• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA ) Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC ) Menggunakan Metode Centrifugal Casting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA ) Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC ) Menggunakan Metode Centrifugal Casting"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alumunium

Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan

manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik

unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol (sma). Di dalam

udara bebas aluminium mudah teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida

(Al2O3) yang tahan terhadap korosi. Aluminium juga bersifat amfoter yang

mampu bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Aluminium merupakan

logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik

yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. (Surdia, T.

2005)Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan

meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika

melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai

meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam

logam. Namun, kekuatan bahan paduan Aluminium tidak hanya bergantung pada

konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya

hingga Aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas,

penyimpanan, dan sebagainya (Anton J. Hartono, 1992)

Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi,

sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket.

Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni

dapat memantulkan 92% cahaya. Aluminium murni, saat ini jarang digunakan

karena terlalu lunak. Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah

aluminium foil (92-99% aluminium). Paduan aluminium-magnesium umumnya

digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal. Paduan lainnya akan mudah

mengalami korosi ketika berhadapan dengan larutan alkali seperti air laut. Paduan

aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki bahan

(2)

aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit dicari apa bahan paduan untuk

membuat uang logam berwarna putih keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan.

untuk mencegah pemalsuan uang logam. Velg mobil juga menggunakan

bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium, silicon, atau keduanya, dan

dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor. Beberapa jenis roda gigi menggunakan

paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan

yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat fatigue (Suhariyanto.,2005).

Sifat dari bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh

konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.

Aluminium dikenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan

oleh fenomena pasivasi, yakni proses pembentukan lapisan aluminium oksida di

permukaan logam aluminium setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan

aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi

dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat lebih

katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium. Adapun sifat-sifat

Aluminium antara lain sebagai berikut:

1. Ringan

Logam Aluminium Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau

tembaga. Logam aluminium banyak digunakan didalam industri, alat berat dan

transportasi.

2. Mudah dibentuk

Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung

dengan logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive

bonding, sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.

3. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan

pengujian tarik. Kekuatan tarik ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada

kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya

necking. Kekuatan tarik bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi

(3)

Kekuatan tarik pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat

rendah, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tarik yang tinggi,

aluminium perlu dipadukan.

4. Modulus Elastisitas

Aluminium memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan baja maupun besi, tetapi dari sisi strength to weight ratio,

aluminium lebih baik. Aluminium yang memiliki titik lebur yang lebih rendah dan

kepadatan. Dalam kondisi yang dicairkan dapat diproses dalam berbagai cara. Hal

ini yang memungkinkan produk-produk dari aluminium yang akan dibentuk, pada

dasarnya dekat dengan akhir dari desain produk.

5. Recyclability (Mampu untuk didaur ulang)

Aluminium adalah 100% bahan yang didaur ulang tanpa penurunandari

kualitas awalnya, peleburannya memerlukan sedikit energi, hanya sekitar 5% dari

energi yang diperlukan untuk memproduksi logam utama yang pada awalnya

diperlukan dalam proses daur ulang.

6. Ductility (Liat)

Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk

menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa

terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tarik, ductility ditunjukkan dengan

bentuk neckingnya, material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking

yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir

tidak mengalami necking. Pada logam aluminium paduan memiliki ductility yang

bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya memiliki

ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni.

7. Kuat

Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadukan dengan logam

lain. Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi

(4)

8. Reflectivity (Mampu pantul)

Aluminium adalah reflektor yang baik dari cahaya serta panas, dan dengan

bobot yang ringan, membuatnya ideal untuk bahan reflektor.

9. Tahan terhadap korosi

Aluminium memiliki sifat durable, sehingga baik dipakai untuk lingkungan

yang dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia.

Tabel 2.1 Sifat - sifat fisik aluminium

Aluminium Hasil Fisik Aluminium

Jari-jari atom 125 pm

Density ( 20°C) 2,6989 gr/cm³

Kapasitas panas (25°C) 5,38 cal/mol°C

Tensile strength 700 Mpa

Hantaran panas (25°C) 0,49 cal/det°C

Panas peleburan 10,71 kJ•mol 1

Massa atom 26,98 gr/mol

Density (660°C) 2,368 gr/cm³

Potensial elektroda (25°C) -1,67 volt

Panas pembakaran 399 cal/gr mol

Kekerasan brinnel 245 Mpa

Kekentalan (700°C) 0,0127 poise

Panas uap 294,0 kJ•mol 1

Titik lebur

Struktur kristal kubus

660°C

FCC

(Sumber : Douglas M. Considin P. E., 1983) 2.2 Magnesium ( Mg )

Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen

terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan

(5)

digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk membuat campuran

alumunium-magnesium yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".

Magnesium merupakan salah satu jenis logam ringan dengan karakteritik

sama dengan aluminium tetapi magnesium memiliki titik cair yang lebih rendah

dari pada aluminium. Seperti pada aluminium, magnesium juga sangat mudah

bersenyawa dengan udara (Oksgen).Perbedaannya dengan aluminium ialah

dimana magnesium memiliki permukaan yang keropos yang disebabkan oleh

serangan kelembaban udara karena oxid film yang terbentuk pada permukaan

magnesium ini hanya mampu melindunginya dari udara yang kering.Unsur air dan

garam pada kelembaban udara sangat mempengaruhi ketahanan lapisan oxid pada

magnesium dalam melindunginya dari gangguan korosi.Untuk itu benda kerja

yang menggunakan bahan magnesium ini diperlukan lapisan tambahan

perlindungan seperti cat (Rufiati, E., 2011).

2.2.1 Sifat-Sifat Magnesium

Magnesium murni memiliki kekuatan tarik sebesar 110 N/mm2 dalam

bentuk hasil pengecoran (Casting), angka kekuatan tarik ini dapat ditingkatkan

melalui proses pengerjaan. Magnesium bersifat lembut dengan modulus elsatis

yang sangat rendah. Magnesium memiliki perbedaan dengan logam-logam lain

termasuk dengan aluminium, besi tembaga dan nickel dalam sifat pengerjaannya

dimana magnesium memiliki struktur yang berada didalam kisi hexagonal

sehingga tidak mudah terjadi slip. Oleh karena itu,magnesium tidak mudah

dibentuk dengan pengerjaan dingin.Disamping itu, presentase perpanjangannya

hanya mencapai 5 % dan hanya mungkin dicapai melalui pengerjaan panas.

Magnesium memiliki titik leleh 923 K. Seperti kebanyakan Logam Alkali

Tanah lainnya, Magnesium dapat bereaksi dengan air pada temperatur

ruang/normal membentuk senyawa Hidroksida logam. Magnesium sangat mudah

terbakar dan sangat sulit untuk di matikan ketika telah menyala terbakar. Ketika

pembakaran magnesium akan menghasilkan cahaya putih terang yang dapat

(6)

2.3 Aluminium Paduan

Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,

magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.

Aluminium merupakan logam non-ferrousyang paling banyak digunakan di dunia,

dengan pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton. Aluminium dengan densitas 2.7

g/cm3sekitar sepertiga dari densitas baja (8.83 g/cm3), tembaga (8.93 g/cm3),

atau kuningan (8.53g/cm3),mempunyai sifat yang unik, yaitu: ringan, kuat, dan

tahan terhadap korosi pada lingkungan luas termasuk udara, air (termasuk air

garam), petrokimia, dan beberapa sistem kimia. Jenis paduan aluminium saat ini

sangat banyak dan tidak menutup kemungkinan ditemukannya lagi jenis paduan

aluminium baru, oleh karena itu dibuatlah sistem penamaan sesuai dengan

komposisi dan karakteristik paduan aluminium tersebut untuk memudahkan

pengklasifikasiannya ( Zulaina Sarir, R, FT UI., 2010 ).

1. Paduan Al-Mg

Paduan aluminum magnesium (Al-Mg) merupakan salah satu paduan

aluminium yang sering digunakan untuk aplikasi teknik dalam bidang industri.

Paduan Al-Mg sering disebut Hidronalium, merupakan paduan dengan tingkat

ketahanan korosi yang paling baik dibandingkan dengan paduan aluminium

lainnya. Paduan ini banyak digunakan karena mempunyai ketahanan dan mampu

tuang yang baik. Paduan aluminum magnesium dapat ditingkatakan kemampuan

mekanisnya dengan cara memberikan penambahan unsur Mg dan Fe, juga unsur

penghalus butir. Penambahan kadar Mg dalam jumlah yang besar dapat menaikan

kekerasan dan kekuatan tarik pada paduan, tetapi menurunkan regangan.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mensintesis aluminium dengan

magnesium, seperti mechanical alloying, mechanical milling, solkjaer, mixingdan

lain-lain. Pada penelitian ini digunakan metode mixingdengan penambahan

benzene. Penambahan benzene berfungsi untuk menghindari gesekan serbuk Al

dan Mg dengan cetakan pada saat di kompaksi. Kompaksi dilakukan dengan

beban 150 Mpa. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan proses sintering

terhadap paduan setelah dilakukan mixing dan kompaksi.Sintering sendiri adalah

(7)

terjadi dengan cepat jika dalam keadaan temperatur yang tinggi dibawah titik

lebur bahan. Fungsi dari sinteringyaitu dapat mengubah sifat dari bahan yang

disintering. Sintering dilakukan dengan temperatur 4000C selama 2 jam (Surdia.,

2006 )

2. Paduan Al - Si

Pengaruh Penambahan Si Silikon ( Si ) salah satu paduan aluminium yang

dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik.Sebagai contoh paduan

Al-Si-Mg , mula-mula kandungan Si sebesar 5,8 %w. Kemudian dilakukan penambahan

Si sehingga kandungan Si menjadi : 6 %w, 8 %w 10 %w 12 %w 14 %w dan 16

%w. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan kekerasan naik

sampaikandungan Si sebesar 14 %w , setelah kandungan Si di atas 14 %W ,

kekuatan tarik dan kekerasan turun. Sedang elongasinya, mula-mula turun sampai

kandungan Si sebesar 6,5 %w, setelah kandungan Si di atas 6,5 %w elongasi akan

naik. Kandungan Si yang optimum sebesar 14 %w, dengan nilai UTS 248 Mpa,

kekerasan 64 BHN dan Elongasi 9,2 %. (John E. Hatch., 1995)

3. Paduan Al-Zn-Mg

Al-Zn-Mg mempunyai kekuatan tarik 50 Mpa, kekerasan 62 BHN dan

Elongasinya 18 % , kemudian ditambahkan kandungan Sc, yang semula 0,5 %w

menjadi : 0,75 %w, 1,00 %w dan 1,25 %w. Akibat penambahan Sc tersebut, maka

ketiga sifat mekanik tersebut berubah. Mula-mula kekuatan tariknya dan

kekerasannya naik sampai kandungan Sc sebesar 1,00 %w, setelah itu turun.

Sedangkan elongasinya turun sampai kandungan Sc sebesar 1,25 %. Kandungan

Sc yang paling baik adalah 1,00 %w , dengan nilai UTS sebesar 227 Mpa,

kekerasan 78 BHN dan Elongasi 9,45 % (B.A. Parker, Z.F Zhou., 1995).

4. Paduan Al-Si-Mg

Sebuah paduan Aluminium Al-Si-Mg yang paduan dasarnya (base alloy)

mempunyai komposisi persen berat; Si = 6,18%; Fe = 0,5%; Mg = 0,08%; Cu =

1,22%, dan Zn = 1,28% diberi tambahan elemen paduan Mn. Kemudian diuji sifat

mekaniknya (kekuatan tarik, elongationdan yield), hasilnya dapat dilihat pada

(8)

kekuatan tarik, elongationdan yield. Mula-mula base alloy mempunya UTS 48

MPa, Elonga-tion 27% dan yield 18 Mpa. Setelah kandungan Mn dinaikkan

menjadi 1% w, maka sifat mekaniknya meningkat menjadi memiliki UTS 102

MPa, Elongation41% dan yield42 Mpa (Arino, A dan Suhariyanto., 2006 ).

5. Paduan Al-Zn-Mg-Cu

Salah satu paduan aluminium yang berhasil meningkatkan kekuatan

aluminium adalah paduan aluminium A7075 yang merupakan paduan dari

Al-Zn-Mg-Cu, atau lebih dikenal dengan extra superduralumin. Secara khusus, paduan

aluminium A7075 ini digunakan pada industri pesawat terbang dikarenakan

ringan dan memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan dengan paduan aluminium

lainnya (Hardi, T., 2009).

6. Paduan Al–Mn.

Mn adalah unsur yang memperkuat Aluminium tanpa mengurangi

ketahanan korosi dan Mn itu sendiri dipakai untuk membuat paduan yang tahan

korosi. Kelarutan padat yang terjadi maksimum terjadi pada temperatur eutectik

adalah 1,82 % dan 500 ºC= 0,36 %, sedangkan pada temperatur biasa

kelarutannya hampir 0 %. Paduan Al-1,2 % Mn dan Al-1,2 %, Mn-1,0 %, Mg

dinamakan paduan 3003 dan 3004 yang dipergunakan sebagai paduan tahan

korosi tanpa perlakuan panas (Surdia., 2006 )

2.4 Fly Ash

Fly ash atau abu terbang merupakan salah satu produk sisa dari proses

pembakaran diruang bakar suatu pembangkit, fly ash ini biasanya berbentuk

partikel-partikel halus yang keberadaannya dapat membahayakan kesehatan

manusia jika tidak ditangani dengan benar. Seiring dengan kemajuan teknologi

maka saat ini keberadaan fly ash tidak hanya sebagai limbah tidak bermanfaat

tetapi telah dipergunakan untuk campuran beragam jenis produk seperti semen,

bata tahan api dan Metal Matrix Composite (MMC).

2.4.1 Fly Ash Batubara

Fly ash disebut juga Abu terbang ialah limbah hasil pembakaran batu bara

pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk halus, bundar dan

(9)

yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku

pembakaran yang menggunakan bahan batubara. Abu terbang diambil secara

mekanik dengan sistem pengendapan electrostatik. (Hidayat,1986) Abu terbang

termasuk bahan pozolan buatan (lea. FM 1971 (dalam Hidayat, 1986)).Karena

sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun untuk

campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah dapat

meningkatkan ketahanan / keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat

menurunkan panas hidrasi semen. Komponen terbesar yang terkandung dalam fly

ash adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), oksida kalsium (CaO) dan oksida besi

(Fe2O3). Fly ash banyak digunakan dan diakui secara luas sebagai campuran

cement, concrete dan material-material khusus lainnya. Densitas fly ash

berkisar antara 1,3 g/cm3 dan 4,8 g/cm3, besar densitas tersebut tergantung dari

unsur kimia dan porositas yang terjadi di dalamnya (Gunawan Dwi ,H., 2006 )

Abu terbang batubara umumnya dibuang di ash lagoon atau ditumpuk

begitu saja di dalam area industri. Penumpukan abu terbang batubara ini

menimbulkan masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai

pemanfaatan abu terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai

ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Saat ini

abu terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan

campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki

berbagai kegunaan yang amat beragam:

a. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan

b. Penimbun lahan bekas pertambangan

c. Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon

d. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori

e. Bahan penggosok (polisher)

f. Filler aspal, plastik, dan kertas

g. Pengganti dan bahan baku semen

h. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)

(10)

1. Sifat Kimia Fly Ash Batubara

Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit

listrik adalah silika ( SiO2 ), alumina, ( Al2O3 ), besi oksida ( Fe2O3 ), kalsium

( CaO ) dan sisanya adalah magnesium, potasium, sodium, titanium dan belerang

dalam jumlah yang sedikit. Rumus empiris abu terbang batubara ialah:

Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011 dapat dilihat pada

tabel 2.2

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Salah Satu Jenis Fly Ash Batubara

Komponen Sub Bituminous( % )

SiO2 40-60

Al2O3 20-30

Fe2O3 04-Okt

CaO Mei-30

MgO 01-Jun

SO3 01-Jun

Na2O 0-2

K2O 0-4

LOI 0-3

(Sumber: Gunawan Dwi ,H., 2006 )

Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara

yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran

batubara lignit dan sub- bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium

dan magnesium oksida lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun,

memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari

pada bituminous.

2.4.2 Palm Oil Fly Ash (POFA)

POFA merupakan salah satu hasil pembakaran tandanan kosong kelapa

sawit dimana POFA merupakan limbah industri yang tidak mengandug toksik

bagi tanah dan organisme.selain itu POFA dapat menambah kandungan unsur

hara dalam tanah yang dapat memperbaiki kualitas tanah dasar kolam perikanan.

Kemampuan POFA sebagai bahan atau zat yang dapat digunakan untuk

(11)

kimiawinya yang kaya akan unsure hara, bersifat alkali yang selanjutnya dapat

menaikan pH tanah serta aplikasi penggunaan POFA dapat menambah kandungan

unsure hara dalam tanah (Nambiar dkk., 1997).

Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash (POFA)

Dari hasil proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO) maka akan dihasilkan

limbah padat diantaranya serabut buah dan cangkang kelapa sawit itu sendiri,

namun ini tidak menjadi masalah bagi Pabrik Kelapa sawit (PKS) karena limbah

ini akan menjadi bahan bakar daripada boiler. Limbah padat berupa

cangkang dan serat digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) untuk

menghasilkan energi mekanik dan panas. Uap dari boiler dimanfaatkan untuk

menghasilkan energi listrik dan untuk merebus TBS sebelum diolah di dalam

pabrik.

Cangkang dan serat buah sawit yang sudah terbakar, akan menghasilkan

sisa- sisa pembakaran yang nantinya akan menjadi limbah daripada boiler

atau furnance (tungku pembakaran) berupa:

(12)

Gambar 2.2 Abu Terbang (Palm Oil Fly Ash)

b. Kerak boiler kelapa sawit (Bottom Ash) , yakni kerak yang melekat pada

dinding boiler.

Gambar 2.3(a) Bottom ash sesudah di grinding (b) Bottom ash sebelum di

grinding.

1. Sifat Kimia Palm Oil Fly Ash (POFA)

Palm Oil Fly Ash merupakan bagian dari pembakaran pada boiler yang

berupa abu dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun yang

sampai sekarang masih belum termanfaatkan. Ternyata limbah abu sawit

banyak mengandung unsur silika (SiO2) yang merupakan bahan pozzolanic.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Graille dkk (1985) ternyata limbah

abu sawit banyak mengandung unsur silika (SiO2) yang merupakan bahan

pozzolanic.

Hayward (1995) dalam Utama dan Saputra (2005) menyatakan dalam bahan

pozzolan ada dua senyawa utama yang mempunyai peranan penting dalam

pembentukan semen yaitu senyawa SiO2 dan Al2O3 yang dimana abu Sawit

(13)

namun mengandung senyawa silika oksida (SiO2) aktif yang apabila bereaksi

dengan kapur bebas atau Kalsium Hidroksida (Ca(OH2)) dan air akan membentuk

material seperti semen yaitu Kalsium Silikat Hidrat. Unsur penyusun fly ash

sangatlah beragam tergantung dari sumber bahan bakarnya, tetapi pada umumnya

fly ash mengandung SiO2,CaO,seperti diperlihatkan pada tabel berikut ;

Tabel. 2.3 Komposisi kimia dari OPC dan Palm Oil Fly Ash

Chemical Consituents OPC (%) POFA (%)

Silicon Dioxide (SiO2) 20.1 55.20

Aluminium Oxide (Al2O3) 4.9 4.48

Ferric Oxide (Fe2O3) 2.5 5.44

Calsium Oxide (CaO) 65 4.12

Magnesium Oxide (MgO) 3.1 2.25

Sodium Oxide (Na2O) 0.2 0.1

Potasium Oxide (K2O) 0.4 2.28

Sulphur Oxide (SO2) 2.3 2.25

Loss On Ignition (LOI) 2.4 13.86

(Abdullah,K dan Hussin,M,2010)

Dari tabel komposisi POFA (Palm Oil Fly Ash) diatas memperlihatkan

bahwa hasil pembakaran diruang bakar pabrik kelapa sawit menghasilkan POFA

yang mengandung partikel-partikel keramik seperti SiO2,Al2O3, CaO, dengan

partikel utama silicon dioksida.

2.5 Pengecoran Centrifugal Casting

Peroses pengecoran sentrifugal casting dilakukan dengan menuangkan

logam cair ke dalam cetakan yang berputar, baik vertical maupun horizontal,

diharapkan akibat pengaruh gaya sentrifugal tersebut dapat dihasilkan produk

coran yang lebih manfaat daripada pengecoran dengan cetaan statis. Pengecoran

sentrifugal aad dua macam yaitu horizontal dan vertical. Sentrifugal dalam

putaran menggunakan sumbu horizontal, sedangkan vertical menggunakan sumbu

(14)

2.5.1 Jenis-jenis Pengecoran Centrifugal Cesting

Centrifugal cesting dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke dalam

cetakan yang berputar. akibat pengaruh gaya sentrifugal logam cair akan

terdistribusi ke dinding rongga cetak dan kemudian membeku (Dharmadi,

E,S.,2007).

Ada beberapa jenis pengecoran centrifugal cesting, yaitu:

1. Pengecoran Sentrifugal Sejati

Pengecoran Sentrifugal Sejati Dalam pengecoran sentrifugal sejati, logam

cair dituangkan ke dalam cetakan yang berputar untuk menghasilkan benda cor

bentuk tabular, seperti pipa, tabung, bushing, cincin, dan lain-lainnya. True

centrifugal casting merupakan salah satu proses pengecoran yang menghasilkan

produk cor berbentuk silinder dengan cara memutar cetakan pada sumbunya.

Proses pengecoran dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal tanpa

menggunakan inti core.

Gambar 2.4 Pengecoran Sentrifugal Sejati

Dalam gambar ditunjukkan logam cair dituangkan ke dalam cetakan

horisontal yangsedang berputar melalui cawan tuang (pouring basin) yang terletak

pada salah satu ujung cetakan. Pada beberapa mesin, cetakan baru diputar setelah

logam cair dituangkan. Kecepatan putar yang sangat tinggi menghasilkan gaya

sentrifugal sehingga logam akan terbentuk sesuai dengan bentuk dinding cetakan.

Jadi, bentuk luar dari benda cor bisa bulatoktagonal, heksagonal, atau

bentuk-bentuk yang lain, tetapi sebelah dalamnya akan berbentuk-bentuk bulatan, karena adanya

(15)

2. Pengecoran Semi Sentrifugal

Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar

dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian yang dekat dengan pusat

rotasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang ditengah,

seperti roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah mudah dikerjakan

dengan pemesinan.Pada metode ini, gaya sentrifugal digunakan untuk

menghasilkan coran yang pejal (bukan bentuk tabular). Cetakan dirancang dengan

riser pada pusat untuk pengisian logam cair, seperti ditunjukkan dalam gambar.

Gambar 2.5 Proses Pengecoran Semi Sentrifugal

Densitas logam dalam akhir pengecoran lebih besar pada bagian luar

dibandingkan dengan bagian dalam coran yaitu bagian yang dekat dengan pusat

rotasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang ditengah,

seperti roda, puli. Bagian tengah yang memiliki densitas rendah mudah dikerjakan

dengan pemesinan.

3. Pengecoran Sentrifuge

Dalam pengecoran sentrifuge cetakan dirancang dengan beberapa rongga

cetak yang diletakkan disebelah luar dari pusat rotasi sedemikian rupa sehingga

logam cair yang dituangkan ke dalam cetakan akan didistribusikan kesetiap

(16)

Gambar 2.6 Proses Pengecoran Sentrifuge.

Proses ini digunakan untuk benda cor yang kecil, dan tidak diperlukan

persyaratan semetri radial seperti dua jenis pengecoran sentrifugal yang lain.

Perbedaan antara sentrifugal sejati, semi sentrifugal, dan sentrifuge ditunjukkan

dalam tabel.

Tabel 2.4 Perbedaan antara sentrifugal sejati,semi sentrifugal, dan sentrifuge

Sentrifugal Sejati Semi Sentrifugal Sentrifuge

1. Benda cor memiliki

simetri radial.

1. Benda cor

memiliki simetri

radial

1. tidak

dipersyaratkan

2. Pusat simetri

rongga cetak berada

pada pusat rotasi

2. Pusat simetri

rongga cetak

berada pada

pusat rotasi.

2. Rongga cetak

berada diluar

pusat rotasi.

3. Digunakan untuk

benda cor bentuk

tabular.

3 Digunakan untuk

benda cor yang

pejal(lubang

dibuat belakang)

3. Digunakan untuk

benda cor

berlubang/tidak

berlubang

(Sumber: Tditro, S.,2004). 2.6 Proses Pengecoran Logam

Proses pengecoran akan dihasilkan Aluminium dengan sifat-sifat yang

diinginkan. Aluminium murni memiliki sifat mampu cor dan sifat mekanis yang

(17)

tersebut. Beberapa elemen alloy yang sering ditambahkan diantaranya tembaga,

Magnesium, Mangan, Nnikel, Silikon dan sebagainya.

Pada desain coran perlu dipertimbangkan beberapa hal sehingga diperoleh

hasil coran yang baik, yaitu bentuk dari pola harus mudah dibuat, cetakan dari

coran hendaknya mudah, cetakan tidak menyebabkan cacat pada coran.

Untuk membuat cetakan, dibutuhkan saluran turun yang mangalirkan cairan

logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran,

tebalnya irisan dan macam logam dari coran. Selanjutnya diperlukan penentuan

keadaan-keadaan penuangan seperti temperatur penuangan dan laju penuangan.

Karena kualitas coran tergantung pada saluran turun, penambah, keadaan

penuangan, maka penentuannya memerlukan pertimbangan yang teliti.

Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke

dalam rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana

logam cair dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan.

Bagian-bagian tersebut terdiri dari: cawan tuang, saluran turun, pengalir,

dan saluran masuk.

1. Cawan tuang

Merupakan penerima yang menerima cairan logam langsung dari ladel.

Cawan tuang biasanya berbentuk corong atau cawan dengan saluran turun di

bawahnya. Cawan tuang harus mempunyai konstruksi yang tidak dapat

melakukan kotoran yang terbawa dalam logam cair dari ladel. Oleh karena itu

cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal. Kalau perbandingan antara: H tinggi

logam cair dalam cawan tuang dan d diameter cawan, harganya terlalu kecil,

misalnya kurang dari 3, maka akan terjadi pusaran-pusaran dan timbullah kerak

atau kotoran yang terapung pada permukaan logam cair. Karena itu dalamnya

cawan tuang sebaiknya dibuat sedalam mungkin. Sebaliknya kalau terlalu dalam,

penuangan menjadi sukar dan logam cair yang tersisa dalam cawan tuang akan

terlalu banyak sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu kedalaman cawan tuang

(18)

2. Saluran turun

Salurun turun adalah saluran yang pertama yang membawa cairan logam

dari cawan tuang kedalam pengalir dan saluran masuk. Saluran turun dibuat lurus

dan tegak dengan irisan berupa lingkaran. Kadang-kadang irisannya sama dari

atas sampai bawah, atau mengecil dari atas kebawah yang pertama dipakai kalau

dibutuhkan pengisian yang cepat dan lancar, sedangkan yang kedua dipakai

apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Salurun turun dibuat

dengan melubangi cetakan dengan mempergunakan satu batang atau dengan

memasang bumbung tahan panas yang dibuat dari samot. Samot ini cocok untuk

membuat salurun turun yang panjang. Ukuran diameter saluran turun bervariasi,

tergantung dari berat coran.

3. Pengalir

Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun ke

bagian-bagian yang cocok pada cetakan. Pengalir biasanya mempunyai irisan

seperti trapesium atau setengah lingkaran sebab irisan demikian mudah dibuat

pada permukaan pisah, lagi pula pengalir mempunyai luas permukaan yang

terkecil untuk satu luas irisan tertentu, sehingga lebih efektif untuk pendinginan

yang lambat. Pengalir lebih baik sebesar mungkin untuk melambatkan

pendinginan logam cair. Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran

yang terapung, terutama pada permulaan penuangan sehingga harus

dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut. Perpanjangan pemisah dibuat

pada ujung saluran pengalir agar logam cair yang pertama masuk akan mengisi

seluruh ruang pada cetakan, serta membuat kolam putaran pada saluran masuk

dan membuat saluran turun bantu.

4. Saluran Masuk

Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir

kedalam rongga cetakan. Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil dari

pada irisan pengalir, agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga

cetakan. Bentuk irisan saluran masuk biasanya berupa bujur sangkar, trapesium,

segitiga atau setengah lingkaran yang membesar kearah rongga cetakan untuk

(19)

diperbesar lagi kearah rongga. Pada pembongkaran saluran turun, irisan terkecil

ini mudah diputuskan sehingga mencegah kerusakan pada coran. 2.6 Pembuatan Coran

Untuk membuat coran, harus dilakukan beberapa proses seperti pencairan,

pembuatan cetakan, penuangan, pembongkaran dan pembersihan coran. Untuk

mencairkan logam bermacam-macam dapur yang dipakai. Umumnya kupola (

dapur induksi frekwensi rendah ) dipergunakan untuk besi cor, dapur busur listrik

(dapur induksi frekwensi tinggi ) digunakan untuk baja tuang dan dapur krus

untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan, karena dapur ini dapat

memberikan logam cair yang baik dan sangat ekonomis untuk logam-logam

tersebut.

Pengecoran tekanan rendah adalah satu cara pengecoran dimana diberikan

tekanan yang sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosfer pada pembuatan logam

dalam dapur, tekanan ini mengakibatkan mengalirnya logam cair ke atas melalui

pipa kedalam cetakan. Pengecoran sentrifugal adalah suatu cara pengecoran

dimana cetakan diputar dan logam cair dituangkan kedalamnya, sehingga logam

cair tertekan oleh gaya sentrifugal dan kemudian membeku.

2.7 Matriks

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi

volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Mentransfer tegangan ke serat.

2. Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.

3. Melindungi serat.

4. Memisahkan serat.

5. Melepas ikatan.

(20)

Gambar 2.7 Ilustrasi Matriks Pada Komposit

Berdasarkan bentuk dari matriks-nya, komposit dapat dibedakan menjadi:

Gambar 2.8 Klasifikasi komposit Berdasarkan bentuk dari matriks-nya

2.4.1. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites–MMC)

Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki

matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada

mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam

aplikasi aerospace.

1. Kelebihan MMC dibandingkan dengan PMC :

a. Transfer tegangan dan regangan yang baik.

b. Ketahanan terhadap temperature tinggi

c. Tidak menyerap kelembapan.

d. Tidak mudah terbakar.

e. Kekuatan tekan dan geser yang baik.

(21)

2. Kekurangan MMC :

a. Biayanya mahal

b. Standarisasi material dan proses yang sedikit

3. Matrik pada MMC :

a. Mempunyai keuletan yang tinggi

b. Mempunyai titik lebur yang rendah

c. Mempunyai densitas yang rendah

4. Adapun beberapa Proses pembuatan MMC adalah :

a. Powder metallurgy

b. Casting/liquid ilfiltration

c. Compocasting

d. Squeeze casting

Aplikasi MMC pada kehidupan sehari-hari dan dalam dunia keteknikan,

yaitu sebagai berikut:

1. Komponen automotive (blok-silinder-mesin,pully,poros gardan,dll)

2. Peralatan militer (sudu turbin,cakram kompresor,dll)

3. Aircraft (rak listrik pada pesawat terbang)

4. Peralatan Elektronik

2.4.3 Pengecoran Metal Matrix Composite ( MMC ) Dengan Metode Centrifugal Cesting.

pengecoran centrifugal cesting dilakukan dengan cara menuangkan paduan

logam cair (MMC) ke dalam cetakan yang berputar. Di bawah pengaruh gaya

sentrifugal benda coran akan padat, permukaan halus dan struktur logam yang

dihasilkan mempunyai struktur fisik yang unggul. Umumnya cara ini cocok untuk

benda coran yang berbentuk simetris .Dengan adanya pengaruh gaya sentrifugal

ini maka benda coran akan mengalami pembekuan dan memadat. Pada

pengecoran sentrifugal dengan material MMC bergerak rotasi sepanjang sumbu

horizontal/vertikal, sesuai dengan penerapan Hukum II Newton, gaya sentrifugal

pada benda yang berputar adalah sebanding dengan radius putar dan kuadrat dari

Gambar

Tabel 2.1  Sifat - sifat  fisik  aluminium
Tabel 2.2 Komposisi Kimia  Salah Satu Jenis Fly Ash Batubara
Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash (POFA)
Gambar 2.3(a) Bottom ash sesudah di grinding (b) Bottom ash sebelum di
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kemajuan teknologi terutama pada bidang teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat cepat dimana komputer pada beberapa dasawarsa yang lalu hanya digunakan sebagai

[r]

High concentrations of aluminum concentration of aluminum associated to cultured cells may induce apoptotic cell death by inducing transition from S be rather unlikely to occur in

[r]

magnocellular part; BLpc, basolateral amygdaloid nucleus, parvicellular part; BST, bed nucleus of stria terminalis; CeM, central medial thalamic nucleus; CDvm, caudate

[r]

[r]

Brains of normoglycemic rats (n 5 11), by contrast, showed only weak b -APP immunostaining in occasional non-necrotic pyramidal neurons of parietal neocortex; no necrosis was present