. Kawasan perkebunan rakyat dan kawasan
perkebunan dikembangkan untuk meningkatkan efek sebar di seluruh sektor
perekonomian.
5. Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peruntukan peternakan lokasinya menyebar dihampir seluruh
kecamatan di Kabupaten Bangka. Dalam mekanismenya kawasan ini dapat
terintegral dengan kawasan peruntukan lainnya selama tidak mengganggu
kawasan peternakan di tiap desa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
ketahanan pangan, dan menciptakan harmonisasi pemanfaatan ruang dengan luas
peruntukan kawasan kurang lebih 700 ha.
6. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan perikanan terbagi menjadi kawasan perikanan darat dan kawasan
perikanan tangkap. Kawasan perikanan tangkap dan budidaya Kabupaten Bangka
di pusatkan di Pelabuhan Belinyu, Kawasan Industri Perikanan Terpadu di Teluk
Kelabat, dan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Sungailiat yang
selanjutnya akan ditingkatkan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Sungailiat.
Kawasan peruntukan perikanan seluas lebih kurang 615,89 ha yang difungsikan
untuk kegiatan budidaya perikanan tambak air tawar, payau, dam air laut serta
industri pengolahan hasil perikanan. Untuk daerah potensial budidaya perikanan
tangkap berada pada wilayah yang menjadi kewenangan Kabupaten. Untuk
kawasan perikanan darat (tambak) diprioritaskan pada kawasan yang memiliki
potensi dan tersebar di beberapa kecamatan sesuai dengan potensinya.
7. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara. kegiatan pertambangan dilaksanakan pada wilayah izin usaha
pertambangan (WIUP). Wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) adalah wilayah yang
diberikan kepada pemegang IUP yaitu pemegang izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan. WIUP di Kabupaten Bangka (di luar minyak dan gas bumi) untuk
mineral logam, non logam, dan batuan yang diusulkan ke Pemerintah Pusat (Peta
RTRW 2010 – 2030; gambar 2.8). yaitu :
1. WIUP A seluas 253.052 ha (meliputi Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Bakam, Pemali,
Merawang, dan Sungailiat)
2. WIUP B seluas 69.900 ha (meliputi Kecamatan Mendo Barat, dan Puding Besar).
Pola ruang pertambangan di Kabupaten Bangka menempatkan kawasan peruntukan
peruntukan pertambangan rakyat seluas lebih kurang 4.125 ha Pengembangan
kawasan peruntukan pertambangan dilakukan melalui :
a. inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan di seluruh
wilayah;
b. penetapan aturan zonasi penambangan yang ramah lingkungan;
c. menyusun profil investasi, prosedur dan mekanisme perizinan serta rencana bisnis
untuk setiap wilayah pertambangan;
d. rehabilitasi lahan pasca tambang;
e. pelarangan dan penghentian kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan
lingkungan.
8. Kawasan Peruntukan Industri
Sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kabupaten Bangka yaitu
menjadikannya sebagai daerah industri dan perdagangan maka sebagai
perwujudan visi dan misi tersebut maka pemerintah daerah melalui Perda nomor
3 tahun 2005 menetapkan kawasan Jelitik Sungailiat sebagai Kawasan Industri
Jelitik seluas 263.26 Ha dan rencana pengembangan wilayahnya sesuai kebutuhan.
Rencana peruntukan Kawasan Industri di Kabupaten Bangka lebih kurang 983,13
ha yang akan dikembangkan di Kecamtaan Sungailiat, Belinyu dan Merawang.
Arahan pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri antara lain :
Mengembangkan industri yang menggunakan input dari hasil produksi
asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti timah, bahan galian C,
lada, sawit, karet dan perikanan laut;
Pengembangan dan penyebaran kawasan industri diarahkan dekat deng an
outlet dan jauh dari kawasan permukiman dan kawasan pertanian untuk
menghindari dampak negatif yang ditimbulkan olek kegiatan industri;
Menyediakan prasarana dan sarana pendukung untuk pengembangan
kegiatan industri;
Mencegah terjadinya konflik penggunaan lahan bagi kawasan industri
dengan penggunaan lahan lainnya, seperti fungsi lindung, pertambangan,
Beberapa hambatan dalam pengembangan sektor industri, khususnya
industri skala besar diantaranya masih terbatasnya dukungan pras arana dan
sarana, seperti sumber dan pasokan tenaga listrik, air bersih dan
telekomunikasi. Di wilayah kepulauan, umumnya kebutuhan pelayanan air
bersih merupakan salah satu masalah yang sulit diatasi.
9. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata diperuntukkan bagi pengembangan
pariwisata dan seluruh kegiatan yang mendukungnya. Kawasan pariwisata di
Kabupaten Bangka terdiri dari kawasan wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya
dan lain-lain. Luas peruntukan kawasan pariwisata lebih kurang 348,23 ha, yang akan
dikembangkan di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, Merawang dan Mendo Barat.
Kegiatan pariwisata dilaksanakan di kawasan pariwisata dan kawasan peruntukan
lainnya. Kawasan pengembangan pariwisata (KPP) terbagi ke dalam 4 kawasan.
Pembagian kawasan ini berdasarkan kedekatan dan aksessibilitas antar objek
wisatanya. KPP I mempunyai tema Ekowisata dan wisata rohani. KPP II mempunyai
tema wisata alam, rekreatif dan wisata belanja. KPP III bertema sejarah, budaya, dan
pendidikan. KPP IV bertema Agrowisata.
Kabupaten Bangka mengembangkan kawasan ecopark di Kecamatan
Merawang seluas lebih kurang 1.000 ha. Kawasan ini merupakan kawasan terpadu
sebagai kawasan tujuan wisata dan ilmu pengetahuan.
10. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Bangka berada di Kecamatan
Sungailiat, Pemali, Mendo Barat dan Belinyu. Karena pertimbangan ini termasuk
juga kawasan permukiman semi-perkotaan. yang dalam jangka panjang
diantisipasi akan semakin bergeser menjadi kawasan permukiman perkotaan.
Kawasan permukiman perkotaan ini relatif menonjol luasannya pada
kecamatan-kecamatan yang dilintasi Jalan Nasional / Jalan Propinsi. sehubungan dengan
perkembangan kawasan perkotaan memang lebih pesat pada koridor sepanjang
jalan tersebut daripada bagian wilayah lainnya. Permukiman perkotaan yang saat
datang permukiman perkotaan yang diprediksikan akan berkembang di
Kabupaten Bangka adalah Kawasan Kota Baru Air Anyir. Kawasan sekitar kampus
UBB dan Kota Kecamatan Puding Besar. Luas Permukiman perkotaan di
Kabupaten Bangka telah mengakomodir perkembangan wilayah. Kabupaten
mengembangkan permukiman perkotaan di kawasan yang diperuntukkan bagi
masyarakat kota. Luas lahan peruntukan permukiman perkotaan yaitu lebih
kurang 9.680,43 Ha. Permukiman perkotaan di Kota Sungailiat meliputi hampir
seluruh wilayah administrasi Kecamatan Sungailiat sedangkan permukiman
perkotaan di Kecamatan Pemali meliputi wilayah Desa Air Ruay, dan Desa Karya
Makmur. Untuk kota Belinyu kawasan peruntukan permukiman perkotaan
meliputi Kelurahan Kuto Panji. Kelurahan Air Jukung. Kelurahan Bukit Ketok, dan
kawasan permukiman perkotaan di Kecamatan Mendo Barat meliputi Desa Kace
dan Kace Timur dan di Kecamatan Merawang meliputi area sekitar Air Anyir dan
Mudel (Kota Baru Air Anyir).
11. Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan
Kawasan permukiman perdesaan yang ditetapkan di sini. adalah kawasan
permukiman perdesaan yang relatif signifikan luasnya dan menunjukkan ciri-ciri
intensitas yang memadai sebagai kawasan permukiman.
Arahan pemanfaatan potensi lahan untuk pengembangan permukiman di
wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
Kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal;
Memiliki kemampuan menyediakan tempat berusaha/bekerja;
Memiliki ketersediaan prasarana dan sarana permukiman; Memiliki aksesibilitas;
Memiliki jaminan kesehatan lingkungan;
Memiliki keamanan fisik geografis/tidak rawan bencana;
Memiliki kemampuan untuk berkembang dan menerima masukan teknologi.
Berdasarkan hasil analisis dan berbagai pertimbangan diatas. maka luas lahan
wilayah perdesaan yaitu lebih kurang 18.364,93 ha.
3
33...111...333 AAArrraaahhhaaannn WWWiiilllaaayyyaaahhh PPPeeennngggeeemmmbbbaaannngggaaannn SSStttrrraaattteeegggiiiss s
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat 2015-2019 dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat
luasnya wilayah nasional Indonesia, maka untuk memudahkan pengelolaannya,
pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/Kepulauan yang
dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau
potensi per pulau, sebagai berikut:
1) Pulau Sumatera. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Sumatera adalah:
Pintu Gerbang Perdagangan Internasional; Industri Berbasis Komoditas Kelapa
Sawit, Karet, Timah, Bauksit, & Kaolin; Lumbung Energi Nasional, Termasuk
Pengembangan Energi Terbarukan Biomassa; Hilirisasi Komoditas Batu Bara; dan
Percepatan Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim (Kelautan).
2) Pulau Jawa. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Jawa adalah: Sebagai
Lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata
terbaik dunia; Sebagai Pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan
Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan).
3) Pulau Papua. Tema besar pada Wilayah Pulau Papua adalah: Percepatan
Pengembangan Industri Komoditas Lokal Perkebunan, Peternakan, Kehutanan;
Percepatan Pengembangan Ekonomi Kemaritiman; Percepatan Pengembangan
Hilirisasi Industri Pertambangan, Migas & Tembaga; Penguatan Kapasitas
Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat; Percepatan Pengembangan
Pariwisata Budaya dan Alam; Peningkatan Kawasan Konservasi dan Daya Dukung
Lingkungan; dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan
Berbasis Wilayah Kampung Masyarakat Adat.
4) Pulau Kalimantan. Tema besar pada pengembangan Wilayah Kalimantan
adalah: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia; Salah satu
sawit, dan karet; dan Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi
komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon & pasir kuarsa.
5) Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Tema Besar pada pengembangan Wilayah Bali
adalah: Sebagai lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang
destinasi wisata terbaik dunia; Sebagai pendorong sektor industri dan jasa
nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan).
Sedangkan tema besar pada pengembangan Wilayah Nusa Tenggara adalah: Pintu
gerbang pariwisata ekologis; Pengembangan industri perikanan, garam, dan
rumput laut; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan perkebunan
jagung; dan Pengembangan industri mangan, dan tembaga.
6) Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah Maluku adalah:
Produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; Pengembangan industri
berbasis komoditas perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel,
dan tembaga; dan Pariwisata bahari.
7) Pulau Sulawesi. Tema besar pada pengembangan Wilayah Sulawesi adalah:
Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi & gas bumi; Pintu
gerbang perdagangan internasional & kawasan timur; Lumbung pangan nasional
dengan pengembangan industri kakao, padi, dan jagung; Pengembangan industri
berbasis logistik; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perikanan & pariwisata bahari.
Pengembangan WPS tersebut berazaskan pada efisiensi yang berbasis daya
dukung, daya tampung dan fungsi lingkungan fisik terbangun, manfaat dalam skala
ekonomi (economic of scale) serta sinergitas dalam menyediakan infrastruktur
transportasi untuk konektivitas dalam lingkup nasional maupun internasional,
mengurangi kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan energi terbarukan untuk
tenaga listrik, pemenuhan kebutuhan layanan dasar permukiman yang layak bagi
masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, serta meningkatan
keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air
minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan dengan
mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pada setiap
Konsepsi pengembangan WPS diilustrasikan yaitu pembangunan infrastruktur
wilayah PUPR pada setiap WPS diarahkan untuk mempercepat pembangunan fisik
di pusat pusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai dengan klusternya,
terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua)
dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan
daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur dalam kawasan,
antar kawasan maupun antar WPS. Pendekatan ini pada intinya merupakan
integrasi dari pendekatan sektoral, regional dan makro ekonomi. Setiap WPS akan
dikembangkan dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulannya, melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, industri manufaktur, industri pangan,
industri maritim, dan atau pariwisata antara lain dengan:
1. Pemenuhan pelayanan dasar bagi seluruh lapisan masyarakat serta mendukung
kawasan perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah tertinggal dan, daerah-daerah
yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan
pelayanan publik terkait infrastruktur PUPR;
2. Mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk
ekonomi maritim dan peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi dan sumber
daya sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka
percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau
dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah melalui:
a. Pengembangan sentra ekonomi, pembangunan Kawasan Metropolitan baru
di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan
menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah
sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa;
b. Pengembangan kemaritiman (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya
kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan, pengembangan
energi dan mineral kelautan, pengembangan kawasan wisata bahari, industri
maritim dan perkapalan;
c. Pengembangan kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang
diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang
diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta
d. Pembangunan kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau
kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa – Bali yang diperuntukkan
bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai
pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di
luar Pulau Jawa-Bali;
e. Peningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, dengan memperkuat
pusat-pusat pertumbuhan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW).
3. Mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan fokus
pada PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan (dengan
membangun kota lintas batas yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang cukup signifikan sebagai halaman depan negara yang berdaulat,
berdaya saing, dan aman); serta membangun kawasan perkotaan dan perdesaan
dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah melalui pengembangan
untuk pengentasan daerah tertinggal.
4. Meningkatkan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan,
pemberian bimbingan teknis dan penerapan SPM di 35 WPS untuk diarahkan
sebagai pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan
kontribusi ekonomi.
5. Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana dengan
meningkatkan kapasitas pengendali daya rusak air serta meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam rangka mengurangi indeks risiko bencana pada wilayah yang
memiliki indeks risiko bencana tinggi untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat
kejadian bencana di masa mendatang.
Selanjutnya pembangunan infrastruktur PUPR pada setiap WPS akan diterpadukan
dengan sasaran pokok dan program nasional sebagai berikut:
Pertama, dengan pengembangan Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas
(KSPNP) di antaranya di Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa
(KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan
Bromo-Tengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur
dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau
dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan
Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).
Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan Kawasan Industri Prioritas
(KIP), di antaranya di Pulau Sumatera (KIP:Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan
Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung,
Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang,
dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe);
Kepulauan Maluku (KIP Buli/Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk
Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan
PKSN/Kota Perbatasan di antaranya di Pulau Sumatera; Pulau Jawa-Bali;
Kepulauan Nusa Tenggara; Pulau Kalimantan; Kepulauan Maluku dan Pulau
lainnya.
Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut (pelabuhan hub
dan pelabuhan feeder) yang di antaranya di Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan,
Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan
Palembang: Boom Baru); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung
Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan,
Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusatenggara (Kupang); Pulau Sulawesi
(Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan
Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura)
lustrasi arah pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) seluruh pulau
sebagaimana terlihat pada gambar 3.6. Dalam hal ini, setiap wilayah
pulau/kepulauan tersebut dipilah ke dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS) yang dikelompokkan ke dalam 3 kelompok WPS, yaitu: Kelompok WPS
Pusat pertumbuhan terpadu; Kelompok WPS Pusat pertumbuhan sedang
berkembang; dan Kelompok WPS Pertumbuhan baru. Ke 35 WPS tersebut tersebar
di seluruh pulau dan kepulauan yaitu: Pulau Sumatera (6 WPS), Pulau Sulawesi (5
WPS), Pulau Kalimantan (4 WPS), Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa
Tenggara (5 WPS), Pulau Papua (4 WPS), Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau
Kecil Terluar (1WPS) Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan dari wilayah