• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Penyinaran UVC Pada Biji Cabai Rawit (Capsicum Frustescent L.) Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Kualitas Panen Buah Cabai Ni Nyoman Rupiasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Lama Penyinaran UVC Pada Biji Cabai Rawit (Capsicum Frustescent L.) Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Kualitas Panen Buah Cabai Ni Nyoman Rupiasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Pengaruh Lama Penyinaran UVC Pada Biji Cabai Rawit

(Capsicum Frustescent L.) Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Kualitas

Panen Buah Cabai

Ni Nyoman Rupiasih

1, 2, *

, R.A. Restia Pranagari

1

, Hery Suyanto

1

, dan Nyoman Wendri

2 1

Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University 2Group Research Material Sciences: Biomaterial and application, Faculty of Mathematics and Natural

Sciences, Udayana University * E-mail: rupiasih@gmail.com

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh lama penyinaran ultraviolet C (UVC) pada biji cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap laju pertumbuhan tanaman cabai, kadar klorofil-a dan kerapatan stomata daun, serta kadar kapsaisin buah cabai hasil panen. Variasi waktu penyinaran yaitu 0 (S0 = kontrol), 5 menit (S1), 15 menit (S2), 25 menit (S3), 30 menit (S4), 35 menit (S5), 50 menit (S6), 1 jam (S7), 2 jam (S8), 6 jam (S9), 8 jam (S10), 24 jam (S11), dan 48 jam (S12). Tinggi tanaman diukur mulai dari tanaman muncul dipermukaan tanah yaitu pada hari ke 6 sampai hari ke 180. Pengukuran kadar klorofil-a dan kerapatan stomata daun serta kadar kapsaisin buah cabai dilakukan ketika tanaman berumur 168 hari (mulai panen pertama). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan UVC pada biji cabai rawit dapat berpengaruh positif atau negatif pada pertumbuhan tanaman cabai, bergantung pada lama radiasi yang diberikan. Juga berpengaruh pada kerapatan stomata dan kandungan klorofil-a dari daun cabai, serta kadar kapsaisin buah cabai yang dihasilkan. Kerapatan stomata daun semakin besar dengan bertambahnya waktu penyinaran UVC pada biji. Laju pertumbuhan tertinggi teramati pada kelompok biji cabai rawit yang diradiasi UVC selama 15 menit (S2) dan mengalami pembuahan paling awal (pada hari ke 115), persentasi tanaman hidup ~73,33%, tetapi memiliki kandungan kapsaisin terendah, yaitu 1 cabai rawit mengandung 8,71 mg/l kapsaisin. Kandunagn kapsaisin tertinggi diperoleh pada sampel S1, sebuah cabai rawit mengandung 40.31 mg/l kapsaisin.

Kata Kunci: UVC, biji cabai rawit, laju pertumbuhan, klorofil-a, kerapatan stomata, kadar kapsaisin

Abstract

The study has been done on the effect of ultraviolet C (UV-C) exposure on cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) seeds to the growth rate of pepper plants, the number of chlorophyll-a and stomata of the leafs, as well as the content of capsaicin of the chilies harvest. Variations of exposure times given were 0 (S0 = control), 5 minutes (S1), 15 minutes (S2), 25 minutes (S3), 30 minutes (S4), 35 minutes (S5), 50 minutes (S6), 1 hour (S7), 2 hours (S8), 6 hours (S9), 8 hours (S10), 24 hours (S11), dan 48 hours (S12). Plant height measured from the plants grows or appear on the soil i.e. on 6th.day until on 180th day. Measurement of the number of chlorophyll-a and stomata of leafs and the content of capsaicin of chilies done when the plant was 168 days (at the beginning of the first harvest). The results showed that the effect of UV-C exposure on chili seeds to the growth rate of pepper plants can be positive or negative which depend on the time of exposure. Also it affects the number of stomata and chlorophyll-a, as well as the content of capsaicin of chilies harvest. The number of stomata was increase with increasing time exposure. The highest growth rate was observed in S2 sample. It also fertilized at the earliest (on 115th day), the percentage of live plants was ~ 73.33%, but the capsaicin content was the lowest i.e. 8.71 mg/l. The highest capsaicin obtained on S1 sample i.e. 40.31 mg/l.

Keywords: UV-C, cayenne pepper seeds, growth rate, chlorophyll-a, stomata density, content of capsaicin

1. PENDAHULUAN

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat luas dalam bentuk segar sebagai campuran bumbu masakan, dikeringkan maupun produk olahan

(seperti saus dan sambal). Tanaman cabai rawit mempunyai kandungan vitamin A yang lebih tinggi dari pada jenis cabai lainnya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa buah cabai rawit dapat membantu menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, alergi

(10)

dan melancarkan sirkulasi darah dalam jantung [1].

Tumbuhan dapat mensintesis makanannya sendiri langsung dari senyawa anorganik, yang disebut bersifat autotrof. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida, air, dan energi dari cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis, yang menghasilkan glukosa dan oksigen. Tumbuhan menangkap cahaya matahari menggunakan pigmen klorofil. Pigmen tersebut menyebabkan tumbuhan berwarna hijau. Klorofil terdapat di dalam organel yang disebut kloroplas. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan berwarna hijau, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil, yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.

Tri Utami, 2008, melaporkan bahwa radiasi ultraviolet (UV) dapat menyebabkan gangguan fungsi kloroplas, rusaknya membran DNA, dan berbagai struktur sel tanaman [2]. Nita Ekana, 2007, juga melaporkan bahwa paparan UV-C dapat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, serta dapat memperlambat proses pembentukan daun baru [3]. Kasperbauer dan Loomis, 1965, melaporkan bahwa tanaman yang diradiasi UV-B cukup lama menghasilkan sedikit bunga [4]. Penyinaran biji dengan Ultraviolet dosis tinggi (90 menit) dapat mempengaruhi kadar pigmen plastid (organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan) pada varietas kacang merah sampai 35% [5].

2. KAJIAN LITERATUR

Berdasarkan panjang gelombangnya, radiasi UV dibagi menjadi 3 yaitu A, UV-B dan UV-C, yang masing-masing mempunyai panjang gelombang 380-315 nm, 315-280 nm dan 280-100 nm. Lima persen dari radiasi solar yang menembus bumi adalah radiasi UV. Ozon atmosfer merupakan pelindung penting terhadap radiasi UV. Ozon menyerap semua radiasi UV-C dan sebagian UV-B. Apabila lapisan ozon semakin tipis akan mengakibatkan semakin besarnya radiasi UV yang jatuh ke permukaan bumi dan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga kesehatan.

Radiasi UV sangat berpengaruh pada perkembangan sel. Respon sel atau jaringan

terhadap radiasi berbeda-beda, baik yang menyangkut perubahan derajat ketahanan hidup, mutasi ataupun karsinogen. Pengaruh biologi dari radiasi UV sangat tergantung pada energi radiasi. Makin besar energi radiasinya, maka kerusakan yang terjadi semakin besar. Mertens & Hammersmith, 1995, melaporkan bahwa jika kerusakan terjadi pada gen regulator maka dapat menyebabkan karsinogenesis [6]. Ultraviolet mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kelangsungan dan keefektifan transformasi DNA dari suatu [7]. Radiasi UV yang berlebihan akan mengganggu aktivitas DNA suatu spesies. Untuk dapat bertahan pada lingkungan yang tidak sesuai, suatu spesies dapat melakukan perubahan materi genetik atau melakukan proses mutasi sehingga fenotif yang muncul tidak lagi seperti fenotif semula.

Pada tanaman yang sensitif, radiasi UV dapat mengakibatkan pengaruh negatif terhadap fisiologi tanaman, antara lain rusaknya jaringan pelindung, keringnya permukaan daun, menutupnya stomata daun dan terganggunya proses fotosintesis [8]. C.F Musil dan R.J Newton, 1998 juga melaporkan bahwa biji yang diradiasi UV selama 7 hari dapat menyebabkan proses perkecambahan mengalami tekanan [9].

3. METODE PENELITIAN

Biji/benih cabai rawit disinari dengan radiasi ultraviolet C (UV-C) menggunakan sumber lampu UV-C Sankyo Denki G620T10 20 Watt pada jarak 5 cm, masing-masing selama: 5 menit (S1), 15 menit (S2), 25 menit (S3), 30 menit (S4), 35 menit (S5), 50 menit (S6), 1 jam (S7), 2 jam (S8), 6 jam (S9), 8 jam (S10), 24 jam (S11), 48 jam (S12), dan tanpa penyinaran sebagai kontrol (S0). Biji cabai kontrol dan yang telah diradiasi direndam selama ± 8 jam kemudian disemai pada media tanam.

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari tanaman tumbuh (tanaman muncul dipermukaan tanah) yaitu pada hari ke-6 sampai ke-180. Setelah tanaman berumur 168 hari (hari pertama panen buah cabai), daun diambil dari setiap sampel untuk kemudian diukur kuantitas atau kadar klorofil-a-nya. Juga diamati jumlah tanaman yang hidup pada masing-masing sampel pada setiap fasenya. Dari hasil tersebut dilakukan perbandingan antara tanaman kontrol dengan kelompok tanaman dengan perlakuan.

(11)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Tanaman

Data tinggi tanaman dari semua sampel mulai hari ke 6 sampai hari ke 180, ditampilkan pada Gambar 1.

Berdasarkan kemiringan kurva-kurva pada Gambar 1 dapat diamati bahwa terdapat daerah/rentang waktu dimana laju pertumbuhan adalah berbeda. Secara umum dapat di bagi atas tiga daerah yaitu, daerah I, pada rentang waktu  20 hari pertumbuhan naik, daerah II pada 20 hari < rentang waktu  38 hari atau pada 20 hari < rentang waktu  68 hari pertumbuhan melambat, dan daerah III pada rentang waktu > 68 hari pertumbuhan naik kembali secara linier dengan bertambahnya waktu. Tampak bahwa semua tanaman (sampel) pada fase generatifnya (dalam rentang waktu 30 – 60 hari) pertumbuhan tanaman adalah melambat. Setelah 65 hari semua sampel tampak tumbuh (bertambah panjang) secara linier terhadap waktu.

Gambar 1 juga memperlihatkan bahwa dalam rentang waktu 6 - 30 hari, tinggi tanaman kontrol (S0) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman cabai yang berasal dari biji cabai yang mendapat

perlakuan paparan UV (S1 – S12). Hal ini mengindikasikan bahwa pada fase tersebut pengaruh sinar UV dapat menghambat perkecambahan. Akan tetapi setelah 30 hari (pada fase generatif), terdapat sejumlah tanaman dari biji yang mendapat perlakuan paparan UV, lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol. Hal ini mungkin terkait dengan efek penyinaran UV pada biji pada tanaman tersebut dapat mengaktifkan hormon auksin, yang merupakan hormon pemicu pemanjangan batang.

Lebih lanjut, dari Gambar 1 dapat ditentukan laju pertumbuhan tanaman pada setiap daerah/rentang waktu I, II, dan III sebagaimana disebutkan di atas. Laju pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 1. Dari data tersebut dibuat garfik laju pertumbuhan untuk setiap sampel, seperti pada Gambar 2. Tampak secara rata-rata sampai dengan 180 hari pengamatan, tanaman dengan kode S1, S8 dan S12, laju pertumbuhannya lebih rendah dari pada tanaman kontrol S0. Sedangkan yang lainnya lebih besar dari pada tanaman kontrol. Tanaman dengan kode S2, S6, dan S11 tampak memiliki laju pertumbuhan yang paling besar dan besarnya hampir sama yaitu 0,29 cm/hari.

(12)

Gambar 1a) S0, S1 – S6 pada rentang waktu 6 – 70 hari.

Gambar 1b) S0, S1 – S6 pada rentang waktu 65 – 180 hari.

Gambar 1c) S0, S7 – S12 pada rentang waktu 6 – 70 hari. Gambar 1d) S0, S7 – S12 pada rentang waktu 65 – 180 hari.

Gambar 1 Grafik tinggi tanaman rata-rata sebagai fungsi waktu. a) S0, S1 – S6 pada rentang waktu 6 – 70 hari, b) S0, S1 – S6 pada

rentang waktu 65 – 180 hari, c) S0, S7 – S12 pada rentang waktu 6 – 70 hari, d) S0, S7 – S12 pada rentang waktu 65 – 180 hari.

(13)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Tanaman Kode Rentang waktu I (6 - 20 hari) Rentang waktu II (20 – 68 hari)

Rentang waktu III (>68 hari ) Laju Rata-rata (cm/hari) Waktu (hari) Laju (cm/hari) Waktu (hari) Laju (cm/hari) Waktu (hari) Laju (cm/hari) S0 0 - 20 0.31 20 - 60 0.14 60 - 150 0.22 0.22 150 -180 0.31 S1 0 - 20 0.20 20 - 65 0.04 65 - 150 0.22 0.18 150 - 180 0.22 S2 0 - 20 0.13 50 - 60 0.72 0.29 20 - 50 0.20 60 - 150 0.29 150 - 180 0.26 S3 0 - 20 0.41 20 - 35 0.26 35 - 150 0.29 0.29 150 - 180 0.33 S4 0 - 20 0.21 20 - 60 0.04 60 - 150 0.31 0.24 150 - 180 0.33 S5 0 - 20 0.04 20 - 40 0.20 65 - 150 0.23 0.22 40 - 65 0.20 150 - 180 0.22 S6 0 - 15 0.76 15 - 35 0.07 35 - 150 0.32 0.29 150 - 180 0.32 S7 0 - 15 0.20 15 - 35 0.05 35 - 150 0.26 0.24 150 - 180 0.27 S8 0 - 20 0.03 20 - 60 0.00 60-150 0.28 0.21 150-180 0.28 S9 0 - 20 0.13 20 - 30 0.12 30 - 60 0.44 0.27 60 - 150 0.44 150 - 180 0.21 S10 0 - 10 1.18 10 - 65 0.04 65 - 150 0.39 0.26 150 - 180 0.25 S11 0 - 20 0.39 20 - 55 0.08 55 - 65 0.53 0.29 65 - 150 0.37 150 - 180 0.32 S12 0 - 20 0.30 20 - 70 0.04 70 - 150 0.28 0.20 150 - 180 0.33

(14)

4.2 Masa Berbunga dan Berbuah

Untuk mempelajari efek UV terhadap produksi yang dihasilkan tanaman cabai telah dilakukan pengamatan terhadap perkembangan jumlah daun, bunga dan buah, seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.

Dari Gambar 3 dan 4 diperoleh laju pembungaan dan pembuahan (jumlah bunga atau buah yang dihasikan perhari) sebagaimana diberikan pada Tabel 2. Juga diamati waktu memulainya tanaman cabai berbunga dan berbuah, seperti Gambar 5.

Gambar 3 Perkembangan jumlah bunga.

Gambar 4 Perkembangan jumlah buah. Gambar 5 memperlihatkan pola mulai

berbunga dan berbuahnya tanaman cabai dengan pola yang serupa. Dari gambar tersebut terlihat bahwa tanaman cabai yang berasal dari biji yang terpapari UV-C, yaitu sampel S2, S6, S8, S3, S12 dan S10 berbunga lebih cepat

dibandingkan dengan sampel yang berasal dari biji yang tidak diberi penyinaran UV-C (sampel kontrol (S0)). Sedangkan yang lainnya lebih lambat dari pada sampel kontrol. Hal tersebut barangkali terkait dengan bahwa pemberian penyinaran UV-C pada biji (pada

(15)

sampel tersebut) dapat meningkatkan aktivitas hormon florigen yang dapat merangsang pembentukan bunga pada tanaman. Yang kemudian diikuti oleh proses pembuahan. Sampel S2 paling cepat mulai berbuah, yaitu pada hari ke 115 dibandingkan dengan sampel kontrol S0 yang mulai berbuah pada hari ke 152.

Tabel 2 Laju pembungaan dan pembuahan

Sampel Laju pembungaan (bunga/hari) Laju pembuahan (buah/hari) S0 0.858 0.837 S1 0.923 0.800 S2 1.037 0.837 S3 1.022 0.897 S4 0.795 0.776 S5 0.71 0.477 S6 0.886 0.960 S7 0.707 0.568 S8 0.657 0.780 S9 0.546 0.581 S10 0.608 0.660 S11 0.689 0.682 S12 0.689 0.690

Gambar 6 memperlihatkan pola laju pembungaan dan pembuahan adalah sedikit berbeda. Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa sampel S1, S2, S3 dan S6 mempunyai laju pembungaan lebih besar dari pada laju pembungaan sampel S0. Sementara itu, dari pembuahannya memperlihatkan bahwa hanya sampel S3 dan S6 dengan laju 0,897 dan 0,96 buah/hari yang dapat melampaui laju pembuahan sampel kontrol S0 dengan laju 0,84 buah/hari.

Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pemberian paparan UV-C pada biji cabai dapat memberi pengaruh positif atau negatif, tergantung pada lama paparan radiasi UV-C yang diberikan pada biji cabai. Pemberian paparan UV-C dapat berpengaruh positif terhadap pembuahan, yaitu dapat mempercepat terjadinya pembuahan. Hal ini terutama diperlihatkan oleh sampel tanaman cabai yang berasal dari biji cabai yang dipapari UV-C selama 15, 50 menit, dan 2 jam (S2, S6, dan S8).

4.3 Persentase Jumlah Tanaman Hidup

Persentase hidup tanaman (P) dapat dihitung dengan persamaan 3,

% 100 = P X disemai yang biji Jumlah hidup yang Tanaman Jumlah (3)

Presentase hidup tanaman pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 7. Tampak bahwa pada fase generatif, presentase tanaman yang hidup terendah adalah tanaman cabai sampel S10 (50%), dan tertinggi adalah pada S1 (86,67%). Bila memperhatikan Gambar 6, tanaman tersebut memulai pembuahan yang paling lambat. Sedangkan tanaman cabai yang dapat menghasilkan buah lebih cepat dan dengan laju pembuahan yang sama atau lebih besar dari pada sampel kontrol yaitu sampel S2, S6, dan S8, dengan jumlah tanaman yang masih hidup sampai pada hari ke 180 adalah pada kisaran 70 % - 73,33%. Ini masih lebih baik dari pada tanaman kontrol, yang hanya 60%.

(16)

Gambar 6 Perbandingan antara laju pembungaan dan pembuahan pada masing-masing sampel.

Gambar 7 Persentase tanaman yang hidup pada fase generatif.

4.4 Kerapatan Stomata Daun

Dari jumlah stomata daun dapat dihitung kerapatan stomata pada 10 bidang pandang pengamatan untuk tiap-tiap sampel dengan perbesaran lensa okuler (Mk) 15 kali dan perbesaran lensa objektif (Ml) 10 kali. Diameter kuat (dk) mikroskop dihitung dengan rumus: Mk Ml dl dk  (4) Dimana dl adalah diameter bidang pandang obyektif perbesaran lemah, pada pengamatan ini = 2 mm. Maka diperoleh:

dk mmx 1,33mm

15 10

2 

Kerapatan stomata dapat dihitung sebagai berikut: pandang bidang luas n stomata jumlah = stomata Kerapatan (5)

Dimana n adalah banyaknya pengamatan (= 10 kali). Luas bidang pandang berbentuk lingkar-an denglingkar-an diameter kuat (dk) adalah 1,33 mm. Kerapatan stomata pada masing-masing sampel diperlihatkan pada Gambar 8. Tampak bahwa kerapatan stomata daun dari tanaman dengan perlakuan penyinaran UV-C pada bijinya adalah lebih besar dibandingkan kontrol. Nilai kerapatan stomata daun tersebut semakin besar dengan bertambahnya waktu penyinaran UV-C pada biji. Hasil pengamatan ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sargeini Hoseini (2009) [10].

(17)

Gambar 8 Nilai kerapatan stomata untuk masing-masing sampel.

4.5 Kadar Klorofil-a Daun

Nilai kadar klorofil-a untuk masing-masing sampel ditunjukkan pada Gambar 9. Tampak bahwa kadar klorofil-a pada S1, S2, S5, S6,S7, dan S9 lebih kecil dari sampel kontrol (S0). Kadar klorofil-a yang terbesar pada S8, dan yang terendah adalah pada S1. Tampak kandungan klorofil-a berfluktuasi, tidak memberikan korelasi yang jelas bagaimana efek dari pemberian UV-C pada biji cabai terhadap kandungan krolofil-a pada daunnya.

Siddiqui,

Annum

(2011) menunjukkan bahwa perlakuan penyinaran UV-C menyebabkan kandungan klorofil-a yang fluktuatif [11]. Kandungan klorofil-a menurun pada perlakuan 10 menit dan meningkat pada perlakuan 20 menit, kemudian menurun lagi pada perlakuan 30 dan 60 menit. Biji yang disinari UV-C akan menyebabkan

fluktuasi kandungan klorofil-a dikarenakan stress.

Gambar 9 Grafik kadar klorofil-a dari masing-masing sampel.

4.6 Kadar Kapsaisin Buah Cabai

Sebagai ukuran kepedasan dari buah cabai adalah besar kandungan kapsaisin di dalam buah cabai tersebut. Nilai kadar kapsaisin untuk masing-masing sampel diperlihatkan pada Gambar 10. Tampak bahwa konsentrasi kapsaisin yang terkandung di dalam satu buah cabai yang dihasilkan oleh sampel S2, S3, S4, S6, S8, S9, S10, S11, dan S12 adalah lebih kecil dari buah cabai yang dihasilkan oleh S0. Sedangkan buah yang dihasilkan oleh sampel S1, S5, dan S7, konsentrasi kapsaisinnya lebih besar dari pada buah yang dihasilkan S0. Sampel yang memiliki konsentrasi kapsaisin terbesar diberikan oleh buah yang dihasilkan oleh S1 dan yang terendah adalah pada buah cabai yang dihasilkan oleh S3.

Gambar 10. Kandungan kapsaisin pada setiap 1 buah cabai yang dihasilkan oleh sampel. 0 5 10 15 20 25 30 35 S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 K a d a r k lo ro fi l-a ( m g /L ) Sampel 0 10 20 30 40 50 60 70 S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 K e ra p a ta n s to m a ta ( p e r m m 2) Sampel

(18)

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemaparan UV-C pada biji cabai rawit dapat berpengaruh positif atau negatif pada pertumbuhan tanaman cabai, yang tergantung pada lama radiasi yang diberikan. Laju pertumbuhan tertinggi diberikan oleh biji cabai rawit yang diberi radiasi UV-C selama 15 menit (S2). Sampel ini juga memperlihatkan pembuahan paling awal (pada hari ke 115, dibandingkan dengan kontrol (S0) yang mulai berbuah pada hari ke 152). Sampel juga memperlihatkan persentase tanaman hidup ~73,33%, kandungan kapsaisin paling rendah, yaitu pada satu buah cabai rawit hanya mengandung 8,71 mg/l kapsaisin.

Pemaparan UV-C pada biji cabai rawit dapat berpengaruh pada kerapatan stomata dari tumbuhan cabai yang dihasilkan. Nilai kerapatan stomata daun tersebut adalah semakin besar dengan bertambahnya waktu penyinaran UV-C pada biji. Pengaruh pemaparan UV-C pada biji cabai rawit terhadap kandungan klorofil-a tidak memberi-kan korelasi yang jelas (pengaruhnya terjadi secara acak (random)). Kadar krolofil-a pada daun cabai teramati berfluktuasi.

Pengaruh pemaparan UV-C pada biji cabai rawit memperlihatkan bahwa S1 mengandung kapsaisin tertinggi, yaitu sebuah cabai rawit mengandung 40.31 mg/l kapsaisin. Sampel juga memiliki persentase hidup tanaman tertinggi 86,67% tetapi mulai berbuah lebih lambat dari pada sampel kontrol.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana, atas segala fasilitas dalam penyelesaian penelitian ini.

6. REFERENSI

1. Tarigan S. dan Wiryanta Wahyu, Bertanam cabai Hibrida secara intensif, Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka, 2003. 2. Tri Utami, Pengaruh radiasi UV-C dan periode penyiraman terhadap kandungan flavanoid daun sambung nyawa ( Gynura procumbens L), Seminar Departemen Agronomi dan Holtikultura Faklutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2008. 3. Nita ekana, Pengaruh Radiasi ultraviolet

pada kandungan Flavanoid daun tanaman sambung nyawa, IPB, 2007.

4. Kasperbauer and Loomis, American Journal of Botany 83 (5): 573-579 (1965). 5. Kachavara N., Chanishvilli SH., Badrise

G., Chhubianishvilli E., Janukashvilli N., Australian Journal of Crop Science 3(3):137-145 (2001).

6. Mertens RT and Hammersmith RL, Genetic Laboratory investigation. Tenth Edition New jersey, Prentice Hall Englewood cliffs, 1995.

7. Moat and Foster, Microbial Physiology, fourth edition. Library of congress cataloging, 1998.

8. Alan H. Teramura, An International Journal For Plants Biology 58 (3), 1982. 9. C.F Musil , R.J Newton and J.M Farrant,

altered seed physiology and ultrastructure and seedling performance 139 (1), 1998. 10. Sargeini Hoseini, The effect of UV

Radiation on some structural and ultrastructural parameters in peppers. Urmia University. Iran, 2009.

11. Siddiqui, Annum, Role of Ultraviolet ( UV-C) radiation in the control of root infecting fungi on groundnut and mung bean. Departement of Botany, University Karachi, 2011.

Gambar

Gambar 1a) S0, S1 – S6 pada rentang waktu 6 – 70 hari.       Gambar 1b) S0, S1 – S6 pada rentang waktu 65 – 180 hari
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Tanaman     Kode  Rentang waktu I (6  - 20 hari)  Rentang waktu II (20 – 68 hari)
Gambar 4 Perkembangan jumlah buah.
Gambar  6  memperlihatkan  pola  laju  pembungaan  dan  pembuahan  adalah  sedikit  berbeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Satriagraha Sempurna, serta dapat digunakan sebagai sebagai masukan untuk pengembangan sistem informasi di PT Satriagraha Sempurna sebagai keunggulan bersaing dengan

Alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi pearson yang bertujuan untuk menguji hubungan antara harga spot dengan futures pada saat melakukan hedging ataupun cross

Membandingkan model terbaik regresi polinomial sebagai pendekatan dalam analisis multiresolusi (MRA) wavelet dengan model terbaik ARIMA Box-Jenkins pada data inflasi yoy

Dari produksi cabai rawit maka dapat dilakukan penawaran cabai rawit adalah banyaknya jumlah cabai rawit yang ditawarkan pada suatu pasar tertuntu dengan tingkat

Fungsi sinus maupun fungsi cosinus adalah fungsi periodik dengan perioda sama sebesar 2 π , dengan nilai maksimum dan minimum yang sama yaitu +1 dan − 1.. Fungsi

 Pengaruh Lama Penyinaran UV-C pada biji cabai Rawit(Capsicum Frustescent L.) terhadap laju pertumbuhan tanaman, kadar klorofil-a dan kerapatan stomata daun serta

Lama penyinaran sinar UV-C mempunyai pengaruh terhadap tinggi tanaman, laju pertumbuhan tanaman sampai fase generatif, kadar klorofil-a, kerapatan stomata dan

Pengukuran tinggi tanaman dan persentase hidupnya dilakukan setiaphariyaitu mulai dari penanaman biji (umur 0 hari) sampai tanaman berumur 40 hari