DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
JULIS FARIANINGSIH 0613010087/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Julis Farianingsih 0613010087/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 21 Mei 2010
Pembimbing Utama Tim penguji
Ketua
Dra.Ec.Sari Andayani,MAks Drs.Ec.H.E.Achsan. AK
Sekretaris
Dra.Ec.Sari Andayani,MAks Anggota
Dra.Erry Andhaniwati,MAks,Ak
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI
KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN
KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
yang diajukan :
JULIS FARIANINGSIH 0613010087/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Sari Andayani, MAKs Tanggal : ……….
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas menyusun skripsi dengan judul : “ Analisis
Rasio Camel (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) Dalam
Memprediksi Kesehatan Untuk Menilai Kemungkinan Kebangkrutan Bank
yang Go Publik di BEI.” Dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, Mp, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, MAks, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.
6. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.
7. Para Staff dan Karyawan PT. Bursa Efek Indonesia, yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang
dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini.
8. Buat Bapak Sugeng Amari dan Ibu Suharnanik yang tercinta, serta buat
saudaraku yang tersayang Sugianto, tiada kata yang bisa ananda ucapkan,
selain kata terima kasih yang sebanyak-banyaknya, karena merekalah yang
selama ini telah memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini
selesai.
9. Buat keluarga besarku yang tinggal di Jombang, Kediri, Surabaya, dan
Banyuwangi terima kasih atas bantuan kalian selama ini.
10.Buat Froggy Girls : estay, gek, vivi, tyas, nunik, inge, meonk, chubby, ayu.
Terima kasih atas pertemanan yang tulus dari kalian semua.
11.Buat adik-adik kosku : Lia, Oniy, yoan, Dina, Eka, Merry dan buat Risa
terima kasih atas pinjaman motornya, dan mau mengantar kemana-mana
pernah tergantikan.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas smua bantuan yang
telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu
pengetahuan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surabaya, Mei 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 6
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2.Landasan Teori ... 16
2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan ... 16
2.2.2.Perangkat Laporan Keuangan ... 18
2.2.2.1.Neraca ... 19
2.2.2.2.Laporan Laba Rugi ... 20
2.2.2.3.Laporan Perubahan Posisi Keuangan ... 25
2.2.2.4.Laporan Perubahan Modal ... 27
2.2.2.5.Laporan Arus Kas ... 29
2.2.3.Tujuan Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan ... 31
2.2.3.1.Tujuan Laporan Keuangan ... 31
2.2.3.2.Keterbatasan Laporan Keuangan ... 32
2.2.3.3.Penyajian Laporan Keuangan ... 33
2.2.3.4.Periode pelaporan ... 34
2.2.4.Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan ... 35
2.2.5.Analisis Rasio Keuangan ... 35
2.2.5.1.Pengertian Rasio Keuangan ... 35
2.2.5.2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 37
2.2.5.3.Penggunaan Rasio Keuangan ... 38
2.2.6.Kesehatan Bank (Rasio CAMEL) ... 40
2.2.7.Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ... 42
2.2.8.Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL ... 45
2.2.9.Kebangkrutan (ALTMAN) ... 47
2.2.10.Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 50
2.3.Kerangka Pikiran ... 55
2.4.Hipotesis ... 56
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 57
3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 60
3.2.1.Populasi ... 60
3.2.2.Sampel ... 62
3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 63
3.3.1.Jenis Data ... 63
3.3.2.Sumber Data ... 63
3.3.3.Metode Pengumpulan Data ... 63
3.4.Uji Normalitas ... 64
3.5.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 64
3.5.1. Teknik Analisis ... 64
3.5.2. Uji Hipotesis ... 66
3.5.2.1. Hipotesis Statistik ... 67
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Obyek Penelitian ... 68
4.1.1.Bank Arta Graha Internasional Tbk ... 68
4.1.3.Bank Internasional Indonesia Tbk ... 71
4.1.4.Bank Mandiri Tbk ... 73
4.1.5.Bank Mayapada Tbk ... 74
4.1.6.Bank Mega Tbk ... 75
4.1.7.Bank Niaga Tbk ... 76
4.1.8.Bank Nusantara Parayangan ... 77
4.1.9.Bank Permata ... 78
4.1.10.Bank Swadesi ... 79
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ... 81
4.2.1.Capital ... 81
4.2.2.Assets ... 82
4.2.3.Management ... 83
4.2.4.Earnings ... 84
4.2.5.Liquidity ... 85
4.3.Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 86
4.3.1.Uji Normalitas ... 86
4.3.2.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 87
4.3.2.1. Analisis Diskriminan ... 87
4.3.2.2. Uji Hipotesis ... 91
4.4.Pembahasan ... 94
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 95
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penetian dengan Tujuan dan Manfaat ... 96
4.4.4.Keterbatasan Penelitian ... 97
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ... 98
5.2.Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 1 : Kerangka Pikir ... 55
x
Tabel 2.1 : Contoh Bentuk Neraca Bank ... 20
Tabel 2.2 : Contoh Bentuk Laporan Laba Rugi ... 24
Tabel 2.3 : Contoh Laporan Posisi Keuangan... 27
Tabel 2.4 : Contoh Laporan Perubahan Modal ... 29
Tabel 2.5 : Contoh Laporan Arus Kas ... 30
Tabel 4.1 : Data Capital Adequacy Ratio... 81
Tabel 4.2 : Data Return on Risk Assets... 82
Tabel 4.3 : Data Net Profit Margin... 83
Tabel 4.4 : Data Return of Assets... 84
Tabel 4.5 : Data Loan to Deposit Ratio... 85
Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas ... 86
Tabel 4.7 : Tabel Test Of Equity Of group Mean ... 87
Tabel 4.8 : Tabel Canonical Diskriminant Function Coeficients ... 89
Tabel 4.9 : Tabel Eigenvalue ... 90
Tabel 4.10 : Tabel Standardized Canonical Discriminant Function Coeficients 91 Tabel 4.11 : Hasil Pengujian Hipotesis ... 92
ix
xi
Lampiran 1 : Tabulasi Data Capital
Lampiran 2 : Tabulasi Data Assets
Lampiran 3 : Tabulasi Data Management
Lampiran 4 : Tabulasi Data Earning
Lampiran 5 : Tabulasi Data Liquidity
Lampiran 6 : Tabulasi Data Kesehatan Bank
Lampiran 7 : Tabulasi Data Uji Normalitas “kolmogorov Smirnov.”
Lampiran 8 : Daftar Tabel Uji Diskriminan
ANALISIS RASIO CAMEL (CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI
KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
JULIS FARIANINGSIH
Abstrak
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5) Liquidity yang biasa disebut CAMEL. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris kegunaan Rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan
Liquidity) dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang Go Publik.di BEI
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 Bank yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2007. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia, Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Diskriminan dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa Capital, Assets, Earning, dan Liquidtty dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya, sedngkan untuk hipotesis yang menyatakan bahwa Management dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana
(surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit),
selain itu bank juga nerupakan lembaga yang berfungsi memperlancar aliran
lalu lintas pembayaran.
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) Bank,
masyarakat pengguna jasa Bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
Bank, dan pihak lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja Bank dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen
risiko (Pabbentengi, 2009 : 1).
Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang
semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang
dihadapi Bank. Perubahan eksposur risiko Bank dan penerapan manajemen
risiko akan mempengaruhi profil risiko Bank yang selanjutnya berakibat pada
kondisi Bank secara keseluruhan. Perkembangan metodologi penilaian
kondisi Bank senantiasa bersifat dinamis sehingga sistem penilaian tingkat
kesehatan Bank harus diatur kembali agar lebih mencerminkan kondisi Bank
Banyaknya sektor yang tergantung pada perbankan tersebut di
sebabkan oleh fungsi dan peranan perbankan. Oleh karena itu, organisasi
perbankan selalu di ikutsertakan dalam menentukan berbagai kebijakan di
bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek, dan lain-lainya.
Hal tersebut di sebabkan karena usaha pokok perbankan adalah memberikan
kredit dan kredit yang di berikan oleh perbankan tersebut mempunyai
pengaruh yang sangat luas dalam segala kehidupan, khususnya di bidang
ekonomi (Thomas,1999: 16).
Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak
pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah
terhadap dolar Amerika yang telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi
termasuk pada sektor perbankan. Krisis moneter yang terus menerus
mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak bank dilanda penyakit
yang sama. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam
kredit macet.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2009) menunjukkan bahwa
variasi antara kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress
dengan kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dapat
dijelaskan oleh variabel diskriminan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan
BR. Selanjutnya (Merkusiwati,2007) yang dalam penelitian tersebut juga
dapat membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan bermanfaat untuk
memprediksi kinerja perusahaan dan memprediksi pertumbuhan laba tahun
berikutnya.
Almillia (2005) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa rasio yang
dan tidak bermasalah perioda 2000 – 2002 adalah CAR, APB, NPL,
PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Sedangkan Sawitri (2002) dalam penelitiannya
menunjukan bahwa semua kriteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset
InfoBank masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran
kesehatan perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9% saja ketepatannya,
jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan
perusahaan asuransi jiwa.
Haryati (2001) yang dalam penelitiannya menunjukan bahwa 1) dari
empat rasio keuangan yang digunakan ternyata rasio ROA, Efisiensi, dan
LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di antara bank-bank dalam
kelompok kategori A, B, dan C, 2) Rasio Cadangan Penghapusan Kredit
terhadap kredit tidak mempunyai peerbedaan bermakna mengingat
pengukuran rasio ini untuk menilai kualitas asset dari bank kurang tepat
(tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana telah ditentukan oleh Bank
Indonesia), 3) Mengingat rasio ROA mempunyai perbedaan yang bermakna
antara bank-bank kategori A, B, dan C mempunyai pengaruh yang bermakna
pula terhadap kebangkrutan, maka meskipun hasil penelitian dari rasio
Efisiensi dan LDR tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap
kemungkinan kebangkrutan bank.
Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998
disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain:
a. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan
b. Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan
turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah,
c. Semakin turunnya permodalan bank-bank
d. Banyak bank-bank tidak mampu kewajibannya karena menurunnya nilai
tukar rupiah
e. Manajemen tidak profesional
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah
satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian
tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen
untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah,
dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan
keuangan akan membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci
serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai
potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.
Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik
pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai
kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan.
Untuk menilai kinerja keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek
penilaian yaitu 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5)
Liquidity yang biasa disebut CAMEL.
Pada penelitian ini Aspek Capital meliputi CAR, aspek Assets
meliputi RORA, aspek Management meliputi NPM, aspek Earning meliputi
ROA, dan ROE, sedangkan aspek Liquidity meliputi LDR. Empat dari lima
aspek tersebut masing-masing capital, assets, management, earning, liquidity
Dari fenomena di atas menunjukan bahwa rasio keuangan dapat
digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank.. Secara empiris tingkat
kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan model CAMEL dapat diuji sebagaimana yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti yaitu : (Thomson,1991) dalam (Wilopo,2001) yang menguji
manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di
USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit,
Whalen dan (Thomson,1988) dalam (Wilopo,2001) menemukan bahwa rasio
keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di
Indonesia (Surifah,1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam
memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian yang berkaitan dengan rasio camel dalam
memprediksi bank dengan judul : “ Analisis Rasio Camel (Capital, Assets,
Management, Earning, dan Liquidity) Dalam Memprediksi Kesehatan
Untuk Menilai Kemungkinan Kebangkrutan Bank yang Go Publik di
BEI.”
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
“Apakah Rasio Camel (capital, assets, management, earning, dan
liquidity) dapat memprediksi kesehatan untuk Menilai kebangkrutan bank
yang Go Publik.di BEI.?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui dan membuktikan apakah pengaruh Rasio Camel (capital,
assets, management, earning, dan liquidity) dapat digunakan dalam
memprediksi kesehatan untuk Menilai kebangkrutan bank yang Go
Publik.di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan,
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Bagi Peneliti
Memperluas pola pikir, wawasan dan pengetahuan tentang Rasio
CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) dalam
memprediksi kesehatan untuk menilai kemunkinan kebangkrutan bank
yang Go Publik.di BEI, serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan
2. Bagi Praktisi
Sebagai bahan peritimbangan untuk pembuatan kebijakan dalam
memprediksi kesehatan untuk menilai kebangkrutan bank dan
memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal.
3. Bagi Akademis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan hasil yang ditemukan
selama penelitian dan sebagai perbandingan bagi pembaca yang akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Penelitian Terdahulu
1. Dian (2009) penelitiannya berjudul” Rasio Camel Sebagai Alat Ukur
Tingkat Kesehatan Bank Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.” Dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
perbedaan tingkat kesehatan bank go public yang diukur dengan rasio
CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal serta untuk
mengetahui tingkat ketepatan rasio keuangan CAMEL dalam mengukur
tingkat kesehatan perbankan. Analisis yang digunakan adalah analisis
diskriminan. Rasio yang digunakan adalah CAR, RORA, NPM, ROA,
BOPO, dan BR. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Berdasarkan
output Eigenvalues menunjukkan bahwa besaran Canonical Correlation
sebesar 0,713 atau besaran Square Canonical Correlation (CR)2 sebesar
0,5084. Jadi dapat disimpulkan bahwa 50,84% variasi antara kelompok
perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan kelompok
perusahaan yang mengalami financial distress dapat dijelaskan oleh
variabel diskriminan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR. Nilai
Standardized Canonical Discriminant Function menunjukkan bahwa
besaran koefisien CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR
menunjukkan pentingnya variabel diskriminator secara relatif dan
distandardisasi, makin penting variabel tersebut terhadap variabel
lainnya. Variabel ROA merupakan variabel yang paling penting dalam
membedakan perusahaan yang tidak mengalami financial distress
dengan perusahaan yang mengalami financial distress. Hasil structure
matrix menunjukkan bahwa loading factor untuk variabel ROA, RORA,
NPM, BR, dan CAR berkisar antara +1 dan -1. Makin mendekati 1,
maka makin tinggi komunalitas antara variabel diskriminan dan fungsi
diskriminan. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel ROA paling mampu
membedakan antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress
dan perusahaan yang mengalami financial distress. Nilai Wilk’s Lambda
yang dihasilkan sebesar 0,492 (tabel 4.12) dengan tingkat signifikan
lebih kecil dari 5% yaitu sebesar 0,007 (sig 0,007) maka H0 ditolak dan
H1 diterima yang berarti fungsi diskriminan yang terbentuk telah
signifikan. Sehingga hipotesis penelitian “terdapat perbedaan rata-rata
yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank go public yang diukur
menurut rasio CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal”
teruji kebenarannya.
2. Kusumo (2008) penelitiannya berjudul”Analisis Kinerja Keuangan Bank
Syariah Mandiri Periode 2002-2007. (dengan Pendekatan PBI no.
9/1/PBI/2007).” Dalam penelitian ini peneliti hanya menilai kinerja dari
aspek keuangan yaitu Capital, Assets, Earning, Liquidity dan Sensitivity
Market Risk. Analisis datanya termasuk penelitian deskriptif kuantitatif
Aktiva Produksi (KAP), Rasio Rentabilitas (Earning), Rasio Liquidity
dan Rasio capital, assets, management, earning, dan liquidity. Hasil
peneltian tersebut adalah 1) Dilihat dari Rasio Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) mencerminkan bahwa BSM memiliki modal
yang sangat kuat, sehingga jika terjadi kerugian pihak bank dapat
menanggung kerugian tersebut dengan modal yang dimilikinya, 2)
Dilihat dari rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ini mencerminkan
bahwa BSM belum dapat mengelola aktiva produktif yang dimilikinya
dengan baik, 3) Dilihat dari rasio Net Operating Margin (NOM) ini
mencerminkan bahwa BSM merupakan bank syariah yang memiliki
tingkat profitabilitas sangat baik. 4) Rasio Short Term Mismatch (STM)
ini mencerminkan bahwa BSM dapat memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya tanpa mengganggu kebutuhan likuiditas bagi
nasabahnya, 5) Rasio Seneitivitas Terhadap Resiko Pasar (MR) ini
mencerminkan bahwa kemampuan BSM untuk mengkover resiko yang
muncul akibat dari perubahan nilai tukar sangat lemah dan penerapan
manajemen resiko pasar yang diterapkannya tidak efektif dan tidak
konsisten, 6) Dari keseluruhan rasio keuangan selama enam periode
pengamatan ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan BSM tergolong
baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi
perubahan kondisi perekonomian dan industry keuangan. Serta BSM
rencana pengembangan usaha dan pengendalian resiko apabila terjadi
perubahan yang signifikan pada industry perbankan.
3. Merkusiwati (2007) penelitiannya berjudul “Evaluasi Pengaruh Camel
Terhadap Kinerja Perusahaan. Dalam penelitian ini tujuannya untuk
mengetahui 1) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000
terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 – 2001, 2) Bagaimanakah
pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun
1998 ? 3) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 1999, 4) Bagaimanakah pengaruh CAMEL
tahun 1999 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2000, dan 5)
Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 2000 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 2001. Analisis yang digunakan adalah analisis
rasio Camel, analisis ini dilakukan dengan menggunakan ROA.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dibuktikan secara
empiris bahwa rasio keuangan bermanfaat untuk memprediksi kinerja
perusahaan dan memprediksi pertumbuhan laba tahun berikutnya. Proksi
kinerja dari penelitian ini diukur dengan besarnya return on asset (ROA).
Rasio keuangan yang digunakan dalam memprediksi ROA dalam
penelitian ini terbatas pada rasio CAMEL saja. Kesimpulan penelitian
tersebut adalah Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997--2000 berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998—2001, Capital, Asset
tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun
1998, Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
(CAMEL) pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On
Asset (ROA) tahun 1999, Capital, Asset Quality, Management, Earning,
dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1999 berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2000 dan Capital, Asset Quality,
Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak
berpengaruh signifikanterhadap Return On Asset (ROA) tahun2001.
4. Almilia (2005) penelitian mereka berjudul”Analisis Rasio Camelterhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 –
2002. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana peranan rasio
CAMEL dalam memprediksi kondisi bermasalah pada lembaga
perbankan perioda 2000-2002. Variabel yang diteliti adalah rasio
CAMEL sesuai dengan ketentuan bank Indonesia, yaitu CAR, ATTM,
APB, NPL, PPAP terhadap aktiva produktif, pemenuhan PPAP, ROA,
ROE, NIM, BOPO serta LDR. Sedangkan untuk analisisnya, yang
digunakan adalah analisis rasio camel yang terdiri atas 16 bank sehat, 2
bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami
kesulitan keuangan. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini
adalah CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif,
Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, rasio yang memiliki
perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan
PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Rasio CAR mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar. Rasio APB mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin
rendah rasio ini, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Rasio NPL mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio ini,
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.PPAPAP
mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan
pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio PPAPAP kemungkinan
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA mempunyai
pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya
negatif artinya semakin rendah rasio ROA kemungkinan bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. NIM mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya
semakin rendah rasio NIM maka kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. BOPO mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin
tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
5. Sawitri (2002) penelitiannya berjudul”Prediksi Tingkat Kesehatan
Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk Kemungkinan Kebangkrutannya
Dengan Rasio-Rasio Keuangan.” Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
apakah laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
kesehatan perusahaan asuransi jiwa termasuk kemungkinan
kebangkrutannya dengan rasio keuangan. Variabel yang diteliti adalah
liabilities to liquid assets, profitability rasio, technical reserve rasio,
surplus underwriting rasio, net written premium rasio, expense rasio,
investment yield, fixed assets to networth rasio. Sedangkan analisisnya
sendiri menggunakan analisis rasio CAMEL. Kesimpulan penelitian
tersebut adalah semua kriteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset InfoBank
masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran kesehatan
perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9% saja ketepatannya, jadi
masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan
perusahaan asuransi jiwa. Penelitian ini mempunyai beberapa
keterbatasan:
a. Periode pengamatan hanyalah satu tahun sehingga tidak
representatif untuk mengukur kesehatan perusahaan asuransi jiwa.
b. Variabel pengukuran kesehatan perusahaan asuransi masih belum
memasukkan factor-faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti
6. Haryati (2001) penelitiannya berjudul “analisis Kebangkrutan Bank.”
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah
terdapat perbedaan bermakna kinerja keuangan yang diukur dari rasio
cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, terhadap kredit ROA,
Efisiensi dan LDR antara bank kelompok kategori A, B, dan C, 2)
Apakah rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kemungkinan kebangkrutan bank-bank kelompok kategori A, B,
dan C. Sedangkan Variabel yang diteliti adalah rasio CAMEL dengan
menggunakan ROA, Efisiensi dan LDR. Analisis yang digunakan adalah
analisis Z score yang juga disebut sebagai analisis rasio camel, dilakukan
dengan cara menggabungkan 3 (tiga) rasio keuangan. Penggunaan rasio
keuangan yang mempunyai perbedaan signifikan dalam model logistic
Regression untuk menguji prediksi kebangkrutan bank-bank dalam
kelompok kategori bangkrut dan tidak bangkrut. Hasil penelitian tersebut
adalah 1) dari empat rasio keuangan yang digunakan ternyata rasio ROA,
Efisiensi, dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di antara
bank-bank dalam kelompok kategori A, B, dan C, 2) Rasio Cadangan
Penghapusan Kredit terhadap kredit tidak mempunyai peerbedaan
bermakna mengingat pengukuran rasio ini untuk menilai kualitas asset
dari bank kurang tepat (tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana
telah ditentukan oleh Bank Indonesia), 3) Mengingat rasio ROA
mempunyai perbedaan yang bermakna antara bank-bank kategori A, B,
maka meskipun hasil penelitian dari rasio Efisiensi dan LDR tidak
mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan
bank.
1.2. Landasan Teori
2.2.1. Pergertian laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan
keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui tentang
kesehatan keuangan dan prediksi kebangkrutan bank dapat dilakukan dengan
analisis rasio camel. Dalam melakukan analisis ini peran laporan keuangan
sangat penting. Pemahaman dan perhatian Bank yang tercatat di BEI
terhadap laporan keuangan harus selalu diutamakan kerana bank ini
memikul tanggung jawab terhadap dana dari masyarakat, yaitu dana yang
disetor pada Bank tersebut.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu usaha perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum
adalah sebagai berikut:
1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan
2) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari
pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
periode tertentu.
3) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.
4) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu
periode.
Menurut Munawir (2004 : 2), laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut Baridwan (2000 : 17) laporan keuangan merupakan
ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.
Agar pembaca laporan keuangan tadi memperoleh gambaran
memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun
harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim.
Sedangkan menurut SAK (2009 : 5) Laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) Asset;
(b) Laibilitas;
(c) Ekuitas;
(d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;dan
(f) Arus Kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
2.2.2. Perangkat Laporan Keuangan
Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok
yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, laporan perubahan modal, dan laporan aliran
kas. Dari kelima laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan
untuk analisis, yaitu laporan neraca, dan laporan laba rugi. Hal ini
disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya
akan dibahas mengenai masing-masing perangkat laporan keuangan
tersebut.
1.2.2.1. Neraca
Menurut Munawir (2004 : 13) neraca adalah laporan yang
sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada
suatu saat tertentu, jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat
dimana buku-buku ditutup ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal
atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut balance Sheet.
Munawir (2004 :13) menjelaskan neraca terdiri dari tiga bagian
utama yaitu:
1. aktiva terdiri atas aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap tak
berwujud termasuk aktiva lain-lain.
2. kewajiban terdiri atas kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
3. modal terdiri atas modal saham surplus dan laba ditahan.
Sedangkan bentuk neraca yang digunakan menurut Munawir (2004
:20) adalah sebagai berikut :
1. bentuk skontro (account form) dimana semua aktiva tercantum di
sebelah kiri atau debet dan hutang serta modal ada disebelah kanan atau
2. Bentuk vertikal (report form) dalam bentuk ini semua aktiva nampak di
bagian atas yang selanjutnya didikuti dengan hutang jangka panjang
serta modal.
3. Bentuk neraca yang ketiga adalah neraca yang disesuaikan dengan
kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki Nampak jelas.
Misalnya besarnya modal kerja netto (net working capital) atas jumlah
modal perusahaan.
Tabel 2.1
Contoh bentuk neraca bank Bank Asia
Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2004
AKTIVA PASIVA
AKTIVA LANCAR X PASIVA LANCAR
Kas X Rekening Giro X
giro pada bank Indonesia X Kewajiaban Segera Lain X
Antar Bank Aktiva X Tabungan X
Surat Berharga X Deposito X
Pinjaman Yang diberikan X Sertifikat deposito X
Penyertaan X Pinjaman yang Diterima X
Aktiva Tetap X Rupa-rupa Pasiva Lain X
Rupa-rupa Aktiva X Equitas X
Laba ditahan
Jumlah Aktiva X Jumlah Pasiva X
Sumber : Moh. Ramly Faud
2.2.2.2. Laporan Laba Rugi
Menurut PAPI (2008 : 167). Laporan laba rugi merupakan laporan
utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu
Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain (SAK, 2009 : 4).
Menurut Wild (2005 :25). Laporan laba rugi adalah lapoaran
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi
perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban,
untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu
Laba ditentukan dengan menggunakan dasar akrual (accrual basis)
dalam akuntansi. Dalam akuntansi akrual, pendapatan diakui pada saat
perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa, terlepas dari saat
diterimanya kas. Sedangakan beban dipadankan dengan pendapatan yang
diakui tersebut , terlepas dari saat pembayaran kas (Wild, 2005 : 25).
Laporan laba rugi memuat pendapatan dan beban yang dibedakan
antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan
operasional dan non operasional (PAPI, 2008 : 171).
Laporan perhitungan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis
tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh perusahaan selama
periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan
laporan laba rugi perusahaan, prinsip-prinsip yang umum diterapkan
menurut (Munawir, 2004 : 26) adalah sebagai berikut :
a) Bagian pertama, menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
diikuti dengan harga pokok dari barang atau servis yang dijual, sehingga
diperoleh harga pokok.
b)Bagian kedua, menunjukkan biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum dan administrasi cooperating expenses.
c) Bagian ketiga, menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar
usaha pokok perusahaan (non operating atau financial income dan
expenses).
d)Bagian keempat, menunjukkan laba rugi yang insidentil (extra ordinary
or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Menurut (Baridwan, 2000 : 18) laporan perhitungan laba rugi
adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya-biaya dari
suatu unit usaha tertentu dalam setiap periode.
Perhitungan laba rugi harus disusun sedemikian rupa agar dapat
memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan selama periode
tertentu. Sebagai pelengkap laporan rugi laba seyogyanya disusun laporan
laba ditahan. Cara penyajiannya dapat juga digabungkan dengan
perhitungan laba rugi sehingga dengan demikian dapat menunjukkan
sekaligus laba periode tertentu berikut modifikasi tahunan laba ditahan,
namun patut dipertahankan agar tetap dilakukan pemisahan antara beban
dan kredit pada laba ditahan.
Sedangkan menurut PAPI (2008 : 175).Laporan laba rugi disajikan
pendapatan dan beban berdasarkan karakteristik serta berdasarkan sumber
pendapatan dan beban, baik dari kegiatan operasional maupun non
operasional.
Sehubungan dengan hal ini (Baridwan, 2000 : 34)menjelaskan ada
dua format laba rugi yang dapat diterima secara umum, yaitu :
a. Single step formal, yaitu dalam bentuk ini tidak dilakukan
pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok
usaha dan di luar usaha.
b. Multiple step formal, adalah bentuk laporan rugi laba dimana dilakukan
beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu.
Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui
dalam satu periode (SAK, 2009 : 29) :
(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
(b) dalam bentuk dua laporan:
(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi
terpisah); dan
(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan
komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan
Tabel 2.2
Contoh Laporan Laba-Rugi
a. Laporan Laba Rugi Single Step System
Bank Asia
Perhitungan Laba Rugi
Per 31 Desember 2004
I. Pendapatan
1. Pendapatan Operasional
Pendapatan Non Operasional Xxx
Xxx
2. Biaya-biaya
Biaya umum dan Administrasi Xxx Biaya Penjualan Xxx Biaya Non Operasi
Laba sebelum Pajak Xxx
Sumber : Moh. Ramly Faud
b. Laporan Laba Rugi Multiple Step System
Bank Asia
Perhitungan Laba Rugi
Per 31 Desember 2004
1. Pendapatan
Pendapatan Operasional Xxx Pendapatan Non Operasional Xxx
2. Biaya-biaya
Biaya Umum dan Operasional Xxx Biaya Penjualan Xxx Biaya Non Operasi Xxx
Xxx
Laba Sebelum Pajak Xxx
2.2.2.3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Informasi perubahan posisi keuangan bank, antara lain (PAPI,
2008 : 11):
1) Perubahan kas dan setara kas
Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk menilai
kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta kebutuhan
bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas. Informasi ini
bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang berasal dari
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi perubahan kas dan
setara kas tergambar dalam laporan arus kas.
2) Perubahan ekuitas
Informasi perubahan ekuitas bank menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini bermanfaat untuk
mengetahui perubahan aset bersih yang berasal dari transaksi dengan
pemegang saham dan jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari
kegiatan bank selama periode yang bersangkutan. Informasi perubahan
Menurut Baridwan (2000 : 41) laporan perubahan posisi keuangan
berguna untuk :
(1) meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari
kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan
(2) melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi
keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
Laporan perubahan posisi keuangan dapat disusun berdasarkan
perubahan-perubahan kas atau ekuivalennya, atau dapat juga berdasarkan
perubahan-perubahan dalam modal kerja netto (net working capital) yaitu
aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. apabila dasarnya adalah
perubahan-perubahan dalam modal kerja netto, maka disebutkan sebagai all
financial resources concept. Walaupun laporan ini didasarkan pada
perubahan-perubahan dalam modal kerja netto, aktivitas pembelanjaan atau
investasi yang penting harus ditunjukkan, meskipun tidak mempengaruhi
modal kerja. Isi laporan perubahan posisi keuangan biasanya dipisahkan
menjadi dua bagian, yaitu menunjukkan sumber-sumber atau penggunaan
Tabel 2.3
Bank Asia
Laporan Perubahan Posisis Keuangan
Per 31 Desember 2004
LAPORAN PERUBAHAN POSISI KEUANGAN periode yang berakhir tanggal 31 Desember
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
kewajiban segera X
simpanan nasabah bukan bank X
pihak yang memiliki hubungan istimewa X
pihak ketiga X
simpanan dari bank lain X
simpanan ketiga X
hutang pajak X
surat berharga yang diterbitkan X
pinjaman yang diterima X
beban yang harus dibayar x
kewajiban lain-lain x
JUMLAH KEWAJIBAN x
EKUITAS
modal saham X
tambahan modal disetor X
selisih penilaian kembali X
selisih transaksi perubahan
ekuitas anak perusahaan X
saldo rugi X
JUMLAH EKUITAS x
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS x
Sumber : Moh. Ramly Faud
2.2.2.4. Laporan Perubahan Modal
Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada periode
akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab
Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya
ditunjukkan didalam laporan laba tidak dibagi (retained earning). Di dalam
laporan ini ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah dengan
laba seperti yang tercantum di dalam laporan perhitungan laba rugi dan
dikurangidengan deviden yang diumumkan selama periode yang
bersangkutan.
Karena laporan laba rugi dapat disusun dengan cara all inclusive
atau current operating performance, maka disusun laporan laba rugi tidak
dibagi juga kan berbeda, tergantung pada laporan perhitungan laba rugi.
Menurut Badriwan (2000 : 39) apabila laporan perhitungan laba
rugi disusun dengan cara all inclusive maka di dalam laporan laba tidak
dibagi hanya menunjukkan :
a. Saldo awal tidak dibagi awal periode
b. Ditambah laba neto dan elemen-elemen luar biasa
c. Ditambah atau dikurangi koreksi kesalahan
d. Dikurangi deviden yang diumumkan
Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara current
operating performance maka elemen-elemen luar biasa akan Nampak dalam
Tabel 2.4
Bank Asia
Laporan Perubahan Modal
Per 31 Desember 2004
Kas X
investasi jangka pendek X
giro pada Bank Indonesia X giro padaBank lain-lain X penyisihan kerugian X
utang pajak X
utang biaya X
Jumlah X
kenaikan (berkurangnya) modal X Sumber : Moh. Ramly Faud
2.2.2.5. Laporan Arus Kas
Menurut SAK (2009 : 37) Informasi arus kas memberikan dasar
bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan
arus kas tersebut.
Seperti yang telah disebutkan dimuka, FASB dalam Statement
Nomor 95 tahun 1988 meminta dibuatnya laporan arus kas sebagai
pengganti laporan perubahan posisi keuangn. PAI 1984 masih tetap meminta
dibuatnya laporan perubahan posisi keuangan. Untuk membantu kas seperti
dalam SFAS 95.
Menurut Baridwan (2000 : 43) tujuan utama laporan aliran kas
adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode. Untuk mencapai
yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi,
pembelanjaan (financing), dan kegiatan usaha.
Tabel 2.5
Bank Asia
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 2004
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan bunga dan komisi xxx Pembayaran bunga xxx Pembayaran pihutang yang telah dihapus xxx Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok xxx Laba operasi sebelum perubahan dalam aktiva operasi xxx
(Kenaikan) Penurunan dalam Aktiva Operasi :
Dana jangka pendek xxx Deposito untuk tujuan pengendalian moneter Xxx Dana uang muka untuk langganan Xxx Kenaikan bersih dalam piutang kartu kredit Xxx Surat berharga jangka pendek yang diperjual belikan Xxx
Kenaikan (penurunan) dalam Hutang Operasi :
Deposito dari pelanggan Xxx Sertifikat deposito yang diperjual belikan Xxx Kas bersih dari aktivitas operasi sebelum pajak penghasilan Xxx Pajak penghasilan Xxx Arus kas bersih dari aktivitas operasi Xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Pelepasan anak perusahaan Y Xxx Dividen yang diterima Xxx Bunga yang diterima Xxx Hasil penjualan surat berharga yang tidak diperjual belikan Xxx Pembelian surat berharga yang tidak diperjual belikan Xxx Pembelian tanah, bangunan dan peralatan Xxx Arus kas bersih yang dipergunakan dalam aktivitas investasi Xxx
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerbitan modal pinjaman Xxx Penerbitan saham prioritas oleh anak perusahaan Xxx Pembayaran kembali pinjaman jangka panjang Xxx Penurunan bersih pinjaman lain Xxx Pembayaran dividen Xxx Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Xxx Pengaruh perubahan kurs valuta kas dan setara kas Xxx
Kenaikan bersih kas dan setara kas Xxx
Kas dan setara kas pada awal periode Xxx
Kas dan setara kas pada akhir periode Xxx
Sumber : Moh. Ramly Faud
Untuk menyusun laporan aliran kas, perusahaan dapat menggunkan
metode langsung atau tidak langsung. FASB mendorong digunakannya
Selain menggunakan cara langsung, laporan aliran kas dapat juga
disusun dengan menggunakan cara tidak langsung. Dalam cara ini laporan
aliran kas disusun dalam tiga kelompok seperti diatas, untuk kelompok kas
dari kegiatan usaha, bentuknya sama seperti rekonsiliasi di atas, kemudian
didikuti dua kelompok lainnya yang isi dan bentuknya sama seperti contoh
yang disusun dengan menggunakan cara langsung. Dengan demikian, cara
langsung untuk menyusun laporan aliran kas dpat menyajikan informasi
yang lebih lengkap dibandingkan cara tidak langsung.
2.2.3. Tujuan Sifat Dan Keterbatasan Laporan Keuangan
2.2.3.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PAPI (2008 : 5). Tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan,kinerja, perubahan ekuitas,
arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Menurut SAK (2009 : 5). Tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.Pembahasan mengenai tujuan
laporan keuangan, umumnya menganggap bahwa laporan keuangan
saham. Jadi tujuan laporan keuangan, umumnya menyajikan informasi
mengenai transaksi dan sumber-sumber dari perusahaan yang relevan.
Misalnya data-data yang konkrit, juga kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Guna bahan pengambilan keputusan ekonomis oleh berbagai pihak yang
berkepentingan. Meskipun banyak konsep tujuan laporan keuangan yang
lainnya, namun pada prinsipnya memberikan gambaran yang sama.
Pembahasan mengenai tujuan laporan keuangan, umumnya
menganggap bahwa laporan keuangan dipersiapkan untuk para pemakai
yang tidak kenal atau calon pemegang saham. Jadi tujuan laporan keuangan,
umumnya menyajikan informasi mengenai transaksi dan sumber-sumber
dari perusahaan yang relevan. Misalnya data-data yang konkrit, juga kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Guna bahan pengambilan keputusan ekonomis
oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
2.2.3.2. Keterbatasan Laporan Keuangan
Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata
didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini
disebabkan laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain (PAPI 2008
: 12):
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah
lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak
tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan
keuangan saja.
3. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
4. Hanya melaporkan informasi yang material.
5. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila terdapat
beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos,
maka dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang
paling kecil.
6. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristi wa sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya
(formalitas).
7. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis
dan tingkat kesuksesan antar-bank.
2.2.3.3. Penyajian Laporan Keuangan
Menurut SAK (2009 : 7). Laporan keuangan menyajikan secara
wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas.
Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari
transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria
pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam
SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas disertai
pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(PAPI, 2008 : 6)
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
antar-periode harus konsisten, kecuali :
1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perbankan; atau
2) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
diubah, maka penyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi untuk
memastikan daya banding, sifat, dan jumlah. Selain itu alasan reklasifikasi
juga harus diungkapkan. Dalam hal reklasifikasi dianggap tidak praktis
maka cukup diungkapkan alasannya (PAPI, 2008 : 8).
2.2.3.4.Periode pelaporan
Menurut PAPI (2008 : 9). Laporan keuangan wajib disajikan secara
tahunan berdasarkan tahun takwim. Dalam hal bank baru berdiri, laporan
keuangan dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun
dua laporan yaitu dengan menggunakan periode tahun takwim dan periode
efektif, dengan mencantumkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan.
b. Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan tidak dapat diperbandingkan.
2.2.4. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
antara lain: pemilik bank, nasabah pemakai dana, nasabah pemasok dana,
karyawan, masyarakat, pemerintah, perpajakan, bank lain.
Masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda antara
pihak yang satu dengan pihak lainnya, bahkan tidak jarang perbedaan dalam
hal ini yang menjadikan tantangan bagi manajer untuk dapat menghadapinya
dan mengambil keputusan yang tepat bagi kepentingan semua pihak.
2.2.5. Analisis Rasio Keuangan
2.2.5.1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk
mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke
periode berikutnya.
Analisa laporan keuangan adalah analisis yang menghubungkan
perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya
yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta perkiraan
terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisa rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor
dan kreditor serta dapat melihat ke dalam tentang bagaimana
langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memperoleh dana (Zaki, 2000 : 17).
Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan
harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi
lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara
membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga
diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula
dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam
industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan
suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau
yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan
adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan
hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali,
karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
2.2.5.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004 : 36) teknis analisis yang biasanya
digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. analisis Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih.
2. Trend Percentage Analysis, yaitu suatu metode atau teknik analisis
untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah
menunjukkan tendensi tetap, naik atau turun.
3. Common Size Statement, yaitu sutu metode analisis untuk mengetahui
prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam
periode tertentu.
5. Cash Flow Statement Analysis, yaitu suatu analisis untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui
6. Analisis Rasio, yaitu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Gross Profit Analysis, yaitu suatu analisis untuk mengetahui
sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode yang lain
atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tertentu.
8. Analisis Break-Even, yaitu suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak memderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Selain itu, analisis break-even juga dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat keuntungan atau kerugian pada tingkat
penjualan.
2.2.5.3. Penggunaan Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak
sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Namun
demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi
dua kelompok (Munawir, 2004 : 68), yaitu :
a. Penggolonagn berdasarkan sumber data
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio)
yaitu rasio-rasio yang disususun dari data yang bersumber atau
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio)
Yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua
datanya diambil dari laporan laba rugi, misalnya gross profit
margin, net operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya.
3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio)
yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca
dan data yang berasal dari laporan laba rugi. Misalnya tingkat
perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran
piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to
fixed assets.
b. Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis
1. Rasio–rasio untuk menilai likuiditas (short-term liquidity rations),
misalnya current ratio, acid test ratio, account receivable turnover,
inventory turnover dan lain sebagainya.
2. Rasio-rasio untuk menilai struktur modal dan solvabilitas (capital
structure and long-term solvency rations), missal rasio antara
modal sendiri dengan total hutang, rasio antara modal sendiri
dengan hutang jangka panjang, rasio antara Modal Sendiri dengan
Aktiva Tetap dan sebagainya.
3. Return on Investment Rations, missal return on total assets
(rentabilitas usaha) dan rentabilitas modal sendiri (return on equity
4. Rasio untuk menilai hasil operasi (operating performance rations),
antara lain gross margin ratio, net profit ratio dan sebagainya.
5. Rasio-rasio untuk menilai penggunaan aktiva (assets utilization
rations), yaitu rasio-rasio (perimbangan) antara penjualan dengan :
kas, persediaan, modal kerja, aktiva tetap, dan aktiva lain-lainnya.
2.2.6. Kesehatan Bank (Rasio CAMEL)
Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau
perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu bank.
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai
metode, penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank
dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.
Pada tahun 1966. Beaver melaporkan sebuah studi yang
membandingkan masing-masing rasio perusahaan bangkrut dengan
perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya terhadap kondisi sepuluh
tahun sebelum kebangkrutan. Beaver menggunkan pendekatan univariate
dimana kemampuan memprediksi kegagalan perusahaan dengan rasio-rasio
yang dianalisa satu per satu.
Penelitian lanjutan yang memanfaatkan analisa rasio keuangan
dalam memprediksi kegagalan perusahaan dilaporkan oleh Altman pada
dengan lima jenis rasio keuangan. Sampel yang digunakan 66 perusahaan
yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan
yang tidak bangkrut. Formula Altman yang populer disebut Z-score adalah:
Z = 0.012 X1 + 0.014 X2 + 0.033 X3 + 0.006 X4 + 0.999 X5
dimana: X1 : Working Capital /Total Assets; X2 : Retained Earning/Total
Assets; X3 : Earning before Interest and Taxes/Total Assets; X4 : Market
Value Equity/Book Value of Total Debt; X5 : Sales/Total Assets dan Z :
Overall Index. Semakin mendekati saat pailit tingkat akurasi prediksi
semakin tinggi.
Thomson (1991) dalam Wilopo (2001) yang menguji manfaat rasio
keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun
1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit, Whalen dan
Thomson (1988) dalam Wilopo (2001) menemukan bahwa rasio keuangan
CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia
Surifah (1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi
kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.
Penelitian di Indonesia yang menggunkan rasio keuangan.
Diantaranya adalah riset Machfoedz (1994) bertujuan menguji manfaat rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa
mendatang. Metode yang digunakan untuk memilih rasio keuangan adalah
prosedur MAXR. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan yang
digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu
mempunyai komponen rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila
rasio keuangan tersebut akan digunkan untuk memprediksi laba masa
mendatang.
2.2.7.Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camel
Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari
berbagai aspek. Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut
dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat,
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina bank-bank dapat
memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik
atau bahkan dihentikan operasinya.
Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Seperti yang tertera dalam Undang-Undang RI No 7 tahun 1992
tentang perbankan pasal 29, yang isinya adalah:
1) Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
2) Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank.
3) Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan
bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank
merupakan
Dalam Kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999),
CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan lembaga keuangan. CAMEL merupakan tolak ukur objek
pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Sesuai dengan
kepanjangannya, CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: (1) modal, (2)
aktiva (3) manajemen (4) pendapatan, dan (5) likuiditas. Surat edaran Bank
Indonesia No.6/ 23 /DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004, menyebutkan:
Aspek yang dinilai melalui rasio Camel adalah:
1. aspek permodalan (capital)
Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai
permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada
CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan
antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
2. aspek kualitas aktiva produktif (asset )
Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan