• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Word of Mouth (WOM) Terhadap Minat Beli Mebel Di Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Pengaruh Word of Mouth (WOM) Terhadap Minat Beli Mebel Di Palembang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Word of Mouth (WOM) Terhadap Minat Beli Mebel Di Palembang

Megawati

Jurusan Manajemen, Universitas Multi Data Palembang megawati@mdp.ac.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh word of mouth(WOM) terhadap Minat Beli Konsumen pada Toko Jaya Sentosa Mebel 7 Ulu Palembang secara parsial dan simultan. Populasi penelitian ini adalah para Pengunjung atau Konsumen yang ingin berbelanja di Toko Jaya Sentosa Mebel 7 Ulu Palembang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria konsumen orang-orang yang ingin berbelanja ataupun yang sedang berkunjung di Toko Jaya Sentosa Mebel 7 Ulu Palembang. Data sampel yang diperoleh berjumlah 210 responden. Teknik analisis penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa word of mouth berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap minat beli konsumen.

Kata kunci: Word of Mouth , Minat Beli Konsumen, Mebel

Abstract:The purpose of this study was to analyze the effect of word of mouth (WOM) on consumer buying interest at Jaya Sentosa Mebel Store 7 Ulu Palembang partially and simultaneously. The population of this study are visitors or consumers who want to shop at the Jaya Sentosa Mebel 7 Ulu Palembang store. Sampling in this study used a purposive sampling method with the criteria of consumers who want to shop or who are visiting the Jaya Sentosa Mebel 7 Ulu Palembang store. The sample data obtained amounted to 210 respondents. The analysis technique of this research uses a multiple linear regression analysis model. The results of this study state that word of mouth has a partial and simultaneous effect on consumer buying interest.

Keywords: Word of Mouth, Consumer Purchase Interest, Furniture

1. PENDAHULUAN

Perekonomian yang semakin pesat di era globalisasi membuat keadaan persaingan bisnis yang semakin ketat perubahaan tingkat perekonomian yang tinggi dapat mempermudah perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya. Dalam dunia industri perusahaan menginginkan produknya selalu menjadi yang terbaik dari produk pesaing yang ada. Salah satu sektor industri yang terdapat banyak pesaingannya adalah industri mebel. Industri Mebel adalah industri yang mengelola bahan baku atau bahan setengah jadi kayu, rotan dan bahan alami lainnya menjadi produk jadi seperti lemari, meja kursi dan lain-lain. Perusahaan industri mebel banyak mengggunakan bahan dari kayu Jati atau yang biasa disebut dengan Jepara yang mana merupakan pohon

dengan penghasil kayu berkualitas tinggi dan dikenal awet dan sangat kuat.

Sektor industri mebel memiliki perkembangan yang cukup baik dengan memprodukasi berbagai jenis produk mebel sehingga sangat mudah ditemui di berbagai toko mebel, dimana para penjual mebel memberikan penawaran harga yang terjangkau, desain yang menarik, untuk menarik minat beli konsumen sebagai pengguna produk mebel.

Untuk mempertahankan hasil pencapaian tentunya penjual harus mempertahankan konsumen serta meraih keuntungan perusahaan dengan menambah jumlah konsumen dan calon pelanggan. Untuk membeli sebuah barang maka konsumen harus memiliki minat terlebih dahulu. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

(2)

produk atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

(Assael, 2019).

Minat beli merupakan keinginan untuk memiliki produk, minat beli akan timbul apabila seseorang konsumen sudah terpengaruh terhadap mutu dan kualitas dari suatu produk dan informasi seputar produk, Durianto (2019, h.138) dalam Iwan Kusuma. Salah satu faktor Minat beli konsumen yang cukup efektif dan banyak digunakan

Menurut Priansa (2017, h.338) yaitu faktor pemasaran word of mouth, walaupun dianggap faktor pemasaran tradisional, namun cara ini cukup ampuh untuk meyakinkan para konsumen karena berdasarkan pengalaman yang di alami terlebih dahulu, bisa menjadi sebuah rekomendasi suatu produk yang telah digunakan. Word of mouth atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individual maupun kelompok terhadap suatu produk yang bertujuan untuk memberikan pengaruh positif dan negatif secara tidak langsung.

Hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Robby Fauji (2015) dengan Judul “Pengaruh Word of Mouth terhadap Minat Beli Konsumen pada Anugerah Al-Baghdadi Mebel Karawang” dapat disimpulkan bahwa word of mouth memiliki pengaruh terhadap minat beli konsumen. Word of mouth memang memiliki pengaruh (berperan penting) terhadap minat beli konsumen.

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaruh word of mouth (WOM) terhadap Minat Beli Secara Parsial dan simultan?

2. LANDASAN TEORI 2.1 Word of Mouth (WOM)

Word of mouth menurut Sudaryono (2016, h.152) adalah komunikasi dari mulut ke mulut, word of mouth meningkatkan efisiensi promosi karena orang yang menyampaikan informasi lebih dipercaya karena sesama anggota kelompok. Word of mouth merupakan salah satu strategi pemasaran yang efektif untuk mengurangi biaya promosi dan alur distribusi perusahaan.

Word of mouth dapat mempengaruhi orang lain, image, serta keputusan mereka. Menurut Mahendrayasa et al (2017, h.338) dalam Priansa, menyatakan bahwa word of mouth terjadi melalui dua sumber yang menciptakannya, yaitu reference group (grup referensi) dan opinion leader.

Word of mouth terbentuk dalam satu grup karena pada kenyataanya konsumen lebih percaya orang lain daripada iklan yang diluncurkan oleh perusahaan. Word of mouth menjadi bagian terpenting dalam pemasaran mengingat bahwa komunikasi menggunakan word of mouth (WOM) dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Di sisi lain, kekuatan word of mouth (WOM) juga bertambah mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senang berinteraksi dan berbagi dengan sesamanya, termasuk masalah referensi pembelian.

Word of mouth (WOM) mampu menyebar begitu cepat bila individu yang meyebarkan juga memiliki jaringan yang luas.

Indikator-Indikator word of mouth (WOM), Priansa (2017, h.347)

1. Talkers

Talkers adalah pembicara. Pembicara adalah konsumen yang telah mengonsumsi produk.

Banyak konsumenyang memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi produk karena saran dari talkers tersebut.

2. Topics

Topics adalah pesan. Pesan tersebut terkandung dalam word of mouth dan menjadi substansi dari suatu yang dibicarakan, misalnya pelayanan yang diberikan, keunggulan produknya dan lain sebagainya.

(3)

3. Tools

Tools yaitu pesan atau perihal yang membuat mereka berbicara mengenai produk atau jasa tersebut, dibutuhkan suatu alat untuk membantu agar pesan tersebut dapat berjalan.

4. Taking parts

Taking parts yaitu suatu partisipasi perusahaan seperti halnya dalam menanggapi respons pertanyaan-pertanyaan mengenai produk atau jasa tersebut dari calon konsumen dengna menjelaskan secara lebih jelas dan terperinci.

5. Tracking

Tracking atau pengawasan yang berguna dalam proses word of mouth dan perusahaan pun cepat tanggap dalam merespons calon konsumen.

2.2 Minat Beli Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2019, h.138) dalam Iwan Kusuma dan Ika Sari, Minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan seseorang untuk melakukan pembelian.

Menurut Durianto (2019, h.138) dalam Iwan Kusuma dan Ika Sari, Minat beli adalah keinginan untuk memiliki produk, minat beli akan timbul apabila seseorang konsumen sudah terpengaruh terhadap mutu dan kualitas dari suatu produk dan informasi seputar produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah keinginan yang muncul dalam diri konsumen terhadap suatu produk sebagai dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran konsumen terhadap suatu produk. Konsumen yang dimiliki minat beli terhadap suatu produk menunjukkan adanyan perhatuan dan rasa senang terhadap produk yang diikuti dengan realisasi berupa perilaku membeli.

Indikator-Indikator Minat Beli Konsumen menurut Ferdinand (2019, h.140) dalam Iwan Kusuma dan Ika Sari yaitu:

1. Minat Transaksional, yaitu kecendrungan sesorang untuk membeli produk.

2. Minat Refensial, yaitu Kecendrungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

3. Minat Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki Preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minta Eksploratif, Minat ini menggambarkan perilaku konsumen seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho1 : tidak terdapat pengaruh antara word of mouth terhadap minat beli konsumen Ha1 : terdapat pengaruh antara word of mouth

terhadap minat beli konsumen

3. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek / Subjek Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah masalah yang akan diangkat menjadi bahan sebuah penelitian untuk dicari penyebab masalahnya. Menurut Sugiyono (2017, h.39) objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah word of mouth terhadap minat beli konsumen.

(4)

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah pihak yang digunakan dalam penelitian ini sebagai sebuah sampel.

Menurut Sugiyono (2017, h.26) subjek didefinisikan sebagai salah satu dari anggota dalam sampel sebagaimana elemen adalah anggota dari populasi.

Subjek dari penelitian ini adalah konsumen yang berkunjung dan ingin membeli mebel.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Sampel

Menurut Sugiyono (2019, h.81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2019, h.82) pada penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung yang ingin berbelanja ataupun yang berkunjung di toko mebel.

Untuk menentukan jumlah anggota sampel penelitian ini menggunakan rumus roscoe. Adapun ukuran sampel untuk diteliti dalam Sugiyono (2019, h. 91) yaitu:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya:

pria-wanita, pegawai negeri-swasta, dan lain- lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Penulis menentukan jumlah anggota sampel yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu 210 untuk dibagikan ke responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berbelanja dan berkunjung di toko mebel. Menurut Sugiyono (2019, h.137) Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data di mana partisipan atau responden mengisi pertanyaan kemudian setelah diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti.

3.4 Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2018, h.95) variabel penelitian yang merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yanag ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

3.4.1 Word of Mouth

Menurut Mahendrayasa et al (2017, h.338) dalam Priansa, menyatakan bahwa word of mouth terjadi melalui dua sumber yang menciptakannya, yaitu reference group (grup referensi) dan opinion leader. Word of mouth terbentuk dalam satu grup karena pada kenyataanya konsumen lebih percaya orang lain daripada iklan yang diluncurkan

3.4.2. Minat Beli Konsumen

Minat beli Menurut (Priansa (2017, h.164) minat pembelian merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

(5)

Tabel 1. Definisi Oprasional Variabel

Sumber: Peneliti, 2022 3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu suatu teknik yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono, 2016, h.243).Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan analisis data kuantitatif. Kemudian alat analisis dalam penelitian menggunakan bantuan program aplikasi SPSS, dengan beberapa teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.5.1 Instrumen Penelitian 3.5.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Salah satu cara untuk mengukur validitas adalah dengan membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dimana n adalah jumlah sampel dalam penelitian. Jika r hitung lebih besar dari r table dan nilai positif maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan Valid. (Ghozali, 2016, h.52).

3.5.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2016), uji Reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali, 2016, h.47).

3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk mengukur besar pengaruh antara

(6)

variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). Menurut Sugiyono (2016, h.188) bahwa analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah), berikut model persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian:

Y = a + bx+ e Keterangan:

Y : Minat Beli Konsumen a : Konstanta Regresi b : Koefisien Regresi X : Word of mouth

e : Error, variabel gangguan/tingkat kesalahan 3.5.3 Uji Asumsi Klasik

3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau mendekati normal.ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik, dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi normal dan metode normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.Dasar pengambilan keputusan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menujukkan pola distribusi normal, maka model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik, yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik kolmogorov-smirnov (K-S). Data terdistribusi nor- mal apabila hasil Kolmogorov – Smirnov test menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 dimana yang berarti H0 ditolak dan HA diterima (Ghozali, 2016, h.154).

3.5.3.2 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2016, h.134), uji heterokedastisitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika dalam variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi heteroskesdatisitas.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Jika tingkat signifikan berada di atas 0,05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas, dan sebaliknya, jika tingkat signifikan berada dibawah 0,05 berarti terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2016, h.137).

3.5.3.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat melalui nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. Model dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (Ghozali, 2016, h.103).

3.5.4 Uji Statistik 3.5.4.1 Uji Parsial (Uji-T)

Uji T digunakan yaitu untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

(7)

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung (Ghozali, 2016, h.96). Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

• Jika t hitung < t tabel dan sig > 0,05, maka Ha ditolak. Yang berarti bahwa variabel independen secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.

• Jika t hitung > t tabel dan sig < 0,05, maka Ha diterima. Yang berarti bahwa variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

3.5.4.2 Uji Simultan (Uji-F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen atau terikat.Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F tabel (Ghozali, 2016, h.96).

Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05, maka Ha diterima.

3.5.4.3 Uji Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2016, h.95), Uji (R²) atau uji determinasi R bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R² = 0), artinya variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali.

Sementara bila (R²)= 1, artinya variabel terikat secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel bebas.

Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap ada penambahan variabel independen, maka (R²) pasti akan meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, digunakanlah model adjusted (R²). Model adjusted R² dapat naik atau turun apabila ada suatu variabel independen yang ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2016, h.95).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas bisa dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Pengujian Normalitas

(8)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa kurva histogram membentuk gambar lonceng yang simetris sehingga bisa disimpulkan bahwa residual sudah berdistribusi normal.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 sehingga bisa disimpulkan bahwa model regresi telah bebas dari problem multikolinieritas.

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan tidak terjadi problem heteroskedastisitas dalam model regresi.

Tabel 2. Hasil Pengujian Multikolinieritas

4.2 Uji Multikolinieritas

Hasil pengujian multikolinieritas bisa dilihat pada Tabel 2.

4.3 Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas bisa dilihat pada Tabel 3.

4.4 Analisis Regresi Berganda

Hasil perhitungan koefisien regresi bisa dilihat pada Tabel 4.

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Tabel 3. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

(9)

Tabel 4. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022 Berdasarkan Tabel 4, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = 11,976 + 0,284X Keterangan:

Y = Minat Beli X = Word of Mouth

Interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

· Konstanta sebesar 11,976 bisa diartikan bahwa jika tidak ada word of mouth maka minat beli akan sebesar 11,976.

· Koefisien regresi sebesar 0,284 bisa diartikan bahwa jika word of mouth naik sebanyak 1

.

4.7 Uji Hipotesis Simultan

Hasil pengujian hipotesis simultan bisa

satuan maka minat beli akan naik juga sebanyak 0,284.

4.5 Uji Hipotesis Parsial

Hasil pengujian hipotesis parsial bisa dilihat pada Tabel 4 di atas. Dari Tabel 4 bisa dilihat bahwa t-hitung sebesar 7,717 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasilnya menyatakan bahwa word of mouth berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen.

4.6 Koefisien Determinasi

Hasil perhitungan koefisien determinasi bisa dilihat pada Tabel 5.

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Koefisien Determinasi

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

(10)

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Simultan

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2022

Dari Tabel 6 bisa dilihat bahwa F-hitung sebesar 59,554 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Hasilnya menyatakan bahwa model regresi sudah fit untuk menjelaskan pengaruh word of mouth terhadap minat beli konsumen.

4.8 Pembahasan

Menurut Mahendrayasa et al (2017, h.338) dalam Priansa, menyatakan bahwa word of mouth terjadi melalui dua sumber yang menciptakannya, yaitu reference group (grup referensi) dan opinion leader. Word of mouth terbentuk dalam satu grup karena pada kenyataanya konsumen lebih percaya orang lain daripada iklan yang diluncurkan oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robby Fauji (2015) yang menyatakan bahwa word of mouth mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli konsumen.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel word of mouth menjadi salah mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli konsumen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel word of mouth menjadi salah satu faktor konsumen yang timbul karena adanya word of mouth yang baik disampaikan melalui reference group (teman, keluarga dan rekan kerja).

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang bisa ditarik adalah word of mouth berpengaruh signifikan secara parsial terhadap minat beli konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Assael 2019, Perilaku Konsumen: Tinjauan Konseptual dan Praktis, CV. Media Sains Indonesia, Bandung.

[2] Fandy Tjiptono 2015, Strategi Pemasaran, Edisi 4, Andi, Yogyakarta

[3] Ghozali 2016, Aplikasi Analisis Multivariete (Dengan Program IBM SPSS 23) Edisi 8, Penerbit Universitas Diponegoro, Yogyakarta.

[4] Durianto, Darmadi, Sugiarto, Sitinjak, Tony, 2017, Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

[5] Ghozali. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Yogyakarta.

(11)

[6] Iwan Kesuma, 2019, Pemasaran dan Manajemen Pasar (Sebuah Analisis Perspektif Terhadap Minat Beli dan Kepuasan Konsumen), Penerbit Deepublish (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA), Yogyakarta

[7] Priansa 2017, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Penerbit Pustaka Setia, Bandung [8] Robby Fauji 2015, “Pengaruh Kualitas

Pelayanan, Lokasi dan Word of Mouth Terhadap Minat Beli Konsumen pada Anugerah Al-Baghdadi Mebel Karawang”

Diakses 15 Desember 2020, dari https://

journal.upbkarawang.ac.id

[9] Sudaryono 2016, Manajemen Pemasaran (Teori & Implementasi), Edisi 1, Andi, Yogyakarta

[10] Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT Alfabet. Bandung.

[11] Sugiyono 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV.

Alfabeta Bandung

[12] Sugiyono 2018, Metode Penelitian Manajemen, Alfabeta, Bandung

[13] Sugiyono 2019, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV.

Alfabeta Bandung

[14] Priansa 2017, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Pustaka Setia, Bandung

Referensi

Dokumen terkait

DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG BIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMASH.

SPP Tambah Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna

U suradnji sa svojim kolegama u Bagdadu Abu‘l Wafa je sastavio i nove astronomske tablice, koje su bile vrlo cijenjene. U njima je Abu‘l Wafa uspio odrediti kljuˇcne trigo-

Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul sebagai

Lebih lanjut, untuk mengetahui sejauh mana peranan word of mouth dalam bentuk referensi atau rekomendasi dari orang lain dapat memengaruhi minat seseorang untuk

ADALAH UPAYA UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN SESUATU DARI SUATU KEADAAN KE KEADAAN LAIN YANG LEBIH BERNILAI GUNA DAN BERMAN- FAAT BAGI KEMANUSIAAN (BAIK PERUBAHAN GERAK, MATERI,

Dikarenakan maskapai penerbangan terlalu mengutamakan keuntungan sehingga memaksa pilot- pilotnya untuk terbang melebihi batas jam terbangnya, di dalam Peraturan Menteri

Triatmanto menunjukkan Electronic Word of Mouth dan media sosial Instagram memiliki pengaruh terhadap minat beli (2018, p. 617) membuktikan Electronic Word of