• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL

PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Oleh :

YULI TRI RETNANINGTYAS

NPM. 0641010053

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Judul Penelitian

: Pengembangan Karir Pegawai Negeri Sipil Melalui Pendidikan dan

Pelatihan Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Nama Mahasiswa : Yuli Tri Retnaningtyas

NPM :

0641010053

Jurusan :

Administrasi

Negara

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui

Pembimbing

Ketua Progdi

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan Formal Pada Bulan

Januari Sampai Dengan Maret 2010………5

Tabel 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Pangkat atau Golongan Pada Bulan

Januari Sampai Dengan Maret 2010………6

Tabel 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan Pada Bulan Januari Sampai

Dengan Maret 2010……….7

Tabel 1.4 Komposisi Pegawai Yang Sudah Mengikuti Diklat Struktural Pada

Bulan Januari Sampai Dengan Maret 2010……….7

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pengembangan Karir Organisasional……….21

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………..47

Gambar 3.3 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman……….56

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur………….62

Gambar 4.6 Alur Pelaksanaan Pengembangn Karir di Dinas Sosial Provinsi

(5)

ABSTRAKSI

YULI TRI RETNANINGTYAS. 0641010053, PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR,2011

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode penelitian data penelitian kualitatif yang merupakan kalimat, kata-kata atau gambar adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dokumentasi, dan pengamatan (observation).

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan karir pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Informan dan responden dalam penelitian ini adalah kepala sub bagian tata usaha, staf tata usaha dan pegawai yang mengikuti pengembangan karir dalam hal ini adalah kepala seksi.

Fokus dalam penelitian ini ada 3 yaitu 1.persyaratan pengembangan karir dalam jabatan struktural yang harus dipenuhi pegawai negeri sipil , 2.pelaksanaan pengembangan karir dalam jabatan struktural, 3.kendala-kendala yang dihadapi pengembangan karir dalam jabatan struktural baik dilihat dari segi pegawai maupun organisasi.

(6)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada suatu instansi pemerintah sebagai

abdi masyarakat perlu meningkatkan pengabdiannya dan kesetiaannya kepada

Bangsa dan Negara. Upaya meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil selalu

dilakukan di setiap instansi. Diperlukan pegawai yang terampil dan sesuai dengan

keahlian yang dibutuhkan dibidangnya, untuk itu perlu diadakan pengembangan

bagi pegawai sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas kerja dalam

organisasi pemerintahan.

Keberhasilan instansi tidak sepenuhnya bergantung pada manajer dan

manajemen instansi, tetapi juga pada tingkat keterlibatan pegawai terhadap

aktivitas dan pencapaian tujuan instansi. Sumber daya manusia yang potensial dan

berkualitas merupakan modal dasar organisasi yang akan mampu mengantarkan

organisasi dalam mencapai tujuannya dengan sukses.

Keberhasilan suatu instansi dalam mencapai tujuannya tidak hanya

ditentukan oleh bentuk susunan atau struktur instansi yang lengkap, melainkan

juga dipengaruhi oleh faktor penempatan individu dalam posisi yang tepat sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya (the right man on the right

place), yang mana di antara semua individu tersebut merupakan suatu bentuk

mitra kerja yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dalam

(7)

Organisasi yang mengutamakan efisiensi dan efektifitas hasil, akan

berusaha mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya secara tepat guna dan

terarah, dimulai sejak rekrutmen sampai penempatannya melalui proses

perencanaan yang matang.

Oleh karena itu, harus dilakukan semacam penilaian terhadap performance

setiap individu yang diharapkan mampu mengemban tugas organisasi. Kualitas

sumber daya manusia (SDM) tidak selamanya dapat dipertahankan dalam kurun

waktu yang lama secara terus-menerus. Untuk mempertahankan kualitas sumber

daya manusia maka dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, misi organisasi

dan selalu selaras dengan misi pengembangan sumber daya manusia instansi.

Didalam pencapaian tujuan organisasi, pegawai dituntut untuk berprestasi

dalam pekerjaannya sehingga ia dapat mencapai kedudukan yang lebih tinggi. Hal

ini terutama harus didukung oleh kemampuan instansi dalam memahami aspek

psikologis yang mendasari pegawai melakukan pekerjaan. Salah satunya dengan

memberikan kesempatan bagi tiap pegawai untuk mencapai karir yang mantap.

Karir merupakan bagian dari upaya pengelolaan sumber daya manusia dan

erat sekali dengan persepsi, dan komitmen organisasi Hidayat ( 2002:44).

Simamora (2004 : 412) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari

beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan

subyektif. Dipandang dari perspektif yang obyektif, karir merupakan urut-urutan

posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif

yang subyektif, karir merupakan perubahan nilai-nilai, sikap, dan motivasi yang

(8)

dan subyektif terfokus pada individu. Kedua perspektif tadi menganggap bahwa

setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasib mereka

sehingga individu tersebut dapat mengubah peluang untuk memaksimalkan

keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karir mereka.

Konon tiga di antara lima manusia karir mendambakan karir mereka

menanjak terus dengan pesat. Penghasilan makin besar, kedudukan sosial

ekonomi makin tinggi dan mantap, batin makin puas karena berhasil mewujudkan

jati diri Anoraga ( 2001:59 ).

Menurut Hidayat (2002:46) keputusan promosi dan rotasi yang dibuat

oleh manajemen merupakan imbalan dari program pengembangan karir.

Program-program pengembangan seperti pelatihan dan pendidikan serta evaluasi dan

bimbingan tidak akan ada artinya kalau karyawan merasa karirnya tidak

meningkat.

Pendidikan merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh manajemen

kepegawaian dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan

ataupun mental pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekarjaan tertentu. Hal ini

dimaksudkan untuk mencapai effisiensi, efektivitas kerja, baik untuk kepentingan

sekarang maupun dimasa yang akan datang. Manajemen instansi harus

mengidentifikasikan berbagai masalah dan tantangan yang dapat diatasi melalui

pelatihan jangka panjang. Para pimpinan semakin sadar akan arti penting

pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, hal ini berarti mereka semakin

menyadari bahwa organisasi instansi tidak bisa lepas dari lingkungan yang selalu

(9)

Penyelenggaraan pendidikan hendaknya dilakukan seefektif mungkin.

Artinya pengaturan sistem penyelenggaraan pendidikan sedemikian rupa sehingga

dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Pendidikan merupakan basis yang sangat penting untuk membentuk

manusia – manusia profesional. Yang kemudian di terapkan dalam bentuk aplikasi

pekerjaan sehari – hari yang membutuhkan suasana dan lingkungan kerja yang

mendukung. Bila ilmu yang di peroleh belum di aplikasikan sama artinya belum

memiliki ketrampilan. Oleh karena itu, butuh sebuah pengalaman untuk

mendukung aplikasi dari ilmu yang telah di peroleh. Data empiris dalam

organisasi - organisasi usaha menunjukkan bahwa orang berpendidikan tinggi di

tambah dukungan program – program pelatihan manajemen umumnya dapat

menyeimbangkan kemampuan enterpreunership serta kemampuan manajerialnya

Kinardi (2005 : 43). Dengan demikian pendidikan, pengalaman serta pelatihan

merupakan sebuah faktor – faktor yang saling terkait dalam memperoleh sebuah

pengetahuan sekaligus menggalinya untuk bisa memberikan kontribusinya dengan

seoptimal mungkin.

Berdasarkan survei pada tahun 2010 di Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur diketahui bahwa jajaran aparat yang tersedia masih kurang memadai dari

segi profesionalisme hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pegawai

guna mencapai rencana kerja yang dicanangkan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur. Berikut adalah data Pegawai Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

(10)

Tabel 1.1: KOMPOSISI PEGAWAI MENURUT PENDIDIKAN FORMAL

PADA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN MARET 2010

NO PENDIDIKAN

FORMAL

JUMLAH

(ORANG)

PROSENTASE

(%)

1 S2 60 9,3

2 S1/D4 210 32,5

3 D3 29 4,5

4 SLTA 283 43,9

5 SLTP 38 5,9

6 SD 25 3,9

TOTAL 645 100

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Dari uraian di atas dapat dikatakan pendidikan pegawai masih sangat minim sekali didalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Pada tabel

diatas menunjukkan masih banyaknya pegawai SLTA sejumlah 283 (43,9%)

mengindikasikan bahwa masih minimnya pendidikan pada Dinas Sosial Jawa

timur. Hal ini juga mempengaruhi karier pegawai Dinas Sosial yang ditunjukkan

(11)

Tabel 1.2: KOMPOSISI PEGAWAI MENURUT PANGKAT/ GOLONGAN

PADA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN MARET 2010

NO PANGKAT/ GOLONGAN JUMLAH (ORANG) PROSENTASE (%)

1 Pembina Utama Muda / IVc 1 0,1

2 Pembina Tingkat 1 / Ivb 17 2,6

3 Pembina / Iva 26 4

4 Penata Tingkat 1 / IIId 105 16,3

5 Penata / IIIc 86 13,4

6 Penata Muda Tingkat 1 / IIIb 119 18,4

7 Penata Muda / IIIa 73 11,3

8 Pengatur Tingkat 1 / Iid 37 5,7

9 Pengatur / Iic 25 3,9

10 Pengatur Muda Tingkat 1 / IIb 5 0.8

11 Pengatur Muda / Iia 113 17,5

12 Juru Tingkat 1 / Id 4 0,6

13 Juru / Ic 17 2,7

14 Juru Muda / Ia 17 2,7

TOTAL 645 100

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa golongan tingkat 1 / II A masih sangat besar yaitu sebesar 113 atau 17,5% dan penata muda tingkat 1/IIIB sebesar

119 atau (18,4%). Masih banyaknya pegawai Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

yang memiliki golongan pangkat yang masih rendah menyebabkan perlunya

(12)

Tabel 1.3 : KOMPOSISI PEGAWAI MENURUT JABATAN PADA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN MARET 2010

NO JABATAN JUMLAH (ORANG)

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa mayoritas pegawai di Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur berdasarkan jabatannya adalah staff yaitu berjumlah 502

orang atau 77,82% sedangkan yang paling sedikit yaitu jabatan Eselon II yaitu

berjumlah 1 orang atau 0,1%.

Tabel 1.4 : KOMPOSISI PEGAWAI YANG SUDAH MENGIKUTI DIKLAT

STRUKTURAL PADA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN

MARET 2010

NO JENIS DIKLAT JUMLAH (ORANG) PROSENTASE (%)

1 Adum/DiklatPim IV 74 56,5

2 Spama/DiklatPim III 42 32,0

3 Spamen/DiklatPim II 15 11,5

Total 131 100

Berdasrkan tabel 4 diatas bahwa pegawai yang sudah mengikuti diklat

struktural adum/diklatpim IV berjumlah 74 orang atau 56,5%. Dan yang

mengikuti spama/diklatpim III berjumlah 42 orang atau 32,0%. Sedangkan yang

(13)

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa para

pegawai masih kurang memadai dari segi profesionalisme hal ini dikarenakan

masih rendahnya tingkat pendidikan. Hal ini berpengaruh pada karir para pegawai

karena masih banyaknya pegawai yang memiliki golongan pangkat yang masih

rendah yang mengakibatkan perlu adanya pengembangan karir di Dinas Sosial

Provinsi JawaTimur agar dapat menduduki jabatan struktural.

Hal ini sesuai dengan Anantharaman (2004:3) yang menyatakan

bahwa kesempatan pengembangan karir telah menunjukkan menghasilkan tingkat

komitmen yang lebih tinggi diantara para karyawan. Pengembangan karir

organisasi didefinisikan sebagai kesempatan yang diberikan oleh organisasi untuk

memajukan kemungkinan karir seorang individu, seperti tugas yang menantang,

konseling karir dan tetap mendapatkan informasi. Membantu para individu dalam

pengembangan karir mereka adalah berharga karena mendorong staff yang

memiliki potensi tinggi untuk tetap tinggal. Usaha pengembangan karir pada

karyawan sangat perlu dikembangkan oleh instansi. Karena usaha pengembangan

karir yang didambakan tiap karyawan tergantung bagaimana karyawan tersebut

menanggapi dan mengamatinya, atau dengan kata lain adalah bagaimana mereka

mempersepsikannya. Artinya pengembangan karir yang diberikan instansi untuk

memenuhi kebutuhan pribadi tiap karyawan belum tentu karyawan

mempersepsikannya demikian.

Flippo dalam Ginting (2003:7) berpendapat bahwa karyawan yang

mempunyai persepsi positif terhadap pengembangan karirnya dalam instansi,

(14)

pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan. Jika instansi memberikan

kesempatan pengembangan karir pada karyawan, maka akan timbul dari diri

karyawan tersebut untuk lebih meningkatkan karirnya dengan cara berprestasi di

tempatnya bekerja, dan memberikan kepuasan kerja sehingga akan timbul

komitmen karyawan yang tinggi.

Pengembangan karir sangat diperlukan karena banyak manfaatnya, hal ini

disebabkan karena adanya tuntutan pekerjaan atau jabatan. Pengembangan karir

merupakan upaya instansi dalam rangka memberikan kesempatan kepada pegawai

untuk meniti karirnya ke jenjang karir yang lebih tinggi dalam rangka mendukung

pencapaian tujuan instansi. Bentuk pengembangan karir pegawai terdiri daridisiplin

pegawai, pendidikan dan pelatihan pegawai, mutasi, kenaikan pangkat dan promosi

jabatan. Upaya pengembangan karir pegawai dilakukan melalui peningkatan kompetensi pegawai dengan cara pendidikan dan pelatihan, dan pemberian pengalaman kerja.

Promosi ke setiap jenjang karir yang lebih tinggi bukanlah hak pegawai, melainkan merupakan penghargaan dari perusahaan kepada pegawai yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Promosi dapat dilaksanakan

apabila : (a) tersedia formasi, (b) memenuhi persyaratan berdasarkan hasil

assessment, (c) memenuhi persyaratan nilai kerja individu (NKI), dan (d) memenuhi

persyaratan lainnya sesuai peraturan yang berlaku.

Mekanisme promosi dan kenaikan tingkat (grade) dilaksanakan secara transparan yaitu melalui sistem informasi manajemen SDM (HRMIS) yang efektif.

(15)

Didalam usulan pengembangan karir pegawai ini, peranan dari tim

BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kenaikan Pangkat) di Dinas

Sosial Provinsi Jawa Timur atas persetujuan Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur sangatlah penting. Karena tim BAPERJAKAT ini akan menyeleksi para

pegawai yang kemudian diusulkan untuk proses pengembangan karir pegawai

kepada Gubernur Jawa Timur., BAPPERJAKAT yang berkoordinasi dengan

Kepala Dinas akan melakukan penilaian kepada pegawai yang cocok untuk

mengembangkan karir. Tetapi dalam melakukan penilaian ini, terkadang tidak

sesuai dengan aturan yang ditetapkan. BAPPERJAKAT dan Kepala

Dinas hanya menilai pegawai secara subjektif tidak dengan cara yang objektif,

atau bahkan hanya menilai kedekatan antara atasan dan bawahan.

Dari hasil wawancara penulis dengan ibu Yeni selaku Staf Kepegawaian di

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Mei 2010, beliau mengatakan

bahwa di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur sudah melakukan pengembangan

karir untuk pegawai, tetapi dalam pengembangan karir ini masih terjadi kelebihan

stok PNS yang telah memenuhi syarat jabatan untuk menduduki jabatan setingkat

lebih tinggi. Kondisi ini bisa menjadi paradoks, manakala PNS yang telah

mengikuti pendidikan pelatihan kepemimpinan ternyata yang bersangkutan hanya

masuk dalam daftar tunggu. Bahkan sampai yang bersangkutan pensiun, tidak

mendapatkan promosi jabatan. Sedangkan PNS yang belum memenuhi syarat

jabatan untuk menduduki jabatan setingkat lebih tinggi, diantaranya belum

(16)

menduduki jabatan. Setelah menduduki jabatan tersebut, barulah PNS mengikuti

pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Pengembangan Karir Pegawai Negeri Sipil Dalam

Jabatan Struktural Di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang

akan diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

Bagaimana Pengembangan Karir Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan

Struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur ?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1) Untuk mengetahui persyaratan pengembangan karir dalam jabatan struktural

eselon IV yang harus dipenuhi Pegawai Negeri Sipil

2) Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan karir dalam jabatan struktural

eselon IV

3) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pengembangan karir dalam

(17)

1.4Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber informasi bagi

instansi dalam upaya meningkatkan komitmen pada organisasi.

b. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan.

Dapat dipergunakan sebagai referensi, tambahan khasanah kepustakaan dan

bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama

dimasa yang akan datang untuk dapat memahami kebutuhan dunia usaha dan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam

penelitian ini.

A. Penelitian ini dilakukan oleh Dodit hadiyanto (2005) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur dalam skripsinya berjudul “Pemberdayaan Aparatur Pemerintah Dalam meningkatkan

Kualitas Sumber Daya Manusia di Kantor Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro”.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan

untuk mengembangkan pemahaman dan mendeskripsikan kenyataan yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan interview dengan menggunakan pedoman wawancara.

Hasil penelitian ini adalah Diklat Prajabatan dan Diklat dalam jabatan. Diklat Prajabatan wajib diikuti semua calon Pegawai Negeri Sipil baik golongan I/II/III untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil ternyata mampu memberikan

pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan, kebangsaan, kepribadian, etika Pegawai Negeri Sipil disamping pengetahuan dasar tentang sisi penyelenggaraan pemerintahan Negara, bidang tugas dan bidang organisasinya

(19)

Diklat dalam jabatan terutama diklat kepemimpinan tidak terlalu bisa meningkatkan kualitas sumber daya aparatur karena diklat kepemimpinan sifatnya

hanya formalitas dan hanya sebagai salah satu syarat bagi seorang pegawai negeri sipil untuk menduduki suatu golongan jabatan struktural yang lebih tinggi. Dengan kenyataan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang sudah mengikuti diklat kepemimpinan adum dan spamen di kantor Kecamatan Padangan Kabupaten

Bojonegoro belum tentu dipromosikan ke jabatan lebih tinggi karena menunggu instruksi dari BKD. Sedangkan BKD tersebut juga menunggu instruksi/perintah dari Pemerintah Daerah.

B. Penelitian ini dilakukan oleh Famaeinkar Rizqapassa (2007) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur dalam skripsinya berjudul “Pengembangan Sumber Daya Aparatur Melalui Pendidikan

dan Pelatihan Kepemimpinan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri”.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu bertujuan

untuk memberikan gambaran mengenai fenomena tertentu secara terperinci sehingga nantinya akan memperoleh suatu pemahaman yang lebih jelas dan mendeskripsikan kenyataan yang ada.

Hasil penelitian ini meliputi pengetahuan, keterampilan, keahlian dan sikap. Pengetahuan yang dimiliki para pegawai di BKD Wonogiri dilihat dari wawasan yang dimiliki para pegawai yang dimiliki para pegawai mengalami

(20)

mengikuti diklat. Keahlian kemampuan pegawai dalam membedakan pekerjaan yang urgen dengan pekerjaan yang penting pegawai masih belum sepenuhnya

dapat menyelesaikan karena perlu bimbingan dan arahan dari atasan dan sikap yang dimiliki para pegawai di BKD dalam hal disiplin pegawai dinilai masih kurang hal ini disebabkan oleh terlambat masuk pada jam kerja, kurangnya kelengkapan dalam berpakaian sehingga dalam mencari jalan keluar untuk

mengatasi masalah inidiharapkan dengan pemikiran lanjut.

C. Penelitian ini dilakukan oleh Danang Gede Bagus Hadi Saputra (2007) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa

Timur dalam skripsinya berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Latihan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. Garam (Pesero) Surabaya”.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan 2 variabel yaitu

Variabel independen (x) yakni pendidikan dan latihan dan variable (y) yakni prestasi kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan latihan terhadap prestasi kerja karyawan di Biro Umum dan SDM

PT. Garam (Persero) Surabaya. Hasil penelitian ini adalah pendidikan dan latihan yang dilaksanakan di PT. garam (Persero) Surabaya sudah baik, yang berarti bahwa pendidikan dan latihan yang dilaksanakan di PT.Garam (Persero) Surabaya

mengalami suatu peningkatan. Prestasi kerja karyawan Biro Umum di PT. Garam (Persero) Surabaya sudah baik, yang berarti bahwa ternyata pendidikan dan latihan yang diadakan menunjukkan suatu kemajuan atau suatu peningkatan

(21)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan seperti dijelaskan seperti diatas, terdapat perbedaan da kesamaan antara penelitian yang dilakukan

oleh peneliti sekarang dengan penelitian yang terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodit Hadiyanto adalah lokasi penelitiannya, peneliti terdahulu melaukan penelitian di Kantor Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro sedangkan penelitian ini dilakukan di Dinas

Sosial Provinsi Jawa Timur. Kesamaan antara kedua penelitian ini adalah terletak pada topik yang diambil oleh masing-masing peneliti.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pengembangan

Pengembangan menurut Hasibuan (2002:22) adalah proses

peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral

karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

2.2.2 Pengertian Karir

Menurut Gibson dkk. (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan

perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama

rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang

terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan

rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari

sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi

memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang

merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat

(22)

Menurut Gouzali (1997:109), pengertian karir adalah tingkat

kemajuan yang dicapai seorang pegawai dalam bidang pekerjaan yang

diperolehnya selama ia bekerja di suatu kantor atau perusahaan.

Simamora (2004 : 412) berpendapat bahwa kata karir dapat

dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari

perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang

obyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang

selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang subyektif, karir

merupakan perubahan nilai-nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena

seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut,obyektif dan

subyektif terfokus pada individu. Kedua perspektif tadi menganggap

bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap

nasib mereka sehingga individu tersebut dapat mengubah peluang untuk

memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karir

mereka.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah

urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan

perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang

hidupnya.

Sedangkan menurut Edwin B. Flippo (1995: 271) karir

didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terpisah tetapi

berkaitan, yang memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti dalam

(23)

Karir menurut Handoko (1988 : 78 ) adalah semua pekerjaan (atau

jabatan) yang dipunyai (atau dipegang) selama kehidupan kerja seseorang.

Melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi

kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir

alternatif, menyusun tujuan karir, dan merencanakan aktivitas-aktivitas

pengembangan praktis. Fokus utama dalam perencanaan karir haruslah

sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan yang secara

realistis tersedia.Simamora (2004:418)

Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama

yaitu perencanaan karir individual (individual career planning) dan

perencanaan karir organisasional (organizational career planning).

Perencanaan karir individual dan organisasional tidaklah dapat dipisahkan

dan disendirikan.

Perencanaan karir individu terfokus pada individu dan keinginan,

keahlian dan hasratnya. Dan yang paling penting perencanaan karir

individual meliputi latihan diagnostik dan prosedur untuk membantu orang

tersebut menentukan ”siapa saya” dari segi potensi dan kemampuuannya.

Sedangkan perencanaan karir organisasional mengintegrasikan kebutuhan

sumber daya manusia dan sejumlah aktivitas karir, lebih menitik beratkan

pada jenjang atau jalur karir.

Seorang individu yang rencana karir individualnya tidak dapat

terpenuhi di dalam organisasi, cepat atau lambat individu tersebut akan

(24)

karyawan dalam perencanaan karir sehingga keduanya dapat saling

memenuhi kebutuhan. (Simamora, 2004:419)

Berdasarkan pendekatan tersebut definisi karir adalah sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan (work-related experiences) yang

merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami oleh setiap individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective events.

Salah satu contoh untuk menjelaskannya melalui serangkaian posisi jabatan/pekerjaan, tugas atau kegiatan pekerjaan, dan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan (work-related decisions). Tidak hanya itu saja,

juga mengenai interpretasi subyektif tentang peristiwa yang berkaitan dengan pekerjaan (workrelated events) baik pada masa lalu, kini dan mendatang seperti aspirasi pekerjaan, harapan, nilai, kebutuhan dan perasaan tentang

pengalaman pekerjaan tertentu.

2.2.3 Pengembangan Karir

Pengembangan karir menurut Nawawi (2005:289) adalah suatu

rangkaian (urutan) posisi atau jabatan yang ditempati seseorang selama

masa kehidupan tertentu.

Pengembangan karir menurut Handoko (1988:78) adalah suatu

kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status

seseorang dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan

dalam organisasi yang bersangkutan.

Sedangkan pengembangan karir menurut Gouzali (1997:212)

(25)

menggariskan pola perjalanan kepangkatan dan jabatan yang akan

ditempuh oleh seorang pegawai selama ia bekerja di perusahaan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian pengembangan

karir adalah suatu urutan posisi atau jabatan yang menunjukkan adanya

peningkatan yang ditempati seseorang selama ia bekerja dalam masa

kehidupan tertentu.

Pengembangan karir (career development) meliputi perencanaan

karir (career planning) dan manajemen karir (career management).

Memahami pengembangan karir dalam sebuah organisasi membutuhkan

suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana masing-masing

individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya

(perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan

program-program pengembangan karir/manajemen karir.

Perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses yang

dilalui oleh individu untuk mengidentifikasi dan mengambil

langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir

melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir

dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut.

Manajemen karir (career management) adalah proses yang dilakukan oleh

organisasi untuk memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan

para pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang

kompeten untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan

(26)

Berdasarkan pengertian di atas maka terdapat tanggung jawab yang

berbeda antara individu/pegawai dan organisasi dalam mengelola karir,

seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2. 1 :

Model Pengembangan Karir Organisasional

Berdasarkan bagan.1 tersebut dapat dikatakan bahwa : perencanaan

karir merupakan proses untuk (1) menyadari diri sendiri terhadap

peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan

konsekuensi-konsekuensi, (2) mengidentifikasi tujuan-tujuan yang

berkaitan dengan karir, (3) penyusunan program kerja, pendidikan, dan

yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat

pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan

langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir. Manajemen karir

(27)

pemantauan rencana-rencana karir yang dilakukan oleh individu seiring

dengan sistem karir organisasi (Simamora, 2004:413)

Pendapat lain yang signifikan dengan teori pengembangan karir di

atas menyebutkan bahwa pengembangan karir pada dasarnya meliputi dua

proses utama, yaitu perencanaan karir dan manajemen karir (Irianto,

2001: 92).

Perencanaan karir terfokus pada individu/pegawai, sedangkan

manajemen karir terfokus pada organisasi. Manfaat perencanaan karir bagi

pegawai adalah setiap individu/pegawai dapat memahami dan

mengidentifikasi tujuan karir yang diinginkan. Sementara itu, manfaat bagi

organisasi adalah dapat mengkomunikasikan peluang karir pada para

karyawan dan memperoleh kesesuaian yang lebih baik antara aspirasi

karyawan dengan peluang organisasi.

Pengembangan suatu karir seharusnya memang tidak tergantung

usaha-usaha individual saja, sebab kadangkala hal ini tidak sesuai dengan

kepentingan organisasi. Agar sinkron dengan kepentingan organisasi

departemen personalia dapat mengatur pengembangan karier para

karyawannya. Untuk itu dapat diselenggarakan program-program

pelatihan, kursus-kursus pengembangan karir dan sebagainya. Lebih

mantap lagi apabila pihak pimpinan organisasi menyetujui dan merestui

(28)

2.2.3.1 Manfaat Perencanaan dan Pengembangan Karir

Perencanaan karir sangat bermanfaat bagi karyawan dalam

tugasnya, maupun bagi organisasi secara keseluruhan. Berbagai

manfaat dapat disebut sebagai berikut (Martoyo, 1994:88)

a. Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan

(potensial). Dengan demikian perencanaan karier membantu

mengembangkan suplai karyawan internal, terutama mereka yang

cukup potensial.

b. Menurunkan perputaran karyawan (turnover). Perhatian terhadap

karier individual dalam perencanaan karier yang telah ditetapkan,

akan dapat meninggalkan loyalitas pada organisasi dimana mereka

bekerja (kesetiaan organisasional). Dengan demikian akan

memungkinkan menurunkan turnover karyawan dalam organisasi.

c. Mengungkap potensi karyawan. Dengan adanya perencanaan

karier yang jelas dan mantap akan dapat mendorong para

karyawan secara individual maupun kelompok untuk menggali

kemampuan potensial masing-masing untuk dapat mencapai sasaran

karier yang diinginkan.

d. Mendorong pertumbuhan. Perencanaan karier yang baik akan

mendorong semangat kerjakaryawan untuk tumbuh dan berkembang.

e. Mengurangi penimbunan. Ini berarti perencanaan karier

akan dapat mengangkat kembali para karyawan yang berkualifikasi

(29)

f. Memuaskan kebutuhan karyawan. Perencanaan karier berarti

penghargaan terhadap individu karyawan, berupa pengakuan dan

penghargaan terhadap prestasi individu. Hal ini dapat memberi

kepuasan kepada karyawan, berarti memenuhi kebutuhan karyawan.

g. Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah

disetujui. Perencanaan karier dapat membantu para, anggota

kelompok agar siap untuk jabatan-jabatan lebih penting. Persiapan ini

akan membantu pencapaian rencana-rencana kegiatan yang telah

disetujui.

Pengembangan karier pada dasarnya memiliki manfaat yang hampir

sama dengan perencanaan karier. Kekhususan terdapat dalam hal

hubungannya dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Manfaat

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya kemampuan karyawan. Pengembangan karier

melalui pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan kemampuan

intelektual dan keterampilan karyawan, yang pada akhirnya membawa

manfaat bagi organisasi.

b. Meningkatnya suplai karyawan yang berkemampuan. Jumlah

karyawan yang lebih tinggi kemampuannya daripada sebelumnya akan

menjadi bertambah. Ini memudahkan pimpinan untuk

menempatkannya dalam pekerjaan atau jabatan yang lebih tepat.

Dengan demikian suplai karyawan yang berkemampuan bertambah dan

(30)

2.2.4 Pegawai Negeri Sipil

Menurut Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Pasal I dan Pasal 2

ayat 2 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian bahwa disini pengertian pegawai

negeri sipil adalah mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat

yang berwenang yang diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau

diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan yang digaji menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 disebutkan

ruang lingkup pengertian Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

2. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan

pemerintah

Mengenai siapa yang dimaksudkan dengan Pegawai Negeri Sipil

Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Negeri Sipil lainnya

dapat dilihat didalam penjelasan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor

(31)

a. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen,

Lembaga Pemerintah Non Departemen, Instansi Vertikal di

daerah-daerah, dan kepaniteraan Pengadilan.

- Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan.

- Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau diperkerjakan

pada Daerah Otonom.

- Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan diperbantukan atau dikerjakan pada badan

lain, seperti Perusahaan Umum dan lain-lain.

- Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas Negara

lainnya, seperti hakim pada Pengadilan dan Pengadilan Tinggi dan

lain-lain.

b. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai

Negeri Sipil Daerah Otonom.

c. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil yang lain yaitu pegawai

yang tidak mendapat pensiun tapi diangkat lagi menjadi Pegawai

Bulanan dengan mendapat gaji pokok bulanan. Sedangkan Pegawai

Negeri Sipil yang lain masih banyak terdapat pada instansi-instansi

pemerintah dan mereka memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam

(32)

2.2.5 Pengertian Jabatan Struktural

Menurut Gouzali (1997:95) jabatan struktural adalah kedudukan

yang menunjukkan tugas, wewenang, hak dan tanggung jawab seorang

pegawai di dalam suatu unit kerja organisasi atau perusahaan.

2.2.6 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.6.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam usaha

organisasi mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang

organisasi dengan karya, bakat, kreativitas dan dorongan. Betapapun

sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi tanpa aspek manusia sulit

kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai. Masyarakat telah

menunjukkan perhatian yang meningkat terhadap aspek manusia tersebut.

Nilai-nilai manusia (human values) semakin diselaraskan dengan

aspek-aspek teknologi maupun ekonomi.

Pengertian sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1994 : 433) : “sumber daya manusia adalah potensi yang dapat

dikembangkan untuk proses produksi”.

Sedangkan menurut (Hasibuan, 2002:10) mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cabang

(33)

bidang psikologi, ekonomi dan administrasi. Manajemen merupakan

proses bekerja dengan dan melalui orang lain secara efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya yang

terbatas di dalam lingkungan yang terbatas pula.

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan

efektifitas manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk memberikan

kepada organisasi satuan kerja yang efektif untuk mencapai tujuan ini.

Studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan

bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan,

menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan akan jumlah dan

tipe yang tepat.

Menurut Henry Simamora ( 2001 : 4 ) manajemen sumber

daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,

pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap individu organisasi atau

kelompok karyawan.

Sedangkan Edwin B. Flippo ( 2002 : 11 ) mendefinisikan bahwa

manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian karyawan, dengan

maksud terwujudnya tujuan perusahan, individu, karyawan dan

masyarakat.

Dari pengertian di atas yakni pengertian sumber daya manusia dan

(34)

daya manusia menekankan strategi dan perencanaan daripada penyelesaian

masalah. Manajemen sumber daya manusia menganggap karyawan adalah

asset utama dalam organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik.

Sedangkan manajemen personalia lebih menekankan pada bagaimana

melatih dan membina manusia agar menjadi sumber daya yang handal dan

sangat berguna bagi perusahaan. Manajemen personalia menganggap

bahwa karyawan adalah faktor produksi, jadi harus dimanfaatkan secara

produktif.

2.2.6.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Setelah mengetahui pengertian dari Manajemen Sumber Daya

Manusia, kita dapat mengetahui fungsi dari Manajemen Sumber Daya

Manusia menurut Hasibuan (2002:21), yaitu :

1. Perencanaan : Adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta

efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahan dalam membantu

terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan

program kepegawaian,yang meliputi pengorganisasian, pengarahan,

pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian

karyawan.

2. Pengorganisasian : Yaitu kegiatan untuk mengorganisasi semua

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,

(35)

3. Pengarahan : Adalah kegiatan mengarahkan karyawan agar mau

bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu

tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

4. Pengendalian : Adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan,

agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja

sesuaidengan rencana.

5. Pengadaan : Adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,

dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

6. Pengembangan : Adalah proses peningkatan keterampilan teknis,

teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan

pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.

7. Kompensasi : Adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak

lanngsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa

yang diberikan kepada perusahaan.

8. Pengintegrasian : Adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang

serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan : Adalah kegiatan untuk memelihara atau

meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar

(36)

10.Kedisiplinan : Merupakan fungsi MSDM yang terpentig dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud

tujuan yang maksimal.

11.Pemberhentian : Adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari

suatu perusahaan.

2.2.6.3 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan manajemen sumber daya manusia tidak hanya harus

mencerminkan kehendak manajemen senior, namun juga harus

menyeimbangkan tantangan organisasi. Menurut Simamora (2004:37),

ada empat tujuan manajemen sumber daya manusia yaitu:

1. Tujuan sosial

Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar

organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap

kebutuhan dan tantangan masyarakat seraya meminimalkan dampak

negatif tuntutan itu terhadap organisasi.

2. Tujuan organisasional

Adalah sasaran formal organisasi yang dibuat untuk membantu

organisasi mencapai tujuannya.

3. Tujuan fungsional

Merupakan tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen

sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan

(37)

4. Tujuan pribadi

Adalah tujuan pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak

dicapai melalui aktivitasnya didalam organisasi.

2.2.7 Promosi Jabatan

Menurut Thoha (2005:33), promosi merupakan reward yang

diberikan kepada pegawai yang berprestasi untuk memangku tanggung

jawab yang besar, berupa kenaikan pangkat jabatan. Adapun mobilisasi

pegawai merupakan perpindahan atau alih tugas dari tempat lama ke

tempat baru. Promosi berupa kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil

ditetapkan pada tanggal 1 April dan 1 Oktober tiap tahun, kecuali untuk

beberapa jenis kenaikan pangkat yang ditetapkan berlakunya secara

khusus.

Menurut Siagian (2003:169), promosi merupakan perpindahan pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatannya dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan penghasilannya pun lebih besar.

Menurut Saydam (2006:33), promosi merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang karyawan dalam suatu perusahaan. Sehingga dapat dikatakan promosi adalah pemindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi.

(38)

Adapun kriteria promosi menurut Siswanto (2005:260) adalah : a. Senioritas

Tingkat senioritas tenaga kerja seringkali digunakan sebagai salah satu standar untuk kegiatan promosi. Dengan alasan lebih senior, pengalaman yang dimilikipun dianggap lebih banyak dari pada yang junior.

b. Kualifikasi Pendidikan

Saat ini, manajemen perusahaan umumnya mempunyai kriteria minimum, tingkat pendidikan tenaga kerja yang bersangkutan untuk dapat dipromosikan pada jabatan tertentu, Alasan yang melatarbelakanginya adalah dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan tenaga kerja memiliki daya nalar yang tinggi terhadap prospek perkembangan perusahaan di waktu mendatang.

c. Prestasi Kerja

Hampir semua perusahaan menjadikan prestasi kerja yang dicapai

tenaga kerjanya sebagai salah satu kriteria untuk kegiatan promosi.

Prestasi kerja yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memperlancar

kegiatan promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan, demikian pula

kecenderungan sebaliknya.

d. Karsa dan Daya Cipta

Untuk kegiatan promosi, karsa dan daya cipta merupakan salah

satu syarat. Hal ini disebabkan untuk jenis pekerjaan tertentu sangat

(39)

demikian, pelaksanaan promosi bagi tenaga kerja berdampak pada

meningkatnya laba yang tingi daripada waktu sebelumnya.

e. Tingkat Loyalitas

Tingkat loyalitas tenaga kerja terhadap perusahaan seringkali

menjadi salah satu kriteria untuk kegiatan promosi. Loyalitas yang tinggi

akan berdampak pada tanggung jawab yang lebih besar.

f. Kejujuran

Khusus pada jabatan-jabatan yang berhubungan dengan finansial,

produksi, pemasaran, dan sejenisnya, kejujuran dipandang amat penting.

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai kegiatan promosi

malah merugikan perusahaan, karena ketidakjujuran tenaga kerja yang

dipromosikan.

g. Supelitas

Pada jenis pekerjaan/jabatan tertentu barangkali diperlukan

kepandaian bergaul, sehingga kriteria kemampuan bergaul dengan orang

lain perlu dijadikan salah satu standar untuk promosi pada

pekerjan/jabatan tersebut.

Tujuan Promosi menurut Siswanto (2005:262) adalah :

a) Meningkatnya Moral Kerja

Promosi merupakan salah satu faktor dominan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan semangat, kegairahan kerja dan moral

(40)

b) Meningkatnya Disiplin kerja

Disiplin kerja merupakan kondisi ketaatan dann keteraturan

terhadap kebijakan dan pedoman normatif yang telah digariskan

manajemen yang memiliki wewenang. Salah satu kegiatan promosi

diperuntukkan guna menjamin kondisi tersebut. Dengan disiplin yang

tinggi, tenaga kerja mampu memberikan keluaran produktivitas yang

tinggi pula.

c) Terwujudnya Iklim Organisasi yang Menggairahkan

Terciptanya iklim organisasi yang menggairahkan pada diri

tenaga kerja dalam suatu perusahaan, merupakan harapan salah satu

harapan dari setiap individu yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu

promosi merupakan alternatif yang dipilih bagi tenaga kerja yang telah

memenuhi kiteria yang telah ditetapkan, serta pedoman-pedoman yang

berlaku sehingga harmonisasi antar tenaga kerja dapat terwujud.

d) Meningkatnya produktivitas Kerja

Dengan menduduki jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi

daripada jabatan/pekerjaan sebelumnya, diharapkan tenaga kerja

mampu meningkatkan produktivitas kerja mereka. Salah satu cara

untuk menunjang hal tersebut adalah diadakannya promosi bagi tenaga

kerja yang telah memiliki kualifikasi sesuai yang telah ditetapkan.

(41)

1. Ada formasi/lowongan jabatan. Lowongan jabatan dapat terjadi karena

ada pegawai yang mengundurkan diri, pindah pekerjaan,

dipensiun/meninggal dunia.

2. Pegawai yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan dalam analisis jabatan

3. Pegawai yang bersangkutan lulus dari seleksi

2.2.8 Pengertian Mutasi

Menurut Moekijat (1995:75) mutasi merupakan penempatan

seorang individu dalam suatu pekerjaan yang mengan dung tugas-tugas,

tanggung jawab, status dan upah yang hamper sama dengan keadaan

pekerjaan sebelumnya.

Sesuai dengan pendapat Sastrohadiwiryo (2003:246) mutasi adalah

kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan

fungsi, tanggung jawab dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke situasi

tertentu dengan ketentuan supaya tenaga kerja memperoleh kepuasan kerja

dan dapat memberikan prestasi kerja yang maksimal.

Dari pendapat diatas dapat disimpilkan bahwa mutasi adalah suatu

kegiatan yang berhubungan dengan proses pemindahan. Pemindahan disini

mencakup: fungsi, tanggung jawab, status, tugas, upah dari pegawai yang

bersangkutan karena adanya kekosongan atau kebutuhan yang diperlukan

(42)

2.2.9 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 2.2.9.1 Pengertian

Banyak para ahli yang mengemukakan berbagai definisi maupun

batasan tentang pendidikan dan pelatihan, terutama para ahli yang

berkecimpung di dalam ilmu administrasi atau manajemen (administrasi

kepegawaian, manajemen kepegawaian / manajemen personalia, dan

manajemen sumber daya manusia) pada dasarnya memberikan batasan

yang tidak jauh berbeda.

Pendidikan adalah berhubungan dengan penngkatan pengetahuan

umum dan pemahaman atas lingkungan secara keseuruhan sedangkan

pelatihan adalah suatu usaha peningkatan pengetahuan dan kealian

seseorang karyawan untuk mngerjakan suatupeerjaan tertentu ( Flippo,

2001:5 ).

Guna menjamin terciptanya kualitas para pegawai baik dalam hal

pengetahuan, kemampuan, bakat maupun mentalnya, para pegawai perlu

diberikan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan

masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Walaupun dengan demikian

keduanya mempunyai kaitan yang erat dan merupakan suatu kesatuan

pengertian yang sulit untuk dipisahkan.

Secara konseptual pendidikan adalah segala sesuatu untuk

membina keprbadian dan mengembangkan kemampuan manusia,

jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam

(43)

adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untukmeeroleh

dan meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku

dalam waktu yang relative singkat, dan dengan metode yang lebih

mengutamakan praktek daripada teori ( Sastrohadiwiryo, 2003:200 )

Dengan demikian, maka program pendidikan dan pelatihan tersebut

diharapkan mampu :

a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki kinerja.

b. Menyediakan pelatihan yang bersifat teknis professional secara

terus-menerus untuk menghindari keusangan pengetahuan atau keterampilan.

c. Mempersiapkan para pegawai untuk menghadapi pertanggungjawaban

yang kian meningkat dalam pemenuhan permintaan masyarakat yang

semakin berkembang di masa yang akan datang.

d. Mempersiapkan aparatur pemerintah untuk siap dan tanggap dalam

melaksanakan perubahan misi dan inisiatif-inisiatif administrasi sesuai

dengan perbaikan pembangunan.

2.2.9.2 Tujuan dan Manfaat Diklat

Tujuan dari adanya diklat adalah untuk menutup kesenjangan

antara kemampuan pegawai dengan spesifikasi pekerjaan dan juga untuk

merubah perilaku kerja pegawai agar dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan (Handoko,

(44)

Tujuan-tujuan utama dari diklat ( Simamora, 1995 :17 ) dapat

dikelompokkan ke dalam 5 bidang yaitu :

1. Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan perubahan

teknologi.

2. Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi.

3. Membantu memecahkan permasalahan operasional.

4. Mempersiapkan pegawai untuk promosi.

Sedangkan tujuan diklat menurut Undang-Undang No 43 Tahun

1999 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang No 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah:

a. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil pada

Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.

b. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar

memiliki wawasan yang kompherensif untuk melaksanakan tugas

umum pemerintah dalam meksanakan pembangunan.

c. Memantapkan semangat pengabdian dan berorientasi pada pelayanan,

pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat.

d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan pembentukan

sedini mungkin kepribadian Pegawai Negeri Sipil.

Diklat memang sangat mulak untuk dilakukan, kemutlakan itu

tergambar pada berbagai jenis manfaat yang dapat dipetik dari adanya

(45)

yang serasi antara berbagai kelompok kerja dalam suatu organisasi

(Siagian, 1997:17 ) sebagai berikut:

a. Manfaat diklat bagi organisasi

1. Meningkatkan produktivitas kerja organisasi secara keseluruhan.

2. Meningkatkan semangat kerja semua pegawai dalam organisasi. 3. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. 4. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan

tepat.

5. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada akhirnya memperlancar proses perumusan kebijakan organisasi dan operasionalnya.

6. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh kembangnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan dikalangan pegawai.

7. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya

manajerial yang partisipatif.

b. Manfaat diklat bagi pegawai /individu yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan para pegawai untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.

2. Timbulnya dorongan dalam diri pegawai untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya.

(46)

4. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang.

5. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual.

6. Membantu para pegawai untuk membuat keputusan dengan lebih

baik.

7. Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor

motivasional.

8. Meningkatkan kepuasan kerja.

9. Makin besarnya tekad pegawai untuk lebih mandiri.

10.Mengurangi ketakutan dalam menghadapi tugas-tugas baru d masa

depan.

c. Manfaat bagi kelompok kerja

1. Terjadinya proses komunikasi yag efektif.

2. Adanya persepsi yang sama tentang tugas-tugas yang harus

diselesaikan.

3. Ketaatan semua pihak kepada berbagai ketentuan yang bersifat

normative.

4. Terdapat iklim organisasi yang baik bagi pertumbuhan semua

pegawai.

5. Menjadikan organisasi sebagai tempat yang lebih menyenangkan

(47)

2.2.9.3 Jenis dan jenjang diklat

Menurut Keputusan Lembaga Administrasi Negara nomor 193

tahun 2001 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS, jenis

dan jenjang dari diklat adalah sebagai berikut :

1. Diklat Prajabatan, adalah pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan dalam pengangkatan Calon PNS menjadi PNS.

Jenjang diklat prajabatan ini terdiri dari diklat prajabatan Golongan I

sebagai syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi PNS Golongan I,

diklat prajabatan Golongan II sebagai syarat pengangkatan CPNS

untuk menjadi PNS Golongan II, dan diklat Prajabatan Golongan III

sebagai syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi PNS Golongan III.

2. Diklat Kepemimpinan, adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kompetensi PNS yang akan atau telah menduduki

jabatan struktural.

Jenjang diklat kepemiminanini terdiri dari ADUM, ADUMLA,

SPAMA, SPAMEN dan SPATI untuk para pegawai pemerintah

daerah. Pendidikan penjenjangan tersebut sekarang sudah berubah

menjadi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM ) IV

setingkat ADUM, Diklatpim III setingkat SPAMA, Diklatpim II

setingkat SPAMEN, dan Diklatpim I setingkat SPATI.

3. Diklat Fungsional, adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kompetensi PNS yang akan atau telah menduduki

(48)

4. Diklat Teknis, adalah pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi teknis dalam jabatan PNS sesuai bidang

tugasnya.

2.2.9.4 Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 193

Pasal 1 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Diklat Jabatan

Pegawai Negeri Sipil

Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

No. 193 Pasal 1 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Diklat Jabatan

Pegawai Negeri Sipil menerangkan :

1. Pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disebut pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan

belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi PNS.

2. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut CPNS adalah

Warga Negara Indonesia yang melamar, lulus seleksi dan diangkat

untuk mempersiapkan menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian yang telah diubah dengan Undang-Undang No.

43 tahun 1999.

4. Jabatan, adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung

jawab, wewenagg, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

(49)

5. Instansi pengendali pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya

disebut Instansi Pengendali, Instansi Pengendali adalah Badan

Kepegawaian Negara yang secara fungsional bertanggung jawab

atas pengembangan dan pengawasan standar kompetensi jabatan

serta pengendalian pemanfaatan lulusan pendidikan dan pelatihan.

6. Instansi Pembina pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya

disebut Instansi Pembina, Instansi Pembina adalah Lembaga

Administrasi Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas

pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan.

7. Instansi Pembina Jabatan fungsional adalah lembaga pemerintah

yang bertanggung jawab atas pembinaan jabatan fungsional menrut

peraturan perundang-undangan yang belaku.

8. Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai

pejabat pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan

tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan

atau melatih Pegawai Negeri sipil pada lembaga pendidikan dan

pelatihan pemerintah.

9. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah adalah satuan

organisasi pada departemen, lembaga pemerintah non departemen,

kesekretariatan lembaga tertinggi / tinggi Negara, dan perangkat

daerah yang bertugas melakukan pengelolaan pendidikan dan

(50)

Dasar pemikiran kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan yang

ditetapkan dalam peraturan pemerintah tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pendidkan dan pelatihan merupakan bagian integral dari system

pembinaan dan pengembangan Pegawai Negeri sipil.

b) Pendidikan dan pelatihan mempunyai keterkaitan dengan

pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil.

c) Sistem pendidikan dan pelatihan meliputi proses identifkasi

kebutuhan, perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi pendidikan

dan pelatihan.

d) Pendidikan dan pelatihan diarahkan untuk memersiapkan Pegawai

Negeri Sipil agar memenuhi prasyarat jabatan yang ditentukan dan

kebutuhan organisasi, termasuk pengadaan kader pimpinan dan staf.

2.2.9.5 Diklat sebagai instrumen Pengembangan dalam meningkatkan

Kinerja Pegawai

Kiranya tidak dapat disangkal kebenarannya mengenai pandangan

yang mengatakan bahwa setiap orang ingin meraih kemajuan dalm

berkarya. Kemajuan hanya akan dapat diraih apabila yang bersangkutan

mampu menampilkan kinerja yang memuaskan, termasuk kinerja

pegawai yang semakin tinggi.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi suatu instansi

dapat meningkatkan produktvitas kerja pegawai. Tujuan setiap instansi

(51)

memperoleh tingkat pofitabilitas tinggi harus ditunjang dengan beberapa

faktor dalam instansi, salah satu adalah kondisi kerja para pegawai

apabila pegawai tidak memiliki gairah dan semangat bekerja, tentu

produktifitas kerja pegawai akan rendah atau bakan merosot. Sebaliknya

pegawai yang memliki semangat semangat dan gairah kerja tinggi,

keluaran kerjanya ( produktifitas kerjanya ) akan tinggi. Agar

produktifitas pegawai meningkat, salah satu cara yang harus di tempuh

manajemen pegawai adalah penyelenggaraan diklat bagi para pegawai (

Sastrohadiwiryo, 2003:213 ).

Penilaian kinerja pegawai membawa keuntungan bagi pegawai

yang mengikuti diklat ( Anderson, 2001:12 ) antara lain :

1. Standar / hasil yang diharapkan menjadi jelas.

2. Mengetahui lebih baik kelemahan dan kelebihannya.

3. Meningktkan kinerja dengan membangun kekuatan dan

meminimalkan kelemahan.

4. Umpan balik yang akurat dan konstruktif terhadap kinerja yang lalu.

5. Kesempatan untuk berkomunikasi tentang pekejaan dan

memanfaatkan skill pegawai dalam kinerja.

6. Pandangan yang lebih jelas terhadap pekerjaan yang menjadi tujuan

dan prioritasnya.

(52)

2.2.10 Kerangka Berfikir

Gambar 2.2:

Sumber : Berdasarkan Undang-Undang RI No 43 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah RI No 100 Tahun 2000

Pengembangan Karir Pegawai Negeri Dalam Jabatan Struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

Persyaratan Pengembangan Karir Dalam Jabatan Struktural Eselon IV Yang

Harus Dipenuhi Pegawai Negeri Sipil

Pelaksanaan pengembangan karir Dalam Jabatan

Struktural Eselon IV

Meningkatnya Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Sosial

Provnsi Jawa Timur

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam

jabatan struktural

(53)

Pengembangan karir organisasi didefinisikan sebagai kesempatan yang

diberikan oleh organisasi untuk memajukan kemungkinan karir seorang individu,

seperti tugas yang menantang, konseling karir dan tetap mendapatkan informasi.

Membantu para individu dalam pengembangan karir mereka adalah berharga

karena medorong staf yang memiliki potensi tinggi untuk tetap tinggal. Usaha

pengembangan karir pada karyawan sangat perlu dikembangkan oleh instansi.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Pengembangan Karir

Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur. Adapun aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini : Persyaratan

pengembangan karir dalam jabatan struktural Eselon IV yang harus dipenuhi

pegawai negeri sipil, Pelaksanaan pengembangan karir dalam jabatan struktural

eselon IV, Kendala-kendala yang dihadapi pengembangan karir dalam jabatan

(54)

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan maksud ingin

memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang Pengembangan

Karier Pegawai Negeri sipil Dalam Jabatan Struktural di Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong,

2004:4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh

sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa

pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan invidu tersebut secara holistic

(utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke

dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai suatu keutuhan.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mengungkapkan, bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

(55)

Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3.2Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan

suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada

dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau

melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun

kepustakaan lainnya.

Fokus dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah

dimana masalah penelitian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan fokus

penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian bisa berkembang atau berubah sesuai

dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini

yang menjadi fokus penelitian adalah Pengembangan Karir Pegawai negeri sipil

Dalam Jabatan Struktural di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Adapun aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini :

1) Persyaratan Pengembangan Karir dalam jabatan struktural eselon IV Yang

Harus Dipenuhi Pegawai Negeri Sipil.

Dalam hal ini, persyaratan pengembangan karir yang harus dipenuhi Pegawai

(56)

2) Pelaksanaan pengembangan karir dalam jabatan struktural eselon IV.

Setelah semua persyaratan telah terpenuhi, maka dilakukan pelaksanaan

pengembangan karir bagi para Pegawai Negeri Sipil yang akan menduduki

jabatan struktural eselon IV.

3) Kendala-kendala yang dihadapi pengembangan karir dalam jabatan struktural

eselon IV baik dilihat dari segi pegawai maupun organisasi.

Di dalam pelaksanaan pengembangan karir dalam jabatan struktural eselon IV

tersebut, tidak menutup kemungkinan terdapat adanya kendala-kendala baik

dilihat dari segi pegawai maupun organisasi.

3.3Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data

yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran sesuai

dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan menetapkan lokasi penelitian

ini di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara “purposive”, yaitu

didasarkan pada pertimbangan bahwa kantor di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

merupakan salah satu bentuk instansi pemerintahan sebagai public service yang

memberikan pelayanan di bidang masalah social.

3.4Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam

Gambar

Tabel 1.1 Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan Formal Pada Bulan
Gambar 2.1 Model Pengembangan Karir Organisasional…………………….21
Tabel 1.1:        KOMPOSISI PEGAWAI MENURUT PENDIDIKAN FORMAL
Tabel 1.2:          KOMPOSISI PEGAWAI MENURUT PANGKAT/ GOLONGAN
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka penyelesaian konflik rekognisi hak masyarakat adat maka pemeritah Daerah perlu melakukan verifikasi keberdaan masyarakat adat di kabupaten Sumbawa

Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Yosmarniati (2012:66) bahwa salah satu indikator kemampuan komunikasi matematis siswa yang harus dipenuhi yaitu

Korelasi Kebugaran Jasmani dengan Performa Wasit Bola Basket.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Nilai R ² yang didapatkan pada masing-masing konsentrasi (Gambar 2) yaitu pada kon- sentrasi 0,063 ml/L = 92,3%; konsentra- si 0,158 ml/L = 86,2%; konsentrasi 0,396 ml/L = 95,2%;

Nilai indeks tarik yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah dikategorikan maksimal karena pada SNI 8484 : 2015 dinyatakan bahwa indeks tarik untuk kertas dan

Diagram ini dibuat untuk rancangan atau desain sistem pengendalian pada PLC yang kemudian diagram Ladder ini dibuat dalam data mnemonic untuk ditransfer ke CPU PLC melalui

Variabel pemeriksaan pajak diukur dengan menggunakan instrumen yang didapat dari Ihsan (2013), yaitu, objektivitas pemeriksaan, edukasi dalam pemeriksaan, dan tindak

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini kebijakan deviden, ukuran perusahaan,