Page 121
ZONASI KONDISI AIR TANAH TERHADAP GERAKAN TANAH DAERAH MADUKARA –
BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH
ZONING OF GROUNDWATER CONDITIONS AGAINST THE LAND MOVEMENT OF
MADUKARA REGION - BANJARNEGARA, CENTRAL JAVA PROVINCE
Supandya Nandiwardhana1, Abdurrachamn.Asseggaf*, Arini Dian Lestari
1Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
1Email korespondensi:supandyanandi@gmail.com
Tel:, Faksimil : +6281289223652
Abstrak. Besarnya jumlah air sangat mempengaruhi oleh kondisi topografi, litologi permukaan, dan hidrogeologi. Kondisi geologi Banjarnegara sangat bervariasi dan mempunyai karakterisasi sendiri, dengan demikian jumlah air juga sangat bervariasi. Hal ini disebabkan kondisi litologi tertentu mampu menampung air dalam jumlah yang tertentu pula. Perbedaan ini menyebabkan hidrogeologi Banjarnegara mempunyai perbedaan pula, hal ini diyakini telah mengalami perubahan dari kondisi alamiahnya, sebagai akibat pengambilan airtanah selama ini. Pergerakan tanah juga bisa dipengaruhi oleh kondisi airtanah pada daerah Banjarnegara Kecamatan Madukara karena memiliki karakteristik batuan yang berbeda dimana batuan pada daerah ini tidak memiliki karakteristik yang sama semua dan memiliki perbedaan karakteristik, perbedaan karakteristik ini yang bisa menyebabkan pergerakan tanah yang dipengaruhi kondisi airtanah.Pada daerah penelitian berada didaerah banjarnegara kecamatan madukaran dimana dekat dengan Daerah Wisata Dieng yang terletak pada titik koordinat 109°45'36" BT - 109°45'3.6" BT dan 7°21'46.8" LS - 7°22'19.2" LS dilakukan penelitian tentang kerentanan gerakan tanah yang dipengaruhi oleh pengaruh kondisi airtanah, tujuannya untuk mengetahui pengaruh airtanah terhadap gerakan tanah pada daerah penelitian. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode zonasi, metode scoring, metode overlay terdapat 5 faktor yaitu litologi batuan, hidrogeologi, kemiringan lereng, curah hujan, dan dari tata guna lahan. Ke lima faktor ini memiliki kaitan yang erat dalam mempengaruhi kerentanan gerakan tanah pada daerah yang diteliti. Dilakukan anisis dari data sekunder yang kemudian dilakukan pembobotan pada setiap faktor yang ada dan
Sejarah Artikel : • Diterima 05 Juni 2021 • Revisi 05 Juli 2021 • Disetujui 07 Juli 2021 • Terbit Online 27 Agustus 2021 Kata Kunci : Ø Gerakan tanah, Ø Hidrogeologi, Ø Kemiringan Lereng, Ø Curah Hujan,
Ø Tata Guna Lahan Keywords : Ø Soil Movement, Ø Hidrogeology, Ø Slope, Ø Rainfall, Ø Land Use
Page 122
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software arcgis. Setiap faktordibuat peta penyebarannya dan dari kelima peta tersebut dilakukan overlay sehingga menghasilkan zonasi kerentanan gerakan tanah. Dari analisis yang telah dilakukan didapatkan peta zonasi kerentanan gerakan tanah yang dibagi menjadi 4 yaitu berpotensi rawan, berpotensi sedang, berpotensi aman, berpotensi sangat aman.
Abstract. The large amount of water is greatly influenced by topographical conditions,
surface lithology, and hydrogeology. The geological condition of Banjarnegara is very varied and has its own characterization, thus the amount of water is also very varied. This is because certain lithological conditions are able to hold a certain amount of water as well. This difference causes Banjarnegara hydrogeology to have a difference, it is believed to have changed from its natural condition, as a result of groundwater retrieval so far. Soil movement can also be influenced by groundwater conditions in Banjarnegara district madukara because it has different characteristics of rocks where the rocks in this area do not have the same characteristics all and have different characteristics, these characteristic differences that can cause the movement of soil affected by groundwater conditions. In the research area in banjarnegara district madukaran where close to the tourist area dieng located at the coordinates point 109 ° 45'36 " BT - 109 ° 45'3.6 " BT and 7 ° 21'46.8 " LS - 7 ° 22 '19.2 " LS conducted research on the vulnerability of land movements influenced by the influence of water conditions, the purpose is to find out the groundwater against the movement of soil in the research area. The method carried out in this research is zoning method, scoring method, overlay method there are 5 factors namely rock lithology, hydrogeology, slope, rainfall, and from land use. These five factors are closely related in influencing the vulnerability of soil movements in the areas studied. Anisis is carried out from secondary data which is then done weighting on every factor that exists and done data processing using arcgis software. Each factor is made a map of its spread and from the five maps is done overlay so as to produce zoning vulnerability of soil movement. From the analysis that has been done obtained zoning map of soil movement vulnerability that is divided into 4 that is potentially vulnerable, potentially moderate, potentially safe, potentially very safe.
PENDAHULUAN
Gerakan tanah diketahui sebagai proses perpindahan massa tanah ataupun batuan yang memiliki arah tegak, mendatar atau miring dari posisi awal yang diakibatkan pengaruh gravitasi, arus air dan dan beban dari luar tetapi erosi, amblesan, aliran lahar maupun penurunan tanah tidak termasuk sebagai gerakan tanah dikarekan konsolidasi dan pengembangan. Kerentanan gerakan tanah bisa menyebabkan longsoran. Pembagian gerakan tanah ditetapkan berdasarkan jenis material dan jenis mekanisme pergerakannya. Banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan tanah gerakan tanah yaitu faktor internal dan eksternal.
Besarnya jumlah air sangat mempengaruhi oleh kondisi topografi, litologi permukaan, dan hidrogeologi. Kondisi geologi Banjarnegara sangat bervariasi dan mempunyai karakterisasi sendiri, dengan demikian jumlah air juga sangat bervariasi. Hal ini disebabkan kondisi litologi tertentu mampu menampung air dalam jumlah yang tertentu pula. Perbedaan ini menyebabkan hidrogeologi Banjarnegara mempunyai perbedaan pula, hal ini diyakini telah mengalami perubahan dari kondisi alamiahnya, sebagai
Page 123
akibat pengambilan airtanah selama ini. Pergerakan tanah juga bisa dipengaruhi oleh kondisi airtanah pada daerah banjarnegara kecamatan madukara karena memiliki karakteristik batuan yang berbeda dimana batuan pada daerah ini tidak memiliki karakteristik yang sama semua dan memiliki perbedaan karakteristik, perbedaan karakteristik ini yang bisa menyebabkan pergerakan tanah yang dipengaruhi kondisi airtanah.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan studi airtanah dan air permukaan, maka dilakukan pendekatan agar tercapai tujuan studi ini dengan beberapa rumusan masalahnya:
1. Mengetahui daerah rawan gerakan tanah yang diakibatkan oleh kondisi air tanah Maksud Dan Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi gerakan tanah yang diakibatkan oleh pengaruh airtanah di daerah penelitian.
Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah
Daerah penelitian hanya mencakup Daerah Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, batas daerah penelitian terletak pada koordinat 109°45'36" BT - 109°45'3.6" BT dan 7°21'46.8" LS - 7°22'19.2" LS (Gambar 1) Lokasi Penelitian
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
• Terkendala melakukan pengecekan lapangan secara langsung • Studi hanya dalam daerah kecamatan
• Beberapa data yang dipakai dalam penelitian kurang detail
Page 124
Manfaat Penelitian• Masyarakat mampu memahami tentang pengaruh airtanah terhadap proses Gerakan tanah. • Memahami kendala langsung terhadap keberadaan airtanah.
TINJAUAN UMUM
Geologi Regional
Daerah penelitian memiliki stratigrafi regional yang termasuk dalam lembar geologi regional Banjarnegara yang dibuat oleh Condon,W.H., dkk.,(1996) meyusun tatanan stratigrafi daerah Banjarnegara Yang termuat dalam peta Geologi Lembar Banjarnegara skala 1:100.000 yang secara umum urutan stratigrafi daerah Banjarnegara menurut Condon, W.H., dkk.,(1996). Lokasi daerah penelitian berada pada bentang fisiografis Pegunungan Serayu Selatan dan termasuk kedalam cekungan Jawa Tengah yang secara regional stratigrafi daerah penelitian termasuk kedalam kedalam zona depresi Jawa tengah dengan urutan stratigrafi dari yang paling tua sampai yang paling muda sebagai berikut: (Gambar 2)
1. Formasi Totogan (Tomt): berumur oligosen, miosen sampai miosen awal memiliki ketebalan ± 150m 2. Anggota Breksi Formasi Tapak (TPTB)
3. Formasi Kalibiuk (TPB): Pliosen ketebalan 2500-3000 meter 4. Anggota Formasi Ligung (QTLB)
5. Endapan Alluvium (Qa) 6. Endapan Pundak (Qt)
Page 125
HidrogeologiHidrogeologi merupakan suatu ilmu yang menghubungkan antara material geologi dan proses yang terjadi di air (Fetter, 1994). Studi hidrogeologi termasuk ke berbagai bentuk air serta termasuk perubahannya, diantaranya dalam keadaan cair,padat,gas, dalam atmosfer, diatas dan yang berada dibawah permukaan lapisan, penyebaran dan aliran
.
Gerakan Tanah
Gerakan tanah berupa longsor (Lanslide) adalah satu bencana yang sering terjadi dan salah satu bencana yang berbahaya. Longsor bisa terjadi karena adanya pergerakan benda (tanah/batuan) dimana kondisi daerah lereng yang curam, dan juga faktor kelembaban (moisture) yang tinggi, tumbuhan yang sedikit (lahan terbuka) dan material yang kurang resisten salah satu faktor lain untuk timbulnya longsor adalah rembesan dan aktifitas kegiatan geologi seperti sesar,rekahan dan liniasi. Dimana disekitar lingkungannya juga merupakan salah satu komponen yang berkaitan.
Kelerengan
Pada saat proses infiltrasi berlangsung, air membutuhkan waktu untuk bisa meresap kedalam permukaan tanah. Tentu saja jenis, dan kondisi tanah sangat berpengaruh dalam kecepatan proses infiltrasi tersebut. Namun, kelerengan pada permukaan tanah juga sangat berpengaruh. Semakin datar kelerengan tanah maka air pada permukaan akan semakin banyak meresap kedalam tanah akibar tidak adanya proses aliran dari posisi tinggi ke posisi rendah (Tabel 1).
Tabel 1. Skor dan parameter Kemiringan lereng
Sumber: Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, (1998) Jenis dan Karakteristik Sedimen
Batuan mempengaruhi tingkat infiltrasi dikarenakan berhubungan dengan permeabilitas (kemampuan tanah meloloskan air) yang terjadi. Semakin besar nilai permeabilitas maka infiltrasi akan semakin besar juga (Tabel 2).
No Klasifikasi spasial Skor Keterangan
1 <8% 5 Datar
2 8%-15% 4 Landai
3 15%-25% 3 Bergelombang
4 25%-40% 2 Agak Curam
Page 126
Tabel 2. Kelas Jenis Infiltrasi BatuanSumber: Gregory Wall, 1973 dengan modifikasi Dulbahri. (1992) METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini digunakan dengan menggunakan metode pembobotan (scoring), metode overlay, metode zonasi pada setiap parameter – parameter yang ada
Metode Hasil • Metode Zonasi
berdasarkan definisinya, Zonasi atau Zoning Berdasarkan definisinya, Zonasi atau Zoning merupakan pembagian lingkungan kota kedalam zona – zona dan menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda – beda (Barnett, 1982). Dalam hal ini suatu daerah/Kawasan akan dikelompokan kedalam zona tertentu dengan karakteristik yang sama dan dapat diketahui peruntukkannya seperti zona industri, zona pertanian dan lainnya
• Metode Scoring / pembobotan dan penilaian.
Dalam hal ini ada 2 hal yang perlu diketahui agar faktor – faktor yang berperan dapat dikaji secara terarah dan objektif yaitu pembobotan (weighting) dan penilaian kemampuan (Capability). Pengertian bobot disini ialah suatu harga atau nilai yang
Diberikan setiap unsur terhadap sesuatu lingkungan yang didukungnya. Howard & Remson (1978). Telah memberikan suatu nilai bobot sebagai berikut: Penting (Highly Important) = 4, Cukup Penting
(Moderately Important) = 3, Kurang Penting (Low Important) = 2, Sangat Kurang Penting (Very Low Important) = 1, Tidak Penting (No Important) = 0. Sedangkan penilaian kemampuan (Capability) ialah
penilaian unsur terhadap setiap lingkungan yang didukungnya. Keanekaragaman jenis unsur akan memberikan nilai tersendiri sesuai dengan kemampuan lahan yang didukungnya. Nilai suatu kemampuan pada unsur yaitu: Tinggi (High) = 4, Sedang (Moderate) = 3, Rendah (Low) = 2, sangat rendah (Very Low) =1, Tak mampu (Not Suitable) = 0.
• Metode Overlay
Data – data berupa peta tematik digital, di – overlay. Overlay sendiri adalah proses menyatukan antara dua buah peta digital dalam bentuk grafis dan koordinaat yang sama yang akan menghasilkan sebuat peta digital gabungan dengan data spasial dan data atributnyaPembobotan dilakukan dengan rangking faktor dominan adalah faktor yang memiliki nilai tertinggi. Tahapan awal berupa tahap persiapan yang diakhiri dengan tahap penyusunan laporan.
Page 127
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor – Faktor Kerentanan Gerakan Tanah Litologi atau Jenis Batuan
Pada daerah penelitian memiliki 6 satuan formasi batuan (Gambar 3). Litologi merupakan faktor yang sangat penting dalam penzonasian ini dikarenakan apabila litologi atau batuan memiliki tingkat resistensi yang tinggi maka cenderung minim terjadi gerakan tanah (Tabel 3). Terdapat pula pembagian kelas dan bobot pada faktor ini yaitu :
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian (Condon,W.H., dkk 1996) Tabel 3. Litologi Batuan Daerah Penelitian
Warna Deskripsi Keterangan
Formasi Qa Penyebaran sekitar 1,3% di wilayah penelitian. kemiringan lereng d (8%) elevasi 312.5m
Formasi Qt Penyebaran sekitar 29,5% di wilayah penelitian. Kemiringan lerang (8%) elevasi 312.5m
Formasi Qtlb Penyebaran 40,8% di wilayah penelitian. kemiringan lereng (15 – 25%) elevasi 510 m.
Formasi Tpb Penyebaran 2,8% di wilayah penelitian. Kemiringan lereng (25 – 40) dengan elevasi 615m.
Formasi Tptb Penyebaran 25,1% di wilayah penelitian.kemiringan lereng 41 – 100% dengan elevasi 800m.
Formasi Tomt Penyebaran 0.5% diwilayah penelitian. Kemiringan lereng 25 – 40% dengan elevasi 987.5%
Page 128
Peta Kelerengan
Proses digitasi yang dilakukan pada peta kelerengan berupa pembuatan poligon dengan menggunakan perangkat lunak arcgis 10.3. dalam proses digitasi tersebut, poligon yang dibuat ada 5 jenis (Gambar 4) poligon pertama menutup satuan daerah <8%, poligon ini diberi nilai 5. Kemudian poligon kedua menutupi satuan daerah 8%- 15%. Poligon ini diberi nilai 4. Poligon ketiga menutupi satuan daerah kelerengan 15%-25%, poligon ini diberi nilai 3. Poligon keempat menutupu satuan daerah kelerengan 25%-40%, poligon ini diberi nilai 2. Poligon kelima diberi nilai 1 dengan nilai kelerengan >40%. Setelah proses digitasi, maka peta kelerengan sudah terbuat (Tabel 4) (Gambar 4).
Tabel 4. Skor dan parameter Kemiringan Lereng
Warna Deskripsi Penyebaran
Curam penyebaran sekitar 11,11% wilayah penelitian. Satuan batuan breksi vulkanik dan satuan batuan andesit dengan elevasi
987.5m
Agak Curam penyebaran sekitar 4,44% wilayah penelitian. Satuan batuan breksi vulkanik dan satuan batuan andesit dengan elevasi
800 m.
Bergelombang Penyebaran sekitar 6,66% wilayah penelitian. Satuan batuan breksi vulkanik dan satuan batuan batupasir dengan elevasi
610m.
Landai Penyebaran sekitar 22,22% wilayah penelitian. Satuan batuan batupasir dan satuan batu breksi dengan elevasi 510 m. Datar Penyeberan sekitar 55,55% wilayah
penelitian. Satuan batuan batupasir dan satuan alluvium.dengan elevasi 312.5 m
Page 129
Gambar 4. Peta Kelerengan Daerah PenelitianZonasi Kerentanan Gerakan Tanah.
Pembagian zona kerentanan gerakan tanah pada daerah yang diteliti memiliki nilai bobot yang berbeda, kemudian dari nilai bobot yang telah dihiting dari faktor yang mempengaruhi dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode scoring, yang kemudian dari data pembobotan yang telah dilakukan dari setiap faktor, kemudian dilakukan penyatuan 2 peta lalu daerah penelitian menjadi 5 kelas yaitu berpotensi sangat aman. berpotensi aman,berpotensi sedang,berpotensi rawan, berpotensi sangat rawan..
Satuan wilayah berwarna biru muda merupakan paling tinggi termasuk kedalam kategori Sangat Aman (kondisi airtanah tidak mempengaruhi pergerakan) satuan batuan pada wilayah ini satuan batuan andesit dengan kemiringan lereng sekitar 41 – 100% di elevasi 425 m yang tersebar setempat pada bagian timur hingga barat di wilayah penelitian.
Satuan wilayah berwarna hijau merupakan poligon yang memiliki lumayan tinggi termasuk kategori Aman (kondisi airtanah lumayan tidak mempengaruhi pergerakan tanah) satuan batuan pada wilayah ini adalah satuan batuan andesit dan satuan batuan breksi vulkanik, kemiringan lereng pada wilyah ini 41- 100% di elevasi sekitar 575 – 800 m yang tersebar setempat pada bagian timur hingga barat di wilayah penelitian. Satuan wilayah berwarna kuning yang mempunyai nilai yang sedang termasuk kategori Sedang (kondisi airtanah yang lumayan mempengaruhi pergerakan tanah) satuan batuan pada wilayah ini adalah satuan
Page 130
batuan breksi vulkanik dan satuan batuan batupasir, kemiringan lereng pada wilayah ini 15 – 25% di elevasi 500m yang tersebar setempat pada bagian timur -tengah- barat dan utara di wilayah penelitian. Satuan wilayah berwarna jingga yang mempunyai nilai lumayan rendah termasuk kategori Rawan (Kondisi airtanah yang mempengaruhi pergerakan tanah) satuan batuan pada wilayah ini satuan batupasir dan satuan alluvium, kemiringan lereng pada wilayah ini <8% di elevasi 400 m yang tersebar setempat pada bagian selatan dan utara di wilayah penelitian.Satuan wilayah berwarna merah (Kondisi airtanah yang sangat mempengaruhi pergerakan tanah) satuan batuan pada wilayah ini batupasir dan satuan alluvium, kemiringan lereng pada wilayah ini <8% di elevasi 400 m yang tersebar setempat pada bagian selatan dan utara diwilayah penelitian .
Tabel 5. Deskripsi Peta Zonasi Daerah Penelitian
Warna Keterangan Deskripsi Total Nilai
Sangat
Aman Luas daerah meliputi425 m, tersebar setempat pada bagian tengah dan barat daerah penelitian 2,83%, satuan batuan andesit, kemiringan lereng 41-100%, elevasi 60 - 67 Aman Penyebaran sekitar26,4%, satuan batuan andesit dan satuan batuan breksi vulkanik,
kemiringan lereng 41 – 100% elevasi 575 m – 800 m, tersebar setempat pada bagian timur hingga barat daerah penelitian
52 - 59
Sedang Penyebaran sekitar32,2%, satuan batuan breksi vulkanik dan satuan batuan batupasir, kemiringan lereng 15- 25% elevasi 500m, tersebar setempat pada bagian timur – tengah
– barat dan utara daerah penelitian
44 - 51
Rawan Penyebaran sekitar29,3%, satuan batuan batupasir, satuan batuan alluvium, kemiringan lereng <8% elevasi 325m, tersebar setempat pada bagian selatan dan utara daerah
penelitian
35 - 43
Sangat Rawan
Penyebaran sekitar 9,1% diwilayah penelitian, satuan batuan batupasir dan breksi vulkanik, kemiringan lereng <8% elevasi 300m, tersebar setempat pada bagian selatan
dan utara daerah penelitian
Page 131
Gambar 5. Peta Zonasi Daerah PenelitianKESIMPULAN
• Terdapat lima parameter yang berpengaruh terhadap pengaruh airtanah terhadap kerentanan Gerakan tanah yaitu jenis litologi, potensi airtanah, kemiringan lereng, data curah hujan, penggunaan lahan yang dimana memiliki keterkaitan terhadap masing – masing faktornya terhadap litologi
• Zona kerentanan Gerakan tanah terbagi atas empat zona yaitu berpotensi rawan, berpotensi sedang, berpotensi aman, berpotensi sangat aman yang dimana zonasi kerentanan Gerakan tanah / longsor didapatkan dari hasil penggabungan dari empat parameter yang terdapat pada daerah penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Tuhan Yang Maha Esa yang dimana tanpa karunia-Nya, penulis tidak dapat mudah menjalani hidup termasuk menjalani kuliah selama di Universitas Trisakti.
2. Papah, Mamah, dan keluarga tersayang yang memberikan dukungan moral, materil dan doa untuk penulis selama berkuliah dan mengerjakan doa tugas akhir sehingga penulis menjadi lebih giat dan bersemangat untuk menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.
Page 132
3. Bapak Dr.Ir. Abdurrachman Assegaf, MT. selaku dosen pembimbing utama tugas akhir, yang selalusabar dan baik dalam membimbing dan memberikan banyak wawasan baru yang sangat berharga dalam hidup saya, tidak hanya dalam akademis tapi juga dalam pelajaran kehidupan
4. Mba Arini Dian Lestari ST.MT selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dan telah memberikan banyak wawasan baru untuk saya
5. Dan seluruh teman – teman geologi 2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Condon, W., Pardyanto, L., Ketner, K., Amin, T., Gafoer, S.,& Samodra, H.1996. Peta geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, skala 1:100.000
2. Badan Pusat Statistik.2019. Kabupaten Banjarnegara dalam angka 2018, Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara
3. Barnet, jonathan, (1982): An Introduction to Urban design, Harper and Row Publishes, New York 4. Departemen Kehutanan, 1998. Manual Pengembangan Pengelolaan Hutan Rakyat. Direktorat
Jenderal Reboisasi Dan Rehabilitasi Lahan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
5. Dulbahri, 1992. Kemampuan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Kajian Agihan dan Pemetaan Airtanah di Daerah Aliran Sungai Progo. Disertasi Program Doktor Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
6. Garg, S.K., 1979. Water Resources and Hydrology. New Delhi: Khana Publisher
7. Howard A.D., dan Remson I. (1978): Geology In Environmental Planning, McGraw-Hill, Inc, USA. 8. Kementerian ESDM. “Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia”, esdm.go.id, 25 Agustus 2019,
http://www2.esdm.go.id/berita/umum/37-umum/1962-potensi-energi-baru-terbarukan-ebt indonesia.pdf