• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. PENGELOLAHAN DAN ANALISA DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. PENGELOLAHAN DAN ANALISA DATA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Proses Produksi 4.1.1. Raw material

Dalam proses produksi di PT Lotus Indah Textil menggunakan raw material atau bahan baku yang berupa serat bantuan atau disebut polyester. Disini digunakan serat buatan karena serat buatan mempunyai serat yang lebih baik dilihat dari panjang serat atau ukuran yang seragam dibandingkan dengan serat alami atau kapas. Raw material atau bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi di Spinning I dan II akan disediakan oleh storage raw material.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, PT Lotus Indah Textiles mendatangkan dari dua supplier yaitu Indorama dan tifico dimana keduanya berada di daerah Jawa Barat.

Dalam proses produksinya kedua bahan baku ini tidak boleh dicampur contohnya dalam sub section blowing yang merupakan salah satu proses produksi dari benang dibagi menjadi 2 mesin untuk indorama dan 2 mesin untuk tifico tetapi jika ingin menggunakan mesin untuk indorama namun bahan baku dari tifico harus dibersihkan terlebih dahulu mesin tersebut karena kedua bahan mempunyai sifat yang berbeda.

4.1.2. Mixing

Raw material tersebut dibawa dalam proses berikutnya, yaitu mixing atau pencampuran. Secara umum proses mixing memiliki kegiatan untuk mencampur material yaitu antara usable waste dengan fresh material. Fungsi dari proses mixing secara keseluruhan adalah :

• Membuka gumpalan fibre untuk memperoleh standard fibre

• Mencampur raw material antara useable waste dengan fresh material dengan perbandingan 25% dan 75%.

Pencampuran ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan waste yang masih bisa direproses atau diproses kembali sehingga efesiensi material yang digunakan

(2)

semaksimal mungkin tanpa menurunkan kualitas dari produk dan diusahakan dari 100% fresh material yang digunakan hanya akan menghasilkan waste sekitar 2%

saja. Hal ini tentunya menurunkan production cost (biaya produksi) yang tentu saja akan memberikan dampak positif bagi harga produk dipasaran yaitu harga produk yang bersaing dengan produk yang sama yang diproduksi perusahaan lain.

Fresh material yang diperoleh dari storage raw material dibuka semua bungkusannya, kemudian dibiarkan selama 24 jam dengan tujuan agar elastisitas fibre polyester kembali, baru kemudian siap untuk diproses.

Waste yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu useable waste dan unusable. Unuseable waste atau limbah yang tidak dapat diproses lagi terdiri dari fibre-fibre pendek, fibre kotor, sliver/roving yang mengandung nep. Sedangkan useable waste atau limbah yang masih dapat diproses lagi meliputi/potongan lap, sliver, roving, murau dan bonda.

Nep adalah gulungan-gulungan/kotoran yang berbentuk pita yang tidak dapat terurai menjadi single fibre hingga akhir proses. Keberadaan nep selain menghambat jalannya proses juga akan mengurangi kualitas benang, karena nep ini akan terus terbawa sampai akhir proses karena sifatnya tidak dapat terurai.

Apabila nep berada diatas benang maka masih ada kemungkinan untuk nep tersebut dapat lepas, tetapi apabila nep berada dalam benang tidak mungkin bisa hilang/lepas dan akan tersimpan terus dalam benang sehingga penampakan luar benang akan terlihat ada benjolan atau cacat tidak. Unuseable yang dihasilkan selanjutnya akan dijual.

Proses mixing yang berlangsung menggunakan tenaga mesin dan manusia, dimana operator diminta untuk waspada dan teliti dalam mencampur fresh material dan useable waste. Pada waste yang mengandung nep, maka waste tersebut harus disendirikan dan tidak boleh diikut sertakan dalam proses. Jumlah mesin yang digunakan dalam proses ini ada satu. Secara umum operator yang bertugas untuk mencampur 75% fresh material dam 25% useable waste secara manual kemudian mixed material tersebut dimasukkan kedalam mesin mixing untuk dicampur ulang dengan lebih teliti lagi oleh mesin.

Setelah dari mixing bahan baku dibawa ke sub section blowroom. Untuk proses selanjutnya terbagi atas Spinning I dan Spinning II.

(3)

4.1.3. Spinning I

Raw material yang sudah tercampur dalam proses mixing selanjutnya akan diproses di mesin blowroom. Proses di mesin blow room ini mempunyai tujuan untuk lebih menguraikan serat-serat menjadi serat-serat individu atau memisahkan serat-serat yang menggumpal dan juga memisahkan kotoran yang terdapat pada polyester. Hasil dari proses blowing ini adalah lap. Lap adalah lembaran yang tersusun atas fibre-fibre polyester yang telah diuraikan menjadi individual fibre sepanjang 45 yard (40 meter) yang digulung dan mempunyai berat per lap 19.05 kg. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan satu lap, berbeda setiap mesin.

Range waktu produksi satu lap permesin antara 4,5 sampai 5,5 menit satu lap/mesin.

Cacat pada lap yang sering dijumpai adalah penyimpangan koefisien varian yaitu adanya penyimpangan berat per meter lap atau juga berat per yard lap. Berat lap yang bervariasi ini disebabkan karena adanya perbedaan tebal pada lap. Tebal tipis lap diatur oleh piano regulator pada mesin blowing. Piano regulator ini menjaga agar tebal lap tidak melebihi tebal standard yang telah diatur oleh mesin blowing sehingga mesin ini hanya mengatur agar tidak terjadi tebal yang berlebihan, namun tidak mengatur tipis lap. Jadi apabila tebal lap melebihi standar maka oleh piano regulator akan ditekan namun apabila lap tipis maka akan lolos dari piano regulator.

Setiap lap yang dihasilkan oleh tiap-tiap mesin diberi tanda dengan cat yang berbeda satu sama lain. Maksud pemberian cat ini adalah supaya memudahkan penelusuran apabila pada proses selanjutnya terjadi masalah atau dengan kata lain untuk mempermudah kontrol bila terjadi masalah pada produksi berikutnya.

Waktu untuk pembersihan dan perawatan dilakukan setiap hari antara pukul 08.30 sampai 09.30 atau munimum dua jam perawatan. Dan setiap 6 bulan sekali dilakukan chek up secara keseluruhan, misalnya penggantian dan pemeriksaan oli gear box. Prinsip kerja dari mesin blow room ini adalah memisahkan gumpalan-gumpalan fibre dengan cara mencabik-cabiknya. Disini fibre akan lebih diuraikan untuk menjadi individual fibre yang siap untuk diproses pada mesin selanjutnya.

(4)

4.1.3.1. Carding

Pada sub-section Carding, mesin mengubah bentuk lap menjadi bentuk sliver. Adapun kegunaan dari mesin carding adalah :

• Menghasilkan sliver

• Memisahkan fibre yang panjang dengan fibre yang pendek

• Mensejajarkan individual fibre

4.1.3.2. Drawing

Proses Drawing merupakan proses lanjutan dari proses carding. Proses ini bertujuan untuk merangkap sliver dan memberi draft/regangan terhadap rangkapan sliver tersebut. Pemberian draft tersebut bertujuan agar diperoleh kerataan serat yang diinginkan.

4.1.3.3. Simplex

Bahan input dari proses Simplex adalah sliver. Sliver dari proses drawing diubah menjadi bentuk roving. Proses tersebut bertujuan untuk meratakan fibre serta memberikan draft dan sedikit twist. Pemberian twist ini sendiri bertujuan supaya roving pada saat diubah menjadi benang pada proses ring frame tidak sampai putus. Proses draft terjadi pada saat sliver dilewatkan beberapa roll yang paling belakang memiliki kecepatan paling rendah yang makin kedepan akan makin cepat, dimana akibat perbedaan kecepatan ini, sliver yang lewat akan mengalami draft. Twist sendiri terjadi karena penggulungan roving dengan bobbin (roving yang berputar).

Draft yang terjadi diantara setiap roll berlangsung sebagai suatu perkalian yang nantinya akan menghasilkan draft total yang seharusnya.

4.1.3.4. Ring frame

Dalam proses ring frame ini, inputnya adalah roving dan outputnya sudah berupa benang/bobbin. Tujuan dari proses ring frame ini adalah memberi draft pada roving untuk pada akhirnya diperoleh nomer benang sesuai dengan yang diinginkan. Pada proses ini juga dilakukan twist/plintiran terhadap benang, dimana dalam hal ini, banyaknya twist biasanya disesuaikan dengan keinginan

(5)

pelanggan. Bila pelanggan tidak memperhitungkan besar twist yang diinginkan pun, bagian produksi memiliki standard sendiri dalam hal banyaknya twist yang dilakukan pada benang. Penentuan banyaknya twist ini pada dasarnya tergantung pada proses apa yang dilakukan oleh pelanggan tersebut terhadap benang tersebut, misalnya untuk penenunan, jumlah twist-nya juga pasti berbeda dengan benang yang digunakan untuk perajutan. Seperti pada proses simplex, proses draft yang terjadi pada proses ring frame ini juga terjadi akibat roving yang dilewatkan beberapa roll yang berbeda kecepatannya, sedangkan twist disebabkan oleh pemegang bobbin yang berputar yang menimbulkan twist pada benang yang keluar dari roll yang terakhir. Setiap mesin pada proses ring frame ini terdiri dari 2 sisi.

4.1.4. Spinning II

Spinning II atau yang biasa dikenal sebagai Expansion ini memiliki proses yang secara general sama dengan proses produksi di spinning I.

Perbedaannya teletak pada back processnya dan mesin yang digunakan. Mesin- mesin yang digunakan pada spinning II didatangkan dari luar negeri tepatnya pada tahun 1990.

Pada back process di Expansion ini menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis mengambil raw material diproses sampai menghasilkan sliver.

Mesin tersebut adalah blendomat. Mesin tersebut bekerja secara kontinu sehingga diharapkan sliver yang dihasilkan lebih eveness dan lebih sedikit pemutusan.

Selain karena prosesnya yang kontinu faktor lain yang ikut mendukung berkurangnya sliver yang putus adalah karena can yang dipakai untuk menampung sliver lebih besar.

Pada proses drawing terdapat mesin breaker dan finisher. Mesin breaker dan finisher pada Expansion, bekerja secara otomatis dimana pada saat start dan doff berhenti secara otomatis dengan berdasarkan counter yang telah diprogramkan. Selain itu mesin breaker dan finisher juga memiliki sensor dimana pada saat ada sliver yang lebih tebal masuk maka secara otomatis draft yang diberikan lebih besar begitu juga sebaliknya, apabila ada sliver yang lebih tipis masuk maka draft yang diberikan juga lebih sedikit. Sehingga dengan demikian

(6)

sliver yang dihasilkan akan lebih eveness. Untuk meningkatkan kualitas benang maka pada saat pergantian can sambungannya dibuang.

Proses Simplex di Expansion sama dengan proses simplex di Spinning I.

Yang membedakan adalah roving yang dihasilkan hampir tidak ditemukan adanya roving putus sambungan.

Banyaknya benang yang putus disebabkan oleh kenaikan speed spindel yang cepat atau tidak kontinu. Hal ini sebisa mungkin dihindari. Jika semakin banyak benang yang putus maka semakin buruk pula kualitasnya karena pada proses Winding akan lebih banyak benang yang ditolak.

Mesin winding bekerja secara semi otomatis. Pada mesin ini terdapat sensor yang berguna untuk mendeteksi benang yang tebal dan yang tipis.

Kemudian juga terdapat sensor yang menolak benang apabila benang yang dari cone sering putus. Hal-hal tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas benang dari Expansion.

4.1.5. Winding

Winding merupakan proses penggulungan ulang benang yang telah dihasilkan di Ring frame, sehingga pada dasarnya proses winding bertujuan untuk merubah benang dari bentuk bobbin ke bentuk cone. Selain itu proses winding juga bertujuan untuk memberi wax apabila konsumen menghendaki.

Dalam proses winding, semua mesinnya bekerja secara otomatis, dimana mesin dapat dapat mendeteksi adanya bagian benang yang lebih tebal atau tipis dari normal pada saat penggulungan, dan secara otomatis dapat langsung memotongnya. Setelah dipotong, mesin secara otomatis menyambung kembali dengan ujung benang dari bobbin. Kemmpuan mendeteksi dari mesin winding ini disebabkan karena benang terlebih dahulu dilewatkan pada suatu sensor, dimana dalam hal ini sensor mampu menciptakan suatu tegangan dari benang yang lewat, yang akan berubah jika ukuran benang yang lewat juga berubah.

4.1.6. Doubling

Doubling atau yang biasa dikenal dengan proses TFO (Two for One) adalah proses perangkapan dari benang single atau tunggal menjadi rangkap dua

(7)

dan juga mengubah bentuk cone menjadi cheese. Pada Spinning departement proses perangkapan yang dilakukan hanya sampai dengan merangkap dua benang.

Untuk perangkapan dua benang keatas dilakukan oleh departement yang lain yaitu Departement Multifold.

Cepat atau lambatnya proses perangkapan ini bergantung pada tebal tipisnya benang. Hasil dari proses doubling ini akan digulung lagi (rewinding) dengan menggunakan mesin kamimat yang bertujuan untuk mengubah bentuk/penampilan saja.

4.1.7. Twisting

Untuk menghasilkan benang yang baik maka benang yang sudah dirangkap atau benang yang tidak dirangkap harus diberi puntiran atau twist. Jika puntuiran biasanya diberi satuan twist per inch (TPI). Jumlah puntiran biasanya ditentukan atas permintaan konsumen. Karena jumlah twist sangat menentukan bagi proses selanjutnya, baik proses penenunan maupun perajutan. Namun apabila pihak konsumen tidak menentukan sendiri jumlah puntiran maka dari pihak perusahaan akan memberikan twist sesuai dengan standart yang ada.

4.1.8. Multifold

Multifold adalah bagian dimana dilaksanakan proses perangkapan lebih dari dua sampai dengan ramgkap dua belas. Dimana benang tunggal dari Spinning departement diantar ke Multifold. Baru kemudian proses perangkapan dilaksanakan. Sama dengan proses winding, benang yang dirangkap disiapkan kemudian dirangkap di mesin assembly winding. Mesin ini berjumlah dua dengan kapasitas masing-masing 24 drum dengan kecepatan 450 meter/menit.

Setelah dirangkap, benang yang rangkap tersebut diberi twist dan pemberian twist ini dapat sesuai dengan permintaan konsumen. Twist yang diberikan ada dua macam yaitu high twist dan low twist. Benang dengan high twist biasanya digunakan untuk karpet sedangkan yang low twist biasanya digunakan untuk benang jahit dan lainnya. Pemberian high twist biasanya menimbulkan masalah baru yaitu timbulnya snarling. Sehingga untuk menghilangkan snarling tersebut benang harus diberi treatment lanjutan yaitu steam. Benang dimasukkan

(8)

kedalam mesin steaming selama 40 menit dengan suhu dimulai dari 90 °C keatas. Dengan tujuan untuk memantapkan twist.

4.1.9. Packing

Packing merupakan proses terakhir sebelum produk dikirim kepada konsumen. Benang yang sudah selesai, baik yang berdasarkan permintaan berat per cone atau berdasarkan diameter cone dikirim ke packing untuk di kemas.

Sebelum benang memasuki ruangan packing, benang harus melalui ruang dengan sinar ultra violet (UV) sebagai cheker untuk memeriksa apakah ada cone yang benangnya tercampur atau tidak. Disini para operator packing bekerja selama satu shift dan hanya ada satu shift yaitu shift pagi. Sehingga dalam melakukan tugasnya operator packing harus bisa menyelesaikan pekerjaan selama dua shift sebelumnya ditambah dengan hasil produksi selama satu shift pada saat mereka bekerja atau shift pagi.

Bentuk-bentuk packing biasanya berdasarkan pesanan konsumen.

sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, departemen tersebut menyediakan tiga macam bentuk packing yaitu box, pallet strapex, dan karung.

4.1.10. Gudang

Gudang merupakan pos akhir dari seluruh proses produksi. Seluruh produk benang yang dihasilkan pasti singgah terlebih dahulu di gudang sebelum nantinya dikirim ke pelanggan. Adapun tanggung jawab dari petugas gudang adalah mengontrol jumlah benang yang akan disimpan di gudang, apakah sudah sesuai dengan jumlah produksi di packing. Selain itu, gudang juga melakukan cross- check dengan menimbang ulang benang di packing. Dan pada akhirnya, gudang memiliki tanggung jawab untuk menyimpan dan menjaga seluruh hasil produksi yang masuk dari packing.

4.2. Tenaga Kerja

Pada departemen Spinning terdapat 3 shift yaitu: shift I pk 07.00-15.00, shift II pk 15.00-23.00, dan shift III pk 23.00-07.00. Pekerja akan bekerja selama 6 hari dan diberikan waktu untuk libur satu hari, libur ini tidak harus jatuh pada

(9)

hari minggu. Waktu istirahat yang diberikan adalah satu jam namun jika hanya dipakai setengah jam maka akan mendapat uang tambahan atau dapat dikatakan uang lembur. Pada waktu istirahat harus bergiliran, tidak membiarkan mesin tanpa ada yang mengawasi.

Untuk pakaian yang digunakan oleh PT.Lotus ini, pekerja mendapatkan seragam. Perusahaan akan memberikan seragam atau pakaian kerja sebanyak 2 kali dalam setahun dan akan diserahkan pada setiap bulan juli. Pemberian seragam ini diberikan sesudah pekerja dinyatakan lulus dari masa percobaan dan diangkat sebagai pekerja tetap. Selain seragam, pekerja di bagian mesin Ring frame juga mendapatkan fasilitas perlengkapan kerja yaitu antara lain masker, kantongan, earplack dan cutter/bandle.

Pekerja yang pertama kali masuk mendapatkan traning yang berupa pengetahuan umum yaitu:

• Perusahaan

• Tatacara kerja

• Perangkat organisasi

• Nilai-nilai dan norma-norma kerja yang berlaku serta yang tercantum di dalam kesepakatan kerja bersama sebelum pekerja ditempatkan.

Selain mendapatkan traning pengetahuan umum, pekerja juga mendapatkan pendidikan umum dasar yang bertujuan untuk membentuk sikap dan pribadi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mengemban serta melaksanakan tugas-tugasnya. Pendidikan umum dasar tersebut antara lain:

• Hubungan Industrial Pancasila

• Kebijakan Kwalitas perusahaann

• Keselamatan dan kesehatan kerja

• 5R/House keeping

• Gugus Kendali Mutu

• Pengetahuan dasar lainnya

Sistem pengupahan bagi seluruh pekerja terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Besarnya tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap didasarkan dari jabatan, pangkat, tingkat dan golongan pekerja.

• Tunjangan Tetap

(10)

Adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja secara tetap jumlahnya dan teratur pembayarannya dan tidak dikaitkan dengn kehadiran ataupun pencapaian prestasi pekerja. Tunjangan tetap terdiri atas:

‰ Tunjangan jabatan, pangkat, golongan, dan tingkat

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja dan besarnya berpengaruh kepada jabatan, pangkat, tingkat, dan golongan yang disandangnya. Apabila terjadi perubahan terhadap jabatan, pangkat, tingkat dan golongan maka besarnya tunjangan ini akan disesuaikan. Tuanjangan ini diberikan kepada jabatan jobber keatas.

‰ Tunjangan perumahan

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja dan besarnya berpengaruh kepada jabatan, pangkat, tingkat dan golongan. Tunjangan ini dapat berupa uang ataupun dalam bentuk sewa kamar, paviliun maupun rumah tinggal.

‰ Tunjangan pengobatan

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja berupa keikutansertaan pekerja ke dalam program jamsotek.

‰ Tunjangan keahlian

Tujangan ini diberikan kepada pekerja karena karena mempunyai keahlian khusus (untuk perawat, forklift driver, dll)

• Tunjangan tidak tetap

Adalah suatu imbalan yang diterima oleh pekerja secara tidak tetap dan pembayarananya dikaitkan dengn kehadiran ataupun prestasi kerja. Tunjangan tidak tetap ini antar lain:

‰ Tunjangan kehadiran

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja karena kehadirannya dan besarnya akan ditentukan oleh perusahaan. Apabila pekerja tidak hadir untuk bekerja, maka tunjangan ini tidak akan diberikan.

‰ Tunjangan transport

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja karena kehadirannya, dan besarnya akan ditentukan oleh perusahaan dengan memperhatikan biaya tarif transport lokal pada umunya. Apabila pekerja tidak hadir untuk bekerja, maka tunjangan ini tidak akan diberikan.

(11)

‰ Tunjangan prestasi

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja apabila dapat menghasilkan prestasi khusus didalam melaksanakan tugasnya (misal karyawan teladan).

‰ Tunjangan produksi

Tunjangan ini diberikan kepada pekerja karenatelah menyelesaikan tugas sesuai target yang telah dicapai. Besarnya tunjangan akan diberikan ini tidak sama jumlahnya diantara sesama pekerja.

‰ Tunjangan makan

Perusahaan memberikan satu kali makan di kantin perusahaan kepada pekerja pada saat pekerja melaksanakan tugas sehari-hari dan berada dalam lingkungan perusahaan (minimal bekerja selama empat jam terus- menerus) tunjangan makan ini tidak akan diberikan didalam bentuk uang kecuali pekerja yang dalam tugas sehari-harinya tidak dimungkinkan untuk makan siang dikantin perusahaan dan yang mendapatkan tugas ke luar kota.

Pada bagian mesin ring frame baik di Spinning I dan II, jumlah pekerja yang dimiliki adalah 97 orang, adapun bagian-bagian dari pekerjaannya yaitu Operator (32 orang), kepala regu (6 rang), doffer (46 orang), sweapest (1 orang), house keeping (4 orang ), roving carrier (4 orang) dan drafting zone (4 orang).

Di PT Lotus terdapat penggolongan pekerja yang didasarkan pada masa kerja, pendidikan dan pengalaman kerja dan penggolongan tersebut mencakup jabatan, pangkat, tingkat dan golongan. Untuk sweapest, drafting zone, house keeping dan roving carrier termasuk golongan Ia sedangkan untuk golongan Ib adalah operator atau karyawan pemula dan golongan Ic kepala regu sedangkan asisten Supervisor atau senior jobber termasuk golongan IIa dan supervisor termasuk golongan IIb. Struktur organisasi yang dimiliki pada bagian ring frame departemen Spinning adalah:

(12)

Supervisor

Senior jobber

Jobber

Doffer Tenter

Gambar 4.1.

Struktur Organisasi Bagian Ring Frame

4.3. Penyebab tidak dapat Meningkatnya Produktivitas Pekerja

penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja ini dapat dilihat dari tingkat kepusan pekerja di perusahaan tersebut terhadap variable-variabel yang dimunculkan dalam kuisioner (Lampiran 1). Setelah data kuisioner diperoleh kemudian dibuat pie chart. Dengan adanya pie chart diperoleh prosentase setiap variabel yang hasilnya dapat dilihat dari lampiran 2 dan lampiran 3

Ketidakpuasan pekerja dilihat dari besarnya prosentase kurang puas dan tidak puas yang lebih besar daripada cukup, puas dan sangat puas. Dari hasil kuisioner prosentase kurang puas dan tidak puas yang lebih besar daripada cukup, puas dan sangat puas adalah sebagai berikut:

− Doffer

Dari pie chart (Gambar 4.2) dapat diperoleh prosentase tiap variabel.

Prosentase dari sebelas variabel dimana pekerja merasakan ketidakpuasan dapat dilihat pada tabel 4.1.

(13)

cukup (5, 23.8%)

tidak puas (7, 33.3%) puas (2, 9.5%)

kurang puas (7, 33.3%)

rutinitas

Gambar 4.2

Pie Chart Rutinitas Pekerjaan

Tabel 4.1

Prosentase dari Variabel Ketidakpuasan

Variabel ketidakpuasan Sangat puas

Puas Cukup Kurang puas

Tidak puas Rutinitas pekerjaan - 9,5% 23,8% 33,3% 33,3%

Masker - 4,8% 28,6% 28,6% 38,1%

Kantongan. - 14,3% 23,8% 47,6% 14,3%

Tanggung jawab. - 4,8% 33,3% 42,9% 19%

Kondisi mesin. - 19% 42,9% 57,1% - Beban pekerjaan. - 14,3% 23,8% 38,1% 23,8%

Tunjangan kehadiran - 9,5% 23,8% 57,1% 9,5%

Tunjangan produksi - 9,5% 28,6% 47,6% 14,3%

Keseimbangan upah dengan tenaga - 9,5% 33,3% 47,6% 9,5%

Antar anggota kelompok - 14,3% 19% 47,6% 19%

Antar satu bagian dalam satu shift - 47,6% 47,6% 52,4% -

(14)

− Operator

Dari pie chart dapat diperoleh prosentase tiap variabel. Prosentase dari sebelas variabel dimana pekerja merasakan ketidakpuasan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Prosentase dari variabel ketidakpuasan

Variabel ketidakpuasan Sangat puas

Puas Cukup Kurang puas

Tidak puas Rutinitas pekerjaan - 10,5% 31,6% 47,4% 10,5%

Masker - 15,8% 15,8% 47,4% 21,1%

Kantongan. - 10,5% 21,1% 47,4% 21,1%

Tanggung jawab. - 10,5% 26,3% 36,8% 26,3%

Kondisi mesin. - - 36,8% 52,6% 10,5%

Beban pekerjaan. - 10,5% 26,3% 57,9% 5,3%

Tunjangan kehadiran - 15,8% 26,3% 52,6% 5,3%

Tunjangan produksi - 10,5% 31,6% 42,1% 15,8%

Keseimbangan upah dengan tenaga - 21,1% 21,1% 52,6% 5,3%

Antar satu bagian dalam satu shift - 21,1% 15,8% 57,9% 5,3%

Antar shift - 15,8% 21,1% 47,4% 15,8%

Dari hasil kuisioner, diperoleh bahwa yang menjawab pada bagian tunjangan prestasi hanya sedikit hal ini disebabkan tunjangan tersebut hanya diberikan pada pekerja satu tahun sekali dimana selama setahun tidak pernah absen dan bekerja lebih baik daripada yang lain. Besar tunjangan prestasi adalah 100.000. Dari kuisioner yang dibagikan diketahui bahwa pekerja di bagian ring frame yang pernah mendapatkan tunjangan tersebut hanya 3 orang. Hal ini disebabkan karena pekerja harus memenuhi kedua syarat tersebut tidak bisa jika hanya salah satu saja sedangkan mengenai besarnya tunjangan tersebut pekerja yang pernah mendapatkan mengatakan merasa cukup puas.

Hasil kusioner pada bagian saran adalah:

1. Proses pengambilan cuti haid (57,5%) dari pekerja perempuan yang ada di bagian ring frame.

(15)

2. Tanggung jawab yang dirasakan oleh operator lebih berat daripada doffer (63,15%).

4.4. Analisa Penyebab tidak Meningkatnya Produktifitas pekerja di Ring frame Departeman Spinning

Untuk membantu proses penganalisaan digunakan affence diagram untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Kemudian dari affence diagram, diuji secara statistik. Uji statistik yang digunakan antara lain uji korelasi dan regresi.

4.4.1. Affence diagram

Terdapat dua affence diagram yaitu affence diagram antara penyebab tidak meningkatnya produktifitas pekerja dengan ciri-ciri demografi yang dimiliki oleh pekerja dan affence diagram antara penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja.

(16)

4.4.1.1. Affence diagram antara Penyebab tidak Meningkatnya Produktivitas Pekerja dengan Ciri-ciri Demografi yang Dimilikinya

tanggung jawab

hub antar shift

hub anggota kelompok

hub satu bagian upah dengan

tenaga tunjangan hadir

tunjangan produksi masker dan

kantongan rutinitas kondisi mesin

beban pekerjaan

status

gender

tanggungan

tempat tinggal

masa kerja

Gambar 4.3. Affence diagram antara Penyebab tidak Meningkatnya Produktivitas Pekerja dengan Ciri-ciri Demografi yang Dimilikinya

(17)

4.4.1.2. Affence diagram antara Penyebab tidak dapat Meningkatnya Produktivitas Pekerja.

kantongan

hubungan antar shift

hubungan satu bagian tunjangan hadir

imbang upah dan tenaga tanggung jawab

kondisi mesin

rutinitas

masker

tunjangan produksi

hubungan anggota kelompok

beban kerja

Gambar 4.4. Affence diagram antara Penyebab tidak dapat Meningkatnya Produktivitas Pekerja.

4.4.2. Uji Statistik

Uji Statistik yang dilakukan untuk memperkuat pernyataan yang dihasilkan dari affence diagram.

(18)

o Uji korelasi

Ho : Tidak ada hubungan anatara dua variabel atau angka korelasi 0.

H1 : Ada hubungan antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0.

Pengambilan keputusan:

• Jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima.

• Jika P value < 0,05 maka Ho ditolak.

o Uji regresi

Ho: Koefesien regresi tidak signifikan.

H1 : Koefesien regresi signifikan.

Pengambilan keputusan:

• Jika P value > 0,05 maka Ho diterima.

• Jika P value < 0,05 maka H1 ditolak.

Setelah diuji statistik dengan bantuan software SPSS didapatkan output yang akan dianalisa. Untuk ciri-ciri demografi uji statistik yang digunakan adalah korelasi (output dapat dilihat di Lampiran 4) sedangkan pada penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja diuji korelasi dan regresi (output dapat dilihat di Lampiran 5). Hasil dari analisa output statistik dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Hasil uji satisitik adalah sebagai berikut (untuk selengkapnya dapat dilihat di tabel 4.3 dan tabel 4.4):

− Doffer

Beban pekerjaan dan Tanggung jawab:

o Besar hubungan antar variabel beban pekerjaan dan tanggung jawab dapat dilihat pada angka korelasinya yaitu 0,452. Arah hubungan yang positif menunjukan semakin besar tingkat ketidakpuasan pekerja dalam beban pekerjaan maka tingkat ketidakpuasan mengenai tanggung jawab cenderung meningkat juga. Demikian pula sebaliknya.

o Pvalue yang didapatkan dari output statistik < 0,05 yaitu 0,020 maka tolak Ho yang berarti bahwa ada hubungan antara tanggung jawab dan beban pekerjaan.

(19)

o Dari tabel model summary diperoleh angka R2 atau koefesien determinasi sebesar 0,205, yang berarti 20,5% jawaban ketidakpuasan mengenai beban pekerjaan dapat dijelaskan oleh variabel tanggung jawab.

o Dari uji anova atau F test, didapatkan F hitung adalah 4,888 dengan tingkat signifikan 0,039 karena tingkat signifikan atau Pvalue lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi beban pekerjaan.

o Persamaan regresi adalah Y= 1,059 + 0,548 X Dimana:

• Y = Beban pekerjaan

• X = Tanggung jawab

(20)

Hubungan Korelasi Pvalue R2 F hit Regresi

Beban dan tanggung jawab 0,452 0,02 0,205 4,888 Y= 1,059 +0,548 X Beban dan kondisi mesin 0,437 0,024 0,191 4,477 Y= 1,059 +0,548 X

Beban dan ruitinitas 0.470 0,016 0,221 5,397 Y= 1,288 +0,476 X

Beban dan masker 0,628 0,001

Beban dan kantongan 0,416 0,03

0,539 10,354 Y= 5,636E-5+

0,643 X1+0,417 X2

Beban dan hubungan rekan kerja antar anggota kelompok 0,638 0,001 0,407 13,036 Y= 0,750 +0,672 X Beban dan hubungan rekan kerja antar satu shift dalam satu bagian 0,629 0,001 0,396 12,464 Y= 0,25 + 0,75 X Beban dan tunjangan produksi 0,580 0,003 0,336 9,619 Y= 0,695 +0,682 X Keseimbangan upah dengan tenaga dan beban 0,473 0,015 0,224 5,478 Y= 1,671 +0,352 X Keseimbangan upah dengan tenaga dan tunjangan produksi 0,441 0,023 0,195 4,597 Y= 1,575 +0,386 X Tunjangan produksi dan beban 0,580 0,003 0,336 9,619 Y= 1,207 +0,493 X Tunjangan produksi dan hubungan rekan kerja antar anggota kelompok 0,611 0,002 0,373 11,297 Y= 1,083 +0,457 X Tunjangan produksi dan tanggung jawab 0,656 0,001 0,430 14,339 Y= 0,821 +0,676 X Tunjangan hadir dan rutinitas 0,526 0,007 0,277 7,271 Y= 1,452 +0,421 X Tunjangan hadir dan tanggung jawab 0,479 0,014 0,229 5,635 Y= 1,037 +0,459 X Tanggung jawab dan tunjangan produksi 0,656 0,001 0,430 14,339 Y= 0,753 +0,636 X

(21)

Hubungan Korelasi Pvalue R2 F hit Regresi Tanggung jawab dan tunjangan hadir 0,479 0,014 0,229 5,636 Y= 1,071 +0,5 X Tanggung jawab dan hubungan rekan kerja antar satu shift dalam satu bagian 0,529 0,007 0,28 7,379 Y= 0,827 +0,52 X Tanggung jawab dan hubungan rekan kerja antar anggota kelompok 0,476 0,014 0,227 5,580 Y= 1,292 +0,414 X Tanggung jawab dan kondisi mesin 0,580 0,003 0,336 9,616 Y= 0,624 +0,605 X Rutinitas dan tanggung jawab 0,455 0,019 0,207 4,958 Y= 0,876 +0,545 X Rutinitas dan beban pekerjaan 0,470 0,016 0,221 5,397 Y= 1,033 +0,465 X

(22)

− Operator

Beban pekerjaan dan Tanggung jawab:

o Besar hubungan antar variabel beban pekerjaan dan tanggung jawab dapat dilihat pada angka korelasinya yaitu 0,542. Arah hubungan yang positif menunjukan semakin besar tingkat ketidakpuasan pekerja dalam beban pekerjaan maka tingkat ketidakpuasan mengenai tanggung jawab cenderung meningkat juga. Demikian pula sebaliknya.

o Pvalue yang didapatkan dari output statistik < 0,05 yaitu 0,008 maka tolak Ho yang berarti bahwa ada hubungan antara tanggung jawab dan beban pekerjaan.

o Dari tabel model summary diperoleh angka R2 atau koefesien determinasi sebesar 0,293, yang berarti 29,3 % jawaban ketidakpuasan mengenai beban pekerjaan dapat dijelaskan oleh variabel tanggung jawab.

o Dari uji anova atau F test, didapatkan F hitung adalah 7,059 dengan tingkat signifikan 0,017 karena tingkat signifikan atau Pvalue lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi beban pekerjaan.

o Persamaan regresi adalah Y= 1,479 + 0,426 X Dimana:

• Y = Beban pekerjaan

• X = Tanggung jawab

(23)

Hubungan Korelasi Pvalue R2 F hit Regresi

Beban dan tanggung jawab 0,542 0,008 0,293 7,059 Y= 1,479 +0,426 X Beban dan kondisi mesin 0,544 0,008 0,293 7,054 Y= 1,979 +0,637 X

Beban dan rutinitas 0,572 0,005 0,327 8,278 Y= 1,115 +0,525 X

Beban dan masker 0,503 0,014

Beban dan kantongan 0,498 0,015

0,384 4,993 Y= 1,036 + 0,301 X1 +0,318 X2

Beban dan hubungan rekan kerja antar satu shift dalam satu bagian 0,463 0,023 0,214 4,627 Y= 1,429 +0,463 X Beban dan hubungan anatr shift 0,534 0,009 0,285 6,773 Y= 1,404 +0,429 X Beban dan tunjangan produksi 0,489 0,017 0,239 5,337 Y= 1,427 +0,420 X Keseimbangan upah dengan tenaga dan tunjangan produksi 0.478 0,019 0,229 5,042 Y= 1,438 +0,482 X Keseimbangan upah dengan tenaga dan beban 0,591 0,004 0,349 9,115 Y= 0,901 +0,693 X Tunjangan produksi dan beban 0,489 0,017 0,239 5,337 Y= 0,990 +0,569 X Tunjangan produksi dan tanggung jawab 0,606 0,003 0,367 9,849 Y= 1,141 +0,555 X Tunjangan hadir dan rutinitas 0,456 0,025 0,208 4,474 Y= 1,417 +0,458 X Tunjangan hadir dan tanggung jawab 0,466 0,022 0,218 4,726 Y= 1,638 +0,402 X Tanggung jawab dan tunjangan produksi 0,606 0,003 0,367 9,846 Y= 0,646 +0,641 X Tanggung jawab dan tunjangan hadir 0,466 0,022 0,218 4,726 Y= 0,843 +0,541 X

(24)

Hubungan Korelasi Pvalue R2 F hit Regresi Tanggung jawab dan hubungan rekan kerja antar satu shift dalam satu bagian 0,622 0,002 0,387 10,742 Y= 0,514 +0,617 X Tanggung jawab dan hubungan rekan kerja antar shift 0,508 0,013 0,258 5,912 Y= 1,981 +0,519 X Tanggung jawab dan kondisi mesin 0,605 0,003 0,366 9,817 Y= 0,164 +0,904 X Rutinitas dan tanggung jawab 0,565 0,006 0,319 7,916 Y= 1,350 +0,485 X Rutinitas dan beban pekerjaan 0,572 0,005 0,327 8,278 Y= 0,911 +0,624 X

(25)

Hasil yang didapatkan dari affence diagram dan diperkuat oleh uji secara statistik, penyebab-penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja dianalisa secara keseluruhan. Dari analisa ini akan membantu dalam memberikan usulan solusi. Analisa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rutinitas pekerjaan

Setiap harinya baik itu doffer dan operator melakukan pekerjaan yang sama. Rutinitas pekerjaan yang sama tiap harinya dialami oleh operator dan doffer di Ring frame sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar dari mereka kurang puas terhadap pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner dimana sebagian besar operator menjawab kurang puas sebanyak 47,4% dan tidak puas sebanyak10,5% sedangkan dofer menjawab kurang puas sebanyak 33,3 % dan tidak puas sebanyak 33,3%juga.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi ketidakpuasan dengan rutinitas disebabkan oleh masa kerja, sedangkan dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkanya produktifitas pekerja, dapat dilihat bahwa rutinitas pekerjaan mempunyai hubungan sebab terhadap beban pekerjaan dan tanggung jawab dan hubungn akibat terhadap beban pekerjaan dan tunjangan hadir. Hal ini juga diperkuat dengan adanya uji statistik korelasi dan regresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa mereka tidak puas dengan rutinitas pekerjaan disebabkan oleh masa kerja, tanggung jawab dan beban pekerjaan yang sama tiap harinya dan ketidakpuasan terhadap rutinitas pekerjaan akan menyebabkan ketidakpuasan dalam beban pekerjaan dan tunjangan hadir. Selain itu juga hasil dari uji satisitik diketahui bahwa jika mereka tidak puas dengan rutinitas pekerjaan maka mereka juga tidak puas dengan tanggung jawab, beban pekerjaan dan tunjangan hadir yang mereka peroleh.

2. Perlengkapan kerja (masker dan kantongan)

Untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik juga diperlukan adanya perlengkapan kerja dalam kondisi yang baik. Perlengkapan kerja yang digunakan antara lain:

− Cutter, pekerja membawa sendiri (doffer).

− Masker, diberikan oleh perusahaan 1 bulan sekali.

(26)

− Kantongan, diberikan oleh perusahaan 3 bulan sekali

− Earplack, diberikan oleh perusahaan 3 tahun sekali.

Operator dan doffer menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap masker dan kantongan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuisioner yaitu untuk operator menjawab kurang puas sebanyak 47,4% dan tidak puas sebanyak 21,1% untuk kantongan dan masker sedangkan doffer menjawab untuk kantongan kurang puas sebanyak 28,6% dan tidak puas sebanyak 38,1% dan 28,6% jawaban kurang puas dan 38,1% jawaban tidak puas untuk masker.

Dari sini dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari mereka tidak puas dengan perlengkapan kerja khususnya masker dan kantongan.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi ketidakpuasan dengan masker dan kantongan tidak disebabkan oleh ciri-ciri demografi yang dimiliki, sedangkan dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja, dapat dilihat bahwa masker dan kantongan tidak disebabkan oleh penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa baik penyebab- penyebab tersebut maupun ciri-ciri demografi yang dimiliki oleh pekerja tidak berpengaruh tetapi jika kondisi dari masker dan kantongan buruk atau dapat dikatakan tidak sesuai maka akan menyebabkan bahwa beban pekerjaan terasa berat. Hal ini juga ditunjukan dalam uji statistik dimana jika mereka tidak puas dalam hal perlengkapan kerja terutama masker dan kantongan maka mereka juga tidak puas terhadap beban pekerjaan.

3. Kondisi mesin

Kondisi mesin yang baik juga akan menunjang didalam meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Operator dan doffer menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kondisi mesin terutama karena speed mesin yang cepat pada shift malam dan sore hari, hal ini tidak dapat dihindari karena bagian dari proses produksi dimana pada shift pagi digunakan untuk memasang ring traveler sehingga speed mesin lebih lambat dan kemudian speed dinaikan namun harus secara bertahap tidak bisa langsung kembali dari speed awal.

Jika speed mesin dinaikan maka banyak benang yang putus dan output yang harus cepat diambil. Perusahaan sudah memberitahukan mengenai hal ini

(27)

kepada pekerja. Ketidak puasan mereka dapat diketahui dari hasil kuisioner yaitu doffer menyatakan ketidakpuasan mereka sebanyak 57,1% sedangkan operator menjawab kurang puas sebanyak 47,4% dan tidak puas sebanyak 21,1%.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi ketidakpuasan dengan kondisi mesin tidak disebabkan oleh ciri-ciri demografi yang dimiliki, sedangkan dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan uji statistik yang dilakukan, diperoleh bahwa kondisi mesin berhubungan dengan beban pekerjaan baik operator maupun doffer dimana jika mereka merasa tidak puas dengan kondisi mesin maka akan menyebabkan beban pekerjaan dan tanggung jawab terasa berat sehingga jika dengan kondisi mesin tidak puas maka tanggung jawab dan beban pekerjaan pun mereka tidak puas.

4. Tunjangan hadir dan Tunjangan produksi

Diantara tunjangan tidak tetap, tunjangan produksi dan hadir yang mendapatkan komplain dari mereka. Mereka tidak puas akan besarnya kedua tunjangan tersebut, hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yaitu:

• Tunjangan hadir

Operator menyatakan kurang puas sebanyak 52,6% dan tidak puas sebanyak 5,3% sedangkan doffer menyatakan kurang puas sebanyak 57,1% dan tidak puas sebanyak 9,5%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka menyatakan tidak puas dengan kedua tunjangan tersebut.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi, ketidakpuasan dengan tunjangan hadir disebabkan oleh status dan orang yang ditanggung, sedangkan hasil yang didapatkan dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja, diperoleh bahwa tunjangan hadir mempunyai hubungan dengan tanggung jawab dimana ketidak puasaan tunjangan hadir menyebabkan tanggung jawab juga terasa berat begitu juga sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika didalam hal tunjangan hadir mereka tidak puas maka mereka juga tidak puas dengn tanggung jawab dan berlaku untuk sebaliknya.

(28)

• Tunjangan produksi

Operator menyatakan kurang puas sebanyak 36,8% dan tidak puas sebanyak 15,8% sedangkan doffer menyatakan kurang puas sebanyak 38,1% dan tidak puas sebanyak 38,5%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka menyatakan tidak puas dengan kedua tunjangan tersebut.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi, ketidakpuasan dengan tunjangan produksi disebabkan oleh status dan orang yang menjadi tanggungan. Kemudian dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja, diperoleh bahwa tunjangan produksi mempunyai hubungan beban kerja, hubungan antar anggota kelompok (doffer), keseimbangan antar upah dan tenaga dan tanggung jawab. Ketika mereka tidak puas dalam hal tunjangan produksi maka akan menyebabkan ketidakpuasan dalam hal keseimbangan upah dengan tenaga, beban pekerjaan dan tanggung jawab khusus untuk bebn pekerjan dan tanggung jawab berlaku sebaliknya sedangkan jika mereka tidak puas dalam hal tunjangan produksi disebabkan oleh hubungan antar anggota kelompok (doffer). Jadi dapat dikatakan bahwa jika mereka tidak puas dalam hal tunjangan produksi maka mereka tidak puas dengan beban pekerjaan, tanggung jawab, keseimbangan upah dengn tenaga dan hubungan antar anggota kelompok.

5. Keseimbangan upah dengan tenaga yang sudah dikeluarkan

Setiap bulannya pekerja akan menerima upah atau gaji. Pekerja yang ada di bagian spinning menerima upah tiap bulan sudah diatas UMR namun upah yang diterima jika dibandingkan dengan tenaga yang dikeluarkan mereka merasakan kurang puas. Hal ini ditunjukan dengan hasil kuisioner yang menunjukan kurang puas sebanyak 52,6% dan tidak puas 5,3%.

Dari affence diagram dan uji korelasi terhadap ciri-ciri demografi, ketidakpuasan dengan hubungan rekan kerja satu bagian dalam satu shift disebabkan oleh status mereka, orang yang menjadi tangungan dan tempat tinggal. Kemuian dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan uji satistik yang dilakukan diperoleh bahwa

(29)

ketidakpuasan mereka dikarenakan oleh faktor tunjangan produksi dan beban pekerjaan yang berat sehingga jika mereka tidak puas mengenai keseimbangan antara upah dan tenaga maka mereka tidak akan puas juga dengan beban pekerjaan dan tunjangan produksi

6. Hubungan rekan kerja antar shift (operator)

Untuk memasuki pergantian shift memerlukan hubungan rekan kerja yang baik antar shift. Namun yang terjadi, operator pada shift sebelumnya kurang menyiapkan segala sesuatu atau dapat dikatakan tergesa-gesa untuk segera pulang dan akhirnya dilimpahkan kepada operator sesudahnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hubungan rekan kerja antar shift kurang baik selain itu dari hasil kuisioner juga menunjukan bahwa sebagian besar operator berpendapat kurang puas sebesar 47,4% dan tidak puas sebesar 15,8%. Setelah dikonfirmasikan oleh perusahaan ternyata sudah ada prosedur yang dapat dilakukan oleh operator yang dirugikan yaitu ia dapat melapor kepada jobernya dan kemudian jobber dari operator yang dirugikan melapor kepada jobber operator yang merugikan kemudian jobber tersebut memperingatkanya jika terulang sampai tiga kali maka akan mendapatkan surat peringatan

Dari affence diagram dan uji korelasi yang dilakukan terhadap ciri- demografi ketidakpuasan dengan hubungan rekan kerja antar shift tidak disebabkan oleh ciri-ciri demografi yang dimiliki. Kemudian dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan uji statistik yang dilakukan diperoleh bahwa hubungan antar shift ini mempunyai hubungan dengan beban kerja dan tanggung jawab dimana jika mereka tidak puas dengan hubungan ini maka akan menyebabkan beban pekerjaan dan tanggung jawab terlalu berat tetapi hal ini tidak berlaku untuk sebaliknya. Jadi jika hubungan anatar shift tidak puas maka abebn pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan tidak puas pula.

7. Hubungan rekan kerja dalam kelompok (doffer)

Di dalam melakukan pekerjaan sehari-hari doffer dibantu oleh rekan- rekannya dalam kelompok oleh karena itu sangat dibutuhkan hubungan rekan kerja yang baik antar anggota kelompok. Namun yang terjadi, dari hasil kuisioner sebanyak 47,6% menjawab kurang puas dan tidak puas sebanyak

(30)

19%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak puas dengan hubungan antar anggota kelompok.

Dari affence diagram dan uji korelasi yang dilakukan terhadap cirri demografi ketidakpuasan dengan hubungan rekan kerja antar anggota kelompok disebabkan oleh masa kerja yang berlainan dan status. Hubungan rekan kerja antar anggota kelompok juga mempunyai hubungan dengan beban pekerjaan, tanggung jawab dan tunjangan produksi hal ini dapat dilihat dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan uji statistik yang dilakukan dimana ketidakpuasan mereka dalam hal hubungan antar anggota kelompok akan menyebabkan beban pekerjaan dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan terasa berat dan kurangnya tunjangan produksi yang didapatkan. Dari analisa uji satistik juga diperoleh bahwa semakin tinggi ketidakpuasan mereka dalam bekerja secara kelompok maka semakin tinggi pula mereka merasa tidak puas dengan beban pekerjaan, tanggung jawab dan tunjangan produksi.

8. Hubungan rekan kerja satu bagian ring frame dalam satu shift

Hubungan rekan kerja satu bagian dalam satu shift yang baik sangat diperlukan agar dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja seperti antar operator dan doffer, operator dengan jobber dan lain-lain. Tetapi dalam hal ini terutama di bagian Ring frame hubungan rekan kerja ini masih belum begitu baik hal ini ditunjukan dari hasil kuisioner dimana 52,4% doffer menjawab kurang puas sedangkan operator menjawab kurang puas sebanyak 57,9% dan tidak puas sebanyak 5,3%.

Dari affence diagram dan uji korelasi yang dilakukan terhadap ciri-ciri demografi ketidakpuasan dengan hubungan rekan kerja satu bagian dalam satu shift disebabkan oleh cirri-ciri demografi yang dimiliki, sedangkan dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan uji satistik yaitu uji korelasi dan regeresi diketahui bahwa rekan kerja satu bagian dalam satu shift mempunyai hubungan dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab dimana jika mereka tidak puas dengan hubungn tersebut maka akan menyebabkan ketidakpuasan dalam hal beban pekerjaan dan tanggung jawab namun tidak begitu sebaliknya sehingga jika ketidakpuasan dalam hal

(31)

hubungan semakin tinggi maka ketidakpuasan dalam beban pekerjaan dan tanggung jawab semakin tinggi.

9. Beban pekerjaan

Meskipun mempunyai tugas yang berbeda, operator dan dofer mempunyai bobot beban pekerjaan yang sama. Tugas yang harus dilakukan oleh seorang operator adalah mengawasi dan menjaga mesin selama satu shift sedangkan doffer bertugas untuk mengedoff atau mengambil output dan memasukan spindle yang kosong ke dalam mesin. Dari hasil kuisioner 57,9% operator menjawab kurang puas dan 5,3% tidak puas sedangkan 38,1% doffer menjawab kurang puas dan 23,8% tidak puas. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka baik itu doffer maupun operator merasa tidak puas dengan beban pekerjaannya.

Dari affence diagram dan uji korelasi yang dilakukan etrhadap cirri demografi, ketidakpuasan dengan beban pekerjaan disebabkan oleh status dan orang yang menjadi tanggungan. Dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja dan diperkuat dengan uji statistik, dapat dilihat adanya hubungan antar beban pekerjaan dan masker dan kantongan, rutinitas, kondisi mesin, tanggung jawab, tunjangan produksi, keseimbangan upah dan tenaga, hubungan anatr satu bagian dalam satu shift, hubungan antar anggota kelompok (doffer), dan hubungan antar shift (operator). Hubungan yang ada adalah ketidakpuasan dalam beban pekerjaan disebabkan oleh masker dan kantongan, rutinitas, kondisi mesin, tanggung jawab, tunjangan produksi, keseimbangan upah dan tenaga, hubungan antar satu bagian dalam satu shift, hubungan antar anggota kelompo k(doffer), dan hubungan antar shift (operator) yang tidak memuaskan. Dari uji statistik juga dapat diambil kesimpulan bahwa jika semakin tinggi mereka merasa tidak puas terhadap beban pekerjaan maka semakin tinggi pula ketidakpuasan mereka terhadap masker dan kantongan rutinitas, kondisi mesin, tanggung jawab, tunjangan produksi, keseimbangan upah dan tenaga, hubungan antar satu bagian dalam satu shift, hubungan antar anggota kelompok (doffer), dan hubungan antar shift (operator).

(32)

10. Tanggung jawab

Operator dan doffer mempunyai tanggung jawab yang berbeda. Operator bertanggung jawab pada kualitas sedangkan doffer bertanggung jawab pada kuantitas. Didalam melakukan pekerjaannya doffer dibentuk kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang ditambah satu ketua regu atau jobber sedangkan operator tidak. Dari hasil kuisioner diperoleh bahwa operator dan doffer merasakan ketidakpuasan dengan tanggung jawabnya.

Hal ini dapat dilihat sebagian besar dari doffer menjawab 42,9% kurang puas dan tidak puas 19% sedangkan operator, 36,8% kurang puas dan tidak puas 26,3%. Pada saran yang ada dikusioner, hampir sebagian besar (63,15%) mengatakan bahwa tanggung jawabnya lebih berat daripada doffer karena doffer bekerja kelompok sedangkan ia bekerja sendirian.

Dari affence diagram dan uji korelasi yang dilakukan etrhadap cirri demografi, ketidakpuasan dengan tanggung jawab disebabkan oleh status dan orang yang menjadi tanggungan. Kemudian dari affence diagram antar penyebab tidak dapat meningkatnya produktifitas pekerja yang diperkuat dengan uji korelasi dan uji regresi diketahui bahwa tanggung jawab mempunyai hubungan dengn tunjangan hadir, tunjangan produksi, hubungan satu bagian dalam satu shift, hubungan anggota kelompok (doffer), hubungan antar shift (operator), rutinitas dan kondisi mesin. Hubungan yang dimiliki adalah ketidakpuasan mereka dalam hal tanggung jawab dikarenakan tunjangan hadir, tunjangan produksi, hubungan satu bagian dalam satu shift, hubungan anggota kelompok (doffer), hubungan antar shift (operator) dan kondisi mesin yang tidak memuaskan dan jika dalam hal tanggung jawab mereka tidak puas menyebabkan ketidakpuasan akan rutinitas pekerjaan, beban pekerjaan, tunjangan hadir dan tunjangan produksi. Dan dari analisa uji statistik juga diperoleh bahwa jika semakin tinggi ketidakpuasan mereka dalam hal tanggung jawab maka semakin tinggi pula ketidak puasan mereka dalam tunjangan hadir, tunjangan produksi, hubungan satu bagian dalam satu shift, hubungan anggota kelompok (doffer), hubungan antar shift (operator), rutinitas dan kondisi mesin.

(33)

4.5. Langkah-Langkah Perbaikan Produktivitas Pekerja

Dari affence diagram penyebab tidak dapat meningkatnya produktivitas pekerja, diketahui bahwa dari sepuluh variabel ketidakpuasan menyebabkan ketidakpuasan terhadap variabel ketidakpuasan tanggung jawab dan beban pekerjaan. Untuk mengatasi kedua hal tersebut maka perbaikan dilakukan terhadap variabel ketidakpuasan lainya. Perbaikan yang diusulkan tidak berdasarkan ciri-ciri demografi karena bersifat tetap. Langkah-langkah perbaikan produktivitas pekerja di bagian Ring frame antara lain:

1. Sistem rolling

Sistem rolling adalah sistem perputaran dimana terjadi pergantian pekerja dalam waktu tertentu. Sistem rolling ini dimungkinkan dapat menangani permasalahan dimana pekerja merasakan tidak puas dengan tanggung jawab dan beban pekerjaan melalui rutinitas pekerjaan yang monoton. Disamping itu juga untuk mengatasi dimana operator merasakan tanggung jawabnya lebih berat darpada doffer. Sebelum sistem ini dapat dijalankan dengan baik, operator maupun doffer harus mendapatkan traning.

Dari traning yang diberikan diharapkan kemampuan dari pekerja dapat meningkat sehingga memungkinkan untuk dilakukan sistem rolling. Traning yang dilakukan hanya berupa pengulangan apa yang sudah mereka terima pada waktu dulu, jadi yang sekarang menjadi operator akan menerima traning untuk menjadi doffer sehingga waktu dari traning ini sangat singkat sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Traning yang diberikan berupa materi mungkin hanya membutuhkan waktu 10 menit sampai 20 menit kemudian bisa langsung terjun ke lapangan atau prakteknya dengan diawasi oleh bagian traning.

Pemberian traning tidak langsung kepada semua pekerja namun secara bertahap atau dapat diakatkan sebagian-sebagian. Lamanya pengawasan yang dilakukan oleh bagian traning adalah fleksibel bisa cepat atau lambat tergantung dari pekerja yang ditraning. Pada waktu traning yang ke lapangan sudah diberlakukan sisitem roling dan sebagai tahap awal sistem tidak dapat dilakukan untuk keseluruhan pekerja jadi dalam satu shift misalnya yang menjadi operator adalah sebagian memang operator dan sebagian lagi doffer begitu juga yang menjadi doffer. Hal ini dilakukan karena ditakutkan jika secara keseluruhan diganti tidak dapat

(34)

melakukan tugasnya dengan baik dan target produksi tidak tercapai. Biaya yang dikeluarkan selama traning hanya untuk snack yaitu ± 2500-3000. dan mengenai waktu diserahkan kepada perusahaan kapan akan dilakukan traning sekaligus sistem roling ini. Untuk waktu rolling dapat dilakukan satu bulan sekali.

Perubahan doffer menjadi operator ataupun operator menjadi doffer tidak mengubah kelompok GKM karena kelompok tersebut sudah terdiri dari dofer dan operator.

2. Cuti Haid

Mengenai ketidakpuasan dalam pengambilan cuti haid ini muncul pada bagian saran pada kuisioner. Sebagian besar Pekerja (57,5%) yang ada di PT.

Lotus kebanyakan perempuan, sehingga tidak mengherankan banyak yang complain mengenai masalah cuti haid. Jika mereka ingin cuti haid susah sekali bagi perusahaan untuk memberikannya dan kalau perlu diceramahi terlebih dahulu, sedangkan menurut mereka itu adalah haknya untuk dapat mengambil cuti haid tersebut sehingga banyak dari mereka yang komplain akan hal tersebut.

Setelah dikonfirmasikan kepada perusahaan, memang mereka tidak diharuskan masuk satu atau dua hari pertama haid dan mengenai hal diceramahi itu memang diperlukan untuk mencegah pekerja yang menggunakan cuti tersebut untuk keperluan lainya. Peraturan mengenai cuti haid ini tidak dapat dirubah, oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini perusahaan dalam memberikan keputusan cuti haid dapat melihat dari data riwayat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja tersebut dan juga lebih diarahkan bagaimana pekerja menjadi seseorang yang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya dan untuk mempermudah proses pengambilan cuti haid ini, Karena jika seseorang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya maka ia akan mengambil cuti haid tersebut jika diperlukan saja. Hal ini dapat diselesaikan dengan perbaikan faktor-faktor ketidakpuasan yang muncul dari kuisioner yang disebarkan.

3. Perlengkapan dan peralatan Kerja

Perlengkapan kerja yang harus ada adalah masker, kantongan, cutter, dan earplack. Untuk cutter mereka diharuskan membawa sendiri tidak dari perusahaan sedangkan yang lain diberikan dari perusahaan. Menurut mereka kualitas dan kuantitas dari peralatan kerja masih kurang sehingga banyak sebelum

(35)

mendapatkan peralatan kerja yang baru, sudah rusak terlebih dahulu terutama untuk masker dan kantongan yang harus mereka gunakan tiap hari untuk bekerja.

Mengenai masalah ini dapat diselesaikan dengan adanya perbaikan pada kualitas ataupun kuantitas dari masker dan kantongan. Mengenai hal ini diusulkan kepada perusahaan merubah bahan atau skala pemberian sehingga lebih alam untuk dapat digunakan oleh pekerja. Usulan yang diberikan adalah sebagai berikut:

• Masker

Bahan yang digunakan saat ini untuk masker hanya kain biasa namun tidak tebal sehingga tidak tahan lama, sebaiknya digunakan kain cotton karena lebih tebal dan lebih tahan lama sehingga untuk bahan ini skala pemberian dapat lebih dari satu bulan sekali. Mengenai biaya yang dikeluarkan, cotton memang lebih mahal (hampir 3 kali dari harga bahan yang sekarang) yang digunakan sekarang tetapi pemakaian dapat tahan lama 2-3 kali sehingga pemberian cukup 3 bulan sekali sehingga dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih sedikit daripada dengan menggunakan masker yang sekarang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masker baru dengan bahan cotton lebih murah dan lebih tahan lama.

• Kantongan

Bahan yang digunakan saat ini untuk kantongan hanya kain biasa namun tidak tebal sama dengan masker, sebaiknya kantongan digunakan kain nilon karena lebih tebal dan lebih tahan lama sehingga untuk bahan ini skala pemberian dapat lebih dari tiga bulan sekali. Mengenai biaya yang dikeluarkan, nilon memang lebih mahal (hampir 2 kali dari harga bahan yang sekarang) yang digunakan sekarang tetapi pemakaian dapat lebih tahan lama dapat tahan lama 1-2 kali sehingga pemberian cukup 6 bulan sekali sehingga dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan yang digunakan sekarang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kantongan baru dengan bahan nilon lebih murah dan lebih tahan lama.

Perbandingan lama dan baru perbaikan perlengkapan kerja (masker dan kantongan) dapat dilihat pada table berikut:

(36)

Tabel 4.5

Perbandingan Masker Lama dan Baru

Sumber data: data perusahaan.

Table 4.6

Perbandingan Kantongan Lama dan Baru Perlengkapan kerja Ciri

Kantongan lama Kantongan baru Kualitas Terbuat dari kain biasa, tidak

tebal sehingga kurang kuat.

Terbuat dari nilon sehingga lebih kuat

Kuantitas 3 bulan sekali 6 bulan sekali Biaya tiap

pekerja/ tahun

Rp 1001 x 4 = 4004 Rp 1640 x 2 = 3320

Sumber data: data perusahaan.

Untuk masker dan kantongan terbuat dari bahan yang berbeda hal ini disebabkan jika masker menggunakan bahan dari nilon maka tidak akan menyerap keringat padahal digunakan untuk menutup mulut dan hidung sedangkan nilon tidak menyerap keringat dan lebih tahan lama. Dari perbandingan diatas dapat dilihat bahwa perlengkapan kerja dengan kondisi baru lebih baik dari segi kualitas, kuantitas dan biaya.

Pergantian perlengkapan kerja yaitu masker dan kantongan di mulai pada tanggal 1 desember 2003- 6 desember 2003. Setelah seminggu dijalankan pekerja yang ada di bagian Ring farame diberikan kusioner utnuk mengetahui bagaimana

Perlengkapan kerja Ciri

Masker lama Masker baru

Kualitas Terbuat dari kain biasa, tidak tebal sehingga kurang kuat.

Terbuat dari Cotton sehingga lebih kuat

Kuantitas 1 bulan sekali 3 bulan sekali Biaya tiap

pekerja/ tahun

Rp 143 x 12 bulan = Rp1716 Rp 417 x 4 = Rp1668

(37)

tanggapan dari mereka setelah ada perubahan tersebut. Responden dari kusioner ini ada 40 orang yang terdiri dari doffer dan operator. Kusioner tersebut berisi pertanyaan “Apakah dengan adanya masker dan kantongan memperingan beban pekerjaan Anda? (Ya /Tidak)”. Dari kusioner ini diperoleh bahwa 45%

mengatakan ya sedangkan 55% tidak. Meskipun belum sebagaian besar yang mengatakan ya namun setidaknya 45% responden mengatakan bahwa dengan adanya masker dan kantongan yang baru dapat memperingan beban pekerjaan mereka.

4. Peningkatan gugus kendali mutu

Kerjasama antar rekan kerja sangat diperlukan dalam meningkatkan keefektifan kerja. Oleh karena itu hal ini dapat mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugasnya. Untuk dapat mengatasi masalah kerjasama antar shift dan kerjasama antar satu bagian dalam satu shift ini dapat diselesaikan dengan adanya perasaan teamwork diantara mereka bukan hanya kelompok doffer tapi juga tenter. Dengan adanya teamwork maka seluruh pekerja dapat ikut serta dalam meningkatkan produktivitas kerja. Namun untuk membentuk sebuah teamwork tidaklah mudah, agar dapat tercapai tujuannya maka ada empat tahapan proses yang perlu mendapat perhatian utama. Empat tahapan tersebut adalah:

1. Tahap I

Tahap orientasi, dengan kararteristik:

• Anggota tim merasa senang mendapat kepercayaan dengan harapan tinggi.

• Anggota tim merasa cemas; dimana saya bisa berperan? Apa yang diharapkan dari diri saya?

• Anggota tim mempelajari situasi dalam tim dan figure sentral.

• Anggota tim masih merasa tergantung pada penguasa dan hierraki (atasan dalam struktur organisasi).

2. Tahap II

Tahap II ini merupakan tahap yang paling kritis, diperlukan pendekatan khusus dari ketua tim, bahkan bila perlu campur tangan direksi agar tiap anggota tim tetap menjaga keutuhan tim dan bersemangat tinggi untuk menyelesikan tugas tim. Tahap ketidakpuasan, dengan kararteristik:

(38)

• Anggota tim mengalami ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.

• Anggota tim merasa tidak puas dengn ketergantungan pada penguasa.

• Anggota tim merasa frustasi; merasa memperoleh beban tambahan untuk mencapai sasaran,yugas-tugas dan kegiatan.

• Anggota tim merasa rancu dan tidak mampu.

• Anggota tim bereaksi negatif pada ketua tim dan anggota lainnya.

• Anggota tim bersaiang untuk memperoleh kekuataan atau perhatian.

• Anggota tim mengalami polarisasi (ketergantungan/melawan ketergantungan).

3. Tahap III

Tahap resolusi dengan karaterisik:

• Anggota tim mulai berkurang rasa ketidakpuasannya.

• Anggota tim berusaha mengatasi ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan.

• Anggota tim mulai mengatasi polarisasi dan ketidaksenangan.

• Anggota tim mulai menumbuhkan keharmonisan, saling percaya, saling menunjang dan saling menghargai.

• Anggota tim mulai menumbuhkan harga diri dan percaya diri.

• Anggota tim menjadi lebih terbuka dan memberi umpan balik lebih banyak.

• Anggota tim saling berbagi tanggung jawab dan pengawasan.

• Anggota tim mulai menggunakan bahasa tim, tidak ada istilah saya melainkan kami.

4. Tahap IV

Tahap produksi/hasil tim, dengan kararteristik

• Anggota tim merasa gembira dapat berpartisipasi dalam kegiatan tim.

• Anggota tim mulai kolaboratif dan merasakan saling ketergantungan satu sama lain.

• Anggota tim merasakan kekuatan tim.

• Anggota tim merasa popositif akan keberhasilan.

(39)

• Anggota tim berbagi kepemimpinan, menyadari tidak ada yang paling kuasa atau menonjol tim.

• Anggota tim akan berkinerja pada tingkatan yang tinggi.

Empat tahapan diatas merupakan tahapan yang menunjukan tingkat perkembangan tim. Keempat tahapan diatas dicoba ditanyakan kepada pekerja baik itu doffer maupun operator untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangan tim diantara pekerja di bagian ring frame. Dari jawaban yang diberikan melalui interview, dimana dipilih 40 orang secara acak (jika keseluruhan pekerja yang ada dalam satu shift tidak memungkinkan untuk dilakukan) maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

‰ Tahap I

• Sebagian besar dari mereka yaitu 70% responden yang ada mengatakan bahwa selama ini mereka sudah mengetahui apa yang menjadi harapan dari perusahaan dan senang mendapatkan kepercayaan dengan harapan yang tinggi. Namun mereka mersakan tidakpuas dalam bekerja diamana hal ini tertuang pada tahap II yang menyatakan tahap ketidakpuasan.

Begitu juga dalam bekerja kebanyakan dari mereka sudah mempelajari bagaimana situasi dalam tim dan juga atasan-atasan yang bertindak sebagai figure sentral.

‰ Tahap II

Kebanyakan dari mereka yaitu sekitar 75% mengatakan bahwa mereka kurang puas dengan lingkungan sekitar seperti tanggung jawab yang bertambah banyak, merasa tidak mampu dan sebagainya sehingga apa yang menjadi jawaban pada tahap I tidak dapat dijalankan dengn baik. Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling kritis dan memerlukan pendekatan khusus dari ketua tim bahkan kalau perlu dari pihak perusahaan.

‰ Tahap III

Sebagian besar dari mereka yaitu sekitar 55% sudah mencoba mengatasi permasalahan yang ada pada tahap II, namun hal tersebut tidak cukup membantu agar kerja mereka lebih efektif sehingga mereka tidak mempunyai semangat untuk bekerja. Oleh karena itu permasalahan ini bukan hanya dari

(40)

pekerja saja namun perlu campur tangan dari perusahaan agar tercapai tujuan yang diinginkan.

‰ Tahap IV

Pada tahap IV ini disebut juga tahap produksi/hasil tim. Karena mereka merasa tidak puas dan tidak dapat menemukan sebuah cara atau jalan untuk keluar dari permasalahan tersebut maka jawaban yang didapatkan pun dari tahap IV kurang baik atau dapat dikatakan jawaban mereka hampir 65%

menjawab tidak atau dapat dikatakan masih individual, mereka belum mencapai perassaan sebagai team work atau dapat dikatakan team work mereka masih lama.. Dari sini dapat disimpulkan bahwa mereka kurang merasakan adanya kekuatan tim, karena mereka mungkin masih individual padahal jika seluruh bagian yang ada di mesin Ring frame dapat benar-beanr merasakan kekuatan tim maka tujuan yang akan dicapai pun akan terwujud.

Dari hasil yang diperoleh dalam kusioner menunjukan bahwa ketika menghadapi ketidakpuasan mereka tidak dapat mengatasinya sehingga pada tahap resolusi pekerja bekerja dengan semangat yang rendah. Semangat yang rendah ini akan mengganggu kemampuan/produktivitas mereka dalam bekerja sehingga pada akhirnya yaitu pada tahap produksi mereka tidak merasa sebagai teamwork, bekerja dengan semangat yang rendah dan kemampuan/produktivitas yang berkurang.

Untuk dapat mengatasi permasalahan yang dialami oleh pekerja memang tidak mudah diselesaikan, namun untuk mengatasi tahap II yaitu ketidakpuasan, juga memerlukan campur tangan dari perusahaan. Tingkat perkembangan tim ini dapat dipantau melalui dengan pengefektifan GKM atau gugus kendali mutu.

Mengenai 4 tahapan bagaimana menjadi suatu teamwork dapat dibahas di GKM atau gugus kendali mutu yang selama ini telah perusahaan jalankan. GKM di PT Lotus ini telah berdiri sejak ±1 tahun, dimana supervisor berfungsi sebagai mediator, sedangkan jobber sebagai ketua kelompok. Untuk pertemuan yang diadakan oleh pekerja dan ketua kelompok diatur oleh ketua kelompok sedangkan pertemuan supervisor, jobber dan manager diadakan 3 minggu sekali. Kemajuan dari GKM ini secara bertahap, tidak dapat langsung dan itu yang dialami oleh PT Lotus. Perusahaan mengatakan bahwa ada perubahan yang baik setelah diadakan

(41)

GKM ini. Dalam meningkatkan GKM tidak bisa berhenti disini tetapi memerlukan suatu tahapan proses yanga tak hingga, memerlukan peningkatan- peningkatan terus-menerus. GKM pun dapat mengatasi hubungan rekan kerja antar shift yang kurang baik. Prosedur yang ada sudah bagus, tapi lebih bagus lagi jika hal tersebut dapat dicegah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah lebih berperan jobber sebagai ketua kelompok untuk selalu mengingatkan pekerjanya akan tugas dan tanggung jawabnya. GKM ini harus dapat dipertahankan, dari sini diharapkan pkeerja dapat bekerja lebih produktif, bekerja dengan semangat dan puas akan apa yang mereka terima sebagai imbalan dari kerja keras tersebut.

6. Tunjangan hadir dan produksi

Apa yang dilakukan oleh perusahaan sudah merupakan suatu langkah yang baik didalam menghargai jerih payah pekerja sekaligus untuk mendorong mereka bekerja dengan baik melalui tunjangan hadir dan tunjangan produksi.

Namun sebagian besar pekerja tidak merasakan bahwa kedua tunjangan tersebut sangat berarti atau dapat diakatakan tidak seberapa membawa pengaruh. Untuk mengatasi hal ini perlu ditanyakan kepada perusahaan apakah ada peningkatan perbedaan sebelum dan sesudah adanya tunjangan-tunjangan tersebut. Perusahaan menjawab bahwa ketika ada kedua tunjangan tersebut terjadi perubahan yang lebih baian dari sebelumnya. Mungkin fenomena yang terjadi, dulu dengan besar dari tunjangan tersebut dapat memuaskan para pekerja tapi sekarang tidak dan itu berarti memerlukan peningkatan jumlah dari kedua tunjangan tersebut. Dari sini perusahaan dapat meninjau kembali besar dari kedua tunjangan tersebut dengan melihat apa yang telah dilakukan oleh pekerja dan kemampuan perusahaan untuk menghargai jerih payah tersebut.

7. Kondisi mesin

Pekerja dibagian Ring frame tidak puas dengan kondisi mesin terutama terhadap kecepatannya jika mereka terkena shift sore dan malam. Hal ini setelah dikonfirmasikan kepada perusahaan, ternyata memang itu merupakan proses produksi dari mesin tersebut dan itu tidak dapat dirubah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Penyelesaian dari permasalahan ini lebih diarahkan bagaiamana mereka merasa puas dan meningkatkan semangat mereka dalam bekerja melalui GKM.

(42)

8. Keseimbangan upah dan tenaga yang dikeluarkan

Upah yang diterima oleh pekerja sudah diatas UMR atau dari yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai upah pekerja seperti yang dijelaskan sebelumnya. Penyelesaian dari permasalahan ini juga sama seperti kondisi mesin dimana lebih diarahkan bagaiamana mereka merasa puas dan meningkatkan semangat mereka dalam bekerja melalui GKM.

Gambar

Gambar 4.3. Affence diagram antara Penyebab tidak Meningkatnya    Produktivitas Pekerja dengan Ciri-ciri Demografi yang Dimilikinya
Gambar 4.4. Affence diagram antara Penyebab tidak dapat Meningkatnya  Produktivitas Pekerja

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian (Kun Ismawati, 2015) menjelaskan bahwa variabel LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profabilitas kebangkrutan dan pengaruhnya prositif,

Namun, beliau tidak dapat mencatat kata-kata yang menghina pemerintah dalam buku ,jadi beliau hanya menyampaikan secara tidak langsung dan mewariskan kepada anak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 melalui penggunaan kartu bilangan pada siswa kelompok B TK Dharmawanita Persatuan 1 Ngares

Adapun data klimatologi yang digunakan untuk membangun model ialah data suhu udara rata-rata per hari dan evaporasi panci per hari di stasiun klimatologi Barongan tahun

PERAN ORANG TUA DALAM MENANGANI ANAK DENGAN HIPERAKTIF.. Si Sumami

Jadi, kemungkinan besar 3 orang anak ini tidak suka makan – makanan yang manis dan mungkin waktu untuk terjadi karies belum pada saat dilakukan penelitian dan

Finally, ccharacteristicss of the media developed are (1) media of waterfalls and ladders consists of a game board, 4 pieces pawns, 1 dice, cards matter, and the rules of the

[r]