• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR (GRAND DESIGN) DAN TATALAKSANA Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP DASAR (GRAND DESIGN) DAN TATALAKSANA Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR (GRAND DESIGN) DAN TATALAKSANA

Peningkatan Kompetensi SDM

Bidang Penataan Ruang

(2)

PENGARAH:

Ir. Imam S. Ernawi, MCM, MSc. Dr. Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng.

PENYUSUN:

DR. Ir. Nana Rukmana D. Wirapradja, MA Dr. Ir. Doni Janarto W, M.Eng.Sc Ir. Made Bagus Budiharjo, MA

NARASUMBER:

Ir. Iman Soedradjat, MPM Ir. Joessair Lubis, CES Dra. Lina Marlia, CES Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT Ir. Rido Matari Ichwan, MCP

TATA LETAK DAN DESAIN GRAFIS:

Catri Citraningtias, ST KONSEP DASAR (GRAND DESIGN)

DAN TATALAKSANA

PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

©Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa ijin tertulis dari penerbit

(3)

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum saat ini tengah menghadapi tantangan terkait dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan penataan ruang sesuai amanat UU No. 26 tahun 2007. Penataan ruang dalam proses perjalanannya seringkali mengalami dinamika yang berlangsung secara terus menerus sehingga perlu disikapi dengan mengembangkan manajemen organisasi yang lebih efektif, efisien, sekaligus dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu, sejalan dengan hakikat reformasi birokrasi untuk melakukan pembaharuan dan perubahan dasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, maka di samping kedua hal tersebut, perlu dikembangkan tata laksana dalam penyelenggaraan kegiatan penataan ruang. Buku yang ada di hadapan para pembaca merupakan salah satu bagian kecil dalam rangka memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan kompetensi sumber daya manusia di bidang penataan ruang serta tata laksana dalam penyelenggaraan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Upaya peningkatan kompetensi ini sangat penting untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap pegawai Ditjen Penataan Ruang serta dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kapasitas pegawai agar mampu menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Pada prinsipnya pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu mekanisme rekrutmen, mekanisme pendidikan dan pelatihan (diklat), serta mekanisme penataan jenjang karir pegawai. Mekanisme rekrutmen bertujuan untuk memperoleh pegawai-pegawai baru sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang diperlukan sesuai amanat UU No. 26 tahun 2007 serta untuk mengisi kekurangan atau mengganti kehilangan berbagai keahlian yang melekat pada pegawai yang memasuki masa purnabhakti (pensiun) ataupun karena mutasi dan sebab lainnya.

Mekanisme pendidikan dan pelatihan (diklat) dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan pegawai khususnya dalam hal penyusunan rencana tata ruang, program pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Diklat yang telah dan akan dikembangkan di lingkungan Ditjen Penataan Ruang mencakup Diklat Teknis bidang Penataan Ruang, Diklat Fungsional bidang Penataan Ruang, dan Kursus Kepemimpinan

Teknik Bidang Penataan Ruang (Suspimtek).

Adapun mekanisme penataan jenjang karir pegawai terdiri dari proses rotasi, mutasi, dan promosi. Mekanisme ini bertujuan untuk mengoptimalkan

(4)

SAMBUTAN DIRJEN

pegawai. Keseluruhan aspek tersebut secara garis besar dipaparkan dalam buku ini yang dikemas dalam dua bagian besar yakni konsep dasar (Grand Design) dan tata laksana peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang penataan ruang.

Kami berharap kiranya buku ini dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak, khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam upaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bidang penataan ruang baik di tingkat pusat maupun di daerah provinsi, kota, dan kabupaten. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan bagi kita semua dalam upaya merealisasikan berbagai perubahan sebagaimana diamanatkan dalam prinsip -prinsip reformasi birokrasi.

Jakarta, Maret 2011 Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum

(5)

1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 15 16 19 21 24 BAGIAN PERTAMA: KONSEP DASAR

1. Latar Belakang

2. Tantangan

3. Profil SDM DJPR

Komposisi Pegawai Secara Umum Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia

Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan 4. Profil Organisasi DJPR

5. 7 Pilar Kebijakan Manajemen Organisasi

6. Kondisi Ideal Kompetensi SDM

Kisi-Kisi Bakuan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang Postur Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

Sistem Pengembangan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang Peta Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS Bidang Penataan Ruang

7. Konsep Integrasi Peningkatan Kompetensi SDM

8. Konsep Dasar Peningkatan Kompetensi SDM

9. Konsep Dasar Penataan Jenjang Karir

DAFTAR ISI

(6)

27 29 30 30 31 32 33 34 35 36 37 37 37 38 38 39 40 41 42 42 43 44 45 BAGIAN KEDUA: TATALAKSANA PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

1. Langkah-Langkah Kegiatan

2. Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

3. Identifikasi Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi

Analisis Kinerja Organisasi Analisis Kinerja Individu

Menyusun Daftar Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi

4. Penetapan Daftar KAPK Pegawai Direktorat Jenderal Penataan Ruang

5. Penyusunan Usulan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah

6. Penyusunan Usulan Program Tahunan Diklat Teknis Penataan Ruang

7. Penyusunan Kurikulum/Silabus Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang 8. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan

Penyiapan SK

Pembuatan Buku Panduan

Pendaftaran dan Pemanggilan Peserta Penyiapan Bahan Serahan

Pengangkatan Tenaga Instruktur

9. Pelaksanaan Pelatihan Teknis Penataan Ruang

10. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang 11. Evaluasi Purna Diklat Teknis Penataan Ruang

Penyusunan Program Evaluasi Purna DIklat Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat

12. Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

DAFTAR ISI

(7)

57 58 59 60 BAGIAN KETIGA: TATALAKSANA PELATIHAN DASAR PERENCANAAN TATA RUANG

1. Pengantar

2. Metoda Pelatihan

3. Pendekatan dan Lingkup Materi

4. Langkah-Langkah Pemaparan Materi Pelatihan

DAFTAR ISI

(8)
(9)

BAGIAN PERTAMA

KONSEP DASAR

1. Latar belakang 2. Tantangan 3. Profil SDM DJPR 4. Profil Organisasi DJPR 5. 7 Pilar Kebijakan Manajemen Organisasi

6. Kondisi Ideal Kompetensi SDM 7. Konsep Integrasi Peningkatan Kompetensi SDM 8. Konsep Dasar Peningkatan Kompetensi SDM 9. Konsep Dasar Penataan Jenjang Karir

(10)
(11)

LATAR BELAKANG

Peringkatan kompetensi SDM sangat diperlukan dalam penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan kota.

Agar peningkatan kompetensi SDM mencapai sasaran yang diharapkan, maka perlu dirumuskan konsep dasar (Grand Desain) pengembangan SDM

Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang penataan ruang sangat diperlukan mengingat isu-isu terkait penyelenggaraan penataan ruang terus mengalami perkembangan dan bersifat kompleks. Isu-isu dimaksud antara lain sebagai berikut:

• Rencana tata ruang belum sepenuhnya dijadikan acuan bagi pembangunan nasional dan pengembangan wilayah, padahal UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah mengamanatkan bahwa pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana tata ruang yang dihasilkan. Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

• Rencana tata ruang belum sepenuhnya dijadikan upaya preventif dalam proses pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, padahal isu terkait lingkungan ini sangat penting demi menunjang keberlanjutan kehidupan di masa depan.

• Tumpang tindih kewenangan pemerintahan kerap kali terjadi akibat pengaruh kondisi SDM aparatur pemerintah di berbagai level.

• Lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalian penyelenggaraan penataan ruang, khususnya di dalam penanganan konflik kepentingan sehingga kerapkali terjadi pelanggaran dan penyimpangan pemanfaatan ruang.

• Rendahnya kualitas dan kapasitas SDM penyelenggara penataan ruang berdampak pada terhambat atau terganggunya proses penyelenggaraan penataan ruang.

(12)

TANTANGAN

dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang

1. Belum terselesaikannya peraturan-peraturan daerah (Perda) terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

2. Belum terselesaikannya peraturan, standard, pedoman, dan kriteria di bidang penataan ruang sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3. Tingginya tingkat urbanisasi yang

mengakibatkan dinamika pertumbuhan kota dan wilayah yang sangat fluktuatif

4. Penyelenggaraan pembangunan/

pengembangan wilayah belum sepenuhnya mengacu pada RTRW setempat sehingga banyak terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang

5. Masih kuatnya ego sektoral sehingga memicu konflik di dalam penyelenggaraan penataan ruang

6. Lemahnya peran masyarakat dan

stakeholder lainnya dalam penyelenggaraan

7. Luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari ruang daratan, lautan, dan udara

8. Peletakan dan penguatan sektor pertanian sebagai basis pembangunan utama 9. Perencanaan wilayah harus dilaksanakan

secara terpadu untuk menghindari terjadinya kesenjangan dan ketimpangan antar daerah

10. Efisiensi dalam konteks skala ekonomi (economic of scale)

11. Gelombang globalisasi yang semakin kuat 12. Kesenjangan dan ketimpangan wilayah Dunia penataan ruang telah menghadapi perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai bidang. Perubahan-perubahan tersebut seringkali menjadi tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang perlu dicermati dengan baik agar dapat dilakukan berbagai upaya tindakan yang tepat. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:

(13)

PROFIL SDM DJPR

Tahun 2010

Unit Kerja PNS CPNS PHP PTT Jumlah

Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang 86 29 2 4 121

Direktorat Penataan Ruang Nasional 78 12 1 9 100

Direktorat Penataan Ruang Wilayah I 66 16 - 4 86

Direktorat Penataan Ruang Wilayah II 47 10 1 3 61

Direktorat Penataan Ruang Wilayah III 94 51 - 8 153

Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV 53 10 - - 63

Grand Total 424 128 4 28 584 29 86 12 78 16 66 10 47 51 94 10 53

Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Direktorat Penataan Ruang Nasional

Direktorat Penataan Ruang Wilayah I

Direktorat Penataan Ruang Wilayah II

Direktorat Penataan Ruang Wilayah III

Gambar 1 Grafik Komposisi Pegawai Direktorat Jenderal Penataan Ruang

K

OMPOSISI PEG

A

W

A

I SEC

A

RA UMUM

Status pegawai di Direktorat Jenderal Penataan Ruang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Pegawai Harian Proyek (PHP), dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan rincian komposisi pegawai seperti tertera pada tabel 1.

Komposisi pegawai yang berstatus CPNS dan PNS dapat dilihat pada grafik di bawah, yaitu sebanyak 115 orang ditempatkan di Sekretariat Direktorat Jenderal, 90 orang di Direktorat Penataan Ruang Nasional, 82 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah I, 57 di Direktorat Penataan Ruang Wilayah II, 145 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah III, dan 63 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV.

Tabel 1

Rincian Komposisi Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang

(14)

K

O

MPOSISI PEG

A

W

A

I BERD

AS

ARKAN USIA

Sekretariat D irektorat Jend eral Penataan D irektorat Penataan Ruang N as ional D irektorat Penataan Ruang Wilayah I D irektorat Penataan Ruang Wilayah II D irektorat Penataan Ruang Wilayah III D irektorat Penataan Ruang Wilayah IV 53 41 36 29 58 23 39 35 31 20 74 11 29 24 19 12 21 29 < 35 35 S.D . 50 > 50 Gambar 2

Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia

Pengelompokkan usia pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu usia <35 tahun, usia 35—50 tahun, dan usia >50 tahun.

Pengelompokkan ini dibentuk dengan pertimbangan untuk mengetahui jumlah pegawai yang akan pensiun selama 5 (lima) tahun ke depan, sehingga perlu secara bertahap mengganti sejumlah keahlian yang hilang/berkurang.

Berdasarkan hasil analisis, pegawai DJPR mayoritas berusia <35 tahun, yaitu sebanyak 240 orang. Jumlah terbanyak kedua adalah usia 35-50 tahun, yaitu sebanyak 210 orang. Sisanya adalah usia >50 tahun yang berjumlah sebanyak 134 orang.

Pegawai yang berusia <35 tahun memiliki peluang untuk mengikuti program pendidikan dalam rangka peningkatan kualifikasi jenjangnya. Sementara itu pegawai yang berusia antara 35—50 tahun dapat diikutsertakan dalam diklat-diklat untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan unit kerja masing-masing. Lalu untuk pegawai yang berusia >50 tahun dapat dipersiapkan untuk mengikuti diklat purnabhakti agar dapat menjalani masa pensiun sebaik-baiknya.

KOMPOSISI PEGAWAI

BERDASARKAN USIA

(15)

KOMPOSISI PEGA

WAI BERDASARK

A

N

GOLONGAN RUANG

Sek retariat D irek torat Jend eral Penataan Ruang D irek torat Penataan Ruang N as ional D irektorat Penataan Ruang W ilay ah I D irek torat Penataan Ruang W ilay ah II D irek torat Penataan Ruang W ilayah III D irektorat Penataan Ruang W ilay ah IV 11 11 9 10 11 10 80 77 63 46 89 46 23 10 12 5 50 7 7 2 2 0 3 0 G o longan IV G o longan III G o longan II G o longan I Gambar 3

Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang

Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) golongan ruang, yaitu golongan I, II, III, dan IV. Pengklasifikasian ini didasarkan pada kualifikasi jenjang atau tingkat pendidikan pegawai. Komposisi pegawai berdasarkan golongan ruang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Golongan IV = 11% 2. Golongan III = 69% 3. Golongan II = 18% 4. Golongan I = 2%

Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010

Dengan demikian, mayoritas pegawai DJPR merupakan golongan III.

KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN

GOLONGAN RUANG

(16)

KOMPOSISI PEGA

WAI BERDASARK

A

N

TINGKAT PENDIDIKAN

Sekretariat D irektorat Jend eral Penataan Ruang D irektorat Penataan Ruang N as ional D irektorat Penataan Ruang Wilayah I D irektorat Penataan Ruang Wilayah II D irektorat Penataan Ruang Wilayah III D irektorat Penataan Ruang Wilayah IV 4 2 1 1 14 20 18 16 16 13 58 44 43 36 74 30 1 1 3 2 3 1 6 1 33 27 18 6 52 12 5 2 2 2 1 4 2 1 1 3 5 S3 S2 S1 D .IV D .III SLTA SLTP SD Gambar 4

Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar di atas menunjukkan komposisi pegawai DJPR berdasarkan tingkat pendidikan di masing-masing unit eselon II yang diklasifikasikan menjadi 8 (delapan), yaitu S3, S2, S1, D4, D3, SLTA, SLTP, dan SD. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa di tiap-tiap unit eselon II, mayoritas pegawainya merupakan lulusan Sarjana Strata I (S1).

Rincian jumlah pegawai DJPR berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut: 1.S3 = 8 orang 2.S2 = 97orang 3.S1 = 285 orang 4.D4 = 2 orang 5.D3 = 16 orang 6.SLTA = 148 orang 7.SLTP = 12 orang 8.SD = 16 orang

Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010

Dengan demikian, sejalan dengan komposisi pegawai berdasarkan golongan ruang, maka sebagian besar pegawai di DJPR memiliki tingkat pendidikan

KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(17)

KOMPOSISI PEGA

WAI BERDASARK

A

N

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

0 20 40 60 80 100 120 140 160 114 34 43 44 13 3 8 4 1 4 2 2 3 8 2 20 30 1 6 6 5 4 4 1 1 1 1 1 14 1 1 1 143 1016 Gambar 5

Grafik Komposisi PNS dan CPNS Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Rekapitulasi latar belakang pendidikan PNS dan CPNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang adalah sebanyak 32 bidang studi, SLTA, SLTP, dan SD. Rincian jumlah pegawai (PNS dan CPNS) berdasarkan bidang studi dapat dilihat pada gambar di atas.

Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010

Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pegawai DJPR memiliki latar belakang pendidikan pada bidang studi Perencanaan Wilayah

KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

(18)

PROFIL ORGANISASI DITJEN

PENATAAN RUANG

S

T

R

U

KTUR, VISI, D

A

N MISI OR

G

A

N

IS

ASI

VISI

MISI

Mewujudkan sinergi pembangunan wilayah berbasis penataan ruang dengan didukung institusi yang handal dan professional serta produk yang berkualitas 1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari

pembangunan nasional dan daerah;

2. Mewujudkan keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum berbasis penataan ruang;

Gambar 6

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penataan Ruang

(19)

7 PILAR KEBIJAKAN

MANAJEMEN ORGANISASI

MEN

G

EMB

A

N

G

AN SDM PR

OFESIONAL

1. Mewujudkan organisasi yang handal 2. Mewujudkan perencanaan dan pemrograman yang sinergis 3. Mengembangkan SDM yang professional 4. Menghasilkan produk yang berkualitas 5. Menghasilkan informasi yang mutakhir 6. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik 7. Membangun citra organisasi yang positif

P

ROFE

SIO

NA

L

1. Bangga dengan profesinya

2. Menunjukkan komitmen personal terhadap kualitas

3. Mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan 4. Kreatif dan inisiatif dalam melaksanakan tugas

5. Menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan mau ikut terlibat di dalam berbagai tugas di luar peranan yang ditugaskan kepadanya

6. Memiliki keinginan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan 7. Berupaya meningkatkan kemampuan untuk melayani

8. Mau mendengar kebutuhan para pelanggannya dan mampu menjadi pemain

5

Gambar 7

(20)

KONDISI IDEAL KOMPETENSI SDM

BERD

A

S

ARKAN UU NO. 26 T

A

HUN 200

7

ASPEK

Pengaturan

ASPEK

Pembinaan

• Menguasai dan memahami substansi penataan ruang, peraturan dan perundang-undangan, serta aspek penyelenggaraan penataan ruang pada lingkup yang bersangkutan (wilayah, kota, kawasan)

• Mampu mengimplementasikan rencana tata ruang ke dalam penyusunan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya

• Memiliki sikap kepemimpinan yang kuat, yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan sosial, kemampuan manajerial

• Memiliki pengetahuan dan kemampuan menerapkan nilai-nilai penataan ruang Kriteria mengenai kondisi ideal SDM Direktorat Jenderal Penataan Ruang selayaknya diukur berdasarkan peran, tugas, dan fungsi organisasi tersebut. Ruang lingkup Direktorat Jenderal Penataan Ruang adalah pada dimensi penyelenggaraan penataan ruang, dimana mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, aspek-aspek di dalam penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Oleh karena itu, kondisi ideal SDM yang dibutuhkan harus bertolak pada setiap aspek tersebut sehingga kemudian muncullah indikator-indikator kapasitas ideal yang harus dimiliki oleh SDM penataan ruang.

ASPEK

Pelaksanaan

• Mempunyai kemampuan teknis perencanaan tata ruang;

• Melakukan inventarisasi dan mampu menerapkan NSPMK dalam perencanaan wilayah, kota, dan kawasan;

• Mampu melakukan analisis komprehensif segenap unsur-unsur pembentuk ruang wilayah, pulau, provinsi, kota/kabupaten, dan kawasan;

• Merumuskan konsep, strategi, rencana, indikasi, dan pentahapan program pengembangan wilayah dan kota;

• Mengelola pertemuan dan merumuskan kesepahaman lintas sektoral dan lintas pelaku kepentingan atas suatu permasalahan;

• Mempunyai kemampuan untuk memimpin Tim Kerja multi-disiplin dan menyampaikan pendapat dalam bentuk lisan dan tulisan secara baik.

Peren

can

aa

n

(21)

BERD

A

S

ARKAN UU NO. 26 T

A

HUN 200

7

ASPEK

Pelaksanaan

• Mempunyai kemampuan teknis perencanaan yang berwawasan pemanfaatan; • Mempunyai pemahaman peraturan (misal membaca izin lokasi);

• Mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sekitar;

• Mempunyai pemahaman terhadap pasar dan kebutuhan pemakai akhir (end user);

• Memahami kepentingan stakeholders lainnya.

Pema

nfaat

an

• Mampu menyusun peraturan zonasi yang disesuaikan dengan tingkat kedalaman rencana tata ruangnya;

• Memahami semua peraturan tentang perizinan serta menguasai proses, prosedur, dan mekanisme berbagai jenis perizinan terkait dengan bidang penataan ruang, serta mengaplikasikannya untuk tujuan pengendalian penataan ruang;

• Mampu merumuskan insentif-disinsentif untuk tujuan pengendalian penataan ruang;

• Mampu merumuskan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang.

Pen g en dalia n

ASPEK

• Memahami proses, prosedur, dan mekanisme pengawasan penyelenggaraan penataan ruang;

• Mampu melakukan pengawasan terhadap kinerja fungsi, manfaat, dan pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal)

(Lanjutan)

(22)

KISI-KISI BAKUAN KOMPETENSI SDM

BIDANG PENATAAN RUANG

(23)

KISI-KISI BAKUAN KOMPETENSI SDM

BIDANG PENATAAN RUANG

(24)

POSTUR KOMPETENSI SDM BIDANG

PENATAAN RUANG

Gambar 8

Postur Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

(25)

SISTEM PENGEMBANGAN KOMPETENSI

(26)

FUNGSIONAL

Ahli Utama

STRUKTURAL

Matrikulasi dan Orientasi CPNS PNS (Gol 3A)

Prajabatan Rotasi / on 

the job  training Staf Profesional (Gol 3B) Eselon IV IIIC Eselon III IVA Eselon II IVC Eselon I IVE Penilaian dan Sertifikasi Penilaian dan Sertifikasi Penilaian dan Sertifikasi Penilaian dan Sertifikasi Ahli Pertama Ahli Muda Ahli Madya Penilaian dan Sertifikasi Penilaian dan Sertifikasi Penilaian dan Sertifikasi Purna Tugas Penilaian dan Sertifikasi

Min IIID Min IVB Min IVD

Min 50th Max 60th Max 65th 25 th 30 th 40 th 50 th 60 th 1 ‐ 2 th 4 th 2 ‐ 4 th 6 ‐ 8 th 6 ‐ 8 th 6 ‐ 8 th 4 ‐ 8 th Min IIIB PNS (Gol II) Trampil Penyelia Trampil Pelaksana Lanjutan Trampil Pelaksana Pelatihan Teknis dan Kepemimpinan Pelatihan Teknis dan Kepemimpinan Pelatihan Teknis dan Kepemimpinan Pelatihan Teknis dan Kepemimpinan Pelatihan Fungsional Tk Lanjutan Pelatihan Fungsional Tk Menengah Pelatihan Fungsional Tk Tinggi Pelatihan Fungsional Tk Dasar Pelatihan

Pengujian dan Sertifikasi

PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN

FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG

Gambar 9

Peta Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS Bidang Penataan Ruang

(27)

PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN

FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG

Gambar 10

Grafik Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS Bidang Penataan Ruang

Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kejelasan karir SDM PNS bidang Penataan Ruang, secara umum perjalanan karir PNS melalui tahap-tahap penjenjangan sebagaimana tergambar pada gambar 9 dan gambar 10.

(28)

PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN

FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG

Selama kurang lebih 30—35 tahun, seorang PNS bidang Penataan Ruang akan melalui 5 (lima) tahap utama, yaitu:

1. Tingkat Bawah (Low):

• 4 – 8 tahun sebagai Staf Profesional

• 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon IV / Pratama 2. Tingkat Menengah (Middle):

• 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon III / Muda • 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon II / Madya 3. Tingkat Atas (Top):

• 3 – 6 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon I / Utama

Selain jenjang struktural, PNS bidang Penataan Ruang juga dapat melalui jenjang jabatan fungsional dengan pola penjenjangan yang setara.Pada tingkat yang sama, dimungkinkan bagi pejabat fungsional untuk dialihtugaskan sebagai pejabat struktural selama memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Proses kenaikan pangkat dan jenjang PNS bidang Penataan Ruang, baik pada jalur struktural maupun fungsional dilakukan setelah yang bersangkutan mengikuti berbagai jenis pelatihan (diklat pimpinan, diklat teknis, diklat fungsional, Suspimtek, dan lain-lain) serta lulus dalam ujian dinas kenaikan jabatan dan persyaratan lainnya.

Pengujian dan pemberian sertifikat pelatihan dilaksanakan oleh unit diklat yang diberikan wewenang berdasarkan ketentuan organisasi dan kepegawaian yang berlaku. Penetapan kualifikasi pegawai dan promosi untuk jabatan struktural di masing-masing jenjang jabatan dilakukan oleh Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Sedangkan ujian kenaikan jenjang jabatan fungsional dilakukan oleh Panitia Penilai Angka Kredit.

Dengan demikian, setiap PNS bidang Penataan Ruang memiliki pilihan untuk menempuh jenjang karir struktural atau fungsional. Karir struktural akan lebih fokus pada aspek manajerial serta kemampuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan. Sedangkan karir fungsional akan lebih fokus pada aspek

substansi teknis bidang Penataan Ruang terutama terkait perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik untuk ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten, maupun kota.

(29)

KONSEP INTEGRASI

PENINGKATAN KOMPETENSI SDM

D

IKL

A

T

BI

D

A

N

G

PEN

A

T

AAN

RU

AN

G

Gambar 11

Integrasi Pendidikan dan Pelatihan Bidang Penataan Ruang

DIKLAT PENJENJANGAN

STRUKTURAL

DIKLAT TF Bidang Penataan Ruang

INTEGRASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG PENATAAN RUANG

PENDIDIKAN UMUM / KEDINASAN Proses Seleksi / Penempatan STAF ES. IV ES. III ES. II ES. I SUSPIMTEK Kursus Orientasi Pratugas PRAJABATAN SUSPIMTEK PENATAAN RUANG TINGKAT DASAR SUSPIMTEK PENATAAN RUANG TINGKAT LANJUTAN SUSPIMTEK PENATAAN RUANG TINGKAT MENENGAH SUSPIMTEK PENATAAN RUANG TINGKAT TINGGI Kursus Reorientasi Persiapan Pensiun ADUM SPAMA SPAMEN SPATI / LEMHANNAS MASA PURNABHAKTI D. I D. II D. III D. IV / S.1 SP.1 / S.2 SP.2 / S.3 Sistem Modular Diklat

Teknis FungsionalDiklat

Tingkat Dasar Tingkat Lanjutan Tingkat Menengah Tingkat Tinggi Tingkat Pratama Tingkat Muda Tingkat Madya Tingkat Utama

7

Pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, pendidikan dan pelatihan juga merupakan salah satu metode dalam penggantian sejumlah keahlian yang hilang/berkurang akibat masa pensiun pegawai.

Pendidikan dan pelatihan di DJPR terdiri dari diklat teknis dan diklat fungsional. Diklat teknis diperuntukkan bagi seluruh pegawai terkait dengan peningkatan

kapasitasnya dalam mendukung kinerja organisasi di unit kerjanya masing-masing. Diklat teknis juga mengandung unsur-unsur pengembangan

(30)

Diklat teknis terdiri dari 4 (empat) jenjang, yaitu tingkat dasar, tingkat lanjutan, tingkat menengah, dan tingkat tinggi. Keempat tingkat ini disesuaikan dengan sasaran atau peserta diklat. Diklat teknis meliputi diklat penjenjangan struktural maupun diklat kepemimpinan, yang semuanya merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualifikasi pegawai sehingga mampu membawa mereka mencapai posisi struktural yang lebih tinggi.

Begitu pula dengan diklat fungsional, yang juga meliputi diklat penjenjangan struktural dan diklat kepemimpinan, yang membedakannya dengan diklat teknis hanyalah peserta diklat yang difokuskan hanya kepada para pejabat fungsional.

D

IKL

A

T

BI

D

A

N

G

PEN

A

T

AAN

RU

AN

G

Diklat teknis dan diklat fungsional di bidang penataan ruang pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Tujuan diklat ini adalah untuk meningkatkan kapasitas pegawai sehingga kinerja organisasi dapat meningkat pula. Setiap

pegawai memiliki hak dan kewajiban untuk mengikuti setiap proses diklat yang diadakan selama masa baktinya di Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Ketika pegawai telah mencapai posisi Eselon I, diklat yang diadakan merupakan suatu kursus reorientasi persiapan pensiun atau persiapan menuju masa purnabhakti

(31)

KONSEP DASAR PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM

DIKL

A

T

PENYELEN

GG

ARAAN PEN

A

T

AAN R

U

AN

G

8

Konsep pendidikan dan pelatihan di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dapat divisualisasikan dalam bentuk matriks seperti pada gambar 12 dan gambar 13 di halaman berikut. Pada konsep tersebut, dapat dilihat bahwa matriks pendidikan dan pelatihan memiliki 3 (tiga) komponen utama, yaitu strata peserta, strata diklat, dan substansi diklat. Gambar 8 dan gambar 9 dibedakan berdasarkan substansi diklat yang diberikan.

Substansi diklat pada matriks gambar 12 didasarkan pada muatan UU No. 26 tahun 2007 dan PP No. 15 Tahun 2010, yaitu terkait penyelenggaraan penataan ruang yang terdiri dari Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan (Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian), dan Pengawasan. Sementara itu, matriks gambar 13 didasarkan pada lingkup substansi penataan ruang, yaitu National Planning, Regional Planning, Urban Planning, dan Urban Design.

Strata peserta ditentukan berdasarkan tingkatan pemerintah, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota/kabupaten. Selain tingkatan pemerintahan, matriks pendidikan dan pelatihan tersebut juga memasukkan unsur non aparatur pemerintah, namun dalam konteks manajemen kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, maka strata peserta lebih difokuskan pada aparatur pemerintah saja.

Strata diklat terdiri dari 4 (empat) tingkatan yang pembagiannya didasarkan pada jenjang struktural (bakuan kompetensi) di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, yaitu sebagai berikut:

1. Diklat tingkat Dasar untuk jenjang CPNS dan Staf Profesional 2. Diklat tingkat Lanjutan untuk jenjang Eselon IV

3. Diklat tingkat Menengah untuk jenjang Eselon III 4. Diklat tingkat Tinggi untuk jenjang Eselon II

(32)

SUBSTANSI DIKLAT TEKNIS BIDANG

PENATAN RUANG

DIKL

A

T

PENYELEN

GG

ARAAN PEN

A

T

AAN R

U

AN

G

Gambar 12

Matriks Kedudukan Diklat SDM DJPR dalam Konteks Penyelenggaraan Penataan Ruang

Konsep pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM DJPR dalam penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:

3. Substansi diklat dibagi berdasarkan muatan UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No. 15 Tahun 2010.

1. Strata peserta ditentukan berdasarkan tingkatan pemerintah dan unsur non aparatur pemerintah.

GRAND DESIGN 

2. Strata diklat terdiri dari 4 (empat) tingkatan yang pembagiannya didasarkan pada jenjang struktural (bakuan kompetensi) di lingkungan DJPR.

(33)

DIKL

A

T

SUBS

T

A

NSI PEN

A

T

AAN R

U

AN

G

Gambar 13

Matriks Kedudukan Diklat SDM DJPR dalam Lingkup Substansi Penataan Ruang

Sama halnya dengan konsep diklat SDM dalam konteks penyelenggaraan penataan ruang, konsep pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM DJPR dalam lingkup substansi penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu strata peserta, strata diklat, dan substansi diklat.

Yang membedakan antara keduanya hanyalah pada substansi diklat. Substansi diklat pada diklat ini dibagi berdasarkan lingkup substansi penataan ruang, yaitu terkait National Planning, Regional Planning, Urban Planning, dan

SUBSTANSI DIKLAT TEKNIS BIDANG

PENATAN RUANG

(34)

KONSEP DASAR PENATAAN

JENJANG KARIR

JENJ

ANG KARIR

9

Selain metode pendidikan dan pelatihan, berdasarkan pilar kebijakan manajemen organisasi Direktorat Jenderal Penataan Ruang, upaya membangun karakter SDM penataan ruang dapat diwujudkan melalui penataan jenjang karir pegawai yang terdiri dari mekanisme mutasi, rotasi, dan promosi. Mekanisme ini dianggap sebagai proses yang bertujuan untuk menghindari kejenuhan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas pegawai.

Mutasi merupakan perpindahan pegawai keluar institusi (keluar daerah atau antar instansi), perpindahan pegawai antar instansi dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pendayagunaan tenaga ahli atau untuk kepentingan dinas. Ketentuan mutasi pegawai diatur dalam PP No. 96 tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS. Indikator kinerja dari penyelenggaraan mutasi pegawai ini adalah meningkatnya kinerja organisasi dan meningkatnya kualitas pegawai dalam melaksanakan tugas.

Rotasi merupakan perpindahan pegawai di internal institusi. Rotasi pegawai dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada posisi tertentu. Tidak ada ketentuan khusus berupa UU ataupun PP yang mengatur penyelenggaraan rotasi, sifatnya hanya berupa kebijakan internal yang tetap berpedoman kepada ketentuan-ketentuan tertentu. Indikator kinerja dari penyelenggaraan rotasi pegawai adalah meningkatnya kinerja organisasi; meningkatnya wawasan, kemampuan, dan pengalaman baru pegawai; berkurangnya tingkat kejenuhan kerja pegawai.

Promosi jabatan merupakan bentuk penghargaan dan kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada staf atau pejabat yang dianggap cakap dan mampu untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Tahapan promosi pegawai melibatkan di dalamnya peran Komite Penilaian Kepegawaian. Beberapa prinsip yang dijadikan pedoman oleh Komite Penilaian Kepegawaian yaitu Daftar Urut Kepangkatan (DUK) digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan obyektif dalam melaksanakan pembinaan karir PNS; apabila ada lowongan jabatan maka PNS yang menduduki DUK yang lebih tinggi wajib dipertimbangkan lebih dahulu. Hasil penilaian Komite Penilaian Kepegawaian terhadap para calon pejabat Eselon IV cukup difinalkan pada tingkat komite saja. Sedangkan hasil penilaian Komite Penilaian Kepegawaian terhadap para calon pejabat Eselon III dibawa ke Baperjakat Kementerian Pekerjaan Umum untuk diperjuangkan semaksimal mungkin oleh Ketua Komite Penilaian Kepegawaian (Dirjen Penataan Ruang). Indikator kinerja dari penyelenggaraan promosi pegawai adalah meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas pada unit kerja; meningkatnya motivasi atau semangat pegawai dalam pelaksanaan tugas; meningkatnya

(35)

KONSEP DASAR PENATAAN

JENJANG KARIR

JENJ

ANG KARIR

Gambar 14 Pola Jalur Karir Pegawai

Ditjen Penataan Ruang

Mutasi / Rotasi Mutasi / Rotasi Mutasi / Rotasi Mutasi / Rotasi Promosi Promosi Promosi Promosi

Ketiga proses alih tugas tersebut (juga sebagai suatu pola jalur karir pegawai. Pola jalur karir dapat diilustrasikan seperti pada gambar di atas. Lingkaran paling bawah menandakan perputaran jalur karir pegawai CPNS. Lingkaran di atasnya adalah Eselon IV, lingkaran ketiga adalah Eselon III, lingkaran kedua adalah Eselon II, dan lingkaran paling atas adalah Eselon I. Proses yang terjadi di dalam tiap-tiap lingkaran adalah mutasi dan rotasi. Setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami mutasi ataupun rotasi. Dalam masa tugasnya (pada satu lingkaran yang sama), pegawai akan mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasinya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi pegawai, yaitu berupa diklat teknis substantif. Selanjutnya pegawai dapat

mengikuti diklat kepemimpinan (SUSPIMTEK) dan diklat penjenjangan struktural (Adum, Spama, Spati, Spamen) sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Ketika pegawai telah mengikuti diklat kepemimpinan dan penjenjangan struktural, pegawai memiliki

(36)
(37)

BAGIAN KEDUA

TATALAKSANA PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG

PENATAAN RUANG

1. Langkah-Langkah Kegiatan 2. Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang 3. Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

(38)
(39)

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

10

Kegiatan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan (Diklat), pembinaan teknis, bantuan teknis dan sosialisasi atau diseminasi untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (attitude).

Kegiatan penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang ini mencakup rangkaian kegiatan berikut:

1. Identifikasi Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi (KAPK)

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan KAPK ini yakni melakukan analisis kinerja organisasi (5 langkah), analisis kinerja individu/pegawai (8 langkah), dan menyusun daftar KAPK bidang Penataan Ruang (10 langkah).

2. Penetapan Daftar KAPK Pegawai Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Penetapan daftar KAPK ini dilakukan melalui 4 langkah dengan melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum.

3. Penyusunan Usulan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah

Penyusunan usulan program Diklat Jangka Menengah ini dilakukan melalui 6 langkah yang melibatkan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.

4. Penyusunan Usulan Program Tahunan Diklat Teknis Penataan Ruang

Penyusunan program tahunan Diklat bidang Penataan Ruang dilakukan melalui 12 langkah yang melibatkan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.

5. Penyusunan Kurikulum/Silabus Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang

Penyusunan kurikulum dan silabus ini dilakukan melalui 9 langkah kegiatan dengan melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.

(40)

6. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan

Persiapan pelaksanaan Diklat ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu penyiapan SK (4 langkah), pembuatan buku panduan (2 langkah), pendaftaran dan pemanggilan peserta (6 langkah), pengangkatan tenaga instruktur (7 langkah), dan penyiapan bahan serahan (3 langkah). Seluruh langkah kegiatan ini melibatkan Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.

7. Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang

Pelaksanaan Diklat teknis ini dilakukan melalui 11 langkah dengan melibatkan Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, BIPR, dan Panitia Pelaksana.

8. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang

Kegiatan pelaporan hasil pelaksanaan Diklat teknis bidang Penataan Ruang ini dilakukan melalui 8 langkah dengan melibatkan Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, BIPR, dan Panitia Pelaksana.

9. Evaluasi Purna Diklat Teknis Penataan Ruang

Kegiatan evaluasi purna diklat ini dilakukan melalui 3 kegiatan, yaitu Penyusunan Program Evaluasi Purna Diklat (7 langkah), Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat (7 langkah), dan Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat (9 langkah). Keseluruhan kegiatan evaluasi purna diklat ini melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum, Biro Kepegawaian dan Ortala Kementerian Pekerjaan Umum, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.

Keseluruhan langkah kegiatan tersebut dapat distrukturkan menjadi sebuah diagram yang sistematis sebagai berikut (halaman berikut).

(41)

BAGAN ALUR PENYELENGGARAAN

PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG

PENATAAN RUANG

Tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang terdiri dari 9 (sembilan) tahap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di dalam keseluruhan tahapan tersebut, perlu diperhatikan bahwa ada aspek-aspek lain yang berpengaruh di dalam

Gambar 15

Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang

(42)

I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN

PENINGKATAN KOMPETENSI

1. Mengumpulkan, mengolah, dan mengenali masalah dan/atau isu yang berkembang dalam pelaksanaan tugas bidang penataan ruang sesuai UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.

2. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan kinerja organisasi dan mengidentifikasi ciri-ciri dan sebab-sebab terjadinya masalah.

3. Merumuskan dan menentukan alternatif cara pemecahannya.

4. Mengkaji dan menilai faKtor-faKtor yang berpengaruh terhadap perlunya peningkatan kinerja organisasi:

a. Peningkatan program pembangunan pertambahan volume beban tugas; b. Perubahan kebijakan dalam pola penanganan tugas bidang Penataan Ruang

sesuai UU No. 26/2007;

c. Isu strategis dan tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.

5. Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan akan diklat dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

(43)

I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN

PENINGKATAN KOMPETENSI

3. Merumuskan dan menyusun jenis diklat fungsional Penataan Ruang sebagai diklat yang dipersyaratkan bagi pegawai untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional.

4. Mengonsultasikan dan membahas jenis-jenis diklat teknis di bidang Penataan Ruang.

5. Mendata pegawai yang belum mengikuti diklat teknis Penataan Ruang untuk jabatan yang bersangkutan serta pegawai yang potensial, memiliki dedikasi, disiplin, dan prestasi kerja yang tinggi sehingga layak untuk dipromosikan pada suatu jabatan tertentu.

6. Mengkaji, mengidentifikasi, dan menentukan kelompok sasaran diklat tingkat organisasi atau jabatan/ pegawai yang terkait dengan masalah yang dihadapinya oleh organisasi.

7. Mengkaji dan menilai kinerja pejabat/pegawai yang tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya berkaitan dengan masalah dan isu organisasi.

8. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kinerja pegawai serta menentukan ciri-ciri dan sebab-sebab terjadinya masalah sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan diklat teknis Penataan Ruang.

1. Melakukan analisis jabatan yang ada dalam organisasi untuk memperoleh susunan jabatan yang telah ada terutama yang berkaitan dengan persyaratan jabatan. 2. Merumuskan dan menyusun jenis diklat teknis Penataan

Ruang sebagai diklat yang dipersyaratkan bagi pegawai untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural bidang Penataan Ruang.

(44)

I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN

PENINGKATAN KOMPETENSI

1. Merumuskan dan menyusun konsep daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang yang meliputi:

a. Kebutuhan pendidikan formal (akademik dan diploma); b. Kebutuhan Diklat Teknis dan Fungsional;

c. Kebutuhan Diklatpim.

2. Mengonsultasikan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada unit kerja terkait.

3. Menyampaikan konsep Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Sekretaris Direktorat Jenderal untuk konfirmasi tentang pembahasan dengan Direktur Jenderal Penataan Ruang.

4. Membahas Daftar KAPK untuk mendapatkan kesepakatan dari instansi terkait.

5. Menyempurnakan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang dan menyusun konsep Usulan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang.

6. Mengirimkan Usulan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Sekjen PU dengan tembusan kepada:

a. Biro Kepegawaian Kementerian PU; b. Pusdiklat pegawai Kementerian PU; c. Sekretaris Ditjen Penataan Ruang.

(45)

II. PENETAPAN DAFTAR KAPK PEGAWAI

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN

RUANG

1. Menilai Daftar Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi (KAPK) untuk pengkajian dan penyusunan konsep Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang sesuai prosedur yang berlaku.

2. Menetapkan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang.

3. Mengirimkan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Kepala Pusdiklat sebagai bahan acuan dalam penyusunan program diklat. 4. Mendistribusikan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada

(46)

III. PENYUSUNAN USULAN PROGRAM DIKLAT

TEKNIS PENATAAN RUANG JANGKA

MENENGAH

1. Merumuskan dan mengkaji usulan Daftar KAPK Bidang Penataan Ruang.

2. Menyusun usulan program diklat jangka menengah (5 tahun) bidang Penataan Ruang sesuai Daftar KAPK.

3. Melaporkan dan mengonsultasikan usulan program diklat teknis bidang Penataan Ruang jangka menengah kepada Sesditjen Penataan Ruang.

4. Menyempurnakan usulan program diklat teknis penataan ruang sesuai petunjuk Sesditjen Penataan Ruang.

5. Mengirimkan usulan program diklat teknis penataan ruang kepada Dirjen Penataan Ruang 6. Penetapan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah.

(47)

IV. PENYUSUNAN USULAN PROGRAM

TAHUNAN DIKLAT TEKNIS PENATAAN

RUANG

1. Mempelajari kebijakan Pemerintah dalam penataan ruang (UU No. 26 tahun 2007).

2. Memperlajari dan memahami pokok-pokok kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya yang berkaitan dengan SDM bidang Penataan Ruang.

3. Menelaah dan menilai kesesuaian program dan sasaran tahun anggaran ybs dalam Program Diklat jangka menengah dengan kondisi situasi yang sedang berkembang.

4. Mempersiapkan dan menyusun Program Diklat Teknis Penataan Ruang.

5. Mengirimkan usulan Program Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang melalui Bagian Kepegawaian kepada Direktur Bina Program dan Kemitraan dengan tembusan kepada Dirjen Penataan Ruang. 6. Mengonsultasikan dan/atau membahas konsep usulan program diklat teknis bidang Penataan Ruang

dengan Sekretaris Ditjen dan para direktur di lingkungan Ditjen Penataan Ruang.

7. Menyempurnakan konsep program diklat teknis bidang Penataan Ruang sesuai dengan hasil konsultasi dan pembahasan tersebut.

8. Menyusun Memorandum Program dan DIP Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang. 9. Penyerahan dan penerimaan DIP.

10. Menyusun Buku Kalender Diklat Teknis Penataan Ruang.

11. Membuat konsep surat pengantar untuk penyampaian buku kalender diklat teknis bidang Penataan Ruang.

12. Mengirimkan buku Kalender diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada para Direktur Penataan Ruang dan Pemda Prov/Kota/Kabupaten.

(48)

V. PENYUSUNAN KURIKULUM/SILABUS DIKLAT

TEKNIS BIDANG PENATAAN RUANG

7. Melakukan uji coba penerapan dan pelaksanaan kurikulum/silabus diklat yang telah disusun.

8. Memperbaiki/menyempurnakan kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang sesuai hasil evaluasi.

9. Melaporkan dan/atau mengonsultasikan kurikulum/silabus diklat kepada Dirjen Penataan Ruang untuk proses pembakuan.

1. Merumuskan dan menyusun konsep kurikulum/silabus diklat sesuai petunjuk teknis yang berlaku. 2. Menyelenggarakan rapat pembahasan konsep kurikulum/silabus dengan instansi terkait.

3. Menyempurnakan kembali kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang.

4. Melaporkan dan mengonsultasikan konsep kurikulum/silabus yang sudah disempurnakan kepada Sesditjen Penataan Ruang untuk petunjuk dan persetujuan pelaksanaan lokakarya.

5. Mempersiapkan dan melaksanakan rapat untuk membahas dan menilai konsep kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang yang telah disempurnakan.

(49)

VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN

KEGIATAN PELATIHAN

Penyiapan SK

1. Menyusun konsep SK Dirjen Penataan Ruang tentang Penyelenggaraan dan Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat ybs.

2. Menetapkan SK Penyelenggaraan dan Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang.

3. Menggandakan SK penyelenggaraan diklat.

4. Mengirimkan SK Penyelenggaraan dan Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang ybs.

Pembuatan Buku Panduan

1. Menyiapkan dan menyusun konsep Buku Panduan Diklat (BPD) Teknis Bidang Penataan Ruang.

(50)

VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN

KEGIATAN PELATIHAN

Pendaftaran dan Pemanggilan Peserta

1. Menyusun daftar peserta dan membuat konsep Surat perihal Pendaftaran Peserta. 2. Mengirimkan Surat perihal Pendaftaran Calon Peserta kepada unit kerja yang telah

ditetapkan.

3. Pendaftaran dan seleksi calon peserta diklat teknis bidang Penataan Ruang.

4. Melaporkan hasil pendaftaran dan seleksi calon peserta kepada Sesditjen Penataan Ruang.

5. Membuat surat panggilan peserta.

6. Mengirimkan surat panggilan kepada peserta.

Penyiapan Bahan Serahan

1. Kompilasi dan menggandakan materi diklat teknis bidang Penataan Ruang dari para instruktur.

2. Menyiapkan dan mengadakan ATK untuk peserta dan pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

(51)

VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN

KEGIATAN PELATIHAN

Pengangkatan Tenaga Instruktur

1. Membuat konsep surat permintaan bantuan tenaga instruktur beserta penyiapan materi pelajaran (modul) kepada Widyaiswara/Pejabat Struktural.

2. Mengirimkan surat permintaan bantuan tenaga instruktur dan penyiapan materi pelajaran dilampiri kurikulum/silabus dan rencana jadwal pelajaran kepada Widyaiswara/pejabat struktural atau tenaga pengajar lainnya.

3. Menghubungi tenaga instruktur untuk mendapatkan konfirmasi tentang kesediaan, beserta hari/waktu mengajar dan materi pelajaran.

4. Memperbaiki dan mengatur kembali jadwal pelajaran sesuai dengan hasil konfirmasi tenaga instruktur.

5. Melaporkan hasil perbaikan dan penyempurnaan jadwal pelajaran kepada Sesditjen.

6. Menyusun konsep SK Dirjen Penataan Ruang tentang Pengangkatan Tenaga Instruktur.

(52)

VII. PELAKSANAAN PELATIHAN

TEKNIS PENATAAN RUANG

1. Menyiapkan akomodasi ruangan kelas dan fasilitas proses belajar mengajar.

2. Melakukan pendaftaran peserta, membuat tanda pengenal peserta, dan membagikan bahan serahan kepada peserta.

3. Menyiapkan dan melaksanakan acara peresmian pembukaan diklat teknis bidang Penataan Ruang ybs.

4. Melakukan absensi peserta diklat teknis bidang Penataan Ruang 3 kali sehari (pagi, siang, sesudah pengajar malam terakhir setiap hari).

5. Memberikan penjelasan umum antara lain menyangkut hak dan kewajiban peserta selama mengikuti diklat teknis bidang Penataan Ruang.

6. Membagikan formulir evaluasi pradiklat yang harus diisi oleh setiap peserta sebelum acara (session) pelajaran dimulai.

7. Mengumpulkan dan menghitung rata-rata tentang tingkat pengetahuan peserta terhadap seluruh materi pelajaran sebelum mengikuti pembekalan.

8. Membagikan formulir evaluasi instruktur dan materi pada setiap sesi mata pelajaran dan mengumpulkannya setelah pembekalan materi pelajaran selesai untuk dibuat rekapitulasinya.

9. Membagikan formulir evaluasi akhir diklat yang harus diisi oleh setiap peserta setelah mengikuti pembekalan.

10. Membagikan formulir evaluasi materi dan mengumpulkan setelah diisi oleh peserta serta membuat rekapitulasinya.

(53)

VIII. PELAPORAN HASIL PELAKSANAAN

DIKLAT TEKNIS BIDANG PENATAAN RUANG

1. Membuat laporan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

2. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada Sesditjen. 3. Membuat laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

4. Mempelajari dan paraf atas konsep laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

5. Mengirimkan laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat bidang Penataan Ruang.

6. Menerima dan memeriksa laporan triwulan pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang. 7. Menyetujui dan menandatangani laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan

Ruang.

8. Mengirimkan laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada Kepala Bagian Kepegawaian dengan tembusan kepada Dirjen Penataan Ruang

(54)

IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS

PENATAAN RUANG

A. Penyusunan Program Evaluasi Purna Diklat

1. Mengkaji dan mengidentifikasi jenis-jenis diklat yang perlu dievaluasi purna diklatnya. 2. Melaporkan daftar urutan prioritas nama jenis diklat yang perlu diadakan evaluasi purna

diklat.

3. Memeriksa daftar urutan prioritas nama jenis diklat untuk diadakan evaluasi purna diklat. 4. Melaksanakan rapat pembahasan kegiatan evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan

Ruang.

5. Memimpin rapat pembahasan kegiatan evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan Ruang.

6. Menyusun urutan program dan anggaran pelaksanaan kegiatan evaluasi purna diklat sesuai kesepakatan.

7. Menetapkan usulan program dan anggaran kegiatan evaluasi purna diklat dimasukkan dalam usulan DUP

(55)

IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS

PENATAAN RUANG

B. Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat

1. Merumuskan tujuan, ruang lingkup, dan sasaran evaluasi purna diklat.

2. Membuat action plan yang memuat tujuan, sasaran, sampling, pembagian kerja dan waktu, keanggotaan tim, biaya, hasil yang diharapkan.

3. Memeriksa dan menilai action plan.

4. Menyetujui dan menandatangani action plan.

5. Menyiapkan dan menyusun formulir yang memuat daftar pertanyaan yang menyangkut aspek-aspek dari tujuan dan sasaran fakta-fakta yang diperoleh.

6. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian daftar pertanyaan dengan tujuan dan sasaran evaluasi.

7. Menetapkan daftar pertanyaan untuk pengumpulan data dan informasi untuk keperluan evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan Ruang.

(56)

IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS

PENATAAN RUANG

C. Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat

1. Menyebarkan formulir kepada pegawai sebagai purna diklat dan atlas pegawai yang bersangkutan untuk dipelajari dan dipahami.

2. Melakukan wawancara dengan pegawai alumni diklat dan atlas pegawai ybs untuk mengisi dan menjawab pertanyaan dan formulir serta untuk mendapat data/informasi tambahan.

3. Mengolah data/informasi yang diperoleh berupa pembuatan tabulasi, penguraian isi materi dan bidang yang disoroti.

4. Mengidentifikasi masalah, penentuan ciri-ciri dan sebab-sebab kurang efisiennya hasil pelaksanaan diklat serta menentukan alternative pemecahannya dan penyempurnaan pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

5. Menyusun laporan hasil evaluasi purna diklat.

6. Menyampaikan laporan hasil evaluasi purna diklat kepada Kepala Bagian Kepegawaian, Sesditjen Penataan Ruang, dan unit pelaksana diklat sebagai umpan balik.

7. Menyusun konsep laporan tahunan penyelenggaraan diklat teknis bidang Penataan Ruang.

8. Mengirimkan konsep surat laporan tahunan penyelenggaraan diklat kepada Sesditjen untuk ditandatangani.

(57)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN

PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG

PENATAAN RUANG

11

Tatalaksana menunjukkan suatu proses/langkah kegiatan yang harus dilakukan serta siapa pelaku yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang, terdapat 10 (sepuluh) pelaku yang berperan di dalamnya. Kesepuluh pelaku tersebut adalah :

1. Direktur Jenderal Penataan Ruang

2. Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang 3. Direktur Bina Program dan Kemitraan

4. Direktur Penataan Ruang Nasional 5. Direktur Penataan Ruang Wilaya 6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan

7. Biro Kepegawaian Kementerian Pekerjaan Umum

8. Kepala Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Penataan Ruang 9. Panitia Penyelenggara

10. Panitia Pelaksana

Pembagian peran siapa melakukan apa di dalam tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang ini dapat dilihat secara sistematis pada tabel Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang (halaman berikut).

(58)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(59)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(60)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(61)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(62)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(63)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(64)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(65)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(66)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

(67)

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN

KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG

A. Direktur Jenderal Penataan Ruang

B. Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang

C. Direktur Bina Program dan Kemitraan

F. Pusdiklat

G. Biro Kepegawaian

H. Kepala Bagian Kepegawaian DJPR I. Panitia Penyelenggara

(68)
(69)

BAGIAN KETIGA

TATALAKSANA

PELATIHAN DASAR

PERENCANAAN TATA RUANG

1. Pengantar 2. Metoda Pelatihan 3. Pendekatan dan Lingkup Materi 4. Langkah-Langkah Pemaparan Materi Pelatihan

(70)
(71)

PENGANTAR

Pelatihan dasar perencanaan tata ruang

ditujukan untuk meningkatkan

knowledge

,

skill

, dan

attitude

aparatur pemerintah (pusat,

provinsi, dan daerah kota/kabupaten) dalam

melakukan supervisi/pengawasan penyusunan

tata ruang. Pada dasarnya pemerintah pusat

(Direktorat Jenderal Penataan Ruang) sudah

menyiapkan perangkat berupa peraturan

perundang-undangan dan pedoman teknis

untuk penyusunan rencana tata ruang, bahkan hampir semuanya sudah

disosialisasikan kepada pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten. Namun

pemahaman terhadap berbagai pedoman teknis ini tidak cukup hanya disosialisasikan,

tetapi perlu secara intensif dilatihkan kepada aparatur di pusat dan daerah, agar

mereka memahami produk dan muatan rencana tata ruang yang harus dibuat sesuai

ketentuan dalam buku pedoman. Khusus dalam hal teknis analisis dalam penyusunan

RTRW ini masih dimungkinkan untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan

kualitas RTRW sesuai dengan produk/muatan-muatan yang seharusnya ada dalam

dokumen RTRW.

Dalam rangka meningkatkan kualitas muatan Rencana Tata Ruang, maka

pelatihan perencanaan tata ruang ini disusun sesuai dengan lingkup substansi

penataan ruang, strata/jenjang diklat, serta kualifikasi peserta (Pusat, Provinsi, dan

Pemda Kota/Kabupaten).

PEN

G

ANT

A

R

12

(72)

METODA PELATIHAN

Pelatihan ini dilaksanakan dengan menggunakan metoda Pembelajaran

Berbasis Masalah atau yang lebih dikenal dengan metoda

Problem-Based-Learning

(penjelasan metode PBL ini dapat dilihat pada lampiran).

Empat masalah/persoalan penyusunan rencana

tata ruang suatu kota akan digunakan untuk memicu

kegiatan pembelajaran peserta. Peserta dalam

kelompok diberikan kesempatan untuk merumuskan

sendiri kebutuhan pembelajarannya, dan

merencanakan kerja kelompok yang perlu dilakukan

oleh peserta pelatihan. Peserta secara berkelompok

akan diberi kesempatan untuk merumuskan sendiri

kebutuhan pembelajarannya, merencanakan kerja

kelompok yang perlu mereka lakukan untuk

menyelesaikan persoalan yang ada. Selanjutnya peserta akan melakukan riset mandiri

dan kerja kelompok dengan memanfaatkan berbagai sumber (perpustakaan,

kunjungan lapangan, maupun dari situs-situs terkait di internet). Kemudian setiap

kelompok ditugaskan untuk merumuskan hasil akhir dalam penyelesaian persoalan

(kasus) yang diberikan dalam pelatihan ini dan mempresentasikan dalam kelas besar.

Dalam presentasi ini ditanggapi oleh peserta dari kelompok lainnya, dan terakhir

diberikan ulasan dan evaluasi oleh fasilitator-fasilitator yang

mendampingi di masing-masing kelompok.

MET

O

D

A

PEL

A

TIHAN

(73)

PENDEKATAN DAN LINGKUP

MATERI

Mengingat kondisi lingkungan yang terus berubah, maka untuk mengakomodir perubahan lingkungan dan meningkatkan kualitas rencana tata ruang, dalam pelatihan ini digunakan pendekatan manajemen strategik. Pendekatan Manajemen Strategik digunakan dalam perencanaan tata ruang tentu saja dengan dasar pemahaman terhadap pengertian manajemen strategik sebagaimana dikemukakan beberapa pakar organisasi yakni sebagai berikut:

1. Manajemen Strategik adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.

2. Manajemen Strategik adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang ditentukan.

3. Manajemen Strategik adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi.

4. Manajemen Strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut Visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut Misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari

PENDEKA

T

AN D

A

N LIN

G

KUP MA

TERI

(74)

PENDEKATAN DAN LINGKUP

MATERI

Dalam Pelatihan Dasar Perencanaan Tata Ruang dengan menggunakan pendekatan ini, Spasial SWOT analysis digunakan untuk mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam pembangunan kota dan perencanaan tata ruang kota. Di samping itu, dalam upaya menetapkan visi kota dan tujuan penataan ruang kota digunakan analisis Network Scan. Analisis ini digunakan mengingat hampir semua kota-kota di Indonesia bahkan di dunia, perkembangannya sangat dipengaruhi bahkan dalam kasus-kasus tertentu justru sangat tergantung dengan faktor eksternal. Aspek yang dianalisis dalam Network Scan

antara lain aspek politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan lain-lain (PESTO) yang ditenggarai mempengaruhi perkembangan wilayah/kota.

Materi pelatihan dasar perencanaan tata ruang dengan pendekatan manajemen strategik secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut:

PENDEKA

T

AN D

A

N LIN

G

KUP MA

TERI

(75)

LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN

MATERI PELATIHAN

Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah pemaparan/penjelasan substansi dalam pelatihan ini, dimana setiap tahap/langkah akan ditindaklanjuti dengan diskusi kelompok dan kemudian hasilnya dipaparkan dalam kelas besar (pleno), sebelum melanjutkan kepada langkah berikutnya.

LANGKAH PERTAMA

Yakinkan kepada peserta bahwa pendekatan Manajemen Strategik itu penting dalam pembangunan perkotaan dan penataan ruang kota. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Pembangunan kota sangat dipengaruhi kondisi eksternal yakni politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lain-lain (PESTO), baik dalam dimensi regionel, nasional, maupun global; • Kota-kota tumbuh dan berkembang tergantung pada kemampuannya dalam

menyediakan sarana dan prasarana kota serta sebagai kemudahan bagi investor, pebisnis, dan pelaku pembangunan kota;

• Pembangunan kota harus mampu mengakomodasikan perkembangan dan kecenderungan eksternal yang berkembang pesat (regional, nasional, global);

• Diperlukan manajemen strategis dalam upaya mengantisipasi berbagai perubahan;

• Manajemen strategis ini penting dalam upaya menterpadukan kegiatan fungsional secara strategis untuk mencapai tujuan pembangunan dan penataan ruang kota.

LANGKAH KEDUA

Jelaskan kepada peserta tentang tujuan penggunaan pendekatan Manajemen Strategis, yakni sebagai berikut:

1. Memahami prinsip-prinsip dasar dan proses manajemen strategis dalam pembangunan kota dan penataan ruang kota;

2. Mampu menyusun dan menganalisis aspek-aspek manajemen perkotaan dan menyusun strategi pembangunan dan penataan ruang kota dengan mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN M

A

TERI PE

(76)

LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN

MATERI PELATIHAN

LANGKAH KETIGA

Jelaskan tentang prinsip dasar manajemen strategis dalam penataan ruang, yakni dengan memperkenalkan

Strategic Thinking dan Strategic Planning sebagaimana dapat dilihat pada diagram di samping.

Diagram di samping menjelaskan tentang perubahan mindset seorang perencana tata ruang yakni:

1. Menetapkan dulu “Outcome/Impact” yang akan dihasilkan di dalam

pembangunan kota dan penataan ruang kota. Kemudian tetapkan visi kota dengan cara melakukan Network Scan. Prinsip Network Scan dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Memahami kota sebagai bagian integral dari suatu wilayah atau sebagai subsistem dari Sistem Wilayah yang lebih luas;

• Memahami hubungan, ketergantungan, dan dinamika antara subsistem kota dan sistem wilayah;

• Identifikasi PESTO (politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lainnya seperti: natural environment, value shift, interdependencies)

LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN M

A

TERI PE

LATIHAN

. SOSIAL BUDAYA EKONOMI POLITIK GLOBAL NASIONAL REGIONAL LOKAL DIMENSI PESTO NANA RUKMANA C A P IT A L   A S S E S ME NT ME A S UR E ME NT  &  A C C O UNT A B IL IT Y

‘A  NE W O R IE NT AT IO N O F  P L A NNING  P R O C E S S ’ STRATEGIC THINKING AND PLANNNING

O UT C O ME / IMP A C T Network Scan PROSES Vision SWOT 1 2 3 4

Critical success factors Spatial Finansial Human Structural Ideas Social, Relational

Gambar

Gambar 1  Grafik Komposisi Pegawai  Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan  Usia
Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan  Golongan Ruang
Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan  Tingkat Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menyebarluaskan dan mempromosikan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas khususnya pengguna IPTEK bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ”Studi Kadar N-total Jaringan Daun Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) Pada Dua Jenis Tanaman

3 Saya menyimpan rasa tidak suka di dalam hati jika ada petugas BPK yang menanyakan bukti pengadaan tender atas pembelian alat kantor.. SS S R

Istilah getok tular juga dikenal dengan sebutan Word Of Mouth (WOM) yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menjalankan kegiatan promosi selain

Berdasarkan posisi kasus sebagaimana telah diuraikan diatas, maka telah terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan, hal ini berdasarkan

[r]

Efisiensi dan ekonomisme dalam penggunaan sumber daya dapat dilihat serta dievaluasi, yang akhirnya dapat dilakukan pengendalian untuk pengelolaan yang lebih baik

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP dimulai dari mengumpulkan bukti transaksi, menganalisis transaksi, mencatat transaksi dalam bentuk