• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN OBJEK WISATA DESA BATUR TENGAH BERBASIS MASYARAKAT LOKAL

OLEH:

Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par.,M.Par I Nengah Suarmanayasa, SE.,M.Si. Gede Putu Agus Jana Susila, SE., MBA I Made Pradana Adiputra, SE.,SH., MSi

Jurusan Perhotelan DIII, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul P2M : Pendampingan Penyusunan Kebijakan

Pengembangan dan Pengelolaan Objek Wisata Desa Batur Tengah Berbasis Masyarakat Lokal 1. Ketua Pengusul

a. Nama : Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par.,M.Par

b. NIP : 198104162005012002

c. Jabatan/Golongan : Lektor/IIIc

d. Jurusan Fakultas : Perhotelan DIII/Ilmu Ekonomi dan Bisnis e. Perguruan Tinggi : UNDIKSHA

f. Bidang Keahlian : Pariwisata

g. Alamat kantor/Telp : Jl. Udayana-Singaraja/ 0362-23884 h. Alamat Rumah : Jl. Arjuna no.13L/0362-22024 2. Anggota Tim Pengusul

a. Jumlah : 1 orang

b. Nama Anggota 1 : I Nengah Suarmanayasa, SE.,M.Si c. Nama Anggota 2 : Gede Putu Agus Jana Susila, SE.,MBA d. Nama Anggota 3 : I Made Pradana Adiputra, SE., SH.,MSi 3. Lokasi Kegiatan P2M : Desa Penelokan, Kecamatan Kintamani,

Kabupaten Bangli

4. Luaran yang dihasilkan : Buku panduan direct selling 5. Jangka waktu pelaksanaan : 8 (delapan) bulan

6. Biaya total : Rp. 5.000.000,- 7. Sumber biaya : DIPA

Mengetahui, Singaraja, 31 Oktober 2011 Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Tim Pengusul

Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd Ni Md Ary Widiastini, S.ST.Par.,M.Par NIP. 196702211993031002 NIP. 198104162005012002

Mengetahui,

Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP. 195901011984031003

(3)

3 DAFTAR ISI ISI HAL Sampul Depan Halaman Pengesahan Daftar Isi 1. Judul Kegiatan 2. Mitra Kegiatan 3. Persoalan Mitra 4. Status Sosial Mitra 5. Lokasi Kegiatan P2M 6. Tim Pelaksana P2M 7. Aktivitas P2M

1) Metode Pelaksanaan Kegiatan 2) Waktu Efektif Pelaksanaan

3) Pemetaan dan sosialisasi program penerapan 4) Evaluasi keberhasilan

8. Alasan Kelanjutan Kegiatan

9. Dokumentasi 10. Evaluasi Kinerja Program

11. Lampiran

1. Makalah Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat 2. Rincian Pengeluaran Biaya

(4)

4

1. Judul : Pendampingan Penyusunan Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Objek Wisata Desa Penelokan Berbasis Masyarakat Lokal

2. Mitra Kegiatan :

Mitra pada kegiatan P2M ini adalah masyarakat pedagang acung yang menjajakan barang dagangannya dengan cara mengacung pada objek wisata di Desa Penelokan, Batur Tengah Kintamani. Dalam hal ini, tim pelaksana telah berjanji kepada para pedagang acung untuk mempertemukan mereka kepada penentu kebijakan yakni ketua dinas pariwisata dalam

Terdapat 20 orang pedagang acung yang ikut serta dalam program pengabdian kepada masyarakat yakni penjual berbagai jenis souvenir seperti pernak-pernik, baju, kain, buah dan tato, Ketua dan anggota Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Buleleng.

Tabel 1. Data Peserta Pelatihan P2M

No Nama Alamat

1 Ni Nyoman Armoni Disbudpar

2 Ida Ayu Nurhayati, SH Disbudpar 3 Ni Ketut Sucipta Dewi Disbudpar 4 Dw Ayu Nyoman Kartika Disbudpar

5 Wy Merta Yasih Julah

6 Wyn Suputra Batur

7 Ni Luh Indah Yanti Penuktukan

8 I Wayan Rustika Batur Selatan

9 Ni Komang Wardani Batur Tengah

10 Ni Komang Nyaya Batur Utara

11 Ni Kadek Daging Batur Tengah

12 Ni Putu Desy Batur Tengah

13 Luh Marsini Batur Tengah

14 Ketut Tarpun Batur Tengah

15 Sudi Eka Putra Batur Selatan

16 Made Rodi Mahajaya Batur Tengah

17 Kadek Rudi Antara Batur Selatan

18 Putu Arianta Batur Utara

19 Made Sukarsa Batur Utara

20 Wayan Astra Batur Tengah

21 Buda Aryana Batur Selatan

22 PT Rima Andrakari Batur Selatan

23 I Putu Sudarma Batur Tengah

(5)

5

No Nama Alamat

I Wayan Gede Wiradang Batur Selatan

I Wayan Syardana Batur Selatan

S.K Ardika Disbudpar

I Kadek Wargayasa Segara

I Wayan Meya Arta Disbudpar

I Md. Suarnika Koramil

I Wayan Juliarsa Disbudpar

A.A.Gd Dedy Baratha Disbudpar

Ni Wayan Sarmini Disbudpar

Alit Sartha Wijaya Disbudpar

3. Persoalan Mitra

Beberapa permasalahan yang ditemukan pada tahun 2011 adalah masyarakat memiliki kekurangan dalam teknis mengkomunikasikan produk wisata yang mereka jual dan kurang variatifnya produk yang dijual. Namun, selain permasalahan tersebut terdapat pula beberapa hal yang menjadi kendala besar untuk memberikan kesempatan bagi pedagang acung untuk menjadi insan pariwisata yang baik yakni kurangnya peranan pemerintah daerah setempat dan pengelola objek yang ditunjuk oleh Pemda dalam mendukung pedagang acung untuk menjual souvenirnya di tempat-tempat yang telah disediakan. Hal ini terungkap jelas ketika masyarakat dikumpulkan dalam satu ruangan saat kegiatan pelatihan berlangsung, ketika salah satu dari mereka berbicara dan mengeluhkan semua keadaan yang dibiarkan oleh pemerintah dan yang lainpun barulah mau berbicara fakta.

Adanya ketidakdisiplinan pengelola objek terutama pengelola parkir yang notabena adalah dari pemerintah daerah setempat, mengakibatkan wisatawan tidak lagi parkir di area Stop Over Kintamani namun memilih mem-parkir kendaraannya di depan objek sehingga waktu kunjungan relatif singkat. Dengan adanya waktu kunjungan yang relatif singkat, maka kesempatan pedagang acung untuk menjual barang dagangnnya semakin sulit. Hal inilah yang mengakibatkan masyarakat harus memaksa wisatawan untuk membeli produk yang mereka jual dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Melihat kondisi tersebut, maka sangat diperlukan adanya hubungan kerjasama yang baik antara masyarakat pedagang acung dengan pemerintah,

(6)

6

masyarakat pedagang acung dengan travel/guide, dan pemerintah daerah dengan guide. Masyarakat sangat mengharapkan peranan pemerintah yang dalam hal ini khususnya pengelola objek wisata di Desa Penelokan agar mampu menjembatani aspirasi mereka yakni dengan mengatur jalannya kunjungan wisatawan sehingga waktu singgah wisatawan cukup banyak dan mampu meberikan peluang bisnis bagi masyrakat pedagang acung yang berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara menjual produk wisata/souvenir.

Apabila dilihat dari tersedianya fasilitas yang tersedia yakni tempat parkir yang luas di area Museum Goepark, trotoar yang bersih dan rapi, serta tempat shelter-shelter yang memadai, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah untuk mengatur jalur kunjungan wisatawan yakni : 1) wisatawan parkir di area Museum Geopark yang notabena adalah Stop Over Kintamani; 2) wisatawan menuju lokasi yaitu melihat pemandangan Gunung dan Danau Batur dengan berjalan kaki. Dengan dua kegiatan tersebut, maka waktu kunjungan wisatawan akan menjadi lebih lama sehingga memberi kesempatan bagi pedagang acung untuk menjelaskan produk yang mereka jual dan persentase penjualan souvenir akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi saat ini yakni wisatawan turun di depan objek hanya dengan waktu 5-10 menit.

Selain itu, peranan guide dalam memberi kesempatan wisatawan untuk membeli produk lokal sangat besar. Adanya larangan yang dilakukan oleh guide yang melarang wisatawan untuk membeli produk lokal di objek wisata Desa Penelokan ini dengan alasan produk yang ditawarkan tidak bagus dan mahal, telah menjadi factor yang sangat besar terhadap penjulan produk wisata yang dijual oleh pedangan acung di objek wisata Desa Penelokan ini.

Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya sebuah pembicaraan yang dilakukan bersama dengan menghadirkan masyarakat pedagang acung, wakil dari pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli. Kepala dinas pada saat kegiatan berlangsung ikut hadir untuk memberikan berbagai penjelasan tentang permasalahan yang terjadi, dan Bapak Gobang selaku kadisparda mengatakan bahwa pedagang acung akan

(7)

7

diberikan pakaian yang seragam apabila dana dari pusat sudah turun, sedangkan untuk souvenir yang akan dijual adalah produk yang khusus mencirikan Kintamani sebagai kawasan Geopark.

4. Status Sosial Mitra

Status sosial mitra adalah sebagai pedangan acung yang berada di sekitar objek wisata Desa Penelokan. Sebagian besar masyarakat di daerah sekitar objek wisata di Desa Penelokan memiliki profesi kerja sebagai pedagang acung demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang acung tidak hanya dari kalangan orang tua atau yang sudah dewasa, namun juga dilakukan olen anak-anak yang masih sekolah baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang melakukan kegiatan meng-acung dengan alasan untuk memperoleh bekal saat masuk sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang mayoritas tamat Sekolah Dasar (SD), kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan profesi pedagang acung menjadi pekerjaan pokok masyarakat di desa ini.

Pada kesempatan kali ini, pihak dinas pariwisata dan kecamatan juga membantu proses pelaksanaan kegiatan, dan sumber pembicara utama untuk mengklarifikasi hal itu adalah Ketua Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.

5. Lokasi P2M

Kegiatan program pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kantor Kepala Desa, Batur Tengah. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan, karena yang membantu proses pelaksanaan kegiatan adalah staff dari dinas pariwisata dan staff dari kantor kepala desa.

6. Tim P2M

Tim pelaksana utama program pengabdian kepada masyarakat tentang Pendampingan Penyusunan Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Objek Wisata Desa Penelokan Berbasis Masyarakat Lokal yakni : 1) Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par.,M.Par selaku ketua pelaksana; 2) I Nengah

(8)

8

Suarmanayasa, SE.,MSi; 3) Putu Gede Agus Jana Susila, SE.,M.Si dan 4) I Made Pradana Adiputra, SE., SH, M.Si

7. Aktivitas P2M

1) Metode Pelaksanaan P2M

Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan tujuh tahapan yakni :

a) Menginforamsikan kegiatan kepada dinas pariwisata Kabupaten Bangli.

b) Menginformasikan kegiatan kepada Kepala Desa setempat.

c) Melakukan pendekatan dengan ketua dinas pariwisata Kabupaten Bangli beserta staffnya yang memiliki kewenangan ini untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pedagang acung.

d) Mencari tempat untuk dijadikan sebagai tempat pelatihan dalam kegiatan P2M.

e) Mendata ulang peserta hingga mendapatkan data peserta yang akan datang.

f) Membuat dan memberikan surat undangan kepada peserta pelatihan tiga hari sebelum kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan. g) Melaksanakan kegiatan.

2) Waktu Efektif Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelatihan dilaksanakan satu hari yakni pada tanggal 4 September 2012, Pukul 08.00 wita – selesai dengan rincian kegiatan yakni:

a) Registrasi peserta (peserta diberikan bahan pelatihan berupa buku saku, buku tulis, pulpen yang sudah ada dalam satu tas/kits)

b) Snack c) Pembukaan d) Pemberian materi e) Pemberian klarifikasi f) Pelaksanaan klarifikasi

(9)

9 g) Makan siang

h) Penutup

3) Sosialisasi Program Penerapan

Kegiatan P2M ini dilakukan dengan melibatkan dinas pariwisata daerah Kabupaten Bangli beserta staff, kepala desa beserta staff dan pedagang acung yang ada di desa Batur Tengah, Kintamani.

Karena tahun lalu, tim sudah pernah melakukan kegiatan P2M di daerah ini, maka untuk kegiatan saat ini menjaid lebih mudah dalam hal sosialisasi. Kebutuhan yang mnedesak karena keinginan pedagang acung untuk bisa berkomunikasi langsung dengan pimpinannnya yakni ketua dinas pariwisata Kabupaten Bangli, maka hal ini disambut baik oleh kedua belah pihak yakni pemerintah daerah dan pedagang acung.

4) Evaluasi Keberhasilan

Pada saat kegiatan, ketua dinas pariwisata Kabupaten Bangli berusaha mengklarifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam proses penjualan souvenir yang dihadapi oleh pedagang acung. Dan untuk memberikan masukan kepada dinas pariwisata agar lebih memahami pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, maka tim memberikan materi dan buku WTO (World Tourism Organization) yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata (sustainable development dan community based development). Makalah terlampir.

8. Alasan Kelanjutan Program

Berdasarkan hal yang telah disampaikan oleh ketua dinas pariwisata Kabupaten Bangli, bahwa mereka akan dibentuk tim dan struktur organisasi untuk mempermudah koordinasi dalam penjualan souvenir. Selain itu juga akan diadakan pembangunan untuk kios sebagai temapt penjualan souvenir, namun pedagang acung akan tepat sebagai penjual.

Mengingat jumlah pedagang acung yang sangat banyak dan keinginan mereka untuk mencari pekerjaan lain seperti menjadi pembuat produk seharusnya disambut baik oleh pemerintah daerah. Terlebih barang dagangan yang dijual saat ini dapat ditemukan di tempat lain dengan harga yang lebih

(10)

10

murah. Dan pemikiran apabila mereka sebagai pembuat, maka perputaran uang akan terjadi di wilayah ini sehingga kesejahteraan lebih tercipta. Kedepannya, perlu peranan pemerintah untuk membantu merealisasikan keinginan masyarakat sebagai pembuat produk wisata sehingga tidak perlu lagi membeli di tempat lain yang akhirnya hanya memberikan keuntungan yang kecil dari nilai jual produk tersebut.

9. Dokumentasi

Beberapa dokumentasi yang dapat dipaparkan dalam kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Registrasi Peserta

(11)

11

Gambar 4. Tim Pelaksana dan Kadisparda

(12)

12

Gambar 6. Tim Memberikan Penjelasan Dari Tujuan Kegiatan dan Memaparkan Makalah Tentang Pengembangan Berbasis Masyarakat

Gambar 7. Tim Memberikan Buku Tentang Sustainable Development Yang Dipaparkan Oleh World Tourism Organization

(13)

13 10. Evaluasi Kinerja Program

Target luaran yang diharapkan dari kegiatan P2M ini adalah memberikan pemahaman kepada pemegang kebijakan agar lebih memahami kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata. Dalam hal ini dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bangli yang memiliki kewenangan dalam menentukan arah pengembangan pariwisata di objek wisata Kintamani, seharusnya memahami hal-hal yang patut diperhatikan khususnya yang berkaitan dengan masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata di daerahnya. Berbagai permasalahan yang terjadi di Kintamani ini menuntut pemerintah daerah (disaparda) untuk membantu masyarakat pedagang acung, khususnya kebijakan agar produk – produk yang dijual oleh pedagang acung bisa dibeli oleh wisatawan, sehingga mereka mendapatkan masukan ekonomi yang ditujukan dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Bagan 1. Tahapan Evaluasi Kegiatan P2M PELAKSANAAN KEGIATAN P2M

LAPORAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT

FOCUS GROUP DISCUSSION DENGAN MELIBATKAN SEMUA PIHAK YANG IKUT SERTA DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA PENELOKAN

(PEDAGANG ACUNG, PENGELOLA, PEMDA, TOKOH MASYARAKAT, TRAVEL AGENT/GUIDE)

IDENTIFIKASI BENTUK PEMBINAAN DAN PENGABDIAN YANG PERLU DILAKUKAN LAGI

(14)

14 11. Lampiran-Lampiran

1) Isi Makalah

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PARIWISATA di KINTAMANI BERBASIS MASYARAKAT YANG HUMANIS

oleh

Ni Made Ary Widiastini I Nengah Suarmanayasa Gede Putu Agus Jana Susila

1. Pendahuluan

Pariwisata sebagai industri di Bali memang banyak memberikan implikasi terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di bidang sosial dan ekonomi. Dalam hal ini, masuknya pariwisata ke Kintamani dan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata yang menyuguhkan pemandangan alam yang eksotis serta mendatangkan wisatawan ke tempat ini, telah mampu menggerser mata pencaharian masyarakat yang awalnya sebagai petani/peternak kini beralih fungsi menjadi pedagang acung dengan menjual berbagai jenis cinderamata/souvenir kepada setiap pengunjung yang datang ke lokasi. Sekarang dapat ditemukan sebagain besar masyarakatnya sudah menjadi pedagang baik itu yang mengacung di pinggir jalan maupun berjualan di dalam kios atau toko. Padahal apabila mereka mau sebagai petani hasil pertanian masih mampu menjajikan untuk memberi penghasilan, hal ini disebabkan karena kondisi lahan di daerah ini subur sehingga mampu dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman buah dan sayuran yang sangat laku di pasar baik di pasar tradisional maupun pasar modern seperti supermarket.

Masyarakat Kintamani sebagai individu yang berada di daerahnya memiliki berbagai kepentingan ekonomi dalam menyikapi kedatangan wisatawan yakni berlomba untuk mendapat penghasilan sebagai pedagang. Hal ini dibuktikan dengan berprofesinya mereka sebagai pedagang souvenir, pembuat tato hingga penjual buah-buahan lokal. Sedangkan wisatawan yang datang berkunjung,

(15)

15

memiliki berbagai motivasi untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, keamanan dan sebagian dari mereka ingin membeli produk lokal. Melihat kedua kebutuhan diatas baik dari masyarakat maupun wisatawan, seharusnya ada kesepemahaman antara kedua belah pihak agar masing-masing keinginan dapat terwujud.

Namun, yang terjadi saat ini adalah masyarakat merasa dirugikan dengan singkatnya waktu kunjung wisatawan yang diatur oleh biro perjalanan wisata, bahkan mereka juga mengemukakan bahwa guide/pemandu wisata seringkali melarang klien mereka untuk membeli produk yang ditawarkan oleh pedagang acung. Hal ini disebabkan karena wisatawan sering ditipu oleh pedagang acung, bahkan tidak hanya dalam bentuk barang, namun juga dalam bentuk uang yang disebut dengan “sulap money”. Barang yang dibeli oleh wisatawan ternyata berbeda yang diterimanya setelah bungkusan barang tersebut dibuka di dalam kendaraan, atau uang yang dibayarkan menjadi kurang karena pedagang acung telah membawa uang cadangan yakni 10 dolar ditukar menjadi 1 dolar sehingga wisatawan harus mengeluarkan uang lagi.

Sementara, pedagang acung pun mengeluhkan karena guide sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mendatangkan wisatawan saat ini memberi waktu singgah di objek sangat singkat yang disebabkan karena tujuan utama mereka datang adalah menikmati makan siang (lunch) di restoran yang sudah menjadi langganan guide. Bahkan sebagian besar dari mereka melarang kliennya (wisatawan) untuk membeli produk mereka dan memilih untuk membeli di toko. Hal ini disebabkan karena, dengan mengajak wisatawan makan di restoran dan berbelanja di toko maka tips yang mereka dapatkan mencapai 40% dari total uang yang dikeluarkan kepada wisatawan, sehingga pemasukan yang cukup besar untuk guide, sopir dan travel tempat mereka bekerja. Meski tidak ada aturan normatif yang mengatur sistem pemberian tips (guide fee), namun keadaan ini telah diterima oleh pelaku pariwisata karena menguntungkan bagi kedua belah pihak (penjual dan guide). Menyikapi hal tersebut, para pedagang acung juga telah berupaya untuk memberikan tips kepada guide apabila barang dagangannya dibeli oleh kliennya.

(16)

16

2. Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata Kintamai Berbasis Masyarakat Lokal Yang Humanis

Permasalahan antara masyarakat pedagang acung dengan guide di objek wisata Kintamani sudah terjadi lama, hanya saja konflik-konflik yang terjadi belum mengakibatkan pertikaian. Dalam hal ini guide memilih untuk berbuat dengan caranya sendiri, sedangkan pedang acung tetap berusaha untuk menjual produknya agar dibeli oleh konsumen meski terkadang kurang memperhatikan keinginan wisatawan yang datang hanya untuk melilhat panorama. Keberadaan pedagang acung sering dianggap pengganggu oleh guide karena konsumennya mengeluh terus dipaksa untuk berbelanja dari daru datang hingga mau naik ke kendaraan. Bahkan pedagang acung terus berusaha mengejar dengan tujuan hanya untuk mendapatkan penghasilan harian yang digunakan sebagai makan sehari-hari.

Gambar 1. Pedagang Acung Berusaha Semaksimal Mungkin Untuk Menawarkan Produknya Kepada Wisatawan

Kondisi yang terjadi di Kintamani tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian yang ditangani oleh pihak pemerintah yang dalam hal ini memiliki kewenangan untuk membuat regulasi pada sistem kepariwisataan di wilayahnya. Sesuai dengan teori Greenwood yang dikemukakan oleh Noronha, 1977 dalam tesis widiastini, yang membagi perkembangan daerah tujuan wisata menjadi tiga fase yaitu (1) Discovery, yaitu perkembangan pariwisata terjadi secara spontan dan sporadis karena adanya respon masyarakat yang

(17)

17

mengakomodasi wisatawan yang mengunjungi daerahnya; (2) Lokal response and initaitive, inisiatif masyarakat lokal sudah insentif dan pemerintah ikut campur dalam pengaturannya; (3) Institutionalize, yaitu pada akhirnya sistem pariwisata dikuasai atau didominasi oleh pihak luar dan pada fase pariwisata sudah menjadi industri skala internasional, pada fase inilah masyarakat lokal terpinggirkan. Melihat teori tersebut, daerah Kintamani masih berada pada fase lokal response and initaitive, meskipun kebutuhan dan keinginan yang merupakan trend internasional, seperti dibutuhkannya pelayanan pariwisata berstandar internasional sudah diterapkan di hotel dan restoran yang ada di sekitar objek.

Memahami makna lokal response and initaitive, peranan pemerintah merupakan hal yang penting untuk mengarahkan daerah dan masyarakat untuk siap menjadi pelaku pariwisata yang baik dan profesional. Satu hal yang patut dibanggakan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Bangli ini, bahwa daerah tujuan wisata Kintamani belum dikuasai oleh orang luar, dimana wilayah ini masih kuat sistem kebersamaannya yang memilih untuk berteman dengan sesama warga lokal meskipun harus berkompetisi dalam menjual produk daripada menjadi buruh di daerahnya dengan mengabdikan diri kepada orang luar. Hal ini dikemukakan oleh salah seorang pedagang acung pada saat dilaksanakan pengabdian masyarakat bulan oktober tahun 2011 lalu, dimana dikatakan ”meski bersaing dan uang yang didapat sedikit, tetapi yang penting dapat tetap bersama”. Hal ini merupakan sesuatu yang positip agar mereka dan wilayahnya tidak mengalami fase institutionalize, yang dimana pada fase ini masyarakat lokal dapat terpinggirkan apabila tidak memiliki skill dan knowledge yang dibutuhkan oleh industri pariwisata. Terlebih lagi, masyarakat di wilayah ini tingkat pendidikannya sebagian besar tamatan SD.

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Batur Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 899 orang

2 Tamat SD 1.015 orang

3 Tamat SMP 383 orang

4 Tamat SMA 556 orang

(18)

18

Kondisi masyarakat yang dipaparkan diatas, tentu membutuhkan uluran tangan dari pihak yang memiliki tugas dan kewenangan dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata, khususnya memahami keberadaan dan kebutuhan mereka. Terlebih lagi, pengembangan pariwisata di wilayah mereka seharusnya memegang prinsip pariwisata berkelanjutan.

Organisasi pariwisata internasional yakni The World Tourism Organization mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut:

“Sustainable tourism development guidelines and management practice are applicable to all forms of tourism in all types of destinations, including mass tourism and the various niche tourism segments. Sustainability principles refer to the environmental, economic, and socio cultural aspects of tourism development and a suitable balance must be establishment between these three dimensions to guarantee its long-term sustainability. Thus, sustainability tourism should: 1) Make optimal use of environmental resources that constitute a key element in tourism development, maintaining essential ecological processes and helping to conserve natural resources and biodiversity; 2) Respect the socio cultural authenticity of host communities, conserve their built and living cultural heritage and traditional values and contribute to their-cultural understanding and tolerance; 3) Ensure viable, long term economic benefits to all stakeholders that are fairly distributed, including stable employment and income earning opportunities and social service to host communities and contributing to poverty alleviation.

Sustainable tourism development requires the informed participation of all relevant stakeholders, as well as strong political leadership to ensure wide participation and consensus building. Achieving sustainable tourism is a continuous process and it requires constant monitoring of impacts, introducing the necessary of preventive and/or corrective measure whenever necessary.

Sustainable tourism should also maintain a high level of tourist satisfaction and ensure a meaningful experience to the tourists, raining their awareness about sustainable issues and promoting sustainable tourism practices amongst them.”

Paparan diatas dapat dipahami yakni bahwa prinsip-prinsip pengembangan pariwisata keberlanjutan harus memperhatikan berbagai aspek yakni lingkungan, budaya, ekonomi, sosial. Pariwisata berkelanjutan seharusnya: 1) Memanfaatkan sumber daya lingkungan yang merupakan elemen kunci dalam pengembangan

(19)

19

pariwisata, memelihara proses ekologi penting dan membantu untuk melestarikan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, 2) Menghormati keaslian budaya sosial masyarakat tuan rumah, melestarikan mereka dibangun dan hidup warisan budaya dan nilai-nilai tradisional dan berkontribusi-budaya mereka pemahaman dan toleransi; 3) Memastikan masyarakat mendapat manfaat ekonomi.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata, seharusnya memperhatikan sumber daya lokal baik itu sumber daya alam, sumber daya budaya dan sumber daya manusianya. Dimana dalam memanfaatkan sumber daya- sumber daya tersebut, masyarakat harus memperoleh manfaat positip khususnya bidang ekonomi. Tentunya, ini dapat tercapai dengan memberdayakan masyarakat menjadi individu-individu yang mampu memanfaatkan potensi dirinya menjadi pelaku pariwisata yang memahami kebutuhan dan motivasi wisatawan serta mampu memberikan pelayanan pariwisata yang professional, sekalipun hanya sebagai pedagang acung. Selain itu dalam penjualan produk lokal sebagai souvenir, seharusnya dapat penjual mampu memahami kebutuhan dan keinginan konsumen yakni wisatawan. Terlebih lagi, produk buatan Bali sudah banyak di ekspor yang kemudian dijual di negara mereka sendiri. Masyarakat Kintamani sebagai individu yang kemampuan dan pengetahunnya masih kurang dalam hal pemahaman tentang kebutuhan wisatawan terhadap produk lokal, menjadi catatan penting bagi pemerintah atau pemilik modal yang ingin berbisnis namun tetap memperdulikan masyarakat untuk membantu masyarakat menjadi individu yang paham terhadap kebutuhan pasar.

Jumlah pedagang acung yang sangat banyak hingga mencapai 107 orang dalam wilayah dagang yang cukup sempit lake view dan garden view, menyebabkan persaingan untuk mendapatkan konsumen semakin ketat. Ini sesungguhnya dapat diatasi dengan memberikan peluang dan kesempatan kepada masyarakat untuk membagi dirinya sebagai pembuat produk dan penjual produk. Tidak hanya mengandalkan kiriman barang dari daerah Badung dan Gianyar, namun juga seharusnya mereka bisa membuat produk yang sesuia dengan karakteristik mereka. Tentu, dalam hal ini modal dan kreatifitas menjadi hal yang sangat penting. Namun, apabila pihak pemerintah mau bekerjasama dengan kalangan pemilik modal untuk membantu dalam hal permodalan dan kalangan

(20)

20

akademisi pada bidang pembuatan desain yang kreatif dan inovatif, ini akan menjadi peluang bagi masyarakat Kintamani untuk meperoleh penghasilan yang lebih dari sebelumnya.

Pembuatan sebuah produk tentu memerlukan kajian tentang kebutuhan pasar yang disesuaikan dengan trend pasar yang terus berkembang dari waktu ke waktu. World Tourism Organization, 2005 menjelaskan:

“The vialibility of tourism destinations and individual enterprises depends on an ability to identify markets that will continue to deliver business in the along term; to understand what potential consumers are looking for; and to adapt to trends and canges in source market research to guide tourism development in the destination as a whole and realistic market assessment for individual project proposals. Long –term viability needs satisfied visitors who return and who

recommend other to visit. This means delivering an experience that meets or exceeds expectations. It requires: An emphasis on the quality of every component of the visitors experience, including mechanism for checking, identifying and improving it; Attention to value for money and the overall competitiveness of the destination; Obtaining regular feedback from visitors”

Paparan yang dikemukakan oleh WTO diatas dapat dijelaskan bahwa perlu adanya pemahaman dan kemampuan dalam mengidentifikasi pasar yang potensial untuk dijadikan sebagai sasaran, sehingga dapat diketahui hal-hal yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen, termasuk kemampuan beradaptasi terhadap trend dan perubahan pasar. Menyikapi hal tersebut, maka pelaku pariwisata dituntut untuk terus berkreatifitas untuk menghasilkan produk wisata yang kreatif dan inovatif. Dalam waktu jangka panjang, pihak-pihak yang terlibat sebagai penjual produk wisata dituntutb untuk harus mampu mendapatkan konsumen yang potensial sebagai target dari produk yang dijual. Dalam hal ini value for money menjadi sangat penting untuk diperhatikan, yakni jumlah uang yang dibayarkan kepada wisatawan harus memiliki nilai yang setara dengan produk wisata yang dibelinya, sehingga dapat tercipta sebuah kepuasan.

Penjelasan tentang kondisi masyarakat dan alternatif yang telah disampaikan diatas, maka sangatlah penting dipahami bahwa masyarakat di Kintamani sesunggguhnya memiliki potensi untuk menjadi pelaku pariwisata yang professional. Tentu untuk mewujudkan hal ini perlu bantuan dari berbagai

(21)

21

pihak baik itu pemerintah, kalangan akademisi dan penanam modal. Khusus bagi pemerintah daerah Kabupaten Bangli, baik itu dalam lingkup desa, kelurahan, hingga kabupaten seharusnya mampu memahami kebutuhan masyarakat yang juga disesuiakan dengan tuntutan pasar.

Kintamani sesugguhnya telah memiliki tempat parkir yang sangat luas dan dapat digunakan sebagai tempat untuk parker bagi pengunjung yang datang. Dengan membuat aturan yang tegas bahwa semua pengunjung harus parkir ditempat yang telah disediakan yakni di stop over Kintamani di depan museum Geopark, maka waktu kunjung wisatawan dapat menjadi lebih lama. Hal ini akan berdampak langsung terhadap waktu jual pedagang acung kepada wisatawan. Ketegasan dan pengawasan yang ketat tentu harus diberlakukan di daerah ini, mengingat banyak juga sopir atau guide yang bermain curang dengan memarkir kendaraannya di sekitar objek yang selian berdampak terhadap rendahnya penjualan masyarakat juga berdampak terjadap kondisi jalan yang terkesan tidak rapi karena banyak kendaraan yang parkir sesuka hati mereka.

Dengan mengambil sikap yang mampu memenangkan kedua belah pihak yakni masyarakat yang merupakan individu-individu yang memiliki daerah tersebut dan guide yang memiliki kemampuan untuk mendatang wisatawan. Masyarakat seharusnya memahami kondisi guide yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang ramah, aman dan nyaman kepada wisatawan. Sedangkan guide juga harus memahami bahwa masyarakat pedagang acung adalah orang yang menjaga objek wisata tersebut dan berprofesi sebagai pedagang acung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila hal ini dipahami oleh kedua belah pihak, maka akan terjadi keharmonisan antara masyarakat, guide dan wisatawan. Hal inilah yang nantinya dapat mewujudkan pariwisata yan berbasis masyarakat dan bersifat humanis. Menyikapi hal tersebut, maka perlu adanya peranan pemerintah daerah untuk mempertemukan kesepemahaman dan kesepakatan kedua belah pihak hingga tercipta solusi yang memenangkan bagi masyarakat pedagang acung maupun guide.

(22)

22 3. Penutup

Pariwisata merupakan industri yang mampu memberikan berbagai implikasi terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik itu pada bidang sosial, ekonomi, budaya hingga politik. Implikasi yang paling nyata dirasakan oleh masyarakat secara langsung adalah sosial dan ekonomi, dimana dengan mengambil peluang kerja di bidang industri pariwisata baik itu sebagai karyawan maupun pedagang telah mampu memberikan kontribusi langsung terhadap penghasilan mereka yang dimanfaatkan untuk makan, sekolah dan bersosialisasi. Perkembangan pariwisata di Kintamani tekah banyak memunculkan permasalahan-permasalahan, namun hingga pada pertikaian. Salah satu permasalahannya adalah kurangnya komunikasi yang baik antara masyarakat pedagang acung dengan guide dalam member pelayanan kepada wisatawan. Untuk itu perlu adanya pendampingan dan pengawasan terhadap kondisi seperti ini sehingga kebutuhan masyarakat pedagang acung dalam memperoleh penghasilan terpenuhi tanpa harus membuat wisatawan merasa tidak aman dan nyaman. Begitupula sebaliknya, guide sebagai orang luar yang telah diterima baik oleh masyarakat sekitar seharusnya mampu memebrikan kontribusi kepada masyarakat dengan memperpanjang waktu singgah wisatawan yang berimplikasi terhadap peluang bagi pedagang acung untuk menawarkan produk mereka.

IV. Daftar Pustaka

Widiastini, Ni Made Ary. 2008. Pemanfaatan Puri Ubud Sebagai Objek Wisata Serta Implikasinya Terhadap Desa-Desa Di Kawasan Pariwisata Ubud, Gianya, Bali. Program Studi Kajian Pariwisata. Universitas Udayana. Denpasar.

____________________. 2010. Model Pembinaan Dan Pelatihan Yang Tepat Untuk Diterapkan Kepada Masyarakat Lokal Di Objek Wisata Penelokan Untuk Meningkatkan Kualitas Komunikasi Dan Tata Cara Penjualan Yang Sesuai Dengan Kebutuhan Wisatawan.

World Tourism Organization. 2005. Making Tourism More Sustainable (a Guide For Policy Makers). United Nation Environment Programme.

(23)

23 2) Pengeluaran Biaya P2M

No Jenis pengeluaran Jumlah Satuan

Biaya Satuan Total Pengeluaran

1 ATK (kertas HVS A4, Tinta Printer, CD)

1 paket - Rp. 400.000,-

2 Pembuatan Proposal 1 paket - Rp. 300.000,-

3 Konsumsi dan

perlengkapan disiapkan oleh staff kantor kepala desa (Tim hanya menyerahkan uang)

1 paket - Rp. 1.700.000,-

4 Transport kepala dinas pariwisata daerah Kabupaten Bangli

1 orang - Rp. 300.000,-

5 Transportasi ke lokasi 3 kali Rp. 250.000,- Rp. 750.000,- 6 Buku untuk Kadisparda

Kabupaten Bangli

1 eks - Rp. 500.000,-

7 Banten 1 - Rp. 130.000,-

8 Dokumentasi 1 - Rp. 100.000,-

9 Foto copy bahan laporan

1 paket - Rp. 100.000,-

10 Sertifikat P2M 4 Rp. 5000,- Rp. 20.000,-

11 Makalah 1 paket Rp. 250.000,-

11 Pembuatan laporan 1 paket - Rp. 200.000,-

12 Penggandaan laporan 1 paket - Rp. 200.000,-

(24)

24 3) Identitas Diri Pelaksana P2M I. Ketua

a) Identitas Diri

1.1. Nama Lengkap Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par., M.Par 1.2. Jabatan Fungsionalis Lektor

1.3. NIP 198104162005012002

1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 16 April 1981 1.5. Alamat Rumah Jl. Arjuna no. 13

1.6. Nomor Telepon 0362-22024

1.7. Nomor HP 081805536690

1.8. Alamat Kantor Jl. Udayana Singaraja 1.9. Nomor Telepon/Fax 0362-23884

1.10. Alamat e-mail ary.widiastini@gmail.com 1.11. Lulusan yang telah

dihasilkan

S1= - orang S2= - orang S3= - orang

1.12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Pariwisata Budaya 2. Front Office I 3. Tata Graha I 4. Tata Graha II 4. Akuntansi Perhotelan I 5. Akuntansi Perhotelan II b) RIWAYAT PENDIDIKAN 2.1. Program S1 S2 S3

2.2. Nama PT Sekolah Tinggi Pariwisata

Kajian Pariwisata Kajian Budaya 2.3. NIM 99.15010 0691061006 2.4. Tahun Masuk 1999 2006 2012 2.5. Tahun Lulus 2003 2008 2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi Peran Serta Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Wisata Batu Ampar, Kabupaten Buleleng

Pemanfaatan Puri Sebagai Objek dan Daya tarik Wisata Serta Implikasinya Terhadap Desa Pekraman Ubud, Gianyar, Bali 2.7. Nama Pembimbing/ Promotor 1. I Wayan Mertha, SE., M.Si Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Made Heny Urmila Dewi, SE., M.Si

(25)

25 c). PENGALAMAN PENELITIAN

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jumlah (Juta Rp) 1 2011 Pengembangan Model Pemasaran Objek

dan Daya Tarik Wisata Serta Fasilitas Wisata di Kabupaten Buleleng (KETUA)

DIKTI Rp. 35.000.000,-

2 2010 Pengembangan Model Pembinaan dan Pelatihan Interaksi Masyarakat Lokal Dengan Wisatawan di Objek Wisata Desa Penelokan, Kecamatan Kintamani (KETUA)

DIPA UNDIKSHA

Rp. 6.000.000,-

3 2010 Pengembangan Model Pengelolaan Pantai Sebagai Objek dan Daya Tarik Pariwisata Berbasis Modal Natural, Ekonomi, Human dan Sosial di Bali (ANGGOTA)

DIPA UNDIKSHA

Rp. 64.000.000,-

4 2009 Kajian Revitalisasi Terminal Sangket Sebagai Pusat Layanan dan Informasi Pariwisata Kabupaten Buleleng (KETUA)

BAPPEDA Rp. 40.000.000,-

5 2009 Penyertaan Modal Sosial Dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata Ubud Serta Implikasinya Terhadap Desa Pekraman (ANGGOTA)

DIPA UNDIKSHA

Rp. 100.000.000,-

6 2008 Pergeseran Fungsi dan Makna Patung Ganesha Dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Silakarang, Kabupaten Gianyar (KETUA)

Mandiri Rp. 3.500.000,-

7 2007 Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar Manajemen (KETUA)

DIKTI Rp. 10.000.000,-

8 2007 Profil Wisatawan dan Sumber Daya Manusia Pada Hotel dan Restoran di Kabupaten Buleleng Serta Pola Pembinaannya

(Studi Kasus Pasca Bom Bali) (KETUA)

DIKTI Rp. 10.000.000,-

9 2006 Peranan Puri Ubud Dalam

Pengembangan Kawasan Wisata Ubud-Bali (KETUA)

DIPA IKIP SINGARAJA

Rp. 3.500.000,-

10 2005 Aplikasi Transaksi Keuangan Hotel Dalam Perkuliahan Akutansi Perhotelan Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa D3 Managemen Perhotelan IKIP Negeri Singaraja (KETUA)

DIPA IKIP SINGARAJA

(26)

26

d) PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber Jumlah

1 2011 Pelatihan Dirrect Selling Kepada Pedagang Acung Di Desa Penelokan Kecamatan Kintamani

DIPA

UNDIKSHA

Rp. 5.000.000,-

2 2011 Peserta, Penghijauan di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng

DIPA

UNDIKSHA -

3 2010 Peserta, Pengabdian Kepada Masyarakat Melalui Safari Kesehatan di Panti Sosial Tresna Werda Jara Pati Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng

DIPA

UNDIKSHA -

4 2010 Pelaksana,Pelatihan Penyusunan dan

Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Kelas Bagi Guru IPA SMP di Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng

DIPA

UNDIKSHA -

5 2009 Peserta, Bakti Sosial di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng

DIPA

UNDIKSHA -

e) PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL No Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/

Nomor

Nama Jurnal 1 2010 Penyertaan Masyarakat Lokal

Dalam Pengembangan Stop Over Layanan dan Infromasi Objek dan Daya Tarik Wisata di Terminal Sangket, Kabupaten Buleleng

Edisis Khusus Vol. 9 No. 2, September, hal 13-25 Media Komunikasi FIS, Universitas Pendidikan Ganesha

2 2010 Penyertaan Modal Sosial Dalam Pengembangan Pariwisata dan Implikasinya Terhadap Desa-Desa Pada Kawasan Wisata Ubud, Gianyar, Bali

Vol. 4, Nomor 1, April 2010, hal 1-14

Jurnal Penelitian dan pengembangan Sains dan Humaniora Universitas

Pendidikan Ganesha 2 2010 Pemanfaatan Puri Sebagai Objek

dan Daya Tarik Wisata Serta Implikasinya Terhadap Desa Pekraman Ubud, Gianyar, Bali

Vol. 10 NO. 1 Maret 2010, hal 13-24

Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sebelas Maret

3 2009 Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar Manajemen

Vol 8. No. 1 April 2009 hal. 28-41

Media Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Udayana

(27)

27 f. PENGALAMAN PENULISAN BUKU Tidak Ada

g. PENGALAMAN PEROLEHAN HKI Tidak Ada

h. PENGALAMAN RUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA

Tidak Ada

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengabdian pada masyarakat ini.

Singaraja, 30 Oktober 2012 Pengusul,

(Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par.,M.Par) NIP 198104162005012002

(28)

28 II. Anggota I

a). Identitas Diri

1 Nama Lengkap I Nengah Suarmanayasa, SE.,M.Si

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Jabatan Fungsional -

4 NIP 198502202010121007

5 Tempat dan Tanggal Lahir Bangli, 20 Februari 1985

6 Alamat Rumah Perum Banyuning Permai Blok A2 No.3

7 Nomor Telepon/Fax -

8 Nomor HP 08174780912

9 Alamat Kantor Jl. Udayana No. 12 C Singaraja 10 Nomor Telepon/Fax (0362) 22384/(0362) 29384 11 Alamat e-mail Arman_banker@yahoo.co.id

b) Riwayat Pendidikan

Program D3 S1 S2 S3

Nama PT UNUD UNUD UNUD UNUD

Bidang Umum Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi

Tahun Masuk 2003 2006 2008 2012 Tahun lulus 2006 2008 2010 Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pengeloaan Kredit Berdasarkan Kolektibiltas pada PT Bank BPD Bali Eksistensi Anomali Winner-Loser Saham Industri di Pasar Modal Indonesia Beberapa faktor yang Mempengaru hi Jumlah Kredit yang Diberikan Bank Umum Di Indonesia Nama Pembimbing/ Promot Drs. Dw Nyoman Budiana, M.Si Prof. Dr I Gusti Bagus Wiksuana, MS Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SU dan Drs I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si c) Pengalaman Penelitian No Tahun Judul Penelitian Perencanaan Sumber Jumlah - - - -

(29)

29

d) Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal

No Tahun Judul Artikel

Ilmiah

Volume/Nomor Nama Jurnal

1. - - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hokum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan pengabdian pada masyarakat tahun 2012.

Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan pengabdian ini hingga selesai, apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

Singaraja, 30 Oktober 2012

Anggota,

I Nengah Suarmanayasa, SE.,M.Si NIP. 19850202210121007

(30)

30 III. ANGGOTA 2

a). Identitas Diri

1 Nama Lengkap Gede Putu Agus Jana Susila, SE.,MBA

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Jabatan Fungsional -

4 NIP 198208312010121001

5 Tempat dan Tanggal Lahir Kendari, 31 Agustus 1982

6 Alamat Rumah Perum Banyuning Permai Blok A2 No.3

7 Nomor Telepon/Fax -

8 Nomor HP 0817461534

9 Alamat Kantor Jl. Udayana No. 12 C Singaraja 10 Nomor Telepon/Fax (0362) 22384/(0362) 29384

11 Alamat e-mail -

2. Riwayat Pendidikan

Program S1 S2 S3

Nama PT STIE YKPN

Yogyakarta

MM UGM

Yogyakarta

Bidang Umum Ekonomi Ekonomi

Tahun Masuk 2000 2007

Tahun lulus 2006 2009

Judul

Skripsi/Tesis/Disertasi

Persepsi Dosen dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan The Effect of Capital Structure on Profitability of PT. Bank Mandiri Tbk. Nama Pembimbing/ Promot Drs. Rusmawan Wahyu Anggoro, MSA Prof. Dr Marwan Asri, MBA 3. Pengalaman Penelitian No Tahun Judul Penelitian Perencanaan Sumber Jumlah 1. - - - -

4. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal

No Tahun Judul Artikel

Ilmiah

Volume/Nomor Nama Jurnal

(31)

31

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hokum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan pengabdian pada masyarakat tahun 2012.

Bersama ini pula saya menyatakan kesiapan untuk mengerjakan pengabdian ini hingga selesai, apabila usulan ini dinyatakan layak untuk dibiayai.

Singaraja, 20 Oktober 2012

Anggota,

Gede Putu Agus Jana Susila, SE.,MBA NIP. 198208312010121001

(32)

32 IV. Anggota 3

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) I Made Pradana Adiputra, SE.,SH.,M.Si

2 Jabatan Fungsional Laki-Laki

3 Jabatan Struktural Tenaga Pengajar

4 NIP 197311092010121001

5 NIDN -

6 Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 9 Nopember 1973

7 Alamat Rumah Jl. Sri Amerta No. 69 Bakti Sraga Singaraja

8 No. Telepon/HP 081999900190

9 Alamat Kantor Jl. Udayana Singaraja

10 No. Telepon 0362-23884

11 Alamat e-mail Depradana@yahoo.co.id

12 Lulusan yang telah dihasilkan -

14 Mata Kuliah yang Diampu

Statistik

Akuntansi Manajemen Sektor Publik Metodologi Penelitian

Penganggaran Sektor Publik Perilaku Organisasi

Aplikasi Komputer Statistik

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi

Univ. Warmadewa Univ. Diponegoro -

Bidang Ilmu Akuntansi Biaya Akuntansi Manajemen -

Tahun Masuk – Lulus 1992-1997 2000-2002 -

Judul Skripsi/Tesis Pehitungan HPP Untuk Menentukan Harga Jual dan Laba Operasi Pada PT Alim Jaya Steel di Sidoarjo

Pengaruh motivasi dan

pelimpahan wewenang sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial

-

Nama Pembimbing 1. Drs. I Wayan Arjana 2. Ni Ngh Seri Ekayani, SE

Dr. Imam Ghozali, M.Com. Hons

Drs Anis Chariri , M.Com.Hons, Akt

(33)

33

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir Belum ada

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir Belum ada

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmih Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

1 Hubungan Kompetensi Dengan Kinerja Pemeriksa Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Badung Selatan

Vol. 1, hal 44-159, 2011 Jurnal Imliah Akuntansi dan Humaniora, ISSN 2089 – 3310

F. Pengalaman Penyampiaan Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1 Simposium Nasional

Akuntansi VI Surabaya

Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Bali Terhadap Etika Bisnis

2003

G. Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir Belum ada

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir Belum ada

I. Pengalaman Merumusakan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

(34)

34

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 Dosen Teladan I Universitas Warmadewa 2006

2 Dosen Teladan Harapan I Kopertis VIII 2006

3 Presenter News Bahasa Indonesia Bali TV 2003

4 Cumlaude S2 Universitas Diponegoro Semarang 2002

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Hibah Bersaing.

Singaraja, 30 Oktober 2012 Anggota,

I Made Pradana Adiputra, SE.,SH.,M.Si NIP. 197311092010121001

(35)

35 (4) Peta Lokasi Daerah Sasaran

Jarak dari Undiksha ke Disparda Bangli sekitar 100 km dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan. Letak Disparda adalah jalan Lettu Lila no. 9 Kabupaten Bangli

Gambar

Tabel 1. Data Peserta Pelatihan P2M
Gambar 1. Registrasi Peserta
Gambar 4. Tim Pelaksana dan Kadisparda
Gambar 6. Tim Memberikan Penjelasan Dari Tujuan Kegiatan dan Memaparkan  Makalah Tentang Pengembangan Berbasis Masyarakat
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penyinaran dengan sinar UV juga dapat menurunkan konsentrasi larutan metilen biru melalui mekanisme reduksi gugus kromofor seperti ikatan rangkap dalam struktur heterosiklik

Selanjutnya target luaran pengabdian kepada masyarakat ini difokuskan pada peningkatan daya saing yaitu peningkatan nilai tambah pengetahuan dan keterampilan anak-anak panti

yang besar, semua kondisi menunjukan bahwa semua fase kerosene hamper semuanya mengalir menuju side arm (100%) sedangkan pada hambatan downstream 50% (gambar 4.b) pada semua

Sebanyak 60,5% responden atau 107 orang peternak sapi perah di Dusun Krajan Desa Kemiri tidak melakukan pengelolaan limbah ternak dengan baik, padahal pada

Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dengan struktur makromolekul linier yang dengan iodium

MUNAS dinyatakan memenuhi quorum dan dapat mengambil keputusan yang sah pada setiap sidang, apabila dihadiri oleh sekurang- kurangnya ½ (setengah) dari jumlah yang

Hasil analisis survai pembiasan seismik yang diperolehi dari data primer menunjukkan bahwa keempat metode analisis tersebut dapat menunjukkan profil lapisan tanah dengan

Tahapan berikutnya dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah melakukan pemeriksaan ulang sebagai upaya monitoring secara berkala serta memberikan