LAPORAN AKHIR V - 1
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU
Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri tembakau dan penentuan lokasi kawasan industri tembakau. Analisis strategi pengembangan kawasan industri tembakau didasarkan pada analisis SWOT, sedangkan analisis penentuan lokasi kawasan industri didasarkan pada sejumlah kriteria.
5.1 Analisis Strategi Pengembangan
Analisis strategi pengembangan dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal, serta peluang, dan tantangan yang merupakan faktor eksternal.
Kekuatan (S)
S1: Proses penanaman dan pengolahan tembakau relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan infrastruktur yang sifatnya kompleks.
S2: Saat ini usaha perkebunan dan pengolahan tembakau di Kabupaten Bandung sudah berkembang walaupun masih tradisional.
Kelemahan (W)
W1: Proses produksi masih bersifat tradisional, sehingga hasil produk olahan belum memenuhi standar yang diharapkan oleh industri W2: Infrastruktur penunjang masih sangat buruk, terutama fasilitas pergudangan, transportasi, dan perkreditan
W3: Kelembagaan petani dan pengolah tembakau masih belum memadai.
LAPORAN AKHIR V - 2 W4: Proses pemasaran masih dilakukan secara individual dan cenderung pengumpul yang mendatangi petani.
Kesempatan (O)
O1: Pasar untuk industri pengolahan tembakau masih terbuka luas.
O2:Saat ini Provinsi Jawa Barat masih mengimpor tembakau dari daerah lain
Ancaman (T)
T1: Meningkatnya kesadaran masyarakat nasional dan dunia terhadap bahaya merokok
Berdasarkan identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang disebutkan, dirumuskanlah strategi pengembangan kawasan industri tembakau, terutama terkait dengan pengembangan kelembagaan.
Strategi Pengembangan Industri Tembakau
S1, S2, O1, O2: Pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung
W1 O1 O2: 1) Pelatihan bagi petani dan pengolah tembakau,
2) Sosialisasi standarisasi pengolahan tembakau agar sesuai dengan kriteria industri.
W1, O1 O2: Pengembangan infrastruktur pergudangan, transportasi, dan perkreditan (koperasi)
W3, O1 O2: Pengembangan kelembagaan petani dan pengolah tembakau
W4, O1 O2: Pengembangan kawasan industri tembakau terintegrasi
LAPORAN AKHIR V - 3 S1,S2, T1: Diversifikasi produk olahan tembakau (tidak hanya rokok),
melakukan penelitian untuk mendapatkan rokok dengan kadar nikotin rendah
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan pengembangan industri tembakau, sebagai berikut:
1. Sosialisasi standarisasi pengolahan tembakau sesuai dengan kriteria industri dan pelatihan bagi petani dan pengolah tembakau untuk memenuhi standar yang diharapkan
2. Pengembangan kelembagaan petani dan pengolah tembakau dalam bentuk asosiasi-asosiasi
3. Diversifikasi produk olahan tembakau dan rokok dengan nilai nikotin rendah
4. Pengembangan infrastruktur pergudangan, transportasi, dan perkreditan 5. Pengembangan kawasan inustri tembakau terintegrasi
Matriks SWOT dari analisis dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.
Matriks SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) S1: Proses penanaman dan
pengolahan tembakau relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan infrastruktur yang sifatnya kompleks.
S2: Saat ini usaha perkebunan dan pengolahan tembakau di Kabupaten Bandung sudah berkembang walaupun masih tradisional.
W1: Proses produksi masih bersifat tradisional, sehingga hasil produk olahan belum memenuhi standar yang diharapkan oleh industri W2: Infrastruktur penunjang masih sangat buruk, terutama fasilitas pergudangan, transportasi, dan perkreditan W3: Kelembagaan petani dan pengolah tembakau masih belum memadai
W4: Proses pemasaran masih dilakukan secara individual dan cenderung pengumpul yang mendatangi petani.
Kesempatan (Opportunity) S-O Strategy W-O Strategy O1: Pasar untuk industri
pengolahan tembakau masih terbuka luas.
O2:Saat ini Provinsi Jawa Barat
S1, S2, O1, O2:
Pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung
W1 O1 O2: 1) Pelatihan bagi petani dan pengolah tembakau, 2) Sosialisasi standarisasi pengolahan tembakau agar
LAPORAN AKHIR V - 4
masih mengimpor tembakau dari daerah lain
sesuai dengan kriteria industri.
W1, O1 O2: Pengembangan infrastruktur pergudangan, transportasi, dan perkreditan (koperasi)
W3, O1 O2: Pengembangan kelembagaan petani dan pengolah tembakau
W4, O1 O2: Pengembangan kawasan industri tembakau terintegrasi
Ancaman (Threat) S-T Strategy W-T Strategy
T1: Meningkatnya kesadaran masyarakat nasional dan dunia terhadap bahaya merokok
S1,S2, T1: Diversifikasi produk olahan tembakau (tidak hanya rokok), melakukan penelitian untuk mendapatkan rokok dengan kadar nikotin rendah
Gambar 5.1 Matriks SWOT Strategi Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung
5.2 Analisis Lokasi Kawasan Industri Tembakau 5.2.1 Pengembangan Kriteria Dan Skor Industri 5.2.1.1 Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Kesesuaian dengan rencana tata ruang diukur dari adanya alokasi kawasan industri dalam RTRW Kabupaten Bandung 2007-2027. Apabila di suatu kecamatan terdapat alokasi lahan untuk lokasi industri, maka kecamatan tersebut dinyatakan sesuai untuk lokasi industri dalam konteks kesesuaian dengan rencana tata ruang. Kesesuaian untuk lokasi industri juga dinilai dari keberadaan industri yang sudah ada. Apabila pada lokasi yang sesuai dengan RTRW sudah terdapat lokasi industri, maka lokasi tersebut mendapatkan nilai yang lebih tinggi. Sistem skor untuk penilaian kesesuaian dengan rencana tata ruang ditunjukkan pada Tabel 5.1 berikut.
LAPORAN AKHIR V - 5 Tabel 5.1. Sistem skor untuk penilaian kesesuaian
dengan rencana tata ruang Kesesuaian dengan
Rencana Tata Ruang
Skor Tidak direncanakan dalam
RTRW
0 Direncanakan dalam RTRW 1 Direncanakan dalam RTRW
dan sudah terdapat lokasi industri
2
Skor untuk masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung untuk kriteria kesesuaian dengan rencana tata ruang ditunjukkan pada Tabel 5.2, Gambar 5.2 dan Gambar 5.3.
Tabel 5.2. Rekapitulasi Sistem Skor untuk Penilaian Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang
No Kecamatan Kesesuaian Dengan Rencana Tata
Ruang Skor
1 Ciwidey RTRW 2007-2027 1
2 Rancabali RTRW 2007-2027 1
3 Pasirjambu RTRW 2007-2027 1
4 Cimaung RTRW 2007-2027 1
5 Pangalengan RTRW 2007-2027 1
6 Kertasari RTRW 2007-2027 1
7 Pacet RTRW 2007-2027 1
8 I B U N RTRW 2007-2027 1
9 Paseh RTRW 2007-2027 1
10 Cikancung Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industry 2 11 Cicalengka Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2
12 Nagreg RTRW 2007-2027 1
13 Rancaekek Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 14 Majalaya Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 15 Solokan
Jeruk
Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2
16 Ciparay RTRW 2007-2027 1
LAPORAN AKHIR V - 6 No Kecamatan Kesesuaian Dengan Rencana Tata
Ruang Skor
17 Bale Endah Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 18 Arjasari Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 19 Banjaran Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2
20 Cangkuang RTRW 2007-2027 1
21 Pameungpeuk Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 22 Katapang Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2
23 Soreang RTRW 2007-2027 1
24 Margaasih Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 25 Margahayu Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 26 Dayeuhkolot Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 27 Bojongsoang Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 28 Cileunyi Direncanakan dalam RTRW dan
sudah terdapat lokasi industri 2 29 Cilengkrang Tidak direncanakan untuk kawasan
industri 0
30 Cimenyan Tidak direncanakan untuk kawasan
industri 0
31 Kutawaringin RTRW 2007-2027 1
Keterangan: 0: tidak direncanakan dalam RTRW, 1: Direncanakan dalam RTRW, 2:
Durencanakan dalam RTRW dan sudah terdapat lokasi industri
Gambar 5.2 Skoring Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
LAPORAN AKHIR V - 7 Gambar 5.3 Peta Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang
LAPORAN AKHIR V - 8 5.2.1.2 Bahan Baku Industri
Kriteria lokasi kawasan industri terkait dengan ketersediaan bahan baku dijelaskan oleh luasan lahan perkebunan tembakau yang sudah ada pada saat ini di Kabupaten Bandung. Makin luas lahan di suatu kecamatan, kawasan tersebut makin berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri. Luas lahan perkebunan tembakau di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bandung berkisar antara 12 ha di Kecamatan Rancabali hingga 211 ha di Kecamatan Ciparay. Berdasarkan kondisi luas lahan perkebunan tembakau di Kabupaten Bandung dikembangkan sistem skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Sistem Skor untuk Penilaian Bahan Baku Tembakau Luas Lahan Perkebunan
(Ha) Skor
0 0
12-78 1
79-144 2
145-211 3
Skor untuk masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung untuk kriteria bahan baku tembakau ditunjukkan pada Tabel 5.4, Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
Tabel 5.4. Rekapitulasi Sistem Skor Untuk Penilaian Luas Lahan Perkebunan Tembakau
No Kecamatan Luas Lahan
Perkebunan (Ha) Skor
1 CIWIDEY 20 1
2 RANCABALI 12 1
3 PASIRJAMBU 25 1
4 CIMAUNG 19 1
5 PANGALENGAN 0 0
6 KERTASARI 0 0
7 PACET 139.5 2
LAPORAN AKHIR V - 9
No Kecamatan Luas Lahan
Perkebunan (Ha) Skor
8 I B U N 111 2
9 PASEH 132 2
10 CIKANCUNG 106 2
11 CICALENGKA 137 2
12 NAGREG 135 2
13 RANCAEKEK 0 0
14 MAJALAYA 0 0
15 SOLOKAN JERUK 0 0
16 CIPARAY 211 3
17 BALE ENDAH 25 1
18 ARJASARI 60 1
19 BANJARAN 0 0
20 CANGKUANG 0 0
21 PAMEUNGPEUK 0 0
22 KATAPANG 0 0
23 SOREANG 15 1
24 MARGAASIH 0 0
25 MARGAHAYU 0 0
26 DAYEUHKOLOT 0 0
27 BOJONGSOANG 0 0
28 CILEUNYI 40 1
29 CILENGKRANG 62,5 1
30 CIMENYAN 0 0
31 KUTAWARINGIN 19 1
Keterangan: 0: luas lahan perkebunan tembakau 0 ha, 1: luas lahan perkebunan tembakau 12-78 ha, 2: luas lahan perkebunan tembakau 79-144 ha, 3: luas lahan perkebunan
tembakau 145-211 ha.
Gambar 5.4 Skoring Penilaian Bahan Baku Tembakau
LAPORAN AKHIR V - 10 Gambar 5.5. Peta Penilaian Lokasi Bahan Baku
LAPORAN AKHIR V - 11 5.2.1.3 Lokasi Pasar
Lokasi pasar industri hasil tembakau disamping dilakukan untuk pasar lokal juga diekspor ke wilayah lain, terutama ke Tasikmalaya, Garut, dan Jawa Tengah. Pengembangan sistem skor yang dilakukan adalah sebagai berikut: kecamatan-kecamatan yang terletak di bagian timur Kabupaten Bandung mendapat prioritas untuk dipilih sebagai lokasi industri karena berdekatan dengan lokasi pasar eksisting. Sistem skor untuk lokasi pasar dijelaskan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5. Sistem Skor untuk Penilaian Lokasi Pasar Lokasi Kecamatan Skor
Selain bagian Timur Kabupaten Bandung
0 Bagian Timur Kabupaten
Bandung
1
Rekapitulasi hasil penilaian untuk kriteria lokasi pasar pada kecamatan- kecamatan di Kabupaten Bandung ditunjukkan pada Tabel 5.6. Gambar 5.6. dan Gambar 5.7.
Tabel 5.6. Rekapitulasi Sistem Skor untuk Penilaian Lokasi Pasar
No Kecamatan Lokasi Skor
1 CIWIDEY Tidak di timur 0 2 RANCABALI Tidak di timur 0 3 PASIRJAMBU Tidak di timur 0 4 CIMAUNG Tidak di timur 0 5 PANGALENGAN Tidak di timur 0
6 KERTASARI Timur 1
7 PACET Timur 1
8 I B U N Timur 1
9 PASEH Timur 1
10 CIKANCUNG Tidak di timur 0
11 CICALENGKA Timur 1
LAPORAN AKHIR V - 12
No Kecamatan Lokasi Skor
12 NAGREG Timur 1
13 RANCAEKEK Tidak di timur 0 14 MAJALAYA Tidak di timur 0 15 SOLOKAN JERUK Tidak di timur 0 16 CIPARAY Tidak di timur 0 17 BALE ENDAH Tidak di timur 0 18 ARJASARI Tidak di timur 0 19 BANJARAN Tidak di timur 0 20 CANGKUANG Tidak di timur 0 21 PAMEUNGPEUK Tidak di timur 0 22 KATAPANG Tidak di timur 0 23 SOREANG Tidak di timur 0 24 MARGAASIH Tidak di timur 0 25 MARGAHAYU Tidak di timur 0 26 DAYEUHKOLOT Tidak di timur 0 27 BOJONGSOANG Tidak di timur 0 28 CILEUNYI Tidak di timur 0 29 CILENGKRANG Tidak di timur 0 30 CIMENYAN Tidak di timur 0 31 KUTAWARINGIN Tidak di timur 0
Keterangan: 0: lokasi selain di timur Kabupaten Bandung, 1: lokasi di timur Kabupaten Bandung
Gambar 5.6 Skoring Untuk Penilaian Lokasi Pasar
LAPORAN AKHIR V - 13 Gambar 5.7 Peta Penilaian untuk Lokasi Pasar
LAPORAN AKHIR V - 14 5.2.1.4 Infrastruktur Pendukung
Infrastruktur pendukung yang dimaksudkan disini adalah infrastruktur jaringan jalan. Dalam konteks pengembangan kawasan industri jaringan jalan yang diperlukan adalah jaringan jalan bebas hambatan. Kesesuaian untuk lokasi industri untuk kriteria infrastruktur pendukung dinilai dari kedekatan kecamatan dengan jalan tol. Kecamatan-kecamatan yang dilewati atau berbatasan langsung dengan jalan tol mendapat prioritas yang lebih tinggi untuk dipilih sebagai lokasi kawasan industri. Sistem skor untuk kriteria ketersediaan infrastruktur pendukung dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Sistem skor untuk penilaian infrastruktur pendukung Infrastruktur Pendukung Skor
Tidak dilalui jalan tol 0 Dilalui jalan tol 1
Kecamatan-kecamatan yang dilalui oleh jalan tol adalah Kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka, dan Nagreg. Skor untuk masing-masing kecamatan untuk kriteria infrastruktur pendukung ditunjukkan pada Tabel 5.8, Gambar 5.8, dan Gambar 5.9.
Tabel 5.8. Rekapitulasi Sistem skor untuk penilaian infrastruktur pendukung
No Kecamatan Dilalui/Tidak
Dilalui Skor 1 Ciwidey Tidak Dilalui 0 2 Rancabali Tidak Dilalui 0 3 Pasirjambu Tidak Dilalui 0 4 Cimaung Tidak Dilalui 0 5 Pangalengan Tidak Dilalui 0 6 Kertasari Tidak Dilalui 0 7 Pacet Tidak Dilalui 0 8 I B U N Tidak Dilalui 0
LAPORAN AKHIR V - 15 No Kecamatan Dilalui/Tidak
Dilalui Skor 9 Paseh Tidak Dilalui 0 10 Cikancung Tidak Dilalui 0 11 Cicalengka Dilalui 1
12 Nagreg Dilalui 1
13 Rancaekek Dilalui 1 14 Majalaya Tidak Dilalui 0 15 Solokan Jeruk Tidak Dilalui 0 16 Ciparay Tidak Dilalui 0 17 Bale Endah Tidak Dilalui 0 18 Arjasari Tidak Dilalui 0 19 Banjaran Tidak Dilalui 0 20 Cangkuang Tidak Dilalui 0 21 Pameungpeuk Tidak Dilalui 0 22 Katapang Tidak Dilalui 0 23 Soreang Tidak Dilalui 0 24 Margaasih Dilalui 1 25 Margahayu Dilalui 1 26 Dayeuhkolot Dilalui 1 27 Bojongsoang Dilalui 1
28 Cileunyi Dilalui 1
29 Cilengkrang Tidak Dilalui 0 30 Cimenyan Tidak Dilalui 0 31 Kutawaringin Tidak Dilalui 0
Keterangan: 0: Tidak dilalui jalan tol, 1: dilalui jalan tol
Gambar 5.8 Skoring untuk penilaian infrastruktur pendukung
LAPORAN AKHIR V - 16 Gambar 5.9 Peta Penilaian untuk Infrastruktur Pendukung
LAPORAN AKHIR V - 17 5.1.2 Analisis Overlay
Untuk menilai lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan kawasan industri tembakau di Kabupaten Bandung dilakukan penilaian komposit untuk masing-masing kecamatan berdaasrkan kriteria dan skor yang telah dikembangkan, dengan mengasumsikan bahwa bobot skor untuk masing-masing kriteria adalah sama. Hasil penilaian komposit tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.9, Gambar 5.10, dan Gambar 5.11 berikut.
Tabel 5.9. Rekapitulasi Analisis Overlay No Kecamatan
Kesesuaian Dengan
RTRW
Lokasi Bahan Baku
Lokasi Pasar
Infrastruktur Pendukung
Total Skor
1 Ciwidey 1 1 0 0 2
2 Rancabali 1 1 0 0 2
3 Pasirjambu 1 1 0 0 2
4 Cimaung 1 1 0 0 2
5 Pangalengan 1 0 0 0 1
6 Kertasari 1 0 1 0 2
7 Pacet 1 2 1 0 4
8 I B U N 1 2 1 0 4
9 Paseh 1 2 1 0 4
10 Cikancung 2 2 0 0 4
11 Cicalengka 2 2 1 1 6
12 Nagreg 1 2 1 1 5
13 Rancaekek 2 0 0 1 3
14 Majalaya 2 0 0 0 2
15 Solokan Jeruk 2 0 0 0 2
16 Ciparay 1 3 0 0 4
17 Bale Endah 2 1 0 0 3
18 Arjasari 2 1 0 0 3
19 Banjaran 2 0 0 0 2
20 Cangkuang 1 0 0 0 1
21 Pameungpeuk 2 0 0 0 2
22 Katapang 2 0 0 0 2
23 Soreang 1 1 0 0 2
24 Margaasih 2 0 0 1 3
LAPORAN AKHIR V - 18 No Kecamatan
Kesesuaian Dengan
RTRW
Lokasi Bahan Baku
Lokasi Pasar
Infrastruktur Pendukung
Total Skor
25 Margahayu 2 0 0 1 3
26 Dayeuhkolot 2 0 0 1 3
27 Bojongsoang 2 0 0 1 3
28 Cileunyi 2 1 0 1 4
29 Cilengkrang 0 1 0 0 1
30 Cimenyan 0 0 0 0 0
31 Kutawaringin 1 1 0 0 2
Gambar 5.10 Skoring Hasil Analisis Overlay
Dari tabel di atas terlihat bahwa total skor berkisar antara 0 hingga 6.
Hanya ada satu kecamatan yang mendapatkan skor 6, yaitu Kecamatan Cicalengka, yang menunjukkan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan yang paling tepat untuk dikembangkan sebagai lokasi kawasan industri. Kecamatan yang mendapatkan skor tertinggi berikutnya (Skor 5) adalah Kecamatan Nagreg, dan yang mendapatkan skor 4 adalah Kecamatan Pacet, Ibun, Paseh, Cikancung, Ciparay, dan Cileunyi.
LAPORAN AKHIR V - 19 Gambar 5.11. Peta Lokasi Pengembangan Kawasan Industri Tembakau
LAPORAN AKHIR V - 16