• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Sekolah Dasar a. Definisi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) punya peran esensial untuk membantu dan menaikkan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Karakteristik pendidikan jasmani ialah, pembelajaran yang memakai aktivitas fisik untuk menaikkan kebugaran jasmani yang bisa mendukung aktivitas pembelajaran.

Samsudin (2008:2) menguraikan, “Pendidikan jasmani ialah pembelajaran dengan aktivitas fisik yang dirancang menaikkan kebugaran fisik, kapasitas motorik, pengetahuan dan tingkah laku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi”. berdasar Advendi Kristiyandaru (2010:33) bahwasanya, “Pendidikan jasmani ialah komponen pendidikan yang memprioritaskan aktivitas fisik serta pembimbingan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang”. Seperti diuraikan di Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi (2019 : 96) bahwasanya, “Pendidikan jasmani pada intinya ialah komponen menyeluruh sistem pendidikan dengan keseluruhan, tujuannya meningkatkan kesehatan, kebugaran jasmani, kemampuan berfikir kritis, kestabilan emosional, kemampuan sosial, penalaran dan perbuatan moral dengan aktivitas jasmani dan olahraga”.

Pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada intinya punya penekanan yang sama, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwasanya, karakteristik pendidikan jasmani ialah pendidikan yang memakai atau memakai gerak fisik. Dari gerak fisik tersebut diharapkan menghasilkan perubahan dengan menyeluruh (holistik) pada diri siswa yang meliputi, perubahan fisik, perubahan sosial, perubahan mental dan perubahan emosional.

(2)

Berdasar karakteristik dari pendidikan jasmani, maka pendidikan jasmani punya kajian yang sangat luas dan kompleks. Satu dari hal yang jadi titik sentral dari pendidikan jasmani ialah, meningkatnya gerak manusia. Lebih lanjut, pendidikan jasmani punya kaitan pada gerak manusia dan pendidikan lainnya. Banyak teori atau pendapat para ahli yang menjelaskan mengenai pendidikan jasmani, namun esensinya tidak berbeda. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwasanya, pendidikan jasmani ialah pendidikan yang memakai gerak fisik untuk mengembangan kemampuan manusia dengan utuh. Dengan pendidikan jasmani, maka dilaksanakan gerak gerak fisik, dikembangkan dengan bersama-sama, baik aspek mental, aspek sosial dan aspek emosional. Hal inilah yang membeda pendidikan jasmani dengan pendidikana lainnya. Sebagaimana contoh Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang penekanannya pada perkembangan nasionalisme, tetapi aspek fisik tidak dikembangkan.

b. Ilmu yang Mendukung Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Aktifitas atau gerak jasmani ialah karakteristik dari pembelajaran. Pendidikan jasmani tersebut dirancang untuk menaikkan kemampuan siswa dengan keseluruhan, baik kebugaran jasmani, kapasitas motorik, pengetahuan dan tingkah laku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. berdasar pada Depdiknas (2004:6) diuraikan bahwasanya, “Pendidikan jasmani ialah metode pendidikan yang memakai aktivitas fisik dan diagendakan dengan sistematis tujuannya menaikkan individu dengan organik, neuromuscular, perceptual.

psikologi, sosial dan emosional”.

Gerak fisik ialah karakteristik dari pendidikan jasmani, sehingga hal tersebut yang membeda dengan pendidikan atau mata pelajaran lainnya. upaya mendukung pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, seseorang guru Penjas wajib mengerti dan kuasai ilmu yang mendukung pembelajaran pendidikan jasmani.

Depdiknas (2004 : 9) menerangkan, “Pendidikan jasmani memakai pendekatan interdisipliner, menyertakan sejumlah ilmu misalnya : anatomi, fisiologi, psikologi, dan ilmu lainnya. Penyokong pokok pendidikan jasmani ialah ilmu keolahragaan

(3)

yang meliputi filsafat, sejarah, pedagogi, sosiologi, fisiologi, dan biomekanika olahraga”. Pendapat lain dikemukakan Adang Suherman (2000 : 34) bahwasanya,

Skema komponen ilmu yang mendasari pendidikan jasmani yaitu :

Gambar 2. 1 Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani (Adang Suherman, 2000 : 34)

Bagan tersebut menunjukkan bahwasanya, terdapat delapan (8) ilmu yang mendukung pendidikan jasmani yang wajib diketahui dan dikuasai seseorang guru penjas. komponen landasan ilmiah di pendidikan jasmani ialah : sosiologi olahraga, pedagogi olahraga, teori pelatihan, sejarah olahraga, psikologi olahraga, kedokteran olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanik olahraga. Dari kedelapan ilmu tersebut punya keterkaitan dengan pendidikan jasmani. Untuk mendukung aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani, seseorang guru olahraga wajib mengerti dan menguasai ke delapan ilmu itu. Dengan sederhana delapan ilmu tersebut diuraikan dengan singkat yaitu :

1) Kedokteran olaharaga

Kedokteran olahraga atau sport medicine di pendidikan jasmani, ialah membahasa bidang kajian anatomi dan kondisi fisiologi baik bersifat teoritis dan

Sosiologi olahraga

Pedagogi Olahraga Teori Instruksi Umum dan

Khusus

Teori Pelatihan

Biomeknik olahraga

Psikologi olahraga

Pendidikan Jasmani Pendidikan dengan aktivitas fisik atau gerak

tubuh

Kedokteran olahraga

Filosofi Olahraga

Sejarah Olahraga

(4)

bersifat praktis. Sebagaimana contoh kajian yang sifatnya teoritis seperti kajian tentang : tulang, otot, saraf, nutrisi, energi, sistem penafasan, sistem sensori, gizi olahraga, pengujian medis. Sedangkan kajian yang sifatnya praktis seperti : penanganan cidera olahraga yang punya kaitan dengan upaya preventif, terapi dan rehabilitatif.

Selain hal tersebut diatas, sport medecine bisa juga dimanfaatkan untuk eksplorasi parameter kemampuan biologik, penelaahan kemempuan biologik, pemakaian data medik bisa memprediksi prestasi dan memprediksi kompetensi menguasai beban latihan.

2) Teori Pelatihan

Teori pelatihan yang mendukung di pendidikan jasmani punya kaitan dengan ilmu faal olahraga, biomekanika atau ilmu gerak, ilmu kedokteran olahraga dan psikologi olahraga. Teori pelatihan olahraga yang dimaksud contohnya : metode- metode melatih (kekuatan, daya tahan, kelincahan, kejiwaan, dan koordinasi), dampak latihan berat pada fungsi organ tubuh. Sebagaimana pembahasan pokok di teori kepelatihan di pendidikan jasmani seperti, penekana pada indikasi fisik atau biologis atas kerja fisik ataupun latihan berat.

3) Biomekanika Olahraga

Biomekanika olahraga ialah bidang ilmu keolaharagaan yang menelaah gerak manusia. Melalui pengembangan teknik analisa biomekanik bisa mengatasi sejumlahmasalah olahraga. Pada aspek mekanik dan performa olahraga ini ialah bentuk penekanan sport biomechanic. sejumlahcontoh kajian sport biomechanic antara lai : hukum-hukum gerak efisiensi dan efektivitas gerak, analisa bentuk dan arus gerak, pengambangan kapasitas olahraga dan rancangan alat untuk berlatih dan belajar keterampilan. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, analisa biomekanika sekarang ini melibatkan kecanggihan komputer.

Sebagaimana contoh analisa biomekanika yang melibatkan kecanggihan computer, menganalisa struktur gerak tiga dimensi sehingga lebih teliti dan bisa memahami kedudukan tubuh yang tepat atau kekeliruan yang ada.

(5)

4) Psikologi Olahraga

Psikologi olahraga ialah ilmu yang menelaah mengenai tingkah laku gerak manusia yang punya kaitan pada olahraga. Psikologi olahraga bisa dicermati dari tiga perpektif ialah : (1) tingkatan olahraga, ialah elit dan pemula, (2) berdasar macam atau jenis cabang olahraga misalnya : atletik, renang, sepakbola, (3) dilihat dari gerak dasar olahraga seperti psikologi bermain. Selain tiga hal tersebut, kajian lain dari psikologi olahraga antara lain : semangat atau motivasi olahraga, analisa pengetahuan atau kemampuan psikologi dan afektif (sikap) di performa olahraga seperti indikasi kecemasan dan arousal, bakat olahraga, personliti, psikologi kepelatihan dan pertandingan.

5) Pedagogi Olahraga

Pedagogi olahraga ialah ilmu yang mengkaji tingkah laku gerak manusia dan ditinjau sebagaimana alat ataupun media yang bisa dipergunakan untuk mengajari manusia dan memperdalam olahraga. Disisi lain, pedagogi olaharaga berbentukya mencari harapan juga keterbatasan gerak, bermain, dan aktivitas olahraga bisa dijadikan sebagaimana alat untuk mendapat pendidikan. Pedagogi olahraga juga punya kaitan dengan aktivitas pembelajaran pada seluruh kategori umur tidak memilah jenis kelamin, suku, agama, atau ekonomi; di kelompok sekolah ataupun luar sekolah; individu dengan kapasitas gerak rendah misalnya anak yang membutuhkan pelayanan khusus (penjas adaptif) ataupun individu yang telah jadi seseorang atlet.

Bagian pokok dari pedagogi olahraga, ialah : teori kurikulum dan teori pembelajaran. Pekerjaan pokok dari kedua bidang tersebut, ialah sebagaimana pusat informasi untuk menaikkan pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada gerak, bermain dan olahraga dengan optimal. di pedagogi olahraga memberikan landasan teoritis untuk membantu praktek olahraga yang sifatnya mendidik, meningkatkan manusia secara utuh, memperbanyak keterampilannya. punya kaitan dengan sub bagian bidang pedagogi, sebagaimana contoh : cara menganalisa dan menaikkan kapasitas mengajar (teaching skill) olahraga, cara

(6)

mempersiapkan kurikulum penjas adaptif atau pelatih olahraga, cara menganalisa keberhasilan mengajar olahraga, memahami ciri-ciri efektifitas mengajar olahraga, cara mempersipakan guru olahraga dan penyelenggaran program olahraga.

6) Sosiologi Olahraga

Sosiologi olahraga ialah ilmu olahraga yang menelaah eksistensi olahraga dilihat dari sistem sosial baik internal atau eksternal, mencakup tingkah laku sosial dengan mikro (tingkah laku kelompok) dan dengan makro (tingkah laku dan susunan organisasi dari sistem olahraga nasional). Kedua hal ini bisa ditinjau dari :

a. Figur sosial, contohnya : kepribadian pelatih, wasit, olahragawan, dan offisial.

b. Sistem sosial, sebagaimana contoh : keterkaitan sistem sosial dengan proses kehidupan sosial di olahraga, dampak olahraga pada budaya majemuk pada kehidupan sosial masyarakat, dampak olahraga pada individu dan sosial (keluarga, politik, sistem pendidikan, tempat kerja, struktur sosial secra keseluruhan).

c. Cabang olahraga, contohnya : masalah yang muncul pada cabang olahraga, persaingan, olahraga individu, dan kelompak.

Sub bidang pekerjaan pedagogi olahraga mencakup : aktivitas olahraga dan kehidupan manusia (rutinitas kerja, dan waktu senggang), olahraga dan masyarakat, olahraga dan masalah sosial, olahraga dan organisasi, olahraga pada sejumlah sosial budaya.

7) Sejarah Olahraga

Sejarah olahraga ialah ilmu yang menjelaskan atau menggambar perkembangan sebuah cabang olahraga. Dengan adanya ilmu sejarah olahraga penyampaian dan deskripsi perkembangan mengenai olahraga seperti aktivitas fisik dan pendidikan jasmani berkaitan erat dengan sejarah olahraga. Sejarah olahraga punya pengembangan tujuan keterengan dan interprestasi sejumlah cara

(7)

gerak, bermain dan olahraga saat ini. Pengetahuan mengenai sejarah olahraga bisa memberikan kontribusi pada perkembangan olahrga dimasa yang akan datang dengan pola yang tepat.

8) Filosofi Olahraga

Filosofi olahraga berkaitan mengenai penelaahan sejumlah bentuk olahraga berdasar landasan filosofinya, seperti : aliran filsafat, ontologi, estetik, etik, antropologi dan pendekatan ilmiah. Pada kajian fisiologi olahraga analisa kritis mengenai hakekat olahraga di kontek pendidikan ataupun pembangunan, tujuan yang akan diraih, makna olahraga dan hubungan jiwa dan badan.

c. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Pendidikan jasmani ialah komponeb integral yang tidak bisa dipisahkan dari tujuan pendidikan dengan keseluruhan. Hal ini karena pendidikan jasmani punya tujuan yang luas. Ega Trisna Rahayu (2013 : 19) menguraikan,

Tujuan dari pendidikan jasmani, antara lain :

1) Landasan karakter diletakkan dengan kuat dengan internalisasi nilai di pendidikan jasmani.

2) Landasan kepribadian dibangun dengan kuat, sikap mencintai kedamaian, sikap sosial serta toleransi di keragaman budaya, etnis dan agama.

3) Kapasita berfikir ditumbuhkan kritis dari tugas pendidikan jasmani.

4) Dikembangkan sikap jujur, disiplin, sportif, kerjasama, percaya diri, bertangggung jawab,.dan demokratis dengan aktivitas jasmani.

5) Ditingkatkan kapabilitas teknik dan kapasitas gerak, taktik serta strategi bebagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, aquatik dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

6) Dikembangkan kapasitas pengelolaan diri sebagai upaya pengembangan dan pemeliharaan kesegaran jasmani serta pola hidup sehat melalui sejumlah macam aktivtas jasmani.

7) Mengembangkan kapasitas dalam memelihara keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8) Mengerti dan mengetahui konsep kegiatan jasmani sebagaimana informasi untuk mendapat kesehatan tubuh, kesegaran jasmani dan pola hidup sehat.

9) Memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan atau aktivitas jasmani yang lebih rekreatif.

Opini diatas menungkapkan bahwasanya, tujuan dari pendidikan jasamani

(8)

meliputi sembilan hal, ialah : landasan karakter, landasan kepribadian, kemampuan berfikir kritis, dikembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, dikembangkan kapasitas gerak, keterampilan teknik, taktik dan strategi permainan, dikembangkan dan pengelolaan kesegaran jasmani, dikembangkan kapasitas untuk memelihara keselamatan diri sendiri dan orang lain, memahami serta mengerti konsep dari aktivitas jasmani serta bisa memanfaatkan waktu melalui aktifitas jasmani yang rekreatif.

Berdasar tujuan pendidikan jasmani tersebut diatas, tentu memberikan manfaat bagi peserta didik. Agus Mahendra (2004 :7-8) menguraikan,

Manfaat umum dari pendidikan jasmani di sekolah : 1) Terpenuhinya kebutuhan gerak siswa

Pendidikan jasmani ialah pendidikan yang memakai gerak fisik atau tubuh yang dikaitan dengan kebutuhan gerak peserta didik, sehingga siswa bisa belajar sambil bergembira atau bermain untuk menyalurkan hasrat geraknya. Terpenuhinya dan tercapaianya kebutuhan gerak peserta didik, maka sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.

2) Pengenalan siswa pada lingkungan dan kemampuan (potensi) di diri peserta didik

Pendidikan jasmani ialah pendidikan dengan gerak tubuh, sehingga siswa lebih senang bergerak atau bermain dari pada melihat contoh atau mendengar deskripsi dari guru. Melalui bermain atau bergerak siswa belajar mengenai kemampuan di dirinya dan siswa mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Pengalaman ini bisa merangsang pertumbuhan intelektual, hubungan sosial, perkembangan harga diri yang jadi dasar kepribadian siswa di masa depannya.

3) Ditanamkan dasar kapasitas yang berguna di diri siswa

Pendidikan jasmani punya peran esensial untuk mengembangakan sejumlah macam dasar kapasitas yang dibutuhkan siswa untuk kehidupan di masa depannya. Pada usia sekolah dasar ialah kesempatan untuk membelajarkan siswa mengenai kemampuan gerak supaya tidak terlambat. Jika terlambat di membelajarkan kapasitas gerak, maka berpengaruh pada perkembangan anak pada usia berikutnya.

4) Energi yang berlebihan pada diri siswa bisa tersalurkan

Pada usia sekolah dasar, siswa punya masa kelebihan keseimbangan tingkah laku dan mental. Kelebiahn energi pada siswa yang telah tersalurkan, sehingga siswa mendapat keseimbangan di dirinya. Setelah istrahat yang cukup, anak kembali memperbaharui dan memulihan

(9)

energinya dengan optimal.

5) Proses pendidikan pada diri siswa menyeluruh baik fisik, mental, dan emosional

Pendidikan jasmani memberikan konstribusi dengan menyeluruh pada diri peserta didik. Melalui pendidikan yang menyeluruh pada diri peserta didik, maka perkembangan dan pertumbuhan peserta optimal, baik fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.

Tidak sedikit kebaikan yang didapat dari pembelajaran pendidikan jasmani.

Manfaat yang diperoleh siswa melalui pembelajaran pendidikan jasmani seperti : hasrat gerak siswa terpenuhi, dikenalkannya lingkungan dan potensi peserta didik, ditanamkan dasar-dasar kapasitas yang bermanfaat bagi peserta didik, energy yang berlebihan di diri siswa tersalurkan, dan sebagaimana proses pendidikan secara menyeluruh baik fisik, mental atau emosional.

d. Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani punya peran esensial untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan siswa dengan keseluruhan, baik fisik, gerak, mental dan emosional.

upaya mendukung perkembangan dan pertumbuhan siswa dengan optimal, maka di kurikulum Penjas sekolah dasar telah diatur sejumlah macam permainan dan olahraga untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Ega Trisna Rahayu (2013 : 18) menguraikan,

Materi pendidikan jasmani dan kesehatan sekolah dasar yaitu :

1) Permainan dan olahraga terdiri dari : olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, kapasitas lokomotor non-lokomotor dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, dan aktivitas lain.

2) Kegiatan pengembangan terdiri dari : mekanika sikap tubuh, komponen kesegaran jasmani dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3) Kegiatan senam terdiri dari : ketangkasan sederhana, ketangkasan tidak memakai alat, ketangkasan memakai alat, dan senam lantai, dan juga aktivitas lainya.

4) Gerak berirama (ritmik) terdiri dari : gerak bebas, senam pagi, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) dan senam aerobik.

5) Aquatik (aktivitas air) terdiri dari : permainan di air, keselamtan air, kapasitas gerak di air, dan renang.

(10)

6) Pendidikan luar kelas (outdoor class), terdiri dari : piknik/ karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

7) Kesehatan, terdiri dari : membudayakan hidup sehat tiap hari, terutama yang terkait dengan perawatan badan supaya tetap sehat dan terhindar dari sejumlah penyakit, merawat dan memelihara lingkungan yang sehat, konsumsi makanan dan minuman yang sehat, menghindari dan mengobati cidera, mengatur waktu istirahat yang cukup dan berpartisipasi secara aktif di kegiatan P3K dan UKS.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwasanya, materi Penjas sekolah dasar terdiri dari tujuh aspek, ialah : permainan olahraga, pengembangan diri, aktivitas senam, gerak berirama (aktivitas ritmik), aquatic (aktivitas air), outdoor class (pendidikan luar kelas) dan kesehatan. Dari ketujuh materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Sekolah Dasar tersebut terdiri sejumlahmacam permainan, olahraga dan kesehatan yang harus diajarkan pada siswa sekolah dasar. Melalui pembelajaran materi-materi Penjas sekolah dasar tersebut diharapakan bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan menyeluruh baik fisik ataupun psikologisnya.

2. Profesionalisme Pendidik

a. Pengertian Profesionalisme Pendidik

Profesionalise guru yang baik ialah satu dari upaya untuk menaikkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sejumlah macam cara telah dilaksanakan pemerintah untuk menaikkan profesionalitas seseorang pendidik. Melalui tenaga-tenaga pendidik yang profesionalitas inilah diharapkan kualitas pendidikan Indonesia mampu bersaing dengan kualitas pendidikan Negara-negara lain. punya kaitan dengan tenaga kependidikan, Oemar Hamalik (2003 :9) berpendapat, “Tenaga kependidikan ialah satu komponen yang esensial di penyelenggaraan pendidikan, yang tugasnya melaksanakan aktivitas mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis di lingkup kependidikan”. Pendapat lain diuraikan Di UU No. 20/2003 pasal 39 ayat 2 bahwasanya, “.Tenaga pendidik ialah tenaga profesional yang bertugas mengagendakan dan penyelenggaraan, evaluasi hasil pembelajaran, melalukan

(11)

pembimbingan dan pelatihan, dan juga melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, utamanya pendidik di perguruan tinggi”.

Berdasar pengertian tenaga kependidikan dari dua pendapat diatas bisa diambil kesimpulan bahwasanya, tenaga pendidik (guru) ialah satu dari komponen dari pendidikan yang bertugas mengagendakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan juga melakukan penelitian dan pengabdian pada msyarakat. Berdasar pengertian tenaga kependidikan tersebut menunjukkan bahwasanya, pendidik atau guru tidak hanya sebagaimana pendidik yang mentranfer ilmunya pada siswa (transformer of knowledge). Namun pendidik atau guru jadi pemberi nilai (transformer of values) dan juga sebagaimana pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa di belajar. Kemampuan seseorang pendidik melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin, maka akan menaikkan kualitas pendidikan baik kualitas proses pembelajaran ataupun kualitas output (kualitas lulusan).

Meningkatnya kualitas pendidikan berkaitan adanya guru yang profesional.

Tenaga pendidik yang profesional tentu bisa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan profesional Moh. Uzer Usman (2002:11) berpendapat,

“Guru profesional sebagaimana seorang yang punya kapasitas dan keahlian pada lingkup keguruan, maka ia bisa melaksanakan dan menanggung tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana guru secara optimal”. Seperti dikemukakan Syaiful Sagala (2011 :1) bahwasanya, “Guru profesional ialah seorang ahli di pekerjaannya, dengan kapabilitasnya melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Bukan sekedar mengisi waktu luang atau main-main”. Pendapat Agus F. Tamyong yang dikutip Usman (2010 :15) yaitu, “Guru profesional ialah orang yang punya kapasitas dan keahlian tertentu di lingkup keguruan yang membuat ia bisa melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana guru dengan kemampuan optimal”. berdasar pada Buchari Alma (2010:127) bahwasanya “Guru profesional ialah guru yang paham betul mengenai apa yang diajarkan, bisa mengajar dengan efektif, efisien, dan berkepribadian baik. Guru dengan moral tinggi serta beriman perilakunya didasari

(12)

nilai-nilai yang luhur”.

Pengertian guru profesional yang dikemukakan empat ahli tersebut pada prinsipnya hampir sama, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwasanya, guru profesional ialah seseorang guru yang punya kemampuan atau keahlian seuai dengan bidang keguruan, menjadikan bisa melaksaanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana guru dengan kapabilitas yang maksimal. Profesionalisme guru ialah satu pekerjaan sebagaimana pendidik, di melakukan tugas serta pekerjaan wajib punya keahlian tertentu sebagaimana pendidik, memberikan pelayanan pada peserta didik, punya tanggungjawab pada pekerjaannya. Berdasar hal tersebut, sebagaimana guru yang profesional, tentunya berbeda dengan profesi lainnya. Berdasar UU No.

20/2003, UU No. 14/2005 dan PP No. 19/2005 diuraikan bahwasanya,

Guru harus punya kapabilitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan juga punya kompetensi menjadikan tujuan pendidikan nasional. Persyaratan akademik guru ialah S1/D-IV yang ditunjukan melalui ijasah sama dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat tugasnya. Persyaratan kompetensi guru meliputi penguasaan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang ditunjukkan dari sertifikat pendidik dari sertifikasi.

Berdasar undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut menunjukkan bahwasanya, seseorang guru yang profesional harus punya kompetensi yang baik sebagaimana pendidik, punya sertifikat pendidik yang relevan, punya kapabilitas akademik yang sesuai, sehat jasmani dan rohani, dan juga punya kompetensi untuk menjadikan tujuan pendidikan nasional. Sebagi pendidik yang profesional minimal kapabilitas akademiknya S1/D-IV. Faktor yang tidak kalah pentingnya harus punya kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

b. Ciri-Ciri Guru Profesional

Pendidikan Indonesia pada saat ini berbentukya menaikkan kualitasnya.

Sejumlah upaya dilaksanakan pemerintah untuk menaikkan kualitas pendidikan Indonesia. Satu dari upaya pemerintah untuk menaikkan kualitas pendidikan, ialah

(13)

menempatkan pendidik atau guru yang profesional. Untuk melakukan tugas dan tanggungjawab sebagaimana pendidik, maka guru yang profesional punya ciri-ciri yang terkait dengan aktivitas pendidikan. Suryadi di Buchari alma (2010 : 150) mengatakan :

Guru profesional diminta untuk punya lima hal berikut : 1) Guru punya komitmen kepada pembelajaran dan siswa 2) Guru harus menguasai mata pelajaran yang di ajarakan

3) Bertanggung jawab melihat hasil belajar dengan cara evaluasi ialah tugas guru

4) Guru bisa berpikir sistematik

5) Guru sepatutnya ialah komponen dari masyarakat belajar di lingkungan profesi

Pendapat lain dikemukakan E. Mulyasa (2006 :17) bahwasanya, sejumlah indikator yang bisa dijadikan tolak ukur karakteristik guru yang kompeten dan professional ialah : “(1) bisa meningkatkan tanggungjawab, (2) bisa melakukan peran dan fungsinya, (3) bisa bekerja untuk menjadikan tujuan pendidikan di sekolah dan (4) bisa melakukan peran dan fungsinya di pembelajaran di kelas”.

Berdasar dua pendapat tersebut diatas menunjukkan bahwasanya, seseorang guru yang profesional punya sejumlahciri atau kriteria antara lain : punya komitmen pada siswa di aktivitas pembelajaran, guru menguasai materi pelajaran yang diajarkan pada peserta didik, punya kaitan rasa tangung jawab pada hasil belajar peserta didik, bisa melakukan peran dan fungsinya di pembalajaran di kelas, selalu meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki, menjunjung tinggi moral dan nilai-nilai agama dan juga mematuhi peraturan perundang-undangan hukum kode etik guru.

c. Standar Syarat Jadi Guru Profesional

Profesi guru sekarang dipertemukan pada beberapa masalah, dikarenakan profesi guru yang sedang tumbuh dan jadi idaman banyak orang, seluruh permasalahan masih relevan untuk dibicarakan, diantaranya profesi guru atau pendidik wajib melewati pendidikan tinggi keguruan. Di UU No. 14/2005 pasal 8 diuraikan bahwasanya, “Guru wajib punya kapabilitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani dan juga punya kemampuan untuk menjadikan

(14)

tujuan pendidikan nasional”. Kemudian pasal 9 menjelaskan, “Kapabilitas akademik sebagaimana dimaksud pasal 8 didapat melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diplomat empat”.

Berdasar UU No. 14 tahun 2005 pasal 8 dan 9 dengan jelas dinyatakan bahwasanya, kapabilitas guru minimal pendidikannya Sarjana (S1) atau. Diploma Empat (DIV). Dengan lebih jelas kapabilitas akademik dan kompetensi diatur di Permendiknas No. 16 Tahun 2017 yaitu :

1) Kapabilitas Akademis guru PAUD/TK/RA atau Sarjana (S1) untuk PAUD atau psikologi yang didapat dari program studi terakreditasi.

2) Kapabilitas Akademis Guru SD/MI ialah minimal DIV atau S1 bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi

3) Kapabilitas Akademis guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK ialah minmal DIV atau S1 program studi yang sama mata pelajaran yang diajar atau diampu yang diperoleh dari program studi terakreditasi.

4) Kapabilitas Akademis guru SDLB/SMPLB/SMALB ialah minimal DIV atau S1 program pendidikan khusus atau sarjana yang sama demgam mata pelajaran yang diajar atau diampu dan diperoleh dari program studi terakreditasi.

Sebagaimana syarat minimal sebagaimana guru profesional ialah minimal punya kapabilitas akademis Diploma Empat (DIV) dan Sarjana (S1), baik dari jenjang paling rendah PAUD, TK, RA sampai SMA, Ma atau SMK. Hal yang tak kalah pentingnya sebagaimana syarat guru profesional punya kompetensi yang baik.

Punya kapabilitas akademik minilal DIV atau S1 ialah syarat mutlak yang harus dipenuh sebagaimana guru profesional. Selain itu, di mengajar atau melaksanakan pembelajaran harus sama dengan proprgam studi yang didapat sama perkuliahannya. Supaya kualitas pendidikan di Indonesia meningkat, maka syarat- syarat sebagaimana guru profesional harus dicukupi. Syaiful Sagala (2011 : 11) menguraikan, “Standar yang disyaratkan jadi guru yang profesional mencakup tugas dan tanggungjawab, guru profesional senantiasa menaikkan kualitasnya, standart profesional guru Indonesia dan kode etik dan juga kepribadian guru”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwasanya, selain punya kapabilitas akademik

(15)

yang sama dan punya kompetensi yang baik, standar lain sebagaimana guru profesional bisa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, selalu berbentukya menaikkan kualitasnya dan standart professional guru Indonesia dan kode etik dan juga kepribadian guru. Dengan sederhana standar syarat guru profesional diuraikan dengan singkat yaitu :

1) Tugas dan Tanggungjawab Guru

Guru ialah perkerjaan profesi, dengan holistik ada di tingkatan teringgi di Sistem Pendidikan Nasional. Untuk itu guru melakukan tugas profesionalnya memiki otonominya. Tugas guru yang banyak terkait kedinasan dan profesi di sekolah, misal mengajar dan membimbing muridnya, menyiapkan administrasi pembelajaran, memberikan penilaian hasil belajar peserta didik, dan aktivitas lain terkait. Untuk itu, guru selalu mengupayakan peningkatan dan pengembangan ilmu yang jadi bidang ilmunya supaya tetap mengikuti jaman, atau di luar kedinasan kaitannya untuk misi kemanusian dan kemasyarakatan umum diluar sekolah.

Guru diharapkan tidak tertinggal perkembangan sosial di masyarakat. Tugas guru sebagaimana pendidik harus melanjutkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada siswanya. Untuk itu murid belajar mendapat dan meningkatkan ketrampilan, berlatih mengaplikasikan untuk manfaat yang lebih besar. Guru profesional juga menjadi orang tua kedua peserta didik.

Tidak ada satu pun guru yang menginginkan anak didiknya tidak sukses atau tidak berhasil. Pendidikan yang tepat bisa menjadikan guru senantiasa memberikan perhatian pada permasalahan anak didiknya. Seorang guru yang dedikasinya tinggi mengabaikan hambatan yang dihadapi, sejumlah kendala atau kesulitan seperti cuaca panas ataupun dingin, hujan lebat, atau gerimis, ataupun sakit dan lain sebagainya yang esensial tetap bisa memberikan pelayanan yang mumpuni pada anak didik yang jadi tanggung jawab. Meski terkadang guru menghadapi anak didiknya yang berlaku tidak tepat, misalnya kurang sopan, kasar, bandel, nakal dan lain-lain. Sifat dan sikap sebagaimana pendidik tetap

(16)

ditampilkan, meskipun di hati jengkel menghadapi anak yang nakal atau bandel.

Jadi tugas dan tanggungjawab guru tidak sebatas mewariskan ilmu pada murid, melainkan guru wajib membentuk kepribadian dan jiwa anak yang memerlukan masukan positif seperti ajaran agama, ideologi, dan lainya. Memberikan edukasi juga jadi tugas guru, sehingga siswa punya jiwa dan watak yang baik.

Peran guru dengan holistik pada siswa akan membentuk karakteristik siswa yang beriman, cakap, berakhlak mulia, mandiri, berguna untuk nusa dan bangsa, utamanya kehidupan mendatang. Guru wajib bertanggungjawab atas segala sikap, tingkah laku dan amalnya di rangka membina dan membimbing anak didiknya. Oleh karenanya tugas guru sangatlah berat dan kompleks, kaitan dengan dirinya, peserta didik, reka kerja, kepala sekolah, dengan orang tua murid, ataupun lainnya.

2) Guru Profesional Senantiasa Menaikkan Kualitasnya

Guru langsung terkait dengan proses belajar mengajar ataupun tidak, sangat banyak dan memiliki pengaruh pada hasil belajar mengajar yang ialah tugas dan kewajiban. Jika murid memperoleh nilai bagus, guru akan mendapatkan pujian dan sanjungan, sebaliknya, jika siswa nilainya buruk atau tidak lulus, seluruh kesalahan ditumpahkan pada guru. Seseorang guru wajib menambah ilmu pengetahuanya supaya tidak ketinggalan jaman. Sajidan (2011 : 10) menguraikan,

Satu dari indikator guru profesional diantaranya wawasan content pengetahuan yang disampaikan. Guru harus dengan terus-menerus meningkatkan dan menaikkan penguasaan pengetahuannya, sehingga pengetahuan yang dimiliki terus berkembang dan up to date.

Kompetensi bisa didapat dengan :

a) Kualitas akademik sama dengan UUGD No. 14 tahun 2005 dan PP No. 19/2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan bahwasanya kapabilitas pendidikan minimal S1 dan DIV

b) Pendidikan dan latihan, short courses, TOT, kursus dan magang c) Tutorial dan exercise ialah wahana pengembangan profesionalisme

guru melalui KKG, MGMP, MKKS.

d) Research based learning (RBL).

(17)

Berdasar pendapat tersebut menunjukkan bahwasanya, kualitas seseorang guru harus terus menerus ditingkatkan. Untuk menaikkan kualitas guru bisa dilaksanakan dengan sejumlah macam langakah seperti, minimal seseorang guru S1 atau D4, melalui pendidikand an latihan, short course, TOT, kursus, magang, tutorial dan eXercise melalui KKG, MGMP, KKS dan Research Based Learning (RBL). Dengan selalu menaikkan kualitasnya, maka akan meningkat pula kualitas pendidikan di Indonesia.

3) Standar Profesional Guru Indonesia

Standar profesional guru punya batas minimal pendidikan ialah S1 atau D4 dan disertai serfikat profesi. Guru dengan standar ialah guru yang mencapai kapabilitas yang disyaratkan dan mengerti pasti yang dilaksanakan ketika di dalam ataupun luar kelas. Selain tugas mengajar sebagaimana tugas wajib guru, terdapat pesoalan ataupun tugas prinsip yang seluruh guru wajib mengatahui dan menguasai seperti tugas seseorang guru profesional. Tugas-tugas tersebut misalnya : mengelola peserta didik, personel, sarana prasarana, administrasi kurikulum dan pengembangannya, keuangan, layanan khusus dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Jika ditinjau dari bebannya, persoalan tersebut menambah tugas guru dikarenakan diluar dari tugas mengajar. Namun apabila dilihat lebih cermat, memiliki kaitan pada ketertiban dan kerapian.

3. Kompetensi Guru Profesional

a. Pengertian Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi ialah penggabungan pengetahuan/daya pikir, sikap/daya kalbu dan keterampilan (daya fisik) yang diimplemantasikan di bentuk perbuatan atau tindakan. Selain itu, kompetensi punya makna kombinasi penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dibuktikan di kebiasaan berpikir dan bertindak di melaksanakan tugas. Kompetensi bisa juga diartikan perpaduan dari kemampuan, kecakapan, pengetahuan, sifat, sikap, apresiasi, pemahaman, dan harapan yang melandasi karakter seseorang untuk berunjuk kerja melaksanakan tugas untuk

(18)

memperoleh standar kualitas pekerjaan. Di UU No. 14/2005 mengenai guru dan dosen pasal 1 ayat 10, diuraikan, “Kompetensi ialah instrumen pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku yang wajib dipunyai, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen menjalankan tugas keprofesionalan”. Pendapat lain dijelaskan Syaiful Sagala (2011:4) bahwasanya, “Kompetensi ialah instrumen pengetahuan, ketrampilan, dan tingkah laku yang wajib dipunyai, dihayati, dan dikuasai guru untuk bisa melaksanakan tugas profesionalisnya”. Husdarta (2009:23) menguraikan tiga aspek kompetensi guru ialah :

1) Ciri dan karakteristik saat menjalankan tugas punya kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan.

2) Karakteristik dan ciri kompetensi yang diilustrasikan pada aspek pertama itu nyata (manifest) di tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya.

3) Terpenuhinya satu kriteria standar dan kualitas tertentu sebagaimana hasil dari hasil unjuk kerja.

Berdasar tiga pendapat ahli mengenai kompetensi bisa diambil kesimpulan bahwasanya, kompetensi ialah unjuk kerja kemampuan seseorang di melaksanakan tugas pekerjaan yang dibebankannyad, supaya tujuan yang ditentukan bisa tercapai lebih efektif dan efisien sama dengan parameter standar yang ditetapkan. Supaya pelaksanaan tugas bisa berlangsung lancar dan juga tujuan bisa tercapai lebih maksimal, maka menugaskan seseorang pada suatu jabatan wajib punya kompetensi yang sama dengan tugas yang dibebankannya.

b. Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru Profesional

Punya kompetensi yang baik ialah faktor esensial sebagaimana guru profesional.

Berdasar UU No. 14/2005 mengenai Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1) diuraikan bahwasanya, “Kompetensi guru seperti tercantum di Pasal 8, yang ada pada guru dan dosen mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang didapat dari pendidikan profesi”. di PP No. 19/2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, diuraikan, “Guru wajib punya kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial”. Sedangkan Nanang Hanafian & Cucu Suhana

(19)

(2010: 04) mengilustrasikan skematis kompetensi guru yaitu :

Gambar 2. 2 Skematis Kompetensi Guru Profesional (Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2010 : 104)

Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki seseorang guru profesional, ialah : kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional saling terkait satu sama lainya. Sebagaimana guru yang profesional, maka keempat kompetnsi tersebut harus dikembangkan dan ditingkatkan di menjalankan tugas dan kewajibannya. Dengan sederhana keempat kompetensi tersebut diuraikan yaitu :

1) Kompetensi Pedagogik

Bedjo Sujanto (2009 : 65) berpendapat, “Kompetensi pedagogik ialah kapabilitas melibatkan kepiawaian atau kepandaian pendidik di mengelola pembelajaran”. Sedangkan Sajidan (2011 : 13) berpendapat, “Kompetensi

pedagogi k

pemahaman peserta didik, perancangan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, dan juga pengembangan peserta didik

kepribadia n

mantap dan stabil, dewasa, arief, berwibawa dan akhlak mulia

1) norma hukum dan sosial, rasa bangga, konsisten dengan norma

2) mandiri dan etos kerja

3) berpengaruh positif dan disegani 4) norma religius dan diteladani 5) jujur

profesion al

Penguasaan kelimuan bidang studi dan langkah kejian kritis pendalaman isi bidang studi

1) Paham materi, konsep, srtuktur, metode keilmuan yang menaungi, mmenerepkan dan kehidupan sehari-hari

2) Metode pengembangan ilmu, kreatif, inovatif, telaah kritis

sosial

komunikas daan bergaul dengan peserta didik, kolegan, masyarakat

menarik, kolaboratif, empati, suka menolong, komunikatif, jadi panutan, kooperatif

1) Aspek potensi peserta didik

2) Teori belajar dan

pembelajaran,strategi,kompetensi,isi dan merancang pembelajaran

3) Menata dan melaksanakan 4) Assesmen proses dan hasil

5) Pengembangan akademik dan non akademik

(20)

pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang mencakup pemahaman pada murid, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan pengembangan siswa untuk mengekspresikan sejumlah kemampuan yang dipunyai”.

Kompetensi pendagogik pada prinsipnya berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi pedagogik ialah kepandian seseorang pendidik di pengelolaan siswa terdiri dari pemahaman pengetahuan guru mengenai landasan dan filsafat pendidikan. seseorang guru guru profesional harus memahami kemampuan atau kemampuan dan keragaman peserta didik, supaya guru bisa mendesain atau merancang strategi pembelajaran sama keunikan tiap siswa yang diajarnya Sebagai guru yang profesional harus bisa meningkatkan kurikulum atau silabus yang implementasi di bentuk pengalaman belajar. Selain itu, tugas seseorang guru ialah, menyusun agenda dan srategi pembelajaran berdasar standar kompetensi dan kompetensi standar. Guru harus bisa melakasankan pembelajaran bersifat mendidik pada situasi dialogis dan interaktif, hasilnya pembelajaran jadi aktif, inovatif, efektif, kreatif dan menarik. Guru harus bisa melaksanakan evaluasi pembelajaran melalui pemenuhan prosedur dan standar yang disyaratkan dan bisa meningkatkan bakat minat siswa melalui aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasi sejumlah kemampuan yang dimiliki peserta didik.

2) Kompetensi Kepribadian

Punya kaitan dengan kompetensi kepribadian guru profesional telah diatur di PP No. 19/2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir b, berbunyi, “Kompetensi kepribadian ialah kapasitas kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, jadi teladan bagi murid, dan berakhlak mulia”. Berdasar pada Buchari Alma(2010:136) bahwasanya, “Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang punya kaitan dengan tingkah laku pribadi guru tersebut yang wajib punya nilai luhur yang terpancar di tingkah laku keseharian”. Sedangkan Sajidan (2011:13) berpendapat, “Kompetensi

(21)

kepribadian ialah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, aif dan berwibawa jadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia”.

Pada intinya kompetensi kepribadian punya kaitan dengan aspek psikologis.

sejumlahaspek psikologis kompetensi guru menentukan kemampuan diri yang menggambarkan kepribadian yang baik seperti punya konsistensi di bertindak sama norma hukum, sosial, dan etika yang ada. Dewasa punya arti kemandirian untuk berperilaku sebagaimana pendidik dan punya etos kerja sebagaimana guru.

Arif serta bijaksana ialah cerminan bagi seseorang siswa di sekolah dan masyarakat untuk menampakkan keterbukaan berfikir dan bertindak. Berwibawa ialah tingkah laku guru yang memiliki pengaruh pada siswa. Ahlak mulia dan tingkah laku bisa diteladani oleh siswa, bertindak dengan norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian bisa di gunakan untuk sumber motivasi, kekuatan, inovasi, inspirasi bagi peseta didik.

3) Kompetensi Profesional

Menurut M. Gorky Sembiring (2009 : 40) bahwasanya, “Kompetensi profesional ialah wujud nyata kapabilitas penguasaan atas materi pelajaran dengan luas dan mendalam”. Sedangkan Sajidan (2011 : 13) mengemukakan,

“Kompetensi profesional ialah kapabilitas pendidik menguasai materi pembelajaran dengan luas dan mendalam dapat membimbing siswa mendapat kompetensi yang ditentukan”.

Kompetensi profesional sangat esensial bagi seseorang guru di melaksanakan aktivitas pembelajaran. Hal ini karena, seseorang guru profesional harus punya pengetahauan yang luas yang berkenaan dengan bidang pelajaran yang diampunya. Dengan menguasai ilmu sama bidang keahliannya, maka akan membantu mengaplikasikan beberapa konsep, asas kerja sebagaimana guru, bisa mengilustrasikan beberapa strategi ataupun pendekatan pembelajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. Berdasar hal tersebut, maka peranan guru sangat berpengaruh pada kebehasilan pembelajaran. Karenanya, seseorang guru wajib profesional dengan menguasai dan meningkatkan

(22)

pengetahuannya supaya pembelajaran yang dilaksanakan jadi lebih punya kualitas, sehingga bisa mendukung keberhasilan pembelajaran lebih maksimal.

4) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berdasar pada Buchari Alma (2010 :137) ialah, “Ialah kapabilitas guru untuk mengerti pribadinya sebagai komponen tak terpisah dari masyarakat yang punya kemampuan, kapasitas yang cukup luas, ikut dengan aktif di proses pembangunan”. Sedangkan Sajidan (2011 : 13) berpendapat,

“Kompetensi sosial ialah kapabilitas pendidik komunikasi dan interaksi dengan peserta didik secara efektif, antar pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa dan masyarakat”.

Seorang guru ialah makhluk sosial yang tidak berbeda dengan orang lain.

Sebagi guru profesional, maka seseorang guru harus punya kompetensi sosial untuk berinteraksi sama orang lain. Kompetensi sosial ditunjukkan dengan bertingkah laku santun, berinetraksi dengan luwes dan menarik, bisa berkomunikasi, punya empati pada orang lain dan lain sebagainya. Demikian halnya saat melaksanakan pembelajaran, seseorang guru harus dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan efektif dan menarik pada peserta didik, wali murid, masyarakat sekitar sekolahan, sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

aktivitas atau aktivitas seseorang pendidik tersebut diatas menunjukkan kemampuan sosial guru pada saat melaksanakan interaksi sebagaimana profesi ataupun sebagaimana masyarakat dan kemampuan mengimplememtasikan pada hidup keseharian.

4. Kinerja Guru

a. Hakikat Kinerja Guru

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan, guru ialah sebuah pekerjaan yang profesional. Guru yang profesional tentu tidak dibebani tugas dan tanggungjawab yang wajib dilakukan sebaik mungkin. Tugas dan tanggungjawab yang dikerjakan oleh seseorang guru ialah sebuah bentuk kinerja. Kinerja yang

(23)

dilaksanakan seseorang guru tentu dinilai atau dievaluasi oleh atasannya, ialah kepala sekolah. Husaini Usman (2009 : 490) menguraikan, “Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) ialah hasil yang diperoleh guru saat melakukan tugas yang ditanggungkan kepadanya dilandaskan pada kecakapan, pengalaman dan kesungguhan dan waktu dengan output yang diwujudkan tampak baik”. Sedangkan Ondi Saondi & Aris Suherman (2012 : 21) berpendapat, “Kinerja guru ialah kapabilitas yang diperlihatkan guru saat melakukan tugas/pekerjaannya. Kinerja dikategorikan baik dan memuaskan jika tujuan yang didapat setara standar yang ditentukan”. berdasar pada E. Mulyasa (2013 : 98) bahwasanya, “Kinerja guru itu berkaitan pada kualitas guru melaksanakan tugas, misalnya : bekerja dengan siswa dengan individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran, menyertakan murid di sejumlah pengalaman belajar, kepemimpinan aktif dari guru”.

Kinerja guru pada intinya ialah kualitas bekerja yang diperlihatkan pada seseorang guru melakukan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

Kinerja guru dinilai oleh kepala sekolah yang didasarkan pada kriteria yang ada.

Kepala sekolah akan memberikan nilai baik, jika kinerja guru sama dengan kriteria yang ada. Tetapi sebaliknya, penilaian kinerja kepala sekolah buruk atau jelek, jika kinerja guru tidak sama dengan kriteria yang ada.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Guru

Kualitas baiknya kinerja guru ialah tuntutan yang harus dicukupi di melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Namun demikian, kualitas kinerja guru tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. punya kaitan dengan kualitas kinerja guru, Husdarta (2009:99) berpendapat, “Umumnya terciptanya kinerja diakibatkan dari tiga faktor ialah : (1) faktor kemampuan, (2) faktor upaya dan (3) faktor kesempatan/peluang”. Pendapat lain dikemukanan Ondi Soandi & Aris Suherman (2012:64) bahwasanya, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru ialah, (1) kepribadian dan dedikasi, (2) pengembangan profesi, (3) kemampuan mengajar, (4) komunikasi, (5) kedesiplinan dan (6) iklim organisasi”. Martinis Yamin & Maisah

(24)

(2010:130) menguraikan faktor yang memiliki pengaruh pada kinerja guru mencakup lima hal ialah :

1) Faktor individu atau personal, misalnya : kemampuan, motivasi, ilmu pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri, kesungguhan yang dimiliki tiap guru.

2) Faktor leader atau kepemimpinan, misalnya : semangat, arahan, dukungan kerja pada guru, dan kualitas manajer di memberikan dorongan.

3) Faktor tim, misalnya : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan di satu tim, keeratan anggota tim, kekompakan, dan kepercayaan pada sesama anggota tim.

4) Faktor sistem, misalkan : sistem kerja, proses organisasi(sekolah), kultur kerja di organisasi, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah.

5) Faktor kontektual, misalnya : perubahan lingkungan intenal dan eksternal, tekanan.

Faktor yang memiliki pengaruh pada kualitas kinerja guru sangat banyak atau kompleks. Faktor yang bisa memiliki pengaruh pada kualitas kinerja guru diantaranya : faktor dari diri sendiri, faktor kepemimpinan, faktor tim berbentuk bantuan dari rekan kerja, faktor sistem dari sekolah dan faktor kontektual misal perubahan lingkungan internal, eksternal dan tekanan. Kualitas kinerja seseorang guru akan optimal jika faktor diatas tercapai dengan baik. Sebaliknya, jika faktor diatas tidak tercapai, kualitas kinerja guru akan rendah atau buruk.

c. Penilaian atau Evaluasi Kinerja Guru

Sebagaimana guru profesional, tiap di bekerjanya selalu dilaksanakan penilaian atau evaluasi oleh kepala sekolah. Hal ini dilaksanakan untuk memahami sejauhmana kinerja yang telah dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.Punya kaitan dengan penilaian kinerja Martinis Yamin & Maisah (2010 : 130) mengungkapkan, ”Bagian teresensial dari proses kepegawaian ialah penilaian kinerja pada guru. Terdapat dua hal esensial di penilaian kinerja guru yang rasional dan ditentukan dengan objektif ialah kepentingan guru dan bagi sekolah tersebut”.

Pendapat lain dikemukakan Anwar Prabu Mangkunegara (2011:65), bahwasanya,

“Penilaian kinerja guru ialah satu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang

(25)

dilaksanakan pemimpin dengan sistematik berdasar pekerjaan yang dibebankan kepadanya”. Sedangkan Supardi (2013:72) berpendapat, “Penilaian kinerja guru ialah satu proses yang dipergunakan pimpinan untuk menyimpulkan seorang guru melaksanakan pekerjaan sesuai tugas dan tanggung jawab”.

Berdasar pendapat tiga ahli diatas bisa dirumuskan bahwasanya, penilaian kinerja guru ialah proses aktivitas yang dilaksanakan oleh pimpinan atau atasan dengan periodik mengenai prestasi kerja bawahannya atau pegawainya, untuk memahami apakah pegawainya telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diembannya. Berdasar hasil penilaian kinerja dari atasan, maka bisa dijadikan bahan evaluasi bagi pegawai yang dinilai kelemahan atau kekurangannya. Seperti dikemukakan Sedarmayanti (2008 :261) bahwasanya “Penilaian kinerja ialah uraian sistematik, mengenai kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang punya kaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok”.

d. Indikator atau Tolok Ukur Penilaian Kualitas Kinerja Guru

Memberikan penilaian kinerja guru tidaklah sembarang, tentunya sudah ada indikator atau tolok ukurnya. Indikator atau tolok ukur untuk menilai kinerja guru tentunya punya kaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau penilaian pembelajaran. Supardi (2013 : 40) mengungkapkan,

Indikator kinerja guru melaksanakan tugas pembelajaran ialah :

1) Punya keahlian atau kemampuan menyusun agenda dan program pembelajaran.

2) Punya keahlian atau kemampuan melaksanakan pembelajaran.

3) Punya keahlian atau kemampuan membuat hubungan antar pribadi.

4) Punya keahlian atau kemampuan melakukan penilaian.

5) Punya keahlian atau kemampuan melakukan program pengayaan 6) Punya keahlian atau kemampuan melakuakan program remidial

Pendapat lain dikemuakan E. Mulyasa (2013 : 130) bahwasanya, “Kinerja guru itu berkaitan kualitas guru menjalankan tugas ditunjukkan pada indikator : (1) bekerja dengan siswa dengan individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa di sejumlah pengalaman belajar dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.

(26)

Sedangkan Depdiknas (2008:22-24) menjelaskan,

Penilaian kinerja guru dapat dilihat dari tiga indikator aktivitas di kelas seperti :

1) Mengagendakan program aktivitas pembelajaran

Ialah tahapan yang punya kaitan dengan kemampuan guru untuk menguasai dan mengerti materi pelajaran. Kemampuan guru yang punya kaitan dengan perencaan program pembelajaran, seperti : pengembangan silabus dan RPP (Agenda Pelaksanaan Pembelajaran) Bagian-bagian yang terdapat di RPP harus ada, seperti : nama sekolah, kelas, semester, identitas RPP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) indikator, tujuan, pendekatan, materi, langkah-langkah aktivitas, sumber pembelajaran dan penialaian.

2) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran

Ialah inti dari aktivitas pembelajaran. Inti dari pelaksanaan kegaiatan pembelajaran ditandai sejumlahhal, seperti : pengelolaan kelas, pemakaian media atau alat pembelajaran, sumber belajar, dan pemakaian, strategi, pendekatan atau metode pembelajaran.

3) Evaluasi atau penilaian pembelajaran

Ialah aktivitas yang ditujukan untuk memahami tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada tahap ini seseorang guru dituntut punya kemampuan untuk memilih metode dan jenis evaluasi, pembuatan alat evaluasi, pengolahan, dan pemakaian hasil evaluasi.

Berdasar pendapat tersebut menunjukkan bahwasanya, indikator atau tolak ukur menilai kinerja guru mencakup : perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Indikator perencanaan pembelajaran terdiri dari : menyusun Program Tahunan, (Prota) Program Semester (Promes), Agenda Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus. Indikator pelaksanaan pembelajaran mencakup : pemakaian media dan sumber belajar, pengelolaan kelas, penyampaian materi pelajaran, pemakaian metode dan strategi pembalajaran. Indikator evaluasi pembelajaran ialah metode dan macam atau jenis evaluasi, pengolahan dan pemakaian hasil evaluasi, pembuatan alat-alat evaluasi. Indikator tersebut dijadikan patokan atau standar mengukur kinerja guru profesional dengan tujuan supaya penilaian lebih fokus.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini butuh dipaparkan penelitian yang relevan. Pemaparan

(27)

penelitian yang relevan tujuannya memahami keberadaan penelitian yang identik.

Apabila terdapat penelitian yang sama, apakah hasilnya sama atau untuk meminimalisir kelemahan penelitian terdahulu. Berikut penelitian yang relevan :

1. Penelitian Timor Laga Feriyanto dengan judul, “Kinerja Guru Profesional Sekolah Dasar di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul”. Hasil penelitian ini didapat simpulan yaitu : kinerja guru profesional Sekolah Dasar di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul di aspek perencanaan pembelajaran tergolong kategori tinggi dengan persentase 85,94%, di aspek pelaksanaan pembelajaran tergolong kategori tinggi dengan persentase 89,38%, dan di aspek evaluasi pembelajaran tergolong kategori tinggi dengan persentase 85,12%.

2. Penelitian Koswara Rasto berjudul, “Kompetensi dan Kinerja Guru Berdasar Sertifikasi Profesi”. Hasil penelitian ini didapat simpulan : (1) kompetensi dan kinerja guru berada pada kategori tinggi; (2) kompetensi berpengaruh positif pada jenjang kinerja guru baik guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi ataupun yang sudah mengikuti sertifikasi profesi; dan (3) terdapat perbedaan kompetensi dan kinerja guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi dengan yang sudah mengikuti sertifikasi profesi.

3. Research Khoerul Mufti Priyanto berjudul, “Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Se-Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga”.

Simpulan penelitian ini ialah : kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan se-Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga ialah cukup dan baik, persentasenya 38,46%. Kinerja Guru berdasar faktor penguasaan materi Penjas ialah cukup baik, presentasenya 23,08%. Kinerja Guru pada pemahaman karakteristik siswa 30,77%. Kinerja Guru pada penguasaan pengelolaan pembelajaran 42,31%. Kinerja Guru pada penguasaan strategi pembelajaran 46,12%. Kinerja Guru pada penguasaan penilaian hasil belajar 53,58%.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ialah bagian penting didasarkan pada kajian teori yang

(28)

dipaparkan. Dengan skematis kerangka berpikir penelitian diilustrasikan yaitu :

Gambar 2. 3 Skema Kerangka Berpikir Penelitian

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) ialah mata pelajaran yang punya peran esensial untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan siswa dan bisa mendukung untuk mendapat tujuan pendidikan dengan keseluruhan. Banyak manfaat yang didapat dari pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) pada perkembangan dan pertubuhan peserta didik, baik perkembangan fisik, perkembangan gerak, mental, emosional dan sosial. Supaya perkembangan dan pertumbuhan siswa bisa maksimal, maka kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan telah diatur materi Penjaskes yang harus diajarkan pada siswa sama dengan jenjang pendidikannya masing-masing. Pembelajaran Penjas bisa membri kontribusi dengan maksimal pada perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, maka harus diajarkan sebaik mungkin sama dengan kaidah-kaidah perkembangan dan pertumbuhan perseta didik.

Satu dari tujuan dari pembelajaran Penjaskes ialah, membantu perkembangan dan pertumbuhan siswa dengan optimal. Oleh karena itu, seseorang guru Penjaskes punya punya peran esensial untuk membelajarkan Penjaskes dengan baik dan tepat supaya

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)

Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Kinerja guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Peagendaan pembelajaran

Pelaksanaan

pembelajaran Penilain

pembelajaran

(29)

perkembangan dan pertumbuhan siswa sama dengan yang diharapkan. upaya mendapat hal tersebut, maka guru Penjaskes harus punya profesionalitas yang baik untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana pendidik supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai lebih optimal. Profesionalitas seseorang guru Penjaskes tidak hanya sekedar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, tetapi ada sejumlahpersyaratan yang wajib dicukupi. Syarat wajib yang harus dicukupi seseorang guru Penjaskes yang profesional, ialah punya kapabilitas akademik yang sama (minimal S1 atau DIV), punya sertifikat pendidik, punya kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial yang baik, sehat jasmani dan rohani dan juga punya kemauan dan berusaha keras menjadikan tujuan pendidikan nasional.

Profesionalitas guru Penjaskes bisa dijadikan sebagaimana gambaran kinerja guru di melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan. Kinerja guru ialah kapasitas yang ditujukan guru di melakukan tugas sebagaimana pendidik, ialah melaksanakan aktivitas pembelajaran. Tugas guru sebagaimana pendidik, maka kinerjanya bisa dilihat dari perencaaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.

Kinerja guru dikatakan baik, jika perencaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran telah dilakukan dengan baik dan telah memenuhi standar yang ditentukan. Kinerja guru dikatakan tidak baik, jika perencaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik dan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Baik tidaknya kinerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor diri sendiri, faktor pemimpin, faktor bantuan dari rekan kerja atau tim, faktor sistem dari sekolah dan faktor kontektual ialah tekanan dan perubahan lingkungan baik internal ataupun eksternal.

Kinerja seseorang guru sudah barang tentu akan dilaksanakan penilaian kinerja oleh pimpinan atau kepala sekolah. Penilaian kerja ialah proses yang dilaksanakan oleh seseorang pimpinan pada bawahannya untuk memahami kinerja bawahannya berdasarakan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan. Berdasar penilaian kinerja yang dilaksanakan oleh pimpinan, maka akan diketahui kinerja bawahannya apakah sudah baik atau belum berdasar ketentuan yang telah ditetapkan. Selain itu, hasil

(30)

penilaian kinerja guru yang dilaksanakan oleh pimpinan atau atasan bisa menjadi bahan evaluasi dan koreksi selama melaksanakan tugas dan tanggungjawab. Berdasarkan penilaian kinerja, guru bisa memahami kelemahan atau kekurangan saat melakukan tugas dan tanggung jawab, sehingga untuk kinerja selanjutnya diharapkan jadi lebih baik.

Melakukan penilaian kinerja guru tidak hanya sekedar memberikan penilaian baik atau buruk, tetapi harus didasarkan pada indikator-indikator yang tepat. Indikator- indikator inilah yang bisa dijadikan dasar untuk memberikan penilaian kinerja seseorang guru. Indikator-indikator yang bisa dijadikan sebagaimana patokan atau acuan menilai kinerja guru, diantaranya perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran ialah bagian-bagian saling punya kaitan di aktivitas pembelajaran.

Pembelajaran dikatakan baik, apabila ketiga hal tersebut terpenuhi dengan baik, sehingga hal ini akan mencerminkan kinerja guru juga baik.

Indikator perencanaan pembelajaran ialah tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seseorang guru. Perencanaan pembelajaran punya kaitan dengan kemampuan guru menguasai materi pembelajaran. Kemampuan seseorang guru di perencanaan pembelajaran bisa terlihat pada proses pembuatan aktivitas pembelajaran, kemampuan meningkatkan Agenda Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus. Komponen- komponen yang terdapat di RPP antara lain : identitas sekolah, Standar Kompetensi (SK), identitas RPP, indikator, tujuan pembelajaran, Kompetensi Dasar (KD), metode pembelajaran, materi pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

Pelaksanaan pembelajaran ialah inti atau bagian pokok dari penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran ditandai dengan sejumlahkegiatan, seperti pengelolaan kelas, sumber belajar, pemakaian alat bantu atau media, pemakaian metode dan srategi pembelajaran. Kreativitas dan inovasi seseorang guru sangat dituntut di pelaksanaan pembelajaran supaya pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. seseorang guru bisa melakukan sejumlah macam inovasi dan kreativitas di melaksanakan pembelajaran sama dengan kebutuhan untuk menujang

(31)

pencapaian tujuan pembelajaran lebih maksimal.

Penilaian pembelajaran ialah aktivitas yang dilaksanakan oleh seseorang guru untuk mengetahaui sejauh mana kemampuan siswa di menguasai materi yang telah diajarkan.

Melalui penilaian inilah, maka bisa diketahui tercapai tidaknya tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan. Pada tahap ini seseorang pendidik dituntut punya kapasitas untuk menetapkan pendekatan dan jenis evaluasi, pengolahan, pembuatan alat evaluasi, dan pengguanan hasil evaluasi.

Gambar

Gambar 2. 1 Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani  (Adang Suherman, 2000 : 34)
Gambar 2. 2 Skematis Kompetensi Guru Profesional  (Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2010 : 104)
Gambar 2. 3 Skema Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

197.598.000,- ( Seratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Lima Ratus Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah ).. UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN J ASA KELOMPOK KERJ A VI PENGADAAN J

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

[r]

Penggunaan hak pilih bagi Warga Negara Indonesia yang menggunakan KTP yang masih berlaku hanya dapat dipergunakan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman