• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Dimensi Pembangunan; 1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. - DOCRPIJM 090bedfe10 BAB III7. BAB III KETERPADUAN STRATEGI PEGEMBANGAN KABUPATEN BANGKA NEW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "B. Dimensi Pembangunan; 1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. - DOCRPIJM 090bedfe10 BAB III7. BAB III KETERPADUAN STRATEGI PEGEMBANGAN KABUPATEN BANGKA NEW"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

I

I

A

A

R

R

A

A

H

H

A

A

N

N

K

K

E

E

B

B

I

I

J

J

A

A

K

K

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

T

T

R

R

A

A

T

T

E

E

G

G

I

I

S

S

I

I

N

N

F

F

R

R

A

A

S

S

T

T

R

R

U

U

K

K

T

T

U

U

R

R

B

B

I

I

D

D

A

A

N

N

G

G

C

C

I

I

P

P

T

T

A

A

K

K

A

A

R

R

Y

Y

A

A

3

33...111... AAARRRAAAHHHAAANNN PPPEEEMMMBBBAAANNNGGGUUUNNNAAANNN BBBIIIDDDAAANNNGGG CCCIIIPPPTTTAAA KKKAAARRRYYYAAA DDDAAANNN AAARRRAAAHHHAAANNN

P

PPEEENNNAAATTTAAAAAANNN RRRUUUAAANNNGGG WWWIIILLLAAAYYYAAAHHH KKKAAABBBUUUPPPAAATTTEEENNN BBBAAANNNGGGKKKAAA

3

33...111...111 AAArrraaahhhaaannn PPPeeemmmbbbaaannnggguuunnnaaannn BBBiiidddaaannnggg CCCiiippptttaaa KKKaaarrryyyaaa (((BBBeeerrrdddaaasssaaarrrkkkaaannn PPPeeerrraaatttuuurrraaannn PPPrrreeesssiiidddeeennn

N

NNooommmooorrr 222 TTTaaahhhuuunnn 222000111555 ttteeennntttaaannnggg RRRPPPJJJMMMNNN 222000111555---222000111999 dddaaannn RRReeennnssstttrrraaa DDDiiitttjjjeeennnddd CCCiiippptttaaa K

KKaaarrryyyaaa TTTaaahhhuuunnn 222000111555---222000111999)) )

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang

tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan

kepada :

A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya

meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan

ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan

pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya

dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

B. Dimensi Pembangunan;

1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.

Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama

pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen

masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan.

Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan,

kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan

(2)

kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber

daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung

pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi

kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal.

Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan

modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri

untuk penciptaan nilai tambah.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus

meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun

antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan

prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan

Timur.

C. Kondisi Sosial, Politik, Hukum, dan Keamanan yang Stabil

Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban,

politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

D. Quickwins

Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan

dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi

masyarakat.

Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk

mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu,

diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan

akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa

Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah

Jawa-Bali dan Sumatera.

Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;

1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa

(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan

(3)

pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;

peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta

peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.

2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.

Pengembangan Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota

berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera

berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi

perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar

Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak

huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana;

pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya

lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan

arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan

prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa,

termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2)

penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa

termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan

keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk

permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara

sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi,

dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur

pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6)

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta

penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7)

pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi

untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah

peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan

(4)

antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas

antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2)

perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui

pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan

transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat

dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.

4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan

Perbatasan.

Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan

dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian

masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan

infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan

strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di

daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah

tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan

daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5)

memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi

dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap

daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan

transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua

Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan

dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara

yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan

perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan

pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal

tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan

ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3)

pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi

(5)

standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan

laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.

5.Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana

dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui

strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan

terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan

bencana.

6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah

pengembangan struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,

7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi

Daerah meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah;

peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas

keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

3

33...111...222 AAArrraaahhhaaannn PPPeeennnaaatttaaaaaannn RRRuuuaaannnggg ((( BBBeeerrrdddaaasssaaarrrkkkaaannn RRRTTTRRRWWWNNN,,, dddaaannn RRRTTTRRRWWW KKKaaabbbuuupppaaattteeennn B

BBaaannngggkkkaaa)) )

3.1.2.1 Penataan Ruang berdasarkan RTRWN

Berdasarkan RTRWN, arahan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Bangka

adalah sebagai berikut :

1) Kawasan andalan (kawasan darat)

Sektor unggulan : Pertanian dan Kehutanan, Industri dan Perdagangan,

Pariwisata, Pertambangan.

2) Kawasan laut yang terkait Kawasan laut

Sektor unggulan : Kelautan dan Perikanan serta Pariwisata

3) Kota dalam kawasan darat :

Koba : Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Untuk perwujudan arahan berdasarkan atas PP No. 26 tahun 2008 (RTRWN)¸ dalam

indikasi program utama lima tahunan RTRW ditetapkan bahwa pengembangan

Kabupaten Bangka diarahkan sebagai Pusat kegiatan Wilayah yang pengembangannya

(6)

pengembangan kota-kota setra produksi (II/B) (Lampiran II PP no. 26 Tahun 2008).

Adapun arahan pola ruang dalam sistem nasional, wilayah Kabupaten Bangka

termasuk dalam Kawasan Andalan Bangka dan sekitarnya dengan sektor unggulan

pertanian, perkebunan, industri dan pariwisata, serta Kawasan Andalan Laut Bangka

dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman

pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum,

program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan

lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja

yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

3.1.2.2 Penataan Ruang berdasarkan RTRWP

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2

Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2014-2034 maka Kawasan wilayah Kabupaten Bangka dinilai

memiliki dampak penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

pertahanan keamanan perlu ditetapkan sebagai kawasan prioritas, yaitu

merupakan kawasan yang memiliki salah satu atau beberapa ciri sebagai

berikut :

 Kawasan cepat tumbuh;

 Kawasan kritis lingkungan;

 Kawasan kelautan;

 Kawasan tertinggal

Pola pengelolaan kawasan prioritas ini bertujuan untuk:

a. Pengembangan kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan yang

dapat memberikan percepatan pembangunan bagi kawasan

sekitarnya;

(7)

c. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di daerah-daerah yang pembangunannya masih tertinggal;

d. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan pertahanan dan

keamanan negara

Kawasan dimaksud, yaitu :

a. Kawasan Andalan. Termasuk dalam kawasan andalan ini, yaitu :

 Sub kawasan Sungailiat dan sekitarnya;

 Sub kawasan Belinyu dan sekitarnya;

b. Kawasan Tertinggal. Termasuk dalam kawasan tertinggal ini, yaitu :

 Sub kawasan Puding Besar dan sekitarnya; dan

c. Kawasan Laut. Termasuk dalam kawasan laut ini, yaitu :

 Sub kawasan Sungailiat dan sekitarnya;

d. Kawasan Kritis. Termasuk dalam kawasan kritis ini, yaitu :

 Sub kawasan Gunung Maras

 Sub kawasan bekas penambangan timah dan bahan galian gol. C

 Sub kawasan pantai yang rawan abrasi

e. Kawasan Tertentu. Termasuk dalam kawasan tertentu ini, yaitu :

 Kawasan pangkalan AL di setiap pelabuhan laut;

Arahan dalam pengelolaan kawasan prioritas ini antara lain berupa :

a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan potensinya,

sehingga dapat mengarahkan pola investasi baik pemerintah maupun

swasta atau masyarakat untuk meningkatkan pembangunan kawasan,

meminimalkan konflik pemanfaatan ruang dan mengupayakan sinergi

pembangunan yang tinggi baik terhadap kabupaten/kota maupun

Provinsi;

b. Meningkatkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan

wilayah tersebut melalui pelaksanaan program-program

pembangunan secara terpadu dan lintas sektoral di tingkat pusat,

(8)

c. Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan

keamanan negara dapat diselenggarakan secara optimal dan dapat

mengantisipasi setiap bentuk ancaman yang akan timbul;

d. Memanfaatkan ruang kawasan untuk mengembalikan keseimbangan

dan kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup di kawasan yang

bersangkutan

Arahan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung menurut RTRW 2002-2016 ini secara ringkas dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Arahan Struktur Ruang Kabupaten Bangka Menurut RTRWP Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2002-2016

Arahan

Pengembangan Kawasan / Wilayah

Arahan RTRWP 2002-2016

Tahap I

(2001 – 2006)

Tahap II

(2007 – 2011)

1. Penetapan Kab. Bangka sbg PKL X (Sungailiat) X (Belinyu)

2. Pengembangan Kaw. Industri :

 Kawasan Industri Selindung

 Kawasan Industri Air Katung

 Kawasan Industri Belinyu

X

3. Pengembangan Kaw. Andalan :

 Sub KawasanSungailiat dsk

 Sub Kawasan Belinyu dsk

X X

X

4. Pengembangan Kawasan Tertinggal :

 Sub Kawasan Puding Besar dsk X

5. Pengembangan Kawasan Laut :

 Sub Kawasan Belinyu dsk.

 Sub Kawasan Sungailiat dsk.

X

6. Pengembangan DPP :

 Petaling

 Merawang

X X

X

7. Pengembangan Kaw. Andalan :

 Sub KawasanSungailiat dsk

 Sub Kawasan Belinyu dsk

X X

X

8. Pengembangan Kawasan Tertinggal :

(9)

Arahan

Pengembangan Kawasan / Wilayah

Arahan RTRWP 2002-2016

Tahap I

(2001 – 2006)

Tahap II

(2007 – 2011)

9. Pengembangan Kawasan Laut :

 Sub Kawasan Belinyu dsk.

 Sub Kawasan Sungailiat dsk.

X

10.Pengembangan DPP :

 Petaling

 Merawang

X X

X

Sumber : RTRWP Kepulauan Bangka Belitung 2002 -2016

A. Kegiatan Industri

Industri yang terdapat di Kabupaten Bangka, termasuk kelompok

industri pengolahan terutama yang megolah hasil tambang, pertanian,

bahan galian golongan C dan industri rumah tangga yang meliputi

industri skala besar, menengah dan skala kecil.

Kelompok industri yang termasuk skala menengah lebih banyak yang

memanfaatkan bahan baku golongan C seperti industri pembuatan

bata, genteng, industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan,

kehutanan, seperti industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan

karet, pengolahan kayu serta industri pembuatan es beku untuk

pengawetan ikan.

Industri yang termasuk skala besar adalah industri yang berkaitan

dengan penambangan timah yang membutuhkan teknologi tinggi,

seperti di Kawasan industri Balai Karya.

Arahan pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri antara lain :

 Mengembangkan industri yang menggunakan input dari hasil

produksi asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti timah,

(10)

 Pengembangan dan penyebaran kawasan industri diarahkan dekat

dengan outlet dan jauh dari kawasan permukiman dan kawasan

pertanian untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan olek

kegiatan industri;

 Menyediakan prasarana dan sarana pendukung untuk

pengembangan kegiatan industri;

 Mencegah terjadinya konflik penggunaan lahan bagi kawasan

industri dengan penggunaan lahan lainnya, seperti fungsi lindung,

pertambangan, kehutanan dan permukiman.

Beberapa hambatan dalam pengembangan sektor industri, khususnya

industri skala besar diantaranya masih terbatasnya dukungan

prasarana dan sarana, seperti sumber dan pasokan tenaga listrik, air

bersih dan telekomunikasi. Di wilayah kepulauan, umumnya

kebutuhan pelayanan air bersih merupakan salah satu masalah yang

sulit diatasi.

B. Kegiatan Pariwisata

Sebagai wilayah kepulauan, potensi pengembangan pariwisata yang

terdapat di Kabupaten Bangka sebagian besar merupakan obyek

wisata pantai yang tersebar di beberapa lokasi. Namun selain itu, juga

terdapat obyek wisata berupa hutan taman wisata disamping wisata

budaya dan sejarah yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Dilihat dari potensi dan prospek serta keunggulan komparatif yang

dimiliki, sektor pariwisata di Kabupaten Bangka dapat dijadikan

sebagai salah satu sektor unggulan dalam menggerakan perekonomian

serta memberikan multiplier effect terhadap perkembangan

(11)

Sebagian besar kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka berupa

wisata pantai, sementara di kawasan tersebut juga kaya akan mineral,

pasir timah dan bahan galian C, sehingga terjadi tumpang tindih

dengan sektor pertambangan yang menyebabkan kerusakan

lingkungan dan penurunan nilai estetis kawasan wisata.

Selain itu, masih banyak kawasan pariwisata yang belum dikelola

secara optimal serta sangat minim dukungan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan pariwisata, sehingga sektor ini sekalipun

potensial, tapi masih belum menunjukkan kontribusi yang signifikan

bagi penerimaan daerah.

C. Kegiatan Perumahan dan Permukiman

Pengembangan kegiatan perumahan dan permukiman pada kawasan

perkotaan dan perdesaan diarahkan sesuai penetapan fungsi

masing-masing kawasan perkotaan dan perdesaan secara hirarkis yaitu

melalui penetapan pusat-pusat permukiman (perkotaan dan

perdesaan). Dalam arahan pengembangan perumahan dan

permukiman ini, selain megacu pada penetapan sistem p usat-pusat

permukiman sebagaimana diarahkan didalam RTRW Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, juga perlu mempertimbangkan arahan

pengembangan perumahan dan permukiman didalam RTRW

Kabupaten/kota masing-masing. Hal ini terjadi karena terdapat

perbedaan dimensi waktu penyusunan rencana serta tingkat

kedetailan dan ruang lingkup materi rencana yang terdapat pada

RTRW Provinsi dengan RTRW Kabupaten/kota.

Adapun pada pengembangan permukiman perdesaan, diarahkan

selaras dengan pembentukan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan

memperhatikan potensi desa yang ada, sebaran spasial desa yang ada

(12)

tersebut diarahkan untuk mendukung pengembangan DPP, yaitu pada

desa-desa yang memiliki kriteria antara lain :

 Desa yang memiliki potensi untuk tumbuh dengan investasi kecil;

 Desa yang berfungsi sebagai penyedia pelayanan pada desa -desa

sekitarnya;

 Dapat berfungsi sebagai pusat perantara antarkota dengan desa

-desa.

3.1.2.3 Penataan Ruang berdasarkan RTRW Kabupaten

Arahan spasial untuk bidang Cipta Karya berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Bangka nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030 adalah:

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangka meliputi kebijakan penataan

ruang, Struktur Ruang dan pola ruang wilayah, serta pengendalian pemanfaatan ruang.

Dalam rangka mengakomodasi paradigma baru perencanaan wilayah dan untuk

mewujudkan rencana tata ruang yang berkelanjutan dan operasional sebagaimana

yang tertuang dalam UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, maka kebijakan

penataan ruang adalah sebagai berikut :

Kebijakan penataan ruang Kabupaten :

a. peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;

b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian;

c. perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian pemanfaatan sumber

daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya menuju kesejahteraan rakyat;

d. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

Kebijakan peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki dilaksanakan melalui

(13)

a. menjaga keterkaitan antara PKL dan PKLp Kabupaten dengan PKW, ibukota

kecamatan, kelurahan/perdesaan;

b. mengembangkan dan mendorong pertumbuhan PKL, PKLp dan pusat pertumbuhan

kecamatan;

c. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam dan kegiatan

budidaya unggulan;

Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian dilaksanakan melalui strategi:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten;

b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;

c. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar

kawasan strategis;

d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang kegiatan

ekonomi;

e. mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di pantai;

f. mendorong kegiatan industri dan perdagangan;

g. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis provinsi.

Kebijakan perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian pemanfaatan

sumber daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya menuju kesejahteraan rakyat

dilaksanakan melalui strategi:

a. mengelola pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;

b. mengendalikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya;

c. mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

d. menjaga keterpaduan dan keharmonisan pemanfaatan ruang;

e. mengembangkan kegiatan budidaya sektor - sektor unggulan;

f. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek social budaya serta

ilmu pengetahuan dan teknologi;

g. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan;

(14)

i. menyeimbangkan ketersediaan ruang untuk kepentingan investasi masyarakat dan

swasta;

j. meningkatkan fungsi kawasan guna mendukung peningkatan perekonomian

masyarakat;

k. mengendalikan perizinan pemanfaatan ruang berskala luas.

Kebijakan pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

dilaksanakan melalui strategi:

a. mengendalikan pengembangan kawasan budidaya sesuai kapasitas, daya dukung,

dan fungsi lingkungan;

b. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan dan non

pangan yang berwawasan lingkungan;

c. mengembangkan kawasan yang berfungsi lindung;

d. mencegah dampak negatif kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan hidup.

A. Arahan Pengembangan Fungsi Sistem Perkotaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1 Tahun 2013

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030, bahwa

setiap wilayah yang ada di Kabupaten Bangka memiliki potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka

mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya

intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah

sesuai dengan potensi, hambatan, dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana

struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan

tersebut akan mengoptimalkan masing-masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan

kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya. Apabila sistem

pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka panjang berarti sistem perekonomian

wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perkembangan ekonomi dapat

terwujud.

Rencana struktur tata ruang yang ditetapkan adalah struktur ruang yang

(15)

1. mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangka;

2. menyelaraskan antara perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan

sarana dan prasarana pada setiap wilayah;

3. mengoptimalkan keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik

sumberdaya manusia, alam, sumber daya binaan, dan sumber daya pembiayaan;

4. pemecahan persoalan pengembangan wilayah;

5. pewujudkan aspirasi masyarakat.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang lebih makro cakupannya, yaitu RTRWN,

RTRW Pulau Sumatera, dan RTRW Provinsi Bangka Belitung, telah ditetapkan arahan

atau rencana Sistem Kota-Kota, yaitu dengan penetapan fungsi pusat pelayanan sampai

tingkat PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah).

Dalam Sistem Pusat Perkotaan atau Pusat Pelayanan secara nasional, telah ditetapkan

adanya jenjang atau hirarki yang terdiri atas berturut-turut :

PKN (Pusat Kegiatan Nasional), yang pelayanannya mencakup beberapa provinsi;

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), yang pelayanannya mencakup beberapa

kabupaten;

PKL (Pusat Kegiatan Lokal), yang pelayanannya mencakup beberapa kecamatan.

PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)

Berdasarkan hierarki tersebut di atas maka rencana sistem kota-kota yang terdapat di

Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Kota Sungailiat dan Kota Belinyu

2. Pusat Pelayanan Kegiatan promosi (PKLp) : Kecamatan Puding Besar

3. Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) : Desa Petaling, Desa Riau, Desa Bakam, Desa

Pemali dan Desa Batu Rusa.

Untuk lebih jelasnya mengenai penetapan fungsi sistem perkotaan ini dapat dilihat

(16)

Tabel 3.2

Rencana Penetapan Fungsi Sistem Perkotaan di Kabupaten Bangka

No Fungsi Pusat Pusat Keterangan

I PKL Sungailiat Ibukota Kabupaten Bangka Belinyu Ibukota Kec. Belinyu II PKLp Puding Besar Ibukota Kec. Puding Besar III PPK Batu Rusa Ibukota Kec. Merawang

Riau Ibukota Kec. Riau Silip Petaling Ibukota Kec. Mendo Barat Pemali Ibukota Kec. Pemali Bakam Ibukota Kec. Bakam

Sumber : RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

Berdasarkan hasil pengkajian penentuan hirarki kota, homogenitas kawasan serta

interaksi antara wilayah, maka sistem kota di Kabupaten Bangka terdiri dari 3 Wilayah

Pengembangan :

a. Wilayah Pengembangan I dengan pusat pengembangannya di Kecamatan

Sungailiat

b. Wilayah Pengembangan II dengan pusat pengembangan di Kecamatan Belinyu

c. Wilayah Pengembangan III dengan pusat pengembangan di Kecamatan Puding

Besar.

Tabel 3.3

Arahan Sistem Perwilayahan Kabupaten Bangka

WP Nama Kota Sistem Perwilayahan Peran dan Fungsi WP

I Sungailiat Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan

-Pusat pelayanan untuk wilayah bawahannya

-Wilayah pemasaran bagi produksi hinterland

- Pendorong perkembangan wilayah

- Penyedia sarana dan prasarana kota

-Pusat perdagangan & jasa

-Kegiatan Wisata

-Kesehatan

-Pendidikan

II Belinyu Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan kecamatan

- Pelabuhan Laut Regional

- Kondisi eksisting yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk tinggi dengan keberadaan kawasan permukiman akan mempengaruhi munculnya aktifitas baru

- Adanya kegiatan Industri Perikanan Terpadu

(17)

WP Nama Kota Sistem Perwilayahan Peran dan Fungsi WP

III Puding Besar Wilayah Pengembangan - Pusat pemerintahan kecamatan

- Pusat kegiatan industri dengan basis utama

komoditas hasil-hasil pertanian

- Wilayah pemasaran bagi produksi hinterland

-Pusat pelayanan untuk wilayah bawahannya

- Agropolitan

- Perkebunan

Sumber : Hasil Analisis, 2009

a. WP I Sungailiat

Sarana dan prasarana serta kegiatan yang menonjol di wilayah ini terutama yang

berkaitan dengan fungsi Pangkal Pinang sebagai PKW adalah Pengembangan kawasan

di sepanjang wilayah belakang Pangkal Pinang yang meliputi Kecamatan Merawang

dan Kecamatan Mendo Barat. Kawasan Kecamatan Merawang yang meliputi beberapa

desa direncanakan untuk pengembangan kawasan industri di muara Sungai Batu Rusa,

pengembangan wisata dan kota baru air anyir seluas lebih kurang 1.237 Ha,

pengembangan kawasan kota baru beserta sarana dan prasarana pendukungnnya di

Desa Air Anyir, kawasan pengembangan pendidikan tinggi,

kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Balun Ijuk dan Jada Bahrin,

serta Kawasan Agropolitan di seluruh Kecamatan Mendo Barat beserta kawasan

pendukungnya seperti kawasan Pertanian tanaman pangan dan perkebunan di

Petaling, Kemuja, dan kawasan Pendidikan di Petaling dan Paya Benua.

Kecamatan Sungailiat direncanakan sebagai kecamatan wisata pantai andalan Provinsi

Bangka Belitung di sepanjang pesisir timur, kawasan perdagangan di pusat kota, dan

pembentukan pusat pertumbuhan baru. Sebagai ibukota Kabupaten dikembangkan

kawasan permukiman yang memenuhi persyaratan sebagai satu wilayah ibukota.

Kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang adalah

berkembangnya industri polutif /perikanan tangkap di Kawasan Industri Jelitik dan

kawasan peruntukan industri lainnya beserta kawasan pendukungnya, dan perikanan

tambak di Kecamatan Merawang di sepanjang kawasan diluar sempadan Sungai

(18)

b. WP II Belinyu

Ruang yang dapat dikembangkan untuk kegiatan Ekonomi yang berpotensi dan

diharapkan dapat berkembang di masa yang akan datang diantaranya adalah :

 Berkembangnya kawasan industri perikanan terpadu di wilayah Teluk Kelabat yang

meliputi kawasan Teluk Kelabat yang berada di Kabupaten Bangka dan Bangka

Barat.

 Kawasan Perkebunan di barat dan selatan, Kawasan Perikanan tambak di utara dan

selatan,kawasan tamanan pangan lahan kering di utara dan barat, kawasan

pertambangan di barat dan selatan.

 Wilayah Pengembangan II mengembangkan struktur wilayah seperti jaringan

jalan,listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat pengolahan akhir sampah,

drainase, dan lain-lain kebutuhan infrastruktur kota.

c. WP III Puding Besar

Ruang yang dikembangkan untuk kegiatan ekonomi di masa datang adalah :

 Kawasan Perkebunan di barat dan selatan WP, kawasan tanaman pangan lahan

kering yang membentang dari barat hingga timur, kawasan pertambangan di tengah

dan barat daya serta kawasan wisata budaya Kota Kapur di Mendo Barat;

 Kawasan Perdagangan dan Jasa di sepanjang perbatasan antara Desa Kace Timur

dan Pangkal Pinang.

B. Arahan Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten

yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan atau lingkungan.

Penentuan kawasan strategis kabupaten bersifat indikatif.

Kawasan budidaya strategis di Kabupaten Bangka terbagi menjadi 4

kawasan yaitu yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan

ekonomi, Kepentingan Sosial Budaya, Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup dan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

(19)

1. Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Belinyu

dan Kecamatan Merawang yang mempunyai peranan sentral dan strategis dalam

pembangunan Kabupaten Bangka; yaitu sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), pusat

kegiatan administrasi pemerintahan serta di Muara Sungai Batu Rusa yang

berhadapan langsung dengan pelabuhan Pangkal Balam. Kegiatan lainnya yang ada

di kawasan ini adalah pariwisata pantai, perdagangan dan jasa serta pe.

Kawasan Strategis ini merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis

dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi kabupaten dan terletak di Kecamatan Sungailiat yaitu Kawasan Industri

Jelitik Sungailiat, di Kecamatan Belinyu yaitu Kawasan Industri Terpadu Teluk

Kelabat dan di Kecamatan Merawang yaitu Kawasan Industri Muara Sungai Batu

Rusa yang akan dikelola oleh satu unit pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten

Bangka. Kawasan ini mempunyai fungsi ruang untuk berbagai kegiatan ekonomi

masyarakat dalam wilayah kabupaten yang mempunyai pengaruh sangat penting

terhadap wilayah Kabupaten Bangka.

Kawasan Industri Jelitik Sungailiat yang ditetapkan melalui Perda No. 3

Tahun 2005 dengan luas kurang lebih 263 ha sedangkan kawaan Industri Muara

Sungai Batu Rusa luasnya kurang lebih 210 ha dan direncanakan sebagai pusat

kegiatan industri Kabupaten Bangka. Kawasan ini direncanakan dapat menjadi

salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi Kabupaten Bangka.

Kawasan Pelabuhan Perikanan Sungailiat merupakan kawasan yang

terletak berdampingan dengan Kawasan Industri Jelitik Sungailiat. Kawasan ini

memiliki luas sekitar 60 ha yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan

untuk mendukungnya. Pelabuhan perikanan Sungailiat diupayakan untuk

ditingkatkan menjadi pelabuhan samudera guna mendukung konsep minapolitan

sebagai salah satu konsep pengembangan wilayah Kabupaten Bangka.

2. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis ini berada di wilayah hinterland Kota Pangkalpinang,

(20)

(Universitas Bangka Belitung) Balun Ijuk. kawasan ini difungsikan sebagai

kawasan strategis kepentingan sosial dan budaya yang memberikan perlindungan

terhadap keanekaragaman seni budaya. Kota Baru Air Anyir terus di dorong

perkembangannya untuk wilayah permukiman perkotaan baru yang berbatasan

langsung dengan Kota Pangkalpinang dan memiliki akses sangat baik dimana

dilalui oleh jalan lingkar timur yang langsung menuju Pelabuhan Pangkalbalam,

Pangkalpinang.

Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata budaya

dan pendidikan.

3.Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Hidup

Kawasan strategis ini berada di Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras

yang berada diantara Kecamatan Bakam dan Kecamatan Riau Silip. Kawasan ini

dilindungi dan difungsikan sebagai kawasan konservasi tempat perlindungan

keanekaragaman hayati yang memberikan perlindungan ekosistem, flora dan

fauna. Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras merupakan kawasan yang terus

di dorong perkembangannya, mengingat kawasan ini memberikan perlindungan

keseimbangan tata guna air dan lingkungan hidup kawasan di Kabupaten Bangka.

Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras dapat dimanfaatkan sebagai

kawasan wisata alam tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi

utamanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Kawasan Strategis Kepentingan Pertanian dan Perkebunan

Kawasan strategis ini berada di Kecamatan Mendo Barat. Kecamatan

Mendo Barat sebagai sentra pertanian dan perkebunan diharapkan menjadi

kawasan agropolitan. Pusat pengolahan hasil pertanian dan perkebunan

dipusatkan di kecamatan ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan

masyarakat petani.

Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata

tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya sesuai dengan

(21)

Pola pengelolaan kawasan prioritas ini bertujuan untuk:

a. Pengembangan kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan yang

dapat memberikan percepatan pembangunan bagi kawasan

sekitarnya;

b. Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya

yang berada dalam kawasan prioritas;

c. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di daerah-daerah yang pembangunannya masih tertinggal;

d. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan pertahanan dan

keamanan negara.

Arahan dalam pengelolaan kawasan prioritas ini antara lain berupa :

a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan potensinya,

sehingga dapat mengarahkan pola investasi baik pemerintah maupun

swasta atau masyarakat untuk meningkatkan pembangunan kawasan,

meminimalkan konflik pemanfaatan ruang dan mengupayakan sinergi

pembangunan yang tinggi baik terhadap kabupaten/kota maupun

Provinsi;

b. Meningkatkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan

wilayah tersebut melalui pelaksanaan program-program

pembangunan secara terpadu dan lintas sektoral di tingkat pusat,

Provinsi dan kabupaten/kota

c. Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan

keamanan negara dapat diselenggarakan secara optimal dan dapat

mengantisipasi setiap bentuk ancaman yang akan timbul;

d. Memanfaatkan ruang kawasan untuk mengembalikan keseimbangan

dan kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup di kawasan yang

bersangkutan

Untuk lebih jelas mengenai gambaran Kawasan Strategis Kabup aten

Bangka menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030 dapat dilihat pada

(22)

Gambar 3.1

Pengembangan Kawasan Strategis

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

Tabel 3.4

Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

No Program Utama

Periode Waktu

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015

s/d 2020

2020 s/d 2025

2025 s/d 2030

1 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15

a. Kawasan Startegis Pengembangan Agropolitan dan minapolitan

x x X x x x x x x

b. Peningkatan sarana dan

prasarana Pelabuhan

Perikanan Sungailiat

x x X x x x x x x

c. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan industri

x x X x x x x x x

d. Kawasan Lindung (pengawasan Terpadu 13 jenis kawasan lindung dan rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan termasuk hutan produksi)

x x X x x x x x x

(23)

C. Arahan Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang

Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam menetapkan rencana

kebutuhan program pengembangan sarana dan prasarana dasar suatu

daerah antara lain pemanfaatan ruang saat ini serta arahan rencana

pengembangan pemanfaatan ruang pada masa yang akan datang dengan

tetap memperhatikan aspek daya dukung lingkungan yang bersangkutan.

Gambar 3.2

Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

Tabel 3.5

Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bangka Menurut RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

No Program Utama

Periode Waktu

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015

s/d 2020

2020 s/d 2025

2025 s/d 2030

1 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A. STRUKTUR RUANG

1. Perwujudan Pusat

Kegiatan

x x x x x x x x x

2. Perwujudan Sistem

Prasarana Wilayah

(24)

No Program Utama

B. PERWUJUDAN POLA

RUANG WILAYAH

1. Perwujudan Kawasan

Lindung

x x x x x x x x x

2. Perwujudan Kawasan

Budidaya

x x x x x x x x x

a. Kawasan Pertanian Lahan Basah

x x x x x x x x x

b. Kawasan Pertanian lahan Kering

j. Kawasan Permukiman Perkotaan (KPP)

x x x x

k. Kawasan Perdesaan x x x x x x

Sumber : RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030

1. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah

Berdasarkan hasil analisis peta satuan lahan. kawasan budidaya pertanian

lahan basah di Kabupaten Bangka tersusun atas satuan tanah alluvium. campuran

estuarine dan. marin yang masih muda, sungai muda, gambut. Lokasi lahan yang

cocok (sesuai) untuk perkembangan pertanian lahan basah terletak di Kecamatan

Riau Silip, Bakam, Puding Besar, Merawang, Mendo Barat, dengan luasan lebih

kurang 10.346,93 ha. Kawasan kegiatan peruntukkan pertanian lahan basah

dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan strategis Kabupaten

Bangka.

2. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering

Kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan

kering lokasinya terletak di Kecamatan Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, Riau Silip,

(25)

pertanian lahan kering di Kabupaten Bangka didasarkan pada kehidupan sosial budaya

masyarakat Bangka.

3. Kawasan Peruntukkan Perkebunan

Lahan yang potensial dikembangkan untuk kegiatan perkebunan di

Kabupaten Bangka lokasinya tersebar hampir di seluruh kecamatan. Kawasan

perkebunan diperuntukkan bagi usaha perkebunan besar, sedang, kecil dan

perkebunan rakyat. Luas peruntukan kawasan perkebunan lebih kurang 56.297,17

ha. Pengembangan kawasan peruntukkan perkebunan dengan cara bermitra

dengan masyarakat dengan pola Perkebunan Inti Rakyat, pola Kebun Kelapa Sawit

Rakyat, dan pola lainnya dengan tujuan dan sasaran pemanfaatan sumber daya

alam yang menyejahterakan rakyat secara merata. Hal ini dimaksudkan untuk

menghilangkan kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan perkebunan dan

masyarakat Kabupaten Bangka pada umumnya.

4. Kawasan Peruntukkan Perkebunan Rakyat

Kawasan peruntukkan perkebunan rakyat diletakkan dibelakang kawasan

peruntukan permukiman yang lebar dan panjangnya bervariasi berdasarkan

penggunaan dan kajian kebutuhan ruang. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi

usaha perkebunan yang tidak membutuhkan perizinan dan dilaksanakan secara

mandiri oleh masyarakat maupun melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain.

Luas perkebunan rakyat yang dimaksud kurang lebih 42.364,96 ha. Komoditas yang

dapat di usahakan dalam kawasan ini merupakan komoditas perkebunan baik

komoditas pangan maupun non pangan. Kawasan perkebunan rakyat dan kawasan

perkebunan dikembangkan untuk meningkatkan efek sebar di seluruh sektor

perekonomian.

5. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peruntukan peternakan lokasinya menyebar dihampir seluruh

kecamatan di Kabupaten Bangka. Dalam mekanismenya kawasan ini dapat

terintegral dengan kawasan peruntukan lainnya selama tidak mengganggu

(26)

kawasan peternakan di tiap desa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,

ketahanan pangan, dan menciptakan harmonisasi pemanfaatan ruang dengan luas

peruntukan kawasan kurang lebih 700 ha.

6. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan perikanan terbagi menjadi kawasan perikanan darat dan kawasan

perikanan tangkap. Kawasan perikanan tangkap dan budidaya Kabupaten Bangka

di pusatkan di Pelabuhan Belinyu, Kawasan Industri Perikanan Terpadu di Teluk

Kelabat, dan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Sungailiat yang

selanjutnya akan ditingkatkan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Sungailiat.

Kawasan peruntukan perikanan seluas lebih kurang 615,89 ha yang difungsikan

untuk kegiatan budidaya perikanan tambak air tawar, payau, dam air laut serta

industri pengolahan hasil perikanan. Untuk daerah potensial budidaya perikanan

tangkap berada pada wilayah yang menjadi kewenangan Kabupaten. Untuk

kawasan perikanan darat (tambak) diprioritaskan pada kawasan yang memiliki

potensi dan tersebar di beberapa kecamatan sesuai dengan potensinya.

7. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara. kegiatan pertambangan dilaksanakan pada wilayah izin usaha

pertambangan (WIUP). Wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) adalah wilayah yang

diberikan kepada pemegang IUP yaitu pemegang izin untuk melaksanakan usaha

pertambangan. WIUP di Kabupaten Bangka (di luar minyak dan gas bumi) untuk

mineral logam, non logam, dan batuan yang diusulkan ke Pemerintah Pusat (Peta

RTRW 2010 – 2030; gambar 2.8). yaitu :

1. WIUP A seluas 253.052 ha (meliputi Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Bakam, Pemali,

Merawang, dan Sungailiat)

2. WIUP B seluas 69.900 ha (meliputi Kecamatan Mendo Barat, dan Puding Besar).

Pola ruang pertambangan di Kabupaten Bangka menempatkan kawasan peruntukan

(27)

peruntukan pertambangan rakyat seluas lebih kurang 4.125 ha Pengembangan

kawasan peruntukan pertambangan dilakukan melalui :

a. inventarisasi daerah yang berpotensi untuk usaha pertambangan di seluruh

wilayah;

b. penetapan aturan zonasi penambangan yang ramah lingkungan;

c. menyusun profil investasi, prosedur dan mekanisme perizinan serta rencana bisnis

untuk setiap wilayah pertambangan;

d. rehabilitasi lahan pasca tambang;

e. pelarangan dan penghentian kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan

lingkungan.

8. Kawasan Peruntukan Industri

Sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kabupaten Bangka yaitu

menjadikannya sebagai daerah industri dan perdagangan maka sebagai

perwujudan visi dan misi tersebut maka pemerintah daerah melalui Perda nomor

3 tahun 2005 menetapkan kawasan Jelitik Sungailiat sebagai Kawasan Industri

Jelitik seluas 263.26 Ha dan rencana pengembangan wilayahnya sesuai kebutuhan.

Rencana peruntukan Kawasan Industri di Kabupaten Bangka lebih kurang 983,13

ha yang akan dikembangkan di Kecamtaan Sungailiat, Belinyu dan Merawang.

Arahan pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri antara lain :

 Mengembangkan industri yang menggunakan input dari hasil produksi

asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti timah, bahan galian C,

lada, sawit, karet dan perikanan laut;

 Pengembangan dan penyebaran kawasan industri diarahkan dekat deng an

outlet dan jauh dari kawasan permukiman dan kawasan pertanian untuk

menghindari dampak negatif yang ditimbulkan olek kegiatan industri;

 Menyediakan prasarana dan sarana pendukung untuk pengembangan

kegiatan industri;

 Mencegah terjadinya konflik penggunaan lahan bagi kawasan industri

dengan penggunaan lahan lainnya, seperti fungsi lindung, pertambangan,

(28)

Beberapa hambatan dalam pengembangan sektor industri, khususnya

industri skala besar diantaranya masih terbatasnya dukungan pras arana dan

sarana, seperti sumber dan pasokan tenaga listrik, air bersih dan

telekomunikasi. Di wilayah kepulauan, umumnya kebutuhan pelayanan air

bersih merupakan salah satu masalah yang sulit diatasi.

9. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata diperuntukkan bagi pengembangan

pariwisata dan seluruh kegiatan yang mendukungnya. Kawasan pariwisata di

Kabupaten Bangka terdiri dari kawasan wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya

dan lain-lain. Luas peruntukan kawasan pariwisata lebih kurang 348,23 ha, yang akan

dikembangkan di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, Merawang dan Mendo Barat.

Kegiatan pariwisata dilaksanakan di kawasan pariwisata dan kawasan peruntukan

lainnya. Kawasan pengembangan pariwisata (KPP) terbagi ke dalam 4 kawasan.

Pembagian kawasan ini berdasarkan kedekatan dan aksessibilitas antar objek

wisatanya. KPP I mempunyai tema Ekowisata dan wisata rohani. KPP II mempunyai

tema wisata alam, rekreatif dan wisata belanja. KPP III bertema sejarah, budaya, dan

pendidikan. KPP IV bertema Agrowisata.

Kabupaten Bangka mengembangkan kawasan ecopark di Kecamatan

Merawang seluas lebih kurang 1.000 ha. Kawasan ini merupakan kawasan terpadu

sebagai kawasan tujuan wisata dan ilmu pengetahuan.

10. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Bangka berada di Kecamatan

Sungailiat, Pemali, Mendo Barat dan Belinyu. Karena pertimbangan ini termasuk

juga kawasan permukiman semi-perkotaan. yang dalam jangka panjang

diantisipasi akan semakin bergeser menjadi kawasan permukiman perkotaan.

Kawasan permukiman perkotaan ini relatif menonjol luasannya pada

kecamatan-kecamatan yang dilintasi Jalan Nasional / Jalan Propinsi. sehubungan dengan

perkembangan kawasan perkotaan memang lebih pesat pada koridor sepanjang

jalan tersebut daripada bagian wilayah lainnya. Permukiman perkotaan yang saat

(29)

datang permukiman perkotaan yang diprediksikan akan berkembang di

Kabupaten Bangka adalah Kawasan Kota Baru Air Anyir. Kawasan sekitar kampus

UBB dan Kota Kecamatan Puding Besar. Luas Permukiman perkotaan di

Kabupaten Bangka telah mengakomodir perkembangan wilayah. Kabupaten

mengembangkan permukiman perkotaan di kawasan yang diperuntukkan bagi

masyarakat kota. Luas lahan peruntukan permukiman perkotaan yaitu lebih

kurang 9.680,43 Ha. Permukiman perkotaan di Kota Sungailiat meliputi hampir

seluruh wilayah administrasi Kecamatan Sungailiat sedangkan permukiman

perkotaan di Kecamatan Pemali meliputi wilayah Desa Air Ruay, dan Desa Karya

Makmur. Untuk kota Belinyu kawasan peruntukan permukiman perkotaan

meliputi Kelurahan Kuto Panji. Kelurahan Air Jukung. Kelurahan Bukit Ketok, dan

kawasan permukiman perkotaan di Kecamatan Mendo Barat meliputi Desa Kace

dan Kace Timur dan di Kecamatan Merawang meliputi area sekitar Air Anyir dan

Mudel (Kota Baru Air Anyir).

11. Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan yang ditetapkan di sini. adalah kawasan

permukiman perdesaan yang relatif signifikan luasnya dan menunjukkan ciri-ciri

intensitas yang memadai sebagai kawasan permukiman.

Arahan pemanfaatan potensi lahan untuk pengembangan permukiman di

wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :

 Kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai

tempat tinggal;

 Memiliki kemampuan menyediakan tempat berusaha/bekerja;

 Memiliki ketersediaan prasarana dan sarana permukiman;  Memiliki aksesibilitas;

 Memiliki jaminan kesehatan lingkungan;

 Memiliki keamanan fisik geografis/tidak rawan bencana;

 Memiliki kemampuan untuk berkembang dan menerima masukan teknologi.

Berdasarkan hasil analisis dan berbagai pertimbangan diatas. maka luas lahan

(30)

wilayah perdesaan yaitu lebih kurang 18.364,93 ha.

3

33...111...333 AAArrraaahhhaaannn WWWiiilllaaayyyaaahhh PPPeeennngggeeemmmbbbaaannngggaaannn SSStttrrraaattteeegggiiiss s

Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat 2015-2019 dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat

luasnya wilayah nasional Indonesia, maka untuk memudahkan pengelolaannya,

pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/Kepulauan yang

dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau

potensi per pulau, sebagai berikut:

1) Pulau Sumatera. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Sumatera adalah:

Pintu Gerbang Perdagangan Internasional; Industri Berbasis Komoditas Kelapa

Sawit, Karet, Timah, Bauksit, & Kaolin; Lumbung Energi Nasional, Termasuk

Pengembangan Energi Terbarukan Biomassa; Hilirisasi Komoditas Batu Bara; dan

Percepatan Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim (Kelautan).

2) Pulau Jawa. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Jawa adalah: Sebagai

Lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata

terbaik dunia; Sebagai Pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan

Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan).

3) Pulau Papua. Tema besar pada Wilayah Pulau Papua adalah: Percepatan

Pengembangan Industri Komoditas Lokal Perkebunan, Peternakan, Kehutanan;

Percepatan Pengembangan Ekonomi Kemaritiman; Percepatan Pengembangan

Hilirisasi Industri Pertambangan, Migas & Tembaga; Penguatan Kapasitas

Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat; Percepatan Pengembangan

Pariwisata Budaya dan Alam; Peningkatan Kawasan Konservasi dan Daya Dukung

Lingkungan; dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan

Berbasis Wilayah Kampung Masyarakat Adat.

4) Pulau Kalimantan. Tema besar pada pengembangan Wilayah Kalimantan

adalah: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia; Salah satu

(31)

sawit, dan karet; dan Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi

komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon & pasir kuarsa.

5) Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Tema Besar pada pengembangan Wilayah Bali

adalah: Sebagai lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang

destinasi wisata terbaik dunia; Sebagai pendorong sektor industri dan jasa

nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan).

Sedangkan tema besar pada pengembangan Wilayah Nusa Tenggara adalah: Pintu

gerbang pariwisata ekologis; Pengembangan industri perikanan, garam, dan

rumput laut; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan perkebunan

jagung; dan Pengembangan industri mangan, dan tembaga.

6) Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah Maluku adalah:

Produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; Pengembangan industri

berbasis komoditas perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel,

dan tembaga; dan Pariwisata bahari.

7) Pulau Sulawesi. Tema besar pada pengembangan Wilayah Sulawesi adalah:

Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi & gas bumi; Pintu

gerbang perdagangan internasional & kawasan timur; Lumbung pangan nasional

dengan pengembangan industri kakao, padi, dan jagung; Pengembangan industri

berbasis logistik; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim

(kelautan) melalui pengembangan industri perikanan & pariwisata bahari.

Pengembangan WPS tersebut berazaskan pada efisiensi yang berbasis daya

dukung, daya tampung dan fungsi lingkungan fisik terbangun, manfaat dalam skala

ekonomi (economic of scale) serta sinergitas dalam menyediakan infrastruktur

transportasi untuk konektivitas dalam lingkup nasional maupun internasional,

mengurangi kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan energi terbarukan untuk

tenaga listrik, pemenuhan kebutuhan layanan dasar permukiman yang layak bagi

masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, serta meningkatan

keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air

minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan dengan

mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pada setiap

(32)

Konsepsi pengembangan WPS diilustrasikan yaitu pembangunan infrastruktur

wilayah PUPR pada setiap WPS diarahkan untuk mempercepat pembangunan fisik

di pusat pusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai dengan klusternya,

terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua)

dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan

daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur dalam kawasan,

antar kawasan maupun antar WPS. Pendekatan ini pada intinya merupakan

integrasi dari pendekatan sektoral, regional dan makro ekonomi. Setiap WPS akan

dikembangkan dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulannya, melalui

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, industri manufaktur, industri pangan,

industri maritim, dan atau pariwisata antara lain dengan:

1. Pemenuhan pelayanan dasar bagi seluruh lapisan masyarakat serta mendukung

kawasan perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah tertinggal dan, daerah-daerah

yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan

pelayanan publik terkait infrastruktur PUPR;

2. Mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk

ekonomi maritim dan peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi dan sumber

daya sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka

percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau

dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah melalui:

a. Pengembangan sentra ekonomi, pembangunan Kawasan Metropolitan baru

di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan

menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah

sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa;

b. Pengembangan kemaritiman (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya

kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan, pengembangan

energi dan mineral kelautan, pengembangan kawasan wisata bahari, industri

maritim dan perkapalan;

c. Pengembangan kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang

diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang

diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta

(33)

d. Pembangunan kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau

kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa – Bali yang diperuntukkan

bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai

pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di

luar Pulau Jawa-Bali;

e. Peningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, dengan memperkuat

pusat-pusat pertumbuhan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW).

3. Mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan fokus

pada PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan (dengan

membangun kota lintas batas yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang cukup signifikan sebagai halaman depan negara yang berdaulat,

berdaya saing, dan aman); serta membangun kawasan perkotaan dan perdesaan

dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah melalui pengembangan

untuk pengentasan daerah tertinggal.

4. Meningkatkan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan,

pemberian bimbingan teknis dan penerapan SPM di 35 WPS untuk diarahkan

sebagai pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan

kontribusi ekonomi.

5. Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana dengan

meningkatkan kapasitas pengendali daya rusak air serta meningkatkan kapasitas

masyarakat dalam rangka mengurangi indeks risiko bencana pada wilayah yang

memiliki indeks risiko bencana tinggi untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat

kejadian bencana di masa mendatang.

Selanjutnya pembangunan infrastruktur PUPR pada setiap WPS akan diterpadukan

dengan sasaran pokok dan program nasional sebagai berikut:

Pertama, dengan pengembangan Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas

(KSPNP) di antaranya di Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa

(KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan

Bromo-Tengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur

dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau

(34)

dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan

Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan Kawasan Industri Prioritas

(KIP), di antaranya di Pulau Sumatera (KIP:Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan

Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung,

Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang,

dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe);

Kepulauan Maluku (KIP Buli/Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk

Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan

PKSN/Kota Perbatasan di antaranya di Pulau Sumatera; Pulau Jawa-Bali;

Kepulauan Nusa Tenggara; Pulau Kalimantan; Kepulauan Maluku dan Pulau

lainnya.

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut (pelabuhan hub

dan pelabuhan feeder) yang di antaranya di Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan,

Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan

Palembang: Boom Baru); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung

Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan,

Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusatenggara (Kupang); Pulau Sulawesi

(Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan

Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura)

lustrasi arah pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) seluruh pulau

sebagaimana terlihat pada gambar 3.6. Dalam hal ini, setiap wilayah

pulau/kepulauan tersebut dipilah ke dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis

(WPS) yang dikelompokkan ke dalam 3 kelompok WPS, yaitu: Kelompok WPS

Pusat pertumbuhan terpadu; Kelompok WPS Pusat pertumbuhan sedang

berkembang; dan Kelompok WPS Pertumbuhan baru. Ke 35 WPS tersebut tersebar

di seluruh pulau dan kepulauan yaitu: Pulau Sumatera (6 WPS), Pulau Sulawesi (5

WPS), Pulau Kalimantan (4 WPS), Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa

Tenggara (5 WPS), Pulau Papua (4 WPS), Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau

Kecil Terluar (1WPS) Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan dari wilayah

Gambar

Tabel 3.3
Gambar 3.1 Pengembangan Kawasan Strategis
Tabel 3.5 Pengembangan  Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bangka
Tabel 3.6 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga adalah strategi merangkul yang beranggapan bahwa hanya satu agama saja yang paling benar namun kebenaran ini sudah terpencar ke berbagai macam agama yang ada sehingga jika

Analisis ragam gabungan berdasarkan Singh dan Chaudhary (1979). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a.) Setiap genotipe memiliki kandungan antosianin yang berbeda, namun

Karakter-karakter yang diamati yaitu: tinggi tanaman (diukur dari permukaan tanah sampai daun bendera yang masih tegak), jumlah anakan produktif, panjang daun

Faktor pengaruh pH fasa umpan dan konsentrasi fasa penerima HCl ini didasarkan bahwa transpor unsur tanah jarang melalui membran dengan campuran senyawa carrier

Hasil analisis metode Payback Period (PP) lamanya waktu yang direncanakan untuk mengembalikan biaya investasi terjadi pada tanggal 3 Maret 2016 dan periode

[r]

Pada Triwulan I-2017, kondisi ekonomi konsumen di seluruh provinsi di Pulau Sulawesi diperkirakan semakin membaik (perkiraan nilai ITK lebih dari 100), kecuali

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang