• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Audit

Menurut Mulyadi (2014:9) audit adalah :

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian setara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan. Oleh karena itu, audit adalah proses mengidentifikasi masalah secara independen, obyektif dan profesional, menganalisis dan mengevaluasi bukti yang ditemukan sesuai dengan standar yang berlaku untuk menilai keaslian, kredibilitas, efektivitas, efisiensi dan ekonomi.

Menurut Jusup (2014:11) audit adalah :

Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan- tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Kerja Pengawasan Intern (SKPI), auditor adalah :

Jabatan fungsional di BPKP yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Pengawasan Intern merupakan seluruh proses kegiatan yang independent dan objektif untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi yang mencakup kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan kegiatan konsultasi (consulting).

(2)

Menurut Mulyadi (2014:28), jika ditinjau dari segi auditor, mengatakan bahwa auditor dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Auditor Independen atau Akuntan Publik

Auditor independen merupakan auditor professional yang memberikan jasa dalam bidang audit atas laporan keuangan kepada masyarakat.

Hasilnya berupa laporan tertulis yang menjadi media untuk berkomunikasi dengan publik atau masyarakat pada lingkungannya.

2. Auditor Intern

Auditor intern atau yang biasa disebut dengan internal auditor merupakan auditor yang bekerja dalam perusahaan baik perusahaan milik negara maupun swasta yang memiliki tugas menentukan apakah kebijakan yang sudah ditetapkan telah dipatuhi, mengendalikan kekayaan perusahaan, memastikan seluruh kegiatan perusahaan dilakukan seefisien, seefektif, dan seekonomis mungkin.

3. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja di instansi pemerintah, yang memiliki tugas utama yaitu melaksanakan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Auditor eksternal pemerintah yaitu audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Auditor internal pemerintah yang dikenal sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggungjawab langsung kepada presiden. Inspektorat Jendral (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Penelitian ini berfokus kepada auditor internal pemerintahan, yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.1.2 Kualitas Audit

Kualitas audit menurut Mulyadi (2014:43) yaitu :

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh auditor BPKP, berdasarkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern

(3)

Pemerintah (APIP) dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan individu-individu, bahwa kegiatan audit harus dilakukan secara independen, obyektif, dengan pengetahuan profesional atau latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pelatihan berkelanjutan), akurasi profesional dan kepatuhan terhadap etika. Oleh karena itu, semua kriteria tersebut merupakan kriteria yang menentukan kualitas audit bagi auditor.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

Per/05/M.Pan/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) menjelaskan bahwa pemeriksaan memiliki tujuh unsur kualitas, yaitu sebagai berikut:

a. Tepat Waktu

Laporan yang dibuat hati-hati tapi terlambat diterbitkan, nilainya menjadi kurang bagi para pemakai laporan hasil pemeriksaan. Untuk itu, pemeriksa harus merencanakan waktu penerbitan laporan secara semestinya dan melakukan pemeriksaan dengan dasar pemikiran tersebut.

b. Lengkap

Laporan audit harus disajikan dengan memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan.

c. Akurat

Informasi dalam laporan audit yang disajikan harus berdasarkan bukti yang kompeten dan relavan, sehingga dapat diandalkan untuk membuat keputusan jangka pendek.

d. Objektif

Laporan audit harus adil, tidak menyesatkan, dan tidak memihak, sehingga pengguna laporan audit tersebut dapat meyakini informasi di dalamnya.

e. Meyakinkan

Laporan audit harus dapat menyajikan informasi yang menjawab tujuan dari pemeriksaan, temuan, simpulan, dan rekomendasi yang logis.

f. Jelas

Informasi dalam laporan audit haruslah menggunakan Bahasa yang mudah dipahami dan dibaca para pengguna laporan audit.

g. Ringkas

Informasi dalam laporan audit tidak disajikan lebih Panjang dari yang diperlukan untuk menyampaikan pesan. Tetapi jika terlalu rinci maka dapat menurunkankualitas laporan bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya. Untuk itu, informasi harus disajikan secara lengkap dan ringkas.

(4)

Sebagai seorang auditor sangat penting untuk menjaga kualitas audit agar tidak menyesatkan pengguna dalam mengambil keputusan. Semakin tinggi kualitas audit yang dikeluarkan oleh auditor, maka semakin tinggi pula kepercayaan (klien) terhadap laporannya dan dapat dipertanggungjawabkan oleh publik.

2.1.3 Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI)

Auditor intern sektor publik Indonesia memiliki wadah asosiasi bernama Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) yang didirikan tahun 2012 beranggotakan auditor dan seluruh unit kerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Sebagai organisasi profesi, AAIPI bertangggung jawab menjaga kualitas audit intern APIP. Oleh karena itu AAIPI Menyusun Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) nomor PER-01/AAIPI/DPN/2021 yang harus digunakan APIP sebagai standar ketika melaksanakan kegiatan audit intern. Standar ini bertujuan untuk:

1. Memberikan panduan untuk pemenuhan unsur-unsur yang diwajibkan dalam Kerangka Praktik Profesional Pengawasan Intern Pemerintah (KP3IP).

2. Memberikan ukuran mutu minimal dalam melaksanakan dan meningkatkan berbagai bentuk layanan Pengawasan Intern yang bernilai tambah.

3. Menetapkan dasar untuk mengevaluasi kinerja Pengawasan Intern.

4. Mendorong peningkatan proses dan operasional organisasi.

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:

a. Standar Atribut

Mengatur atribut organisasi dan individu yang melaksanakan Pengawasan Intern.

b. Standar Kinerja

Mengatur sifat Pengawasan Intern dan menetapkan kriteria mutu untuk mengukur kinerja jasa Pengawasan Intern.

(5)

2.1.4 Kompetensi Auditor

Menurut Wibowo (2013:324) kompetensi adalah “suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.” Dengan demikian, kompetensi merupakan keahlian, keterampilan, pengetahuan yang dimiliki oleh seorang profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai suatu yang terpenting, sebagai keunggulan dalam bidang tersebut.

Arens, dkk (2015:40) mendefinisikan kompetensi sebagai “kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang diperoleh melalui latar belakang pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi pekerjaan yang sedang dilakukan dan mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan.”

Rai (2010:64) mengatakan bahwa “seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum yang meliputi kemampuan untuk melakukan review, pengetahuan teori organisasi, pengetahuan auditing untuk memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit.”

Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup.

Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Dalam Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) Nomor PER-01/AAIPI/DPN/2021 menyatakan bahwa seorang auditor harus memiliki “pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya”. Dalam pemeriksaan pemerintah, pemeriksa harus memiliki dan meningkatkan kompetensi atau keahliannya, bukan dalam metode dan teknik pemeriksaan saja, tetapi dalam segala hal yang berkaitan dengan pemerintah, seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan pemerintah. Auditor dengan kompetensi yang memadai, seperti pengetahuan dan pengalaman audit yang luas.

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa kompetensi merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap auditor agar dapat melakukan suatu audit sehingga dapat memperoleh hasil yang dapat diuji kebenarannya. Ketika seorang auditor

(6)

berpengalaman dalam pekerjaannya, intuisinya terasah, dan dengan intuisi yang tajam, auditor dapat dengan mudah menemukan masalah, termasuk yang terkait dengan kerugian negara, sehingga meningkatkan kualitas laporan audit.

2.1.5 Independensi Auditor

Dalam melaksanakan tugas audit terhadap auditee, auditor mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari manajemen auditee, posisi pemerintah di semua tingkatan, atau auditee. Tekanan pada auditor dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi auditor sebagai penelaah dalam mempertimbangkan tingkat materialitas, sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan pemangku kepentingan, dan mempengaruhi auditor dalam menentukan jenis rekomendasi audit yang akan diambil. Independen berarti tidak memihak kepentingan siapapun dan jujur kepada semua pihak yang mempercayai pekerjaan akuntan publik.

Mulyadi (2014:26) menyatakan bahwa “independensi auditor berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dan tidak tergantung pada orang lain”.

Independensi berarti adanya sikap kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dengan pertimbangan yang obyektif, tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Dalam Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) Nomor PER- 01/AAIPI/DPN/2021 menjelaskan bahwa “Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan APIP untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara objektif.” Untuk mencapai tingkat independensi yang dibutuhkan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Pengawasa Intern, Pimpinan APIP harus memiliki akses langsung tak terbatas kepada Pimpinan K/L/D. Ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu auditor, penugasan, fungsional, dan organisasi.

Manao dalam filosofi auditing BPKP (2007) mengungkapkan ada tiga macam independensi dalam auditing, yaitu :

1. Independensi Program

Auditor harus bebas dari pengaruh pihak manapun termasuk kliennya dalam melakukan program auditnya baik dalam penentuan sasaran, prosedur audit, dan Teknik audit yang digunakan.

(7)

2. Independensi Investigasi

Auditor harus bebas dari pengaruh pihak lain dalam melakukan kegiatan pembuktian, akses sumber data dukungan teknis pengujian fisik dan perolehan keterangan/informasi dari pihak manapun.

3. Independensi Pelaporan

Auditor harus bebas dari pengaruh dan kendali dari pihak lain dalam mengemukakan fakta untuk hasil pengujian, kesimpulan, opini dan rekomendasi hasil audit.

Penugasan auditor dalam melakukan audit harus terbebas dari pengaruh ancaman dan tidak memihak kepentingan manapun yang bersifat mengancam atau hubungan dari pihak ketiga yang berkaitan dalam proses pengauditan. Jika sikap independensi dilakukan oleh auditor, maka akan mendorong masyarakat untuk menggunakan laporan audit dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya.

2.1.6 Due Professional Care

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) Nomor PER- 01/AAIPI/DPN/2021 (Standar Atribut:1220) menjelaskan bahwa :

Penugasan harus dilaksanakan dengan menggunakan kecakapan dan kecermatan profesional (due professional care). Pimpinan APIP harus memastikan bahwa setiap tim yang melaksanakan kegiatan Pengawasan Intern secara kolektif memiliki kecakapan yang dibutuhkan. Auditor harus menggunakan kecermatan profesional dan kecakapan dalam setiap penugasan. Cermat secara profesional bukan berarti tidak akan terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan. Auditor harus menerapkan kecermatan profesionalnya dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Ruang lingkup yang diperlukan dalam mencapai tujuan penugasan asurans.

2. Kompleksitas, materialitas, atau signifikansi permasalahan yang dijadikan obyek penugasan asurans.

3. Kecukupan dan efektivitas proses tata kelola, pengelolaan risiko, dan pengendalian.

4. Kemungkinan terjadinya kesalahan, fraud, atau ketidakpatuhan yang signifikan.

5. Biaya penugasan asurans dibandingkan dengan potensi manfaat (value for money).

(8)

Menurut Agoes (2012:36), “Due professional care adalah sikap yang cermat dan seksama dengan berpikir kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti audit, berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab.”

Berdasarkan penjelasanyang ada, dapat dinyatakan bahwa due professional care merupakan suatu sikap yang harus dimiliki seorang auditor dalam melakukan audit secara cermat dan penuh kehati-hatian dalam mengevaluasi bukti audit agar menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

2.2 Peneliti Terdahulu

Pada tinjauan penelitian terdahulu diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh variabel- variabel yang memengaruhi kualitas audit. Berikut disajikan dalam Tabel 2.1.

(9)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Izzatul Farida, Abdul Halim, Retno Wulandari (2016)

Pengaruh Independensi, Kompetensi, Due Professional Care, dan Etika terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada KAP di Kota Malang)

X1 : Independensi X2 : Kompetensi X3 : Due Professional Care

Y : Kualitas Audit

(1) Independensi,

Kompetensi, dan Due Professional Care dan Etika

berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Independensi, Due Professional Care dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Etika (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu 2 Dimas Wicaksono,

2018

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Auditor, Dan

Kecermatan Profesional Pada Kualitas Audit Aparat Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI

X1 : Kompetensi X2 : Independensi X3 : Etika Auditor X4 : Kecermatan Profesional Y : Kualitas Audit

(1) Secara simultan Kompetensi, Independensi, Etika Auditor, Dan Kecermatan Profesional

berpengaruh terhadap Kualitas Audit (2)

(3) Secara parsial Kompetensi, Etika Auditor, Dan Kecermatan Profesional

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Independensi, Kecermatan Profesional (Due

Professional Care)dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Etika Auditor (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu

(10)

berpengaruh terhadap Kualitas Audit, sedangkan

Independensi tidak berpengaruh pada Kualitas Audit 3 Shela Yoanita, dan

Farida F (2018)

Pengaruh Akuntabilitas, Independensi Auditor, Kompetensi, Due Professional Care, Objektivitas, Etika Profesi Dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta)

X1 : Akuntabilitas X2 : Independensi X3 : Kompetensi X4 : Due Professional Care

X5 : Objektivitas X6 : Etika Profesi X7 : Integritas Y : Kualitas Audit

(1) Independensi, Kompetensi, Objektivitas, Dan Integritas Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit (2)

(3) Due Professional Care tidak

berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Akuntabilitas, Etika Profesi, Objektivitas, Integritas (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu

4 Stefani Fransiska Lele Biri, (2019)

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Kantor Akuntan Publik Di Kota

Yogyakarta.

X1 : Kompetensi X2 : Independensi X3 : Fee Audit Y : Kualitas Audit

(1) Independensi

berpengaruh terhadap Kualitas Audit Kompetensi dan Fee Audit tidak

berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Independensi, dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Fee Audit

Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu

(11)

5 Afifa

RifqiBaswari (2019 )

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Auditor, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit Internal Pada Inspektorat Provinsi, Kota, Dan Kabupaten Di Yogyakarta

X1 : Kompetensi X2 : Independensi X3 : Due Profesional Care

X4 : Etika Auditor Y : Kualitas Audit

(1) Kompetensi dan Etika Auditor

berpengaruh terhadap kualitas Audit Independensi dan Due Professional Care tidak

berpengaru terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Etika Auditor (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu 6 Meutia Layli,

Johan Arifin (2020)

Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit Pada BPK Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah

X1 : Kompetensi X2 : Independensi X3 : Due Professional Care

Y : Kualitas Audit

(1) Kompetensi, berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

(2)

(3) Independensi, dan Due Professional Care tidak

berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu

7 Ni Luh Putu Trisna dkk, 2020

Pengaruh Independensi, Moral Reasoning, Kompetensi, Integritas, Obyektifitas Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali

X1 : Independensi X2 : Moral Reasoning X3 : Kompetensi X4 : Integritas X5 : Obyektifitas X6 : Profesionalisme Y : Kualitas Audit

(1) Kompetensi dan Independensi tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit Moral Reasoning, Integritas,

Obyektifitas, dan Profesionalisme berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Independensi dan variabel Y : kualitas audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Moral Reasoning, Integritas, Obyektifitas, dan

Profesionalisme (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan,

(12)

sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu 8 Eno Afifah

Putri (2021)

Pengaruh Pengalaman, Due Professional Care, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

X1 : Pengalaman X2 : Due Professional Care

X3 : Independensi Y : Kualitas Audit

(1) Pengalaman, Due Professional Care dan Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Due Professional Care, Independensi, dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Pengalaman Auditor (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu 9 Rilla Dinda

Aprillia Gea 2021

Pengaruh Kompetensi, Due Proffesional Care, dan Self Efficacy Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan

X1 : Kompetensi X2 : Due Professional Care

X3 : Self Efficacy Y : Kualitas Audit

(1) Secara Parsial Due Personal Care dan Self Efficacy

berpengaruh terhadap Kualitas Audit, sedangkan Kompetensi tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Due Professional Care dan variabel Y : Kualitas Audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Self Efficacy (2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu

(13)

10 Nur Rizky Apdaresena, 2021

Pengaruh Kompetensi, Moral Reasoning, Due Professional Care, Integritas Auditor, Dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta)

X1 : Kompetensi X2 : Moral Reasoning X3 : Due Profesional Care

X4 : Integritas Auditor X5 : Skeptisme Profesional Y : Kualitas Audit

(1) Kompetensi, Moral Reasoning, Due Professional Care, Integritas Auditor, dan Skeptisme Profesional

berpengaruh terhadap Kualitas Audit

Meneliti menggunakan variabel X : Kompetensi, Independensi, Due Professional Care dan variabel Y : kualitas audit

(1) Variabel X yang berbeda:

Moral Reasoning, Integritas Auditor, dan Skeptisme Profesional

(2)

(3) Objek penelitian oleh peneliti yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan, sehingga berbeda dengan objek penelitian terdahulu Sumber : Data yang diolah, 2022

(14)

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengidentifikasi tiga variabel independen yaitu Kompetensi (X1), Independensi (X2), dan Due Professional Care (X3), yang diperkirakan dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu Kualitas Audit (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

𝑯𝟏 𝑯𝟐

𝑯𝟑

Keterangan :

: Menunjukkan secara parsial : Menunjukkan secara simultan H1 : Hipotesis 1

H2 : Hipotesis 2 H3 : Hipotesis 3 H4 : Hipotesis 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kompetensi

Kualitas Audit Independensi

Due Professional Care

H1

H2

H3

H4

Sumber : Data yang diolah, 2022

(15)

Berdasarkan gambar 2.1, kerangka pemikiran dalam penelitian ini untuk mengambarkan hubungan variabel dependen dengan variabel independen yang jelas dan sistematis. Pada H1, H2, H3, dan H4 menunjukkan hubungan Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Carebaik secara parsial maupun simultan mempengaruhi variabel terikat yaitu Kualitas Audit pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatera Selatan.

2.4 Hipotesis

Menurut Fauzi, dkk (2019:33), “Hipotesis penelitian (research hypothesis) adalah suatu dugaan sementara atas suatu kejadian atau peristiwa yang dituangkan dalam bentuk “pernyataan” yang diyakini peneliti bahwa dugaan sementara tersebut akan menjadi benar setelah dilakukan pengujian hipotesis.”

2.4.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh tiap bidang profesi. Lohonauman, dkk (2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengaruh kompetensi adalah searah dengan kualitas audit atau dengan kata lain kompetensi yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang kompeten dan berpengalaman akan menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih baik dari pada auditor yang tidak kompeten dan berpengalaman rendah. Semakin kompeten seorang auditor akan semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan.

Izzatul (2016) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit. Hal ini sependapat oleh penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2018) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1 : Diduga Kompetensi secara parsial berpengaruh terhadap KualitasAudit.

(16)

2.4.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Independensi adalah kebebasan seseorang untuk melakukan pekerjaannya tanpa memihak kepentingan siapapun, tidak dalam keadaan tertekan atau keinginan. Independensi penting bagi auditor, dan dengan memiliki tingkat independensi tinggi dalam melakukan audit, auditor dapat memberikan pendapat atau kesimpulan berdasarkan apa yang terjadi tanpa dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan.Independensi merupakan sikap auditor, tidak memihak, tidak mementingkan diri sendiri, tidak mudah dipengaruhi oleh pemangku kepentingan, menyediakan jasa profesional sebagai auditor yang mempunyai sikap agar kualitas audit tidak terpengaruh oleh pengaruh pihak manapun terhadap pelaporan keuangan. Auditor dengan tingkat independensi yang tinggi akan memiliki kualitas audit yang baik. Hasil audit akan didasarkan pada temuan yang diperoleh dan dikumpulkan tanpa adanya ancaman dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun, maka hasil audit dapat dipertanggungjawabkan kualitas nya kepada pengguna atau masyarakat.

Yoanita (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi independensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2021) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

H2 : Diduga Independensi secara parsial berpengaruh terhadap KualitasAudit.

2.4.3 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit

Due professional care merupakan sikap cermat dan seksama dengan berpikir kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti audit, berhati-hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab (Agoes, 2012:36). Due professional care berkaitan dengan kualitas audit, karena ketika auditor ingin menghasilkan laporan audit yang berkualitas, auditor harus menerapkan due professional care dalam setiap penugasan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memudahkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai serta dapat

(17)

berpikir kritis bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Ketika, auditor menggunakan due professional care dalam tugas auditnya auditor memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Hal tersebut dilakukan tentunya agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas sehingga berguna bagi para pengambil keputusan.

Penelitian sejenis dilakukan oleh Gea (2021) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2021) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit.

H3 : Diduga Due Professional Care secara parsial berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai perbaikan sistem perencanaan partisipatif harus menjadi prioritas utama di Desa Tellumpanua, Pemerintah Daerah setempat harus menerbitkan Peraturan Daerah/Pedoman tentang

37 Hasil penelitian di daerah endemis GAKI dan Kabupaten Magelang menunjukkan hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertiroid,

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki

significant impact, the positive sign of the coefficient indicates that higher remuneration will increase firm productivity and vice versa.. The structural model can

Dengan memfokuskan pada pemahaman kaidah nahwu dan shorof serta secara perlahan berusaha mengikuti kegiatan kajian kitab dan mendengarkan ceramah para ulama maka insya Allah dalam

It assembles an evidence- based plan of action derived from the Ministry of Health, and WHO Global Malaria Programme (GMP) and Southeast Asia Regional Malaria

Berdasarkan percobaan adsorpsi pada kondisi optimum, nilai kapasitas adsorpsi Cu(II) oleh adsorben abu terbang batu bara aktivasi fisika adalah 1,443 mg/g menurut model Langmuir

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) membuat mesin freezer (b) menghitung kerja kompresor mesin freezer persatuan massa refrigeran (c) menghitung energi kalor persatuan