• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN POSISI KAMERA CCTV DENGAN PERINTAH SUARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGATURAN POSISI KAMERA CCTV DENGAN PERINTAH SUARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN POSISI KAMERA CCTV DENGAN PERINTAH SUARA

David Abriman Simatupang1, Irianto 2, Suhariningsih 3

1 Mahasiswa Teknik Elektro Industri PENS-ITS, Surabaya,

2 Dosen Teknik Elektro Industri PENS-ITS, Surabaya,

3 Dosen Teknik Elektro Industri PENS-ITS, Surabaya Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – ITS, Surabaya 60111

Email : david_abriman_simatupang@yahoo.co.id,

Abstrak

Pada proses kegiatan acara biasanya memiliki beberapa acara pada posisi berbeda. Oleh sebab itu dibutuhkan kamera untuk mendokumentasikan agar dapat dilihat orang banyak. Sistem yang dibangun adalah proses pengolahan sinyal suara dalam pengenalan perintah suara masuk terhadap data suara yang telah disimpan untuk menggerakkan posisi kamera ke titik-titik tertentu.

Posisi kamera yang dituju terdapat 4 titik dengan perintah “SATU”, “DUA”, “TIGA” dan “EMPAT” dengan menggunakan suara penulis. Pengaturan posisi kamera menggunakan 2 buah motor dc sumbu horizontal dan vertikal. Suara yang masuk dari microphone difilter dengan band pass filter (BPF). Proses pengolahan sinyal suara menggunakan metoda fast fourier transform (FFT), euclidean distance dan divide and conquer. Motor diatur posisinya menggunakan kendali logika fuzzy.

Pengkonversi sinyal suara memiliki karaktristik filter dengan cut off frekuensi 700Hz-2700Hz. Suara yang dianggap mirip apabila memiliki hasil perhitungan euclidean distance ≤ thershold referensi suara dari pengambilan contoh suara sebanyak 10 suara yang sama. Pengenalan suara yang dilakukan bahwa suara “SATU” dan “EMPAT”

dikenali 100% dan suara “DUA” dan “TIGA” dikenali 60% akibat perubahan tone suara yang masuk pada saat memberikan perintah, yaitu bunyi “A” dan “E” tinggi, tetapi bunyi “U” dan “I” rendah. Sehingga persentasi error adalah 20%. Pada motor sumbu vertikal rise time maksimal (180°) 1,05 detik dan settling time maksimal (180°) 1,26 detik. Pada motor sumbu horizontal rise time maksimal (180°) 1,09 detik dan settling time maksimal (180°) 2,12 detik.

Kata kunci: band pass filter, pengenalan suara, pengolahan sinyal suara, fast fourier transform, euclidean distance, divide and conquer, kendali logika fuzzy.

1. Pendahuluan

Acara-acara beberapa organisasi atau kelompok memiliki beberapa acara yang berbeda dan memerlukan gedung yang besar. Dengan susunan acara yang berurut atau bersamaan. Acara yang berbeda ini biasanya memiliki posisi atau letak yang berbeda pula.

Setiap acara perlu adanya dokumentasi video atau juga akses yang lebih luas kepada penonton. Seperti yang berada diluar gedung atau jarak yang cukup jauh untuk melihat atau menonton acara tersebut. Sehingga perlu ada dokumentasi yang mampu memenuhi kepuasan penonton untuk menyaksikan acara yang sedang berlangsung secara langsung.

2. Dasar Teori

2.1 Konversi Suara ke Sinyal Suara

Proses ini merupkan proses pengubahan suara yang merambat di udara ke sinyal suara menjadi sinyal dengan level tegangan. Proses pengubahan sinyal suara ini dilakukan dengan menggunakan microphone sebagai sensor suara. Sinyal keluaran dari microphone kemudian dikuatkan sehingga dapat dibaca oleh piranti selanjutnya.

Penguat dari sinyal suara ini menggunakan op- amp LM324. Pengutan dilakukan karena sinyal suara yang masuk ini memiliki level tegangan yang sangat

kecil. Hal ini akan menyebabkan sistem pengolah sinyal tidak bisa mengolah sinyal ini.

Sinyal suara yang masuk memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Suara manusia berbicara memiliki batas frekuensi sebesar 500Hz sampai dengan 1500Hz. band pass filter (BPF) sangat cocok untuk sistem ini. Karena BPF hanya melewatkan sinyal yang berada pada batas ambang frekunsi maksimal dan minimalnya. Sehingga sinyal dengan frekuensi diluar batas ambangnya BPF akan dilemahkan.

2.2 TMS320C6713 DSK

Pemroses sinyal digital seperti TMS320C6713 adalah mikroprosesor dengan tipe khusus pada arsitekturnya dan sebuah instruksi yang cocok untuk pemrosesan sinyal. Pemrosesan sinyal digital digunakan untuk aplikasi pada range yang lebar dan biasanya digunakan pada sistem komunikasi hingga image processing. Gambar 2.2.1 merupakan Board TMS320C6713.

(2)

Gambar 2.2.1 Modul TMS320C6713 DSK

Pada Modul TMS320C6713 DSK ini dilakukan proses pengolahan sinyal suara untuk pengenalan suara.

Prosesnya yaitu konversi dari sinyal analog ke diskrit, normalisasi, frame block, windowing, fast fourier transform, euclidean distance.

2.3 FLC (Fuzzy Logic Controller)

Secara umum pengendali logika fuzzy memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Beroprasi tanpa campur tangan manusia secara langsung, tetapi memiliki efektivitas yang sama dengan pengendali manusia.

2. Mampu menangani sistem-sistem yang kompleks, non-linier dan tak stasioner.

3. Memenuhi spesifikasi operasional dan criteria kinerja.

4. Struktur sederhana, kuat dan beroperasi real time.

Stuktur dasar sistem pengendali logika fuzzy ditunjukan pada Gambar 2.3.1 berikut:

Gambar 2.3.1 Stuktur dasar sistem kontrol logika fuzzy

Stuktur logika fuzzy yang dikembangkan tampak pada gambar berikut ini. Pada gambar tersebut terdapat proses kwantisasi, yaitu proses pengubahan sinyal masukan dalam hal ini error dan delta error menjadi sinyal yang terkwantisasi (E dan dE) untuk diproses selanjutnya.

3 Rancangan Sistem

3.1 Blok Diagram dan Flow chart

Gambar 3.1.1 adalah blok diagram dari sistem secara keseluruhan:

Gambar 3.1.1 Blok Diagram Sistem

Suara yang masuk dikonversi ke sinyal suara, kemudian sinyal ini diolah pada pengolahan sinyal suara untuk dikenali. Apabila suara yang masuk terindentifikasi mirip dengan salah satu data suara yang tersimpan maka akan dikeluarkan perintah untuk menjalankan aktuator.

Gambar 3.1.2 adalah flow chart secara keseluruhan:

Gambar 3.1.2 Flow Chart Sistem

3.2 Blok Diagram Konversi Sinyal Suara

Gambar 3.2.1 adalah blok diagram dari sistem konversi sinyal suara:

Gambar 3.2.1 Blok Diagram Konversi Sinyal Suara Suara yang masuk berupa suara dengan karakteristik suara orang yang berbicara. Suara yang masuk yang terkonversi pada mic memiliki level tegangan yang kecil. Oleh sebab itu sinyal suara dari mic dikuatkan 100 kali. Suara yang masuk kemudian di-filter menggunakan band pass filter (BPF) dengan batas minimal dan maksimal frekuensi adalah 500Hz sampai 1500Hz. Frekuensi ini merupakan batas dari frekuensi suara manusia berbicara.

(3)

3.3 Blok Diagram Pengolahan Sinyal Suara

Analog to Digital

Converter Level Detector Normalisasi

Frame Block Windowing

Fast Fourier Transform

Perhitungan Euclidean

Distance

Penyimpanan Data Referensi

Pembandingan Data Referensi dengan Masuk

Sinyal Suara Masuk

Konversi Data ke PWM sinyal

indikasi

Sinyal Indikasi Posisi

Gambar 3.3.1 Blok Diagram Pengolahan Sinyal Suara Gambar 3.3.1 menjelaskan proses pengolahan sinyal suara diproses pada modul TMS320C6713 DSK.

Proses ini dimulai dari proses analog to digital convertion, level detection, normalisasi, frame block, windowing, fast fourier transform, perhitungan euclidean distance dan pengurutan dengan algoritma divide and conquer jika perintah yang dikenali lebih dari satu perintah.

Proses pengenalan dilakukan dengan melakukan proses perhitungan euclidean distance. Proses ini untuk melihat nilai yang terkecil. Proses ini dilakukan untuk pencarian nilai thershold dan proses pengenalan.

Gambar 3.3.2 merupakan flow chart euclidean distance:

Gambar 3.3.2 Flow chart euclidean distance Berikut proses pengurutan apabila terdapat lebih dari satu perintah suara yang lebih rendah dari nilai

thershold masing-masing suara. Urutan yang terkecil merupakan suara yang paling mirip. Proses ini menggunakan metoda divide and conquer. Gambar 3.3.3 merupakan flow chartnya:

Gambar 3.3.3 Flow chart divide and conquer 3.4 Blok Diagram Menjalankan Aktuator

Gambar 3.4.1 Blok Diagram Menjalankan Aktuator

Gambar 3.4.1 merupakan blok diagram dari proses pengaturan aktuator. Aktuator pada proyek ini adalah 2 buah motor dc gear box dengan kecepatan 38 rpm.

Motor ini digunakan sebagai pengatur posisi dari kamera dengan menggunakan pengendalian logika fuzzy. Sistem pengendalian logika fuzzy dibangun pada mikrokontroller ATmega16 keluarannya untuk mengontrol kerja dari driver motor. Driver motor yang digunakan adalah L298. IC ini merupakan IC yang tersusun dari 2 rangkaian full bridge transistor. Data dari TMS320C6713 dikomparasi dengan op amp 741 agar data yang masuk ke mikrokontroller berupa PWM.

Gambar 3.4.2 menunjukkan proses perancangan kendali logika fuzzy dengan masukan error dan delta error.

(4)

Gambar 3.4.2 Input output fuzzy

Gambar 3.4.3 sampai 3.4.8 menunjukkan proses perancangan membership function error, delta error dan output.

Gambar 3.4.3 Membership function input error motor A

Gambar 3.4.4. Membership function input delta error motor A

Gambar 3.4.5 Membership function output motor A

Gambar 3.4.6 Membership function input error motor B

Gambar 3.4.7 Membership function input delta error motor B

Gambar 3.4.8 Membership function output motor B Rule yang diberikan pada sistem kontrol ini adalah

• Jika Neg = = 1 && dNeg = = 1, o maka Neg & dNeg = Revs

• Jika Neg = = 1 && dZer = = 1, o maka Neg & dZer = Revs

• Jika Neg = = 1 && dPos = = 1, o maka Neg & dPos = Stop

• Jika Zer = = 1 && dNeg = = 1, o maka Zer & dNeg = Revs

• Jika Zer = = 1 && dZer = = 1, o maka Zer & dZer = Stop

• Jika Zer = = 1 && dPos = = 1, o maka Zer & dPos = Forw

• Jika Pos = = 1 && dNeg = = 1, o maka Pos & dNeg = Stop

• Jika Pos = = 1 && dZer = = 1, o maka Pos & dZer = Forw

• Jika Zer = = 1 && dPos = = 1, o maka Zer & dPos = Forw

Berikut perhitungan untuk mendapatkan nilai keluaran dari respon error dan delta error:

 = 1+ 2+ 4 (3.4.1)

 = 3+ 5+ 7 (3.4.2)

 = 6+ 8+ 9 (3.4.3)

 =.  + .  + . 

 +  +  (3.4.4)

Gambar 3.4.9 berikut merupakan perancangan driver motor dc H-bridge:

(5)

Gambar 3.4.9 Diagram blok sistem menjalankan motor

4 Hasil Penelitian

4.1 Percobaan Konversi Sinyal Suara

Pada Tabel 4.1.1 terdapat data hasil percobaan alat dengan nilai tegangan sinus adalah 50mVpp dan digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1.1:

Tabel 4.1.1 Data pengukuran percobaan alat band pass filter Frekuensi

(Hz)

Tegangan Keluaran (mVpp)

Frekuensi (Hz)

Tegangan Keluaran (mVpp)

100 1 1600 125

200 7 1700 124

300 17 1800 122,5

400 39 1900 120

500 54 2000 118,75

600 72,5 2100 117,5

700 87,5 2200 115

800 100 2300 112,5

900 110 2400 110

1000 115 2500 107,5

1100 117,5 2600 105

1200 120 2700 100

1300 122,5 2800 97,5

1400 124,5 2900 95

1500 125 3000 92,5

Grafik data pengukuran:

Gambar 4.1.1 Grafik pengukuran dari percobaan band pass filter (BPF)

4.2 Percobaan Pengolahan Sinyal Suara

Hasil euclidean distance terlihat pada Gambar 4.2.1 di bawah. Dengan persamaan (4.2.1) hasil perhitungan dengan spektrum frekuensi referensi suara

“satu” memiliki nilai terkecil. Apabila dibandingkan antara hasil perhitungan euclidean distance dengan nilai thershold, hasil referensi suara “satu” di bawah nilainya dengan nilai thersholdnya.

 ("") =∑-./0 %∑ (&)'*+ '− '),

1 (4.2.1)

Gambar 4.2.1 Hasil perhitungan total euclidean distance semua posisi dan nilai thershold semua posisi

Tabel 4.2.1 Data status percobaan pengenalan dari tiap suara

NO SUARA

SATU DUA TIGA EMPAT

1 Dikenali Tidak Dikenali Dikenali 2 Dikenali Dikenali Dikenali Dikenali 3 Dikenali Tidak Dikenali Dikenali 4 Dikenali Dikenali Dikenali Dikenali 5 Dikenali Tidak Tidak Dikenali 6 Dikenali Dikenali Dikenali Dikenali 7 Dikenali Dikenali Tidak Dikenali 8 Dikenali Dikenali Dikenali Dikenali 9 Dikenali Tidak Tidak Dikenali 10 Dikenali Dikenali Tidak Dikenali

Dari data Tabel 4.2.1 terlihat persentasi pengenalan dari suara “SATU” adalah 100%. Suara

“DUA” adalah 60%. Suara “TIGA” adalah 60%. Suara

“EMPAT” adalah 100%. Total persentasi error adalah 20%.

Dari hasil percobaan yang didapat bahwa, pada suara “SATU” dan “EMPAT” merupakan suara yang selalu dikenali. Hal ini terjadi karena suara “A” dan “E”

memiliki tone yang lebih tinggi. Sedangkan pada suara

“DUA” dan “TIGA” memiliki tone yang terkadang melemah dan terkadang meninggi. Hal ini karena bunyi

“U” dan “I” tidak terdeteksi pada proses level detection.

Hal ini menyebabkan beberapa sinyal suara hilang.

4.3 Percobaan Menjalankan Aktuator

Kendali logika fuzzy dilakukan untuk mengatur posisi 2 buah motor dc. Motor dc pertama untuk pengaturan putaran dengan sumbu vertikal dan yang kedua untuk pengaturan putaran dengan sumbu horizontal.

Tabel 4.3.1 menunjukkan data percobaaan fuzzy dengan masukan error dan delta error pada motor sumbu vertikal dan direpresentasikan pada grafik respon pada Gambar 4.3.1:

(6)

Tabel 4.3.1 Data respon fuzzy dengan masukan nilai error dan delta error

Error Delta Error Output

-200 -20 -1023

-200 -10 -1023

-200 0 -1023

-200 10 -511,5

-200 20 0

-100 -20 -1023

-100 -10 -648,556

-100 0 -511,5

-100 10 0

-100 20 511,5

0 -20 -1023

0 -10 -511,5

0 0 0

0 10 511,5

0 20 1023

100 -20 -511,5

100 -10 0

100 0 511,5

100 10 648,556

100 20 1023

200 -20 0

200 -10 511,5

200 0 1023

200 10 1023

200 20 1023

Gambar 4.3.1 Respon data PWM terhadap perubahan error dan delta error pada kendali logika fuzzy motor sumbu

vertikal

Tabel 4.3.1 menunjukkan data percobaaan fuzzy dengan masukan error dan delta error pada motor sumbu horizontal dan direpresentasikan pada grafik respon pada Gambar 4.3.2:

Tabel 4.3.2 Data respon PWM kendali logika fuzzy dari mikrokontroller sebesar 10 bit motor sumbu horizontal

Error Delta Error Output

-200 -200 -827,869

-200 -100 -807,252

-200 0 -818,4

-200 100 -328,091

-200 200 0

-100 -200 -807,252

-100 -100 -548,224

-100 0 -409,2

-100 100 0

-100 200 328,091

0 -200 -818,4

0 -100 -409,2

0 0 0

0 100 409,2

0 200 818,4

100 -200 -328,091

100 -100 0

100 0 409,2

100 100 548,224

100 200 807,252

200 -200 0

200 -100 328,091

200 0 818,4

200 100 807,252

200 200 827,869

Gambar 4.3.2 Respon data PWM terhadap perubahan error dan delta error pada kendali logika fuzzy motor sumbu

horizontal

Pada Gambar 4.3.1 memiliki perubahan respon yang cepat sampai mencapai titik error -200 sampai 200 dan mencapai titik delta error -20 sampai 20. Hasil ini dilakukan agar respon perputaran dari motor cepat mencapai set point. Saat mencapai set point maka respon kemudian diperlambat sehingga tidak terjadi overshoot yang berlebihan. Hal ini dilakukan dengan mengkombinasikan nilai error dan delta error.

Pada Gambar 4.3.2 memiliki perubahan respon yang cepat sampai mencapai titik error -250 sampai 250 dan mencapai titik delta error -250 sampai 250.

Hasil ini dilakukan agar respon perputaran dari motor tidak terlalu cepat mencapai set point. Saat mencapai set point maka respon kemudian diperlambat sehingga tidak terjadi overshoot yang berlebihan. Hal ini

(7)

dilakukan dengan mengkombinasikan nilai error dan delta error.

Untuk mencari membership function kendali logika fuzzy yang terbaik dilakukan beberapa percobaan. Tabel 4.3.2 menunjukkan data pengukuran respon waktu dari proses ini:

Tabel 4.3.2 Data pengukuran waktu respon pengaturan posisi motor

Error Delta Error

Min Mid Max Min Mid Max

-1023 0 1023 -250 0 250

-512 0 512 -250 0 250

-250 0 250 -250 0 250

-200 0 200 -20 0 20

Gambar 4.3.3 Rise time dari motor sumbu vertikal

Gambar 4.3.4 Settling time dari motor sumbu vertikal Dari Gambar 4.3.3 dan Gambar 4.3.4 terlihat rise time dan settling time yang paling cepat responnya.

Oleh sebab itu membership function pada percobaan IV yang digunakan untuk kendali logika fuzzy motor sumbu vertikal.

Gambar 4.3.5 Rise time dari motor sumbu horizontal

Gambar 4.3.6 Settling time dari motor sumbu horizontal Dari Gambar 4.3.5 dan Gambar 4.3.6 terlihat rise time dan settling time yang paling cepat responnya adalah percobaan III. Oleh sebab itu membership function pada percobaan III yang digunakan untuk kendali logika fuzzy motor sumbu horizontal.

Terlihat dari percobaan mencari membership function yang cocok bahwa lebar dari membership function mempengaruhi kecepatan dari rise time respon output. Apabila lebar dari membership function Zer atau dZer besar, maka rise time respon output-nya lambat.

Namun apabila membership function Zer dan dZer kecil, maka respon output-nya cepat. Tetapi untuk settling time respon output-nya harus diperhatikan juga.

Apabila membership function Zer dan dZer terlalu kecil, maka settling time respon output-nya akan lama, akibat dari isolasi yang terus-menerus.

Pada Gambar 4.3.3 dan Gambar 4.3.4 ditunjukkan perpindahan sudut pada motor sumbu vertikal memiliki kecepatan yang tinggi saat rise time dan time settling pada sudut yang lebih besar lebih cepat. Hal ini karena membership function Zer adalah -200 sampai 200 dan dZer adalah -20 sampai 20. Hal ini akan membuat keluaran akan meredam putaran motor saat akan mencapai set point.

(8)

Pada Gambar 4.3.5 dan Gambar 4.3.6 ditunjukkan perpindahan sudut pada motor sumbu horizontal memiliki kecepatan yang menengah saat rise time dan time settling pada sudut yang lebih besar lebih lama.

Hal ini karena membership function Zer adalah -250 sampai 250 dan dZer adalah -250 sampai 250. Hal ini akan membuat keluaran akan meredam putaran motor saat akan mencapai set point. Namun beban mempengaruhi kecepatan putarannya.

5 Kesimpulan

• Pada simulasi memiliki batas frekuensi yang dilewatkan sebesar 500Hz-1600Hz. Pada percobaan alat memilikibatas frekuensi yang dilewatkan sebesar 700Hz-2700Hz. Hal ini karena pengaruh dari komponen yang digunakan kurang ideal dari pada hasil proses simulasi.

• Suara yang mirip memliki hasil perhitungan euclidean distance antara FFT suara masuk dan FFT suara yang disimpan ≤ thershold dari hasil pengambilan contoh suara sebanyak 10 suara yang sama.

• Proses pengenalan suara yang dilakukan bahwa suara “SATU” dan “EMPAT” dikenali 100%.

Namun suara “DUA” dan “TIGA” dikenali 60%

akibat perubahan tone suara yang masuk pada saat memberikan perintah, yaitu bunyi “A” dan “E”

tinggi, tetapi bunyi “U” dan “I” rendah. Sehingga persentasi error adalah 20%.

Pada motor sumbu vertikal rise time maksimal (180°) 1,05 detik dan settling time maksimal (180°) 1,26 detik.

Pada motor sumbu horizontal rise time maksimal (180°) 1,09 detik dan settling time maksimal (180°) 2,12 detik.

6 Daftar Pustaka

[1]. R. K. Nugraha, “Sistem Keamanan Rumah Berbasis Pengenalan Wicara Menggunakan DSK TMS 320C6713”, 2008, DIV-Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS.

[2]. Nia Maulidia, “Pembuatan Program Aplikasi untuk Menampilkan Ciri Sinyal Wicara dengan Matlab”, 2009, DIII-Jurusan Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS.

[3]. Rulph Chassaing, “Digital Signal Processing and Applications with the C6713 and C6416 DSK”, 2005, A John Wiley & Sons, Inc.

[4]. S. Salivahanan, A. Vallavaraj dan C Gnanapriya,

“Aplication of Digital Signal Processing (Voice Processing)”, 2000, Digital Signal Processing, McGraw-Hill.

[5]. John G. Proakis, Dimitris G. Manolakis, “Digital Signal Processing 3e (Principles, Algorithms, and Application)”, 1995, Digital Signal Processing, Prentice Hall, Inc, .

[6]. Gressia Melissa, “Pencocokan Pola Suara (Speech Recognition) Dengan Algoritma FFT dan Divide and Conquer”, 2008, Makalah IF2251 Strategi Algoritmik, Institut Teknologi Bandung (ITB).

[7]. Roland S. Burns, ”Advanced Control Engineering”, 2001, Butterworth-Heinemann, A division of Reed Educational and Professional Publishing Ltd.

[8]. Hendawan Soebakti, “Antarmuka Mikrokontroller”, 2006, Diktat Mata Kuliah, Politeknik Batam.

[9]. http://www.seattlerobotics.org/encoder/mar98/fuz/

flindex.html

[10]. http://www.planet-source-

code.com/vb/scripts/ShowCode.asp?txtCodeId=12 673&lngWId=3

[11]. http://prihastomo.files.wordpress.com/2008/01/div ideconquer.pdf

Gambar

Tabel 4.3.1 Data respon fuzzy dengan masukan nilai error dan  delta error
Gambar 4.3.4 Settling time dari motor sumbu vertikal  Dari Gambar 4.3.3 dan Gambar 4.3.4 terlihat rise  time dan settling time yang paling cepat responnya

Referensi

Dokumen terkait

Bagi siswa melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan Peta Konsep diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Tritech

Ditinjau dari perspektif morfologi derivasi dan infleksi, pengimbuhan afiks derivasi per-/-an pada verba (baik verba dasar maupun verba turunan) dan pada nomina dapat menurunkan

A harus berada dalam satu tim dengan D, B tidak boleh setim dengan G atau C, C tidak boleh dipisahkan dengan I, E dan H harus berada dalam tim yang sama dengan B, sedangkan F

Pada tahun pertama dari penelitian ini diperoleh optimalisasi penggunaan teleskop dengan komputer, dalam bentuk sistim jaringan akuisisi, sehingga guider (pencari dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulnya pembengkakan berbentuk kista di pusat retina yang timbul setelah operasi katarak dengan pemeriksaan alat optical

lain yang dilakukan oleh Budiyono dkk (2011) di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa ada kerjasama yang baik antara bidan dengan dukun, walaupun masih ada dukun yang

Dalam hal ini, penulis akan meneliti tentang teknik permainan gitar elektrik dari Eric Johnson dikarenakan teknik yang dimainkan bukan hanya teknik gitar elektrik namun ada

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2016) tentang gambaran student engagement di sekolah dengan pendidikan multikultural, dalam hal ini SMA Sultan Iskandar Muda