• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

42

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES SYSTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Vera Feryyal1

Fatik Lutviana Anggraini2

1,2Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI At- Taqwa) Email : [email protected], [email protected]

Naskah diterima: 13 Juni 2021, direvisi: 17 Juli 2021, diterbitkan: 11 Agustus 2021 ABSTRACT

The obstacles that should be overcome to produce qualified graduates was that the achievement of students were commonly measured based merely on the the students’intellectual intelligence emphasizing their ability on math and language. Intellectual intelligence did not only involved those two parameters, but it should also be considered the visual, kinesthetic, visual-spacial, interpersonal, intrapersonal and naturalist aspects. Multiple Intelligences System was an approach intended to transform the education system, by creating obstacles that can prevent every students to participate completely in their education. It included the problems of gender, social status, and so on. This research applied descriptive qualitative approach by applying field research. It was located in Elementary School. Data collection techniques were conducted using observation, interview and documentation techniques. Data analysis techniques used were Miles and Huberman model that included:

data reduction, data presentation, and drawing the conclusion. The data validity and reliability were checked by source and data collection triangulation technique. The research findings indicated that: the planning were performed by (1) finding the learning style of students, (2) understanding the implementation of the Multiple Intelligences Strategy, covering all aspect of the students’ intelligence. (3) designing Strategies for Multiple Intelligences, knowledge transfer processes focused on the actual conditions of students on their process of their learning rather than the teachers teaching (4) improving the knowledge and the skill of the by doing internal training conducted by teachers and external training held by from the local Education Office. The implementation of the lesson plan was based on (1) Alpha Zone to stimulate the right conditions for suggestions. (2) Pre Teach functioned as pre activity before the core activity of learning. (3) Scene Setting which was undertaken by teachers or students to build the initial concept of learning. (4) The strategies in Learning Multiple Intelligences covered the approaches, strategies, methods and techniques underlined in the 2013 curriculum, which is the 2013 curriculum covering 5 Scientific aspect of Multiple Intelligences strategy. (5) The reflection was intended to aspects; the character and the material. The reflection of the character consisted of the activity to repeat the character and material learning of the previous section of the day. The evaluation involved (1) cognitive (2) psychomotor. (3) Affective Assessment.

Keywords: Multiple Intelligences System, Learning Activities.

(2)

43 ABSTRAK

Hambatan yang harus diatasi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah bahwa prestasi siswa biasanya diukur hanya berdasarkan kecerdasan intelektual siswa yang menekankan pada kemampuan matematika dan bahasa. Kecerdasan intelektual tidak hanya melibatkan kedua parameter tersebut, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek visual, kinestetik, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Sistem Kecerdasan Ganda merupakan suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk mengubah sistem pendidikan, dengan menciptakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap peserta didik untuk berpartisipasi secara penuh dalam pendidikannya. Ini termasuk masalah gender, status sosial, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menerapkan penelitian lapangan. Itu terletak di Sekolah Dasar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas dan reliabilitas data diperiksa dengan teknik triangulasi sumber dan pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

perencanaan dilakukan dengan (1) menemukan gaya belajar siswa, (2) memahami penerapan Strategi Kecerdasan Ganda yang mencakup seluruh aspek kecerdasan siswa. (3) merancang Strategi Kecerdasan Ganda, proses transfer pengetahuan difokuskan pada kondisi aktual siswa pada proses pembelajarannya daripada guru yang mengajar (4) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan melakukan pelatihan internal yang dilakukan oleh guru dan eksternal pelatihan yang diadakan oleh dari Dinas Pendidikan setempat. Implementasi RPP didasarkan pada (1) Alpha Zone untuk merangsang kondisi yang tepat untuk saran. (2) Pra Ajar berfungsi sebagai pra kegiatan sebelum kegiatan inti pembelajaran. (3) Scene Setting yang dilakukan guru atau siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran. (4) Strategi dalam Pembelajaran Kecerdasan Ganda meliputi pendekatan, strategi, metode dan teknik yang digarisbawahi dalam kurikulum 2013, yaitu kurikulum 2013 meliputi 5 aspek Ilmiah strategi Kecerdasan Ganda. (5) Refleksi ditujukan pada aspek; karakter dan bahannya. Refleksi karakter terdiri dari kegiatan mengulang karakter dan materi pelajaran hari sebelumnya.

Evaluasi yang dilakukan meliputi (1) kognitif (2) psikomotorik. (3) Penilaian Afektif.

Kata Kunci: Multiple Intelligences System, Learning Activities.

PENDAHULUAN

Kendala pada dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan kecerdasan intelektual, yang menekankan pada kemampuan matematika dan bahasa. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut diatas, tetapi juga harus dilihat dari aspek musical, kinestetis, visual-spacial, interpersonal, intrapersonal and naturalis.

Pada tahun 1983 Howard Gardner memperkenalkan 8 jenis kecerdasan tersebut diatas, pada tahun 1999 dengan perkembangan pemikirannya, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan eksistensial.(Gardner, 2003: 23) Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli didalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti Artis, Arsitek, Musikus, Ahli alam, Designer, Penari, Terapis, Enterpreneurs dan lain- lain. Jadi, Multiple Intelligences System ini merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan, dengan meniadakan hambatan- hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam

(3)

44 pendidikan. Hambatan yang ada terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, dan lain-lain.

Pendidikan Multiple Intelligences System ini diharapkan bisa mendorong potensi peserta didik agar mampu mengaktualisasikan diri dengan potensi yang mereka miliki, sekecil-kecilnya usaha mereka patut dihargai dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi diri. Serta mampu menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi anak bersekolah, atau dalam upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, dan dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi dari Multiple Intelligences ini tidak bertentangan dengan Kurikulum 2013 di Negara kita. Demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor (1993:30) dalam Andi Prastowo metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilakunya dapat diamati. Jadi pendekatan ini dapat diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh), sehingga dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan. Sumber data atau informasi dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, tehnik pengumpulan data dengan cara : Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman. Model interaktif Miles dan Huberman meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Tehnik uji keabsahan data menggunakan uji kredibilitas. Dengan menggunakan triangulasi dan member check.

HASIL DAN DISKUSI

Di Indonesia sudah ada beberapa lembaga yang menggunakan Multiple Intelligences, khusunya di Jawa Timur diantaranya: School Of Human, YIMI Gresik, Yayasan Al-Abror Bangil, Yayasan Mutiara Ilmu Bangil, Yayasan Al-Kautsar Malang, TK Bina Bangsa Sidoarjo, Yayasan Al-Khairiyah Surabaya, SD Islam Sabilillah Sidoarjo, Yayasan Al-Khairiyah (YIMA) Bondowoso. Bukan hanya itu, ada juga di TK Islamku Bondowoso, Yayasan Al-Irsyad Jember, SD Mutiara Ilmu Pandaan, dan masih banyak sekolah lain yang tergabung dalam sistem pembelajaran Multiple Intelligences.

Terbukti salah satunya murid sekolah dasar bernama Farroz Zahid, Sejak PAUD sampai sekolah dasar Farroz mendapatkan hasil Multiple Intelligences Research (MIR) menunjukkan bahwa anak tersebut cenderung pada kecerdasan linguistik atau bahasa. dan siswa tersebut telah meraih beberapa kejuaraan di usia 7 tahun. Juara ke 3 pada Olympiade Nasional 7, pada bidang Bhs. Inggris.

Juara ke 7 pada bidang Sains. Dan juga meraih juara ke empat pada Olympiade Bhs.Inggris dalam ajang “Kreasi Anak Bangsa”. Disamping Farroz, siswa yang berprestasi lainnya yang bernama Fatimah hasil Multiple Intelligences Research

(4)

45 (MIR) menunjukkan bahwa anak tersebut cenderung pada kecerdasan kinestetis atau cerdas gerak. Dalam Usianya 7 Tahun siswa tersebut telah meraih beberapa kejuaraan dalam ajang Bela Diri Taekwondo. Antara lain, Juara 1 Gyeorugi Prakadet A Under 21 KG F. Pemula dalam Kejuaraan Provinsi Teakwondo Indonesia di Jawa Timur, Juara 1 Gyeorugi Prakadet Putri dalam Kejuaraan Daerah “Taekwondo”

Walikota Surabaya, Juara 2 Gyeorugi Prakadet F- Pemula Putri di Blitar. Beberapa hasil yang dilansir The Best School, Dari 50 remaja jenius dunia dalam bidang bahasa, seni, sastra dan olahraga. Empat diantaranya adalah:

1. Tim Downer belajar bahasa perancis sejak usia delapan tahun, Tim Downer mulai belajar berbagai bahasa lainnya pada usia 13 tahun. Dia kini berbicara dalam 23 bahasa dalam berbagai level kemampuan. Tim adalah Polyglot, seseorang yang berbicara dalam berbagai bahasa dan memperlajari seni berbahasa.

2. Adora Avitak adalah penulis yang diakui secara internasional. Dia menulis esai, cerita, puisi, blog dan buku. Sejak usia tiga tahun Adora telah menjadi pembaca kelas berat. Pada usia empat tahun meski tulisan tangan belum bagus dan ejaannya belum sempurna, dia sudah mampu menulis cerita. Kemunculannya dimuka publik dimulai pada usia enam tahun.

3. Nolan Gould, biansanya remaja 14 tahun baru memulai masa SMA, namun, Nolan tidak hanya telah menjadi bintang televisi, dia juga telah menyelesaikan SMA dan mulai kuliah. Nolan bermain sebagai karakter Luke Dunphy dalam serial Modern Family. Bertolak belakang dengan karakternya sebagai pembuat masalah, Nolan adalah remaja pintar dan fokus dalam mencapai sesuatu. Dia memiliki IQ 150 dan menjadi anggota Mensa. yaitu kelompok orang dengan IQ di atas rata-rata.

4. Hou Yifan lahir di Xinghua, China pada tahun 1994, Yifan adalah anak ajaib dalam olahraga catur pada usia 16 tahun, dia meraih gelar juara dunia. Yifan pun mencatatkan dirinya sebagai perempuan termuda dalam sejarah meraih prestasi ini.

Hal ini sejalan dengan UU SIKDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 merupakan salah satu langkah sentral dan strategis dalam kerangka penguatan karakter, menuju bangsa Indonesia yang madani.

Kurikulum 2013 diyakini mampu mendorong terwujudnya manusia Indonesia.

Ciri dari sekolah tersebut ialah, bermartabat, beradab, berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri sehingga menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, serta mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul di masa depan.

Seperti dalam surah tersebut dijelaskan oleh Allah swt dalam surat Al- Mujadalah ayat 11:

اَهُّيَأَٰٓ َي

ََنيِذَّل ٱ

َ ا َٰٓوُنَماَء اَذِإ

ََليِق

َ مُكَل

َ اوُحَّسَفَت ىِف

َ ِسِل َجَم ل ٱ

َ اوُحَس ف ََفٱ

َِحَس فَي

ََُّللّ ٱ

َ مُكَل اَذِإ َو َ ۖ

ََليِق ٱ

َ اوُزُشن

ََفٱ

َ اوُزُشن

َِعَف رَي

ََُّللّ ٱ

ََنيِذَّل ٱ

َ اوُنَماَء

َ مُكنِم

ََو

ََنيِذَّل ٱ

َ اوُتوُأ

ََم لِع ل ٱ

َ ت َجَرَد

ََو َ ۖ

ََُّللّ ٱ اَمِب

ََنوُلَم عَت

َ ريِبَخ

Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al- Mujadalah :11)

(5)

46 Dalam ayat tersebut tersirat janji Allah untuk manusia bahwasannya Allah akan memberikan derajat bagi hambanya yang beriman dan berilmu, tentu dalam hal ini ialah sebagai manusia kita harus terus berkembang dalam ilmu pengetahuan.

Perencanaan Multiple Intelligences System

1. Melaksanakan Multiple Intelligences Research

Sebelum melaksanakan Multiple Intelligences Research (MIR) calon siswa melakukan Assesment, Assessment merupakan sebuah tes kesiapan bukan tes pengetahuan, tes ini merupakan awal sebelum diterimanya calon siswa, siswa hanya ditanyakan tentang bagaimana bercerita, bernyanyi, melompat dengan 1 kaki, dan usianya, jika usianya dibawah 6 tahun maka tidak bisa menerima calon siswa sebagai siswa SD, dan jika usia sudah memenuhi akan tetapi calon siswa berlaku tidak seperti anak-anak seusianya, maka disarankan kepada calon walimurid untuk memeriksakan anak tersebut ketempat yang sudah ditunjuk sekolah yaitu Dr. Inyke Rosyita Diana, M.Psi. di RSUD Koesnadi Bondowoso (tes psikologi). Jika sudah melakukan pemeriksaan dan mendapatkan hasil bahwa anak tersebut terindikasi Autis atau yang lainnya, maka sekolah akan tetap menerima sebagai anak inklusi, dengan mendapat pendampingan penuh dari Shadow Teacher di sekolah. Kemudian dilakukan tes MIR adalah tes kecerdasan majemuk, bukan tes untuk mencari kelemahan anak, melainkan tes yang mencari kelebihan-kelebihan pada diri anak yang semua anak pasti memiliki kecerdasan tersembunyi. Hasil tes MIR yang dilakukan akan di analisis oleh Munif Chatib selaku analis MIR dan konsultan Multiple Intelligences di YIMA Islamic School. Yang kemudian hasilnya dikirim dari Surabaya dua minggu setelahnya. Hasil MIR akan menjadi acuan sekolah untuk mengelompokkan siswa berdasarkan 2 kelompok kecerdasan besar yaitu kelas matematis logis dan linguistik.

Kelas matematis logis kumpulan dari kecerdasan intrapersonal, naturalis dan spacial visual. Kemudian kelas linguistik kumpulan dari kecerdasan Interpersonal, kinestetis dan musik. Pengelompokan kelas tersebut akan menjadi acuan guru dalam proses pembelajaran dalam merancang strategi Multiple Intelligences.

Hasil MIR pada penerimaan siswa baru menjadi data yang penting bagi guru untuk mengetahui kondisi siswa, terutama mengetahui informasi tentang gaya belajarnya. Selanjutnya, MIR dapat dilaksanakan pada setiap tahun kenaikan kelas.

Data MIR tahun lalu dapat dijadikan masukan untuk pelaksanaan MIR pada tahun depannya. MIR bukan hanya saja berdampak pada pengembangan belajar siswa di sekolah, MIR juga sebagai acuan para wali murid untuk mengetahui kecerdasan putra-putrinya yang kemudian dikembangkan diluar sekolah. Berbagai prestasipun telah diraih siswa- siswi dan prestasi- prestasi tersebut tidak terlepas dari peranan MIR sebagai acuan mengembangkan segala kompetensi siswa.

2. Memahami Strategi Multiple Intelligences

Setiap guru wajib memahami apa itu strategi, Memahami artinya tau betul strategi apa yang akan digunakan untuk kecenderungan kecerdasan dikelas yang akan diajarinya. Strategi bisa berubah setiap harinya sesuai dengan materi yang diajarkan.

3. Merancang Strategi Multiple Intelligences

Setelah memahami strategi Multiple Intelligences dengan benar, guru mulai merancang strategi Multiple Intelligences yang dikelompokkan pada Multiple Intelligences Approach atau MIA-MIA yang ada. Di dalam MIA terdapat berbagai macam strategi misalkan, strategi wawancara, untuk kecerdasan linguistik, berhitung untuk kecerdasan matematis logis dan lain-lain. Sebagai guru harus selalu berinovasi dalam

(6)

47 mengembangkan strategi, hal ini menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu siswanya. Siswa kelas 1A saat mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir menunjukkan sikap yang masih bersemangat dan kadang merasa kurang dengan jam yang diberikan. Strategi telah merubah belajar menjadi hal yang menyenangkan, merubah ketakutan menjadi kesenangan. Sebab dalam Multiple Intelligences, strategi dibuat sesuai dengan maunya siswa, sesuai dengan gayanya siswa. Untuk itu strategi menjadi salah satu hal terpenting dalam persiapan belajar mengajar.

4. Menjadi Guru Multiple Intelligences

Sebagai seorang guru khususnya guru Multiple Intelligences berkewajiban menguasai betul apa yang dimaksud dengan Multiple Intelligences.

a. Bersedia terus belajar

Sebagai guru dituntut untuk selalu berinovasi dan belajar, semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Untuk itu YIMA mengadakan sebuah pelatihan-pelatihan yang bersifat membangun karakter guru serta menambah pengetahuan guru di bidang Multiple Intelligences. Program pembelajaran untuk guru yang harus dilakukan dan diikuti adalah:

1) Program Bedah Buku/ Film

Salah satu yang sangat baik dan mendukung peningkatan kualitas guru disekolah adalah penerapan program wajib bedah buku (resensi). Bedah buku yang dilakukan ialah bedah buku yang berakitan dengan pembelajaran Multiple Intelligences, seperti buku-buku milik Munif Chatib, gurunya manusia, sekolahnya manusia, orangtuanya manusia, sekolah anak anak juara dan lain-lain. Kemudian selain bedah buku, juga dilakukan bedah film setiap 6 bulan sekali, film-film yang berkaitan dengan pendidikan seorang guru kepada muridnya, seperti Taree Zamen, Freedom Writers, Three Idiot dan lain-lain. Film ini mengisahkan tentang seorang murid yang diperlakukan berbeda oleh gurunya. Film yang menginspirasi untuk dunia pendidikan.

2) Membuat Rencana Pembelajaran/Lesson Plan

Rencana Pembelajaran adalah kewajiban mutlak yang harus dilakukan oleh setiap guru yang akan mengajar, menjadi acuan dan petunjuk atau arahan dalam menyampaikan materi mengajar. Ibarat seseorang yang berjalan tanpa tujuan, maka semuanya akan sia-sia. Begitulah peran RPP / Lesson Plan bagi seorang guru. RPP diselesaikan minimal 1 hari sebelum dimulainya pembelajaran dikelas. Guna mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan Multiple Intelligences System

Pembahasan tentang temuan penelitian dalam pelaksanaan Multiple Intelligences terdapat tahapan tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Kegiatan Awal

a. Zona Alfa (Alpha Zone)

Zona Alfa sebenarnya adalah salah satu gelombang otak selama ini, neurologi baru mampu mendefinisikan empat gelombang otak yang merekam aktivitas manusia sepanjang hari. Salah satunya adalah kondisi alfa ialah tahap paling iluminasi (cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Penggunaan Alpha Zone sebelum memulai pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan motivasi siswa sebelum memulai pelajaran, sehingga siswa lebih antusias dengan segala

(7)

48 bentuk kegiatan menyenangkan seperti, fun story, ice breaking, music dan brain game. Karena hati anak senang yang ditandai dengan rona wajah yang ceria, tersenyum bahkan tertawa. Dalam temuan tersebut, Alpha Zone akan membawa anak senang mengikuti pelajaran. Di samping itu, penggunaan Alpha Zone tidak hanya sekedar dilaksanakan pada awal pembelajaran saja, tetapi disela- sela pembelajaran bahkan akhir pembelajaran sangatlah baik digunakan untuk tetap membawa anak ke kondisi alpha, dengan begitu selama proses pembelajaran semua siswa mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan antusias.

b. Pre Teach

Pre Teach adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre teach ialah keterangan yang diberikan kepada siswa sebelum memulai melakukan sesuatu misalkan akan membuat prakarya maka guru menjelaskan cara pembuatananya, ataupun guru menerangkan kembali pembelajaran kemarin untuk merefresh ingatan siswa.

2. Kegiatan Inti

a. Apersepsi dalam Quantum Teaching

Proses pembelajaran ada dua tahap besar yaitu Apersepsi dan Strategi.

1) Apersepsi / Scene Setting

Apersepsi / Scene Setting adalah aktivitas yang paling dekat dengan strategi pembelajaran. Scene Setting adalah aktivitas yang dilakukan guru atau siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran. Sebagai preduksi instruksi, umumnya saat mengajar, guru selalu memberikan instruksi kepada siswanya dan sebagai pembangkit minat siswa dan penasarannya.

2) Strategi Pembelajaran dalam Model Pembelajaran

Model pembelajaran melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan tehnik pembelajaran.

b. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dalam teori Multiple Intelligences ialah pendekatan yang berpusat pada siswa, pendekatan tersebut lebih menekankan pada aktivitas siswa. Guru menerangkan 30% sedangkan murid beraktivitas 70% dari waktu yang diberlakukan. Dalam kurikulum 2013, 5 saintifik tersebut sangat mewakili teori Multiple Intelligences yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswanya, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan, berimajinasi, mengeksplorasi diri, mengembangkan diri, mampu memecahkan masalah, kemampuan bertehnologi dan kreatif.

Hasil temuan tersebut guru menjelaskan tentang macam tumbuhan, kemudian guru menjelaskan pentingnya tumbuhan bagi kita, setelah guru menerangkan siswa beraktivitas maju kedepan dengan mengambil kertas gulung yang bertuliskan cara merawat tanaman, yang kemudian digunting siswa, ditempel dan diurut sesuai urutan cara merawat tanaman, menanam biji tumbuhan, menyiram tanaman, memberi pupuk dan lain-lain, kemudian disitu akan ada pilihan tulisan “merusak tanaman”, maka mereka akan memilih mana yang benar yang harus digunting dan ditempel.

Dari hasil temuan tersebut dianalogikan bahwa pembelajaran selayaknya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tidak membuat mereka takut untuk mengeksplorasi diri.

(8)

49 c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran Multiple Intelligences adalah strategi yang berkiblat pada kecerdasan dominan anak sesuai hasil MIR yang telah dilakukan, jika meraka dikategorikan pada salah satu dari dua kecerdasan besar yaitu linguistik atau matematis logis, maka sebelum membuat RPP kita mencari MIA-MIA (Multiple Intelligences Approach) yang ada. Misalkan pada kelas 1A kecerdasan dominannya ialah Linguistik maka guru menggunakan lebih pada MIA yang memiliki kecenderungan kecerdasan tersebut, presentasi , parodi dan lain-lain.

Dalam temuan tersebut kelas 1A yang cenderung memiliki kecerdasan linguistik diarahkan untuk bisa mengkomunikasikan hasil pembelajaran dengan cara bicaranya, yang kemudian dipresentasikan kedepan kelas.

Kemudian siswa kelas 1B yang memiliki kecenderungan kecerdasan Matematis logis, diarahkan dengan strategi dengan gambar visual, seperti memberikan gambar dan wujud asli dari bahan ajar, yang kemudian meraka menganalisanya dan menjawab pertanyaan melalui perantara gambar atau bahan ajar yang sebenarnya.

d. Metode Pembelajaran

Apabila strategi merupakan “a plan of operation schieving something” maka metode yang digunakan adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan susunan rencana dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis agar tujuan pembelajaran tercapai.

Dalam temuan kami, metode yang digunakan saat pembelajaran tergantung dari materi apa yang akan diajarkan, metode pembelajaran adalah turunan dari strategi pembelajaran, yang demikian memiliki kesamaan nama, namun cangkupannya lebih luas strategi dibanding metode, jika strategi yang digunakan presentasi, maka bisa digunakan pula metode presentasi, namun dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakanpun bisa lebih dari satu, sebab dalam pembelajaran tematik ataupun K-13 akan banyak hal yang kita pelajari didalamnya ada presentasi, diskusi, demonstrasi dan lain-lain tergantung pada materi yang akan diajarkan.

e. Tehnik Pembelajaran

Metode pembelajaran dijabarkan dalam bentuk tehnik pembelajaran.

Dengan demikian, tehnik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode pembelajaran secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode diskusi perlu digunakan tehnik berbeda antara kelas dengan siswa tergolong aktif dan kelas dengan siswa tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti tehnik meskipun dalam koridor metode yang sama. Jika tehniknya mencari tahu sesuatu diluar kelas, akan tetapi cuaca hujan dan tidak memungkinkan untuk keluar kelas, maka tehnikpun bisa berubah tergantung situasi dan kondisi yang ada.

3. Kegiatan Penutup

Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir atau merespons hal yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran adalah dengan cara guru menyisakan

(9)

50 waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, dapat berupa pertanyaan langung tentang apa yang diperoleh hari itu.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa refleksi adalah pengulangan kesimpulan materi yang telah diajarkan, siswa ditanyakan apa sajakah yang tadi anak anak pelajari? Refleksi ada 2 yaitu refleksi the material atau refleksi materi, guru menanyakan materi apa yang tadi dipelajari yang kemudian materi tersebut akan dijawab siswa dengan berbagai macam jawaban, jika jawaban mereka banyak benar maka sudah dipastikan pelajaran hari itu berhasil dilaksanakan.

Kedua refleksi the character atau sikap, hari tersebut kita mengajarkan tentang kedisiplinan membuang sampah maka siswa akan segera melaksanakan yang sudah diajarkan, memberikan pengertian tentang disiplin agar mereka memahami arti dan cara pelaksanaannya.

Evaluasi Multiple Intelligences System

Bentuk evaluasi yang dilakukan ialah mengikuti DIKNAS dan itu sangat sesuai dengan teori Multiple Intelligences System yaitu penilaian autentik, penilaian yang tidak hanya mengedepankan nilai pengetahuan atau kognitif saja, melainkan penilaian afektif atau sikap spiritual dan sosial, kemudian penilaian keterampilan atau psikomotorik.

1. Penilaian kognitif

Aspek kognitif menitik beratkan pada proses intelektual peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwasanya setiap siswa memiliki kompetensi yang berbeda, ketika siswa tak mampu menjalankan ujian atau tes dengan cara tertulis karena disebabkan oleh ketidaklancaran membaca, maka siswa bisa menjawab dengan tes lisan, dengan menjawab sesuai dengan pertanyaan tes atau ujian. Guru bisa mendampingi siswa yang belum bisa membaca.

2. Penilaian Psikomotorik

Aspek ini berhubungan dengan keterampilan (skill) dalam melakukan sesuatu yang bersifat umum, manual dan motorik. Kompetensi ranah psikomotorik meliputi kompetensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja (performance), imajinasi, kreativitas dan karya- karya intelektual.

3. Penilaian Afektif

Aspek Afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, nilai-nilai, interest, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Kompetensi ranah afektif meliputi peningkatan pemberian respons, sikap, apresiasi, penilaian, minat, dan internalisasi. Penilaian afektif terutama bertujuan untuk mengetahui karakter siswa dalam proses pembelajaran dan hasil.

Hasil penelitian menemukan, penilaian afektif yang dilakukan guru bukan hanya pada saat pembelajaran, penilaian sikap bisa dilakukan didalam ruangan maupun diluar kelas dalam 1 kelas terdiri dari 20 siswa, nah kemudian dibagi 5 orang siswa setiap minggunya. Ada 8 sikap yang dinilai. Sosial 4 indikator, spiritual 4 indikator.

Maka dibagi setiap hari ada 5 anak yang akan dinilai. Siswa percaya diri maju kedepan kelas menerangkan cara merawat tanaman, menerangkan benda-benda disekitar dll. Penilaian afektif sangat dibutuhkan untuk perkembangan mental serta sosial siswa agar terbentuk pribadi yang sejak awal sudah tertanam budi pekerti, dan kepribadian yang baik.

(10)

51 Keseimbangan antara ketiganya merupakan evaluasi yang akan menghasilkan nilai yang maksimal, sebab ketiga penilaian tersebut akan diakumulasikan kedalam rapot sebagai bahan pertimbangan dan bukti akhir dari pembelajaran.

KESIMPULAN

1. Perencanaan Multiple Intelligences System meliputi : Melaksanakan Multiple Intelligences Research adalah riset yang luar biasa untuk membantu guru menemukan gaya belajar siswa. Kemudian guru harus memahami dan merancang strategi Multiple Intelligences, Pelaksanaan strategi ini akan menjadi lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model aktifitas pembelajaran terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja. Proses

2. transfer pengetahuan dalam pembelajaran akan berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas. Kemudian guru mengikuti pelatihan dari Dinas Pendidikan setempat maupun pelatihan internal disekolah, dan yang terakhir membuat RPP.

3. Pelaksanaan Multiple Intelligences System meliputi: Alpha Zone, sebagai kondisi 4. yang tepat untuk melakukan sugesti dengan lagu, berjoget dan lain-lain. Kemudian

Scene Setting, adalah aktivitas yang dilakukan guru untuk menjelaskan tentang materi yang akan diajarkan, strategi dalam pembelajaran yang menggunakan strategi Multiple Intelligences sesuai dengan gaya belajar siswanya, dengan menggunakan 5 saintifik sebagai pendekatan pembelajaran. Yang terakhir dalam pelaksanaan tersebut ialah refleksi, refleksi terbagi menjadi 2 yaitu refleksi the character dan the material. Refleksi the character mengulang kembali pembelajaran karakter pada hari itu, guru menjelaskan tentang materi yang tadi dipelajari guna mereplay kembali daya ingat siswa.

5. Evaluasi Multiple Intelligences System meliputi: Pertama, penilaian kognitif dengan tes lisan, berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif, tes tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahanan, penerapan, analisis, sintesis sampai evaluasi. Kedua, penilaian psikomotorik, aspek ini berhubungan dengan keterampilan (skill) atau sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja (performance), imajinasi, kreativitas dan karya-karya intelektual. Ketiga, penilaian afektif, aspek afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, nilai-nilai, interest, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Kompetensi ranah afektif meliputi peningkatan pemberian respons, sikap, apresiasi, penilaian, minat, dan internalisasi. Keseimbangan antara ketiganya

6. merupakan evaluasi yang akan menghasilkan nilai yang maksimal, sebab ketiga penilaian tersebut akan diakumulasikan kedalam rapot sebagai bahan pertimbangan dan bukti akhir dari pembelajaran

BIBLIOGRAPHY

Amstrong Thomas. (1994). Awakening Genius in The Classroom, Alexandria VA:

Association for Supervision and Curriculum Development.

Baharudin & Esa Nur wahyuni. (2012). Teori belajar dan pembelajaran, Jogjakarta:Ar Ruzz Media.

Chatib, Munib. (2009). Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung:PT Mizan Pustaka.

(11)

52 Chatib, Munib & Alamsyah Said. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan

Jamak dan Pendidikan Berkeadilan, Bandung : PT Mizan Pustaka.

Chatib , Munif. (2011). Gurunya Manusia, Bandung:PT Mizan Pustaka.

Creswell, John W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

DePorter, Bobbi. (2010). Quantum Teaching, Bandung:PT. Mizan Pustaka.

Esterberg, Kristin G. Qualitative Methods in Social Research, Memahami Penelitian kualitatif, New York :Mc Graw Hill.

Eveline Siregar & Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

Faisal, Sanapiah. (2005). Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo.

Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), New Horizons, Batam :Interaksara.

Guba, Egon G. & Yonna S. Lincoln, (1981). effective Evaluation, San Fransisco : Jossey- Bass Publishers.

Hadi, (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Mizan Press.

IAIN Jember, (2015), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Pascasarjana, Jember.

Kohlberg, L (1980), Stages of moral development as a Basis of Moral Education dalam Mursey B.(e.d).

Kornharber, Edward Fierros & Shirley Veenema. (2004), Multiple Intelligences, USA:Pearson Education,Inc.

Linda C, Bruce C & Dee Dickinson. (2002), terjemahan Multiple Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan , Depok:Inisiasi Press.

Matthew B. Miles & A. Michael Hubberman, (1994). Analisis Data Kualitatif, Jogja:Teras.

Moleong, Lexy J., (2012).Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosda Karya.

Muhadjir, Noeng. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Prastowo, Andi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, ARRUZ Media :Jogjakarta.

Sahlan, Moh. (2013), Evaluasi Pembelajaran, Jember:STAIN Jember Press.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah Program Pascasarjana, Jember: Stain Press.2012.

Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

Soebahar, Abd. Halim (2022). Wawasan baru Pendidikan Islam. Kalam Mulia

Sugiyono, (2005). Memahami Penelitian kualitatif, Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2010.

Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Tim Sekretariat Al-Khairiyah. (2013), Seabad Al-Falah Al-Khairiyah, Jakarta:Yayasan Al-Falah Al-Khairiyah.

Undang-undang RI No. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman Nurdin, (2005), Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Grasindo Jakarta.

Yamin, Moh. (2012). Sekolah yang Membebaskan, Malang : Intrans.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai seorang kepala madrasah, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pendidik, yaitu memberi contoh yang baik kepada

A leglátogatottabb külföldi gimnáziumok, akadémiák, kollégiumok és egyete - mek közé pedig a zágrábi jezsuita gimnázium, majd 1669-től a zágrábi egyetem, a

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah taksonomi hewan

Kata mencampak dalam aturan struktur kalimat dalam penggunaan sebuah bahasa sudah dapat dikatakan struktur bahasa tersebut benar, Namun dalam makna semantik, kata

Meskipun telah merujuk pada kaidah aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar, masih terdapat kesalahan berbahasa pada penggunaan bahasa asing, penggunaan dan

Hal ini merupakan fenomena yang menyimpang dari morfometrik kerang kalandue yang diamati pada perairan Teluk Kendari karena pada kondisi normal faktor kondisi (Kn)

Kerentanan tsunami berdasarkan faktor fisik (ketinggian daratan, jarak dari garis pantai, dan jarak dari sungai), faktor demografi wilayah (kepadatan bangunan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara nitrogen dengan fosfor terhadap panjang dan diameter badan buah tetapi tidak terjadi