• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MEDIA SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) SEBAGAI SALURAN SELF DISCLOSURE REMAJA PUTRI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN MEDIA SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) SEBAGAI SALURAN SELF DISCLOSURE REMAJA PUTRI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya)."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Ratih Dwi Kusumaningtyas 0743010120

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya)

Disusun oleh :

RATIH DWI KUSUMANINGTYAS NPM. 0743010120

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban penulis.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 3. Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

6. Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

(4)

vi

9. Cipta Adi Kusuma, “The Best Brother” yang telah menjadi motivator dalam membimbing arah cita dan asa penulis.

10. Terima kasih banyak atas dukungan Om Amilin, Om Budi, si kembar Tante Etik dan Tante Kiki, Dede’ Riska, Adek Diki, Adek Akbar, dan Adek Dita. 11. Nurchamid atas kesabaran serta ketulusan hati dalam penantian suci ini. 12. Santy Eka Widyastuty dan Yuristanti, terhadap kesetiaan yang luar biasa

dalam menemani langkah penulis. “Because of you…I’m not alone.”

13. Seluruh teman – teman UPN Televisi yang telah menjadi inspirasi serta motivasi besar bagi penulis dalam menempuh strata pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.

14. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

ABSTRAKSI ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...17

1.3. Tujuan Penelitian ...17

1.4. Manfaat Penelitian ...17

1.4.1. Secara Teoritis ...17

1.4.2. Secara Praktis ...18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...19

2.1. Landasan Teori ...19

(6)

2.1.4. Teori Determinisme Teknologi...32

2.1.5. Computer Mediated Communication (CMC) ...35

2.1.6. Remaja Putri...36

2.1.7. Pengertian Konsep Diri...39

2.1.8. Pemahaman Internet...47

2.1.9. Cyberspace...50

2.1.10. Media Sosial Online...53

2.1.11. Facebook sebagai Situs Jejaring Sosial………...55

2.2. Kerangka Berpikir ...61

BAB III METODE PENELITIAN ...65

3.1. Metode Penelitian ...65

3.2. Unit Analisis Data...67

3.3. Teknik Pengumpulan Data...68

3.4. Teknik Analisis Data...70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………72

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data……… ..72

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian……… 72

4.1.1.1. Facebook………..72

4.1.1.2. Aplikasi Fitur di Facebook………..74

4.1.2. Identitas Informan………...77

(7)

ix

4.1.3.2.Peran Facebook sebagai Saluran Self Disclosure

Remaja Putri di Surabaya……….90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..114

5.2. Saran………115

DAFTAR PUSTAKA………..117

(8)

Gambar 1. Johari Window II

(Rakhmat, 2000 : 10)...22 Gambar 2. Johari Window III

(Rakhmat, 2000 : 107) ...22

(9)

Tabel 1. Analisis isi Wall (status) Facebook Informan………..97 Tabel 2. Analisis isi Notes Facebook Informan Penelitian………104

(10)

Lampiran 1. Interview Guide………. 119

Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1………. 120

Lampiran 3. Transkrip Wawancara Informan 2……… 122

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Informan 3……… 124

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Informan 4……… 126

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Informan 5……… 128

Lampiran 7. Transkrip wall (status) informan 1………... 131

Lampiran 8. Transkrip wall (status) informan 2……… 132

Lampiran 9. Transkrip wall (status) informan 3……… 133

Lampiran 10. Transkrip wall (status) informan 4……….. 134

Lampiran 11. Transkrip wall (status) informan 5……….. 135

Lampiran 12. Transkrip notes informan 1………..136

Lampiran 13. Transkrip notes informan 3………..140

Lampiran 14. Transkrip notes informan 4………..147

Lampiran 15. Transkrip notes informan 5………..148

Lampiran 16. Wall (status) informan 1………..150

Lampiran 17. Wall (status) informan 2………..151

Lampiran 18. Wall (status) informan 3………..152

Lampiran 19. Wall (status) informan 4………..154

Lampiran 20. Wall (status) informan 5………..157

Lampiran 21. Notes informan 1………..158

(11)
(12)

SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) SEBAGAI SALURAN SELF DISCLOSURE REMAJA PUTRI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya)

Penelitian ini berdasarkan adanya fenomena self disclosure (keterbukaan atau pengungkapan diri) yang dilakukan remaja putri di Surabaya melalui Facebook. Facebook yang sebenarnya diciptakan serta diharapkan sebagai media komunikasi positif, ternyata telah memberikan dampak negatif bagi beberapa remaja putri di Surabaya. Hal itu dibuktikan oleh beberapa kasus pelarian ataupun penculikan remaja putri di Surabaya yang berawal dari self disclosure remaja putri tersebut melalui Facebook.

Penelitian menaruh perhatian pada wujud self disclosure remaja putri di Surabaya melalui peran Facebook, baik berupa alasan, sifat, topik maupun nilai-nilai dalam melakukan hal tersebut. Teori yang digunakan adalah teori johari window, teori motif kebutuhan manusia, teori determinisme teknologi, dan CMC (Communication Mediated Computer).

Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil penelitian ialah peran Facebook sangatlah luar biasa sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya, karena mampu membuat informasi tersembunyi di kehidupan nyata (offline) cenderung diungkapkan pada Facebook (online) secara terbuka oleh Facebooker (informan penelitian). Remaja putri di Surabaya (informan penelitian) melakukan self disclosure di Facebook untuk memenuhi kebutuhan menjalin hubungan pertemanan, khususnya pertemanan lama dan mengaktualisasikan diri. Selain itu, kecenderungan terbesar Facebooker yang terdiri atas remaja putri di Surabaya, yaitu melakukan self disclosure bersifat negatif.

Kesimpulan yang dihasilkan yakni, remaja putri di Surabaya (informan penelitian) merasa nyaman melakukan self disclosure di Facebook, karena kebutuhan yang dia harapkan dapat terpenuhi pula oleh Facebook.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia berinteraksi dengan manusia lain telah menjadi bagian inti dari kehidupan. Interaksi antar manusia merupakan rutinitas alamiah dalam fenomena hidup. Proses interaksi turut melibatkan proses komunikasi. Semenjak zaman manusia pertama diperkirakan ada hingga masa kini, proses interaksi maupun komunikasi senantiasa menunjukkan eksistensinya.

Terdapat dua tahapan proses komunikasi, yakni proses komunikasi primer dan sekunder. Proses komunikasi primer ialah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Proses komunikasi sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama (Onong, 2000 : 11 dan 16).

Maksud dari media kedua dalam proses komunikasi secara sekunder antara lain, surat, telepon, teks, surat kabar, radio, televisi, internet, dan sebagainya. Media tersebut dimanfaatkan sebab letak komunikator dan komunikan berada di tempat yang relatif jauh, sehingga penggunaan media ini dapat menunjang efektivitas komunikasi.

(14)

Perkembangan umat manusia dalam melaksanakan komunikasi dari segi kualitas maupun kuantitas mengalami peningkatan pesat dari waktu ke waktu. Komunikasi merupakan transmisi dari satu orang ke orang lain dengan pengirim ataupun penerimanya yang spesifik. Awalnya, sistem komunikasi masih tradisional dengan mengandalkan burung merpati, asap api, mercusuar, ataupun pos berkuda. Ketika dunia telah mengenal mesin cetak, radio telegraf, maka model komunikasi telah berubah semakin cepat. Terlebih lagi setelah ada telepon, radio, televisi, teleks, facsimile (fax), hingga kini internet, masyarakat dunia dapat saling mengakses satu sama lain lebih cepat lagi.

Alternatif komunikasi masyarakat modern saat ini menyebabkan tuntutan manusia terhadap kebutuhan informasi semakin tinggi. Hal itu turut melahirkan kemajuan yang cukup signifikan dalam bidang teknologi. Peningkatan di bidang teknologi, informasi, serta komunikasi mengakibatkan dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang, dan waktu. Seseorang dapat dengan mudah mengakses informasi penting tentang fenomena kejadian di belahan dunia lain, tanpa harus berada di tempat tersebut. Padahal untuk mencapai tempat itu memakan waktu berjam-jam, namun hanya dengan seperangkat komputer yang memiliki konektivitas internet, informasi dapat diperoleh dalam hitungan detik.

(15)

konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006 : 135).

Di masa kini, media terpenting dan memiliki jaringan paling luas adalah internet, yang menghubungkan komputer-komputer pribadi paling sederhana hingga komputer-komputer super yang tercanggih. Layanan internet sangat beragam dan senantiasa berinovasi sesuai kebutuhan masyarakat. Misalnya, e-mail, file transfer protocol (FTP), dan world wide web (www), e-commerce, e-government, e-fax, e-office, e-cash, e-banking,

SMS, MMS, dan sebagainya. Jaringan internet menjadi media yang tercepat mengalami inovasi ke segala lini serta teradaptif dengan kebutuhan masyarakat, sehingga hampir semua media dan kebutuhan masyarakat dapat dikoneksikan ke dalam jaringan internet.

Houngton berpendapat bahwa (Tjiptono, 2001 : 3) :

Perkembangan internet terus berlangsung hingga kini. Di seluruh dunia jumlah pemakai internet tercatat sekitar 3 juta orang pada tahun 1994. Di tahun 1996 tercatat lonjakan drastis, jumlah pemakai internet hingga sebanyak 60 juta pengguna, pada tahun 1998 angka ini meningkat tajam hingga mencapai 100 juta pengguna dan untuk tahun 2005 diprediksi jumlah pengguna internet bakal mencapai 1 milyar pengguna.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan satu diantara tiga warga Amerika Serikat meninggalkan televisi apabila mereka diminta memilih antara internet dan televisi. Survei Media Research Internet Study menyatakan 41% orang lebih memilih internet daripada

televisi (Jawa Pos, 2001:1).

(16)

meningkat. Kehadiran internet telah membawa revolusi serta inovasi pada cara manusia berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berhasil mengatasi masalah klasik manusia, karena keterbatasan jarak, ruang, dan waktu tidak lagi menjadi kendala berarti.

Internet turut mengubah bentuk masyarakat dunia, dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global. Sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan besar dalam mempengaruhi peradaban umat manusia. Terdapat desa yang besar dengan masyarakatnya saling mengenal serta menyapa satu sama lain, sehingga dunia disebut sebagai the big village.

Berdasarkan pernyataan Marshall McLuhan di buku Understanding Media: The Extensions of Man, mengemukakan ide bahwa

“pesan media ya medianya itu sendiri” (Marshall, 1999:7). McLuhan menganggap media sebagai perluasan manusia dan media yang berbed-beda mewakili pesan yang berberbed-beda-berbed-beda. Media juga mempengaruhi cakupan serta bentuk dari hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu ke masyarakat. Dengan media, setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi “global village” atau desa global.

(17)

yakni kehidupan masyarakat nyata dan masyarakat maya (cybercommunity).

Masyarakat nyata ialah sebuah kehidupan masyarakat yang secara indrawi dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, hubungan-hubungan sosial sesama anggota masyarakat dibangun melalui pengindraan. Dalam masyarakat nyata, kehidupan manusia dapat disaksikan sebagaimana apa adanya. Kehidupan masyarakat maya merupakan suatu kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun mampu dirasakan serta disaksikan sebagai sebuah realitas.

Pembentukan kelompok-kelompok masyarakat dalam dunia maya, tentunya terdiri atas individu-individu maya. Individu tersebut memiliki aspek yang beragam baik dari segi material ataupun immaterial. Keberagaman aspek tersebut turut mendapatkan fasilitas dunia maya. Mengingat dunia maya sebagai media sosial online yang sangat memungkinkan sosialisasi antar individu atau kelompok secara maya.

(18)

turut mendukung terciptanya demokratisasi informasi dan ilmu pengetahuan yang mengubah perilaku audiens dari yang sebelumnya pengonsumsi konten beralih ke pemroduksi konten.

Di era internet ini, jenis media sosial online sangat beragam. Salah satunya yang paling populer adalah Facebook. Facebook atau situs jejaring sosial ini lahir di Cambridge, Massachusetts 14 Februari 2004 oleh Mahasiswa Harvard bernama Mark Zuckerberg. Menurut data di Alexa, Facebook adalah mesin jejaring sosial nomor satu. Dalam urutan

keseluruhan situs di dunia, Facebook menempati rangking ke-5 setelah Yahoo, Google, YouTube, dan Windows Live. Kepopuleran Facebook di

Indonesia, mulai tahun 2008 dengan jumlah spektakuler pengguna Facebook yakni sebesar 618%.

Berdasarkan informasi dari checkfacebook.com, pengguna Facebook mencapai 300 juta orang dan pertambahannya akan terus meningkat di setiap minggunya. Indonesia tergolong negara ke tujuh terbesar pengguna facebook, hampir mencapai 12 juta orang dan jumlah ini terus mengalami pertumbuhan rata-rata 6% per minggu (Juju dan Sulianta, 2010:7).

(19)

Facebook merupakan salah satu produk internet, namun menjadi lebih populer daripada internet itu sendiri. Banyak orang rela mengakses internet demi Facebook, padahal dahulunya internet bukan teknologi yang mudah bagi kebanyakan orang. Mereka dengan kelemahan latar belakang pendidikan, usia, dan status sosial atau ekonomi mau belajar internet demi mengekspresikan dirinya pada Facebook. Dahulunya, tukang sayur, office boy, pembantu rumah tangga, pedagang asongan, manula pada tahun 2003 tidak mengenal internet, namun kini mereka memiliki Facebook (Juju dan Sulianta, 2010:2).

Facebook mempunyai keunggulan lebih maju daripada media lain

dalam menjangkau khalayaknya. Hal tersebut diungkapkan oleh J.D. Walt (www.asburyseminary.edu) :

”Radio membutuhkan waktu 38 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna, televisi membuthkan waktu 13 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna, internet membutuhkan waktu 4 tahun untuk menjangkau 50 juta pengguna, dalam waktu 3 tahun ipod telah mencapai 5 juta pengguna, tetapi Facebook telah mencapai 100 juta pengguna dalam tempo kurang dari 9 bulan.”

Pengguna Facebook seringkali disebut Facebooker. Mayoritas Facebooker menggunakan Facebook untuk terkoneksi dengan keluarga,

relasi, dan teman-teman. Facebook menyebabkan jaringan relasi semakin luas karena penemuan-penemuan baru relasi senantiasa tercipta. Tidak hanya itu, Facebook mampu membuka gerbang komunikasi sehingga kontak dapat terus dilakukan. Selain itu, Facebook memiliki fasilitas newsfeed yang memudahkan Facebooker mengakses informasi dengan

terorganisasi dan pengingatnya seperti pemberitahuan aktivitas teman Facebooker lain serta pesan-pesan layaknya e-mail cukup digemari

(20)

Beberapa alasan membuat komunikasi dunia maya menjadi lebih nyaman dan lengkap daripada berkomunikasi langsung dengan bertatap muka pada dunia nyata. Fasilitas Facebook yang mendukung kenyamanan serta kelengkapan komunikasi adalah chat dan wall. Chat ialah fasilitas Facebook yang dapat digunakan untuk berinteraksi langsung dengan syarat penggunanya harus terkoneksi dalam jaringan (online), sehingga dapat terjadi komunikasi langsung. Wall merupakan fasilitas Facebook untuk saling mengirimkan pesan bagi sesama pengguna Facebook, pesan tersebut dapat dilihat secara umum dan tercantum waktu pengirimannya. Bahkan Facebook memungkinkan penggunanya untuk memberikan hadiah virtual pada rekan di Facebook, beberapa di antara pilihan gift membutuhkan biaya tambahan.

Facebook dapat menjadi alternatif komunikasi yang digemari

banyak orang. Terlebih lagi bagi orang yang memiliki kepribadian tertutup, pemalu, ataupun pendiam. Berkomunikasi melalui Facebook, tidak perlu memperlihatkan diri secara fisik, misalnya saling bertatap muka. Apabila ingin menjalin pertemanan dengan Facebooker lain, maka cukup meng-klik pada fasilitas menambah teman dan melakukan verifikasi.

(21)

Dalam Facebook blog yang berjudul “Thoughts on the Evolution of Facebook”, Mark Zuckerberg menulis alasan evolusi Facebook (Juju dan

Sulianta, 2010 : 6) :

“Facebook’s mission is to give people the power to share and make the world more open and connected. In the last four years, we’ve built new products that help people share more, such as photos, videos, groups, events, wall posts, status updates, and so on.”

(“Misi Facebook adalah memberi orang kekuatan untuk berbagi dan membuat dunia lebih terbuka dan terhubung. Empat tahun yang lalu, kami membangun produk-produk baru yang menolong orang lebih berbagi, seperti foto-foto, video-video, peristiwa-peristiwa, menulis pesan di dinding Facebook, meng-update status, dan seterusnya. ”)

Jadi, misi Facebook adalah “power share”, semua orang yang terkoneksi di Facebook dapat saling berbagi dan berinteraksi maka dari itu beberapa fitur dan produk layanan dibuat (Juju dan Sulianta, 2010 : 6).

Pada dasarnya Facebook dibuat dengan niat baik dan benar-benar mengusung nilai-nilai pertemanan yang “kental”. Hal itu dapat dilihat pada fitur dan kemampuan seperti membuat pertemanan dan terus dapat berhubungan dengan teman-teman atau relasi, personal whiteboards atau umumnya disebut “walls”, membuat group, tergabung ke dalamnya, advertising parties / “events”, mengirimkan pesan personal layaknya

e-mail, saling meng-upload dan sharing image, campus advertising,

membuat pernyataan status.

(22)

korbannya. Maraknya, pelecehan seksual, praktek prostitusi, tindakan asusila, pertengkaran, penghinaan, pencemaran nama baik, dan cybercrime lainnya yang turut melibatkan remaja banyak ditemui melalui Facebook.

Ujang, remaja lulusan SMA dilaporkan ke Mapolresta Bogor berkaitan dengan tuduhan Felly yang menyatakan bahwa Ujang telah menulis kalimat hinaan padanya di Facebook (okezone.com). Contoh kasus serupa di luar negeri, seorang remaja puteri asal New York menuntut empat orang mantan teman-teman SMA, orang tuanya, dan Facebook sebesar 3 juta dolar dikarenakan ia diperolok dan dihina dalam

sebuah forum pribadi di Facebook (suara01.blogspot.com).

Dampak negatif Facebook, dapat pula dibuktikan dengan penelitian baru oleh kandidat program doctoral dari Ohio State University, Aryn Karpinski dan rekannya Adam Durberstein dari Ohio Dominican University, menunjukkan nilai rata-rata IPK mahasiswa yang menjadi anggota Facebook turun secara signifikan dibandingkan mereka yang tidak bergabung dengan Facebook. Perbandingannya, nilai IPK bagi mahasiswa anggota Facebook mencapai 3,0-3,5, sedangkan mahasiswa yang bukan anggota Facebook, mampu mencapai 3,5-4,0. Hasil studi Ohio State University juga menyebutkan bahwa “semakin sering Anda menggunakan Facebook, semakin sedikit waktu Anda belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran Anda.” (Solahudin, 2009 : 85)

(23)

keuntungan”. Perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, yakni mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.secara psikologis, remaja adalah suatu usia yang menempatkan individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Remaja sebenarnya belum memiliki tempat yang jelas. Mereka termasuk golongan anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dalam badai”. Pada fase ini, remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.Namun perlu ditekan disini adalah fase perkembangan tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap anak-anak menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. (Soekanto,2003:372)

Menurut Desmita dalam bukunya psikologi perkembangan remaja menyatakan bahwa batasan remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 12 sampai dengan 21 tahun dan belum menikah.(Desmita, 2005:190)

(24)

pengetahuan serta belajar lebih luas dengan memperdalam jaringan komunikasi dan informasi dari berbagai pihak. Di sisi lain, muncul pula potensi negatif bagi remaja di Facebook, sebab remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Mengingat masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Dengan kata lain, remaja masih belum memiliki pegangan hidup yang kuat. Hal itu sangat berbahaya, sebab dunia maya Facebook terdiri atas individu ataupun kelompok dengan kemungkinan karakter baik maupun buruk. Apabila seorang remaja berhubungan dengan pihak yang baik di Facebook, mungkin remaja tersebut akan terpengaruh menjadi individu

yang lebih baik. Masalahya, jika remaja belum memiliki pegangan diri sejatinya, terhubung dengan pihak yang berperilaku buruk di Facebook, maka hal itu berpotensi menjerumuskan remaja ke dalam keburukan pula.

Dampak negatif bermedia Facebook sangat potensial dialami oleh remaja puteri. Hal tersebut dapat dipicu karena remaja puteri cenderung lebih memiliki keterbukaan diri daripada remaja laki-laki. Menurut De Vito (2006 : 63), “wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu mengungkapkan dirinya.”

(25)

ini, seorang remaja puteri yang gemar mencurahkan isi hatinya termasuk kesedihannya, dimanfaatkan oleh seorang pria yang “berkedok” baik membantu remaja tersebut keluar dari permasalahannya. Seiring waktu tumbuh perasaan nyaman dari remaja puteri tersebut, hingga akhirnya mereka memutuskan melakukan “kopi darat” atau pertemuan di dunia nyata. Pada akhirnya, hubungan itu berakhir pada pelecehan seksual, yang pastinya membawa kerugian besar bagi remaja puteri.

Laporan dari pihak Komnas HAM diperoleh lebih dari 100 orang anak hilang akibat menjalin pertemanan melalui Facebook dengan rata-rata korbannya adalah remaja putri (smpn2banyuasin.wordpress.com). Berikut ini beberapa kasus Facebook yang menimpa para remaja putri: 1. Marietta Nova Triana (14 tahun), siswi salah satu SMP Surabaya yang

bertempat tinggal di Sidoarjo, menghilang dari rumah tantenya di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan dan ditemukan bersama Ari, seorang pemuda yang dikenalnya melalui Facebook. Marietta telah mengalami pencabulan sebanyak tiga kali. (jabodetabek.tvone)

2. Kasus menghilangnya Stefani Abelina Tiur Napitulu (14 tahun) seorang siswi SMAN 22 Surabaya yang diduga pergi bersama teman yang dikenalnya dari Facebook, hingga akhirnya ditemukan di salah satu warnet di Jakarta dalam kondisi kehilangan handphone. (surabaya.detik.com)

(26)

dibawa lari kekasihnya bernama Airlangga (21), warga Ngawi, Jawa Timur yang dikenalnya melalui Facebook. Keduanya, dibekuk polisi di sebuah hotel di Cibitung, Kabupaten Bekasi, beberapa hari lalu. Tapi, pemuda pengangguran ini sempat menyetubuhi Asiyah sebanyak empat kali. (beritajatim.com)

4. Rohmatul Latifah Asyhari (16 tahun), remaja putri warga Desa Mojoduwur, Kecamatan Mojowarno, Jombang menghilang setelah mendapat ajakan bekerja oleh pria bernama Anis Asmara (41 tahun) yang dikenalnya dari Facebook. Latifah mengaku dilarikan di Jakarta dan Bali, bahkan ia telah menikah siri dengan pria tersebut. (beritajatim.com)

5. Empat pelajar remaja putri dikeluarkan dari SMA Negeri 4 Tanjungpinang Kepulauan Riau gara-gara ia menghina gurunya melalui Facebook. (metrobalikpapan.co.id).

6. Menghilangnya Rakhma Safitri (19 tahun), mahasiswi Akademi Kebidanan Bakti Asih Purwakarta dengan teman yang diduga dikenalnya melalui Facebook. (metrobalikpapan.co.id).

(27)

8. Dewi Fatimah (14 tahun) seorang siswi di SMP Tangerang selatan ditemukan tewas dibunuh oleh empat pria yang dikenalnya melalui Facebook. (www.detiknews.com)

Kasus-kasus yang marak dialami remaja melalui Facebook, ditengarai berawal dari self disclosure (keterbukaan diri) yang dilakukan oleh remaja tersebut. Keterbukaan diri (self-disclosure) remaja di facebook dapat berpotensi baik ataupun buruk seperti “dua sisi mata uang” yang ditimbulkan Facebook. Bedasarkan pendapat De Vito (2006:61-68), self-disclosure adalah suatu jenis komunikasi, yaitu pengungkapan informasi

tentang diri sendiri baik yang disembunyikan maupun yang tidak disembunyikan.

Keterbukaan diri (self-disclosure) seseorang dapat menentukan tahap hubungan interpersonal seseorang dengan individu lainnya. Tahap hubungan tersebut dapat dilihat dari tingkat keluasan (breadth) dan kedalaman (depth) topik pembicaraan. Ada individu yang terlalu membuka diri yang disebut dengan over disclosure, yaitu menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada siapapun. Sedangkan individu yang terlalu menutup dirinya kepada siapapun disebut under disclosure yakni jarang sekali membicarakan dirinya kepada orang lain.

Self disclosure sangat terkait dengan konsep diri (self concept)

(28)

tersebut. Sebaliknya bila konsep diri individu negatif, maka self disclosure dan dampak yang didapat dari individu tersebut cenderung negatif.

Rata-rata kasus melalui Facebook, mayoritas menjadikan remaja putri sebagai korbannya. Di sisi lain Facebook dapat dipilih sebagai jalur alternatif self disclosure yang paling banyak digemari oleh remaja putri. Kasus-kasus di atas telah membuktikan hal tersebut, terlebih lagi pertemanan dalam Facebook tersebut, diawali dengan self disclosure oleh remaja putri. Dari contoh di atas, menunjukkan di Surabaya telah terungkap dua kasus, jumlah yang paling tinggi jika dibandingkan kota-kota lain di Indonesia dengan kesamaan kasus tentang Facebook dengan keseluruhan korbannya adalah remaja putri.

Dalam penelitian ini, informan penelitian adalah remaja putri di Surabaya berusia 12 sampai 21 tahun yang memilik akun pribadi Facebook atau terdaftar sebagai Facebooker. Peneliti memilih fokus

penelitian fitur Facebook pada konten profil Facebooker yang terdiri atas wall (status) dan notes, konten tersebut terdiri atas pesan teks (tertulis).

Fitur-fitur sejenis itu memiliki prosentase sangat tinggi sebagai media komunikasi dan informasi remaja serta berpotensi sebagai saluran self disclosure remaja. Sesuai data dari Pew Internet and American Life Project Survey of Parents and Teens (2006) yang menyatakan dalam situs

(29)

Dari latar belakang permasalahan tersebut, akhirnya peneliti menggunakan judul “Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self disclosure Remaja Putri di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara Teoritis

(30)

1.4.2. Secara Praktis

(31)

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Self-disclosure

“Self disclosure is communication in which you reveal information about yourself, because self disclosure is a type of communication, it includes not only overt statements but also, for example,slips of the tongue and unconscious nonverbal signals.it varies from whispering a secret to a bestfriend to making a public confession on a television talkshow. ”

(“Self disclosure adalah komunikasi yang menyatakan pengakuan diri sendiri, karena self disclosure adalah jenis komunikasi yang tidak hanya menyertakan pernyataan tetapi juga terdapat maksud dari bahasa non-verbal, seperti halnya kita membuka rahasia kepada teman dekat kita dan melakukan pengakuan kepada publik pada acara talk show di televisi.”)

(Devito, 2006:103)

Menurut Johnson dalam supraktiknya (2002:14), pengungkapan diri adalah “mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut”. Sedangkan menurut De Vito (2006:62) pengungkapan diri adalah “jenis komunikasi antarpribadi yang melibatkan sedikitnya satu orang lain dimana individu mengungkapkan informasi yang rahasia tentang dirinya kepada orang lain.”

Menurut De Vito (2006:61-68), self disclosure adalah suatu jenis komunikasi, yaitu pengungkapan informasi tentang diri sendiri baik yang disembunyikan maupun yang tidak disembunyikan. Self disclosure sangat

(32)

penting dalam komunikasi terutama dalam konteks membina dan memelihara hubungan interpersonal. Self disclosure dapat membantu komunikasi menjadi efektif, menciptakan hubungan yang lebih bermakna dan juga bagi kesehatan untuk mengurangi stress.

Keterbukaan diri (self disclosure) seseorang dapat menentukan tahap hubungan interpersonal seseorang dengan individu lainnya. Tahap hubungan tersebut dapat dilihat dari tingkat keluasan (breadth) dan kedalaman (depth) topik pembicaraan. Ada individu yang terlalu membuka diri yang disebut dengan over disclosure, yaitu menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada siapapun. Sedangkan individu yang terlalu menutup dirinya kepada siapapun disebut under disclosure yaitu jarang sekali membicarakan dirinya kepada orang lain.

Menurut de vito (2006:72) topik yang sering dibicarakan dalam self disclosure adalah topik:

1. Tentang sikap

2. Tentang opini, baik mengenai politik maupun seks

3. Tentang orang-orang terdekat

4. Tentang seks, meliputi khayalan seks, pengalaman seks, dan lain-lain

5. Tentang kebiasaan

6. Keadaan fisik

(33)

8. Pengalaman hidup

9. Perasaan, meliputi perasaan bahagia maupun senang

Menurut De Vito (2006:63), “wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu mengungkapkan dirinya”

Dalam “Interpersonal Communication Book” dituliskan :

“One of the most important forms of interpersonal communication that you could engage in is talking about yourself, or selfdisclosure. Self-disclosure refers to your communicating information about yourself to another person.”

(“Satu bentuk terpenting dari komunikasi interpersonal dimana kita dapat melibatkan pembicaraan tentang diri kita sendiri, atau membuka diri. Self-disclosure mengacu pada mengkomunikasikan informasi kita tentang diri kita kepada orang lain”).

(De Vito, 2006 : 77)

(34)

Rakhmat menuliskan bahwa dengan membuka diri (melakukan self disclosure), konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep

diri sesuai pengalaman kita, maka kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung mengindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan atau konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window sebagai berikut:

DIRI YANG DIKETAHUI DIRI YANG TIDAK DIKETAHUI

Gambar 1. Johari Window II (Rakhmat, 2000:10)

Sebelah kiri jendela menunjukkan aspek diri yang kita ketahui, sebelah kanan adalah aspek diri yang tidak kita ketahui. Bila kedua jendela digabung menjadi jendela johari yang lengkap dengan masing-masing daerah yaitu: “terbuka” (open), “buta” (blind), “tersembunyi” (hidden), dan “tidak diketahui” (unknown).

KITA KETAHUI TIDAK KITA KETAHUI

PUBLIK TERBUKA (I) BUTA (II)

[image:34.595.122.518.609.702.2]

PRIVAT TERSEMBUNYI (III) TIDAK DIKENALI (IV)

(35)

Penjelasan dari gambar di atas adalah:

(36)

Self disclosure seringkali merupakan suatu usaha untuk

memasukkan otentisitas ke dalam hubungan sosial. Ada saatnya hubungan self disclosure lebih merupakan usaha untuk menekankan bagaimana kita

memainkan peranan kita daripada bagaimana orang lain mengharapkan kita memainkan peranan tersebut. Menggambarkan beberapa peranan self disclosure yang tepat, yaitu :

1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung.

2. Dilakukan oleh kedua belah pihak.

3. Disesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antara orang-orang yang terlibat.

5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit. (Tubbs & Moss, Dalam Devito 2006:18)

Ada orang yang terlalu membuka diri disebut sebagai over disclosure, yakni menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada

siapapun. Terdapat juga orang yang terlalu menutup diri atau under disclosure, yaitu jarang sekali membicarakan tentang dirinya kepada orang

(37)

Bagian awal dari penelitian ini dilakukan bahwa melalui self disclosure seorang individu akan lebih terbuka untuk menerima

pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain. Adapun keuntungan self-disclosure adalah:

1. Pengetahuan tentang diri, melalui self disclosure kita menemukan perspektif baru pada diri kita. Pemahaman yang lebih mendalam dari perilaku kita sendiri.

2. Kemampuan untuk mengatasi (keadaan), melalui self disclosure

akan ada peningkatan kemampuan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang kita hadapi.

3. Komunikasi yang efektif melalui self disclosure, kita dapat meningkatkan komunikasi yang efektif.

4. Hubungan yang lebih berarti melalui self disclosure membantu kita menerima hubungan yang lebih dekat dengan orang dimana kita melakukan self disclosure dengannya.

5. Kejiwaan yang sehat, melalui self disclosure kita secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari stress. (Devito, 1999:84)

(38)

a. Melalui self disclosure seseorang akan menciptakan mental yang sehat bagi dirinya.

b. Self disclosure dapat juga digunakan sebagai sarana untuk melepaskan emosi.

c. Dapat dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan.

d. Mendorong perkembangan hubungan.

Untuk melepaskan perasaan bersalah Disamping adanya keuntungan dengan melakukan self disclosure terhadap seseorang, terdapat pula kerugian yang dapat diperoleh seseorang dengan melakukan self disclosure. Kerugian-kerugiannya antara lain (Devito, 1999 : 85):

1. Kerugian secara personal.

2. Kerugian dalam hubungan.

3. Kerugian secara pekerjaan.

2.1.2. Definisi Peran

Berdasarkan segi bahasa, peran atau “Role” dalam kamus oxford dictionary ialah actor’s part, one task or function, yang berarti aktor, tugas

(39)

Peran menurut Beck, dkk dalam buku Anna B. Keliat, 1992 merupakan pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.

Dari definisi-definisi peran yang berlaku pada manusia di atas, turut berlaku pada media, khususnya media sosial online (Facebook). Hal itu berarti peran media sosial online (Facebook), yakni pola, sikap, perilaku, nilai, tujuan yang diharapkan dari media sosial online (Facebook) berdasarkan tugas, fungsi, ataupun posisinya di masyarakat.

2.1.3. Teori Motif Kebutuhan Manusia

Menurut Winkel dan Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), motif merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu :

1. Kekuatan (Intensitas)

(40)

2. Jenis

Manusia tergolong makhluk yang dihadapkan pada banyak keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu mmempengaruhi jenis motif yang timbul. Beberapa ahli memiliki kesimpulan tentang jenis motif yang saling melengkapi, antara lain :

a. Hirarki kebutuhan (need hierarchy)

Abraham Maslow mencetuskan teori motif tentang kebutuhan alamiah manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan tersebut menjadi inti kodrat manusia, baik kebutuhan fisiologis maupun psikologis.

Maslow membagi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa individu sejak lahir dalam lima tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi dalam hirarki kebutuhan (need hierarchy). Susunan dari tingkatan paling rendah sampai paling tinggi, yakni (Effendy, 2003 : 290) :

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (psysiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar, kuat, dan jelas adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, berteduh, oksigen, tidur, seks, dan sejenisnya.

(41)

Terdiri atas kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kebutuhan-kebutuhan rasa memiliki dan cinta (Love needs)

Pada umumnya, setiap orang mengharapkan hubungan yang penuh kasih sayang dengan orang lain, lebih khusus lagi kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki di tengah kelompoknya. Dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta sama pentingnya bagi individu.

4. Kebutuhan-kebutuhan penghargaan (esteem needs)

Maslow membagi kebutuhan akan penghargaan menjadi dua, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Penghargaan diri sendiri atau harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain, yaitu prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau keberhasilan dalam masyarakat, semua sifat dari bagaimana orang lain berpikir dan bereaksi terhadap seseorang.

5. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

(42)

aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan kemampuannya.

Individu tidak didorong oleh kelima kebutuhan pada saat yang sama. Setiap waktu, hanya akan muncul salah satu kebutuhan yang sangat penting, tergantung pemenuhan kebutuhan pada tingkat sebelumnya. Maslow mengingatkan agar kebutuhan-kebutuhan itu tidak dipandang secara kaku.

Selain kebutuhan di atas, Maslow menambahkan tingkat kedua dari kebutuhan-kebutuhan yang beroperasi sebagai tambahan dari tingkat pertama. Kebutuhan ini juga dibawa sejak lahir, yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan memahami. Kebutuhan untuk mengetahui lebih kuat dan harus dipuaskan sebelum timbul kebutuhan untuk memahami.

b. Kebutuhan individual (individual’s needs)

Lingkungan sosial (social environment) dapat menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorikan sebagai berikut (Effendy, 2003 : 294) :

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif)

(43)

dorongan untuk memahami dan menguasai lingkungan dan memuaskan dorongan keingintahuan.

2. Affective needs (kebutuhan afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.

3. Personal Integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status sosial individu.

4. Social Integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan)

Berkaitan dengan menghindar dari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

c. Motif penggunaan internet

(44)

(1) kegunaan interpersonal

(2) mengisi waktu luang

(3) pencarian informasi

(4) kemudahan/kenyamanan

(5) hiburan (Nabi dan Oliver, 2009:153)

2.1.4. Teori Determinisme Teknologi

Teori determinisme teknologi dicetuskan pertama kali oleh Marshall Mc Luhan dengan pernyatannya berupa “the medium is message” artinya bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi ialah bahwa media komunikasi mempengaruhi kebiasaan persepsi dan berpikir kita (Severin dan Tankard, 2005:536).

Mc Luhan menggolongkan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat periode:

a. The tribal age (era suku atau purba)

(45)

is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak

diandalkan dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.

b. The literate age (era literal/huruf)

Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada tulisan.

c. The print age (era cetak)

Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk berkomunikasi.

d. The electronic age (era elektronik).

(46)

era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, seketika itu juga.

Mc Luhan berpendapat, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi.

Teori determinisme teknologi menjelaskan bahwa teknologi media membentuk individu bagaimana cara berpikir dan berperilaku dalam masyarakat. Teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi lain. (Nurudin, 2003 : 174).

Bahkan Mc Luhan (Lister et al, 2003:75) menyatakan media telah menjadi “the extension of man” atau perpanjangan atas mata, telinga, dan sentuhan manusia yang menembus batasan waktu dan tempat.

Dalam teori ini Mc Luhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk melalui bagaimana cara kita berkomunikasi adapun tahapan-tahapannya adalah berikut ini:

1. Penemuan dalam bidang teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya.

2. Perubahan dalam jenis komunikasi akhirnya akan membentuk cara interaksi manusia yang baru.

3. Manusia membentuk peralatan untuk berkomunikasi dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk dan juga mempengaruhi kehidupan kita. (Nurudin, 2003:174)

(47)

terpisah akan berpindah menjadi sebuah “desa dunia” atau biasa yang disebut “global village”. (Severin dan Tankard, 2005:536)

2.1.5. Computer Mediated Communication (CMC)

Bentuk dari perkembangan teknologi komunikasi yang dewasa ini sering digunakan oleh khalayak ialah komunikasi dengan menggunakan perantaraan media komputer atau yang biasa disebut Computer Mediated Communication (CMC) yaitu ruang tanpa batas sebagai bentuk dari

interaksi manusia di antara dua atau lebih jaringan komputer. Saat komunikasi tradisional berpindah ke komunikasi yang terjadi dengan format media komputer, maka komunikasi tersebut juga menggunakan bentuk lain dari interaksi berbasis teks seperti penggunaan pesan teks. Penelitian pada (CMC) lebih difokusan pada dampak sosial dari perbedaan teknologi komunikasi dengan media komputer. Banyak studi yang telah ada melibatkan internet berbasis jaringan sosial yang didukung oleh software sosial. (Fidler, 2003:57)

Penggabungan teknologi telekomunikasi dan komputer menjadi komunikasi berbasis komputer yang memiliki konsekuensi tertentu seperti dinyatakan oleh D. Beckers dalam Raharjo (2002 : 95) :

(48)

computer mediated communication (CMC) is the first many-to-many medium. For example the telephone can only be used by two percent of time (one-to-one) and newspaper send information from one source to many (one-to-many). Last computer mediated communication (CMC) can be used both synchronies (for example for a telephone call the participants have to use the telephone at the same time) as a syncrhronous (for example a letter, that is written before hand and is read latter).

(Tetapi menggabungkan telekomunikasi dan komputer (CMC) mungkin memiliki konsekuensi yang besar dibandingkan dengan telepon dan televisi. Karena (CMC) memiliki karakteristik yang unik. Pertama: meringankan, menghasilkan, dan mendistribusikan data sebagai contoh: mekanisme pencarian data yang lebih mudah. Kedua: (CMC) tidak hanya terbatas pada teks, tetapi juga dapat mengirimkan gambar, suara, dan video. Ketiga: (CMC) adalah media pertama yang dapat mengirimkan pesan dari banyak orang kepada beberapa orang, sebagai contoh telepon hanya mengirimkan pesan dari satu orang ke satu orang yang lain , dan surat kabar mengirimkan informasi dari satu sumber kepada banyak orang. Terakhir: (CMC) dapat digunakan mensinkronisasi (sebagai contoh, pada panggilan telepon yang menelepon menggunakan telepon tersebut pada waktu yang sama) sebagai sebuah sinkronisasi (contohnya, surat ditulis dan dibaca nanti).

2.1.6. Remaja Putri

(49)

banyak aspek afektif, lebih kurang dari usia puberstas. Menurut Desmita dalam bukunya psikologi perkembangan remaja menyatakan bahwa batasan remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 12 sampai dengan 21 tahun dan belum menikah. (Desmita, 2005:190)

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah termasuk golongan anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Atau fase “topan dalam badai”. Pada fase ini, remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun perlu ditekan disini adalah fase perkembangan tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap anak-anak menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. (Soekanto, 2003:372)

Dalam tulisan Psikologi Perkembangan (Ahmadi Abu dan Munawar, 2005), menjelaskan pemahaman remaja sebagai berikut :

(50)

isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan). Istilah “entropy” ini sebetulnya dipinjam dari ilmu alam (fisika) dan ilmu komunikasi (khususnya teori komunikasi). Dalam ilmu alam “entropy” berarti keadaan tidak ada sistem yang tertentu dari suatu sumber energi sehingga sumber tersebut menjadi kehilangan energinya. Dalam ilmu komunikasi “entropy” berarti keadaan tidak ada pola tertentu dari rangsang-rangsang (stimulus) yang diterima seseorang, sehingga rangsang-rangsang tersebut menjadi kehilangan artinya. Entropy secara psikologik berarti isi kesadaran masih bertentangan, saling tidak berhuhungan sehingga saling mengurangi kapasitas kerjanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan bagi orang yang bersangkutan.”

Pernyataan di atas mencerminkan karakter remaja dengan ketidakjelasan batas-batas emosi yang tidak menentu dan terus menerus merasakan pertentangan sebagai bentuk kelabilan. Pada episentrum.com menyatakan potensi kelabilan remaja :

“remaja cenderung labil dan berlaku sesuai keinginan hatinya walaupun dapat merugikan orang lain. Ketidakstabilan emosi yang ada di diri remaja pada masa-masa ini membuat diri remaja merasa untuk mengenal, mengerti, memahami diri maupun orang lain. Konflik ini muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang terus meningkat dalam diri anak muda, bercampur dengan hal-hal yang berada di luar dirinya dan menjadi suatu keutuhan. Perasaan-perasaan yang dominan adalah ingin main-main, loncat-loncat, dan selalu membuat tingkah nakal.”

(51)

Sehingga remaja putri menyadari bahwa untuk diterima oleh lingkungan sosial pergaulannya, ia ingin dianggap anak gaul, stylish, modern, dan keren. Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa remaja, menyesuaikan diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas sehingga penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya terhadap perilaku kelompok.(Hurlock, 1992:220).

Ketertarikan remaja dalam hal asmara juga kuat. Kecenderungan kuat intensitas asmara (cinta) bagi remaja juga diperkuat dalam Psikologi Perkembangan (Ahmadi Abu & Munawar, 2005) :

“Pada masa ini pubertas seorang remaja tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam mencari dirinya, mencari pedoman hidup, mencoba segala sesuatu dengan semangat yang menyala – nyala. Tetapi ia sendiri belum memahami akan Hakikat dari sesuatu yang dicari atau ditemukannya itu. Masa ini disebut dengan masa strumund drang ( badai dan dorongan ).Pada kegiatan strumund drang anak puber mulai mengenal segala macam corak kehidupan masyarakat tetapi anak belum sempurna pengetahuannya untuk membedakan ataupun menyeleksinya. Dan hal ini banyak terjadi dalam percintaan remaja. Cinta menjadi salah satu persoalan remaja yang penting dan penuh misteri, karena di masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Tidak sedikit remaja yang kesulitan dalam menjalani tugas perkembangan ini. Kegagalan bercinta pada masa remaja sering mempengaruhi perkembangan kepribandiannya dan juga hari depannya jika remaja itu tidak bisa mengontrol emosinya.”

2.1.7. Pengertian Konsep Diri

(52)

ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu. (Mulyana, 2000:7)

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

(53)

gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai (Rakhmat, 2005 : 105) :

“Those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”

(Hal tentang persepsi fisik, sosial, dan psikologi dari diri kita yang didapatkan dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain). Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang terhadap orang lain. Jadi konsep diri meliputi apa yang seseorang pikirkan dan dirasakan terhadap orang lain.(Rakhmat, 2000 : 99-100)

Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.

(54)

menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri (Rakhmat, 2005 : 100-104):

a. Orang lain

Seorang filsuf eksistensialis, Gabriel Marcel (Rakhmat, 2005:100-101) mencoba menjawab misteri keberadaan, The Mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita,

“The fact is “That we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them.” (“Kenyatannya bahwa kita dapat memahami diri kita sendiri dengan memulai dari yang lain, atau orang lain, dan hanya dengan memulai dari mereka”).

(55)

b. Kelompok Rujukan (Reference Group)

Kelompok rujukan (reference group) merupakan kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Dengan merujuk pada kelompok ini, orang mengarahkan perilaku dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.

Rata-rata manusia memiliki “nubuat yang dipenuhi sendiri”, yakni kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. (Rakhmat, 2005:104)

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (Rakhmat, 2005:105) ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:

1. Orang yang peka pada kritik

Bagi orang ini, koreksi (kritik) seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

2. Orang yang responsif terhadap pujian

Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapt menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.

(56)

Orang ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain, sebaliknya ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun.

4. Orang yang merasa tidak disenangi orang lain

Ia merasa tidak diperhatikan, karena itu ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

5. Orang yang pesimis

Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Di sisi lain, D.E. Hamachek (Rakhmat, 2005:106) menyebutkan sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:

(57)

2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran

5. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

6. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. 7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima

penghargaan tanpa merasa bersalah.

8. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

9. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.

(58)

11. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain. (Brooks dan Emmert, 1976 : 56)

Dari penjelasan konsep diri di atas, dapat dipahami pengaruh konsep diri terhadap pola perilaku individu adalah (Rakhmat, 2005 : 107-109):

a. Membuka diri

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.

b. Percaya diri (self confidence)

(59)

mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam. Dalam pidato, ia berbicara terpatah-patah.

c. Selektivitas

Menurut Anita Taylor et al (1977:112), konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Singkatnya, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective attention).

2.1.8. Pemahaman Internet

Jaringan internet sukses dikembangkan dan dicoba pertama kali pada tahun 1969 oleh US. Departement of Defense dalam proyek ARPNet (Advance Research Project Network). Semenjak itu perkembangan internet berlangsung sangat pesat. Faktor pencetus menjamurnya pemakaian internet di seluruh belahan dunia adalah perkembangan World Wide Web (WWW) yang dirancang oleh tim Berners-Lee dan staf ahli dari laboratorium CERN (Conseil European Pour la Recherche Nuclaire) di Jenewa pada tahun 1991. (Raharjo,

(60)

Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006:135).

Internet dapat diartikan sebagai sekumpulan jaringan yang terdiri atas jutaan komputer yang dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan suatu aturan komunikasi jaringan komputer sama. Pada dasarnya internet merupakan jaringan komputer sangat besar yang terbentuk dari jaringan-jaringan kecil di seluruh dunia dan saling terhubung satu sama lain. (Raharjo, 2002:60)

Internet memiliki karakteristik unik dan mampu mengadakan interaktif luas. Internet mempunyai karakteristik interactivity menurut Rafaeli dalam Jaffe et’al (1995:3), internet berpotensi disebut “interpersonal mass medium” (media massa interpersonal). Faktor interpersonal ini membuat CMC memiliki kapabilitas sebagai media massa pertama yang bersifat “many-to- many”. Peranan internet sebagai media baru dengan keunggulan interaktif dan membangun hubungan secara personal, kelompok maupun massa.

(61)

komunikasi dan kolaborasi koneksi digunakan untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi jaringan yang ada dalam cyber communication. Sebagai contoh, aplikasi ini meliputi beberapa jenis

seperti dijelaskan oleh Kadir (2003:370), berikut ini: a. Surat elektronis.

b. Surat bersuara (voice mail). c. Forum diskusi.

d. Sistem percakapan tertulis (chat). e. Konferensi suara.

f. Konferensi video.

g. Sistem pertemuan elektronis.

Pada awalnya, internet memiliki misi sebagai saluran khusus untuk keperluan akademisi dan penyedia sarana bagi para peneliti dalam mengakses data dari sejumlah sumer daya perangkat keras komputer. Saat ini internet semakin berkembang menjadi media komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga cukup menyimpang dari misi awalnya.

(62)

Melalui internet, jarak, ruang, serta waktu bukan lagi menjadi penghalang untuk berkomunikasi sesuai pernyataan Harold Adam Raharjo (2002 : 97):

Introduction of new medium of communication sets in motion deep-routed changed in important societal institutions by influencing orientations about time and space. Writing more than a decade before “The medium is the message” became a part of popular culture.

(Memperkenalkan media baru komunikasi, yang merubah tatanan penting interaksi sosial dengan mempengaruhi orientasi mengenai ruang dan waktu. Tertulis beberapa dekade sebelumnya “media adalah pesan” menjadi bagian dari budaya yang populer).

2.1.9. Cyberspace

Cyberspace sebagai bentuk jaringan komunikasi dan interaksi berbasis komputer menawarkan realitas komunikasi virtual dengan komunitas tersendiri, yaitu komunitas virtual. Sesuai pernyataan Howard Rheingold (Raharjo, 2007:107):

Virtual community is social aggregation that emerge from the net when enough people carry on those public discussion long enough, with sufficient human feeling, to form webs of personal relationships in cyberspace.

(Komunitas virtual adalah kesatuan sosial yang muncul dari internet saat seseorang membawa diskusi publik cukup dengan perasaan manusia, untuk membentuk hubungan pribadi dari jaringan di dunia maya).

Dalam banyak hal, dunia online yang disebut William Gibson dengan cyberspace, mempunyai harapan, moral, dan budaya sendiri yang membedakannya dengan media lain. Karakteristik cyberspace tersebut ialah (Rogers, 1986:5):

(63)

Kemampuan sistem komunikasi baru untuk merespon kembali kepada pengguna.

2. Demassified

Media sosial online (cyberspace) bersifat massa dengan control sistem komunikasi pada produser pesan.

3. Asynchronous

Dalam pengertian mempunyai kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan pada waktu yang diinginkan oleh individu.

Pesatnya pertumbuhan teknologi komunikasi turut memberikan kontribusi besar dalam perkembangan komunikasi melalui cyberspace. Internet yang senantiasa memberikan inovasi dalam memberikan informasi maupun berkomunikasi sebagai fasilitas yang unggul, menyebabkan kenyamanan suatu pihak dalam membangun relasi secara online dengan pihak lain.

Devito (2004:248) menyatakan bahwa dalam MUDs (sebuah permainan online), 93,6% penggunanya bertujuan untuk mencari teman dan membangun hubungan yang romantis. Beberapa diantara mereka menggunakan internet sebagai sarana transaksi dan membangun relasi.

(64)

1. Relasi online aman dari serangan secara fisik

2. Kepribadian seseorang muncul terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan komunikasi tatap muka, yakni penampilan fisik seseorang yang terlihat lebih dahulu dan cukup mempengaruhi dalam memulai suatu hubungan.

3. Kemampuan membangun self disclosure yang baik menjadi lebih penting dibandingkan daya tarik fisik dalam membangun intimasi. 4. Relasi online juga berdasarkan prinsip kepercayaan, kejujuran, dan

komitmen seperti layaknya dalam komunikasi tatap muka.

5. Hubungan pertemanan dan romantis dalam relasi online menjadi lebih mudah bagi seseorang yang sangat pemalu.

6. Relasi online sangat menguntungkan bagi seseorang yang mempunyai kekurangan secara fisik dan terdapat pilihan untuk mengungkapkan kekurangannya tersebut atau tidak.

Menjalin relasi dengan cyberspace juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Ketidakmampuan melihat lawan bicara.

2. Ketidakmampuan mendengar suara lawan bicara.

(65)

2.1.10. Media Sosial Online

Media sosial online adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue (satu ke banyak audiens) ke social media dialogue (banyak audiens ke banyak audiens). Media sosial online

turut mendukung terciptanya demokratisasi informasi dan ilmu pengetahuan yang mengubah perilaku audiens dari yang sebelumnya pengonsumsi konten beralih ke pemroduksi konten. (media.kompasiana.com)

Jenis serta komposisi media sosial online di dunia virtual sangat beragam, antara lain jejaring sosial (Facebook, Friendster, Linkedln, dan sebagainya), microblogging platform (Twitter, Plurk, Koprol, dan lain-lain), jejaring berbagi foto serta video (Flickr, Youtube, dan sebagainya ), Podcast, Chat rooms, Message board, Forum, Mailing list, serta masih

banyak lainnya.

Media sosial online yang merupakan media komunikasi di internet memiliki 2 faktor, yakni: (Shedletskey dan Aitken, 2004:25):

1. Bahasa dan tulisan

(66)

membantu manusia untuk merekam, menjaga, dan mengirimkan ide-ide lalu menyebarkannya pada orang banyak.

2. Media visual

Seperti film dan televisi, internet suatu media yang berorientasi visual. Internet mengijinkan transmisi suatu informasi dari suatu sumber pada orang banyak.

Memahami komunikasi di media sosial online atau internet menempatkan orang-orang pada posisi untuk tampil pada dunia “nyata” bahwa memahami komunikasi di internet menambah kesadaran kita terhadap dunia. (Shedletskey dan Aitken, 2004:24)

(67)

2.1.11. Facebook sebagai Situs Jejaring Sosial

Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dapat

menggabungkan jaringan yang diorganisir oleh kota, tempat kerja, sekolah, dan daerah, serta saling berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain yang merujuk kepada suatu komunitas.

Facebook terletak pada kompleksitas dan simplisitas. Layanan

Facebook hadir dengan berbagai macam fitur yang dapat dikatakan komplit. Semua ada di Facebook, mulai dari sekadar update status, berbagi link, berbagi gambar, bebagi video, berkirim pesan, blogging (note), chatting. Selain itu, Facebook juga menyediakan fitur undangan (Invitation), cause, quiz, group, dan lain-lain. Facebook seolah-olah menawarkan konsep stop-visit” analogi dari konsep belanja “one-stop-shopping”. Facebook turut memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mencapai banyak motif yang dapat menunjang eksistensi Facebooker di dalamnya. Hal ini dinyatakan Ellison, Steinfeld, et al (2007) :

(68)

Selain itu, Facebook memiliki keunikan sebagai jejaring sosial yang lebih memudahkan menjalin hubungan pertemanan lama. Hal tersebut dinyatakankan juga oleh Boyd dan Ellison (2007) :

“Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata-mata media ini mampu membuat individu bertemu orang tak dikenal (strangers), namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah menjadi bagian dari perpanjangan jejaring sosial mere

Gambar

Gambar 2. Johari Window III (Rakhmat, 2000:107)
Tabel 1. Analisis isi Wall (status) Facebook Informan Penelitian
Tabel 2. Analisis isi Notes Facebook Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait