• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA ) Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC ) Menggunakan Metode Centrifugal Casting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA ) Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC ) Menggunakan Metode Centrifugal Casting"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI

EKSPERIMENTAL PENGARTIH PERSENTASE

PALM

OIL FLY ASTI

(

POTA

) TERIIADAP KEKERASAN DAN

MIKROSTRTIKTUR METAL MATRIX

COMPOSITE (

MMC

)

MENGGTINAKAN

METODE,

CEN TRI

FUGAL

CAS

TING

SKRIPSI

Skripsi Yang Diujukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

NURSUCI ADEK

( 1004010e1 )

DEPAR

TEMEN TEKIYIK MESIN

(2)

STIIDI EKSPERIMENTAL PENGARUII

PERSEI\TASE

PALM

OIL TLYASH

(

POFA )

TERIIADAP KEKERASAN DAN

MIKROSTRTIKTTIR METAL MATRIX

COMPOSITE (

MMC

)

ME1YGGTINAKAN

METOD

g, C

EN TRI

F{/

GAL

CAS

TING

NURSUCI ADEK 100401091

Telah Diperbaiki/Diperiksa dari Hasil Seminar Skripsi

Periode l(le824, Pada Tanggal30 September 2015

Telah disetujui oleh

Peliinbins

(3)

STUDI

EKSPERIMENTAL PENGARUI{

PERSENTASE,

PALM

OIL FLYASH

(

POTA

)

TERIIADAP KEKERASAN DAN

MIKROSTRUKTT'R METAL MATRIX

COMPOSITE (

MMC

)

MENGGUNAKAN METODE.

CEN TRI

ruI

GAI

CAS

TING

Nursuci Adek 100401091

Telah Iliperbaikillliperiksa dari llasil Seminar Skripsi

Periode Ke 824, Pada Tanggal30 September 2015

(4)

STT]DI

EKSPERIMENTAL PENGARUH PERSENTASE

PALM

OIL FLY ASH

EOTA)

TERIIADAP KEKERASAI\

DAI\

MIKROSTRTIKTUR METAL MATRIX COMPOSITE

(

MMC

)

MENGGUNAKAN METODE

CENTRI

FUGAL CASTING

NURSUCI ADEK

NrM. 100401091

Diketahui / Disahkan :

Departemen Teknik Mesin

Fakultas teknikUSU

Ketua,

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

(5)

DEPARTEMEN TEKMK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU

MEDAN

NAMA

NIM

MATA PELAJARAN

SPESIFIKASI

DIBERIKAN TANGGAL

SELESAI TANGGAL

KETUA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN,

AGENDA

DITERIMA TGL PARAF

:2260/TS/2015

:14

107 12015

TUGAS SARJANA

NT]RSUCI ADEK 100401091

PENGECORAN LOGAM

Lakukan studi eksperimental pengaruh persentase POFA terhadap kekerasan dan mikrostruktur metal matrix composite

(

MMC

)

menggunakan metode centrifugal casting. Untuk itu :

l.

Lakukan

uji

komposisi terhadapa aluminium

A356 dan POFA yang dipergunakan sebagai

Metal Matrix Composite.

2.

Lakukan pengecorana sesuai persentase variasi

POFA secara bertahap.

3.

Lalcukan pengujian mikrostnrktur, kekerasan, ketangguhan, uji tarik, SEM dan EDS

15 Juli 2015

18 September 2015

MEDAN, 15 Juli 2015.

DOSry(r PEMBIMBING,

(6)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN

KARTU BIMBINGAN

TUCAS SARJANA

MAHASISWA

No

: 2260 ITS

I

2015

Sub. Prograrn Studi Bidang Tugas Judul Tugas

Diberikan tanggal Dosen Pembimbing

: 15 Juli 2015 :Ir.Tugimman,MT

Selesai

Tgl

: 18 Sept 2015 Nama

Mhs

:Nursuci Adek

NIM

: 100401091 Proses Produksi

Pengecoran Logam

Studi eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil

Fly

Ash

(

POFA

)

Terhadap

Kekerasan

Dan

Mikrostruktur Metal

Matrix

Composite

(

MMC

) Menggunakan lVletod e Centrifugal Casting.

f*Io Tanggal Kegiatan Asistensi Bimbingan Tanda Tangan Doserrftmbimbine

1 ts-07-2415 Menerima Spesifikasi Tusas

lt/

)- 17-07-2A15 Studi Literatur dan Pencarian Referensi a

) 2r-07-20ts Asistensi Bab I dan Bab II

27-07201s Asistensi Perbaikan Bab I dan Bab 1I

il

) 03-08-2015 Asistensi Bab

III

) 14-08-2015 Asistensi Perbaikan Bab

III

{l

7 19-08-2015 Hasil Pengujian Impact, Tensile, kekerasan dan

mikrostruktur

I

8 24-08-2015 Asistensi Bab IV

l

31-08-2015 Asstensi Perbaikan Bab IV

10 a7-09-2A15 As stensi Bab Y danDaftar Pustaka

l^r

11 t0-09-201s Asistensi perbaikan Bab V dan Daftar Pustaka

I [?

t2 u-ag-2ats Asistensi keseluruhan

7U

l3 18-09-2015 ACC Seminar

,

CATATAN:

1. Karfu ini harus diperlihatkan kepada

Diketahui,

MEN TEKNIK MESIN

,'#*'\ti

(7)

E\/ALUASI

SEMINAR SKRIPSI

DEPA]RTEUEN.

TEKNIK

MESIN .FAKULTAS

TEKMK

USU

PERToD

E

Kn-

LA..

I{ARvrA}[cGAL,

te@.

eV. t

{..

KANDIDAT I

NamaNIM

Tugas Sarjana

Judul Tugas Sarjaua

Dosen Peiribimbirlg Dosen Pembandirrg

Penilaian Terhadap Seminar Skripsi.Mahasiswa tersebut adalah :

I,CATATAN HAISIL SEMINAR. 1. Judul

2. Sistematika 3. Bahasai'Iulisan 4. Materi yang dikoreksi

lvtemenuhi /

Per**aikan

*) Vlemenuhi / Perh*Pedaikan *) Momernuhi /

Perl#kan

*)

-

h*taL

d^tvA^P,

.,..1.,.

-

llcLcil

hA a,alirr

,'ir,b6iilLh,.

frx:?

M

y1pilryglr

":

5,Gambar

II. SETELAH SE}V[ IN^q.R DIDIS KUSIKAN DAN EVALUASI ANTARA DO SE\t PEMBANDING

DAN DOSEN IPEMBIMBINC}, MAKA }IASILSE,MINAR ADALA}I :

1. Dapat

langsrung mengikuti Sidang Skripsi.

@

furtu perba:ikan sebagian catetan seminar dan akan dibimbing oleh Dosen Pembanding sebelum Sidang Skripsi.

3. Perlu perbajikan yang

menrJasar dan akan dibimbing oleh Dosen Pemban{in1g setelah terlebih dahulu melolui bimbingan ulang dari Dosen Pernbimbing.

Medan,

9VZlt{

(8)

E\/ALUASI

SEMINAR SKRIPSI

DEPATTTEMEI\.TEKMK MESIN

FAKULTAS

TEKNIK

USU

pERroD

n xn-.Y/..

HARr/TAIrccA n

:

3?..W #K.

KANDIDAT:

NamaNIM

:

Tugas

Sarjana

:

Judul Tugas Sarjan* :

l..Iudul

2. Sistematika 3. Bahasa/Tulisan 4. Materi yang dikoreksi

/tooyo/o(t

Dosen Petribimbirrg

Dosen Pernbanding

Penilaian Terhadap Seminar Slaipsi.Mahasiswa tersebut adalah :

I,CATATAN HASIL SEMINAR.

IvIenienuhi

Ivfemenuhi / Perlu Perbaikan *) N{emenuhi / Perlu Perbaikan +) Perbaikan r)

5.Gambar

II.SETELAH SEI.{INAR DIDISKUSIKAN DAN EVALUASI ANTARA DOSEN PEMBA}{DING

DAN DOSEN IPEMBIMBINC}, MAKA HASILSEMINAR ADALA}I :

1. Dapat langsung

mengikuti Sidang Skripsi.

u@

J.

Perlu perba:lkau sebagian catatan seminar dan rrkan dibimbhg oleh Dosen Pembanding sebelum Sidang Skripsi.

(9)

ABSENSI PEMBANDING BEBAS

MAHASISWA

PADA SEMINAR SKRIPSI MAHASISWA

DEPARTEMEN TEKNIIK MESTN

FT USU

PERIODE

HARYTANGGAL

NAMA NIM

| 824

: Rabu / 30 September 2015

i r:'

: Nursuci Adek : 100401091

NO NA]W{ MATIASISWA / NIM TANDA TANGAN

l.u

ftlukn*

r^^,1

lLhr,,,-

lv

2,r /fr/yhe,1,r^tryr"J

q"kr-n

WA<tw*y-. ed"

9r

,fr,nturuL

Hlwn'

rd^

{,

'Ltrwrl

Etwanrlz

+-l^l

(t

'W

V/"^^y

hhdt^r

6r,1

&o

W,rf

(10)

ABSTRAK

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang masyarakat dituntut untuk meminimalkan penggunaan kekayaan alam. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian mengenaimaterial komposit yang merupakan jenis material yang banyak dikembangkan saat ini. Jenis komposit yang banyak diteliti adalah komposit jenis MMC (Metal Matrix Composite). MMC adalah material teknik yang dibentukmenggunakandua material ataulebihuntukmemperoleh material baru yang mempunyaisifatfisisdanmekanis yang lebihbaikdibanding material pembentuknya. Aplikasi MMC yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Aluminium-Palm Oil Fly Ash (POFA) dimana aluminium sebagai matriks

penyusun utama dan fly ash sebagai penguatnya, dengan variasi persentase

Aluminium-Palm Oil Fly Ash 2,5%, 5%, 7,5%, 10% & 12,5% dengan

penambahan magnesium (Mg) 5% sebagai peningkat wetability, yang selanjutnya akan dilakukan peleburan aluminium A356 pada furnace hingga mencapai titik lebur yang diinginkan ±735oC dan dilakukan pemanasan pada centrifugal casting ±500oCserta akan dilakukan putaran centrifugal ± 381Rpm pada saat aluminium ditungkan pada centrifugal casting. Setalah terbentuk benda coran, kemudian benda cor dibuat menjadi masing- masing bagian spesimen pengujian yang meliputi uji kekerasan,uji ketangguhan, uji kekuatan tarik, uji mikrostruktur, uji SEM dan EDS. Maka dari masing- masing pengujian didapat hasil uji kekerasan maksimum dicapai pada komposisi 7,5% Aluminium-Palm Oil Fly Ash sebesar 58,434 BHN, bila dibandingkan kekerasannya pada 0% Aluminium-Palm Oil Fly

Ash dengan nilai 43,085 BHN maka peningkatan kekerasan yang didapat sebesar

15%.Kemudian penulias melakukan uji ketangguhan pada spesimen dengan hasil energi impak yang diperoleh pada 0% Aluminium-Palm Oil Fly Ash sebesar 23,486joule dan mengalami penerunan disetiap persentase Aluminium-Palm Oil

Fly Ash sampai dititik terendahnya di variasi POFA 12,5% Aluminium-Palm Oil Fly Ash yaitu 23,150 joule. Berikutnya dilakukan uji kekuatan tarik pada variasi fly ash 2,5% dan Al 94,5% serta penambahan Mg 5% didapat u=177,7 Mpadan f

=177,7 Mpa lebihtinggi nilai yang di dapat dibandingkan dengan nilai Raw material u =153,6 Mpa dan f =153,6 Mpa.Setelah pengujian sifat mekanis

penulis melakukan pengujian sifat fisis pada spesimen yang meliputi pengujian mikrostruktur yang mana pada pengujian mikro ini didapat foto mikro dengan distribusi Aluminium-Palm Oil Fly Ash kurang homogen (menggumpal) hal ini yang dapat menyebabkan sumber terjadinya crack pada spesimen uji. Untuk menyempurnakan hasil dari penelitian ini dilakukan pengujian SEM dan EDS pembesaran 500 kali serta penembakan elektron sebanyak 2 kali, dengan tujuan agar terlihat kandungan unsur MMC antara Aluminium-Aluminium-Palm Oil Fly

Ash didalamnya.

(11)

ABSTRACT

Along with the growing technological advances people are required to minimize the use of natural resources. Therefore, the authors conducted research mengenaimaterial composite which is a type of material that has been developed at this time. Composites are widely studied is a composite type of MMC (Metal Matrix Composite). MMC is a technique that dibentukmenggunakandua material ataulebihuntukmemperoleh material new material that lebihbaikdibanding mempunyaisifatfisisdanmekanis constituent material. MMC application used in this study is Aluminium-Palm Oil Fly Ash (Pofa) where aluminum as the main constituent matrix and fly ash as an amplifier, with a percentage variation Aluminium-Palm Oil Fly Ash 2.5%, 5%, 7.5% , 10% and 12.5% with the addition of magnesium (Mg) 5% as wetability enhancer, which would then be carried out on the A356 aluminum melting furnace until it reaches the desired melting point ± 735oC and heating performed in centrifugal casting will be done round ± 500oCserta centrifugal ± 381Rpm when aluminum ditungkan on centrifugal casting. After the casting is formed, then the casting is made into each part of the test specimen which include hardness, toughness test, tensile strength test, microstructure test, test SEM and EDS. Thus each test hardness test results obtained maximum of 7.5% achieved in the composition of Aluminium-Palm Oil Fly Ash amounted to 58.434 BHN, compared hardness at 0% Aluminum-Palm Oil Fly Ash with a value of 43.085 BHN then increased hardness obtained for 15% .Then Authors toughness test on the specimen with the results of the impact energy obtained at 0% Aluminum-Palm Oil Fly Ash for 23,486joule and experience penerunan every percentage Aluminium-Palm Oil Fly Ash to dititik Pofa variation low of 12.5% Aluminium -Palm Oil Fly Ash is 23.150 joules. Next test the tensile strength of the fly ash variation of 2.5% and 94.5% Al and Mg

addition of 5% didapatτ u = 177.7 Mpadan τ f = 177.7 MPa lebihtinggi in value can be compared with the value Raw material τ u = 153, 6 MPa and τ f = 153.6

Mpa.Setelah testing the mechanical properties of the authors to test the physical properties of the specimen which includes testing of microstructure which in this micro test obtained with the distribution Aluminium micro photo-Palm Oil Fly Ash less homogeneous (clot) it is the can cause a crack on the source of the test specimen. To refine the results of this study testing magnification SEM and EDS as well as shooting electrons 500 times as much as 2 times, with the aim to make it look MMC element content between Aluminium-Aluminium-Palm Oil Fly Ash therein.

Keywords : Aluminium, Palm Oil Fly Ash, Centrifugal Casting, Metal Matrix

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tiada daya dan

kekuatan selain dari-Nya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad

SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik di

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun

judul skripsi yang dipilih diambil dari mata kuliah Pengecoran Logam, yaitu

Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA )

Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC )

Menggunakan Metode Centrifugal Casting”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

motivasi, pengetahuan, dan lain-lain dalam penyelesaian skripsi ini.Penulis telah

berupaya dengan segala kemampuan pembahasan dan penyajian, baik dengan

disiplin ilmu yang diperoleh dari perkuliahan, menggunakan literatur, serta

bimbingan dan arahan dari Bapak Ir. Tugiman, MT sebagai Dosen Pembimbing.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda( Sudarto ), dan Ibunda Misriani,

abang-abang tersayang (Muedy Adi Syahputra dan Iswanto Mawardi ) atas doa,

kasih sayang, pengorbanan, tanggung jawab yang selalu menyertai penulis,

dan memberikan penulis semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Tugiman, MT sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang banyak

memberi arahan, bimbingan, motivasi, nasehat, dan pelajaran yang sangat

berharga selama proses penyelesaian Skripsi ini.

3. Bapak Suprianto, ST. MT yang banyak memberi arahan, bimbingan,

motivasi, nasehat, dan pelajaran yang sangat berharga selama proses

penyelesaian Skripsi ini.

(13)

5. Seluruh Staf Pengajar DTM FT USU yang telah memberikan bekal

pengetahuan kepada penulis hingga akhir studi selesai, dan seluruh pegawai

administrasi DTM FT USU, juga kepada staf Fakultas Teknik.

6. Teman satu tim ( Chandra Andrika ) yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk bergabung dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

7. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin stambuk 2010, khususnya

(Septyan Aru Nugraha, Rama Sanjaya, Muhammad zaky, Abdul Rahman, Aji

Pajar dan Hutomo Wicaksono ) yang banyak memberi motivasi kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan sebagai

pengembangan ilmu yang didapat selama dibangku kuliah. Apabila terdapat

kesalahan dalam penyusunan serta bahasa yang tidak tepat dalam skripsi ini

sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan penulis mengharapkan masukan

dan kritikan yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

seluruh kalangan yang membacanya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juni 2015

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR NOTASI...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah...3

1.3.1 Secara Umum ...3

1.3.2 Tujuan Khusus ...3

1.4 Batasan Masalah...6

1.5 Manfaat Penelitian ...4

1.6 Sistematika Penulisan ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alumunium ...6

2.2 Magnesium ( Mg ) ...9

2.2.1 Sifat-Sifat Magnesium ...10

2.3 Aluminium Paduan ...11

2.4 Fly Ash ...13

2.4.1 Fly Ash Batubara ...13

2.4.2 Palm Oil Fly Ash (POFA) ...15

2.5 Pengecoran Centrifugal Casting ...18

2.5.1 Jenis-jenis Pengecoran Centrifugal Cesting ...19

2.6 Proses Pengecoran Logam ...21

2.7 Pembuatan Coran ...24

2.8 Matriks ...24

(15)

2.4.3 Pengecoran Metal Matrix Composite ( MMC )

Dengan Metode Centrifugal Cesting. ...26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ...27

3.2. nya dapat menghasilkan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.k mesinBahan, Alat dan Prosedur Penelitian. ...28

3.2.1. Bahan penelitian. ...28

3.2.2 Alat Penelitian ...30

3.3 Prosedur Penelitian ...37

3.3.1 Pengujian Komposisi ...37

3.3.2 Proses Pengecoran Logam ...37

3.3.3 Pengujian Kekerasan (Hardness Test) ...39

3.3.5 Pengujian ketangguhan (Impact test ) ...39

3.3.6 Pengujian Metalografi (Metallography Test) ...40

3.3.7 Pengujian Kekuatan Tarik (Tensile Test) ...41

3.3.8 Pengujian SEM (Structural Equation Modeling) dan EDS (Electron Dispersive Spectroscopy) ...41

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengecoran MMC ( Metal Matrix Composite ) ...44

4.2 Hasil Pengujian ...44

4.2.1 Hasil Pengujian Kekerasan ( Hardness Test ) ...44

4.2.2 Hasil Uji Ketangguhan (Impact) ...47

4.2.3 Hasil Pengujian Tarik (Tensile Test) ...55

4.2.4 Hasil Pengujian Photo Mikro ...65

4.2.5 Hasil Pengujian SEM dan EDS ...68

4.2.5.1 Pengujian SEM dan EDS ...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...74

5.2 Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...75

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat-sifat Fisik Aluminium ...1

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Salah Satu Jenis Fly Ash Batubara ...2

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Dari OPC dan Palm Oil Fly Ash ...3

Tabel 2.4 Perbedaan Antara Sentrifugal Sejati, Semi Sentrifugal, dan Sentrifuge ...4

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...5

Tabel 3.2 Komposisi Aluminium A356 ...6

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Komposisi POFA...4

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Kekerasan (Hardness Test) ...5

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Ketangguhan (Impact)...6

Tabel 4.3 Data Modulus Elastisitas...6

Tabel 4.4 Kandungan Unsur MMC Al- POFA Pada Pembesaran 500 Kali Titik Pertama ...5

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash (POFA) ...16

Gambar 2.2 Abu Terbang (Palm Oil Fly Ash) ...17

Gambar 2.3(a) Bottom ash sesudah di grinding (b) Bottom ash sebelum di grinding. ...17

Gambar 2.4 Pengecoran Sentrifugal Sejati ...19

Gambar 2.5 Proses Pengecoran Semi Sentrifugal ...20

Gambar 2.6 Proses Pengecoran Sentrifuge. ...21

Gambar 2.7 Ilustrasi Matriks Pada Komposit ...25

Gambar 3.1 Aluminium Ingot Type A356 (a) sebelum di potong (b) sesudah di potong...28

Gambar 3.2 Palm oil fly ash...29

Gambar 3.3 Cover Fluks ...29

Gambar 3.4 Magnesium ...30

Gambar 3.5 Dapur Peleburan...31

Gambar 3.6 Mesin Centrifugal Casting ...31

Gambar 3.7 Krusibel ...32

Gambar 3.8 Termokopel Type-K...32

Gambar 3.9 Timbangan Digital ...33

(18)

Gambar 3.11 Mikroskop Optic. ...34

Gambar 3.12 Blower ...34

Gambar 3.13 Tensile test...35

Gambar 3.14 Hardness Test...35

Gambar 3.15 Alat Uji Impak...36

Gambar 3.16 Mesin Pemotong...36

Gambar 3.17 Mesin Bubut ...37

Gambar 3.18 Diagram Alir Penelitian ...43

Gambar 4.1 Benda Hasil Pengecoran MMC ...44

Gambar 4.2 Variasi % POFA Vs BHN ...46

Gambar 4.3 (A) sebelum di impact, (B) sesudah di impact ...47

Gambar 4.4 Sampel penampang patahan impact ...47

Gambar 4.5 Sampel penampang patahan impact ...49

Gambar 4.6 Sampel Penampang patahan impact ...49

Gambar 4.7 Sampel penampang patahan impact ...50

Gambar 4.8 Sampel penampang patahan impact ...51

Gambar 4.9 Sampel penampang patahan impact ...51

Gambar 4.10 Grafik Persentase POFA Vs Energi yang Diserap ...54

Gambar 4.11 Grafik Persentase % POFA Vs Nilai Impact ...55

Gambar 4.12 (A) Sampel uji tarik sebelum ditarik, (B) Sampel

(19)

Gambar 4.13 Kurva hasil uji tarik 0% POFA ...57

Gambar 4.14 Kurva hasil uji tarik 94,5% Al, 2,5% POFA, Mg 5% ...57

Gambar 4.15 Kurva hasil uji tarik 92% Al, 5% POFA, Mg 5% ...58

Gambar 4.16 Kurva hasil uji tarik 89,5% Al, 7,5% POFA, Mg 5% ...58

Gambar 4.17 Kurva hasil uji tarik 87% Al, 10% POFA, Mg 5% ...59

Gambar 4.18 Kurva hasil uji tarik 84% Al, 12,5% POFA, Mg 5%. ...59

Gambar 4.19 Grafik % POFA Vs Tensile Strenght ...60

Gambar 4.20 Grafik Rata–Rata % POFA Vs Tensile Strenght ...60

Gambar 4.21 Grafik % POFA vs % Elongation Strain ...62

Gambar 4.22 Grafik %POFA Vs Modulus Elastisitas ...64

Gambar 4.23 Mikrostruktur 2,5% POFA pembesaran 100x...65

Gambar 4.24 Mikrostruktur 92% POFA pembesaran 100x...66

Gambar 4.25 Mikrostruktur 7,5% POFA pembesaran 100x...66

Gambar 4.26 Mirostruktur dengan 10% POFA pembesaran 100x ...67

Gambar 4.27Mikrostruktur dengan POFA 12,5% pembesaran 100x ...68

Gambar 4.28 Hasil pengujian SEM pembesaran 500 kali dan (B) pembesaran 1000 kali...69

Gambar 4.29 a)Pengujian SEM pada pembesaran 500 kali. b) Hasil pengamatan SEM pada MMC Al-Pofa pembesaran 500 kali dengan penembakan pada 2 titik. ...70

Gambar 4.30 Grafik Hasil uji eds pembesaran 500 kali pada titik 1 ...71

(20)

DAFTAR NOTASI

Simbol Arti Satuan

P Beban kgf

D Diameter cm

σ Tegangan MPa

ε Regangan %

E Modulus Elastisitas MPa

Lf Panjang Akhir cm

Lo Panjang Awal cm

∆L Pertambahan Panjang cm

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tarik ( Tensile Test )

(22)

ABSTRAK

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang masyarakat dituntut untuk meminimalkan penggunaan kekayaan alam. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian mengenaimaterial komposit yang merupakan jenis material yang banyak dikembangkan saat ini. Jenis komposit yang banyak diteliti adalah komposit jenis MMC (Metal Matrix Composite). MMC adalah material teknik yang dibentukmenggunakandua material ataulebihuntukmemperoleh material baru yang mempunyaisifatfisisdanmekanis yang lebihbaikdibanding material pembentuknya. Aplikasi MMC yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Aluminium-Palm Oil Fly Ash (POFA) dimana aluminium sebagai matriks

penyusun utama dan fly ash sebagai penguatnya, dengan variasi persentase

Aluminium-Palm Oil Fly Ash 2,5%, 5%, 7,5%, 10% & 12,5% dengan

penambahan magnesium (Mg) 5% sebagai peningkat wetability, yang selanjutnya akan dilakukan peleburan aluminium A356 pada furnace hingga mencapai titik lebur yang diinginkan ±735oC dan dilakukan pemanasan pada centrifugal casting ±500oCserta akan dilakukan putaran centrifugal ± 381Rpm pada saat aluminium ditungkan pada centrifugal casting. Setalah terbentuk benda coran, kemudian benda cor dibuat menjadi masing- masing bagian spesimen pengujian yang meliputi uji kekerasan,uji ketangguhan, uji kekuatan tarik, uji mikrostruktur, uji SEM dan EDS. Maka dari masing- masing pengujian didapat hasil uji kekerasan maksimum dicapai pada komposisi 7,5% Aluminium-Palm Oil Fly Ash sebesar 58,434 BHN, bila dibandingkan kekerasannya pada 0% Aluminium-Palm Oil Fly

Ash dengan nilai 43,085 BHN maka peningkatan kekerasan yang didapat sebesar

15%.Kemudian penulias melakukan uji ketangguhan pada spesimen dengan hasil energi impak yang diperoleh pada 0% Aluminium-Palm Oil Fly Ash sebesar 23,486joule dan mengalami penerunan disetiap persentase Aluminium-Palm Oil

Fly Ash sampai dititik terendahnya di variasi POFA 12,5% Aluminium-Palm Oil Fly Ash yaitu 23,150 joule. Berikutnya dilakukan uji kekuatan tarik pada variasi fly ash 2,5% dan Al 94,5% serta penambahan Mg 5% didapat u=177,7 Mpadan f

=177,7 Mpa lebihtinggi nilai yang di dapat dibandingkan dengan nilai Raw material u =153,6 Mpa dan f =153,6 Mpa.Setelah pengujian sifat mekanis

penulis melakukan pengujian sifat fisis pada spesimen yang meliputi pengujian mikrostruktur yang mana pada pengujian mikro ini didapat foto mikro dengan distribusi Aluminium-Palm Oil Fly Ash kurang homogen (menggumpal) hal ini yang dapat menyebabkan sumber terjadinya crack pada spesimen uji. Untuk menyempurnakan hasil dari penelitian ini dilakukan pengujian SEM dan EDS pembesaran 500 kali serta penembakan elektron sebanyak 2 kali, dengan tujuan agar terlihat kandungan unsur MMC antara Aluminium-Aluminium-Palm Oil Fly

Ash didalamnya.

(23)

ABSTRACT

Along with the growing technological advances people are required to minimize the use of natural resources. Therefore, the authors conducted research mengenaimaterial composite which is a type of material that has been developed at this time. Composites are widely studied is a composite type of MMC (Metal Matrix Composite). MMC is a technique that dibentukmenggunakandua material ataulebihuntukmemperoleh material new material that lebihbaikdibanding mempunyaisifatfisisdanmekanis constituent material. MMC application used in this study is Aluminium-Palm Oil Fly Ash (Pofa) where aluminum as the main constituent matrix and fly ash as an amplifier, with a percentage variation Aluminium-Palm Oil Fly Ash 2.5%, 5%, 7.5% , 10% and 12.5% with the addition of magnesium (Mg) 5% as wetability enhancer, which would then be carried out on the A356 aluminum melting furnace until it reaches the desired melting point ± 735oC and heating performed in centrifugal casting will be done round ± 500oCserta centrifugal ± 381Rpm when aluminum ditungkan on centrifugal casting. After the casting is formed, then the casting is made into each part of the test specimen which include hardness, toughness test, tensile strength test, microstructure test, test SEM and EDS. Thus each test hardness test results obtained maximum of 7.5% achieved in the composition of Aluminium-Palm Oil Fly Ash amounted to 58.434 BHN, compared hardness at 0% Aluminum-Palm Oil Fly Ash with a value of 43.085 BHN then increased hardness obtained for 15% .Then Authors toughness test on the specimen with the results of the impact energy obtained at 0% Aluminum-Palm Oil Fly Ash for 23,486joule and experience penerunan every percentage Aluminium-Palm Oil Fly Ash to dititik Pofa variation low of 12.5% Aluminium -Palm Oil Fly Ash is 23.150 joules. Next test the tensile strength of the fly ash variation of 2.5% and 94.5% Al and Mg addition of 5% didapatτ u = 177.7 Mpadan τ f = 177.7 MPa lebihtinggi in value can be compared with the value Raw material τ u = 153, 6 MPa and τ f = 153.6

Mpa.Setelah testing the mechanical properties of the authors to test the physical properties of the specimen which includes testing of microstructure which in this micro test obtained with the distribution Aluminium micro photo-Palm Oil Fly Ash less homogeneous (clot) it is the can cause a crack on the source of the test specimen. To refine the results of this study testing magnification SEM and EDS as well as shooting electrons 500 times as much as 2 times, with the aim to make it look MMC element content between Aluminium-Aluminium-Palm Oil Fly Ash therein.

Keywords : Aluminium, Palm Oil Fly Ash, Centrifugal Casting, Metal Matrix

(24)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang masyarakat

dituntut untuk meminimalkan penggunaan kekayaan alam yang ada saat ini tanpa

harus mengurangi kualitas produk yang baik. Metal matrix composites ( MMC )

adalah material teknik yang dibentuk menggunakan dua material atau lebih untuk

memperoleh material baru yang mempunyai sifat fisis dan mekanis yang lebih

baik dibanding material pembentuknya. Di bidang material banyak dilakukan

pengembangan-pengembangan untuk mendapatkan material dengan sifat yang

diinginkan. Metal Matrix Composite ( MMC ) atau komposit matriks logam

adalah salah satu cara untuk mendapatkan material dengan sifat-sifat yang

diinginkan. Komposit matriks logam ini merupakan kombinasi antara logam

sebagai penyusun utama ( matrix ) dengan material lainnya sebagai penguat. Salah

satu material yang banyak dikembangkan adalah Aluminium karena Aluminium

merupakan salah satu bahan yang sangat banyak dipergunakan dalam bidang

teknik dikarenakan memiliki sifat yang tahan korosi dan ringan, tetapi Aluminium

juga memiliki kelemahan yakni kekerasan yang rendah sehingga tidak tahan

terhadap gesekan ( friction ). Proses melebur aluminium saat ini banyak dilakukan

secara konvensional sehingga kualitas hasil coran masih jauh dari yang

diharapkan. Hal ini terjadi disebabkan metode pengecoran yang digunakan tidak

dapat mengontrol variable-variabel yang dapat mengakibatkan penurunan

kualitas dari hasil coran, beberapa variable yang dapat menurunkan kualitas coran

diantaranya adalah kontaminan yang masuk ke coran, serta unsur Fe yang

terdifusi kedalam aluminium (Yasman, F.2014).

Selain itu Metal Matrix Composite ( MMC ) telah berkembang

penggunaannya beberapa tahun ini sekarang sudah banyak dikembangkan dengan

(25)

kekurangan seragaman dalam distribusi komposit pada paduan aluminium - fly

ash yang dibuat dengan teknik gravity dan squeezes casting. Oleh karena itu

penulis mencoba meneliti palm oil fly ash ( POFA ) sebagai pemerkuat dalam

pembuatan Metal Matrix Composite ( MMC ).

Composite ( MMC ) menggunakan aluminium sebagai matrixnya dengan

menggunakan metode centrifugal cesting yaitu metode pengecoran yang bertujuan

mencampurkan logam murni dengan komposit dengan cara melebur Aluminium

murni hingga cair kemudian memasukkan komposit ke dalam aluminium cair

tersebut dan diputar dengan kecepatan dan waktu tertentu.

Berdasarkan paduan aluminium – Palm Oil Fly Ash yang dipergunakan

sebagai pemerkuat bahan coran dalam metal matrix composite pada penelitian ini

metode pengecoran yang digunakan adalah Pengecoran Sentrifugal (centrifugal

casting), dimana pada proses ini untuk meningkatkan kualitas produk, maka harus

memperhatikan putaran mesin centri fugalcasting, temperatur lebur, temperatur

tuang dan penambahan inokulan. Centrifugal casting merupakan metode

pengecoran dimana logam cair membeku di dalam cetakan yang berputar.

Centrifugal casting lebih handal dari pada static castings, yaitu relatif lebih bebas

dari gasporosity dan shrinkage porosity Gaya sentrifugal pada proses centrifugal

casting ini lebih baik dari pada metode gravitasi karena gaya sentrifugal mampu

memampatkan logam cair, sehingga diperoleh hasil coran yang lebih baik dengan

cacat pengecoran seperti porositas yang relatif lebih kecil, sehingga akan

berdampak pada peningkatan sifat fisis dan mekanis material tersebut dan juga

akan berdampak pada karakteristik perambatan retak fatik [Joshi, 2010].

Adapun masalah yang dihadapi dalam pengejaan pengecoran ialah proses

pengecoran (remelting) material aluminium scrap untuk kondisi plane strain

diperoleh hasil bahwa proses remelting dapat menurunkan ketangguhan paduan

aluminium. Penurunan ini disebabkan oleh porositas akibat peningkatan gas

hidrogen pada saat logam bertransformasi dari padat cair ke padat. Hal ini

(26)

plastis dan menyerap energi sebelum dan sesudah terjadi kerusakan berkurang

karena bahan mengalami proses remelting [Budiyono dkk., 2004].

Melihat pada penelitian terdahulu terjadi kendala saat stir casting yaitu fly

ash tidak tercampur semua dengan aluminium dikarenakan proses pengadukan

yang kurang efisien sehingga memungkinkan fly ash tidak ter distribusi secara

merata. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan perbedaan proses

pengadukan yang menggunakan metode sentrifugal casting dengan kecepatan

putar secara konstan 381 rpm yaitu proses pengadukan aluminium dengan cara

memutar cetakan yang sudah dipanaskan hingga temperatur 500oC bertujuan agar aluminium tidak cepat berubah fasa menjadi pasta sebelum POFA merata

dibagian benda cor. Dengan begitu diharapkan kekuatan pada benda cor dapat

meningkat secara signifikan.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah

pengaruh POFA pada metal matrix composite terhadap kekerasan dan

microstrukture pada peroduk coran cetakan permanen dengan menggunakan

metode centrifugal casting.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1.3.1 Secara Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuat Metal Matrix Composite

Aluminium–Palm Oil Fly Ash dengan metode centrifugal casting.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui proses pembuatan Metal Matrix Composite ( MMC )

Aluminium - Palm Oil Fly Ash ( POFA ) dengan menggunakan metode

centrifugal cesting.

2. Mengetahui pengaruh komposisi POFA terhadap kekerasan, Ketangguhan,

(27)

3. Mengetahui pengaruh penggunaan metode centrifugal casting terhadap

distribusi POFA.

1.4 Batasan Masalah

Ada beberapa batasan masalah yang diharapkan dapat memberikan hasil

yang maksimal, diantaranya:

1. Pembuatan coran Aluminium palm oil fly ash dengan menggunakan metode

sentrifugal casting hanya dibatasi dengan menggunakan variasi persentase

berat fly ash yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, penambahan Mg 5% serta

pengadukan dengan metode sentrifugal casting dengan putaran 381rpm secara

konstan.

2. Pengujian sifat mekanis setelah dilakukan proses pengecoran meliputi

pengujian impact, tensil, Mikrostruktur, hardness, SEM dan EDS dari bahan

MMC.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Pengembangan Akademis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan

pengalaman tentang Metal Matrix Composite.

b. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

tambahan untuk penelitian tentang struktur metal matrix composite.

2. Pengembangan Industri

Sebagai referensi dalam menentukan bahan alternatif pada produk–produk

yang menggunakan metal matrix composite dan sebagai acuan dalam peningkatan

mutu produk–produk yang menggunakan metal matrix composite.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini dijadikan dalam bentuk laporan hasil penelitian skripsi yang dibagi

(28)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang literatur dan referensi yang diperlukan berkenaan dengan

bahan aluminium, silikon karbida, fly ash, dan pengecoran stir casting.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang urutan dan tata cara yang dilakukan. Dimulai dari waktu

dan tempat, persediaan alat bahan, prosedur penelitian dan proses yang

dilaksanakan.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang menampilkan data yang diperoleh dari penelitian dan hasil

pengujian berupa tabel maupun hasil pengamatan mikro dan makro.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran. Dalam

bab ini diuraikan tentang kesimpulan yang merupakan resume dari bab - bab

sebelumnya. Terutama jawaban atas permasalahan yang diajukan, selanjutnya

diberikan saran berkaitan dengan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alumunium

Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan

manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik

unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol (sma). Di dalam

udara bebas aluminium mudah teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida

(Al2O3) yang tahan terhadap korosi. Aluminium juga bersifat amfoter yang

mampu bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Aluminium merupakan

logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik

yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. (Surdia, T.

2005)Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan

meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika

melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai

meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam

logam. Namun, kekuatan bahan paduan Aluminium tidak hanya bergantung pada

konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya

hingga Aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas,

penyimpanan, dan sebagainya (Anton J. Hartono, 1992)

Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi,

sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket.

Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni

dapat memantulkan 92% cahaya. Aluminium murni, saat ini jarang digunakan

karena terlalu lunak. Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah

aluminium foil (92-99% aluminium). Paduan aluminium-magnesium umumnya

digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal. Paduan lainnya akan mudah

mengalami korosi ketika berhadapan dengan larutan alkali seperti air laut. Paduan

aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki bahan

(30)

aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit dicari apa bahan paduan untuk

membuat uang logam berwarna putih keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan.

untuk mencegah pemalsuan uang logam. Velg mobil juga menggunakan

bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium, silicon, atau keduanya, dan

dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor. Beberapa jenis roda gigi menggunakan

paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan

yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat fatigue (Suhariyanto.,2005).

Sifat dari bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh

konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.

Aluminium dikenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan

oleh fenomena pasivasi, yakni proses pembentukan lapisan aluminium oksida di

permukaan logam aluminium setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan

aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi

dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat lebih

katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium. Adapun sifat-sifat

Aluminium antara lain sebagai berikut:

1. Ringan

Logam Aluminium Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau

tembaga. Logam aluminium banyak digunakan didalam industri, alat berat dan

transportasi.

2. Mudah dibentuk

Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung

dengan logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive

bonding, sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.

3. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan

pengujian tarik. Kekuatan tarik ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada

kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya

(31)

Kekuatan tarik pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat

rendah, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tarik yang tinggi,

aluminium perlu dipadukan.

4. Modulus Elastisitas

Aluminium memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan baja maupun besi, tetapi dari sisi strength to weight ratio,

aluminium lebih baik. Aluminium yang memiliki titik lebur yang lebih rendah dan

kepadatan. Dalam kondisi yang dicairkan dapat diproses dalam berbagai cara. Hal

ini yang memungkinkan produk-produk dari aluminium yang akan dibentuk, pada

dasarnya dekat dengan akhir dari desain produk.

5. Recyclability (Mampu untuk didaur ulang)

Aluminium adalah 100% bahan yang didaur ulang tanpa penurunandari

kualitas awalnya, peleburannya memerlukan sedikit energi, hanya sekitar 5% dari

energi yang diperlukan untuk memproduksi logam utama yang pada awalnya

diperlukan dalam proses daur ulang.

6. Ductility (Liat)

Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk

menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa

terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tarik, ductility ditunjukkan dengan

bentuk neckingnya, material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking

yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir

tidak mengalami necking. Pada logam aluminium paduan memiliki ductility yang

bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya memiliki

ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni.

7. Kuat

Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadukan dengan logam

lain. Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi

(32)

8. Reflectivity (Mampu pantul)

Aluminium adalah reflektor yang baik dari cahaya serta panas, dan dengan

bobot yang ringan, membuatnya ideal untuk bahan reflektor.

9. Tahan terhadap korosi

Aluminium memiliki sifat durable, sehingga baik dipakai untuk lingkungan

[image:32.595.108.524.245.630.2]

yang dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia.

Tabel 2.1 Sifat - sifat fisik aluminium

Aluminium Hasil Fisik Aluminium

Jari-jari atom 125 pm

Density ( 20°C) 2,6989 gr/cm³

Kapasitas panas (25°C) 5,38 cal/mol°C

Tensile strength 700 Mpa

Hantaran panas (25°C) 0,49 cal/det°C

Panas peleburan 10,71 kJ•mol 1

Massa atom 26,98 gr/mol

Density (660°C) 2,368 gr/cm³

Potensial elektroda (25°C) -1,67 volt

Panas pembakaran 399 cal/gr mol Kekerasan brinnel 245 Mpa

Kekentalan (700°C) 0,0127 poise

Panas uap 294,0 kJ•mol 1

Titik lebur

Struktur kristal kubus

660°C

FCC

(Sumber : Douglas M. Considin P. E., 1983)

2.2 Magnesium ( Mg )

Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen

(33)

digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk membuat campuran

alumunium-magnesium yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".

Magnesium merupakan salah satu jenis logam ringan dengan karakteritik

sama dengan aluminium tetapi magnesium memiliki titik cair yang lebih rendah

dari pada aluminium. Seperti pada aluminium, magnesium juga sangat mudah

bersenyawa dengan udara (Oksgen).Perbedaannya dengan aluminium ialah

dimana magnesium memiliki permukaan yang keropos yang disebabkan oleh

serangan kelembaban udara karena oxid film yang terbentuk pada permukaan

magnesium ini hanya mampu melindunginya dari udara yang kering.Unsur air dan

garam pada kelembaban udara sangat mempengaruhi ketahanan lapisan oxid pada

magnesium dalam melindunginya dari gangguan korosi.Untuk itu benda kerja

yang menggunakan bahan magnesium ini diperlukan lapisan tambahan

perlindungan seperti cat (Rufiati, E., 2011).

2.2.1 Sifat-Sifat Magnesium

Magnesium murni memiliki kekuatan tarik sebesar 110 N/mm2 dalam bentuk hasil pengecoran (Casting), angka kekuatan tarik ini dapat ditingkatkan

melalui proses pengerjaan. Magnesium bersifat lembut dengan modulus elsatis

yang sangat rendah. Magnesium memiliki perbedaan dengan logam-logam lain

termasuk dengan aluminium, besi tembaga dan nickel dalam sifat pengerjaannya

dimana magnesium memiliki struktur yang berada didalam kisi hexagonal

sehingga tidak mudah terjadi slip. Oleh karena itu,magnesium tidak mudah

dibentuk dengan pengerjaan dingin.Disamping itu, presentase perpanjangannya

hanya mencapai 5 % dan hanya mungkin dicapai melalui pengerjaan panas.

Magnesium memiliki titik leleh 923 K. Seperti kebanyakan Logam Alkali

Tanah lainnya, Magnesium dapat bereaksi dengan air pada temperatur

ruang/normal membentuk senyawa Hidroksida logam. Magnesium sangat mudah

terbakar dan sangat sulit untuk di matikan ketika telah menyala terbakar. Ketika

pembakaran magnesium akan menghasilkan cahaya putih terang yang dapat

(34)

2.3 Aluminium Paduan

Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,

magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.

Aluminium merupakan logam non-ferrousyang paling banyak digunakan di dunia,

dengan pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton. Aluminium dengan densitas 2.7

g/cm3sekitar sepertiga dari densitas baja (8.83 g/cm3), tembaga (8.93 g/cm3),

atau kuningan (8.53g/cm3),mempunyai sifat yang unik, yaitu: ringan, kuat, dan

tahan terhadap korosi pada lingkungan luas termasuk udara, air (termasuk air

garam), petrokimia, dan beberapa sistem kimia. Jenis paduan aluminium saat ini

sangat banyak dan tidak menutup kemungkinan ditemukannya lagi jenis paduan

aluminium baru, oleh karena itu dibuatlah sistem penamaan sesuai dengan

komposisi dan karakteristik paduan aluminium tersebut untuk memudahkan

pengklasifikasiannya ( Zulaina Sarir, R, FT UI., 2010 ).

1. Paduan Al-Mg

Paduan aluminum magnesium (Al-Mg) merupakan salah satu paduan

aluminium yang sering digunakan untuk aplikasi teknik dalam bidang industri.

Paduan Al-Mg sering disebut Hidronalium, merupakan paduan dengan tingkat

ketahanan korosi yang paling baik dibandingkan dengan paduan aluminium

lainnya. Paduan ini banyak digunakan karena mempunyai ketahanan dan mampu

tuang yang baik. Paduan aluminum magnesium dapat ditingkatakan kemampuan

mekanisnya dengan cara memberikan penambahan unsur Mg dan Fe, juga unsur

penghalus butir. Penambahan kadar Mg dalam jumlah yang besar dapat menaikan

kekerasan dan kekuatan tarik pada paduan, tetapi menurunkan regangan.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mensintesis aluminium dengan

magnesium, seperti mechanical alloying, mechanical milling, solkjaer, mixingdan

lain-lain. Pada penelitian ini digunakan metode mixingdengan penambahan

benzene. Penambahan benzene berfungsi untuk menghindari gesekan serbuk Al

dan Mg dengan cetakan pada saat di kompaksi. Kompaksi dilakukan dengan

beban 150 Mpa. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan proses sintering

terhadap paduan setelah dilakukan mixing dan kompaksi.Sintering sendiri adalah

(35)

terjadi dengan cepat jika dalam keadaan temperatur yang tinggi dibawah titik

lebur bahan. Fungsi dari sinteringyaitu dapat mengubah sifat dari bahan yang

disintering. Sintering dilakukan dengan temperatur 4000C selama 2 jam (Surdia., 2006 )

2. Paduan Al - Si

Pengaruh Penambahan Si Silikon ( Si ) salah satu paduan aluminium yang

dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik.Sebagai contoh paduan

Al-Si-Mg , mula-mula kandungan Si sebesar 5,8 %w. Kemudian dilakukan penambahan

Si sehingga kandungan Si menjadi : 6 %w, 8 %w 10 %w 12 %w 14 %w dan 16

%w. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan kekerasan naik

sampaikandungan Si sebesar 14 %w , setelah kandungan Si di atas 14 %W ,

kekuatan tarik dan kekerasan turun. Sedang elongasinya, mula-mula turun sampai

kandungan Si sebesar 6,5 %w, setelah kandungan Si di atas 6,5 %w elongasi akan

naik. Kandungan Si yang optimum sebesar 14 %w, dengan nilai UTS 248 Mpa,

kekerasan 64 BHN dan Elongasi 9,2 %. (John E. Hatch., 1995)

3. Paduan Al-Zn-Mg

Al-Zn-Mg mempunyai kekuatan tarik 50 Mpa, kekerasan 62 BHN dan

Elongasinya 18 % , kemudian ditambahkan kandungan Sc, yang semula 0,5 %w

menjadi : 0,75 %w, 1,00 %w dan 1,25 %w. Akibat penambahan Sc tersebut, maka

ketiga sifat mekanik tersebut berubah. Mula-mula kekuatan tariknya dan

kekerasannya naik sampai kandungan Sc sebesar 1,00 %w, setelah itu turun.

Sedangkan elongasinya turun sampai kandungan Sc sebesar 1,25 %. Kandungan

Sc yang paling baik adalah 1,00 %w , dengan nilai UTS sebesar 227 Mpa,

kekerasan 78 BHN dan Elongasi 9,45 % (B.A. Parker, Z.F Zhou., 1995).

4. Paduan Al-Si-Mg

Sebuah paduan Aluminium Al-Si-Mg yang paduan dasarnya (base alloy)

mempunyai komposisi persen berat; Si = 6,18%; Fe = 0,5%; Mg = 0,08%; Cu =

1,22%, dan Zn = 1,28% diberi tambahan elemen paduan Mn. Kemudian diuji sifat

mekaniknya (kekuatan tarik, elongationdan yield), hasilnya dapat dilihat pada

(36)

kekuatan tarik, elongationdan yield. Mula-mula base alloy mempunya UTS 48

MPa, Elonga-tion 27% dan yield 18 Mpa. Setelah kandungan Mn dinaikkan

menjadi 1% w, maka sifat mekaniknya meningkat menjadi memiliki UTS 102

MPa, Elongation41% dan yield42 Mpa (Arino, A dan Suhariyanto., 2006 ).

5. Paduan Al-Zn-Mg-Cu

Salah satu paduan aluminium yang berhasil meningkatkan kekuatan

aluminium adalah paduan aluminium A7075 yang merupakan paduan dari

Al-Zn-Mg-Cu, atau lebih dikenal dengan extra superduralumin. Secara khusus, paduan

aluminium A7075 ini digunakan pada industri pesawat terbang dikarenakan

ringan dan memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan dengan paduan aluminium

lainnya (Hardi, T., 2009).

6. Paduan Al–Mn.

Mn adalah unsur yang memperkuat Aluminium tanpa mengurangi

ketahanan korosi dan Mn itu sendiri dipakai untuk membuat paduan yang tahan

korosi. Kelarutan padat yang terjadi maksimum terjadi pada temperatur eutectik

adalah 1,82 % dan 500 ºC= 0,36 %, sedangkan pada temperatur biasa

kelarutannya hampir 0 %. Paduan Al-1,2 % Mn dan Al-1,2 %, Mn-1,0 %, Mg

dinamakan paduan 3003 dan 3004 yang dipergunakan sebagai paduan tahan

korosi tanpa perlakuan panas (Surdia., 2006 )

2.4 Fly Ash

Fly ash atau abu terbang merupakan salah satu produk sisa dari proses

pembakaran diruang bakar suatu pembangkit, fly ash ini biasanya berbentuk

partikel-partikel halus yang keberadaannya dapat membahayakan kesehatan

manusia jika tidak ditangani dengan benar. Seiring dengan kemajuan teknologi

maka saat ini keberadaan fly ash tidak hanya sebagai limbah tidak bermanfaat

tetapi telah dipergunakan untuk campuran beragam jenis produk seperti semen,

bata tahan api dan Metal Matrix Composite (MMC).

2.4.1 Fly Ash Batubara

Fly ash disebut juga Abu terbang ialah limbah hasil pembakaran batu bara

(37)

yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku

pembakaran yang menggunakan bahan batubara. Abu terbang diambil secara

mekanik dengan sistem pengendapan electrostatik. (Hidayat,1986) Abu terbang

termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat, 1986)).Karena

sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun untuk

campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah dapat

meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat

menurunkan panas hidrasi semen. Komponen terbesar yang terkandung dalam fly

ash adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), oksida kalsium (CaO) dan oksida besi

(Fe2O3). Fly ash banyak digunakan dan diakui secara luas sebagai campuran

cement, concrete dan material-material khusus lainnya. Densitas fly ash

berkisar antara 1,3 g/cm3 dan 4,8 g/cm3, besar densitas tersebut tergantung dari

unsur kimia dan porositas yang terjadi di dalamnya (Gunawan Dwi ,H., 2006 )

Abu terbang batubara umumnya dibuang di ash lagoon atau ditumpuk

begitu saja di dalam area industri. Penumpukan abu terbang batubara ini

menimbulkan masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai

pemanfaatan abu terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai

ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Saat ini

abu terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan

campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki

berbagai kegunaan yang amat beragam:

a. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan

b. Penimbun lahan bekas pertambangan

c. Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon

d. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori

e. Bahan penggosok (polisher)

f. Filler aspal, plastik, dan kertas

g. Pengganti dan bahan baku semen

(38)

1. Sifat Kimia Fly Ash Batubara

Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit

listrik adalah silika ( SiO2 ), alumina, ( Al2O3 ), besi oksida ( Fe2O3 ), kalsium

( CaO ) dan sisanya adalah magnesium, potasium, sodium, titanium dan belerang

dalam jumlah yang sedikit. Rumus empiris abu terbang batubara ialah:

Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011 dapat dilihat pada

tabel 2.2

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Salah Satu Jenis Fly Ash Batubara

Komponen Sub Bituminous( % )

SiO2 40-60

Al2O3 20-30

Fe2O3 04-Okt

CaO Mei-30

MgO 01-Jun

SO3 01-Jun

Na2O 0-2

K2O 0-4

LOI 0-3

(Sumber: Gunawan Dwi ,H., 2006 )

Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara

yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran

batubara lignit dan sub- bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium

dan magnesium oksida lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun,

memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari

pada bituminous.

2.4.2 Palm Oil Fly Ash (POFA)

POFA merupakan salah satu hasil pembakaran tandanan kosong kelapa

sawit dimana POFA merupakan limbah industri yang tidak mengandug toksik

bagi tanah dan organisme.selain itu POFA dapat menambah kandungan unsur

hara dalam tanah yang dapat memperbaiki kualitas tanah dasar kolam perikanan.

(39)

kimiawinya yang kaya akan unsure hara, bersifat alkali yang selanjutnya dapat

menaikan pH tanah serta aplikasi penggunaan POFA dapat menambah kandungan

[image:39.595.116.510.155.380.2]

unsure hara dalam tanah (Nambiar dkk., 1997).

Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash (POFA)

Dari hasil proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO) maka akan dihasilkan

limbah padat diantaranya serabut buah dan cangkang kelapa sawit itu sendiri,

namun ini tidak menjadi masalah bagi Pabrik Kelapa sawit (PKS) karena limbah

ini akan menjadi bahan bakar daripada boiler. Limbah padat berupa

cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) untuk

menghasilkan energi mekanik dan panas. Uap dari boiler dimanfaatkan untuk

menghasilkan energi listrik dan untuk merebus TBS sebelum diolah di dalam

pabrik.

Cangkang dan serat buah sawit yang sudah terbakar, akan menghasilkan

sisa- sisa pembakaran yang nantinya akan menjadi limbah daripada boiler

atau furnance (tungku pembakaran) berupa:

(40)

Gambar 2.2 Abu Terbang (Palm Oil Fly Ash)

b. Kerak boiler kelapa sawit (Bottom Ash) , yakni kerak yang melekat pada

dinding boiler.

Gambar 2.3(a) Bottom ash sesudah di grinding (b) Bottom ash sebelum di

grinding.

1. Sifat Kimia Palm Oil Fly Ash (POFA)

Palm Oil Fly Ash merupakan bagian dari pembakaran pada boiler yang

berupa abu dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun yang

sampai sekarang masih belum termanfaatkan. Ternyata limbah abu sawit

banyak mengandung unsur silika (SiO2) yang merupakan bahan pozzolanic.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Graille dkk (1985) ternyata limbah

abu sawit banyak mengandung unsur silika (SiO2) yang merupakan bahan

pozzolanic.

Hayward (1995) dalam Utama dan Saputra (2005) menyatakan dalam bahan

pozzolan ada dua senyawa utama yang mempunyai peranan penting dalam

[image:40.595.254.398.82.234.2]
(41)

namun mengandung senyawa silika oksida (SiO2) aktif yang apabila bereaksi

dengan kapur bebas atau Kalsium Hidroksida (Ca(OH2)) dan air akan membentuk

material seperti semen yaitu Kalsium Silikat Hidrat. Unsur penyusun fly ash

sangatlah beragam tergantung dari sumber bahan bakarnya, tetapi pada umumnya

[image:41.595.111.516.202.426.2]

fly ash mengandung SiO2,CaO,seperti diperlihatkan pada tabel berikut ;

Tabel. 2.3 Komposisi kimia dari OPC dan Palm Oil Fly Ash

Chemical Consituents OPC (%) POFA (%)

Silicon Dioxide (SiO2) 20.1 55.20

Aluminium Oxide (Al2O3) 4.9 4.48

Ferric Oxide (Fe2O3) 2.5 5.44

Calsium Oxide (CaO) 65 4.12

Magnesium Oxide (MgO) 3.1 2.25

Sodium Oxide (Na2O) 0.2 0.1

Potasium Oxide (K2O) 0.4 2.28

Sulphur Oxide (SO2) 2.3 2.25

Loss On Ignition (LOI) 2.4 13.86

(Abdullah,K dan Hussin,M,2010)

Dari tabel komposisi POFA (Palm Oil Fly Ash) diatas memperlihatkan

bahwa hasil pembakaran diruang bakar pabrik kelapa sawit menghasilkan POFA

yang mengandung partikel-partikel keramik seperti SiO2,Al2O3, CaO, dengan

partikel utama silicon dioksida.

2.5 Pengecoran Centrifugal Casting

Peroses pengecoran sentrifugal casting dilakukan dengan menuangkan

logam cair ke dalam cetakan yang berputar, baik vertical maupun horizontal,

diharapkan akibat pengaruh gaya sentrifugal tersebut dapat dihasilkan produk

coran yang lebih manfaat daripada pengecoran dengan cetaan statis. Pengecoran

sentrifugal aad dua macam yaitu horizontal dan vertical. Sentrifugal dalam

putaran menggunakan sumbu horizontal, sedangkan vertical menggunakan sumbu

(42)

2.5.1 Jenis-jenis Pengecoran Centrifugal Cesting

Centrifugal cesting dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke dalam

cetakan yang berputar. akibat pengaruh gaya sentrifugal logam cair akan

terdistribusi ke dinding rongga cetak dan kemudian membeku (Dharmadi,

E,S.,2007).

Ada beberapa jenis pengecoran centrifugal cesting, yaitu:

1. Pengecoran Sentrifugal Sejati

Pengecoran Sentrifugal Sejati Dalam pengecoran sentrifugal sejati, logam

cair dituangkan ke dalam cetakan yang berputar untuk menghasilkan benda cor

bentuk tabular, seperti pipa, tabung, bushing, cincin, dan lain-lainnya. True

centrifugal casting merupakan salah satu proses pengecoran yang menghasilkan

produk cor berbentuk silinder dengan cara memutar cetakan pada sumbunya.

Proses pengecoran dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal tanpa

menggunakan inti core.

Gambar 2.4 Pengecoran Sentrifugal Sejati

Dalam gambar ditunjukkan logam cair dituangkan ke dalam cetakan

horisontal yangsedang berputar melalui cawan tuang (pouring basin) yang terletak

pada salah satu ujung cetakan. Pada beberapa mesin, cetakan baru diputar setelah

logam cair dituangkan. Kecepatan putar yang sangat tinggi menghasilkan gaya

sentrifugal sehingga logam akan terbentuk sesuai dengan bentuk dinding cetakan.

Jadi, bentuk luar dari benda cor bisa bulatoktagonal, heksagonal, atau

bentuk-bentuk yang lain, tetapi sebelah dalamnya akan berbentuk-bentuk bulatan, karena adanya

(43)

2. Pengecoran Semi Sentrifugal

Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar

dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian yang dekat dengan pusat

rotasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang ditengah,

seperti roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah mudah dikerjakan

dengan pemesinan.Pada metode ini, gaya sentrifugal digunakan untuk

menghasilkan coran yang pejal (bukan bentuk tabular). Cetakan dirancang dengan

riser pada pusat untuk pengisian logam cair, seperti ditunjukkan dalam gambar.

Gambar 2.5 Proses Pengecoran Semi Sentrifugal

Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar

dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian yang dekat dengan pusat

rotasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang ditengah,

seperti roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah mudah dikerjakan

dengan pemesinan.

3. Pengecoran Sentrifuge

Dalam pengecoran sentrifuge cetakan dirancang dengan beberapa rongga

cetak yang diletakkan disebelah luar dari pusat rotasi sedemikian rupa sehingga

logam cair yang dituangkan ke dalam cetakan akan didistribusikan kesetiap

(44)
[image:44.595.114.511.385.621.2]

Gambar 2.6 Proses Pengecoran Sentrifuge.

Proses ini digunakan untuk benda cor yang kecil, dan tidak diperlukan

persyaratan semetri radial seperti dua jenis pengecoran sentrifugal yang lain.

Perbedaan antara sentrifugal sejati, semi sentrifugal, dan sentrifuge ditunjukkan

dalam tabel.

Tabel 2.4 Perbedaan antara sentrifugal sejati,semi sentrifugal, dan sentrifuge

Sentrifugal Sejati Semi Sentrifugal Sentrifuge

1. Benda cor memiliki

simetri radial.

1. Benda cor

memiliki simetri

radial

1. tidak

dipersyaratkan

2. Pusat simetri

rongga cetak berada

pada pusat rotasi

2. Pusat simetri

rongga cetak

berada pada

pusat rotasi.

2. Rongga cetak

berada diluar

pusat rotasi.

3. Digunakan untuk

benda cor bentuk

tabular.

3 Digunakan untuk

benda cor yang

pejal(lubang

dibuat belakang)

3. Digunakan untuk

benda cor

berlubang/tidak

berlubang

(Sumber: Tditro, S.,2004).

2.6 Proses Pengecoran Logam

Proses pengecoran akan dihasilkan Aluminium dengan sifat-sifat yang

diinginkan. Aluminium murni memiliki sifat mampu cor dan sifat mekanis yang

(45)

tersebut. Beberapa elemen alloy yang sering ditambahkan diantaranya tembaga,

Magnesium, Mangan, Nnikel, Silikon dan sebagainya.

Pada desain coran perlu dipertimbangkan beberapa hal sehingga diperoleh

hasil coran yang baik, yaitu bentuk dari pola harus mudah dibuat, cetakan dari

coran hendaknya mudah, cetakan tidak menyebabkan cacat pada coran.

Untuk membuat cetakan, dibutuhkan saluran turun yang mangalirkan cairan

logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran,

tebalnya irisan dan macam logam dari coran. Selanjutnya diperlukan penentuan

keadaan-keadaan penuangan seperti temperatur penuangan dan laju penuangan.

Karena kualitas coran tergantung pada saluran turun, penambah, keadaan

penuangan, maka penentuannya memerlukan pertimbangan yang teliti.

Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke

dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana

logam cair dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan.

Bagian-bagian tersebut terdiri dari: cawan tuang, saluran turun, pengalir,

dan saluran masuk.

1. Cawan tuang

Merupakan penerima yang menerima cairan logam langsung dari ladel.

Cawan tuang biasanya berbentuk corong atau cawan dengan saluran turun di

bawahnya. Cawan tuang harus mempunyai konstruksi yang tidak dapat

melakukan kotoran yang terbawa dalam logam cair dari ladel. Oleh karena itu

cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal. Kalau perbandingan antara: H tinggi

logam cair dalam cawan tuang dan d diameter cawan, harganya terlalu kecil,

misalnya kurang dari 3, maka akan terjadi pusaran-pusaran dan timbullah kerak

atau kotoran yang terapung pada permukaan logam cair. Karena itu dalamnya

cawan tuang sebaiknya dibuat sedalam mungkin. Sebaliknya kalau terlalu dalam,

penuangan menjadi sukar dan logam cair yang tersisa dalam cawan tuang akan

terlalu banyak sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu kedalaman cawan tuang

(46)

2. Saluran turun

Salurun turun adalah saluran yang pertama yang membawa cairan logam

dari cawan tuang kedalam pengalir dan saluran masuk. Saluran turun dibuat lurus

dan tegak dengan irisan berupa lingkaran. Kadang-kadang irisannya sama dari

atas sampai bawah, atau mengecil dari atas kebawah yang pertama dipakai kalau

dibutuhkan pengisian yang cepat dan lancar, sedangkan yang kedua dipakai

apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Salurun turun dibuat

dengan melubangi cetakan dengan mempergunakan satu batang atau dengan

memasang bumbung tahan panas yang dibuat dari samot. Samot ini cocok untuk

membuat salurun turun yang panjang. Ukuran diameter saluran turun bervariasi,

tergantung dari berat coran.

3. Pengalir

Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun ke

bagian-bagian yang cocok pada cetakan. Pengalir biasanya mempunyai irisan

seperti trapesium atau setengah lingkaran sebab irisan demikian mudah dibuat

pada permukaan pisah, lagi pula pengalir mempunyai luas permukaan yang

terkecil untuk satu luas irisan tertentu, sehingga lebih efektif untuk pendinginan

yang lambat. Pengalir lebih baik sebesar mungkin untuk melambatkan

pendinginan logam cair. Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran

yang terapung, terutama pada permulaan penuangan sehingga harus

dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut. Perpanjangan pemisah dibuat

pada ujung saluran pengalir agar logam cair yang pertama masuk akan mengisi

seluruh ruang pada cetakan, serta membuat kolam putaran pada saluran masuk

dan membuat saluran turun bantu.

4. Saluran Masuk

Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir

kedalam rongga cetakan. Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil dari

pada irisan pengalir, agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga

cetakan. Bentuk irisan saluran masuk biasanya berupa bujur sangkar, trapesium,

segitiga atau setengah lingkaran yang membesar kearah rongga cetakan untuk

(47)

diperbesar lagi kearah rongga. Pada pembongkaran saluran turun, irisan terkecil

ini mudah diputuskan sehingga mencegah kerusakan pada coran.

2.6 Pembuatan Coran

Untuk membuat coran, harus dilakukan beberapa proses seperti pencairan,

pembuatan cetakan, penuangan, pembongkaran dan pembersihan coran. Untuk

mencairkan logam bermacam-macam dapur yang dipakai. Umumnya kupola (

dapur induksi frekwensi rendah ) dipergunakan untuk besi cor, dapur busur listrik

(dapur induksi frekwensi tinggi ) digunakan untuk baja tuang dan dapur krus

untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan, k

Gambar

Tabel 2.1  Sifat - sifat  fisik  aluminium
Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash (POFA)
Gambar 2.3(a) Bottom ash sesudah di grinding (b) Bottom ash sebelum di
Tabel. 2.3 Komposisi kimia dari OPC dan Palm Oil Fly AshChemical ConsituentsOPC (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

High concentrations of aluminum concentration of aluminum associated to cultured cells may induce apoptotic cell death by inducing transition from S be rather unlikely to occur in

[r]

magnocellular part; BLpc, basolateral amygdaloid nucleus, parvicellular part; BST, bed nucleus of stria terminalis; CeM, central medial thalamic nucleus; CDvm, caudate

[r]

Thus, the effect of mecamylamine on hand, blockade of nAChRs tended to decrease acute pain pain behavior is directly dependent on the level of pain behaviors and on the other

[r]

Brains of normoglycemic rats (n 5 11), by contrast, showed only weak b -APP immunostaining in occasional non-necrotic pyramidal neurons of parietal neocortex; no necrosis was present

Kemajuan teknologi terutama pada bidang teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat cepat dimana komputer pada beberapa dasawarsa yang lalu hanya digunakan sebagai