SKRIPSI
Oleh :
Yanuar satria
0512010377/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
Yanuar satria
0512010377/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL………... vii
DAFTAR GAMBAR ………... viii
ABSTRAKSI ………..
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2
Perumusan Masalah ………. 6
1.3
Tujuan Penelitian ………. 6
1.4
Manfaat Penelitian ……… 6
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penelitian
Terdahulu ……… 7
2.2
Landasan Teori ………. 8
2.2.1. Pengertian Pemasaran ………... 8
2.2.2.
Pengertian
Manajemen Pemasaran ………... 9
2.2.3. Konsep yang Melandasi Aktivitas pemasaran... ... 9
2.2.4
Siklus Kehidupan Produk ( Daur Hidup produk )... 11
2.2.5 Perilaku Konsumen... 13
2.2.6. Keputusan
Pembelian...16
2.2.7. Merek... ………...………... 17
2.2.8. Brand Switching ( Keputusan perpindahan Merek ).………... 18
2.2.14. Hipotesis...………..………….. 25
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 26
3.1.1. Definisi Operasional ………...……….... 26
3.2.
Pengukuran Variabel ………...……... 29
3.3.
Teknik Penentuan Sampel ………... 29
3.3.1.
Populasi
………...………...
29
3.3.2.
Sampel
…………...……….
29
3.4.
Teknik Pengumpulan Data ………... 30
3.4.1.
Jenis
Data
………...……….
30
3.4.2. Sumber Data ……… 31
3.4.3. Pengumpulan Data ……….. 30
3.5.
Teknik Analisis Data ………. 31
3.5.1. Confirmatory Factor Analysis ………... 34
3.6..
Asumsi Model ………... 34
3.7.
Pengujian
Model
dengan
One Step Approach……….………….. 38
3.7.1.
Pengujian Model dengan Two – Step Approach………….…… 38
3.8. Evaluasi
Model………...………....
39
BAB IV
PEMBAHASAN ……….... 43
4.1.
Deskripsi
Obyek
Penelitian ………. 43
4.1.1. Sejarah Perusahaan ……...………. 43
4.1.2.
Produk
Nuvo...………
45
4.2.
Deskripsi
Hasil Penelitian ……….... 46
4.2.1. Penyebaran Kuesioner ……...……….. 46
4.2.2.4.Pendidikan... ……… 48
4.2.3.
Deskripsi
Variabel
Brand Performance (X1)……… 49
4.2.4.
Deskripsi
Variabel
Brand Satisfaction (X2)………….………….. 50
4.2.5.
Deskripsi
Variabel
Brand Switching (Y)…………...……… 51
4.3.
Analisis Data ………. 52
4.3.1.
Evaluasi
Outlier………….………...
52
4.3.2. Evaluasi
Reliabilitas………..
53
4.3.3.
Evaluasi
Validitas……….…….
54
4.3.4.
Evaluasi
Construct
Reliability Dan Variance Extracted……… 55
4.3.5.
Evaluasi
Normalitas……….……….
56
4.3.6.
Analisis
Model
One-Step Approach To SEM…………..……….... 57
4.3.7.
Uji
Kausalitas……….
59
4.3.8. Analisis Unidimensi First Order……… 60
4.4.
Pembahasan...
………60
4.4.1
Pengaruh Brand Performance terhadap Brand switching……….… 60
4.4.2
Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand switching………..…. 61
BAB V
KESIMPULAN
DAN
SARAN
……… 63
5.1.
Kesimpulan
………
63
5.2.
Saran
………
63
Tabel 1.1
Total Brand Index Sabun Kesehatan……… 3
Tabel 3.1
Tabel Goodness Of Indices………. 42
Tabel 4.1
Responden Berdasarkan Umur……….…………. 47
Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Pekerjaan………..……… 47
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...……….…………... 48
Tabel 4.4
Responden Bedasarkan Pendidikan...………..…. 48
Tabel 4.5
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Performanc. 49
Tabel 4.6
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Satisfaction. 50
Tabel 4.7
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Switching… 51
Tabel 4.8
Outliers Data………..….……….. …... 52
Tabel 4.9
Realibilitas Data……… 53
Tabel 4.10
Validitas Data……… 54
Table 4.11
Construct Reliability dan Variance Extracted………. 55
Table 4.12
Normalitas Data………. 56
Tabel 4.13
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices - Base Model…... 58
Table 4.14
Hasil Uji Kausalitas...……….…. 59
2.1 : Sebuah sistem pemasaran sederhana...………....
8
2.2 : Model Sederhana Perilaku Konsumen …….………....
16
2.3 : Tipe-tipe perilaku konsumen……….
19
2.2.13 : Kerangka Konseptual………
24
4.1 : Model Pengukuran dan Struktural One-Step
Oleh :
YANUAR SATRIA
0512010377/FE/ME
Abstraksi
Semakin ketatnya persaingan dan banyaknya pilihan produk di pasaran
mendorong terjadinya perilaku perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen.
Persaingan diantara merek hampir terjadi pada seluruh produk, baik itu produk –
produk kecantikan, kesehatan, makanan, dan sebagainya. Salah satunya adalah sabun
Nuvo yang dikeluarkan PT. Wing’s Tbk. Nuvo merupakan produk yang sudah lama
beredar di pasaran dan mempunyai banyak pesaing. maka penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tentang pendaruh brand performance dan brand satisfaction
terhadap brand switching sabun nuvo di sidoarjo
Variable penelitian adalah brand performance, brand satisfaction, dan brand
switching. Skala pengukuran variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, sadangkan teknik pengukuran variabel menggunakan teknik accidental
sample yaitu sampel yang dipilih berdasarkan responden yang ditemui secara
kebetulan oleh peneliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110
orang yang pernah menggunakan sabun Nuvo di Sidoarjo. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil pengujian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa brand
performance dan brand satisfaction memiliki pengaruh yang positif terhadap brand
switching terbukti tidak signifikan.
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia semakin pesat. Di era globalisasi, dunia usaha secara otamatis akan dihadapkan pada persaingan yang ketat. Dengan lingkungan yang padat persaingan ini, konsumen memiliki peluang yang luas untuk produk dengan sederat pilihan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin serta selalu berusaha mempunyai keunggulan dalam bersaing agar dapat memenuhi tuntutan pasar dan memenangkan persaingan.
khususnya masyarakat Indonesia kurang peduli akan kesehatan dirinya dan lingkungannya.
Produk sabun mandi dengan merek tertentu mempunyai pangsa pasar dan segmen pasar yang konsumenya fanatik, disebabkan adanya kecocokan kualitas sabun mandi dengan karakteristik kulit yang dimiliki. Konsumen sabun mandi yang fanatik tidak akan bersedia ganti merek sabun mandi yang lain. Nuvo sekarang memiliki delapan varian, ada varian untuk reguler yang diperuntukkan untuk membunuh bakteri dan mencegah mereka berkembang biak sehingga meninggalkan tubuh Anda bersih, kesehatan dan bebas bakteri. dan ada pula untuk Keluarga NUVO sabun merupakan obat untuk semua keluarga dan mampu memecahkan semua masalah perawatan kulit Anda. Kemasannya sampai saat ini berbentuk batangan, ukuran 80gram, cukup digunakan untuk 10-12 hari. Inovasi varian ini menjadi bagian dari upaya mempertahankan pasar. Karena, peta persaingan saat ini sudah cukup ketat. Banyak pemain sabun padat yang juga merambah semua variannya.
produk-produk sejenis, belum lagi Nuvo mempunyai persepsi sebagai sabun kesehatan yang peduli terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
Karena bermain di pasar sabun kesehatan, sehingga hanya sedikit dari total konsumsi sabun di pasar yang memilih Nuvo. Belum lagi dengan banyaknya jenis sabun yang beredar di pasar yang selalu merupakan ancaman bagi Nuvo. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran sabun-sabun berbentuk cair dan sabun kecantikan merupakan suatu hal yang dapat mengurangi target penjualan produk Nuvo.
Konsumen potensial yang dipilih adalah konsumen yang berada diSidoarjo, didasarkan pada pertimbangan peneliti bahwa konsumen di kota Sidoarjo masih banyak yang menggunakan sabun mandi kesehatan dikarenakan masih banyaknya masyarakat kota sidoarjo bermata pencaharian petani dan pekerja buruh. Tidak hanya itu saja di kota Sidoarjo sendiri juga masih banyak took-toko kecil yang menjual sabun mandi kesehatan termasuk sabun mandi Nuvo.
Table 1.1 Top Brand Index sabun kesehatan
Merek Tahun 2008 2009 2010
Lifebuoy 43.3% 38% 38.8%
Dari data diatas Total Brand Index sabun mandi Nuvo selalu mengalami penurunan. Di tahun 2009 digeser oleh GIV yang bukan sabun mandi kesehatan sedangkan pada tahun 2010 digeser oleh sabun kesehatan Detol.
Para produsen tidak cukup memanjakan konsumennya dengan berbagai macam kegunaannya yang sesuai dengan keinginannya, tetapi juga menawarkan bebagai kemudahan dalam pembelian, penjualan dan pelayanan purna jual.dikota-kota besar atu kecil banyak sekali outlet menawarkan produk sabun mandi . Berbagai kemudahan berkaitan dengan produk sabun mandi ini menyebabkan munculnya kecenderungan dari penggunanya untuk tergoda bergonta-ganti merek sabun mandi.
Teori yang menghubungkan tingkat kepuasan merek terhadap peralihan merek adalah konsumen yang merasa puas dengan suatu merek, tidak akan berpindah ke merek yang lain dan sebaliknya ( Athanassopoulos et al, 2001).
Dan dalam, Darmawan (2005) menyatakan, semakin baik kinerja merek maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
Brand Switching adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pelanggan setiap waktu penggunaan ( Sumarketer, Senior Business Analyst, MarPlus & Co ).
Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional. Kinerja merek mengarah kepada apa yang melekat pada suatu produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan berbeda dengan produk lain Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian penilaian konsumen.
Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen terhadap kinerja merek. Kepuasan merek mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan menunjukan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dianalisis dan diteliti dalam penelitian dengan judul : “ Pengaruh Brand Performance dan Brand Satisfaction terhadap Brand Switching Sabun Mandi
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Brand Performance berpengaruh terhadap Brand Switching ?
2. Apakah Brand Satisfaction berpengaruh terhadap Brand Switching ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Brand Performance terhadap Brand Switching
2. Untuk mengetahui pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand Switching
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Didit Darmawan
dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis (2005) dengan judul “ Pengaruh
kinerja merek dan Kepuasan Merek terhadap Perpindahan Merek”
menghasilkan 2 hipotesis, yaitu hipotesis yang pertama
menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh secara signifikan
terhadap perpindahan merek. Yang kedua kepuasan merek
berpengaruh terhadap perpindahan merek.
Berdasarkan 2 hipotesis dapat disimpulkan bahwa
semakin baik kinerja suatu merek maka semakin rendah tingkat
perpindahan merek, dan semakin tinggi tingkat kepuasan merek,
mengakibatkan semakin rendah pula tingkat perpindahan ke
merek-merek lain. Dan antara kinerja suatu merek dan kepuasan
pengguna merek, terdapat hubungan ang signifikan dan cukup
kuat, jadi semakin baik kinerja merek, semakin tinggi pula tingkat
2.2 Landasan teori
2.2.1 Pemasaran
Dahulu pasar diartikan sebagai tempat pertukaran
barang-barang antara pembeli dan penjual. Tetapi sekarang istilah pasar
dipakai oleh ekonom sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang
melakukan transaksi dalam tipe produk tertentu. Akan tetapi,
pemasar memandang penjual sebagai industri, dan pembeli sebagai
pasar. Penjual dan pembeli dihubungkan oleh empat aliran, yaitu :
penjual mengirimkan produk / jasa dan komunikasi ke pasar ;
sebagai gantinya, mereka menerima uang dan informasi. Hubungan
tersebut dapat dikatakan sebagai sistem pemasaran sederhana,
seperti yang terlihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 : Sebuah Sistem Pemasaran Sederhana
Sumber : Kotler ( 2001 )
Jadi dapat disimpulkan definisi pemasaran adalah sebuah
proses, yang dengannya seseorang atau kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan menciptakan dan
saling menukarkan produk dan nilai dengan orang lain.
Perusahaan Pasar
Informasi
Komunikasi
Barang-barang dan jasa
2.4.3 Management Pemasaran (Marketing Management)
selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa
manajemen pemasaran adalah mencari pelanggan yang cukup
banyak untuk output perusahaan saat ini. Namun pandangan iru
terlalu sempit- Namun dewasa ini, kita mendefinisikan bahwa
manajemen pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian dari program - program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk
mencapai tujuan pemasaran.
2.2.3 Konsep yang Melandasi Aktivitas pemasaran
Ada lima konsep yang melandasi aklivitas pemasaran
suatu organisasi, yaitu:
Konsep Produksi
Konsep produksi beranggapan bahwa konsumen akan menyukai
produk yang gampang diperoleh dan sangat terjangkau,
karenanya manajemen harus berfokus pada perbaikan efisiensi
produksi dan distribusi
Konsep Produk
Konsep produk beranggapan bahwa konsumen akan menyukai
mencurahkan tenaga untuk melakukan perbaikan produk secara
terus menerus.
Konsep Penjualan
Konsep ini beranggapan bahwa konsumen tidak akan memberi
cukup banyak produk perusahaan, kecuali jika perusahaan
tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi dalam skala
besar. Konsep ini biasanya dilakukan pada barang - barang yang
tidak dicari ( barang yang biasanya oleh pembeli tidak terpikir
untuk dibeli )
Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa, unfuk mencapai tujuan
organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran ( target market ) dan memuaskan pelanggan secara
lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
Konsep ini menyatakan bahwa organisasi harus menentuan
kebutuhan, keinginan, dan minat pada pasar sasaran. selanjutny4
organisasi harus memberikan nilai kepada pelanggan dengan
suafu cara yang dapat menjaga dan meningkatkan kesejahteraan
2.2.4 Siklus Kehidupan Produk ( Daur Hidup produk )
Seperti halnya makhluk hidup, produk juga mempunyai
siklus kehidupan yang dinamakan Product Life Cycle ( pLC ).
Menurut teori PLC, sejak satu jenis produk tertentu diterjunkan ke
pasar hingga hilang kembali dari pasar dikenal dengan lima tahap
siklus kehidupan. Dalam tiap siklus kehidupan produk tersebut
menyumbangkan hasil penjualan dan keuntungan yang berbeda -
beda kepada produsennya.
Empat tahapan dalam PLC tersebug yaitu :
Tahap Pengembangan produk
Dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan
suatu gagasan produk baru selama pengembangan produk,
penjualan sbesar nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk.
Tahap Pengenalan ( Introduction )
Adalah periode pertumbuhan penjualan ketika produk baru
diperkenalkan di pasar. Mulai berjalan pada saat sebuah produk
baru diterjunkan ke pasar oreh sebuah perusahaaan. oleh karena
itu produk masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Agar produk cepat dikenal oreh konsumen. perusahaan akan
melakukan promosi secara insentif. Pada tahap siklus kehidupan
ini, perusahaan belum menghadapi saingan karena belum ada
Tahap Pertumbuhan { Growth )
Merupakan periode pengembangan pasar dan peningkatan
raba yang pesat. Bila konsumen men)rukai produk baru
tersebut, maka produk akan memasuki tahap perfumbuhan.
Selama masa ini, jumlah konsumen yang mengetahui
keberadaan produk di pasaran dan menyukainya akan
bertambah banyak.
Tahap Kematangan ( Maturit-v )
Dengan mulai terkenalnya produk baru sebagai sumber
keuntungan, maka akan bayak bermunculan perusahaan lain
yang ikut memproduksi dan memasarkan produk serupa.
persaingan produk menjadi sengit, dan tingkat laba akan tetap
atau menjadi menurun karena pengeluaran pemasaran
bertambah untuk mempertahankan produk menghadapi
pesaing. Dipihak lain karena membanjimya produk yang
serupa akan membuat konsumen lebih bebas memilih produk
yang mereka sukai.
Tahap Penurunan ( Decline )
Adalah periode ketika penjualan menurun dan laba merosot.
Suasana persaingan dipasar akan menjadi rebih sengit ketika
pada tahap kematangan muncul teknologi baru yang dapat
memproduksi produk serupa yang lebih baik atau produk
produk lama akan berkurang dan tahap penurunan pun mulai
berjalan.
2.2.5 Perilaku Konsumen
Menurut Mowen dan Minor ( 2002 ), perilaku konsumen
dedifinisikan sebagai studi tentang unit pembelian dan proses
pertukaran yang metibatkan perolehan' konsumsi dan pembuangan
barang, jasa pengalaman, serta ide-ide. Sukses atau gagalnya
aktivitas pemasaran sangat bergantung pada reaksi pembeli -
pembeli indidual dan pora pemberian mereka ( buying patterns ).
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oreh beberapa faktor,
yaitu :
1. Faktor Kebudayaan
Budaya
Merupakan penyebab paring mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.
Sub - budaya
Setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang rebih
kecil, atau kelompok orang - orang yang mempunyai sistem
nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi
kehidupan yang sama dan memberikan identitas dan
Kelas Sosial
Merupakan bagian-bagian masyarakat yang reratif permanen
dan tersusun rapi yang para anggotanya mempunyai
nilai-nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial
Kelompok Referensi
Terdiri dari seluruh kerompok yang mempunyai pengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.
Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan
pembelian, yaitu keluarga orientasi yang merupakan orang tua
seseorang dan keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak –
anak seorang keluarga
Peran dan Status
Seseorang pada umunya berpartisipasi dalam kelompok selam
hidupnya; keluarga klub, dan organisasi
3. Faktor Pribadi
Umur dan tahap siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
Pekerjaan
Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok - kelompok
kerja yang mempunyai minat diatas rata -rata terhadap suatu
produk atau jasa tertentu
Keadaan Ekonomi
Terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan
dan hartanya dan kemampuan untuk meminjam serta sikap
terhadap mengeluarkan lawan menabung
Gaya Hidup
Adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oreh kegiatan,
minat dan pendapat seseorang . Kepribadian dan Konsep diri
Adalah karakteristik psikorogi yang berbeda di setiap orang
yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif
konsisten
4. Faktor Psikologis
Motivasi
Adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku konsumen
persepsi
Didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukkan informasi untuk
Proses Belajar
Menjelaskan perubahan dalam perilaku sesorang yang timbul
dari pengalaman
Kepercayaan dan Sikap
Adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu
Gambar 2.2 : Model sederhana perilaku konsumen
Sumber : Sutisna
2.2.6 Keputusan Pembelian
Ada empat tipe perilaku dalam keputusan membeli, yaitu :
1. Perilaku membeli yang kompleks
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks
ketika mereka benar - benar terlibat dalam pembelian dan
Tanggapan Pembuatan
Keputusan Individual
Penerapan dari perilaku konsumen
pada Pengaruh
Umpan Balik kepada konsumen
Umpan Balik bagi Pemasar
mempunyai pandangan yang berbeda antara merk yang satu
dengan yang lain.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan
Perilaku ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan
pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya
melihat sedikit perbedaan di antara merk - merk yang ada.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan
Perilaku ini terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang
rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.
4. Perilaku membeli karena kebiasaan
Konsumen menjalankan perilaku ini ketika mereka berada
dalam situasi yang mencirikan rendahnya keterribatan
konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti.
2.2.7 Merek
Merek adalah nama istilah, tanda, simbol, rancangan, atau
kombinasi dari semua itu yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual
dan membedakannya dari produk pesaing ( Kotler, 2000 ).
Nama merek membantu konsumen untuk mengidentifikasi
produk yang mungkin menguntungkan mereka. Merek juga
perlindungan hukum untuk fitur fitur produk yang unik, yang bisa
saja ditiru oleh pesaing.
2.2.8 Brand Switching ( Keputusan perpindahan Merek )
Brand switching adalah perpindahan merek yang
dilakukan oleh pengguna setiap wakiu penggunaan, tingkat brand
switching juga menunjukkan sejauh mana sebuah merek memiliki
pelanggan yang loyal ( Sumarketer, Senior Bussiness Analyst,
Markplus & co )
Menurut Dharmmesta (1999, h.g3) brand switching
behovior adarah perilaku perpindahan merek yang dilakukan
konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga
sebagai kerentanan konsurnen untuk berpindah ke merek lain.
Konsumen yang seringkali melakukan perpindahan merek
dalam pembeliannya termasuk tipe perilaku yang mencari
Gambar 2.3
Sumber : Henry Assael
Peralihan merek juga ditandai dengan keterlibatan yang
rendah ( low involvement).
Indikator yang membentuk Brand switching ( perpindahan
merek) :
a. Niat berhenti
b. Mengkonsumsi merek lain
c. Ketertarikan pada merek lain
2.2.9 Kinerja Merek
Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk
atau jasa yang memenuhi kebufuhan konsumen secara fungsional. Perilaku membeli
yang kompleks
Perilaku membeli yang mencari variasi
Perilaku membeli karena kebiasaan Perilaku membeli
yang mengurangi ketidakcocokan
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Perbedaan mendasar diantara merek yang ada
produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan berbeda
dengan produk lain. Kinerja merek menunjukkan seberapa baik
peringkat merek menurut penilaian konsumen secara obyektif
terhadap kualitas merek..
Indikator yang membentuk kinerja merek :
a. Variasi Produk
b. Efektivitas
c. Harga
2.2.10 Kepuasan Merek
Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman
langsung konsumen terhadap kinerja merek. Kepuasan merek
mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan
menunjukkan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik
dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan
keputusan lanjutan.
Kepuasan muncul apabila harapan konsumen sesuai dengan
keputusan pemebelian yang dilakukan (Assael,1998). Kepuasan
merupakan perilaku positif terhadap sebuah merek, yang akan
bermuara pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian
kembali merek tersebut. Kepuasan terhadap merek dapat didefinisikan
sebagai hasil dari evaluasi subyektif pada saat merek alternatif terpilih
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen (Bloemer dan Kasper
Indikator yang membentuk kepuasan merek :
a. Kualitas Produk
b. Keunggulan Produk
c. Manfaat
2.2.11 Pengaruh Brand Performance terhadap Brand Switching
Menurut Keller dalam Darmawan ( 2005 ) penilaian
konsumen terhadap kinerja merek terkait dengan pengalaman
langsung terhadap produk, sedangkan penilaian secara emosional
menunjukkan tingkat kepuasan terhadap merek tersebut.
Ketika konsumen setia terhadap merek-merek tertentu,
konsumen secara aklif akan memilih merek, terribat dengan merek
dan mengembangkan sikap positif terhadap merek ( Suryani, 2008)
Konsumen tidak akan berpindah pada merek lain bila
kinerja merek yang meliputi variasi produk serta style dan desain
kemasan dapat menarik konsumen untuk tetap membeli merek
tertentu.
Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merek mempunyai
hubungan yang negatif terhadap perpindahan merek, karena
semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat
perpindahan merek.
konsumen cenderung tidak akan berpindah merek. Konsumen akan
terus membeli sabun Nuvo meskipun produk merek lain
mengeluarkan beragam variasi, dan harga yang lebih terjangkau.
2.2.12 Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand Switching
Menurut Engel ( 1993 ) Hasil yang dirasakan konsumen
berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi evaluasi
alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses
keputusan pemilihan merek selanjutnya.
Dharmmesta ( 1999 ) juga menyatakan bahwa
ketidakpuasan emosional konsumen dengan produk dapat
menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek lain
diluar merek yang biasanya. Keputusan perpindahan merek yang
dilakukan konsumen terjadi karena adanya ketidakpuasan yang
diterima konsumen setelah melakukan pembelian
(Dharmmesta,2002)
Sedangkan menurut hasil penelitian Darmawan ( 2005 ),
jika tingkat kepuasan merek tinggi, maka konsumen tidak akan
berpindah pada merek yang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan merek memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat
perpindahan merek, karena jika tingkat kepuasan merek tinggi,
Menurut teori yang ada, jika kualitas produk, keunggulan,
dan manfaat produk sesuai dengan yang ditawarkan. Maka
konsumen tidak akan berpindah merek. Kepuasan merupakan
perilaku terhadap sebuah merek, yang akan bermuara pada
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali merek
2.2.13 Kerangka konseptual
Brand Satisfaction
(X2) Brand Performance
(X1)
2.2.14 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dibuat, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa Brand Performance berpengaruh negatif
terhadap Brand Switching
2. Diduga bahwa Brand Satisfaction berpengaruh negatif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional Variabel
Operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan
pengertian variable-variabel dalam penelitian secara operasional baik
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Penelitian ini menggunakan tiga variable yang mempunyai hubungan
sebab akibat atau kausal. Kinerja merek (Brand Permornce) dan Kepuasan
Merek (Brand Satisfaction) sebagai peubah bebas atau independen
sedangkan variable Perpindahan Merek (Brand Switching) sebagai peubah
tidak bebas atau dependent. Dalam penelitian ini batas operasional,
definisi operasional dan pengukuran variable terdiri dari :
A. Perpindahan Merek (Y)
Menurut Dharmmesta (1999) Brand Switching Behavior adalah
perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena
beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentaan
konsumen untuk berpindah ke merek lain. Indikatornya adalah :
Y1 = Niat berhenti
Y2= Merekomendasikan merek lain
Mengajak orang lain untuk menggunakan merek lain.
Y3= Ketertarikan pada merek lain
Konsumen cenderung mempertimbangkan merek lain dengan
hadirnya banyak para pesaing membuat konsumen mempunyai
banyak pilihan merek.
B . Kinerja Merek (X1)
Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau
jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional.
Kinerja merek mengarah dengan apa yang melekat pada suatu
merek yang mencirikan berbeda dengan merek lain. Kinerja merek
menunjukkan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian
konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek. Indikatornya
meliputi :
X1-1= Variasi Produk
Keanekaragaman produk dalam suatu merk
X1-2 = Efektivitas
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target telah
tercapai.
X1-3 = Harga
Suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang
C . Kepuasan Merek (X2)
Menurut Kotler (2001) Kepuasan merupakan suatu tingkatan
dimana perkiraan kinerja merek sesuai dengan harapan konsumen.
Umumnya, kepuasan merek menyatakan tentang seberapa
terpuaskan konsumen terhadap manfaat yang diberikan merek
secara daya guna, estetika, dan ekonomis. Kepuasan merek
mengindikasikan niat untuk berlanjut menggunakan suatu merek
dan menunjukkan suatu pengetahuan konsumen tentang suatu
merek. Indikator dari kepuasan merek antara lain meliputi :
X2-1= Kualitas Produk
Kemampuan produk dalam penggunaannya.
X2-2= Keunggulan Produk
Merupakan gambaran dari kemampuan suatu produk yang
dapat diandalkan sehingga sesuai dengan apa yang dijanjikan.
X2-3= Manfaat
Kegunaan atau fungsi produk.
3.2 Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Interval. Skala
Likert adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden
menandai derajat persetujuan atau ketidak-setujuan terhadap
masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Umumnya
”sangat tidak setuju” sampai dengan ”sangat setuju” (Malhotra, 2005:298).
Masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut:
STS TS N S SS
3.3 Teknik Penentuan Sampel
3.3.1. Populasi
Merupakan individu atau kelompok yang mempunyai ocus atau
karakteristik yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian.
Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang yang
pernah menggunakan sabun mandi Nuvo di Sidoarjo.
3.3.2. Sampel
Teknik yang digunakan yaitu nonprobability sampling, dimana
teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedang metode
pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling accidental, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
Pedoman pengukuran sample menurut Ferdinand (2002 : 48)
1. 100-200 sampel untuk maksimum likelihood estimation. 2
2. tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi
pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang
diestimasi.
3. tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dikali
5-10. Bila terdapat 20 indikator, maka besarnya sample
adalah 100-200
4. sedangkan jenis pengambilan sample didasari oleh analisis
Structural Equition Modeling (SEM) bahwa besarnya
sample 5-10 kali parameter yang diestimasi.
Pada penelitian ini terdapat 9 indikator yang diestimasi
sehingga besarnya sample yang harus diperoleh adalah 9 x 10 = 90
dibulatkan menjadi 110. Berdasarkan hasil tersebut peneliti
mengambil sample sebanyak 110 responden.
Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 kuesioner dan
kembali pada peneliti 112. Meskipun kembali 112 responden yang
dipakai penelitian ini tetap memenuhi jumlah sampel yang
disyaratkan yaitu 90-180.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti
primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok ocus dan
panel yang secara khusus ditentukan peneliti.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data diperoleh dari jawaban responden
3.4.3 Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara,
yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara
Metode yang dilakukan dalam upaya mencari tanggapan responden
atas berbagai permasalahan yang diangkat.
b. Kuesioner
Pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk membangun
hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survei, memberikan
klarifikasi yang diminta oleh responden langsung di tempat dan
mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak langsung
antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup
baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data atau
jawaban yang obyektif dan cepat.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah
teknik Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan
(Ferdinand, 2002 : 6). Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada
dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model.
Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk
mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator
empirisnya. Structural model adalah model mengenai struktur hubungan
yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut
Ferdinand (2002:24) untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat
beberapa langkah yaitu :
1. Pengembangan Model Berbasis Teori
Dalam pengembangan model teoritis, seorang peneliti harus
melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka
yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang
dikembangkan.
2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan
kausalitas.
Model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan
digambarkan dalam sebuah path diagram (diagram alur). Path
diagram (diagram alur) akan mempermudah peneliti melihat
hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji.
3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan struktural
dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat mulai mengkonversi
spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan
a. Persamaan struktural (structural equations). Persamaan ini
dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk.
b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement
model). Peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk
mana serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan
korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel.
4. Memilih matriks input dan estimasi model
SEM hanya menggunakan matrik varians/konvarians atau matrik
korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang
digunakan.
5. Menilai problem identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala berikut :
a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah
sangat besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang
seharusnya disajikan.
c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians
error yang negatif.
6. Evaluasi Model
Pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi melalui
telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit.
7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Menginterpretasikan model dan memodifikasikan model
bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian
yang dilakukan.
3.5.1 Confimatory Factor Analysis
Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini
menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor
Analysis atau (CFA) peneliti menggunakan variabel-variabel yang diteliti
untuk mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat diukur secara
langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi
makna atas label yang diberikan pada variabel laten atau faktor laten yang
dikonfirmasi itu.
Contoh gambar indikator dari variabel :
Brand Satisfaction
Kualitas Produk
Keunggulan Produk
3.6 Asumsi Model
a. Uji Normalitas dan Linearitas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM
ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat
diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan
baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas
multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis
akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari
data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya
untuk menduga ada tidaknya linearitas. (Ferdinand, 2002 : 52).
b. Outliers
Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrem
baik secara invariant maupun multivariant yaitu yang muncul karena
kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh
berbeda dari observasi-observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat
muncul dalam 4 kategori :
1. Outliers muncul karena kesalahan prosedur.
2 Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain.
4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi
tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut
multivariate outlier.
Perlakuan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana
outlier itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan dua
cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap
multivariate outliers.
1. Univariate Outlier
Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan
menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai
outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam
standart score atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai
rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Oleh karena itu kasus atau
observasi yang mempunyai Z-score > 30 akan dikategorikan sebagai
outliers.
2. Multivariate Outlier
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab
walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada
tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila
sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis
distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan
ruang multidimensional. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan
dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P <
0,001. jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian
itu. (Ferdinand, 2002 : 102).
c. Multicolinearity dan Singularity
Multikolinearitas dapat dideteksi dan determinan matriks
kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil
(extremely small) memberi indikasi adanya problem multikolinearitas atau
singularitas.
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa
yang seharusnya diukur. Seperti yang dikutip dari Wijanto (2008:65) yaitu
bagaimana mendefinisikan cara untuk menguji validitas adalah dengan
melihat standard factor loadings (muatan factor standar) variabel-variabel
teramati (indikator) terhadap variabel laten (faktor) merupakan estimasi
validitas variabel-variabel teramati tersebut .
Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator suatu konstruk yang menunjukkan derajat sampai
dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah
konstruk/faktor laten yang umum (Ferdinand, 2002 : 62). Reliabilitas diuji
Construct reliability = j loading std loading std
2
2
) (
) (
Variance extracted =
j loading std loading std
2
2
) (
) (
Hair et.al (1998) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai
reliabilitas yang baik adalah jika :
Nilai Construct Reliability (CR) nya > 0,70
Nilai Variance Extracted (VE) nya > 0,50
3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach
Salah satu keunggulan dan SEM dibandingkan metode regresi
akan metode multivariate yang lain adalah penerapan prosedur SEM
secara sekaligus terhadap sebuah model hybrid / full SEM (kombinasi
antara model pengukuran dan model struktural). Penerapan prosedur
SEM ini dikenal sebagai One Step Approach (Wijanto, 2008 : 68).
3.7.1. Pengujian Model dengan Two – Step Approach
Permodelan SEM juga dapat dilakukan dengan pendekatan dua
langkah (two step approach) yaitu pertama mengembangkan model
pengukuran dan kedua adalah model struktural. Hal ini karena
measurement model dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai
validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan
3.8 Evaluasi Model
Hair, et.al., (1998) menjelaskan pola “ Confirmatory “
menunjukkan prosedur yang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika
model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model
dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak
diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data.
AMOS dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi
“good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural
Equation Modelling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
kriteria Goodness of fit, yakni Chi-Square, probability, RMSEA, GFI,
TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila modela awal tidak good fit dengan
data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two-Step Approach
to SEM.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji ststistik tunggal untuk
mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks
kesesuaian dan cut off value untuk digunakan dalam menguji apakah
sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah :
1. X2 – Chi Square Statistic
Chi square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang
memperoleh nilai X2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebih besar atau sama dengan 0,05 (P > 0,05). Semakin kecil nilai
X2 semakin baik model itu (karena dalam uji beda chi square X2 = 0 berarti benar-benar tidak ada perbedaan Ho diterima) dan diterima
berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p > 0,05 atau p >
0,10.
2. RMSEA (The Roof Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk
mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks
untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit
dari model itu berdasarkan degrees of freedom.
3. GFI (Goodness of Fit index)
Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang
dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh
matriks kovarians populas yang terestimasikan. Nilai GFI berkisar
antara O (poorfit) sampai (perfect fit) dan nilai GFI > 0,90 merupakan
good fit (kecocokan yang baik), sedangkan 0,80 < GFI < 0,90 sering
disebut sebagai marginal fit (Wijanto, 2008 : 53).
4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Indeks)
Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI
mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun
varians dalam sebuah matriks & kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95
dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall
model fit (baik) sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95
menunjukkan tingkatan cukup adequate.
5. CMIN/DF
The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dalam
degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF. Dalam
hal lain adalah statistik chi square X2 dibagi DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 20 atau bahkan kadang kurang dari 30 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
6. TLI (Tucker Lewis Index)
TLI (Tucker Lewis Index) adalah sebuah alternatif incremental fit
index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah
baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk
diterimanya sebuah model adalah penerimaan > 0,95 dan nilai yang
sangat mendekati / menunjukkan a very good fit.
7. CFI (Comparative Fit Index)
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana
semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi
a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.
Keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besarannya tidak
Tabel 3.1. Tabel Goodness of Fit Indices
Goodness of Fit Index
Keterangan Cut – Off Value
X2 – Chi square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan kecil 1 sampai dengan 5 atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability Uji signifikansi terhadap
perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2 atau > 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan
chi-square pada sample besar
< 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covarians (populasi yang diestimasi) (analog dengan R2 dalam regresi berganda)
> 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan dengan
DF
> 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model
< 2,00
TLI Pembandingan antara model
yang diuji terhadap baselin model
> 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sampel dan keunikan.
> 0,95
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Wings Corporation didirikan pada tahun 1948 di Surabaya,
Indonesia. Selama lima puluh tahun terakhir perusahaan ini telah
berkembang dari sebuah industri rumah kecil menjadi pemimpin pasar
mempekerjakan ribuan orang dengan pabrik berlokasi di Jakarta dan
Surabaya.
Tujuan di Wings Corporation adalah memproduksi produk
berkualitas internasional dengan harga ekonomis produksi pertama kami
memulai dengan pembuatan sabun cuci hijau buatan tangan. Dengan
produk ini kami berhasil menembus pasar kompetitif di tahun 1940-an.
Tak lama setelah itu, kami memperkenalkan sebuah produk baru -
deterjen. Sebagai salah satu pelopor produk baru ini, kami bangga untuk
mengatakan bahwa hari ini deterjen krim masih populer jenis yang paling
multi-tujuan mencuci bantuan di Indonesia.
memproduksi sabun toilet, bubuk deterjen dan bar, floorcleaners, pelembut
kain, dan pembalut wanita untuk seluruh Indonesia dan sekitarnya.
Fasilitas ketiga, PT Lionindo Jaya, didirikan di Jakarta bersama-sama
dengan Lion Corporation Jepang untuk menghasilkan merek seperti
Emeron, Halaman Satu, Ciptadent, dan Mama. Produk mereka termasuk
shampoo, shower gel, produk perawatan kulit, pasta gigi, dan cairan
pencuci piring. Setelah lima tahun, merek ini telah berhasil menangkap
pangsa pasar yang signifikan di Indonesia.
Wings juga diakui sebagai kelompok usaha yang didirikan dan
bijaksana di Indonesia dengan kekuatan khusus dalam pembuatan sabun
dan deterjen adalah Wings '. Produk yang diakui untuk kualitas dan
keterjangkauan, dan sudah tersedia. Seluruh kepulauan Indonesia, nama
theWINGS menikmati rasa hormat, kepercayaan dan loyalitas dari
pedagang besar, pengecer dan konsumen sekaligus.
Hal ini berusaha untuk terus membangun kompetensi inti,
menempatkan penekanan besar pada hubungan yang saling
menguntungkan, tanpa kompromi kualitas dan nilai riil - akan mereka
dalam kepentingan pelanggan, pemasok, karyawan dan pemegang saham.
Pusat nilai-nilai inti 'Wings adalah penekanan pada pengembangan
sumber daya manusia. Menyadari bahwa orang-orang dari Wings sangat
Bekerja di harmoni dan persatuan, mengadopsi pendekatan
konsultatif untuk pengambilan keputusan, menjaga tingkat
profesionalisme yang tinggi, menawarkan pelanggan kualitas terbaik dan
nilai - ini adalah keyakinan yang telah memberikan fondasi yang
keberhasilan Wings dibangun dan dipertahankan. Misi Wings adalah
memperbaiki ini-cabang dua tujuan: meningkatkan standar hidup dan
meningkatkan kualitas hidup. (www.wingscorp.com)
4.1.2 Produk Nuvo
Sabun Nuvo merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh
Wing’s. mulai dari berbentuk batangan dan juga berbentuk cair, Sabun
Nuvo dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Nuvo Reguler dan juga Nuvo
keluarga. Nuvo Reguler dan Nuvo Keluarga dirancang khusus untuk
melindungi kesehatan keluarga Anda dengan menghilangkan bakteri
secara efektif.
a. Nuvo Reguler
Nuvo adalah sabun obat yang mengandung TCC dan Irgasan.
Membunuh bakteri dan mencegah mereka dari mereproduksi sehingga
b. Nuvo Keluarga
Nuvo sabun keluarga merupakan obat untuk semua keluarga dan
mampu memecahkan semua masalah perawatan kulit Anda. Nuvo
Keluarga membunuh bakteri dan mencegah mereka berkembang biak
sehingga membuat hidup sehat dan bersih.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan
menggunakan accidental sample yaitu anggota populasi yang dijumpai
selama periode pengumpulan data yang dijadikan sebagai sampel
penelitian, sampel diambil sebanyak 110 responden, yaitu semua orang
yang pernah menggunakan sabun Nuvo di Sidoarjo.
4.2.2. Keadaan Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui
jawaban responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam
pernyataan umum kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban
tersebut diketahui hal-hal berikut.
4.2.2.1. Umur
Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat
Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Umur
Usia ( Tahun ) Jumlah Persentase (%)
17-20 18 16,36
21-24 25 22.72
25-28 36 32,72
29 keatas 31 29,18
Total 110 100
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah disebarkan.
Umur 25-28 mendapatkan jumlah yang paling banyak, responden berumur
25-28 jarang menjadi pengambil keputusan dalam suatu pembelian.
Mereka hanya cenderung memakai produk saja
4.2.2.2. Pekerjaan
Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat
diketahui karakteristik berdasarkan pekerjaan pada responden yakni pada
[image:55.612.166.505.511.689.2]tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Pelajar/Mahasiswa 13 11,81
Pegawai Negeri 8 7,27
Pegawai Swasta 18 16,36
Wiraswasta 23 20,90
Lain-lain 48 43,63
Berdasarkan penyebaran kuesioner, jumlah yang paling banyak
terdapat pada pekerjaan lain-lain. Pekerjaan lain-lain diantaranya ; petani,
ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga, pengangguran dan lain-lain
yang tidak terdapat pada kuesioner.
4.2.2.3. Jenis Kelamin
Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat
diketahui karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin pada responden yakni
[image:56.612.167.513.367.447.2]pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 88 80
Perempuan 22 20
Total 110 100
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Jumlah responden
terbanyak terdapat pada responden laki-laki. Laki-laki tidak
memperhatikan fungsinya, pada intinya konsumen menggunakan sabun
hanya untuk membersihkan, tanpa melihat apakah sabun itu digunakan
untuk kesehatan ataupun bukan untuk kesehatan.
4.2.2.4. Jenis Pendidikan
Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat
diketahui karakteristik berdasarkan Pendidikan pada responden yakni pada
Tabel 4.4. Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SMP 4 3,63
SMU 38 34,54
S-1 18 16,36
Lainnya 50 45,45
Total 110 100
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.pendidikan lainnya
mendapatkan jumlah reponden palimg banyak. Reponden yang mempunyai
pendidikan lainnya dapat disebutkan sebagai berikut ; Tidak berpendidikan,
SD, S2. Dan lain-lain yang tidak terdapat didalam kuesioner.
4.2.3 Deskripsi Variabel Brand Performance (X1)
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand
Performance
No Pertanyaan Skor Jawaban Total
1 2 3 4 5
1 Variasi produk sabun Nuvo banyak. 0 2 57 48 3 110
2 Sabun Nuvo efektif menghilangkan kuman.
0 10 61 39 0 110
3 Harga sabun Nuvo murah. 0 0 54 48 8 110
Jumlah 0 12 172 135 11
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
[image:57.612.167.529.468.604.2]tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3
dengan jumlah sebesar172 jawaban.
Hal tersebut menunjukan bahwa variasi sabun Nuvo masih
dikatakan banyak sehingga memungkinkan konsumen untuk dapat
memilih, efektifitas sabun Nuvo bisa dikatakan efektif menghilangkan
kuman, serta harga sabun Nuvo bisa dikatakan masih dapat terjangkau
oleh masyarakat..
[image:58.612.165.541.382.548.2]4.2.4 Deskripsi Variabel Brand Satisfaction (X2)
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand
Satisfaction
No Pertanyaan Skor Jawaban Total
1 2 3 4 5
1 Kualitas sabun Nuvo selalu terjaga dengan baik.
0 5 50 44 11 110
2 Sabun Nuvo memiliki wangi yang tidak terlalu menyengat.
0 14 54 36 6 110
3 Sabun Nuvo menjaga kesehatan kulit tubuh.
0 8 56 40 6 110
Jumlah 0 27 160 120 23
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden menyatakan netral dengan pertanyaan yang diajukan, hal
tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3
Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas sabun Nuvo terjaga baik
dikarenakan Nuvo sudah memperhitungkan agar produk yang diciptakan
tidak mudah rusak. Aroma dari Nuvo sendiri tidak begitu menyengat,
karena jika aroma sabun terlelu menyengat akan membuat konsumen
merasa nyaman. Serta Nuvo juga menjaga kesehatan kulit tubuh.
[image:59.612.167.543.319.474.2]4.2.5 Deskripsi Variabel Brand Switching (Y)
Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand
Switching
No Pertanyaan Skor Jawaban Total
1 2 3 4 5
1 Saya ingin berhenti menggunakan sabun Nuvo.
0 17 44 27 22 110
2 Saya menganjurkan orang lain untuk memakai merek lain bukan Nuvo
0 17 38 43 12 110
3 Saya tertarik dengan sabun merek lain bukan Nuvo
0 26 38 40 6 110
Jumlah 0 60 120 110 40
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden menyatakan netral dengan pertanyaan yang diajukan, hal
tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3
dengan jumlah sebesar160 jawaban.
Kondisi diatas menunjukan konsumen ingin berhenti
4.3. Analisis Data
4.3.1. Evaluasi Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier
multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang
dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan.
Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan
akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam
sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel,
1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak
Tabel 4.8. : Outlier Data
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value 34.625 80.422 55.500 8.682 110 Std. Predicted Value -2.404 2.870 0.000 1.000 110 Standard Error of
Predicted Value 6.068 15.650 9.454 2.002 110 Adjusted Predicted
Value 32.649 89.955 55.528 9.335 110 Residual -59.646 55.382 0.000 30.694 110 Std. Residual -1.861 1.728 0.000 0.958 110 Stud. Residual -1.993 1.777 0.000 0.997 110 Deleted
Residual -68.356 58.879 -0.028 33.303 110 Stud. Deleted
Residual -2.023 1.797 -0.001 1.001 110 Mahalanobis Distance
[MD] 2.918 25.005 8.918 4.316 110 Cook's Distance 0.000 0.058 0.008 0.009 110 Centered Leverage
Value 0.027 0.229 0.082 0.040 110 (a) Dependent Variable : NO.
RESP
Sumber : Lampiran
Tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD
Maksimum 25,005 < 27,877
4.3.2. Evaluasi Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s
Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation
digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi
butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha
Tabel 4.9. Reliabilitas Data :
Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
Brand Satisfaction
X11 0.628
-0.078
X12 0.478
X13 0.587
Brand Performance
X21 0.629
0.082 X22
0.576
X23 0.557
Brand Switching Y1 0.712 0.357
Sumber : Lampiran
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien
Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of
thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].
4.3.3. Evaluasi Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil
[image:63.612.174.520.190.338.2]analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10. Validitas Data
Konstrak Indikator Faktor Loading
1 2 3 4 Brand
Satisfaction
X11 0.443
X12 -0.244
X13 0.257
Brand Performance
X21 0.014
X22 0.161
X23 0.091
Brand Switching
Y1 0.551
Y2 0.346
Y3 0.305
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap
konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.3.4 Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s
Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance
extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi
internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar
bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang
Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability Variance Extrated Brand Satisfaction
X11 0.443 0.196 0.804
0.072 0.107
X12 -0.244 0.060 0.940
X13 0.257 0.066 0.934
Brand Performance
X21 0.014 0.000 1.000
0.023 0.011
X22 0.161 0.026 0.974
X23 0.091 0.008 0.992
Brand Switching
Y1 0.551 0.304 0.696
0.368 0.172
Y2 0.346 0.120 0.880
Y3 0.305 0.093 0.907
Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber : Lampiran
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah
0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik
yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted
direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.3.5. Evaluasi Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih
normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
[image:65.612.169.499.178.345.2][1%] yaitu sebesar ± 2,58. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :
Tabel 4.12. Normalitas Data
Variable min max kurtosis c.r.
X11 2 5 -0.441 -0.944
X12 2 4 -0.604 -1.292
X13 3 5 -0.593 -1.269
X21 2 5 -0.371 -0.795
X22 2 5 -0.302 -0.647
X23 2 5 -0.150 -0.321
Y1 2 5 -0.999 -2.138
Y2 2 5 -0.731 -1.565
Y3 2 5 -0.927 -1.984
Multivariate 2.583 0.963
Batas Normal ± 2,58
Sumber : Lampiran
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara
± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi
masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler &