• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PROGRAM DESA PEDULI BURUH MIGRAN (DESBUMI) DALAM MEMINIMALISIR HUMAN TRAFFICKING DI KABUPATEN LEMBATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN PROGRAM DESA PEDULI BURUH MIGRAN (DESBUMI) DALAM MEMINIMALISIR HUMAN TRAFFICKING DI KABUPATEN LEMBATA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PROGRAM DESA PEDULI BURUH MIGRAN (DESBUMI) DALAM MEMINIMALISIR HUMAN TRAFFICKING DI KABUPATEN LEMBATA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Hubungan Internasional

Oleh

ABDUL GAFUR R. SARABITI

4513023039

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Abdul Gafur R. Sarabiti, 4513023039, Peran Program Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) Dalam Meminimalisir Human Trafficking Di Kabupaten Lembata dibimbing oleh Ibu Finaliyah Hasan, S.Ip, MA dan Ibu Vivi Elvira Basri, S.Ip, MA masing-masing selaku pembimbing I dan II di Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar.

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memilki jumlah buruh migran yang cukup banyak. Hal ini satu sisi dapat menjadi keuntungan secara ekonomi bagi devisa negara, namun disisi yang lain adalah tantangan untuk memastikan keterwujudan dari hak-hak buruh migran termasuk dari ancaman human trafficking seperti yang tercantum dalam Konvensi Migran 1990. Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang sangat rentan dengan human trafficking dan salah satu Kabupaten di NTT yang menyumbang cukup banyak buruh migran adalah Kabupaten Lembata.

Dalam penelitian dan penulisan ini penulis menemukan bahwa banyaknya jumlah buruh migran di Kabupaten Lembata didorong oleh faktor kemiskinan akibat kurangnya lapangan pekerjaan dan kemiskinan, sehingga kehadiran Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) di Lembata melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia sebagai dasar bagi tata kelola perlindungan dan pemenuhan hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya.

Keberadaan Desbumi di Kabupaten Lembata memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah buruh migran yang pada kahirnya dapat meminimalisir terjadinya human trafficking. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif seperti wawancara dan dipadukan dengan metode kuantitatif.

Kata Kunci : Kabupaten Lembata, Human Trafficking, Buruh Migran, Konvensi Migran 1990, HAM

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugerahkan begitu banyak karunia dan telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi yang ada ditangan pembaca ini. Skripsi ini adalah kado untuk keluaraga di rumah terutama Ayahanda Muhammad Ramly who always support me when i 'm down and make me strong. Thanks, dad. Ibunda Amina Gafur who always pray for me. I love you so much dad and mom.

Penulisan skripsi ini mengalami begitu banyak kendala dan halangan hingga penulis menyelesaikannya dengan masih banyak kekurangan disana-sini. Penulis menyadari bahwa tanpa dorongan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak, maka sangat sulit untuk mnyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih pikiran juga

“jalan” hingga skripsi ini dapat dirampungkan.

1. Bapak Rektor Universitas Bosowa Makassar beserta jajarannya.

2. Bapak Dekan Fakultas ilmu Sosial dan lima Politik Universitas Bosowa Makassar beserta jajarannya.

3. Bapak Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Zulkhair Burhan, S.ip. , MA

4. Seluruh staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional atas segala ilmu yang telah diberikan dari semester awal hingga akhir.

(6)

5. Kawan-kawan kolektif Pengurus Eksekurif Wilayah Liga Mahasiswa Nasioanal untuk Demokrasi Sulawesi Selatan (EW- LMND Sulsel) yang selalu memberikan pengertian atas beberapa tugas organisasi yang lalai dalam proses penelitian dan penyusunan Skripsi ini.

6. Kawan-kawan LMND yang sering nongkrong di Kantor KPW PRD Sulsel Bung Jamain, Bung Ikra, Bung Hendrikus Nehat, Terima Kasih.

7. Pemerintah Kabupaten Lembata serta Pemerintah Desa Tagawiti, Dulitukan dan Beutaran atas penerimaan dan keiklasannya dalam melayani semasa penulis berada di Kabupaten Lembata dalam keperluan penelitian.

8. Ibu Finaliyah Hasan dan Ibu Vivi Elvira Basri terima kasih atas kelutusan hati dan ilmunya dalam membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

9. Kawan seperjuangan Shinta Fenanda Putri yang selalu memberi dorongan. Sering juga marah-marah, tapi lebih banyak pengertian saat skripsi ini saya susun. Makasih yah.

10. Kawan Syaifullah Gotolla, kawan Salmah Bt. Suyuti dan Puput Soraya yang telah membantu selama kuliah. Tanpa kalian, rasanya tidak bisa sejauh ini

(7)

11. Bung Yeremias Dadu Hawen atas ketulusan dalam menemani dalam proses penelitian di Kabupaten Lembata.

12. Kawan Abdul Salam Paokuma, adikAzruldaniwan yang selalumembantusegalanya, walausebenarnyasama- samasusahditanah orang. Terimakasih.

13. Kawan-kawan HIMAHI Angkatan 2013 terimakasih banyak atas olokan dan sindirannya, karena itu penulis termotivasi.

Terimakasih.

14. BuatKawan-kawan Aliansi Pemuda Peduli Rakyat Lembata yang selalu mensuport, terutama Sahabat Muhammad Aras, Ayub dan Zainal Abidin Lewar.

Abdul Gafur R. Sarabiti

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN ... iii

KATA ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kerangka Konseptual ... 8

F. Metode Penelitian ... 15

G. Rancangan Dan Sistematika Pembahasan ... 16

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Migrasi Internasional ... 18

B. Konsep Hak Asasi Manusia ... 22

BAB III PROFIL DESBUMI A. Desa Peduli Buruh Migran ... 35

B. Profil Desa Tagawiti ... 37

C. Profil Desa Dulitukan ... 42

D. Profil Desa Beutaran ... 46

BAB IV PEMBAHASAN A. Penyebab Human Trafficking ... 50

B. Program Desa Peduli Buruh Migran Di Kabupaten Lembata ... 52

C. Peran Desbumi Dalam Meminimalisir Human Trafficking ... 59

C.1 . Kampanye Migrasi Aman ... 59

C.2 . Membentuk Struktur Paralegal Untuk Melindungi Hak Buruh Migran ... 62

C.3 . Membentuk Kelompok Usaha Buruh Migran ... 64

C.4 . Upaya Preventif Desbumi Melalui Pengurusan Administrasi ... 67

BAB V KESMIPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

(10)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Tabel. 1Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin ... 39

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 44

Tabel. 3 Profesi Penduduk ... 44

Tabel. 4 Jumlah Buruh Migran Tahun 2015 ... 69

Tabel. 5Jumlah Buruh Migran Tahun 2017 ... 69

Gambar. 1Registrasi Buruh Migran ... 56

Gambar. 2Bagan kewenangan Desbumi ... 59

Gambar. 3 Struktur Tim Paralegal Desa Tagawiti ... 63

Gambar. 4 Struktur BM Sonata Desa Dulitukan ... 67

Lampiran Wawancara 1 ... 76

Lampiran Wawancara 2 ... 78

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan hak-hak buruh migran mulai dibicarakan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sejak 1970-an. Sebabnya dalah fenomena banyaknya buruh migran asal Afrika yang diangkut secara ilegal ke Eropa dan menghadapi situasi perbudakan dan kerja paksa yang makin memburuk. Hal tersebut disebutkan dalam resolusi 2920 (L III) yang diterbitkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. Sejak saat itu pembahasan mengenai pentingnya jaminan hak-hak pekerja migran menjadi perhatian.1

Pada 17 Desember 1979, Dewan HAM PBB mengadopsi resolusi bernomor A/RES/34/72 mengenai langkah-langkah untuk memperbaiki situasi dan menjamin hak asasi manusia dan martabat semua buruh migran. Sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan Resolusi tersebut, pada tahun berikutnya, 1980, penyusunan naskah Konvensi mengenai Perlindungan Hak-hak seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya dimulai dan selesai pada 1990.

Setelah diratifikasi oleh 20 negara, international convention on the protection of the raights of all migrant workers and memebers of their families atau konvensi migran 1990 mulai berlaku pada 1 Juli 2003. Indonesia ikut menandatangani

1Komnas Perempuan (23 maret 2018). Mengenal Konvensi PBB 1990 Tentang Perlindungan Seluruh Hak-Hak Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya. melalui https://www.komnasperempuan.go.id

(12)

konvensi migran 1990 pada tahun 2004, namun baru meratifikasinya pada tahun 2012 melaluiUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengesahan International Convention On The Protection Of The Rights Of All Migrant Workers And Members Of Their Families (Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya).

Beragam situasi ketenagakerjaan, demografi,sosial, ekonomi,dan tuntutan globalisasi menyebabkan arus migrasi tenaga kerja yang tinggi dari Indonesia ke luar negeri.Arus migrasi tenaga kerja yang tinggi ini pada realitasnya dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui remitansi yang dihasilkan dari transaksi finansial yang dilakukan paraburuh migran. Oleh karenanya, buruh migran kerap diistilahkan sebagai “pahlawan devisa”. Kendati demikian, buruh migran Indonesia hingga saat ini masih menjadi kelompok yang rentan terhadap beragam situasi yang rentan.

Kerentanan yang kerap menjadi sorotan diantaranya adalah tindakan diskriminasi, kekerasan fisik, kriminalisasi buruh migran dengan mengaitkan buruh migran pada tindak-tindak pelanggaran hukum yang membuat buruh migran tersudutkan, hingga diperdagangkan.Dari semua peristiwa yang dialami oleh buruh migran, Perdagangan manusia (human trafficking) menjadi hal yang cukup serius.Perdagangan manusia tidak hanya merupakan persoalan tindakan kriminal semata tetapi juga menyangkut pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).

(13)

Hal ini berkaitan dengan pelanggaran terhadap hak-hak manusia yang paling fundamental yaitu hak untuk kebebasan, mendapat kehidupan yang lebih baik, memperoleh kesejahteraan, serta hak manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat.Dalam kejahatan perdagangan manusia, esensi tersebut telah dilanggar karena ada perlakuan yang tidak manusiawi layaknya barang yang diperjual-belikan sebagai komoditas komersial yang menguntungkan untuk kemudian dieksploitasi.

Urgensi bagi pemerintah nasional maupun pemerintah daerah adalah menyiapkan sebuah regulasi yang berkorelasi, tata kelola administrasi yang bersih, hingga pelatihan dan sosialisasi terhadap buruh migran agar buruh migran tidak menjadi korban perdagangan manusia. Secara umum, jumlah buruh migran dari NTT bukan yang terbanyak di Indonesia, tetapi angka kasus human traffickingdari NTT menurut data Bareskrim Polri tertinggi di Indonesia sudah mencapai kata darurat.

2Data Bareskrim Polri ini di pertegas oleh Data Kepolisian Daerah NTT dimanaKasus perdagangan manusia (human trafficking) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sepanjang tahun 2015 hingga Juli 2016, total ada 1.667 orang yang menjadi korban perdagangan manusia. 3Tingginya kasus human trafficking ini memberi sinyal bahwa di NTT secara umum dan Kabupaten Lembata khususnya perlu mengevaluasi dimana posisi pemerintah dalam melakukan perlindungan terhadap warga negaranya.

Rumah Perempuan Kupang mencatat bahwa dua kasus perdagangan manusia dari tahun 2012 sampai Juli 2015 Kabupaten Lembata juga menjadi salah satu

2Bayu,Made. Kejahatan Perdagangan Manusia Sebagai Human Security Issues Di Indonesia 2005-2009. 2012

3Everd Scor Rider Daniel dkk. (05 April 2018). Human Trafficking Di Nusa Tenggara Timur.

https://media.neliti.com

(14)

Kabupaten di NTT yang buruh migrannya rentan bahkan telah menjadi korban perdagangan manusia.Data dari kasus yang diadvokasi oleh Rumah Perempuan Kupang, tercatat ada dua kasus human trafficking asal Kabupaten Lembata dari tahun 2012 sampai Juli 2015.4 Fakta ini diperkuat kembali oleh laporan Wakil Bupati Lembata yang berjudul “Pekerja Migran di Provinsi NTT dan Kabupaten Lembata khususnya” pada seminar nasional mampu jakarta 11 mei, 2016 salah satu alasan yang mendasari dibentuknya Desa Peduli Buruh Migran di Kabupaten Lembata dikarenakan kasus human trafficking (perdagangan manusia).5Karena kondisi lokal yang demikian sehingga program Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) menjadi kebutuhan. Desbumi yang ada di Kabupaten Lembata kehadirannya dipayungi atau dilegitimasioleh Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2015.

Dengan kehadiran Desbumiupayauntuk mengurangi kasusperdagangan manusia di Kabupaten Lembata dilakukan secara lebih strategis karena langsung berhubungan dengan realitas migrasi dan akar dari masalah perdagangan manusia.

Mengapa menjadi akar migrasi, karena awal dari migrasi terjadi ditingkatan desa.

Karena akar perdagangan manusia terjadi ditingkatan desa, maka penyelesaiannya pun harus dimulai dari desa.

Tata kelola buruh migran yang terintegrasi dari pemerintah pusat dan pemerintah desa sebagai unit terkecil dari pemerintah, sebenarnya dapat disimpulkansebagai wujud dari upaya negara dan kolektif negara bangsa untuk

4Ibid

5Watun, V. M. (06 April 2018). Pekerja Migran Di NTT Dan Kabupaten Lembata Khususnnya. Mampu.or.id. di unduh melalui http://www.mampu.or.id

(15)

melindungi kejahatan perdagangan manusia. Atau dengan kata lain, program Desbumi adalah sebagai representasi dari komitmen global namun muncul akibat kondisi sosial ekonomi ditingkatan lokal seperti kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan yang rendah dan faktor geografis seperti kekeringan karena rendahnya curah hujanhingga kehidupan agraria sulit menjadi tumpuan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Perda tentang perlindungan tenaga kerja indonesia yang selanjutnya diatur dalam peraturan desa bagi desa-desa yang memiliki struktural Desbumi adalah sebuah terobosan untuk dapat meminimalisir jumlah buruh migran yang ke luar negeri dengan tujuan bekerja tanpa dokumen dan keahlian, yang pada gilirannya akan berpotensi menjadi korban perdagangan manusia.

Desbumi merupakan inisiatif lokal yang didorong oleh Migrant CARE bersama Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) dan didukung oleh MAMPUuntuk memberikan peta jalan bagi buruh migran yang dimulai dari desa.6 Melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Perlindungan TKI. Perda 20. Tahun 2015 ini menginkludkan Desbumi di dua Kecamatan di Kabupaten Lembata. Yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Dengan masing-masing kecamatan memiliki tiga Desbumi.

6Dhina. (10 April 2018). Mentri Ketenagakerjaan RI Resmikan Enam Desbumi Di Kabupaten Lembata,NTT.

Mampu.or.id diunduh dari http://www.mampu.or.id/id/news/menteri-ketenagakerjaan-ri-resmikan-6-desbumi-di- lembata-ntt

(16)

Melalui Desbumi, desa menjadi otoritas negara paling depan yang berhadapan dengan masyarakat, berperan lebih aktif dalam melayani dan melindungi warganya yang bekerja di luar negeri. Inisiatif ini merupakan kerja bersama antara organisasi masyarakat sipil, Komunitas keluarga buruh migran dan pemerintah desa.Secara kelembagaan Desbumi berada di bawah naungan pemerintah desa. Namun struktur kelembagaan Desbumi juga melibatkan secara partisipatoris masyarakat sipil, seperti kader desa, mantan buruh migran, Babinsa dan pemangku kepentingan desa yang lain. Struktur Desbumi terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Divisi-divisi/

bagian Kerja yang meliputi Informasi, penanganan kasus dan Sosialisasi/Desiminasi Informasi.7 Desbumi jugadapat dimengerti sebagai Pemerintah Desa itu sendiri yang dalam programnya memfokuskan dan mengintegrasikan program pembangunan Desa disatu sisi dan perlindungan terhadap buruh migran disisi lain.

Di Kabupaten Lembata, Desa yang terkategorisasi sebagai Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) adalah Desa Tagawiti, Beutaran, dan Dulitukan yang berada di Kecamatan Ili Ape, juga Desa Lamatokan, Lamawolo dan Bao Lali Duli di Kecamatan Iliape Timur.Kemunculan program Desbumi adalah sebuah akibat dari mobiltas tenaga kerja (buruh migran) yang ilegal dengan segudang masalah ketanakerjaan yang melingkupinya, terutama perdagangan manusia sebagai sebuah pelanggaran hak buruh migran yang paling fundamental. Oleh karena itu idealitas dari Desbumi sebenarnya adalah untuk meminimalisir mobilitas buruh migran yang ilegal, yang pada gilirannya akan berpotensi menimbulkan human trafficking.

7Ibid

(17)

B. Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini pada tiga Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) di Kecamatan Ile Ape yaituDesa Tagawiti, Desa Beutaran, dan Desa Dulitukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran program Desbumi dalam meminimalisir Human Trafficking diDesa Tagawiti, Desa Beutaran, dan Desa Dulitukan kecamatan Ile Ape?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah :

 Untuk mengetahui sejauh mana peran program DESBUMI terhadap perlindungan hak-hak buruh migran di di Desa Tagawiti, Desa Beutaran, dan Desa Dulitukan kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembatadalam meminimalisir kasus human trafficking

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan ini ialah :

a. Memberikan sumbangan informasi dan rekomendasi bagi semua pihak yang mempunyai perhatian dan kaitan atas program Desbumi untuk perlindungan terhadap hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya

(18)

b. Menambah pembendaharaan referensi di Perpustakaan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Bosowa Makassar E. Kerangka Konseptual

Migrasi internasional dalam pengertian yang lebih luas adalah aktivitas pergerakan atau perpindahan penduduk (population movement) antar wilayah atau negara dalam satu kawasan.Mobilitas ini terjadi karena beberapa faktor.Faktor ekonomi adalah yang paling dominan dalam mendorong terjadinya migrasi, setelah itu adalah faktor politik dan keamanan serta faktor sosial.8Selain itu, migrasi juga terdiri dari beberapa macam yaitu (1) migrasi permanen, adalah migrasi yang dilakukan dari satu negara ke negara lain tanpa ada niatan untuk kembali menetap di negara asal, (2) return migration, adalah seseorang bermigrasi dan kembali ke negara asal baik secara sukarela maupun tidak setelah tinggal paling tidak satu tahun di negara lain. (3) forced migration, yaitu perpindahan yang dilakukan secara paksa dan biasanya sebagai akibat dari kejadian seperti bencana alam, konflik bersenjata atau pemindahan lain. (4) irregular migration, yaitu perpindahan yang dilakukan secara ilegal, seperti smuggling yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan materi atau trafficking yang dilakukan secara paksa oleh agen tertentu. (5) very short-term or seasonal migration, adalah perpindahan dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dilakukan oleh buruh migran. Dari macam-macam bentuk migrasi diatas, yang terakhir adalah yang berhubungan buruh migran.

8Raymond Hall, “Mixed Migration Flows in the Asia-Pacific Region” dalam presentasi Ad Hoc Group Meeting pada 27-29 Juli 2009.

(19)

Menurut The Special Rapporteur the Commission on Human Rights, seseorang disebut migran apabila;

a. Orang yang berada di luar teritori negara dimana ia menjadi warga negara, tidak menjadi subjek dari perlindungan hukum negara tersebut

b. Orang yang tidak menikmati pemenuhan hak-hak dalam negaranya dan pindah ke negara lain (refugee)

c. Orang yang tidak menikmati proteksi hak-hak mendasarnya dalam perjanjian diplomatik serta perjanjian lain yang disepakati negaranya.

Secara umum memang migrasi internasional juga memaksudkan refugee atau pengungsi sebagai kategori umum aktor yang melakukan migrasi, namun dalam penelitian ini penulis menegasikan poin (b) untuk memberikan batasan tentang konsep migrasi internasional khususnya tentang aktor yang mengadakan migrasi.

Alasan penegasian terhadap poin (b) diatas dikarenakan pertama, Pemerintah Nasional Indonesia belum meratifikasi konvensi 1951 dan protokol 1967 mengenai pengungsi internasional dan pencari suaka. Kedua, fokus penelitian ini hanya dalam konteks buruh migran yang kepindahannya adalah kepindahan dalam mendapatkan pekerjaan di negara lain.Kepindahan atau mobilitas manusia dari satu negara ke negera lain dalam kategorisasi menurut badan khusus PBB diatas, penulis hanya memakai poin pertama (a) dan ketiga (c) sebagai dasar dalam minilai skema integrasi perlindungan terhadap buruh migran.

Ibarat dua sisi mata uang, migrasi internasional dan HAM adalah dua hal yang tak dapat lepas pisahkan. Hal ini dikarenakan konvensi migran 1990 yang mengatur

(20)

tentang perlindungan seluruh buruh migran dan anggota keluarganya, menyelipkan dimensi HAM dalam mobilitas buruh migran. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.9 Konsekuensinya adalah meskipun setiap orang terlahir dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut.

Inilah sifat universal dari hak-hak tersebut.Selain bersifat universal, hak-hak itu juga tidak dapat dicabut. Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang atau betapapun buruknya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sejak ia dilahirkan sebagai seorang manusia.

Untuk lebih mengenali konsep dalam HAM yang akan dijadikan sebagai pijakan dalam penelitian maka perlu kiranya penulis mengutip Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Menurut PBB Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, apapun kebangsaannya, tempat tinggal, jenis kelamin, asal-usul etnis, warna kulit, agama, bahasa, atau status lainnya. Kita semua sama-sama berhak atas

9Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice,Cornell University Press, Ithaca and London,2003, hlm. 7-21. Juga Maurice Cranston, What are Human Rights?Taplinger, New York, 1973, hlm. 70.

(21)

HAM tanpa diskriminasi.Hak-hak ini semua saling bergantung, saling terkait dan tak terpisahkan.10

Dalam pasal 23 Universal Declaration of Human Rights PBB, disebutkan bahwaSetiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta baik, dan berhak atas perlindungan dari pengangguran.Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama. Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil dan baik yang menjamin kehidupannya dan keluarganya, suatu kehidupan yang pantas untuk manusia yang bermartabat, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.11

Kalau melihat gambaran dari deklarasi HAM dalam PBB dan hubungannya dengan buruh migran, maka penulis akan spesifik menggunakan pasal 23 universal deklarasi HAM sebagai poin kunci dalam menilai sejauh mana Desbumi sebagai sebuah lembaga dibawah Pemerintah Desa dalam melakukan perlindungan HAM terutama kejahatan human trafficking sebagai pelanggaran HAM yang paling fundamental.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNDOC (Bagian dari PBB yang bertugas menangani kejahatan dan obat bius) mendefinisikan human trafficking :

10UnitedNations Human Rights (24 Maret 2018).What is Human Rights. Diunduh melalui http://www.ohchr.org/en/issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx

11ibid

(22)

”Human Trafficking is a crime against humanity. It involves an act of recruiting, transporting, transfering, harbouring or receiving a person through a use of force, coercion or other means, for the purpose of exploiting them.” (UNDOC, 2012).”

Perdagangan manusia adalah tindakan kriminal terhadap kemanusiaan.Kegiatannya meliputi tindakan perekrutan, pengangkutan, mentransfer, menyimpan atau menerima seorang manusia menggunakan kekerasan, pemaksaan atau lainnya untuk keperluan mengeksploitasi mereka.”Berdasarkan definisi-definisi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perdagangan manusia secara garis besar meliputi:

1. Tindakan yang berupa perekrutan, penampungan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan serta penerimaan seseorang manusia.

2. Menggunakan cara pemaksaan, ancaman, penculikan, penyekapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan posisi dan wewenang dan memberi bayaran sehingga mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

3. Bertujuan untuk mengeksploitasi seseorang, atau menyebabkan seseorang tereksploitasi.

Konsep HAM memandang bahwa sejak manusia dilahirkan kemuka bumi haknya sebagai seorang manusia harus dilindungi. Hak yang dimaksud disini adalah hak dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dan hak untuk difasilitasi dalam mendapatkan pekerjaan. Setelah bekerja dan atau dalam proses bekerja, seseorang

(23)

yang terkategorisasi sebagai calon buruh migran atau buruh migran bahkan mantan buruh migran, harus mendapatkan perlindungan.

Desa sebagai representasi negara dalam melindungi warga negaranya ketika menjadi buruh migran atau calon buruh migran, idealnya melakoni peran dalam memastikan hak-hak buruh migran. Diantaranya, memberikan pelayanan agar calon buruh migran atau buruh migran memiliki dokumen sebagai syarat administratif dan kemampuan saat bekerja diluar negeri serta mendapatkan perlindungan hukum yang pada gilirannya dapat meminimalisir terjadinya Human Trafficking. Desbumi dalam kerangka migrasi internasional, kemunculannya harus dilihat sebagai integrasi perlindungan terhadap buruh migran. Mengingat desa adalah awal dari proses migrasi, perlu untuk menjadikan desa sebagai aktor pada level awal dalam meminimalisir potensi human trafficking. Kemunculan program Desbumi adalah respon atas pelanggaran-pelanggaran yang dialami oleh buruh migran terutama kejahatan human trafficking.

Pandangan yang memandang bahwa migrasi dominananya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, berbanding lurus dengan kondisi ekonomi masyarakat di tiga Desa Dulitukan, Beutaran, dan Tagawiti yang berada di Kecamatan Ile Ape yang memang hidup dalam kemiskinan. Faktor kemiskinan di tiga desa tersebut diakibatkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan yang rendah dan faktor geografis.

Kondisi inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong banyak masyarakat di Kabupaten Lembata yang menjadi buruh migran di luar negeri.Perlindungan yang

(24)

dimaksud disini adalah yang sesuai dengan konvensi migran 1990. Hak-hak buruh migran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan sesuai dengan kompetensinya;

2. Memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan dan pelatihan kerja;

3. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri;

4. Memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi serta perlakuan tanpa diskriminasi pada saat sebelum bekerja selama bekerja, dan setelah bekerja;

5. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut;

6. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau Perjanjian Kerja;

7. Memperoleh pelindungan dan bantuan hukum atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diIndonesia dan di negara tujuan penempatan;

8. Memperoleh penjelasan mengenai hak & kewajiban sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerja;

9. Memperolehakses berkomunikasi;

10. Menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;

(25)

11. Berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tujuan penempatan;

12. Memperoleh jaminan pelindungan keselamatan dan keamanan kepulangan 13. Memperoleh dokumen & Perjanjian Kerja

Tanpa ada pemenuhan terhadap hak-hak tersebut diatas, maka secara otomatis dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran atas HAM buruh migran.

Pelanggaran terhadap HAM buruh migran, pada titik tertentu dapat dikategorikan sebagai human trafficking.

Dalam pengertian ini, seseorang yang menjadi buruh migran akan menjadi korban human trafficking apabila unsur-unsur seperti yang terkategorisasi dialami oleh seorang buruh migran dalam proses migrasinya. Buruh migran yang mengalami pelanggaran saat sedang bekerja diluar negeri akan tidak terlindungi apabila tidak ada skema perlindungan yang utuh. Perlindungan yang utuh yang dimaksud adalah sebuah skema intervensi dalam kaitannya dengan perlindungan buruh migran oleh pemerintah ditiap tingkatan pemerintahan. Mulai dari pemerintah pusat, daerah provinsi, kabupaten kota hingga pemerintah desa. Karena proses migrasi bermula dari desa, maka desa harus benar-benar berfungsi sebagai gerbang awal dalam melindungi buruh migran dan oleh karena itu keberadaan Desbumi menjadi jalan keluar ditengah maraknya kasus human trafficking.

F. Metode Penelitian

(26)

1. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian yang akan di pakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitik. Dimana akansedapat mungkin menjelaskan dan menggambarkan peran program Desbumidalam meminimalisir Human Trafficking di Kabupaten Lembata.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan jenis data primer dan sekunder secara proporsional. Data primer adalah adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara dan telaah pustaka dengan cara mengumpulkan dan penelaan data dari sejumlah literatur yang berhubungan degan masalah yang diteliti berupa buku, surat kabar, majalah dan jurnal. Adapun tempat yang penulis kunjungi dalam pengumpulan data ini adalah :

a. Perpustakaan Universitas Bosowa

(27)

b. Akses media internet

c. Lokasi Desbumi di Kabupaten Lembata 4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang penulis akan gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif, dimana persoalan digambarkan berdasarkan fakta- fakta yang ada.

G. Rancangan dan Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian dan analisa penelitian ini akan di susun dalam karya tulis ilmiah (skripsi), dalam rancangan sistematika sebagai berikut :

1. Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

2. Bab kedua, tinjauan pustaka, berisi penelusuran dan literature tentang konsep Migrasi Internasional dan HAM.

3. Bab ketiga Profil Desa Peduli Buruh Migran di Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata.

4. Bab keempat, yaitu penjelasan tentangperan Desbumi dalam meminimalisir human trafficking di Desa Tagawiti, Desa Beutaran, dan Desa Dulitukan kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata.

5. Bab kelima, yaitu penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Migrasi Internasional

Menurut International Organization for Migration (IOM), Migrasi Internasional adalah pergerakan sejumlah orang yang meninggalkan negara asalnya ke negara lain untuk tinggal dan menetap secara permanen atau sementara. (IOM 2011; 52)12.Sedangkan menurut PBB, sebagaimana dikutip oleh Koser (2007; 4), Migrasi Internasional adalah seseorang yang meninggalkan negaranya untuk tinggal dan menetap di luar negaranya sekurang-kurangnya satu tahun. Pada bagian lain, Bali (1997; 200) menyebutkan bahwa Migrasi Internasional adalah perpindahan penduduk yang melintasi batas negara.13Sebelum lebih jauh membahas tentang migrasi internasional, penting untuk terlebih dahulu mengkonfirmasi perbedaan antara migrasi internasional dengan pengungsi internasional agar ada garis demarkasi yang tegas antara keduanya.

Menurut Zulkarnain dalam tulisannya dijurnal yang berjudul “Pengungsi Dalam Perspektif Hubungan Internasional” perbedaan mendasar antara konsep refugees (pengungsi) dan migrasi internasional terletak pada motif melakukan perpindahan.Alasan sosial politik dan keamanan menjadi pendorong munculnya

12 IOM-Migrations Research Division, Global Migration Trends; An Overview, December 2011

13Zulkarnain , Desember 2017. Pengungsi Dalam Perspektif Hubungan Internasional, Populis Jurnal, Vol 2, No 4 Hal. 425. diakses pada 27 Juli 2018

(29)

keputusan melakukan pengungsian, sementara migrasi internasional biasanya beralasan sosial ekonomi.menjadi lebih terang digambarkan bahwa terminologi migrasi internasional sebenarnya adalah besaran dari konsep pengungsi internasional atau dengan kata lain pengungsi internasional adalah sub bahasan dari konsep migrasi internasional.14 secara hukum internasional, pengungsi internasional (refugees) memakai dasar konvensi 1951 dan protokol 1967 mengenai Pengungsi Internasional Dan Pencari Suakasebagai cantolannya sedangkan migrasi internasional menggunakan dasar konvensi migran 1990 tentangPerlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya.

1. Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik atau negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain (Mantra, 1999). 15

Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang atau daerah (spasial) dan dimensi waktu.

Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain.

Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.Migrasi

14 Ibid

15Mantra, I. B., Kasto, Keban, Y.T. (1999). Mobilitas Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia: Studi Kasus Flores Timur, Lombok Tengah, Pulau Bawean. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada.

(30)

internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarprovinsi, antarkota atau kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/desa (Mantra, 1999).16

Sedangkan migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih yaitu :

a. Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali.

b. Migran ulang-alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari.

16 Ibid

(31)

Ada tiga kriteria migran yaitu :

1. Migran seumur hidup (life time migrant) adalah orang yang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lahir.

2. Migran risen (recent migrant) adalah orang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya.

3. Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.

Menurut Mantra (1999), pada dasarnya ada dua pengelompokan factor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).

2. Penyebab Migrasi

a. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.

2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).

3. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.

(32)

4. lasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.

5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

b. Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:

1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.

2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik 3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya

iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.

4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar (Mantra, 1999). 17

B. Hak Asasi Manusia

1. HAM dalam Perspektif Universal

Setiap manusia terlahir dengan hak paling dasar, yaitu hak untuk hidup. Ketika seseorang hidup, maka dia akan bersosialisasi dan membutuhkan orang lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Secara umum, jika apa yang ingin dilakukan seseorang dilarang oleh orang lain, maka haknya telah dibatasi. Namun sebaliknya, jika apa yang ingin kita lakukan menganggu hak orang lain, maka kita pun membatasi hak orang lain. Maka dari itu, dunia ini terdiri dari negara-negara yang memiliki aturan yang berfungsi membatasi

17 Ibid

(33)

hak warga negaranya agar diupayakan tidak terjadi konflik di antara mereka.Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa manusia memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.HAM menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah hak yang melekat pada semua manusia, apapun kebangsaan kita, tempat tinggal, jenis kelamin, asal-usul kebangsaan atau etnis, warna kulit, agama, bahasa, atau status lainnya. Kita semua sama-sama berhak atas HAM tanpa diskriminasi.

Hak-hak ini semua saling bergantung, saling terkait dan tak terpisahkan.18HAM secara universal seringkali dinyatakan dan dijamin oleh hukum, dalam bentuk perjanjian, hukum kebiasaan internasional, prinsip-prinsip umum dan sumber-sumber hukum internasional. HAMdalam hukum internasional meletakkan kewajiban Pemerintah untuk bertindak dengan cara tertentu atau untuk menahan diri dari tindakan tertentu, dalam rangka untuk melindungi HAMsebagai kebebasan dasar individu atau kelompok.

Universal Declaration of Human Rights dengan tiga puluh pasalnya menjelaskan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang harus dinikmati manusia di setiap negara.Pengakuan HAM secara universal membenarkan pembebasan bangsa-bangsa yang tertindas. Menurut Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adalah untuk mencapai kerja sama internasional dalam mewujudkan dan

18United Nations Human Rights. 2010. What is Human Rights.

http://www.ohchr.org/en/issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx(diakses pada tanggal 26Juli 2018)

(34)

mendorong penghargaan atas HAM dan kemerdekaan yang mendasar bagi semua orang, tanpa membedakan suku, bangsa, kelamin, bahasa maupun agama.

HAM dibentuk menjadi sebuah komisi PBB yang dipimpin Eleanor Roosevelt. Pada 10 Desember 1948, komisi tersebut secara resmi diterima PBB. Pada awalnya, deklarasi ini hanya mengikat secara formal dan etis seluruh anggota PBB.

Namun, pada tahun 1957 dibuat lagi tiga bentuk perjanjian, yaitu :

a. International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR);

b. International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR);

c. Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights.

Ketiga dokumen tersebut di atas diterima Sidang Umum PBB pada tanggal 16 Desember 1966, dan kepada anggota PBB diberi kesempatan untuk meratifikasinya.Kedua kovenan berisi ketentuan-ketentuan yang mengikat bagi negara yang meratifikasi dengan maksud memberi perlindungan atas hak-hak dan kebebasan probadi manusia.Hak merupakan perwujudan dari martabat manusia, yang tercermin dari kebebasan berpikir, beragama, dari ketakutan dan kesengsaraan.

Khusus isi pokok dari International Covenant on Civil and Political Rights adalah semua orang mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri.Atas kekuatan hak tersebut mereka bebas dalam menentukan status politik, pendidikan dan

(35)

penerangan pelatihan. John Locke, Montesquieu, dan Rousseau19 mengemukakan macam-macam HAM, yaitu :

a. Kemerdekaan atas diri sendiri b. Kemerdekaan beragama

c. Kemerdekaan berkumpul dan berserikat d. Hak Write of Habeas Corpus

e. Hak kemerdekaan pikiran dan pers.

Dari sebagian besar penjelasan dan pembagian mengenai HAM, definisi universal mencakup lebih luas hak-hak individu.HAM dijelaskan lebih terperinci dan diatur dalam hukum internasional, sebagai hukum yang mengatur negara-negara di dunia.

2. HAM dalam Perspektif Liberalisme

Liberalisme adalah ideologi yang berdiri diatas filosofi individualisme, pandangan yang mengedepankan kebebasan individu.Dengan demikian, individu dengan segala kebebasannya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal.20 Konsepsi HAM dalam perspektif liberalisme secara formal dapat dibaca dalam Deklarasi Kemerdekaan 13 Negara- negara Amerika 1776 “…we hold these truths to be self-evident; that all men created

19 Sulaiman Hamid. 2002. Hak Asasi Manusia dalam Lembaga Suaka Hukum Iternasional.Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. hal. 27.

20 Prof. A. Mansyur Effendi, SH.M.S dan Taufani Sulimana Evandri, SH.MH. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor:

Ghalia Indonesia. hal.10

(36)

equal;that they are endowed by their Creator with certain inalienable rights, liberty, and the pursuit of happiness.”21

Selanjutnya Lafayette, seorang Prancis yang aktif dalam perang kemerdekaan Amerika mengembangkan lebih lanjut Deklarasi Amerika ke dalam Declaration de l’Homme et du Citoyen pada tahun 1989 di Paris.

“…men are born and remain free and equal in rights; indeed, that the purpose of all political associations is the conservation of the natural and inalienable rights of man;

these rights are liberty, property, security, and resistance to oppression: liberty is defined as being unrestrained in doing anything that does not interfere with another’s rights, and is held to include the rights to free speech, a free prees, religion freedom, and freedom from arbitrary arrest.”

Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa makhluk dilahirkan merdeka dan tetap merdeka, manusia mempunyai hak yang sama, manusia merdeka untuk berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain, warga negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan dan pekerjaan umum, manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang, manusia mempunyai kemerdekaan agama dan kepercayaan, dan manusia merdeka mengeluarkan pikiran serta pandangan- pandangannya terhadap dunia eksternal.

21Maurice Cranston (1983) dalam Prof. A. Mansyur Effendi, SH.M.S dan Taufani Sulimana Evandri, SH.MH.

2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia. hal.11

(37)

Dari pernyataan tersebut, tergambarkan bahwa mengedepankan HAM merupakan respon atassistem pemerintahan, politik, dan sosial yang sebelumnya absolut dan kalua tidak berlebihan despotic dan tiran. Pernyataan tersebut sekaligus merupakan perlawanan formal terhadap rezim totaliter, ancient regime (orde lama) yang menganggap bahwa negara adalah satu-satunya yang berhak mengatur segalanya, termasuk HAM.Dengan demikian, melalui paham liberal, posisi HAM diakui dan dijunjung tinggi oleh negara serta dilaksanakan oleh pemerintah.Penghormatan atas hak-hak individu yang terkesan tanpa batas menuai kritik, bahwa hal ini merupakan kelemahan paham individualisme.Secara garis besar, HAM dapat dibedakan menjadi beberapa kategori22, yaitu :

a. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya.

b. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, menjual, dan memanfaatkannya.

c. Hak-hak asasi politik atau politic rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum, hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.

d. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau rights of legal equality.

22 Sulaiman Hamid. 2002. HAM dalam Lembaga Suaka Hukum Intrnasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

hal.29

(38)

e. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights, seperti hak untuk memilih pedidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.

f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakukan yang sesuai dengan tata cara peradilan dan perlindungan atau procedural rights, seperti peraturan mengenai penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan pengadilan.

3. HAM dalam Perspektif Sosialis/Komunis

Pandangan sosialis berdasar pada peran negara dalam beragam aktivitas masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai.Dengan demikian, semua gerakan sosial, terutama perekonomian, negara selalu melibatkan negara untuk campur tangan dalam prosesnya.Sebaliknya, ajaran komunisme yang dibangun Karl Marx bersifat revolusioner dan langkah apapun demi tercapainya tujuan negara.Untuk mencapai tujuan tersebut, hak perorangan dihapus dan ditiadakantanpa memberi kesempatan warga negara untuk berbeda pendapat, semua harus tersentral dibawah komando negara sebagai ekspresi dari kemenangan kelas proletar.Dari ajaran tersebut konsep sosialisme Marx bermaksud mendahulukan kesejahteraan daripada kebebasan.23

Marxisme secara substansi adalah teori emansipasi manusia yang berkorelasi dengan nilai-nilai HAM. Manusia selalu menjadi inti, titik awal dan akhir dari ajaran Marxisme. Manusia, baik abstrak maupun nyata,ditengarai selalu menerima

23 P. Hadjon. 1985. dalam Mansyur Effendi dkk. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-kham dalam Masyarakat. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. hal.19

(39)

keberadaan hak-hak manusia. Seorang Marxis harus percaya pada HAM, karena sebuah teori untuk emansipasi manusia tidak dapat meremehkan atau mengabaikan martabat dan hakmanusia.

Kaum Marxis berjuang untuk HAM darin egara borjuis, dan memiliki melindungi HAM di sosialisme mereka di dirikan.24

Bagi seorang Marxist, “…concept of liberty and idea of human rights, as defined by enlightenment thinkers and ideologist of the French Revolution, are the specific expressions of a bourgeois society that is on the verge of collapse.”25

Di dalam suatu masyarakat, cenderung memiliki motivasi lebih terhadap hak individu, sementara menurut Marx, masyarakat akan selalu berhadapan dengan individu lainnya sehingga mereka akan egois, sifat yang mesti dihindari karena akan menimbulkan konflik.

Ajaran komunis yang menjanjikan penghapusan kelas dan perjuangan kelas bermaksud menghilangkan akar konflik sosial, karena itu HAM yang diagung- agungkan ajaran liberal menjadi tidak penting.Dalam masyarakat komunis, menikmati hak asasi dalam bidang ekonomi adalah kebutuhan semua anggota masyarakat dan diatur di bawah negara.

Jika ajaran komunis kemudian hancur, dapat dipahami karena penolakan terhadap hak individu yang telah menjadi pahaman universal, sehingga dianggap bertentangan dengan hakekat keberadaan manusia dan bertentangan dengan

24Wei Zhou. 1998. Marxism and human rights : theroritical perspective. Creative Commons: Attribution 3.0 Hong Kong License. Hong Kong University.hal. 215

25 Leszek Kolakowski. 1983. Dalam Mansyur Effendi dkk. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-kham dalam Masyarakat. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. hal.22.

(40)

agama.26P enjelasan paham komunisme dalam hubungan internasional merupakan dasar yang lemah untuk mengkaji politik luar negeri China.Banyak hal yang dijelaskan dalam komunisme tidak diterapkan oleh Pemerintah Komunis China.27Buku Putih China (White Papers) yang berjudul The Socialist System of Laws with Chinese Charateristics, memaparkan bagaimana China mengadopsi sistem sosialis di negaranya. Dijelaskan dalam paragraf terakhir pembukaannya,

The socialist system of laws with Chinese characteristics is a legal foundation for socialism with Chinese characteristics to retain its nature, a legal reflection of the innovative practice of socialism with Chinese characteristics, and a legal guarantee for the prosperity of socialism with Chinese characteristics. Its establishment is an important milestone in China's development of socialist democracy and the legal system, and showcases the great achievements of reform, opening up and the socialist modernization drive.28

(terjemahan bebas: sistem hukum sosialis dengan karateristik China adalah landasan humum untuk sosialistis dengan karateristik China untuk mempertahankan sifat alamiahnya, refleksi humum dari praktek inovatif sosialisme dengan karateristik China, dan jaminan hukum bagi kemakmuran sosialisme dengan karateristik China.

Adanya karateristik tersebut merupakan tonggak penting dalam pembangunan

26Mansyur Effendi dkk. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-kham dalam Masyarakat. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. hal.22.

27 ___,The Theory of Communist Foreign Policy. hal. 281

28White Papers.The Socialist System of Laws with Chinese

Charateristics.http://www.chinahumanrights.org/Messages/China/t20111028_809304_1.htm (diakses 17 Feberuari 2012)

(41)

demokrasi sosialis dan sistem hukum di China, dan menampilkan reformasi besar, membuka dorongan modernisasi sosialis).

Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa Pemerintahan China membangun sebuah negara sosialis di bawah kekuasaan hukum adalah prinsip mendasar bagi Partai Komunis China untuk memimpin dan memerintah negera.Dianggap perlu untuk mewujudkan suatu sistem hukum sosialis dengan karakteristik China,sehingga ada yang dapat memastikan dalam menjalankan urusan negara dan kehidupan sosial, semua patuh pada hukum.Ini merupakan prasyarat dan landasan bagi China untuk menerapkan prinsip mendasar dari aturan hukum dalam semua hal, dan jaminan kelembagaan untuk pembangunan dan kemajuan China.

Ketika AmerikaSerikat secara resmimengakuiChinapada tahun 1979, Chinadiperintaholeh sebuah pemerintahanotoriteryang didominasioleh elitistimewa yangmenjalankan kontrolmelalui sistemsatu partai danbelum berubahsampai hari ini.

China terusdiperintaholeh sekelompokkecil pemimpinyang mendominasikunci organisasi.

Semuaberbagi kekuasaandalamdominasiPartaiKomunis China.

DengXiaoping, yang menjabat sebagaiKetua KomisiMiliterterusmenjadi pemimpin utamaChina. Kebebasanberbicara, pers,agama,danHAMterusdibatasi, meskipun liberalisasitelah terjadidalam beberapa tahun terakhir di sana.China memiliki pandangan lain mengenai HAM. Dalam International Human Rights Conventions in Chinadinyatakan bahwa konsep HAM harus mencakup langkah-langkah kesehatan

(42)

dan kemakmuran ekonomi, serta standar ekonomi hidup. Dalam masyarakat harmonis, kesejahteraan kolektif lebih diutamakan daripada hak-hak dari setiap individu di mana ada konflik antara keduanya.29 Ada sebuah budaya konfusianisme yang telah mengakar, budaya yang mengatakan bahwa harmonisasi dan keamanan nasional akan dicapai melalui penghormatan terhadap kelompok leluhur, sehingga China menganggap HAM bukan sebagai penghormatan terhadap hak individu melainkan hak kelompok, hak bersama.

Jacobsen dan Bruun,30 menekankan bahwa untuk dapat memahami HAM di Asia, maka ada empat faktor kunci yang perlu diketahui, yaitu pengruh budaya tehadap HAM, komunitarianisme, peran kebaikan umum, dan bentuk asal negara.

a. HAM bersifat kontekstual dan secara spesifik ditentukan oleh latar belakang budaya, sejarah, politik, dan ekonomi tertentu, diakui bahwa HAM adalah universal, tapi interpretasi terhadap arti dan metode implementasinya dipengaruhi oleh budaya.

b. Budaya Asia menekankan pada komunitarianisme, dimana individu berkewajiban atau bertanggung jawab kepada keluarga dan komunitasnya.

Budaya Asia menampik individualitas. Hak-hak individu dapat mengancam ketertiban sosial dan dapat menjauhkan individu untuk

29 China Society For Human Rights Studies. International Human Rights Conventions in China.http://www.Chinahumanrights.org/CSHRS/Magazine/Text/t20080604_349282.htm(diakses pada tanggal 12 Oktober 2010)

30 M. Jacobsen dan O Bruun. 2000. Human Rights and Asian Values: Contesing National Identities and Cultural Representations in Asia. Dikutip oleh Michael K. Connors, “Culture and Politics in the Asia Pacific: Asian Values and Human Rights” dalam Citra Hennida dan Nurul Ratna Sari. 2008. Tibet dan Permasalahan HAM di China :Jurnal Dinamika HAM. Vol.8. hal. 37.

(43)

memenuhi peran-peran sosialnya. Perspektif komunitarian memandang bahwa ketertiban sosial dibangun atas dasar nilai-nilai bersama, komunitas dipandang sebagai sesuatu di atas individu dan individu sangat bergantung padanya.

c. Untuk menciptakan masyarakat yang tertib, maka individu harus didisiplinkan. Penenuhan hak politik individu adalah persoalan kedua setelah hak-hak komunitas dan negara terpenuhi. Pembangunan akan menimbulkan kesejahteraan, dan dipandang sebagai sesuatu yang nyata disbanding kepatuhan terhadap hak-hak individu yang sifatnya abstrak.

d. Negara mampu memerintah untuk kebaikan bersama. Negara dan masyarakat adalah satu kesatuan. Negara berfungsi untuk memajukan masyarakat diasumsikan bahwa elit negara mampu mebuat kebijakan tanpa adanya proses kebijakan publik dan kelompok kepentigan.

Legitimasi pemerintah datang bukan dari konsen masyarakat, tapi datang dari pemerintahan yang efektif dan pembangunan ekonomi.

Mengenai hak dan kewajiban, China memegang prinsip hukum bahwa hak dan kewajiban adalah satu kesatuan.Berdasarkan prinsip tersebut, China memaknai bahwa hak asasi individu bisa diterima ketika berhadapan dengan kewajiban untuk mendukung kepemimpinan nasional.31Dalam hak sipil dan politik, China menggunakan pendekatan relativisme budaya. Menurutnya,

31 James D.Seymour. 1994. Human Rights in China. Current History.Academic Research Library.hal.256 dalam Citra Hennida dan Nurul Ratna Sari. 2008. Tibet dan Permasalahan HAM di China :Jurnal Dinamika HAM.

Vol.8. hal. 38.

(44)

dalam penerapan standar internasional harus diperhatikan pula adanya nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam penerapannya, perlu diperhatikan sejarah suatu bangsa, kehidupan sosial, budaya, dan bahkan realitas politik yang ada pada negara tersebut.Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan HAM itu sendiri sebagai dasar kehidupan seorang individu, dasar yang menjadi pijakan setiap orang untuk berhak memikirkan, memilih, menentukan, memutuskan, dan menjalankan apapun yang diinginkan. Dari tiga perspektif HAM diatas, penulis menggunakan HAM dalam perspektif universal.hal ini dikarenakan perlindungan terhadap buruh migran menggunakan konsep HAM PBB yang termuat dalam declaration of human right. Sedangkan konsep HAM dalam perpektif yang lain hanya dipaparkan penulis sebagai perbandingan atas konsep HAM dalam perspektif Universal atau konsep HAM versi PBB.

(45)

BAB III

PROFIL DESBUMI

A. Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi)

Desa Peduli Buruh Migran adalah desa yang memfokuskan perlindungan terhadap buruh migran disamping fokus pembangunan pada aspek yang lain. Desbumi merupakan desa yang memiliki berbagai tambahan struktur dan fokus kerja yang berhubungan perlindungan dan pemberdayaan buruh migran, mantan buruh serta anggota keluraganya sehingga membuatnya sedikit berbeda dengan desa pada umumnya. Tambahan struktur yang dimaksud antara lain, Paralegal sebagai sebuah struktur yang bertanggung jawab kepada kepala desa dalam melakukan perlindungan terhadap buruh migran dan kelompok usaha Buruh Migran (BM) sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang ekonomi produktif dan pemberdayaan mantan dan kelurga buruh migran.

Desbumi juga adalah bagian dari program Pemerintah pusat melalui Kementerian Ketenagakerjaan yang diberi nama Program Desa Migran Produktif (Desmigratif). Program yang secara nasional diberi Desmigratif ini, yang digagas oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan para buruh migran asal Indonesia yang bekerja di luar negeri dan keluarganya sejak dari kampung halaman. Program ini melibatkan 11 Kementrian dan lembaga, yaitu Kementerian

(46)

Pariwisata, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Ekonomi Kreatif. 32Pemerintah juga menggandeng Bank Indonesia, BRI, BNI, Bank Dunia, Sampoerna Foundation, serta sejumlah lembaga non negara seperti Migran Care. Program Desmigratif memiliki empat pilar.

Pertama, pendirian Pusat Informasi Ketenagakerjaan dan Layanan Migrasi.

Melalui layanan ini, calon buruh migran memperoleh informasi negara penempatan, persyaratan menjadi buruh migran, cara memperoleh persayaratan termasuk layanan kependudukan dan keimigrasian. Kedua, menumbuh kembangkan usaha produktif yang melibatkan keluarga buruh migran. Pada pilar ini, keluarga buruh migran mendapatkan pelatihan dan pendampingan melakukan kegiatan produktif. Ketiga adalah membentuk komunitas pengasuhan dan tumbuh kembang anak (community parenting). Pada pilar ini, keluarga buruh migran mendapat pendampingan pengasuhan anak melalui rumah pintar. Pilar keempat, pembentukan dan pengembangan koperasi atau lembaga keuangan.

32https://www.liputan6.com/news/read/3091245/program-desmigratif-meningkatkan-kesejahteraan-tki- dari-desa

(47)

Program pemerintah pusat ini kemudian direspon oleh pemerintah daerah dengan nama Desa Peduli Tenaga Kerja Indonesia, namun fokus dan lingkup kerjanya bersesuaian terhadap perlindungan terhadap buruh migran dengan pengecualian pendampingan pengasuhan anak melalui rumah pintar. Respon ini diterjemahkan dalam Perda Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Tenaga Kerja Indonesia yang menjadikan enam desa di Kabupaten Lembata sebagai desa peduli tenaga kerja indonesiayang kemudian diterjemahkan kembali oleh pemerintah desa dengan peraturan desa (Perdes) Tentang Desa Peduli Tenaga Kerja Indonesia. Dalam perjalanannya desa peduli tenaga kerja indonesia ini lebih dikenal dengan nama desa peduli buruh migran atau Desbumi. Kemunculan Desbumi di Kabupaten Lembata adalah wujud kongkrit dari inisiasi bersama antara organisasi non negara seperti Migran Care dan Yayasan Kesehatan Untuk Semua (YKS) LSM yang berskala lokal.

Kemunculan Desbumi di Kabupaten Lembata didorong oleh realitas migrasi non prosedural yang marak terjadi di Kabupaten Lembata.

B. Profil Desa Tagawiti

Melalui Peraturan Desa Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Desa Tenaga Kerja Indonesia, Desa Tagawiti yang berada di Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Desa Tagawiti menjadi bagian integral dari komitmen global dalam konvensi migran Tahum 1990 Tentang Perlindungan Hak- Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya khususnya perlindungan dari kejahatan perdagangan manusia (human trafficking) melalui tata kelola desa yang peduli terhadap buruh migran.

(48)

1. Kondisi Geografis

Desa Tagawiti terbentuk dari 4 wilayah dusun.Terdapat 4 dusun yang terletak di kaki bukit. Desa ini memiliki luas wilayah 680 Ha atau 6,8 Km². 33Wilayah Desa Tagawiti berbatasan dengan, Sebelah Utara dengan Laut Flores, sebelah selatan dengan teluk Lewoleba, sebelah barat dengan Desa Dulitukan, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Beutaran dan Desa Petuntawa. Desa Tagawiti terletak pada ketinggian 2 – 500 Meter diatas permukaan air laut.Sebagian besar lahan yang ada di Desa Tagawiti dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian; yaitu untuk lahan perkebunan (50 Ha) dan ladang (398 Ha).34Semua lahan pertanian berupa lahan pertanian tadah hujan.Lahan yang ada di daerah dataran rendah berupa tanah berpasir dengan warna abu-abu kehitaman dan cocok untuk pengembangan usaha pertanian, sedangkan lahan di perbukitan berupa tanah berbatu dan berwarna kemerahan,tidak cocok untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perternakan.

2. Kondisi Demografis

Pada tahun 2016 jumlah penduduk Desa Tagawiti sebanyak 616 jiwa, kemudian pada tahun tahun 2017 jumlah penduduk desa menjadi 627 jiwa yang terdiri atas 277 jiwa laki-laki dan 350 jiwa perempuan dengan Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 218 KK. Jika jumlah penduduk tahun 2016 diperbandingkan dengan luas lahan dapat menggambarkan kepadatan penduduk, yaitu sebesar : 627 / 6,8 X 1 jiwa/Km2 = 92,28 jiwa/Km235. Angka ini menggambarkan bahwa setiap 1 Km2 lahan di Desa Tagawiti dihuni oleh 92 jiwa.Dengan demikian, desa ini tergolong

33Website Resmi Desa Tagawiti melalui http://tagawati.sideka.id/ diakses pada 28 Juli 2018

34 ibid

35 Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik 3 diatas dapat dilihat hasil dari kemampuan literasi sains anak melalui metode bercerita menggunakan media gambar seri pada siklus I dengan indikator

Hingga saat ini, jumlah produk OVOP berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan, UKM, dan Koperasi Kota Banda Aceh bekerjasama dengan Pusat

Edema paru adalah akumulasi cairan ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru tiba-tiba akibat peningkatan tekanan intravascular. Edema paru terjadi

Menurut al-Qardhawi dalam memahami sebuah hadis harus melihat sasaran hakikat teks hadis tersebut karena sarana yang terlihat secara lahiriah dapat berubah-ubah.. Oleh karena

Berdasarkan penjelasan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh minyak N.sativa yang memiliki efek antibakteri dan imunomodulator terhadap bakteri

Bab ini akan membahas mengenai langkah yang digunakan untuk menjalankan Kinerja Transmisi Data Suhu Badan Penderita Demam Berdarah Menggunakan Turbo Codes

Kawasan padat penduduk Kelurahan Naikoten I, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang setiap terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi selalu terjadi banjir/genangan air. Hal

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot lengan dan koordinasi mata tangan dengan ketepatan servis atas siswa yang mengikuti