• Tidak ada hasil yang ditemukan

“REPRESENTASI EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM IKLAN TOP ONE” (Studi Semiotik Representasi Eksploitasi Perempuan dalam Iklan Top1 Action Matic versi “Ringgo-Raffi” di Media Televisi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“REPRESENTASI EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM IKLAN TOP ONE” (Studi Semiotik Representasi Eksploitasi Perempuan dalam Iklan Top1 Action Matic versi “Ringgo-Raffi” di Media Televisi)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Top1 Action Matic ver si “Ringgo-Raffi” di Media Televisi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sar jana Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

RAMADHANI FITRIZA

NPM. 0743010254

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul : Repr esentasi Eksploitasi Per empuan dalam Iklan Top

One (Studi Semiotik Repr esentasi Eksploitasi Per empuan dalam Iklan Top1

Action Matic ver si “Ringgo-Raffi” di Media Televisi).

Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi

ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses

kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan

dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan

sumbangsihnya.

Selama melakukan penulisan penelitian ini, tak lupa penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Drs. Saifuddin Zuhri. M.Si

sebagai dosen pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan

skripsi ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga penulis

mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(3)

4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan

masukan-masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:

1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku, atas doa, dukungan moral maupun material

dan kepercayaannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik, meskipun melebihi batas waktu. Maaf !

2. My Bestgirls Novi, Enna, Amy, Pako dan Rara atas motivasi serta

kebersamaan yang kalian berikan kepada penulis. Love y’all!

3. David “Mbun”, Rezha “Bendrat”, Mas Reza “Braga”, Bryan, terima kasih

atas ‘cerewetnya’, juga semua dulur-dulurku di X-PHOSE, terima kasih atas

semangat yang kalian berikan.

4. Teman seperjuangan Sigit, Ahmed, Aang yang saling memberi semangat,

dan seluruh teman-teman Ikom’07 juga kakak-kakak kelas yang telah

membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,

khususnya teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya, Desember 2011

(4)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

Bab I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

Bab II KAJ IAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Periklanan ... 11

2.1.1.1 Iklan sebagai Bentuk Komunikasi Massa ... 13

2.1.1.2 Iklan Televisi ... 16

2.1.2 Perempuan ... 19

2.1.3 Eksploitasi Perempuan dalam Iklan ... 22

2.1.4 Komunikasi sebagai Proses Simbolik ... 24

2.1.5 Representasi ... 26

2.1.6 Semiotika ... 29

(5)

2.2 Kerangka berpikir ... 39

Bab III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Kerangka Konseptual ... 42

3.2.1 Corpus ... 42

3.3 Definisi Operasional ... 49

3.3.1 Representasi ... 49

3.3.2 Eksploitasi ... 49

3.4 Unit Analisis ... 51

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.6 Teknik Analisis Data ... 52

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56

4.1.1 Gambaran Umum Top One Oil Products Company 56

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 60

4.2.1 Penyajian Data ... 60

4.2.2 Analisis Data ... 62

4.2.2.1 Tampilan visual scene 2 ... 62

4.2.2.2 Tampilan visual scene 10 ... 65

4.2.2.3 Tampilan visual scene 12 ... 68

4.2.2.4 Tampilan visual scene 13 ... 71

(6)

4.2.2.8 Tampilan visual scene 20 ... 80

4.3 Analisis Keseluruhan Iklan Top One ... 83

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(7)

2. Scene yang mengandung Unsur Eksploitasi ... 95

3. Artikel “KPI ungkap lima tayangan TV ‘paling’ bermasalah” ... 96

4. Artikel “KPI Pusat Tegur SCTV dan TV One Terkait

Adegan Iklan ‘Top1 action matic’ “ ... 97

(8)

DALAM IKLAN TOP ONE (Studi Semiotik Repr esenta si Eksploitasi Per empuan dalam Ik lan Top1 Action Matic ver si “Ringgo-Raffi” di Media Televisi)

Dalam perkembangannya, pembuatan iklan telah mengesampingkan norma-norma yang ada dan lebih mengutamakan kepentingan tertentu, tidak jarang kaum wanita hanya menjadi objek untuk kepentingan-kepentingan komersial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi eksploitasi perempuan dalam iklan Top1 action matic versi Ringgo-Raffi di media televisi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut John Fiske, yang terbagi dalam tiga level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Untuk metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik.

Berdasarkan hasil penelitian, iklan Top1 action matic versi “Ringgo-Raffi” sarat akan muatan representasi eksploitasi pada perempuan. Representasi eksploitasi perempuan ini divisualisasikan dengan penggunaan pakaian yang minim, gerak tubuh serta ekspresi model perempuan yang menjadikannya tereksploitasi.

Kata kunci : representasi, eksploitasi perempuan, Top One, Fiske

ABSTRACT

RAMADHANI FITRIZA, REPRESENTATION OF WOMAN’S

EXPLOITATION IN TOP ONE ADVERTISING (Semiotic Studies of Repr esentation of Woman’s Exploitation in Top One action matic adver tising “Ringgo-Raffi” ver sion on Television)

During it’s development, ad creation has been ruled out of existing norms and prefer the interest, not just woman seldom become objects for commercial interest. The purpose of this study was to determine the representasion of sexual exploitation of woman in advertising of Top One action matic “Ringgo-Raffi” representation. Exploitation of woman’s representation is visualized with the use of minimal clothing, gestures and expressions that make female models exploited.

(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan teknologi meningkatkan arus informasi dan

telekomunikasi serta meningkatnya pengetahuan dan tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya sebuah informasi memungkinkan manusia

diterpa oleh berbagai informasi setiap saat. Perkembangan yang sangat

pesat ini juga merambah pada perkembangan media massa. Oleh karena

adanya perkembangan media massa tersebut, maka banyak sekali

masyarakat yang menggunakan media massa sebagai media penyampai

pesan atau informasi ke masyarakat luas.

Fungsi media massa menurut Harold Laswell berfungsi sebagai

korelasi diantara bagian-bagian masyarakat dalam menanggapi

lingkungannya (kontrol sosial), dan sebagai pewarisan nilai-nilai sosial

dari generasi ke generasi. (Winarso, 2005:5)

Media massa bertujuan untuk menyampaikan informasi dengan benar

secara efektif dan efisien. Pada praktiknya, apa yang disebut sebagai

kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan berbagai kepentingan. Akan

tetapi diatas semua itu, yang paling utama adalah survival media itu

(10)

Salah satu cara penyampaian pesan efektif dan efisien adalah dengan

menggunakan iklan. Iklan juga dapat menjadi sebuah informasi yang

sangat dibutuhkan bagi khalayak untuk mengetahui produk atau jasa apa

saja yang dapat memenuhi kebutuhan dalam keseharian semua manusia.

Namun dengan perkembangan zaman yang semakin maju, tidak dapat

dielakkan lagi bahwa saat sekarang ini beragam iklan dimunculkan. Oleh

karena itulah iklan yang sering dilihat bisa merupakan bentuk-bentuk

simbolik, artinya iklan dapat menjadi simbol dalam imajinasi yang

ditampilkan melalui benda-benda atau teks.

Iklan merupakan pesan yang menawarkan suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat melalui media, baik media cetak maupun

media elektronik. Iklan dapat dilihat sebagai salah satu bentuk budaya

massa yang saat ini keberadaannya begitu marak dikalangan masyarakat.

Berdasarkan tujuannya, iklan dibagi menjadi dua yaitu iklan komersial

dan iklan layanan masyarakat. Iklan komersial sering disebut pula dengan

iklan bisnis. Sebagaimana namanya, iklan komersial atau iklan bisnis

bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya peningkatan

penjualan. Produk yang ditawarkan dalam iklan ini sangat beragam, baik

barang, jasa, ide, keanggotaan organisasi, dan lain-lain. Iklan layanan

masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi,

mempersuasi atau mendidik khalayak yang tujuan akhirnya bukan untuk

memperoleh keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial. (Rendra,

(11)

Iklan sendiri hampir setiap hari selalu mewarnai kehidupan kita. Di

televisi, surat kabar, radio dan hampir di setiap sudut jalan kita hampir

tidak bisa menghindar dari iklan. Iklan memang sudah menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam survey yang

dialakukan oleh harian Kompas di sepuluh kota di Indonesia, tercatat tidak

kurang dari 70% responden yang mengaku suka menirukan narasi, jingle

atau lagu, gerakan hingga meniru sosok yang menjadi pemeran dalam

iklan tersebut. (Noviani, 2002:1)

Media televisi dan iklan televisi terbukti merupakan media

komunikasi yang paling efektif dan efisien sebagai media untuk informasi

produk dan citra suatu perusahaan. Kelebihan-kelebihan dan kekuatan

teknologis yang dimilikinya memungkinkan tercapainya tingkat efektivitas

dan efisiensi yang diharapakan oleh suatu perusahaan atau lembaga

lainnya. Luasnya jangkauan televisi yang dapat dtempuh dalam waktu

bersamaan secara serentak, pesan dan informasi yang disampaikan melalui

televisi mampu menjangkau jutaan khalayak sasarannya. (Sumartono,

2001:20)

Televisi menyajikan berbagai macam informasi. Informasi tidak

mengalir secara harfiah. Kenyataannya, informasi sendiri tidak bergerak,

yang sesungguhnya terlihat adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi

(12)

Saat ini pengemasan suatu iklan telah banyak mengalami banyak

perubahan. Dengan mengesampingkan norma-norma yang ada dan lebih

mengutamakan kepentingan tertentu, pelanggaran-pelanggaran pun terjadi

disertai dengan kontroversi. Dalam peraturan dunia bisnis tidak jarang

kaum wanita hanya menjadi objek untuk kepentingan-kepentingan

komersial, dan dalam kehidupan sehari-hari cenderung menempatkan

masalah-masalah perempuan yang dikarantinakan sebagai isu yang

spesifik dan cenderung dilepaskan dari isu-isu publik penting lainnya.

Seperti isu-isu politik,ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Isu-isu tentang

perempuan jauh lebih sering dianggap sebagai bacaan ringan yang lebih

tepat dibaca waktu senggang dan santai. (Ridjal, 1999:114)

Keindahan yang dimiliki perempuan membentuk stereotip dan

membawa mereka ke sifat-sifat di sekitar keindahan itu. Misalnya,

perempuan harus tampil menawan, pandai mengurus rumah tangga,

memasak, tampil prima untuk menyenangkan suami, dan pantas diajak ke

berbagai acara (Kompas no.51, 1999); cerdas serta menjadi sumber

pengetahuan dan moral keluarga (Burhan Bungin, 2002:128); sebagai

penyambung keturunan, lemah lembut, anggun, pandai memasak, lebih

emosional, fisik kurang kuat, lincah, keibuan, manja (Martadi, 2001);

pasif, lemah, penakut, digambarkan sebagai obyek seksual, menekankan

pada figur dan pakaian cantik (Suharko,1998).

Eksploitasi perempuan dengan segala stereotip gender tradisional

(13)

rendah, yang akhirnya menghadirkan konsepsi pemaknaan perempuan

tidak lebih sebagai sebuah benda (bukan makhluk/insani). Di sinilah tubuh

dan semua atribusi “kewanitaan” perempuan dieksploitasi sebagai obyek

tanda dan bukannya sebagai subyek (Kasiyan, 2001).

Sebagaimana disampaikan oleh Rosinta Situmorang, dalam wacana

iklan media massa perempuan sering diposisikan bukan sebagai subyek

tetapi sebaliknya sebagai obyek tanda. Obyek yang dimasukkan ke dalam

sistem tanda di dalam sistem komunikasi ekonomi kapital (Rosinta

Situmorang,1999). Media menjadikan tubuh dan fragmen tubuh

perempuan sebagai penanda yang dikaitkan dengan makna atau pertanda

tertentu, yang termanifestasikan secara dangkal, sesuai dengan tujuan

“politik ekonomi libidinal” (Kasiyan,2001)

Budaya massa yang tercipta menyebabkan pembuat iklan produk

seakan sengaja menonjolkan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian,

salah satunya adalah sisi perempuan, agar mendongkrak penjualan produk,

dan membuat masyarakat menjadi semakin tertarik dengan iklan tersebut.

Khususnya pada produk untuk laki-laki yang menarik perhatian untuk

dengan menonjolkan sisi perempuan seperti sensualitas sebagai objek

dalam iklan produk tersebut.

Bila tokoh pria muncul dalam iklan, tokoh itu digambarkan sebagai

agresif, pemberani, jantan, mandiri, kuat, tegar, berkuasa, pintar dan

(14)

sering dianggap lemah, emosional, bodoh, dan dikaitkan dalam

hubungannya dengan pria atau untuk menyenangkan pria.Jika dicermati

lagi diberbagai bidang, perempuan sering mengalami eksploitasi baik dari

segi fisiknya, maupun sisi intelektual seperti kurangnya kepercayaan

bahwa seorang perempuan pun mampu mengeluarkan gagasan dan

pengetahuan yang dimilikinya. Dapat dilihat pula adanya dari produk

maupun event-event tertentu yang lebih banyak menggunakan perempuan

dibandingkan laki-laki. Mulai dari menjual produk yang tidak ada

hubungannya sama sekali dengan perempuan, tetapi memakai model

perempuan-perempuan muda yang cantik dan seksi dengan busana yang

sangat minim sampai produk-produk semacam pemutih atau peramping

tubuh sebagai kebutuhan wajib bagi perempuan.

Iklan dengan perempuan keberadaannya tidak bisa dipisahkan, karena

perempuan memiliki kekuatan dalam membantu menjual produk yang

diiklankan. Oleh karena itu keberadaan perempuan dalam iklan selalu

menyertai produk paling sederhana hingga yang paling mewah sekalipun.

Fenomena eksplorasi dan eksploitasi sensualitas dalam iklan

khususnya di televisi patut dicermati. Karena saat ini banyak iklan-iklan

televisi yang menampilkan adegan, gambar vulgar perempuan khususnya

pada iklan produk untuk laki-laki. Seringkali tayangan tersebut

(15)

Ini dibuktikan pada produk untuk otomotif (yang identiknya untuk

laki-laki) yang ada pada media, khususnya media elektronik. Produk yang

umumnya berkaitan dengan laki-laki yang cenderung menggunakan wanita

sebaga obyek dalam mempromosikan produk, salah satunya iklan Top1

action matic versi “Raffi-Ringgo” di televisi. Top1 action matic adalah

jenis oli motor yang khusus digunakan untuk motor-motor matic sehingga

penggunaanya lebih maksimal dibandingkan oli untuk motor-motor biasa.

Dalam iklan tersebut seorang perempuan menjadi obyek dengan

menggunakan pakaian minim, atasan tanktop serta bawahan hotpants.

Pakaian yang digunakan sedemikian rupa, menunjukkan bagian-bagian

tubuh si wanita dengan ekspresi wajah yang menggoda, seksi dan akting

yang mengasosiasi unsur-unsur sensualitas.

Hal inilah yang ditonjolkan pengiklan dengan tujuan untuk membuat

produk tersebut dapat diminati, sehingga produk tersebut laku terjual.

Iklan Top1 action matic tersebut merupakan penggambaran utnuk menarik

perhatian laki-laki supaya membeli produk tersebut. Dalam iklan tersebut

wanita menjadi obyek daya tarik laki-laki, dikarenakan wanita tersebut

menggunakan pakaian minim dan terlihat bagian dadanya, sehingga daya

tarik seks (sex appeal) dalam iklan tersebut dapat dilihat pada shot saat

wanita tersebut berbicara pada laki-laki dengan membungkuk, maka

terlihatlah bagian dada wanita tersebut secara jelas.

Sehubungan dengan ekploitasi terhadap perempuan tersebut, iklan

(16)

Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, setidaknya ada lima tayangan

yang selama Ramadan paling banyak diadukan masyarakat. Meski begitu,

KPI mencatat ada 107 keluhan yang disampaikan melalui surat, e-mail

hingga pesan singkat. Salah satunya iklan oli Top1 Action Matic. Iklan ini

dinilai menampilkan gambar perempuan yang tidak layak tayang. Aksi

perempuan dalam iklan juga dianggap tidak berhubungan dengan produk

Top1 sendiri.

(sumber:

http://arrahman.com/read/2011/08/23/14878-kpi-ungkap-lima-tayangan-tv-paling-bermasalah.html )

Dengan pemilihan model semiotika John Fiske, tanda-tanda dalam

tatanan gambar bergerak (iklan) tersebut telah dikombinasikan menjadi

kode-kode, untuk memungkinkan suatu pesan disampaikan dari

komunikator (pengiklan) ke komunikan (penonton). Adapun tanda-tanda

tersebut oleh John Fiske dikategorikan menjadi tiga level kode, yakni level

realitas yang mencakup kode-kode sosial (penampilan, kostum,

lingkungan, perilaku, cara berbicara, gerakan, ekspresi), level representasi

yang meliputi kode-kode teknik (kamera, pencahayaan, perevisian, musik,

suara) serta level ideologi yang terdiri dari kode-kode representatif

(naratif, konflik, karakter, aksi, dialog, latar, pemeran). (Fiske, 1987:4)

Berdasakan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Representasi Eksploitasi

(17)

Eksploitasi Perempuan dalam Iklan Top1 Action Matic versi

“Ringgo-Raffi” di Media Televisi).

1.2 Per umusan Masalah

Latar belakang masalah yang melandasi penelitian ini antara lain:

1. Pengemasan iklan yang mengesampingkan norma-norma yang ada dan

lebih mengutamakan kepentingan tertentu.

2. Fenomena eksplorasi dan eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan

khususnya di televisi.

3. Teguran KPI pusat sehubungan dengan iklan Top One action matic

versi “Ringgo-Raffi” yang ditayangkan di televisi.

Maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah representasi eksploitasi perempuan dalam iklan Top1

Action Matic versi Ringgo-Raffi di media televisi ?”

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui representasi eksploitasi perempuan dalam iklan

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kegunaan teoritis adalah menambah kajian ilmu komunikasi yang

berkaitan dengan penelitian mengenai representasi eksploitasi

perempuan dalam iklan, sehingga hasil penelitian ini diharapkan bisa

menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis adalah sebagai bahan masukan dan saran bagi

perusahaan serta masyarakat luas dapat memahami dengan benar

tentang makna yang terkandung di dalam iklan oli Top1 Action Matic

(19)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Per iklanan

Dalam konsep bahasa yang sederhana, ‘iklan’ memiliki arti

‘menarik perhatian kepada sesuatu’ atau menunjukkan atau memberi

informasi kepada seseorang atas suatu hal (Dyer, 1996:2). Dyer juga

menambahkan bahwa pada awalnya fungsi utama dari sebuah iklan

adalah untuk memperkenalkan berbagai variasi barang kepada publik

sehingga mendukung terciptanya perekonomian bebas. Istilah iklan

sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Advertising yang menunjukkan

suatu proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak

sponsor (pemasang iklan atau advertiser), media massa, atau agen

periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan tersebut adalah

kegiatan pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan melalui biro

iklan atau langsung kepada media massa terkait atas dimuatnya atau

disiarkannya penawaran barang dan jasa yang dihasilkan si pemasang

iklan tersebut (Aaker dalam Widyatama, 2007:7).

Namun seiring dengan perkembangan jaman, dunia periklanan

telah menjadi semakin jauh terlibat dalam manipulasi nilai-nilai sosial

dan perilaku, menampilkan wajah komersialisasi secara dominan

dengan menghadirkan beragam acara serta menggiring khalayak kepada

(20)

esensi komunikasi (dalam hal ini, media massa) mengenai informasi

tentang barang dan jasa dan pada akhirnya menjadikan media sebagai

bagian dari sistem kapitalisme global.

Iklan yang baik sangat penting bagi pemasaran. Iklan akan

meningkatkan kepercayaan masyarakat pada produk yang

dipromosikan. Iklan dapat membuat penjualan meningkat dan

memperendah biaya produksi. Tujuan dasar iklan adalah memenangkan

hati dan pikiran sasaran pasar. Dalam kondisi dan situasi pasar yang

makin kompetitif, pencipta iklan harus kreatif sehingga iklan yang

diciptakannya dapat berdampak positif. (Kuswandi, 2008:113)

Menurut pandangan Dunn dan Barban (1978) bahwa iklan

merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan

lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk

menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada

konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial, maupun pribadi

yang berkepentingan (Widyatama,2007:15)

Dari beberapa pengertian iklan terdapat enam prinsip dasar yang

terkandung dalam iklan, yaitu:

1. Adanya pesan tertentu, sebuah iklan tidak akan ada tanpa

adanya pesan.

2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor), pesan iklan ada karena

(21)

3. Dilakukan dengan cara non personal, dari beberapa pengertian

iklan, hampir semua berpendapat bahwa iklan merupakan

penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal.

4. Disampaikan untuk khalayak tertentu, iklan diciptakan oleh

komunikator karena ingin ditujukan kepada khalayak tertentu.

5. Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara

membayar.

6. Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu.

Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan

semestinya merupakan pesan yang efektif.

(Widyatama,2007:16)

Kesimpulannya, secara prinsip iklan adalah bentuk penyajian pesan

yang dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui media

untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar.

2.1.1.1 Iklan sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Periklanan adalah suatu cara untuk menciptakan

kesadaran dan pilihan. Iklan ada karena ia memiliki fungsi.

Dilihat sebagai alat, iklan dapat digunakan untuk mencapai

berbagai tujuan, ia bergantung pada kemana komunikator

(22)

Iklan memiliki beberapa tujuan yaitu tujuan jangka

pendek yang artinya iklan diharapkan mampu memberikan

dampak segera setelah iklan disampaikan di tengah

masyarakat. Berbeda dengan tujuan jangka pendek iklan juga

memiliki tujuan jangka panjang yaitu, dampak yang baru dapat

dipetik dalam kurun waktu yang lama setelah iklan

diluncurkan. Iklan tidak sekedar menjual barang; ia juga

menginformasikan, membujuk, menawarkan status,

membangun citra, dan bahkan menjual mimpi. Pendeknya,

iklan merekayasa kebutuhan dan dan menciptakan

ketergantungan psikologis (Hamelink, 1983:16). Karena

sifatnya yang persuasif, iklan menurut Tilman dan Kirk Patrick

merupakan komunikasi massa yang menawarkan janji kepada

konsumen.

Melalui pesan yang informatif sekaligus persuasif

mereka menjanjikan :

(1) adanya barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan.

(2) tempat memperolehnya,

(3) kualitas dari barang dan jasa

Menurut Alo Liliweri (1998), iklan mempunyai fungsi

yang sangat luas. Fungsi-fungsi tersebut meliputi, fungsi

pemasaran, fungsi komunikasi, fungsi pendidikan, fungsi

(23)

Fungsi pemasaran adalah fungsi iklan yang diharapkan

untuk membantu pemasaran atau menjual produk. Artinya,

iklan digunakan untuk mempengaruhi khalayak untuk membeli

dan mengkonsumsi produk. Yang kedua adalah fungsi

komunikasi artinya, bahwa iklan sebenarnya merupakan

sebentuk pesan dari komunikator kepada khalayaknya. Fungsi

yang ketiga menurut Liliweri adalah fungsi pendidikan. Fungsi

ini mengandung makna bahwa iklan merupakan alat yang

dapat membantu mendidikan khalayak mengenai sesuatu agar

mengetahui dan mampu melakukan sesuatu. Fungsi keempat

dari iklan adalah fungsi ekonomi, yang artinya iklan mampu

menjadi penggerak agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan.

Yang terakhir adalah fungsi sosial. Dalam fungsi ini iklan

ternyata telah mampu menghasilkan dampak sosial psikologis

yang cukup besar, iklan membawa berbagai pengaruh dalam

masyarakat, misalnya munculnya budaya konsumerisme,

menciptakan status sosial baru, menciptakan budaya pop dan

sebagainya. Karena iklan ditujukan untuk khalayak ramai,

maka dengan demikian iklan bukan merupakan komunikasi

interpersonal melainkan non personal. Oleh karena itu, tepat

rasanya bila komunikasi semacam ini digolongkan dalam

bentuk komunikasi massa. Iklan memang menonjolkan sifat

persuasifnya, yakni bagaimana seorang individu berubah sikap

(24)

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses

dimana komunikator secara profesional menggunakan media

massa didalam menyebarkan pesannya guna mempengaruhi

khalayak banyak, baik menggunakan media massa cetak

maupun elektronik.

2.1.1.2 Iklan Televisi

Televisi sebagai media massa yang merupakan media

dari jaringan komunikasi yang berlangsung satu arah,

komunikatornya melembaga, mempunyai pesan bersifat umum

atau luas sasarannya menimbulkan keserempakan serta

komunikasinya bersifat heterogen. Kelebihan televisi yaitu

bersifat audio visual, artinya dapat dilihat dan didengar

(Effendy, 1991:24).

Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama

dalam proses membangun merek atau branding. Kegiatan

periklanan yang efektif dipandang mampu mempengarui

kecenderungan mengkonsumsi dalam masyarakat. Iklan yang

efektif juga akan mengubah pengetahuan publik mengenai

ketersediaan dan karakteristik sebuah produk, elastisitas

permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas

periklanan. Iklan televisi atau TVC sesungguhnya hanya

sebagian kecil dalam proses branding, masih banyak

(25)

(diharapkan) mempunyai brand life cycle yang panjang bahkan

abadi.

Periklanan dipandang sebagai media paling lazim

digunakan suatu perusahaan untuk mengarahkan komunikasi

yang persuasif pada konsumen. Iklan ditujukan untuk

mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan,

sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk

atau merk. Tujuan ini bermuara pada upaya mempengaruhi

perilaku konsumen dalam membeli, meskipun tidak secara

langsung berdampak pada pembelian. Iklan menjadi sarana

untuk membantu pemasaran yang efektif dalam menjalin

komunikasi antara perusahaan ke konsumen dan sebagai upaya

perusahaan dalam menghadapi pesaing. Kemampuan ini

muncul karena adanya suatu produk yang dihasilkan suatu

perusahaan. Bagaimanapun bagusnya suatu produk jika harus

dirahasiakan dari konsumen maka tidak ada gunanya.

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau

hanya sekilas dan penyampaian pesannya dibatasi oleh durasi

(jam, menit, detik). Pesan dari televisi memiliki kelebihan

tersendiri, tidak hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam

gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan

media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut

disebabkan keistimewaan televisi yang mempunyai unsur

(26)

televisi mampu menambah daya tarik iklan dibanding media

lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi mengingatkan

khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan

(Kasali,1992:172).

Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi

media massa lainnya, sebab televisi memiliki unsur visual

berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam bagi

penontonnya. Televisi menimbulkan dampak yang kuat bagi

pemirsanya. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan pada

sekaligus kedua indera, yakni pengelihatan dan pendengaran,

selain itu televisi juga memiliki kombinasi gerak dan suara.

Untuk tujuan komersial, televisi dipandang sebagai

media yang efektif karena televisi memiliki kemampuan

menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas dan televisi

memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi

khalayak sasaran. Masyarakat lebih sering meluangkan

waktunya didepan televisi guna mendapatkan informasi dan

hiburan. Televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan

pemirsa dalam era informasi dan komunikasi saat ini.

2.1.2 Per empuan

Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

disebutkan, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai

(27)

Perempuan adalah satu dari dua jenis kelamin manusia, yang satu lagi

adalah laki-laki atau pria.

Perempuan dan tubuhnya adalah esensi suatu keindahan dari

nilai-nilai kehidupan, ini bukanlah takdir dari realitas keindahan itu sendiri,

tetapi suatu hal yang hadir dalam segala manifestasi ataupun ekspresi

dari esensi tersebut. Demikian juga dengan laki-laki dan tubuhnya yang

memiliki esensi keindahan tersendiri. Namun realita historis

perkembangan masyarakat telah menempatkan perempuan dan

tubuhnya sebagai antitesis dari ke-esensiannya, ataupun sebagai bagian

dari praktis eksploitasi yang terkadang dicitrakan secara ekstrem untuk

memarginalisasi perempuan dan tubuhnya kepada beragam bentuk yang

dikonotasikan secara liar.

Perempuan sebagai objek tanda dalam iklan yang arus utamanya

cenderung bermakna negatif, misalnya tampak dalam sistem tanda iklan

yang begitu mengedepankan serangkaian bentuk-bentuk eksploitasi

organ-organ tubuh sensitif dan daya tarik seksual yang dimiliki oleh

kaum perempuan. Pengamatan sepintas terhadap sebuah iklan di media

massa yang paling sederhana sekali pun, akan segera memverifikasi

bagian tubuh yang menjadi daya tarik tersebut. Untuk sekedar contoh

misalnya: tubuh perempuan yang muda, mulus, montok, indah,dan

menggairahkan, yang biasanya disertai dengan busana yang sangat

merangsang, digunakan sebagai penanda untuk berbagai produk seperti

mobil, sepeda motor, handphone, aneka produk elektronik, dan

(28)

dan seksualitas perempuan, seperti bibir, buah dada, pinggul, betis, dan

lain sebagainya, dalam iklan tersebut, kerap kali disertai dengan

serangkaian ilustrasi erotis, dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang

diucapkan, yang semakin memperbesar asosiasi dan gairah rangsangan

seksual kepada audience-nya. (Kasiyan,2008:4)

Tiap bagian tubuh perempuan mengandung daya tarik seksual

tersendiri dan memberikan sensasi sensual yang berbeda-beda. Kriteria

daya tarik perempuan diantaranya adalah :

a. Postur Tubuh

Postur tubuh yang baik adalah yang padat berisi, dalam arti

tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk itu dapat

dikatakan memiliki postur tubuh proporsional.

b. Rambut

Rambut panjang dan lurus akan memberi kesan cantik dan

anggun tetapi akan terkesan kurang seksi. Perlakuan dengan

menguncir rambut satu belakang akan lebih memberikan

kesan seksi bagi para laki-laki. Rambut keriting kecil dan

panjang akan memberikan kesan yang lebih seksi

sedangkan rambut bergelombang akan memberikan kesan

sensual yang kuat.

c. Mata

Mata seorang perempuan yang terlihat besar dan bulat

dengan disertai alis yang tebal akan memancarkan

(29)

memberi kesan anggun, teduh, dan tenang. Mata yang

sedikit sipit dengan kantung mata yang sedikit tebal serta

sorot mata yang nakal adalah tatapan yang sangat

menggoda bagi para pria.

d. Bibir

Bibir yang tipis identik dengan kecantikan seorang wanita,

tipis sekaligus identik dengan kelembutan sedangkan yang

agak panjang lebih bermakna pada keanggunan. Sementara

bibir yang sensual memiliki kriteria yang berbeda, yakni

agak tebal, merah delima, dengan ukuran bagian bawah

sedikit tebal.

e. Dada

Dada adalah daya tarik seksual utama bagi wanita, bentuk

dada yang menonjol dapat sangat menarik perhatian lawan

jenis.

f. Perut

Perut yang langsing akan menambah daya tarik wanita, tapi

dalam hal ini bukan perut yang terlihat kurus, tetapi terlihat

ramping mengikuti lekuk tubuh.

g. Pinggul atau bokong

Bagian ini menjadi daya tarik utama kedua bagi perempuan.

Bokong yang bagus adalah besarnya cukup padat tapi tidak

(30)

h. Paha

Bagian ini juga akan merangsang bagi para pria yang

melihat, paha yang besar yang dimiliki oleh perempuan

akan terlihat lebih seksi.

i. Betis

Bagi sebagian laki-laki, perempuan yang seksi dapat dilihat

dari betisnya. Betis perempuan yang seksi adalah yang

memiliki betis panjang, dan mulus.

(http://sensualitaswanitadimatapria<<salimin’ssite.htm)

2.1.3 Eksploitasi Per empuan dalam Ik lan

Definisi eksploitasi adalah pengusahaan atau pendayagunaan,

tindakan pemanfaatan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak

lain demi mendapatkan keuntungan.

Hampir seluruh tampilan iklan, baik media cetak maupun

elektronik menggunakan perempuan dalam tampilannya, baik

perempuan sebagai sebagai model utama atau sebagai figuran. Bagi

para pengiklan, tubuh perempuan tidak akan pernah surut memberi

peluang yang menguntungkan, mulai dari urusan kuku hingga urusan

kepala, mulai dari produk untuk perempuan itu sendiri hingga produk

untuk laki-laki.

Eksploitasi perempuan dalam iklan teridentifikasi melalui wacana

(31)

dipertontonkan secara erotisme dan eksotis. Sayangnya, perempuan

dalam iklan dijadikan alat memasarkan produk, tubuhnya dieksploitasi

untuk mengumbar definisi cantik versi standarisasi pasar dengan cara

memamerkan rambut yang lurus dalam iklan sampo, kulit wajah yang

mulus dalam iklan perawatan kecantikan, perut langsing dalam iklan

pelangsing perut, betis indah dan tubuh yang ramping dalam iklan obat

diet.

Ekspresi eksploitasi stereotip daya tarik seksualitas dan

organ-organ sensitif tubuh perempuan dalam iklan media massa tersebut,

cenderung mengimplisitkan kualitas pemaknaan yang dangkal, dan

akhirnya lebih jauh menghadirkan konsepsi, bahwa perempuan itu

sendiri tak lebih sebagaimana sebuah (bukan sebagai insani), sehingga

harkat dan martabatnya menjadi terniscayakan kehadirannya.

(Kasiyan, 2008:245)

Seperti seorang perempuan yang hadir dengan pakaian ‘minim’

yang menunjukkan keindahan pada bagian perut, dada, atau pinggulnya,

mungkin secara vulgar, tetapi eksploitasi itu sendiri akan terjadi dengan

merasionalisasikan proses tindakan kepada perempuan dan tubuhnya

tersebut bermacam manifestasi praksis eksploratif. Ataupun eksploitasi

dalam bentuk modal, yang mengondisikan perempuan dan tubuhnya

sebagai bagian dari ‘alat’ untuk kepentingan modal dan

mengeksploitasinya kepada ragam ekspresi menurut kepentingan

modal, bukan berdasarkan kebebasan dan kesadaran berekspresi.

(32)

Iklan adalah media promosi produk tertentu, dengan tujuan produk

yang ditawarkan terjual laris. Untuk itu iklan dibuat semenarik

mungkin, sehingga terkadang dapat dinilai terlalu berlebihan, serta

mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis dan estetika penonton

atau sasaran produk yang diiklankan.

2.1.4 Komunikasi Sebagai Pr oses Simbolik

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS

Poerwadinata disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda,

lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu

hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih

merupakan lambang kesucian, lambang padi merupakan lambang

kemakmuran, dan kopiah merupakan salah satu tanda pengenal bagi

warga negara Indonesia. (Sobur,2004:156)

Dalam “bahasa” komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai

lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang dipergunakan untuk

menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang.

Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan

objek maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera di

halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada

negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal

memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara

(33)

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda

dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun

ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu

benda fisik(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang

direpresentasikannya. Representasi itu ditandai dengan kemiripan,

misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno dan foto anda pada

KTP adalah ikon anda. (Mulyana,2005:84)

Pada intinya dalam berkomunikasi, secara tidak langsung pesan

yang kita komunikasikan terhadap orang lain akan mengandung

simbol-simbol yang dalam penerimaannya simbol-simbol tersebut dapat dimengerti

bergantung sesuai dengan kehidupan sosial budaya dari masing-masing

individu yang menerima pesan tersebut.

2.1.5 Repr esentasi

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia representasi berarti apa

yang mewakili atau perwakilan. Piliang (2003:21), dalam bukunya

Hipersemiotika, mengungkapkan bahwa representasi merupakan

tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar

dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Representasi juga berarti

sebuah konsep yang digunakan dalam proses pemaknaan melalui sistem

penandaan yang tersedia; dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb.

(34)

Ada empat komponen dasar dalam industri media yang mengemas

pesan dan produk :

1. Khalayak yang memperoleh pesan dan mengkonsumsi produk

2. Pesan atau produk itu sendiri

3. Teknologi yang selalu berubah, yang membentuk baik industri

maupun bagaimana pesan tersebut dikomunikasikan.

4. dan penampakan akhir dari produk itu tersebut.

Komponen – komponen ini yang secara bersamaan berinteraksi di

sekitar dunia sosial dan budaya, menempati suatu ruang yang

diperjuangkan secara terus – menerus. Perubahan garis bentuk ruang ini

dapat menimbulkan pola-pola dominasi dan representasi yang

berbeda-beda. Film dan televisi mempunyai bahasa sendiri dengan sintaksis

(susunan kalimat) dan tata bahasa yang berbeda.

Tata bahasa ini terdiri dari bermacam unsur yang akrab, seperti

pemotongan gambar (cut), pengambilan gambar jarak dekat (close up),

pengambilan dua gambar (two shot), dan lain-lain. Akan tetapi, bahasa

tersebut juga meliputi kode-kode representasi yang lebih halus, yang

tercakup dalam kompleksitas dari penggambaran visual yang harfiah

hingga simbol-simbol yang paling abstrak dan arbiter (berubah-ubah)

serta metafora. Tingkatan representasi yang paling sederhana mencakup

sekedar penggambaran informasi budaya nyata. Tetapi bahasa film atau

video mulai bermain begitu khalayak ingin melakukan lebih banyak,

(35)

dari depan bergerak menuju kamera, dan dari belakang menjauhi

kamera, dan seterusnya. Representasi gabungan akan mengedit seluruh

pengambilan gambar yang berbeda ke dalam satu rangkaian.

Rangkaian-rangkaian ini merupakan sumber dasar film (Sardar,

Ziaudin, 2005: 156)

Menurut Stuart Hall (1977), representasi adalah salah satu praktek

penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan

konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi.

Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika

manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang sama, membagi

kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasanya yang

sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.

Bahasa adalah medium yang menjadi perantara khalayak dalam

memahami sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa

mampu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem

representasi lewat bahasa (simbol-simbol dalam tanda tertulis, lisan,

atau gambar) khalayak mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide

tentang sesuatu makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara khalayak

mempresentasikannya. Dengan mengamati kata-kata dan image yang

khalayak gunakan dalam merepresentasikan sesuatu atau bisa terlihat

jelas nilai-nilai yang khalayak berikan pada sesuatu tersebut.

Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa

(36)

pendekatan reflektif. Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai cermin

yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang

ada di dunia. Kedua, pendekatan intensional di mana khalayak

menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan

cara pandang khalayak terhadap sesuatu. Dan yang ketiga adalah

pendekatan konstruksionis, pendekatan ini khalayak percaya bahwa

khalayak mengkonstruksikan makna lewat bahasa yang khalayak pakai.

Bagi Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi

mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada dikepala kita

masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk

sesuatu yang abstrak. Kedua, adalah bahasa, yang berperan penting

dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam

kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang “lazim”, supaya

kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu

dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

2.1.6 Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda dan makna (Sobur,2004:15). Secara etimologis istilah semiotika

berasal dari kata yunani Semeion yang berarti ”tanda”. Tanda itu sendiri

didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang

(37)

Menurut Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan

dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti

bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal sama

objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi

sistem terstruktur dari tanda (Barthes dan Kurniawan dalam Alex

Sobur,2004:15)

Sedangkan menurut John Fiske, semiotika adalah studi tentang

penandaan dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang

bagaimana makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang

bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang

mengkomunikasikan makna.(Fiske,2004:282)

Terdapat tiga bidang penting dalam studi semiotik,yakni:

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda

yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan

makna, dan cara-cara itu terkait dengan manusia yang

menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa

dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini

mencakup cara berbagai kode dilambangkan guna memenuhi

kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi

(38)

3. Kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya

bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk

keberadaan dan bentuknya sendiri.

(Fiske,2004:60)

Dari beberapa pendapat di atas maka diketahui bahwa semiotika

merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, tentang bagaimana

memaknai tanda yang ada dalam pesan komunikasi.

2.1.7 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

meaning, Ogden dan Ricardsi telah mengumpulkan tidak kurang dari

22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai

istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu,

yakni dalam bidang linguistic dalam penjelesan Umberto Reeo, makna

dari sebuah wahana tanda (sign-vehicle) adalah satuan cultural yang

diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta dengna

begitu secara semantik mempertunjukkan pula ketidaktergantungan

pada wahana tanda yang sebelumnya.

Makna ada dalam diri manusia. Menurut Devito, makna tidak

terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin

(39)

lengkap menggambarkan makna yang dimaksudkan. Demikian pula

makna yang didapat dari pendengar dari pesan-pesan, akan sangat

berbeda dengan makna yang ingin digunakan untuk memproduksi pesan

dibenak pendengar. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan

selalu bias salah. Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan linguis

sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu,

yakni:

1. Menjelaskan makna secara alamiah.

2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah.

3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi.

(http://groups.google.co.id)

2.1.8 Model Semiotika J ohn Fiske

John Fiske adalah salah satu tokoh semiotika komunikasi dalam

bukunya Cultural And Communication Studies, disebutkan bahwa

terdapat dua persepektif dalam mempelajari ilmu komunikasi sebagai

transmisi pesan, sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi

sebagai produksi dan pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua,

studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan, metode

studinya yang utama adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan makna)

(Fiske, 2006:9).

John Fiske memperkenalkan konsep the codes of television atau

kode-kode televisi. Dalam konsep tersebut menunjukkan kode yang

(40)

kode-kode tersebut saling berhubungan dalam membentuk sebuah

makna. Menurut Fiske, sebuah kode tidak ada begitu saja. Namun

sebuah kode dipahami secara komunal oleh komunitas penggunanya.

Lebih lanjut mengenai teori ini, kode ini digunakan sebagai

penghubung antara produser, teks dan penonton.

Teori yang dikemukakan John Fiske dalam The Codes of Television

(Fiske,1987) menyatakan bahwa peristiwa yang telah dinyatakan telah

diencode oleh kode-kode sosial adalah sebagai berikut:

1. Level Realitas (Reality)

Level ini menjelaskan suatu peristiwa yang dikonstruksikan

sebagai realitas oleh media, yang berhubungan dengan kode-kode

sosial antara lain: penampilan (appearance), kostum (dress), riasan

(make up), lingkungan (environment), kelakuan (behaviour), dialog

(speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), dan suara (sound).

2. Level Representasi

Di sini kita menggunakan perangkat secara teknis. Level

representasi berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain: kamera

(camera), pencahayaan (lighting), perevisian (editing), musik (music)

dan suara (sound) yang ditranmisikan sebagai kode-kode representasi

yang besifat konvensional.

a. Teknik kamera, jarak dan sudut pengambilan.

- Long shot : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian

(41)

biasanya dipakai dalam shot yang lebih lama dan

lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya.

- Estabilishing shot : Biasanya digunakan untuk mebuka

suatu adegan.

- Medium Shot : Menunjukkan subjek atau aktornya dan

lingkungannya dalam ruang yang sama. Biasanya

digunakan untuk memperlihatkan kehadiran dua atau tiga

aktor secara dekat.

- Close Up : Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter

wajah dalam detail sehingga memenuhi layar, dan

mengaburkan objek dengan konteksnya. Pengambilan ini

memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan

kadangkala digunakan dalam percapakan untuk

menunjukkan emosi seseorang.

- View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera

memandang dan merekam objek.

- Point of view : Sebuah pengambilan kamera yang

mendekatkan posisinya pada pandangan seseorang yang

ada dan sedang memperlihatkan aksi lain.

- Selective focus : Memberikan efek dengan menggunakan

peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image

atau bagian lainnya. Misalnya : Wide angle shot, title shot,

(42)

b. Teknik Editing

- Cut : Perubahan secara tiba-tiba dari suatu pengmbilan sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam

cut yang mempunyai efek untuk merubah scene,

mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, anda

membentuk kesan terhadap image atau ide.

- Jump cut : Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.

- Motived cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan

sebelumnya.

c. Penggunaan Suara

- Commentar voice-over narration : Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian orang tertentu dari suatu

program, menambah informasi yang tidak ada dalam

gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton

dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian atau

sequences dan program secara bersamaan.

- Sound effect : Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatuu kajian.

- Musik : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi suatu adegan, warna emosional pada musik

(43)

d. Pencahayaan : Macamnya soft and hard lighting, dan

backlighting. Cahaya menjadi unsur media visual, karena

cahayanya informasai dapat dilihat. Cahaya ini pada mulanya

hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda dapat

dilihat. Namun dalam perkembangannya ternyata fungsinya

berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi

informasi waktu, menunjang mood atau bisa menunjang

dramatik adegan (Biran,2006:43)

3. Level ideologi.

Ideologi tidak hanya berisi kompleksitas arti sebuah pesan

dimana sebuah pesan yang dangkal ternyata mempunyai arti

yang lebih dalam dan mempunyai efek buat penontonnya.

Kode sosialnya antara lain, narrative (narasi), conflict

(konflik), character (karakter), action (aksi), dialogue (dialog),

casting (pemeran).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model semiotika

John Fiske karena tayangan iklan Top One action matic di televisi

ini memiliki kode-kode yang memunculkan makna tertentu,

sehingga dapat diteliti menggunakan level-level yang dikemukakan

(44)

2.1.9 Respon Psikologi War na

Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu

hal. Warna juga dianggap sebagai suatu fenomena psikologi.

Respon psikologi dari masing-masing warna:

1. Merah : Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu,

agresif,bahaya. Merah jika dikombinasikan

dengan putih,akan mempunyai arti

“Bahagia” di budaya Oriental.

2. Biru : Kepercayaan,konservatif,keamanan,

teknologi, kebersihan, keteraturan.

3. Hijau : Alami,sehat, keberuntungan pembaharuan.

4. Kuning : Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran,

pengecut (untuk budaya barat),

pengkhianat.

5. Ungu/Jingga : Spiritual,misteri,kebangsawanan,

tranformasi, kekerasan, keangkuhan

6. Orange : Energi, keseimbangan, kehangatan.

7. Coklat : Tanah/Bumi, reability, comfort, daya

tahan.

8. Abu-abu : Intelektual, masa depan (kaya warna

millenium), kesederhanaan, kesedihan.

9. Putih : Kesucian, kebersihan, ketepatan,

ketidakbersalahan, kematian, ketakutan,

(45)

10. Hitam : power, seksualitas, kecanggihan, kematian,

misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan.

(http://www.toekangweb.or.id/07-tips-bentukwarna.1html )

Hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada

warna. Hal ini dapat dilihat pada bendera nasional masing-masing,

serta upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan

dengan warna-warni. (Cangara,2005:109)

Warna mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

sesuatu yang dilekatinya. Warna juga memberi arti terhadap suatu

objek.

2.2 Ker angka Ber pikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam

memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang

pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang

berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penulis dalam memahami

tanda dan lambang dalam objek, yang berdasarkan pengalaman dan

pengetahuan penulis.

Televisi merupakan media massa elektronik yang menyajikan berbagai

macam informasi-informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran

masyarakat dan juga dapat memberikan hiburan yang luas kepada khalayak,

bukan hanya melalui film atau program acara-acara televisi lainnya,

melainkan juga iklan-iklan yang ditayangkan, dikemas semenarik dan

(46)

memberikan informasi tentang sebuah produk atau jasa, melainkan juga

dapat memberikan hiburan.

Iklan produk banyak menggunakan media televisi, menayangkan dan

mempromosikan produknya agar masyarakat tahu dan berminat. Salah

satunya produk otomotif yang juga mempromosikan produknya

menggunakan media elektronik karena dapat cepat diterima oleh

masyarakat. Dan dalam iklan otomotif tersebut, perempuan ikut menjadi

objek laki-laki. Iklan otomotif tersebut salah satunya adalah iklan Top One

action matic, yang menggunakan perempuan sebagai model dalam iklannya.

Penulis tertarik untuk meneliti iklan Top One action matic versi

“Ringgo-Raffi” yang ditayangkan di televisi. Karena menurut penulis

terdapat beberapa scene yang mengeksploitasi perempuan dalam iklan

tersebut.

Dalam iklan Top One action matic versi “Ringgo-Raffi”, terdapat

beberapa shot yang mengeksploitasi perempuan dan kurang pantas untuk

ditampilkan karena terdapat sisi yang memberikan dampak kurang baik bagi

masyarakat yang melihatnya, terlebih anak-anak. Misalnya dengan

menampilkan sisi sensualitas perempuan dengan memperlihatkan seorang

perempuan yang menggunakan pakaian minim (tanktop dan hotpants)

sehingga cukup terlihat bagian-bagian tubuh seperti paha dan dadanya.

Penelitian representasi eksploitasi perempuan dalam iklan produk Top

One action matic versi “Ringgo-Raffi”, menggunakan kategori tersebut

yang ditentukan penulis berdasarkan isi eksploitasi perempuan dalam iklan

(47)

menggunakan pendekatan analisis semiotik John Fiske yang membagi film

atau video, dalam hal ini iklan, menjadi tiga level yaitu pada level realitas,

level representasi dan level ideologi dalam iklan Top One action matic versi

“Ringgo-Raffi” di media televisi sehingga diperoleh representasi

(48)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Di dalam representasi eksploitasi perempuan dalam

iklan produk Top One ini harus diketahui terlebih dahulu tanda-tanda yang

terdapat di dalamnya. Adapun digunakannya metode deskriptif kualitatif

karena metode ini akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian

ditemukan kenyataan ganda, kemudian metode deskriptif kualitatif lebih

peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,1995:5), selanjutnya akan menjadi

corpus dalam penelitian ini.

Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif

interpretatif, yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda

dan teks sebagai objek kajiannya serta bagaimana peneliti menafsirkan dan

memahami kode (decoding) tanda dan teks tersebut (Piliang,2003:270).

Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat diambil sebagai

penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang

lain. (Berger dalam Sobur,2004:18)

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dengan

(49)

eksploitasi perempuan pada iklan Top One. Dengan menggunakan metode

ini, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi

simbol-simbol dan tanda yang ditampilkan dalam iklan tersebut. Selanjutnya

akan menjadi corpus dalam penelitian analisis yang dikemukakan oleh John

Fiske untuk menginterpretasikan atau memaknai adegan yang menunjukkan

eksploitasi yang terdapat pada iklan Top One action matic versi

“Ringgo-Raffi”. Karena iklan ini merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi

analisis struktural atau semiotika.

3.2 Ker angka Konseptual

3.2.1 Cor pus

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan

masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas

yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesewenangan.

Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan

bahwa unsur-unsur akan memelihara sebuah system kemiripan dan

perbedaan yang lengkap, Corpus juga bersifat homogen mungkin, baik

homogeni pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan, 2000:70).

Corpus adalah kata lain dari sample, bertujuan tetapi khusus untuk

analisis semiologi dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif ini

(50)

Corpus dari penelitian ini adalah iklan Top One action matic versi

“Ringgo-Raffi”.

Corpus-corpus dalam penelitian adalah potongan gambar dalam

iklan atau “Scene” yang dipilih oleh peneliti untuk memaknai iklan Top

One action matic versi “Ringgo-Raffi”. Pada setiap scene yang terdapat

dalam iklan tersebut scene yang bisa dianalisis sebagai berikut :

1. Scene 2

Keterangan

Model perempuan memeluk model laki-laki yang memboncengnya sambil tersenyum. Model laki-laki mengeluarkan desahan dan memejamkan mata saat dipeluk model perempuan. tampak si model perempuan mengenakan atasan tanktop sehingga terlihat bagian lengannya.

Dialog

Laki-laki 1 (L1) : (mendesah) “hemm..aah..”

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Model laki-laki 1 dan perempuan tampak dari

(51)

2. Scene 10

Keterangan

Muncul model laki-laki kedua. Diperlihatkan model perempuan

dalam pakaian minim yang menonjolkan lekuk tubuh dan bagian

paha.

Dialog

Tidak ada dialog, hanya latar suara berupa suara sepeda motor.

Sudut pengambilan gambar

Long shot. Objek tampak dari samping dengan posisi model

laki-laki pertama dan perempuan berada di depan, dan model laki-laki-laki-laki

kedua menyusul dari belakang dengan sepeda motor lainnya.

3. Scene 12

Keterangan

Model perempuan berbicara pada model laki-laki pertama dengan

(52)

Dialog

Perempuan : “ngurusin motor segini aja gak bisa..”

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Objek berada di tengah, dan terlihat jelas dari depan

fokus pada wajah serta bagian dada (belahan payudara) model

perempuan.

4. Scene 13

Keterangan

Model laki-laki pertama berjongkok memeriksa mesin motornya

sambil mengibaskan tangan karena asap mesin yang keluar, namun

diperlihatkan latar belakang bagian paha model perempuan.

Dialog

Laki-laki 2: (menertawakan laki-laki 1) “ha..haaa..”

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Objek tampak dari depan dengan model laki-laki

yang berjongkok di sebelah kanan sisi samping motor, dan kaki

(53)

5. Scene 17

Keterangan

Model laki-laki kedua tampak berbicara dan si model perempuan

yang berada di sebelahnya, memperhatikan model laki-laki kedua

tersebut.

Dialog

Laki-laki 2 : (bertanya pada laki-laki 1) “tarikan matic-mu berat

dan cepet panas,sob?”

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Memperlihatkan ekspresi wajah model laki-laki dan

bagian lengan serta sedikit bagian dada model perempuan yang

berada di sisi kanan.

6. Scene 18

Keterangan

(54)

Diperlihatkan model perempuan dari belakang yang menonjolkan

bagian pantat serta pahanya.

Dialog

Tidak ada dialog dalam scene ini

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Mengambil angle dari bawah dan membelakangi

objek sehingga terlihat fokus pada bagian belakang model

perempuan yang hendak naik motor, yaitu bagian pantat dan

pahanya. Sedangkan model laki-laki sudah berada di atas sepeda

motornya.

7. Scene 19

Keterangan

Model perempuan naik ke atas sepeda motor sambil memegang

bahu model laki-laki.

Dialog

(55)

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Mengambil angle dari bawah dengan fokus pada

model perempuan yang mengangkat kaki kanannya untuk naik ke

sepeda motor, tampak jelas bagian pahanya.

8. Scene 20

Keterangan

Model perempuan bersama model laki-laki kedua meninggalkan

model laki-laki pertama. Diperlihatkan secara jelas bagian paha

model perempuan.

Dialog

Perempuan : (nada mengejek) “ikut Raffi aja deh..daaah..”

Sudut pengambilan gambar

Medium shot. Mengambil angle dari bawah, objek tampak dari

samping yang memperlihatkan kedua model berada di atas sepeda

(56)

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Repr esenta si

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia representasi berarti

apa yang mewakili atau perwakilan. Piliang (2003:21), dalam

bukunya Hipersemiotika, mengungkapkan bahwa representasi

merupakan tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu

yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol.

Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam

proses pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia; dialog,

tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi

adalah produksi makna melalui bahasa.. Oleh karena itu, yang

dimaksud dengan representasi eksploitasi yaitu eksploitasi itu

sendiri yang dihadirkan atau diperlihatkan melalui tanda-tanda

pada model perempuan dalam iklan Top One action matic versi

“Ringgo-Raffi”.

3.3.2 Eksploitasi

Definisi eksploitasi adalah pengusahaan atau pendayagunaan,

tindakan pemanfaatan tenaga atau kemampuan seseorang oleh

Gambar

gambar menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analysis of sensitivity on the fattening beef cattle with coffee bran is required to see the extent of fattening cattle sensitivity to changes (deductions

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada perusahaan publik di Indonesia karena ada

Dari segi warna, yeast yang juga sangat berperan dalam proses fermentasi alkohol ini mempunyai warna putih kekuningan yang dapat dilihat diatas permukaan tumbuh koloni, sehingga

BPRS Saka Dana Mulia Ini merupakan salah satu lembaga keuangan alternatif yang bernafaskan Islam yang sesuai dengan visinya yakni menjadi BPRS yang sehat dan

pembelajaran pair check dan peningkatan kemandirian belajar siswa. Berkenaan dengan bagaimana proses dari penerapan metode pembelajaran. pair check dalam meningkatkan

aspek kehidupan manusia khususnya dalam bidang pelayanan jasa.. pengiriman paket barang atau