• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR INVENTARISASI HAMA UTAMA PADA TANAMAN KARET BULUKUMBA OLEH NURSINAR XXVI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR INVENTARISASI HAMA UTAMA PADA TANAMAN KARET BULUKUMBA OLEH NURSINAR XXVI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

INVENTARISASI HAMA UTAMA PADA TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis) DI PT LONSUM, KABUPATEN

BULUKUMBA

OLEH

NURSINAR

1322040129

XXVI

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

(2)

PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

2016

HALAMAN PENGESAHAN

INVENTARISASI HAMA UTAMA PADA TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis) DI PT LONSUM, KABUPATEN

BULUKUMBA

TUGAS AKHIR

Oleh

NURSINAR

1322040129

Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi Pada Jurusan

Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Muliani, S.P.,M.P Dr.Syahruni Thamrin, S.P.,M.Si NIP. 197302071998032007 NIP. 197208012006042001

(3)

Direktur

Dr. Ir. Darmawan, M.P NIP.1967020219980312

Ketua Jurusan

Ir. H .Baso Darwisa, M.P NIP. 196212311988031025

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : Inventarisasi Hama Utama Pada Tanaman Karet (Hevea Brasilliensis) Di PT LONSUM, Kabupaten

Bulukumba Nama Mahasiswa : Nursinar Nim : 1322040129

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Disahkan Oleh Tim Penguji : 1. Sri Muliani, S.P.,M.P. (………) 2. Dr. Syahruni Thamrin, S.P.,M.P. (………) 3. Andi Ridwan, S.P.,M.P. (………) 4. Nildayanti, S.P.,M.Si. (………..)

(4)

RINGKASAN

Nursinar, 1322040129. Inventarisasi hama utama pada tanaman karet (Hevea

brasiliensis) di PT LONSUM, Kabupaten bulukumba. dibawah bimbingan Sri Muliani dan Syahruni Thamrin.

Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis hama, gejala serangan, tingkat serangan dan teknis pengendalian yang dilakukan di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk, Pallangisan estate. Pengamatan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2016. Pengamatan dilakukan pada TBM dan TM dengan mengambil 100 pohon tanaman sebagai sampel. Hasil pengamatan memperlihatkan jenis hama yang menyerang pada TBM adalah Belalang (tingkat serangan 0,01%) dan Rayap (tingkat serangan 0,15%). Jenis hama yang menyerang pada TM adalah Rayap (tingkat serangan 0,07%). Jenis pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian kimiawi berbahan aktif tipronil.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat waktu. Salam dan shalawat semoga senantiasa tercurahkan, Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya. Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan yang berjudul Inventarisasi hama utama pada tanaman karet di Pt.Lonsum Bulukumba.

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada orang tua Ibunda dan (Almarhum) Ayahanda tercinta seluruh keluarga atas dukungan yang telah diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

Ibu Sri Muliani, S.P.,M.P dan ibu Dr. Syahruni Thamrin, S.P.,M.Si. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan tugas akhir ini yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir penulis, Ir. H.Baso Darwisah,S.P,M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Dr. Ir. Darmawan.M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Hendra Irawan, Amd,Pi. yang tak henti-hentinya memberikan moral dan material kepada penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk penulisan laporan ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya saya pribadi, amin.

Pangkep, 01 Agustus 2016 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

HALAMAN PESETUJUAN PENGUJI ... ii

RINGKASAN ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR GAMBAR ... vi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan dan kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hama pada Perkebunan Karet……… 3

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat ... …….. 18

B. Alat dan Bahan……… 18

C. Metode Pelaksanaan... …….. 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hama Pada Tanaman Belum Menghasilkan ... ... 19

B. Hama Pada Tanaman Menghasilkan………... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 23

B. Saran ... ……. 23

DAFTAR PUSTAKA………. 24

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Siklus hidup hama tikus……… 4

2. Siklus hidup kutu putih……….. 7

3. Siklus hidup uret tanah………. 10

4. Siklus hidup belalang………... 12

5. Siklus hidup rayap………. 17

6. Hama belalang pada tanaman karet TBM………. 20

7. Gejalanya serangan hama belalang pada tanaman karet TBM.. 20

8. Hama rayap pada tanaman karet TBM……….. 21

9. Gejalanya serangan hama rayap pada tanaman karet TBM….. 21

10. Hama rayap pada tanaman karet TM……… 22

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis) tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi indonesia.Sehingga memiliki prospek yang cerah .Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di kebun raya bogor (Deptan, 2006).

Produksi karet dengan luas area 274 ribu hektare, pada tahun 2010 menghasilkan produksi karet 274 ribu ton karet alam dan diprediksi mampu memproduksi 276 ribu ton karet alam selama tahun 2011 (Asril Sutan Amir, 2011). Salah satu maslah yang dalam pengembangan tanaman karet yaitu adanya serangan hama dan penyakit.

Berbagai jenis hama yang umumnya menyerang tanaman karet baik di pembibitan, TBM dan TM adalah Tikus, tikus menjadi hama pada tanaman karet pada fase perkecambahan dan persemaian, Belalang, belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daun-daun yang masih muda, serangga ini tergolong sangat rakus, Uret tanah, uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, uret tanah menjadi hama yang sangat merugikan karena memakan bagian tanaman karet yang berada di dalam tanah, terutama tanaman karet yang masih berada di pembibitan.

Pengetahuan tentang berbagai jenis hama yang menyerang pada tanaman karet sangat penting, hal ini berguna untuk menentukan tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Rayap, rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, rayap

(9)

tersebut menggorogoti bibit yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat. Kutu, kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah saissetia nigra, kutu tersebut menjadi hama bagi tanaman karet dengan cara menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada didalamnya (Pracaya, 2010).

B. Tujuan dan Kegunaan

Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama, gejala serangan, tingkat serangan serta pengendalian yang dilakukan di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk Palangisang estate

Hasil pengamatan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan terutama dunia pertanian khususnya tentang hama pada tanaman karet

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Pada Perkebunan Karet

1. Tikus (Rattus sp.)

Menurut Ratmawati 2010 hama tikus diklasifikasikan sebagai berikut : Klasifikasi Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae

Tikus adalah hama yang sangat ganas yang dapat merusak tanaman karet serangat berat, serangan tikus dimulai sejak benih disemaikan di persemaian dan sdh menjadi bibit.

a. Gejala Serangannya

Tikus menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan

persemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dicembakan dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda. Biji, kecambah dan bibit di makan habis, kulit tanaman muda terkelupas dan tampak ada bekas gerekan (Ratmawati, 2010).

b. Siklus Hidupnya

Yang perluh diperhatikan adalah tikus dapat berkembang biak dengan

cara melahirkan pada usia 2 – 3 bulan dengan masa kehamilan 19 – 21 hari. Seekor tikus betina bisa melahirkan 5 – 10 ekor setiap kelahiran dan dalam setahun bisa melahirkan 5 – 10 kali dengan perbandingan jantan dan betina : 50% : 50% dan mereka akan kawin lagi setelah 48 jam setelah melahirkan dengan perbandingan ini, sepasang tikus bisa menghasilkan keturunan sebanyak 10.000 – 15.000 ekor dalam setahun.

(11)

a. Masa Kawin

Masa seksual yang cepat, yaitu 2 – 3 bulan, masa bunting sangat

singkat, yaitu antara 21 – 23 hari.

b. Masa Menyusui

Anak tikus baru dilahirkan berwarna merah jambu (pink), tidak berambut

(gundul). Terjadi pos partum oestrus, yaitu timbulnya birahi kembali segera (24 – 48 jam) setelah melahirkan.

c. Masa Sapih

Anak-anak tikus akan disusui induknya. Sampai umur empat minggu

(disapih) induk sudah tidak menyusui.

d. Masa Dewasa

Tikus jantan biasanya selalu berada dalam kondisi siapa kawin sepanjang tahun. Tikus betina melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, yaitu sebagai hewan poli estrus.

Gambar 1. Siklus hidup hama tikus

Sumber:https://www.google.co.id/search?=gambar+masa kawin+kehamilan+masa sapih+masa dewasa

e. Pengendaliannya

Berikut beberapa metode dalam pengendalian hama tikus pada tanaman karet:

(12)

1. Secara kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan cara pengaturan pola tanaman, pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, penggunaan tanaman perangkat.

2. Secara fisik-mekanis

Pengendalian secara mekanis merupakan usaha manusia untuk merubah factor lingkungan fisik agar dapat menyebabkan kematian pada tikus, factor fisik tersebut dapat dirubah diatas atau dibawah toleran tikus. Pada prinsipnya pengendalian secara fisik dan mekanis adalah sebagai berikut:

- Membunuh tikus secara langsung dengan bantuan alat-alat

- Mengusir tikus dengan bermacam-macamalat yang tidak bersifat kimia (menggunakan sinar ultraviolet,gelombang elektro magnetic, dan suara ultrasonik) melindungi tanaman dari serangan tikus.

s2. Kutu Putih

Klasifikasi kutu putih menurut Mound dan Halsey (2010) yaitu sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Pseudococcidae

Species : Paracoccus marginatus

Paracoccus marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya

diselimuti oleh lapisan lilin berwarna putih, tubuh berbentuk oval dengan embelan seperti rambut-rambut berwarna putih. Dengan ukuran yang pendek, hama ini terdiri dari jantan dan betina, dan memiliki beberapa fase perkecambahan yaitu : fase telur , pradewasa (nimfa), dan imago (Mound dan Halsey, 2010)

Kutu putih ,erusak dengan mengisap cairan, semua bagian tanaman yaitu daun, serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil dan keriput seperti terbakar, kutu putih dewasa jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya mampu bertelur hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung

(13)

telur terbuat dari lilin, Dengan siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa berkembang biak 11 -12 generasi dalam setahun.

Individu betina melalui tiga stadia hidup yaitu telur, nimfa, dan imago. Stadium betina tidak memiliki sayap dan bergerak secara perlahan dalam jarak yang dekat atau dapat diterbangakan oleh angin, betinah biasanya meletakkan telur 100 hingga 600 butir dalam sebuah kantung telur yang terletak dalam waktu satu hingga dua minggu, Kantung telur terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket, mudah melekat pada permukaan daun dan dapat diterbangkan oleh angin, stadium nimfa pertama disebut crawer, aktif bergerak mencari tempat makan disekitar tulang daun, individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu, telur, nimfa, pupa, dan imago, stadium imago jantan memiliki satu pasang sayap, aktif terbang mendekati betina dewasa.

a. Gejala Serangan

Gejala serangan kutu putih menghisap cairan tumbuh dengan memasuki stilet kedalam jaringan epidermis daun, maupun batang. Pada waktu yang bersamaan kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil, malformasi daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda akan rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan jelaga , hingga kematian tanaman pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah menguning dan lama kelamaan daun akan gugur.

C.Siklus Hidupnya a. Telur

Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 – 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan dipermukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk), serangga betina lebih menyukai daun yang telah terifeksi virus mosaic kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat, rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir, lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.

(14)

b. Nimfa

Nimfa terdiri dari atas tiga instar, instar ke 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertangkai yang berfungsi untuk merangkak, nimfa instar ke 2 dan ke 3 tidak bertangkai, dan selama masa pertumbuhan hanya melekat pada daun, stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.

c. Imago

Imago atau serangga dewasa tebuhnya berukuran kecil antara (1 – 15 mm) yang berwarna putih , dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa biasa berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau Kabul putih.

Gambar 2. Siklus hidup kutu putih

Sumber:https://www.google.co.id/search?=gambar+telur+nimfa+imago

d. Pengendalian 1. Kultur teknis

- Menanam pinggiran lahan pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati.

- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang terutama bukan famili seperti tomat, cabai, kentang dan cubis. Pergiliran tanman harus satu hamparan, tidak perorangan serentak dan seluas mungkin.

(15)

2. Secara fisik/mekanis

- Pemasangan perangkat likat berwarna kuning (40 buah per ha) - Sisa tanaman terserang dukumpulkan dan di bakar.

3. kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapa digunakan insectisida yang efektif, terdaftar dan di izinkan menteri pertanian antara lain Applaud 10 WP (buprofesid 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid) 5%. Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l).

3. Uret Tanah

Klasifikasi uret tanah menurut Sarbini, A. (2011). Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Scarabaeidae Genus : Lapidiota Spesies : L. stigma

Uret merupakan hama yang hidup menyerang akar tanaman, karena hidup bersembunyi bersembunyi di dalam tanah, serangan uret sangat susah diatasi, kalau tidak waspada dan jeli, seringkali kita terlambat mengantisipasi, tahu-tahu tanaman akan sudah layu dan mati.

Serangga ini memerlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan daur hidupnya, dewasanya kawin dan bertelur pada tumpukan sampah sisa-sisa daun di sekitar bulan oktober-desember

Selanjutnya larva dikenal sebagai uret menetas dari telur sekitar dua minggu kemudian, larva mengalami empat tahap perkembangan instar, yang ditandai dengan pelangsungan ganti kulit. Instar awal makan dari sisa-sisa akar yang halus , instar ketiga yang berwarna kuning pucat atau putih, adalah tahap yang paling mengganggu pertanaman ia akan hidup menjelajah ditanah dan memakan akar segar, uret menyukai akar tunggang agak tebal dan pada pembibitan tanaman buah dapat mengakibatkan tanaman mendadak rebah atau mongering karena akar

(16)

utamanya terpotong, ukuran ukuran dapat mencapai 4 cm panjangnya jika telah tumbuh maksimum. Daya jelajah larva sangat besar, bahkan dapat ditemukan uret pada kedalaman 10 m dari permukaan tanah, larva sangat ringkih di bawah sinar matahari, paparan sinar matahari sekitar 5 menit akan membuat uret menghitam, mengerut lalu mati.

a. Gejala Serangan

Gejala serangan hama uret, pada awalnya menunjukkan gejala daun layu dan menguning layu kekurangan air. Pada serangan lanjut tanaman akan mati dan mudah roboh atau sangat mudah dicabut, serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian tanaman, sehingga perlu penanaman ulang (penyulaman). Sedangkan serangan pada tanaman dewasa mengakibatkan terjadinya penurunan hasil atau bahkan gagal panen, batas ambang kerugian ekonomis akibat serangan hama uret terjadi apabila jumlah populasi sudah mencapai 4 – 5 ekor per satu pohon karet.

b. Siklus Hidupnya 1. Telur

Hama ini berbentuk seperti sosis, berwarna putih dengan ukuran 2 mm, telur diletakkan secara tunggal pada lubang yang dibuat imago betina pada corm atau batang palsu pada pangkal atau di antara bekas pangkal , telur sulit diidentifikasi di lapangan karena ketika lubang penurunan dibuat, maka akan keluar cairan tanaman yang menyembunyikan lubang tersebut, Telur juga diletakkan pada corm tanaman yang tumbang, Telur menetas setelah 8 – 12 hari (Mau dan Kessing, 2010).

2. Larva

Larva berwarna putih krem tanpa kaki dengan kepala ceklat kemerahan, panjang ketika puncak pertumbuhannya sekitar 12 mm, larva biasa di temukan pada batang palsu sekitar 2 kaki dari dasar, perkembangan larva selesai dalam 80 – 200 hari. Larva juga menyerang batang asli.

3. Pupa

Pupa berwarna putih hingga cokelat dan sepanjang 12 mm, pupa tidak membentuk kepompong, perkembangan pupa selesai dalam waktu 8 – 13 hari (Mau dan Kessing, 2010).

(17)

4. Imago / Serangga dewasa

Serangga dewasa berwarna hitam dengan kulit keras dengan panjang 12 mm dan memiliki moncong relative panjang, serangga betina bertelur hingga 1 telur/hari dimana panjang umurnya dapat mencapai 2 tahun, serangga dewasa dapat bertahan selama kurun waktu tertentu tanpa makanan (Mau dan Kessing, 2009).

Gambar 3. Siklus hidup uret tanah

Sumber:https://www.google.co.id/search?=gambar+telur+larva+pupa+imago

c. Pengendalian 1. Secara mekanis

Bertujuan untuk menangkap dan membunuh uret secara langsung, pelaksanaannya biasa dikombinasikan dengan kegiatan lain, misalnya bersamaan dengan pengolahan tanah dan penangkapan imago menggunakan light trap. (Sarbini, A. 2011).

2. Secara kimiawi

Menggunakan insectisida granulair berbahan aktif BHC, diasinon dan kuinalfos dengan dosis masing-masing 10 g gram formulasi per lubang tanam.

(18)

4. Belalang

Klasifikasi belalang menurut Aderisandi (2002). Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Subordo : Caelifera Famili : Acrididae Genus : Valanga

Spesies : Valanga nigricornis

Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat yang baik ,dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya, pada umumnya belalang berwarna hijau atau coklat. Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik dan masuk ke dalam kelompok serangga orthoptera, saat ini terdapat lebih dari 20.000 spesies belalang di dunia.

a. Gejala serangan

Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi, daun biasanya bagian pertama yang diserang hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun jika serangannya parah, spesies ini dapat pula memakan batang, belalang memakan daun muda dan tak segan-segan pula memakan daun tua apabila daun mudah habis, bahkan bisa mematikan tanaman.

b. Siklus hidupnya 1. Telur

Telur belalang berbentuk seperti gumpalan seperti kantung yang berisi 10 – 300 telur yang berbentuk butiran beras kemudian telur akan menetas menjadi nimfa. Telur berasal dari belalang betina, dan pada masa reproduksi belalang jantan akan memasukkan spermathopore kedalam ovipositor belalang betina, sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. Setelah dibuahi belalang betina akan meletakkan telurnya pada tanaman, mungkin pada batang atau pada daun atau ada juga lho belalang betina yang menaruh telurnya di dalam tanah

(19)

menggunakan ovipositor untuk memasukkan telur sekitar 11 – 2 inci dibawah tanah, dalam jangka waktu 3 – 4 hari belalang betina akan mengeluarkan semua telurnya, selain itu pada masa bertelur belalang betina mampu meletakkan ratusan butir telur. Telur-telur itu tersimpan di dalam tanah sampai berbulan-bulan lamanya, dan akan menetas pada musim panas, dan setelah telur menetas menjadi nimfa belalang sudah tidak mempedulikan anaknya (Aderisandi, 2002).

2. Nimfa

Setelah menetes, nimfa muda (nimfa instar pertama ) mulai memakan daun – daunan yang lembut dan lembab, berwarna cerah dan tidak mempunyai sayap, Nimfa mengalami 5 -6 kali proses pergantian kulit/molting berubah berbentuk dan struktur, tahap ini berlangsung selama 5 – 10 hari, proses nimfa akan berhenti mengalami pergantian kulit apabila telah memiliki sayap, yang berarti nimfa telah menjadi dewasa (imago).

3. Imago/ Dewasa

Setelah 24 – 30 hari, akan berbentuk sayap lengkap dan nimfa akan menjadi dewasa dan matang. Masa perkembangan telur hingga dewasa membutuhkan waktu 11 bulan. Belalang dewasa mencapai keadaan matang pada saat berusia 15 hari dan hidup selama 30 hari ( 1 bulan).

Gambar 4. Siklus hidup belalang

(20)

c. Pengendalian 1. Secara mekanis

Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi : stadia telur, untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengaan tanaman yang tidak disukai belalang, stadia nimfa, setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembaran mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa, nimfa dikendalikan dengan cara memukul menjaring, membakar atau menggunakan perangkap lainnya, menghalau nimfa kesuatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembek ke tempat lain. Pengendalian nimfa berperang penting dalam menekan perkembangan belalang (Sarbini, A. 2011).

2. Secara kimiawi

Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi, apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi maka insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.

5. Rayap

Klasifikasi rayap menurut (Amir, 2003) adalah sebagai berikut: Domain : Eukariota Kerajaan : Animalia Filum : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Blattodea Infraordo : Isoptera

Sebagian masyarakat juga mengetahui dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu seksual yaitu yang wujudnya berbeda yaitu :

(21)

1. Kasta reproduktif

terdiri atas individu – individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina, jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu, biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata, pasangan ini disebut reproduktif primer, jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk “ratu” atau “raja” baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratau baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli, ratu dan raja ini disebut reproduktif suplementer atau neoten, jadi dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumber bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang dapat menggantikan tugasnya untuk bertelur, dengan adanya banyak neoten maka terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru (Amir, 2003).

2. Kasta prajurit

Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (skelerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik diantara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan, setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui suara tertentu sehingga prajurit – prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusahan mengatasinya, jika terowongan kembaran diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerjaan – pekerjaasn diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang, tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati (Setiawan, 2005).

(22)

3. Kasta pekerja

Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu – individu pekerja, tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembaran dalam rangka mencari makan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri.

a. Gejala serangan

Serangan rayap pada tanaman karet, rayap menyerang tanaman karet dengan cara menggerek batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar. Rayap pada tanaman karet dapat mengakibatkan batang patah/rebah, tanaman tanaman yang terserang c. curvignatus secara kasat mata terlihat masih hidup namun sebenarnya tidak memiliki kekuatan untuk menahan tiupan angin kencang sehingga mudah tumbang, Pada tanaman karet rayap menyerang di pembibitan yang mengakibatkan biji tidak bertunas atau tidak tumbuh (Amir, 2003).

b. Siklus hidupnya

Siklus hidup rayap atau proses pertumbuhan rayap dari telur menuju dewasa melalui tiga tahap, yaitu : telur, nimfa (larva), dewasa (imago).

1. Telur

Saat pertama bertelur, betina mengeluarkan 4-15 butir telur berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih, panjang telur berpariasi antara 1-1,5 mm, telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari, setelah menetas dari telur, nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, nimfa-nimfa yang sedang tumbuh akan diatur menjadi anggota kasta atau golongan oleh ratu.

2. Kasta Pekerja

Kasta pekerja dapat disebut sebagai inti koloni rayap, karena sekitar 80-90% anggota koloni rayap terdiri dari kasta pekerja. Tugas mereka mancari dan

(23)

menyimpan makanan, merawat induk dan larva, membangun dan memperbaiki sarang rayap pekerja memiliki aktivita paling tinggi baik di dalam sarang maupun di luar sarang, rayap inilah yang menyebabkan kerusakan tanaman kayu atau tanaman karet. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa, umur kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan.

3. Kasta Prajurit

Kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan keseluruhan koloni, rayap jenis ini memiliki rahang yang membesar, sehingga mereka tidak bisa menahan sendiri, mereka bergantung pada rayap pekerja untuk menyuapi mereka makanan berdasarkan bentuk dari kasta prajuritnya, rayap dapat dibedakan atas atas 2 kelompok, yaitu tipe mandibulate dan tipe nasuti, pada tipe mandibulate prajurit-prajurit mempunyai rahang (mandibel) yang kuat dan besar tanpa rostum, sedangkan tipe nasution mempunyai rostum yang panjang tapi mandibelnya kecil, rayap prajurit nampu menyerang musuh dengan mandibel yang dapat menusuk, mengiris, dan menjepit, kasta prajurit dari lubang pada kepalanya yang bersifat racun bagi musuh alami, rayap prajurit dan rayap pekerja sama-sama tidak memiliki mata dan bisanya hidup maksimal dua tahun. 4. Kasta Reproduktif (Laron/alates)

Rayap reproduktif (laron/alates) memiliki mata yang tidak dimiliki oleh rayap pekeja atau rayap prajurit, rayap-rayap ini mempunyai sayap yang diperlukan untuk berpindah tempat untuk membangun koloni baru dua pasang sayap dengan ukuran sama akan muncul dari panggung mereka, karena hal inilah rayap diklasifikasikan dalam ordo isoptera (iso = sama dan pteron = sayap). Laron adalah calon raja dan ratu koloni baru nantinya, sayap mereka sangat rapuh dan akan segera rontok begitu mereka telah menemukan pasangan dan mencari tempat untuk membangun koloni baru jika telah menjadi ratu, tubuh laron betina akan mengalami obesitas, karena tujuan hidupnya hingga mati adalah bertelur untuk koloni, ratu rayap dapat memproduksi telur setiap tiga detik, siang dan malam sekitar 30.000 telur setiap harinya.

(24)

Gambar 5. Siklus hidup rayap

Sumber:https://www.google.co.id/search?=gambar+telur+pekerja+prajurit+laron,

c. Pengendalian

Pengendalian rayap pada tanaman perkebunan sebagai berikut : 1. Kultur teknis

Sanitasi di areal perkebunan dengan cara membersihkan tunggul- tunggul tanaman sisa pembukaan lahan.

2. Kimiawi

Pengendalian kimiawi dilakukan dengan teknik pengumpunan menggunakan insektisida berbahan aktif hesaflumuran yang dapat menghambat sintesa khitin yang menyebabkan kegagalan proses pergantian kulit rayap, umpan gulungan kertas tisu yang telah dicelupkan kedalam larutan hesaflumuran diletakkan dalam perangkat yang ditanam dalam tanah dan ditempatkan pada tititk-titik jalur lalu lalang rayap, rayap yang sudah terkontaminasi oleh hesaflumuran tidak langsung mati akan tetapi menyebarkannya kepada rayap lain karena rayap memiliki sifat trofalaksis.

(25)

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat

Survey dilaksanakan pada bulan Januari-februari 2016 yang berlokasi di PT.PP.LONDON SUMATRA INDONESIA,Tbk, desa Tammatto, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi-Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu, pulpen,buku,kamera, sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman karet varitas (perang besar) PB 260, PB 260 ini merupakan klon karet unggul penghasil getah yang dikeluarkan dari hasil penelitian badan penelitian tanaman karet.

C. Metode Pelaksanaan

Pengamatan dilakukan pada TBM dan TM. Pengamatan dilakukan secara diagonal dengan mengambil Sampel tanaman 100 pohon sampel pada TBM dan TM. Pengamatan dilakukan terhadap jenis hama yang menyerang, gejala serangan, tingkat serangan serta jenis pengendalian yang dilakukan.Tingkat serangan hama dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐓𝐒 =Jumlah pohon terserang

Jumlah pohon sampel × 100%

Gambar

Gambar 2. Siklus hidup kutu putih
Gambar 3. Siklus hidup uret tanah
Gambar 4. Siklus hidup belalang
Gambar 5. Siklus hidup rayap

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang terus dilakukan secara berkala oleh Dinas Kebudayaan dan

Hasil uji t secara parsial belanja barang dan jasa serta variabel belanja modal berpengaruh signifikan terhadap PDRB provinsi Jambi, sementara belanja pegawai tidak berpengaruh

Dengan dilakukannya Jual beli hak atas tanah tersebut, yang dijual itu belum berpindah kepada pihak pembeli, melainkan masih harus dilakukan perbuatan hukum lain

First, you will want to make sure you install the ADO.NET data services on the SharePoint 2010 Server where you are developing using REST. REST is implemented in your _vti_bin

Pada Tugas Akhir ini menghasilkan simulasi yang menampilkan proses modulasi OFDM dengan BPSK, Sehingga dapat dilihat perubahan sinyal yang terjadi pada setiap blok diagram..

Dalam tin3a padat ditemukan stadium kista 4ang berperan untuk  mempertahankan diri. =ila kista * inti tertelan oleh manusia, maka orang tersebut akan terin"eksi. Didalam

Output dari inverter satu fasa dihubungkan ke transformator multi belitan dengan jumlah belitan pada sisi sekunder sesuai dengan level tegangan output multilevel inverter