• Tidak ada hasil yang ditemukan

ḤADĪṠ AL-IFK STUDI PENAFSIRAN TAFSIR KLASIK DAN MODERN ATAS QS. AL-NŪR: 11 DAN QS. AL- ḤUJURĀT: 6. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ḤADĪṠ AL-IFK STUDI PENAFSIRAN TAFSIR KLASIK DAN MODERN ATAS QS. AL-NŪR: 11 DAN QS. AL- ḤUJURĀT: 6. Skripsi"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ḤADĪṠ AL-IFK STUDI PENAFSIRAN TAFSIR KLASIK DAN MODERN ATAS QS. AL-NŪR: 11 DAN QS. AL- ḤUJURĀT: 6

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Nada Silvia Ady Sanusi (11150340000188)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Ḥadīṡ Ifki Studi Penafsiran Tafsir Klasik dan Modern Atas Qs. al-Nūr: 11 dan Qs. al-Ḥujarāt: 6

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Oleh:

Nada Silvia Ady Sanusi NIM: 11150340000188 Di bawah Bimbingan Kusmana, P.hD NIP: 19650424 199503 1 00 1

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Ḥadīṡ al-Ifki Studi Penafsiran Tafsir Klasik dan

Modern Atas Qs. al-Nūr: 11 dan Qs. al-ujarāt: 6” telah diajukan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Februari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Ciputat, 25 Maret 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, MA Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA Syahrullah Iskandar, MA NIP. 19530107 198303 1 001 NIP. 19780818 200901 1 016

Pembimbing,

Kusmana, MA, P.hD NIP: 19650424 199503 1 00 1

(5)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nada Silvia Ady Sanusi

NIM : 11150340000188

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi Utara, 24 Maret 1997

Alamat Rumah : Jln Cempaka IV No 438 RT?RW 007/006 Harapan Jaya, Bekasi Utara, 17124

Telp/HP : 082218892978

Judul Skripsi : Ḥadīṡ al-Ifk Studi Penafsiran Tafsir Klasik dan Modern Qs. Nūr: 11 dan Qs.

al-Ḥujarāt: 6

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maaka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Februari 2021

(6)

iv ABSTRAK Nada Silvia Ady Sanusi

“ḤADĪṠ AL-IFK STUDI PENAFSIRAN TAFSIR KLASIK DAN MODERN ATAS QS. AL-NŪR: 11 DAN QS. AL-ḤUJURĀT: 6”

Dalam al-Qur’an banyak sekali kisah-kisah tentang umat-umat terdahulu. Yang mana kisah-kisah tersebut merupakan pelajaran yang harus dipelajari oleh umat manusia untuk mejadi pedoman dalam memgarungi kehidupan. Lalu penelitian ini membahas mengenai bagaimana para mufassir klasik dan modern dalam memaparkan ḥadīṡ ifk dengan fenomena hoax yang muncul belakang ini.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dan merupakan penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian ini kualitatif sesuai untuk diterapkan pada penelitian ini, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara komprehensif sumber-sumber kepustakaan, dan digunakan untuk menjawab pokok permasalahan yang telah dirumuskan.

Setelah melakukan komparasi kajian Ḥadīṡ al-Ifk dan berita yang dibawa fasiq, serta relasinya dengan hoax – dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi sosiologis sejarah dapat terulang kembali. Melalui Asbab

al-Nuzul dan tafsiran yang telah diungkapkan oleh para muffasir klasik

dan modern yang memiliki perjalanan yang cukup panjang dan mengalami perkembangan yang dihadapkan dengan berbagai peradaban, baik pada aspek politik, kelimuan, ekenomi dan peradaban lainnya. Dengan demikian, hakikat dari penafsiran tentang hoax di dalam Al Qur’an, bahwa berita bohong/hoax sebuah propaganda yang sudah lama terjadi di dalam dunia Islam khususnya dengan prosedur yang berbeda tetapi intinya sama, yakni sama-sama melakukan hal bohong dengan berbagai kepentingannya, sebagaimana teori ushul fiqh Lil wasail hukm al maqasid (melalui prosedur tertentu didapatkan hakikat sesuatu).

(7)

v

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah menurunkan Al-Qur’an dengan aneka ayat yang menyeru manusia untuk saling mengajak dan mengingatkan kepada jalan ketaatan. Lantaran karunia-Nyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul ḤADĪṠ

AL-IFK STUDI PENAFSIRAN TAFSIR KLASIK DAN MODERN

ATAS QS. AL-NŪR: 11 DAN QS. AL-ḤUJURĀT: 6

Begitupun curahan shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad saw. penyampai risalah dan penebar rahmat Allah bagi semesta alam. Revolusioner agung yang keteladanan hidupnya merebak wangi hingga kini. Perjuangan dakwahnya jugalah yang telah menginspirasi gaya gerakan Jamaah Tablig dalam berdakwah hingga ke seluruh pelosok dunia.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga proses penulisan ini berjalan dengan baik dan lancar. Dengan rasa hormat yang tinggi, penulis ucapkan terima kasih ini kepada:

1. Prof. Dr. H. Amany Lubis, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, MA., dan bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH. Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.

(8)

vi

4. Kusmana, P.hD., selaku dosen pembimbing dalam menulis skripsi ini yang selalu ada dan meluangkan waktunya untuk penulis. Terima kasih tak terhingga atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sampai pada rampungnya penulisan ini. Atas segala perhatian yang telah Bapak berikan tersebut saya hanya mampu membalasnya dengan do’a, semoga kesehatan, kemudahan, dan keberkahan dari Allah senantiasa mengiringi setiap langkah perjalanan hidup Bapak.

5. Muslih, MAg., selaku dosen Pembimbing Akademik. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang telah begitu banyak membekali ilmu dan pengetahuan. Juga tak lupa saya haturkan terima kasih kepada para karyawan Ushuluddin, yang sedikit banyak sudah mempermudah segala urusan akademik kampus yang berkaitan dengan saya maupun skripsi saya.

6. Seluruh guru besar dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman kepada penulis. Serta para staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin yang sudah memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi dan berkaitan dengan skripsi penulis.

7. Untuk kedua orang tua yang penulis cintai. Papa Ady Sanusi dan Mama Ida Masjidah HN. Keduamya adalah orang tua penulis yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, kasih sayang, doa yang tulus serta nasihat kepada penulis agar selalu menjadi sosok yang kuat dan sabar daalam menghadapi hidup. Kasih sayang dan do’anya yang tulus dan tak henti untuk segala keberhasilan anaknya. Terima kasih banyak atas segala energi yang selalu memicu agar skripsi ini lekas saya tuntaskan. Kakakku Laela Matophani, Siti Khodijah dan Tri Indah Annisa serta adik saya Husnul Khotimah dan Adinda

(9)

vii

Sholehahtussyarifah yang juga tak luput mendo’akan serta terus memotivasi dalam penulisan ini. Sekali lagi terima kasih atas segalanya semoga kelak kita akan menjadi anak yang membanggakan bagi Papa dan Mama.

8. Untuk diri saya sendiri, terima kasih banyak telah mau berjuang hingga titik akhir perkuliahan. Semoga semakin giat belajar kembali mendalami apa yang sudah dipelajari selama perkuliahan.

9. Teman-teman satu Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2015 yang senantiasa menemani penulis dalam menimba ilmu pengetahuan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mewarnai kehidupan penulis selama kuliah. Terimakasih atas kebersamaannya selama di dunia perkuliahan. Semoga kita selalu di berikan kesehatan dan kesuksesan, āmīn.

10. Kepada sahabat CANSOL yang selalu men-support penulis agar terciptanya karya ini. Ulfa Fauziah, Siti Nafisah Ahmad, Kholishoh Qadrunnada, Fiza Intan Naumi, Nabilah Bulqois, Fitrah Amaliah, Winda Ayu Pertiwi, serta Munirah Humayirah Imran yang telah membantu, selalu meberikan semangat dan saling menguatkan serta tempat berkeluh kesah. Semoga persahabatan ini akan terus berlanjut dan semoga Allah memberikan nikmat panjang umur, nikmat kesehatan kepada mereka semua serta selalu dalam lindungan-Nya. Āmīn.

11. Kepada teman dekat yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penulisan karya ini. Haidir Ali Mansur, Rifa Tsamrotus, Gita Safitri Ilusi, Nur Faidah Mahmudah, Ahmad Dalihan, Asep Muhammad dan Fitri Sulastri. Semoga Allah memberikan nikmat panjang umur, nikmat kesehatan dan keberkahan selalu kepada mereka semua. Āmīn.

(10)

viii

12. Terakhir, yang benar-benar patut saya haturkan terimakasih sebesar-besarnya. Nur Aisyah Fadilah, Riza Muhammad, Ahmad Sopian dan Muhammad Nur Abdullah yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu dalam menerjemahkan dan berdiskusi lalu atas segala saran dan bantuannya dalam merampungkan penulisan ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan doa ke hadirat Allah Swt. Semoga amal baik semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, memperhaatikan dan membantu penulis dicatat oleh Allah sebagai amal ṣalīḥ dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dan mudah-mudahan apa yang penulis usahakan dapat bermanfaat. Āmīn…

Ciputat, 15 Februari 2021

(11)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan 1. ا Tidak dilambangkan 2. ب b Be 3. ت t Te

4. ث Ṡ Es dengan titik atas

5. ج j Je

6. ح ḥ h dengan titik bawah

7. خ kh ka dan ha

8. د d De

9. ذ ẓ Z dengan titik atas

10. ر r Er

11. ز z Zet

12. س s Es

13. ش sy es dan ya

14. ص ṣ es dengan titik di bawah

15. ض ḍ de dengan titik di bawah

16. ط ṭ te dengan titik di bawah

17. ظ z zet dengan titik di bawah

18. ع ̒ koma terbalik di atas hadap kanan

19. غ g Ge 20. ف f Ef 21. ق q Ki 22. ك k Ka 23. ل l El 24. م m Em 25. ن n En 26. و w We 27. ه h Ha 28. ء ˋ Apostrof 29. ي y Ye

(12)

x 2. Vokal

Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌ A Fatḥah

ِ◌ I Kasrah

ُ◌ U Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يَا Ai Fatḥah dan ya

وَا Au Fatḥah dan wau

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺎﺑ Ā a dengan garis di atas

ْﻲِﺑ Ī i dengan garis di atas

ْﻮُﺑ Ū u dengan garis di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad- dāwān.

(13)

xi 5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydìd ( ّ◌) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda

syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima

tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (ةروﺮﻀﻟا) tidak ditulis ad-ḏarūrah melainkan al-ḏarūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﻳﺮﻃ Ṯarīqah

2 ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺔﻌﻣﺎﳉﺍ al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah

3 ﺩﻮﺟﻮﻟﺍ ﺓﺪﺣﻭ Wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū

(14)

xii

Hāmid al-Ghazālī bukan Abū Hāmid Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(15)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. i

LEMBAR PENGESAHAN ………. ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………. iii

ABSTRAK ………. iv

KATA PENGANTAR ……….. v

PEDOMAN TRANSLITERASI …..……… ix

DAFTAR ISI ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah ..………... 9

1. Identifikasi ……….... 9 2. Rumusan Masalah ……… 10 3. Pembatasan Masalah ……… 10 C. Tujuan Penelitian ...……… 10 D. Manfaat Penelitian …..……… 10 E. Kajian Pustaka ……… 11 F. Metode Penelitian ………... 17 1. Jenis Penelitian ……… 17 2. Sumber Data ……… 18

a. Sumber Data Primer ……… 18

b. Sumber Data Skunder ………. 18

3. Metode Pembahasan ……… 19

4. Analisis Data ……… 19

5. Tekhnik Penulisan ………... 20

G. Sistematika Penulisan ………. 20

BAB II BIOGRAFI PENGARANG A. Ibn Jarīr al-Ṭabarī dan Tafsīr jāmi’u al-Bayān an Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān ………. 23

1. Riwayat Hidup dan Latar belakang Pendidikan …..… 23

2. Guru dan Murid Ibn Jarīr al-Ṭabarī ………. 27

3. Karya-karya Ibn Jarīr al-Ṭabarī ………..…. 27

4. Sistematika Penulisan Tafsīr Jāmi’u al-Bayān an Ta’wīl Āyi al-Qur’ān ...……… 29

(16)

xiv

a. Sejarah Penulisan ……….. 29

b. Metode dan Bentuk/Corak Penafsiran ………….. 30

B. Al-Rāzī dan Tafsīr al-Kabīr atau Tafsīr Mafātīḥu al-Gaib ………..……….….. 32

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan …….. 32

2. Guru dan Murid al-Rāzī ………... 34

3. Karya-karya al-Rāzī ………. 35

4. Sitematika Penulisan Tafsīr al-Kabīr atau al-Mafātīḥu al-Ghaib ..………. 36

a. Sejarah Penulisan ……….. 36

b. Metode dan Bentuk/Corak Penafsiran ………….. 37

C. Sayyid Quṭub dan Tafsīr Fī Ẓilali al-Qur’ān ………. 38

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan ……. 38

2. Guru-guru dan Murid Sayyid Quṭub ...……… 41

3. Karya-karya Sayyid Quṭub ……….. 42

4. Sitematika Penulisan Tafsīr Fī Ẓilali al-Qur’ān ……. 43

a. Sejarah Penulisan ……….. 43

b. Metode dan Bentuk/Corak Penafsiran ………….. 43

D. Wahbah al-Zuhailī dan Tafsīr al-Munīr ………. 44

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan ……. 44

2. Guru dan Murid Wahbah al-Zuhailī ……… 46

3. Karya-karya Wahbah al-Zuhailī ……….. 47

4. Sitematika Penulisan Tafsīr al-Munīr ……….. 47

a. Sejarah Penulisan ……….. 47

b. Metode dan Bentuk/Corak Penafsiran ………….. 48

BAB III DERIVASI ḤADĪṢ, IFK DAN HOAX DALAM AL-QUR’AN A. Ḥadīṡ dan Ifk Dalam al-Qur’an ……….………. 52

1. Pengertian Ḥadīṡ ……….. 52

2. Pengertian Ifk ………... 54

B. Term-term yang Semakna dengan Ḥadīṡ dan Ifk ...…….. 56

1. Ḥadīṡ ………….………... 56

2. Ifk ………..………... 58

C. Hoax ... 64

1. Pengertian Hoax ……….……. 64

2. Fenomena Kemunculan Hoax ……… 65

(17)

xv

1. Ayat dan Terjemah ……….. 69

2. Asbāb al-Nuzūl ……… 70

a. Al-Nūr: 11 ………. 70

b. Al-Ḥujurāt: 6 ……… 72

3. Munasabah Ayat al-Nūr: 11 dan al-Ḥujarāt: 8 …….. 73

a. Munasabah QS. al-Nūr: 11 ……….. 73

1. Munasabah QS. al-Nūr: 11 dengan Ayat Sebelumnya dan Sesudahnya ……… 73

2. Munasaba dengan Keseluruhan Surah al-Nūr: 11……… 74

3. Pemahaman Global Surah al-Nūr: 11 ...…… 75

b. Munasabah QS. al-Ḥujarāt: 6 ……….. 75

1. Munasabah QS. al-Ḥujarāt: 6 dengan Ayat Sebelum dan Sesudahnya ……….. 75

2. Munasabah dengan Keseluruhan Surah al-Ḥujarāt: 6 ……….. 76

3. Pemahaman Global Surah al-Ḥujarāt: 6 ...… 76

4. Penafsiran Klasik ………. 77

a. Al-Qurṭubi ……… 78

b. Jālal al-Dīn al-Maḥāli dan Jālal al-Dīn as-Suyuṭi ………... 80

5. Penafsiran Modern ………... 81

a. Muḥammad al-Ṭabāṭabā’I ……… 81

b. Quraish Shihab ………. 83

BAB IV ANALISIS TERHADAP QS. NŪR: 11 DAN QS. AL-ḤUJURĀT: 6 DAN RELEVANSI TERHADAP IFK A. Tafsir Klasik ……….. 85 a. Al-Ṭabarī ……….. 85 b. Al-Rāzī ………. 88 B. Tafsir Modern ...……….… 91 a. Sayyid Quṭub ……….. 91 b. Wahbah al-Zuhailī ……….. 94

C. Relasi Ḥadīṡ Ifk dan Hoax ………..….. 98

D. Relevansi Kajian dalam Wawacana Hoax ……… 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 107

(18)

xvi

B. Saran ………. 108

(19)
(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Di dalam al-Qur’an, banyak sekali kisah-kisah tentang umat-umat terdahulu, yang mana kisah-kisah tersebut merupakan pelajaran yang harus dipelajari oleh umat manusia untuk menjadi pedoman dalam mangarungi kehidupan.1

Dewasa ini banyak sekali isu tentang berita bohong, berita bohong dalam al-Qur’an bisa diartikan dari kata al-ifk yang berarti keterbalikan (seperti gempa yang membalikan negeri), tetapi yang dimaksud di sini ialah sebuah kebohongan besar, karena kebohongan adalah memutar balikan fakta atau fitnah.2 Lalu dalam kitab Syarh Riyāḍu Ṣālihīn, ḥadīṡ ifk diartikan wajibnya menutup aurat atau dalam arti kesabaran orang muslim dan larangan dari kesalahan menyebarkan aurat kecuali terpaksa atau darurat.3 Ifk "mengacu pada sesuatu yang keluar dari bentuk aslinya dan alami. Tuduhan dan dusta yang menyimpang dari kebenaran disebut "Ifk".4

Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhailī yaitu kedustaan dan berita bohong yang paling besar dibuat-buat terhadap diri ‘Āisyah r.a dengan menuduh dirinya berselingkuh lalu dikucilkan oleh masyarakat, bahkan

1 Devi Mumayasari, “Kisah Peperangan antara Thalut dan Jalut dalam Tafsir Fi Dilālil Qur’an karya Sayyid Qutub”. Skripsi: IAIN Wali Songo Semaranag, (2013) 1.

2 Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah “Hoaks Dalam Kajian Pemikiran Islam dan

Hukum Positif (Hoax in Islamic Thinking and Positive law Studies)”, Salam: Jurnal Soaial & Budaya Syar-I Universitas Islam Negri Syarif HIdayatullah Jakarta, vol. 5, no. 3 (2018): 293. 3 Imam Nawawi, Syarh Riyādhus Shālihīn, jilid 3 (Madar-Alawatan), 15.

4 Wikishia, Event Of Ifk, 2019” Diakses 12 Januari, 2010,

(21)

nabi pun sampai bingung dan resah karena tidak ada wahyu turun setelah hal itu terjadi.5

Kata al-Ifk dalam berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 22 kali dalam al-Qur’an. Kata al-ifk digunakan dalam al-Qur’an untuk arti sebagai berikut: 1. perkataan dusta, yakni perkataan yang tidak sesuai dengan keyataannya.

Ia disebutkan dalam kasus istri Rasulullah Saw. ‘Āisyah ra. (Qs. al-Nūr: [24]: 11).

2. Kehancuran suatu negeri karena penduduknya tidak membenarkan ayat-ayat Allah, misalnya (Qs. al-Tawbah [9]: 70).

3. Dipalingkan dari kebenaran karena mereka selalu berdusta (Qs.

al-Ankabut [29]: 61).6

Ḥadīṡ nabi yang dikenal dewasa ini, tidak lahir begitu saja. Dalam

perkembangannya ḥadīṡ itu sendiri memiliki perjalanan yang cukup panjang dan mengalami metamorphosis yang dihadapkan dengan berbagai peradaban baik pada aspek kekuasaan, kelimuan dan peradaban lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang tepat terhadap teks-teks ḥadīṡ, dengan mengamati konteks ketika ḥadīṡ tersebut muncul dan konteks di mana ḥadīṡ itu dimunculkan kembali sebagai respon terhadap problematika yang timbul di masyarakat. Sehingga tidak ada distorsi7 dalam memahami teks-teks ḥadīṡ.

Distorsi makna pada teks-teks ḥadīṡ sering kali muncul karena perdebatan sudut pandang yang dimiliki baik itu disebabkan oleh doktrin

5 Wahbah Zuhailī, Tafsīr Munīr Aqidah Asyari’ah Manhaj, terj, Abdul Hayyie al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Ahmad Ikhwani, dkk, jilid 9, cet. VIII (Depok: Gema Insani, 2016), 453.

6 Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoaks Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum Positif (Hoax in Islamic Thinking and Positive law Studies), 293.

7 Distorsi adalah pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan lain sebagainya, penyimpangan: untuk memperoleh keuntungan pribadi tidak jarang orang yang melakukan distorsi terhadap fakta yang ada (Lihat: KBBI): 270.

(22)

aliran teologi atau unsur kepentingan politik.8 Komarudin hidayat dalam bukunya “Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik” menegaskan perlu disadari bahwa tradisi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penuturan sebuah buku.9

Banyak al-Qur’ān yang membahas tentang ḥadīṡ ifk, dan diantaranya adalah Qs. al-Nūr dan al-Ḥujarāt merupakan surah yang dihadirkan untuk manusia, sebagai dasar agar terhindar dari perpecahan dan kehancuran, lepas kendali, dan hal-hal yang dapat menyebabkan kemunduran seperti pergaulan bebas, kehancuran kepercayaan terhadap seseorang yang dapat memperjelek keturunan, hilangnya kehormatan dan harga diri. Sehingga persoalan-persoalan yang diangkat di dalam surah ini adalah sanksi hukum perzinahan dan terpenuhi syaratnya, sanksi hukum terhadap penuduh zina, pembawa berita bohong dan lain-lain.10

Ḥadīṡifk atau berita bohong yang sering muncul disekitar kita saat ini

yang sering disebut dengan hoax, dan hoax itu sendiri ialah “deceive

somebody with a hoax” (memperdaya banyak orang dengan sebuah berita

bohong). Ia dipahami juga dengan “to deceive someone by making them

believe something which has been maliciously or mischievously fabricated”

(memperdaya beberapa orang dengan membuat nereka percaya sesuatu yang telah dipalsukan). Sedangakan dalam bentuk kata benda, hoax diartikan

sebagai “trick played on somebody for a joke” (bermain tipu muslihat

dengan orang lain untuk bercanda) atau “anything deliberately intended to

deceive or trick” (apapun yang dengan sengaja dimaksudkan untuk menipu

8 Said Mujahid, “Hadis Tentang Peristiwa Fitnah Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah)”.

(Tesis: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016).

9Komarudin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik (Jakarta: Paramadina, 1996), 23.

10 Lailatul Hikmah, “Nilai dan Norma Sosial Tenatang Peristiwa al-Ifk dalam Qs. al-Nūr”.

(23)

orang lain). Adapun dalam istilah bahasa Indonesia, hoax merupakan kata serapan yang sama pengrtiannya dengan “berita bohong”.11

Hoax sebagai bentuk pembohongan terhadap public merupakan

perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Segala jenis pembohongan baik pembohongan yang ditunjukan untuk individu, atau masyarakat yang bertujuan untuk membentuk opini public atau propokasi serta kepentingan politik adalah perbuatan terlarang munurut kajian Islam. Pembuat hoax yang dibuatnya dikategorikan sebagai ḥadīṡul ifk atau berita bohong.12

Di Indonesia ada tujuh jenis berita hoax yang berkembang di masyarakat beberapa tahun belakang ini: yaitu: Fake News, Clickbait,

Confirmation Bias, Misinformation, Satire, Post-Truth, dan Propoganda.13

Hoax yang sering terjadi saat ini adalah ketika seseorang membuat

suatu konten youtube, dan biasanya orang tersebut membuat sebuah judul yang begitu menarik agar orang penasaran dan ingin menontonnya, tapi setelah menonton konten tersebut, judul dan konten sangatlah jauh berbeda dari yang dituliskan.

Lalu juga fenomena ḥadīṡ ifk yang sangat terkenal dan juga pernah terjadi pada zaman Nabi yang menimpa istri nabi yaitu ‘Āisyah r.a. saat nabi mengajak ‘Āisyah ikut berperang lalu dalam pejalanan kalungnya hilang dan saat mencari kalungya ia tertinggal oleh rombongan yang membawanya lalu saat menunggu seseorang yang datang untuk menjemput ia bertemu dengan Ṣafwan bin Muṭil al-Silmy lalu mereka pulang bersama, saat sampai di

11 Lutfi Maulana, “Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an Dalam Menyikapi Berita Bohong”. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Desember 2017): 211.

12 Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoaks Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum Positif (Hoax in Islamic Thinking and Positive law Studies), 298.

13 Irfan Afandi, “Hoax Dalam Sejarah Islam Awal (Kajian Kritik Tentang Qs. al-Nūr 11-20)”. Artikel Ar-Risalah: IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi, Vol. XVI, No. 1, (April 2018): 147.

(24)

Madinah ada seorang lelaki yang melihat lalu dia memberikan berita palsu. Sehingga setelah sebulan lebih Allah menurunkan wahyu-Nya dalam surah

al-Nūr ayat 11-21 sebagai bukti kalrifikasi atas berita bohong tersebut.14 Dalam firman Allah surah al-Nūr ayat 11 yang berbunyi:

!ﻢﹸﻜ!ﻨ&ﻣ ﹲﺔ*ﺒ!ﺼ-ﻋ &ﻚﹾﻓﹺﺈﹾﻟﺎﹺﺑ ﺍﻭُﺀﺎ*ﺟ *ﻦﻳ&ﺬﱠﻟﺍ ﱠﻥﹺﺇ

ۚ◌

!ﻢﹸﻜﹶﻟ ﺍ(ﺮ*ﺷ ,ﻩﻮ,ﺒ*ﺴ!ﺤ*ﺗ ﺎﹶﻟ

ۖ◌

!ﻢﹸﻜﹶﻟ 'ﺮ!ﻴ*ﺧ *ﻮ-ﻫ ﹾﻞ*ﺑ

ۚ◌

ﱢﻞﹸﻜ%ﻟ

ﹺﻢﹾﺛﹺﺈﹾﻟﺍ (ﻦ*ﻣ (ﺐ(ﺴ(ﺘﹾﻛﺍ ﺎ(ﻣ 1ﻢ2ﻬ1ﻨ*ﻣ ﹴﺉﹺﺮ1ﻣﺍ

ۚ◌

!ﻢﻴ$ﻈ&ﻋ !ﺏﺍﹶﺬ&ﻋ ,ﻪﹶﻟ /ﻢ,ﻬ/ﻨ$ﻣ ,ﻩ&ﺮ/ﺒ$ﻛ ٰﻰﱠﻟ&ﻮ&ﺗ ﻱ$ﺬﱠﻟﺍ&ﻭ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (Qs.

al-Nūr: [24]: 11).

Menurut cerita lain yang disebutkan dalam sumber-sumber Syi’ah yang mengatakan ayat tersebut bukan mengarahkan atau menuduh kepada ‘Āisyah, akan tetapi kepada Mariya al-Qibtiyya istri nabi yang lainnya ibu dari anaknya yang bernama Ibrāhīm putra Nabi Saw.

Ayat-ayat Ifk terungkap ketika ‘Āisyah menuduh Mariya al-Qibtiyya memiliki hubungan tidak sah dengan seseorang bernama Jurayh al-Qibti, lalu ‘Āisyah mengatakan kepada Nabi yang sedih karena kehilangan putranya Ibrāhīm, “mengapa kamu bersedih atas kematian Ibrahim, sementara dia bukanlah putra kandaungmu dan dia adalah putra Jurayh?”. Nabi mengutus Imam Alī untuk membunuh Jurayh tetapi saat Imam Alī memeriksa tubuh Jurayh tidak menemukan organ laki-laki di tubuhnya, akhirnya Imam Alī tidak membunuhnya dan dengan demikian tiuduhan terhadap Mariya al-Qibtiyya tidak sah atau ditolak.15

Diceritakan dari berita Ifk yang lainnya dalam surah al-Ḥujarāt ayat 6 yang berbunyi:

14 Syamsul Rijal Hamid, Buku pintar Ayat-ayat al-Qur’an (Jakarta: Qibla, 2010), 496. 15 Wikishia, Event Of Ifk, 2019” Diakses 12 Januari, 2010, http://en.wikishia.net/view/Event_of_Ifk

(25)

!ﻬ!ﺠﹺﺑ ﺎ'ﻣ)ﻮﹶﻗ ﺍﻮ.ﺒﻴ1ﺼ.ﺗ ﹾﻥﹶﺃ ﺍﻮ.ﻨ8ﻴ!ﺒ!ﺘﹶﻓ ﹴﺈ!ﺒ!ﻨﹺﺑ =ﻖ1ﺳﺎﹶﻓ )ﻢﹸﻛَﺀﺎ!ﺟ ﹾﻥﹺﺇ ﺍﻮ.ﻨ!ﻣﺁ !ﻦﻳ1ﺬﱠﻟﺍ ﺎ!ﻬMﻳﹶﺃ ﺎ!ﻳ

!ﺔﹶﻟﺎ

!ﲔ#ﻣ#ﺩﺎ!ﻧ (ﻢ*ﺘﹾﻠ!ﻌﹶﻓ ﺎ!ﻣ ٰﻰﹶﻠ!ﻋ ﺍﻮ*ﺤﹺﺒ(ﺼ*ﺘﹶﻓ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Qs. al-Ḥujarāt:[49]: 6).

Pada ayat tersebut menjelaskan tentang Nabi yang mengutus Walid bin Uqbah yaitu sepupunya Uṡman untuk mengambil zakat kepada Bani Musṭaliq, di mana al-Hariṡ yang baru saja masuk islam. karna Walid sebelumnya pernah berperang melawan Bani Musṭaliq, dan di saat Walid diutus oleh Rasulullah untuk mengambil zakat ia lebih dulu berprasangka buruk kepada al-Hariṡ karena akan dibunuh. Lalu Walid mengadu kepada Nabi bahwa mereka tidak mau membayar zakat dan ia ingin membunuh Walid.

Dari ayat tersebut tidak hanya menjelaskan persoalan pembawa berita bohong, ayat tersebut juga menjelaskan untuk berakhlak dengan akhlak yang baik kepada Allah Swt, Rasullah Saw, kepada orang-orang fasik atau non-Muslim, kepada orang-orang Mukmin, kepada manusia yang sudah meninggal, lalu kepada orang Mukmin yang sedang berkelahi juga harus mengedepankan akhlak dan banyak bertabayyun.16

Pada dasarnya, dalam berkomunikasi, kita harus menggunkan etika komunikasi yang baik dan benar. Begitupun dalam menyebarkan suatu informasi yang sangat penting harus sesuai fakta yang tidak dilebih-lebihkan atau diputarbalikan dari fakta yang sesungguhnya.17

16 Imām Muhammad al-Rāzī Fakhruddin ībn, Tafsīr Fakhru al-Rāzī Bi al-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātikhu al-Ghaib, 118-119.

17 Mas Agus Kholili, “Menyikapi Bertia Yang belum Jelas Kebenarannya (Studi Analisis Teori Penafsiran M. Quraish Shihab dan Mahmud Ibn Abdullah al-Alusi dalam Menafsirkan Kata Naba’)”. Skripsi: UIN Sunan Ampel (2018), 4.

(26)

Menurut al-Ṭabari dalam tafsirnya ia mengatakan apabila datang berita bohong kepada dirimu sendiri janganlah kamu langsung menganggap dirimu jelek di mata Allah dan dimata manusia, dan seakan-akan jauh dari rahmat Allah. Bisa jadi berita bohong yang datang kepadamu adalah kebaikan yang Allah berikan kepadamu untuk orang-orang yang sabar dan beriman. Karena hal itu sebagai balasan dari Allah untuk orang yang dituduh, dan kesucian dari suatu hal yang mereka tuduhkan kepadamu, dan Allah memberikan jalan keluar bagi orang-orang yang sabar dan beriman.18

Bagi orang yang suka membawa berita bohong baginya adzab Allah yang sangat pedih pada hari kiamat. Para ahli tafsir dan sebagian ulama mengatakan bahwa yang membawa berita bohong tersebut ialah Abdullah bin Ubay (yang mengambil bagian paling besar), Hasan bin Ṡabit, Misṭah bin Aṡaṡaṭ, dan hamnah binti Jahsy. 19

Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhailī dalam tafsirnya ada peringatan dan teguran yang terdapat dalam ḥadīṡ ifk adalah sebuah pendidikan yang bagus untuk masyarakat agar menjaga moralnya dari kejelekan dan merosotnyanya kebiasaan-kebiasaan buruk dalam memberi dan mengabarkan suatu berita tanpa diketahui kebenarannya. Karena surah al-Nūr ayat 11 menunujukan suatu hal:

1. Kebiasaan manusia bersumber dari internal tubuh manusia itu sendiri. Dalam kisah al-ifk, para pelakunya bukanlah musuh dari luar, tetapi mereka dari segolongan yang menjadi bagian kaum Mukminin.20

2. Suatu hal yang awalnya memang baik dan tidak juga buruk, tetapi dari sisi positifnya lebih menonjol daripada muḍaratnya sisi negatifnya.

18 Abu Ja’far Muhammad ibn Jarīr al-Ţabari, Jāmi’u al-Bayān an Ta’wīl ayi al-Qur’ān,

jilid 7 (Iskandariyah: Dāru al-Salām, 2015), 5996.

19 Abu Ja’far Muhammad ibn Jarīr al-Ţabari, Jāmi’u al-Bayān an Ta’wīl ayi al-Qur’ān, 5997.

20 Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr fi ‘Aqidah wa Syari’ah wa Manhaj, jilid 9 (Fikr:

(27)

3. Allah akan memberi ażab kepada orang Muslim agar mereka tidak menerima berita bohong.

4. Sebagian para ulama mengatakan bahwa ini adalah salah satu ayat dalam al-Qur’an yang memberi nilai positif, sebab dalam ayat tersebut Allah Swt tetap bermurah hati kepada penyebar berita bohong atau qażf.21

Lalu dalam hadis aṡar juga disebutkan bahwa dosa kesaksian palsu itu disejajarkan dengan dosa syirik atau mempersekutukan Allah Swt sebanyak dua kali, Allah berfirman:

!ﺑ#ﺭ #ﺪ&ﻨ(ﻋ *ﻪﹶﻟ .ﺮ&ﻴ#ﺧ #ﻮ*ﻬﹶﻓ (ﻪﱠﻠﻟﺍ (ﺕﺎ#ﻣ*ﺮ*ﺣ &ﻢﱢﻈ#ﻌ*ﻳ &ﻦ#ﻣ#ﻭ #ﻚ(ﻟٰﹶﺫ

!ﻪ

ۗ◌

ٰﻰﹶﻠ%ﺘ'ﻳ ﺎ*ﻣ ﺎﱠﻟﹺﺇ 'ﻡﺎ*ﻌ%ﻧﹶﺄﹾﻟﺍ 'ﻢﹸﻜﹶﻟ %ﺖﱠﻠ:ﺣﹸﺃ*ﻭ

!ﻢﹸﻜ!ﻴﹶﻠ(ﻋ

ۖ◌

ﹺﺭﻭ$ﺰﻟﺍ ﹶﻝ*ﻮﹶﻗ ﺍﻮ-ﺒﹺﻨ0ﺘ*ﺟﺍ0ﻭ 3ﻥﺎﹶﺛ*ﻭﹶﺄﹾﻟﺍ 0ﻦ3ﻣ 0ﺲ*ﺟ<ﺮﻟﺍ ﺍﻮ-ﺒﹺﻨ0ﺘ*ﺟﺎﹶﻓ

“Dan demikianlah (Perintah Allah). Dan barnag siapa mengangungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah di halalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkescuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Qs. al-Ḥajj [22]: 30).

Dalam hal ini, metode penafsiran yang telah dilakukan mufassir beserta karya-karya tafsirnya memiliki urgensi sendiri. Secara klasik metode tafsir dibesakan menjadi dua, yaitu Tafsir bi al-Ma’ṡūr dan Tafsir bi al-Ra’yī. Dari sisi metode ini sebagimana yang dikenalkan ‘Abd al-Farmawi, dikenal empat macam metode tafsir yanitu tahlilī, ijmalī, muqarān, dan mauḍū’i. al-Syaṭibi menjelaskan bahwa satu surah, walaupun dapat mengandung banyak masalah, namun masalah tersebut berkaitan antara satu dengan satu lainnya. Sehingga seorang hendaknya jangan mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surat, atau sebaliknya.22

Dengan latar belakang tersebut maka penulis ingin membahas penafsiran Abu Ja’far Muhammad ibn Jarīr al- Ṭabari dalam kitab tafsir

21 Wahbah al-Zuhailī, Tafsīr al-Munīr fi ‘Aqidah wa Syari’ah wa Manhaj, 525

22 Syafieq Ulinuha, “Lailatul Qadr dalam Tafsir Klasik, pertengahan dan Modern (Stujdi Komperatif Tafsīr jāmi’ al-Bayān fi Tasīr al-Qur’ān, Rūh al-Ma’āni dan al-Mibah)”. (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019), 5.

(28)

Jāmi’u al-Bayān an Ta’wīl ayi al-Qur’ān, Fakhrurāzi dalam kitabnya

Mafātiḥu Gaib, lalu Sayyid Quṭub dalam kitabnya Tafsir fī Ẓilali al-Qur’ān, dan Wahbah al-Zuhailī dalam kitabnya Tafsīr al-Munīr fi ‘Aqidah wa Syari’ah wa Manhaj yang berkenaan dengan ḥadītṡul ifk dalam surah al-Nūr dan al-Ḥujarāt.

Penelitian tentang hubungan ḥadīṡ ifk di fenomena hoax kirainya menarik dilakukan. Karena pada dasarnya seorang mufassir ketika memberikan suatu pendapat akan berbeda dengan mufassir lainya, dan yang menarik di sini saya akan membahas ḥadīṡ Ifk dengan mengkomperatifkan mufassir klasik dan modern, dari corak, bahasa dan pemikirannya saja sudah sangat berbeda jauh. Jika aṭ- Ṭabari dengan kebahasaannya, ar-Rāzī dengan filosofisnya, Sayyid Quṭub dengan adab Ijtima’i, dan Wahbah Zuhailī corak fikihnya. Dengan Selain sedang menjadi isu yang sangat aktual, masyarakat juga membutuhkan solusi dari dampak dan negatif yang ditimbulkannya. Solusi terbaik tentunya merujuk kepada al-Qur’ān sebagai sumber hukum yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu peneliti mencoba memahami fenomena ḥadīṡ ifk dengan sudut pandang mufassir klasik dan modern. B. Identifikasi, Rumusan, dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi

Munculnya berita bohong pada dewasa ini menjadi sebuah keresahan tersendiri dikalangan masyarakat. Di dalam al-Qur’an telah menyebutkan kisah-kisah terdahulu mengenai ḥadīṡ ifk atau sekarang sering disebut dengan

hoax. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap kisah al-Ifk terdahulu yang

membuat penulis ingin mengkaji permasalahan ini. Di sisi lain, ada beberapa ayat yang membahas tentang ḥadīṡ ifk di antaranya Qs. Nūr: 11 dan

al-Ḥujarāt: 6. Serta akan dipaparkan oleh beberapa sudut pandang mufassir di

(29)

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penafsiran mufassir klasik dan modern memahami kata ḥadīṡ

ifk?

b. Bagaimana relevansi ḥadīṡ ifk dan hoax terhadap kehidupan masyarakat zaman sekarang?

3. Pembatasan Masalah

Setelah dilakukan pengidentifikasian masalah, kemudian untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam skripsi ini hanya membahas bagaimana para mufasir klasik dan modern dalam memaparkan dan merelasikan ḥadīṡ ifk dengan fenomena hoax yang muncul belakangan ini. C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas dapat di jelaskan tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui penafsiran mufassir klasik dan modern terkait ḥadīṡ

ifk.

2. Untuk mengetahui relevansi adīṡ ifk dan hoax terhadap kehidupan masyarakat zaman sekarang

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis adalah untuk menambah pengetahuan dan khazanah keilmuan Islam mengenai fenomena ḥadīṡ ifk di era modern saat ini yang lebih dikenal dengan hoax.

2. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan pembelajaran bagi para pengkaji al-Qur’ān dalam memahami hoax itu seperti apa.

3. Skripsi ini, diharapkan mampu menjadi acuan bagi umum maupun kalangan akademisi dalam kaitannya terhadap perkembangan hoax.

(30)

E. Kajian Pustaka

Kajian mengenai ḥadīṡ ifk bukanlah hal baru lagi karena banyak sekali para ilmuan Muslim dan para Orientalis yang membahasnya. Dan untuk menghindari kesamaan penulis dari karya tulis lainnya, maka peneliti terlebih dahulu mencari penelitian-penelitian baik itu buku, jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi. Sepanjang yang peneliti ketahui belum ada studi khusus yang membahas ḥadīṡ al-Ifki: Studi Analisis Penafsiran Tafsir Klasik dan Modern atas Qs. al-Nūr: 11 dan Qs. al-Ḥujarāt: 6, adapun diantaranya:

Said Mujahid.23 Dalam tesisnya yang membahas ḥadīṣ tenteng peristiwa fitnah ifk (perspektif Sunni dan Syi’ah. Tesis ini membahas tentang

ḥadīṡ ifk dari perspektif sunni (yang mengatakan bahwa ḥadīṡ tersebut

dituduhkan pada ‘Āisyah) dan syi’ah (yang mengatakan bahwa ḥadīṡ tersebut dituduhkan pada Maria al-Qibtiyah), ditinjau dari kronologi sejarahnya. Dengan metode takhrīj mutūn al- ḥadīṡ, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ḥadīṡ tersebut muncul pada empat kondisi yakni, pertama, pada tahun 5 H yang berkaitan dengan ‘Āisyah. Kedua, tahun ke-8 H yang berkaitan dengan tuduhan kehamilan Maria Qibtiyah. Ketiga, pada masa al-Walid. Keempat, tentang peristiwa ifk yang berkaitan dengan Abū J’afar. arya ini berfokus pada kajian hadis dan bukan kajian tafsir Al-Qur’an. Sehingga referensi dan objek yang digunakan oleh Said Mujahid bersumber dari kitab- kitab hadis saja.

Mareta Bayu Sugara.24 Dalam artikelnya membahas tentang tinjauan fiqih jinayah terhadap pencemaran nama baik: perbuatan pencemaran nama baik atau mencemarkan kehormatan orang mempunyai arti yang sama dengan perbuatan menista seperti yang diatur dalam Pasal 130 KUHP. Baik itu

23 Said Mujahid, “Hadis Tentang Peristiwa Fitnah Ifk (Perspektif Sunni dan Syi’ah)”. (Tesis: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016).

24 Mareta Bayu Sugara, “Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Pencemaran Nama Baik”.

(31)

dengan lisan maupun dengan tulisan. Yang mengakibatkan rusaknya nama baik atau reputasi seseorang, dengan menyebarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta yang bisa menimbulkan kerugian bagi pihak yang bersangkutan. Fiqih Jinayah memandang bahwa tindak pidana Pencemaran nama baik adalah perbuatan yang diharamkan dan masuk kategori hukuman t’azir (ditetapkan oleh hakim sebagai pengemban legitimasi di bidang penjatuhan hukuman).

Lutfi Maulana.25 Dalam artikelnya membahas tentang kitab suci dan hoax: pandangan al-Qur’an dalam menyikapi berita bohong: mewabahnya peredaran beri-ta hoax di media sosial merupakan sebuah fenomena yang amat sangat meresahkan di masyarakat. Munculnya berita-berita hoax ter-sebut telah memberikan dampak negatif yang sangat signifikan, seperti membuat opini publik dalam kebohongan, membuat adu domba umat Islam, membuat provokatif, serta merugikan umat Islam. Karenanya, menelaah kembali ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan hoax merupakan sebuah langkah untuk menanggulangi peredaran hoax. Setelah melalui kajian dalam ayat Alquran, sebenarnya hoax ini sudah pernah terjadi pada masa Nabi. Untuk menjawab keresahan hoax pada masa tersebut, Allah mengecam terhadap para pelaku penyebar hoax. Alquran juga menganjurkan untuk selalu berkata benar. Ia merupakan perbuatan orang-orang yang patuh kepada Allah. Dengan menjaga perkataan yang benar, maka penyebaran hoax akan ter-minimalkan. Selanjutnya selain berkata benar, Alquran juga menyuruh umat Islam untuk selalu melakukan tabayyun atau klarifikasi terhadap datangnya berita. Bahkan klarifikasi ini juga amat ditujukan terhadap para tokoh agama agar selalu mengawal datangnya berita-berita dan diklarifikasi kebenarannya. Dengan mengedepankan dan mengikuti langkah-langkah al-

25 Luthfi Maulana, “Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’an Dalam Menyikapi Berita

(32)

Qur’an tersebut, tentunya umat Islam harus mengikuti dan meneladani seruan al-Qur’an agar dapat mengatasi dan memini-malkan peredaran hoax yang terjadi saat ini.

Muhammad Arsad Nasution.26 Dalam artikelnya yang berjudul hoax sebagai bentuk hudud menurut hukum Islam yang menjelaskan pada awalnya

hoax hanya sekedar iseng/lelucon yang pembuat hoax mengirim berita

bohong kepada teman dekatnya yang tidak berniat menyebarluaskan. Lalu makin kesini hoax semakin menjadi-jadi. lalu cara penyampaian hoax kepada individu, kelompok maupun organisasi kepada masyarakat dengan menggunakan internet.. Penetapan hukuman hoax dengan hukuman dera berdasarkan qiyas khafi dalam istilah ulama Syafi’iyah, atau istihsan dalam istilah ulama Hanafiyah. Illat yang menjadi penyebab analogi tersebut adalah penyebaran berita bohong yang dapat merugikan orang lain. Al-qazf berisi berita bohong tentang tuduhan perbuatan zina kepada orang lain, sedangkan

hoax juga pemberitaan bohong yang dialamatkan para individu tertentu yang

dapat merugikan orang lain.

Muh Shidik.27 Dalam artikelnya yang membahas tentang wawasan al-Qur’an tentang hoax: mewabahnya peredaran berita hoaks di media sosial merupakan sebuah fenomena dalam masyarakat informasi yang amat sangat meresahkan. Munculnya berita-berita hoaks tersebut telah memberikan dampak negatif yang sangat signifikan, seperti membuat opini publik dalam kebohongan, membuat adu domba umat Islam, membuat provokatif, serta merugikan umat Islam. Karenanya, menelaah kembali ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hoaks merupakan sebuah langkah untuk menanggulangi peredaran hoaks.

26 Muhammad Arsad Nasution, “Hoax Sebagai Bentuk Hudud Menurut Umat Islam”. Artikel: IAIN Padangsidimpuan, Vol,3 No. 1, (2017)

27 Muh. Sadik Sabary, “Wawasan al-Qur’an Tentang Hoaks (Suatu Kajian Tafsir

(33)

Mas Agus Kholili28 dalam skripsinya yang berjudul menyikapi berita yang belum jelas kebenarannya (studi analisi teori penafsiran M. Quraish Shihab serta Mahmud Ibn Abdullah al-Alusi dalam Menafsirkan kata naba’ yang mejelaskan bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab dan Mahmud Ibn Abdullah al-Alusi mennafsirkan kata naba’ pada ayat-ayat informasi, lalu memahami bahasa yang dibutuhkan untuk mengetahuo makna suatu lafadz. Dalam teori semnatik kajian analitik terhadap istilah-istilah kunc suatu bahasa dengan pandangan yang sampai kepada konseptual atau pandangan masyarakat yang menggunakan bahasa untuk alat bicara dan berfikir.

M. Thaef Asshi.29 dalam skripsinya menjelaskan mengenai bagaiman

bahwa mewabahnya peredaran berita hoax di media sosial merupakan sebuah fenomena yang amat sangat meresahkan di masyarakat. Munculnya berita-berita hoax tersebut telah memberikan dampak negatif yang sangat signifikan, seperti membuat opini publik dalam kebohongan, membuat adu domba umat Islam, membuat provokatif, serta merugikan umat Islam. Karenanya, menelaah kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hoax merupakan sebuah langkah untuk menanggulangi peredaran hoax. Setelah melalui kajian dalam ayat Al-Qur’an, sebenarnya hoax ini sudah pernah terjadi pada masa Nabi. Untuk menjawab keresahan hoax pada masa tersebut, Allah mengecam terhadap para pelaku penyebar hoax. Al-Qur’an juga menganjurkan untuk selalu berkata benar. Ia merupakan perbuatan orang-orang yang patuh kepada Allah. Dengan menjaga perkataan yang benar, maka penyebaran hoax akan terminimalkan. Selanjutnya selain berkata benar, Al-Qur’an juga menyuruh umat Islam untuk selalu melakukan

28 Mas Agus Kholili, “Menyikapi Bertia Yang belum Jelas Kebenarannya (Studi Analisis Teori Penafsiran M. Quraish Shihab dan Mahmud Ibn Abdullah al-Alusi dalam Menafsirkan Kata Naba’)”. (Skripsi: UIN Sunan Ampel, 2018).

29 M. Thaef Asshiddiqi, “Hoax Dalam al-Qur’an”. (Skripsi: UIN Sumatera Utara Medan,

(34)

tabayyun atau klarifikasi terhadap datangnya berita. Bahkan klarifikasi ini juga amat ditujukan terhadap para tokoh agama agar selalu mengawal datangnya beritaberita dan diklarifikasi kebenarannya. Dengan mengedepankan dan mengikuti langkahlangkah al-Qur’an tersebut, tentunya umat Islam harus mengikuti dan meneladani seruan Al-Qur’an agar dapat mengatasi peredaran hoax yang terjadi saat ini.

Sella Afrilia, Rumba Triana, dan Syaiful Rokim.30 Dalam artikelnya membahas tentang pandangan al-Qur’an terhadap realita hoax: banyak berita bohong yang selalu menyudutkan kaum muslimin dan yang melatarbelakangi salah satunya sebagai sarana yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh islam untuk memerangi kaum muslim. makna hoax sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ahli Tafsir khususnya dalam Surah al-Ḥujarāt ayat 6 yang mencertakan tentang walid yang diutus Rasulullah untuk mengambil zakat pada al-Harist yang saat itu baru masuk Islam pada saat al-Walid inginnmengambil zakat itu a pun merasa takut karena seblumnya mempunyai masalah kepada al-Harist akhirnya ia melaporkan laporan palsu kepada Rasulullah. Lalu dalam Surah Al-Nūr Ayat 11-19 adalah suatu fitnah atau tuduhan yang disebarkan oleh orang-orang munafik kepada Ummul mu’minin pada masa Rasulullah Ṣalallahu Alaihi Wassalam sehingga berdampak sesat menyesatkan. Pada saat itu para munafikun menyebarkan berita bohong atau hoax dengan menuduh ‘Āisyah telah melakukan perzinaan oleh Ṣafwan bin al-Mua’athil. Dalam kisah inilah yang menjadi sebab diturunkannya ayat mengenai berita bohong yang tersebar pada masa Rasulullah sebagimana yang telah diabadikan dalam Surah al-Nūr ayat 11-19. Lalu dalam Surah Ali-Imran yang menceritakan tuduhan Maryam berzina, Selain itu hoax juga merupakan konspirasi untuk mengalahkan

30 Sella Afrilia, Rumba Triana dan Syaiful Rokim, “Pandangan al-Qur’an Terhadap

(35)

lawan atau musuh, dan juga sifat dari hoax sendiri adalah berita yang cepat menyebar dan bisa sangat mempengaruhi.

Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah.31 Dalam artikelnya yang membahas tentang hoax dalam kajian pemikiran Islam dan hukum politik: Secara umum, hoaks, yang berasal dari Bahasa Inggris “hoax” atau Bahasa Latin “hoc est corpus” berarti berita bohong atau informasi bohong yang dapat menyesatkan pihak lain, bahkan dapat menimbulkan keonaran atau permusuhan. Dalam perspektif kajian Islam, hoaks dikategorikan sebagai informasi bohong yang disebarkan dengan tujuan tertentu yang dapat merugikan pihak lain. Hoaks dalam kajian Islam identik dengan peristiwa menistakan pihak lain seperti ḥadīṣ al-ifk yang pernah terjadi pada periode klasik Islam yang menimpa para sahabat Nabi Muhammad Saw, terutama ‘‘Āisyah , isterinya tercinta. Pelakunya diancam dengan siksa yang sangat pedih di akherat. Dalam perspektif Hukum Positif, hoaks merupakan informasi yang tidak bertanggung tidak bias dipertanggungjawabkan, yang dengan sengaja dan tanpa hak disebarkan oleh pelakunya yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Hukumannya adalah penjara setingg-tingginya sepuluh tahun.

Lailatul Hikmah.32 Dalam skripsinya yang membahas tentang nilai dan norma sosial tentang peristiwa al-Ifk dalam Qs. al-Nūr menjelaskan norma moral merupakan norma yang paling tertinggi karena suatu perbuatan yang doanggap baik atau buruk yang dilihat dari sudut pandang etis, dan norma moral tentang ḥadīṣ ifk yang terkandung dalam Qs. al-Nūr adalah: menjahui

31 Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoaks Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum Positif (Hoax in Islamic Thinking and Positive law Studies).

(36)

hal-hal yang menimbulkan fitnah, selektif dalam menyampaikan suatu berita,

husn al-zan terhadap sesama, berlapang dada. Norma hukum adalah

membrtikan efek jera kepada tersangka, sehingga dalam menetapakan subuah hukum seorang hakim tidak boleh terburu-buru, dan norma hukum yang ada dalam peristiwa al-ifk yaitu: melakukan tabayyun, bersikap adil dalam menentukan sebuah hukum, hukuman yang diberikan hanya bersifat memberi efek jera kepada penyebar berita bohong.

Irfan Afandi.33 Dalam artikelnya membahas tentang hoax dalam sejarah islam awal (kajian kritis tentang QS. al-Nūr 11-20) menjelaskan bagaimana petunjuk Allah Swt dalam menghadapi hoax serta para penyebarnya, dengan mambahas ayat-ayat al-Qur’an dan juga menyimpulkan dengan asbab nuzul, riwayat-riwayat yang ditulis di kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab sirah nabawiyah. Lalu terbentuknya ḥadīṣ ifk akibat konflik kepentingan Abdullah Ibn Ubey Ibn Salul yang ingin menjatuhkan Nabi Muhammad Saw. lalu menjelaskan cara orang-orang menyebarluaskan hoax dengan berbagai cara seperti: media elektronik: WhatsApp, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya lalu cara menghadapihoax tersebut dengan menanamkan kesadaran literasi di tengah-tengah masyarakat.

F. Metode Penelitian

Ada tiga aspek metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yaitu metode penelitian dengan teknik mencari makna, pemahaman, pengertian, verstehen tentang suatu fenomena, kejadian maupun kehidupan

33 Irfan Afandi, “Hoax Dalam Sejarah Islam Awal (Kajian Kritik Tentang Qs. al-Nūr

(37)

manusia dengan terlibat langsung atau tidak tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Penelitian kualitatif ini lebih menekankan kepada data yang sebenarnya dan pasti merupakan suatu nilai di nalik data yang tampak.34

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Dalam hal ini penulis menggunakan buku-buku yang membahas tokoh mufassir klasik: Abu Ja’far Muhammad ibn Jarīr al-Ṭabari dengan kitabnya

Jāmi’u al-Bayān an Ta’wīl ayi al-Qur’ān, Abū Bakr Muhammad ibn

Zakariyyā al-Rāzī dengan kitabnya al-Tasīr al-Kabīr atau sering disebut Mafātīhu al-Gaib dan modern, Sayyid qutb Ibrahim Husayn Ṣaḍili dengan kitabnya Tafsīr Fi Ẓilal al-Qur’ān, Wahbah al-Zuhailī dengan kitabnya

Tafsīr al-Munīr fi ‘Aqidah wa Syari’ah wa Manhaj. b. Sumber Data Skunder

Dalam hal ini penulis menggunakan kamus-kamus bahasa arab, yaitu

Mu’jam al-Wasit, Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, al-Qur’ān, buku-buku seperti: Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, Buku Pintar Ayat-ayat al-Qur’ān, Asbabun Nuzul. Lalu jurnal: Kitab Suci dan Hoax: Pandangan al-Qur’ān Dalam Menyikapi Berita Bohong. Skripsi: Hoax Dalam al-Qur’ān, tesis: ḥadīṡ Tentang Peristiwa Fitnah Ifk (Perseptif Sunni dan Syi’ah. Artikel: Hoax Dalam Sejarah Islam Awal (Kajian Kritik Tentang Qs. al-Nūr 11-20. internet dan lainnya yang digunakan sebagai infromasi dan tambahan, serta dapat dipertanggung jawabka keasliaan datanya.

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

(38)

3. Metode Pembahasan

Data yang sudah ada akan penulis analis dengan menggunakan metode deskriptif analisis35 yang bersifat kualitatif. Penggunaan metode deskriptif analisis ini diharapkan mampu untuk mendeskripsikan permasalahan dan data yang berkaitan dengan tema penelitian menurut kategori yang telah disusun guna memperoleh kesimpulan yaitu bagaimana masyarakat mengetahui bahyanya hoax yang beredar setiap hari semakin menjadi-jadi, lalu pesan yang ingin disampaikan oleh para tokoh mufassir klasik dan modern.

Lalu Mengumpulkan data dan mengelompokan ayat-ayat tentang pembawa berita bohong, kemudian menguraikan makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh al-Qur’an atas perilaku dan akibat bagi pelaku pembawa berita bohong menurut tafsir klasik dan modern.

4. Analisis Data

Pada menyusunan penelitian skripsi ini, penulis memakai langkah pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research) penulis juga mencari, mengumpulkan serta mengkaji beberapa buku, jurnal, dan sumber bacaan yang terdapat beberapa kaitannya pada pembahasan skripsi ini. Dengan mengutip tafsir klasik dan modern dan merelasikannya dengan

hoax yang terjadi sekarang sebagai sumber primer penulisan penelitian

skripsi. Hal ini sangat krusial dilaksanakan agar memperoleh data, kerangka teori, serta pemikiran dari para ahli yang berkompeten sesuai bidangnya perihal msalah yang penulis bahas. Dalam hal menganalisis data-data, penulis

35 Deskriptif analisis adalah sebagai upaya mengkaji kemudian memaparkan keadaan objek yang akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang sudah ada (primer maupun sekunder) kemudian menganalisanya secara komprehensif melalui pendekatan komparatif, sehingga akan tampak jelas perbedaan yang ada dan jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudia menghasilakan pengetahuan yang valid. Lihat: John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative, anfd Mixed Methods

Apporoach, terj. Achmad Fawaid dan Rianayati Pancasari (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(39)

memamaki metode deskriptif analitis. Secara deskriptif artinya menjelaskan dan menafsirkan data yang berkaitan dengan fakta keadaan saat ini, variabel serta fenomena dan kenyataan yang terjadi ketika penelitian sedang terjadi dan juga menyajikan secara sederhana. 36 pada saat ini, penulis akan mendeskripsikan dan menerangkan Ḥadīṡ al-Ifki Studi Penafsiran Tafsir Klasik dan Modern Atas Qs. al-Nūr: 11 dan Qs. al-Ḥujarāt: 6.

Analitis menjadi upaya untuk mengeksplorasi dan untuk menjelaskan terkait fenomena pemahaman, pemaknaan, interpretasi al-Qur’an, dan menguatkan pengetahuan terkait benyak sekali macam eksperimen tersebut. Analisis isi dilakukan guna menganalisis pemahaman Ḥadīṡ al-Ifki Studi Penafsiran Tafsir Klasik dan Modern Atas Qs. al-Nūr: 11 dan Qs. al-Ḥujarāt: 6.

5. Tekhnik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017. Kecuali terjemahan al-Qur’an diambil dari terjemahan Kemenag tahun 2012, dan penulisan transliterasi arab-latin keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum mengenai isi pembahasan skripsi ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

36 M. Subana, dan Sudarajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,

(40)

Bab pertama, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, yakni bagaimana mufassir klasik dan modern mambahas tentang ḥadīṡ ifk. Hal tersebut menjadi landasan pemikiran sehingga timbul identifikasi, rumusan, dan pembatasan masalah, kemudian tujuan dan manfaat penelitian, setelah itu kajian pustaka sebagai perbandingan sekaligus menjadi rujukan dan refrensi, serta metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tentang ke empat tokoh Mufassir klasik dan modern yang mencakup riwayat hidup, guru-guru dan muridnya, karya-karya, dan sistematika penulisan tafsir mereka.

Bab ketiga berisi tentang ḥadīṡ ifk pengertian dan tafsir yang meliputi: konsep ḥadīṡ dalam al-Qur’an, konsep Ifk dalam al-Qur’an, peristiwa ḥadīṡ

ifk dulu dan sekarang, dan tafsir tentang ḥadīṡ ifk.

Bab keempat membahas tentang Analisis Komparatif Tafsir Klasik dan Modern Terhadap Ayay-ayat Ḥadiṡ al-Ifk (Qs. al-Nūr: 11 dan al-Ḥujarāt: 6). Dalam bab ini terdiri dari tiga sub bab, diantaranya: Ḥadiṡ al-Ifk dalam penafsiran tafsir klasik, Ḥadiṡ al-Ifk dalam oenafsiran tafsir modern, hubungan Ḥadiṡ al-Ifk dengan fenomena hoax di zaman sekrang.

Bab kelima penutup yang mencakup kesimpulan yang menjawab semua masalah yang di angkat serta memberikan saran-saran untuk penggunaan penelitian selanjutnya.

(41)
(42)

23 BAB II

BIOGRAFI PENGARANG

Sebelum jauh membahas penafsiran tentang ḥadiṡ al-ifk di era klasik dan modern, saya akan sedikit memaparkan bagaimana kisah perjalanan dan perbedaan hidup para mufassir di era klasik dan era modern.

A. Ibn Jarīr Ṭabarī dan Tafsir Jāmi’u Bayān an Ta‘wīl Āyi al-Qur’ān

1. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Pendidikan

Jika membicarakan tentang Ibn Jarīr al-Ṭabarī kita akan membahas tentang syaikh-nya para ahli tafsir, dan hal itu tidak diragukan lagi. Beliau awalnya adalah seorang sastrawan bahasa Arab yang memiliki ungkapan atau kata-kata yang sangat indah dan jarang digunakan oleh sastrawan lain. Beliau juga seorang pakar sejarah dan pakar hadis yang mempunyai karangan kitab yang sangat besar dan populer.1

Nama lengkapnya adalah Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr bin Yazid bin Kaṡīr Bin Ghālib al-Amali al-Ṭabarī. Nama ini sebagaimana disebutkan oleh Khotib al-Bagdadi, Yakutul Hamwa, al-Qofati, Ibn Kaṡīr, al-Żahabī, dan al-Dawadi. Ibn Nadim, Ibn Halkan, al-Ṣafadi, mereka bersepakat bahwa kakeknya yang kedua itu bernama Khalid bin Galib bukan bernama Kaṡīr bin Galib. Kunyah nya bernama Abu Ja’far sebagai kehormatan atas perilakunya, dan semasa hidupnya ia tidak pernah menikah.2 Ja’far itu diartikan sungai yang besar dan luas. Dia lahir di akhir tahun 224 H/ 839 M, atau awal dari

1 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli

Tafsir, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), 67.

2 Muhammad Bakr al-Sa, Ibn Jarīr al-Ṭabarī wa Manhaj fī al-Tafsīr, (Dār al-Manar,

(43)

tahun 225 H/ 840 M3 dan Wafat di tahun 310 H.4 karena pendapat itu dinisbatkan langsung kepada muridnya yang bernama al-Qaḍi Ibnu Kamil yang pernah bertanya kepada guruya yaitu al-Ṭabari tentang kelahirannya.5 Ia dilahirkan di Ṭabrastan, oleh karena itu dia diberi julukan al-Ṭabarī karena dikaitkan dengan kota kelahirannya. Akan tetapi penisbatan nama dengan kota kelahirannya menunjukan bahwasanya ia bukan orang Arab asli.6

Semenjak dini beliau terarah untuk menuntut ilmu dan mempelajari ilmu-ilmu agama. Beliau sudah hafal al-Qur’an semenjak umur 7 tahun dan menulis hadis di umur 9 tahun.7 Beliau selalu bepergian menuntut ilmu bertemu dengan ulama dan guru-guru, beliau selalu paham apa yang di ucapkan gurunya, menyimpan wawasan dan berbagai macam pesan yang diberikan hingga beliau mampu menjadi rujukan dan sandaran. Pada akhirnya beliau bisa mengarang kitab-kitab yang bermanfaat dan akan menjadikan namanya abadi dan tinggi dalam martabat serta menjadikan namanya berada di kelas atas para ulama.

Beliau pernah bepergian ke daerah Ray, berguru kepada Muhammad bin Hamid al-Rāzī dan ulama hadis yang terkenal lainnya. Kemudian beliau pindah ke Baṣrah dan berguru kepada Muhammad bin Mu’alla dan Muhammad bin Basyar yang lebih dikenal dengan sebutan bandar. Kemudian beliau pergi ke Kuffah berguru dengan Hana’a bin al-Sary, Abu Kerib Muhammad bin ‘Ala al-Ḥamdani. Perjalanan beliau di negeri Irak berakhir di Baghdad, beliau telah banyak mempelajari bermacam-macam ilmu

3 Muhammad Bakr al-Sa, Ibn Jarīr al-Ṭabarīwa Manhaj fī al-Tafsīr, 10.

4 Muhammad Husein al-Żahabi, Al-Tafsīru Wa al-Mufassirūn, jilid I (Kairo: Maktabah

Wahbaḥ, 2000), 147.

5 Abu Ja’far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al-Ṭabarī, terj. Ahsan Askan, jilid 1,

cet. II (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), 7.

6 Muhammad Bakr al-Sa, Ibn Jarīr al-Ṭabarīwa Manhaj fī al-Tafsīr, 10.

(44)

pengetahuan dan memiliki wawasan yang sangat luas. Dari Baghdad beliau pergi ke negeri Syam belajar Qira’at Syam dengan Abbas bin Walid al-Bairuni.

Perjalanan beliau berakhir di Mesir, berguru dengan ulama-ulama yang terkenal seperti Muhammad bin Abdullah al-Ḥakan, Muhammad bin Ishak bin Khuzaimah dan kepada murid-murid Ibn Wahab. Perjalanan beliau kembali ke Ṭabrasan kemudian beliau mengajar di Baghdad sampai meninggal dunia pada hari ahad Syawal dua hari sebelum bulan Zulkaidah tahun 310 H. 8

Para ulama sangat banyak membicarakan tentang beliau baik dari kepribadian maupun kehidupan beliau yang ditinjau dari berbagai sisi dan sudut pandang. Al-Khatib berkata: Ibn Jarīr al-Ṭabarī adalah salah satu imam dan pemimpin umat, perkataannya dapat dijadikan hukum dan pendapatnya dapat dijadikan rujukan. Hal ini dikarenakan keilmuan dan kelebihan yang beliau miliki. Beliau mengumpulkan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang tidak ada bandingannya pada masa itu. Beliau adalah seorang yang ḥafiż al-Qur’an, mengetahui makna ayat-ayatnya serta paham dan mengenal hukum-hukum al-Qur’an. Beliau mengenal sunah-sunah baik dari segi perawinya maupun kedudukannya baik ṣaḥiḥ atau tidak, nasakh atau

mansukh. Beliau juga mengetahui perkataan para sahabat dan tabi’in serta ulama penerusnya. Beliau juga mengetahui tentang masalah yang diharamkan dan yang dihalalkan. Selain itu beliau juga tahu tentang sejarah dan kisah-kisah masa lalu.9

Orientalis bermana Carl Brockelman berpendapat dalam kitab Tāriīkhu

al-Adabil al-‘Arabī: ulama yang pertama mengarang kitab sejarah lengkap

8 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli

Tafsir, 68.

Referensi

Dokumen terkait

12) Break Event Point ( BEP) merupakan suatu perhitungan batas kuantitas produksi yang mengalami keuntungan dan kerugian pada usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok

Berbagai macam upaya dapat dilakukan untuk mendorong mereka berperan serta aktif dalam peningkatan team capacity building, antara lain dengan menngenalkan berbagai

kenyataannya saat ini menunjukan masih banyaknya kesenjangan dalam hal pengembangan dan atau pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain, daerah atau kawasan

Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Erwin (2011) yang berjudul “ Pengaruh Faktor Harga, Promosi, Dan Pelayan Terhadap Keputusan Konsumen Untuk Belanja Di

Data yang digunakan untuk identifikasi struktur penyebab dan pencegahan konversi PLTL sawah adalah sub-elemen yang merupakan hasil dari kegiatan Focus Group Discussion

Ratna Gunawidjaja (2003) &#34;Hubungan Antara Sikap terhadap Ranking Akademis dengan Kecemasan terhadap Penurunan Posisi Ranking Kelas Pararel &#34;.Skripsi

Dengan cara ini para pelatih dapat saling mendukung dan keragu-raguan peserta pelatihan dapat lebih mudah diatasi Linda Johansson, manajer proyek program pelatihan

Penerapan Masase Kaki dengan Citronella Oil didukung dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widowati dkk yang berjudul Pengaruh Masase