• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden 1. Umur

Umur berhubungan dengan usia kerja, kekuatan fisik dan kecerdasan intelektual maupaun emosional. Kemampuan seorang perawat dalam berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan selama usia dewasa dengan banyaknya kasus dan pengalaman yang di peroleh, Potter & Perry (2009). Menurut Tirton (2007), hingga periode modern penilaian kinerja belum bisa bebas sepenuhnya dari diskriminasi usia. Pada masa dewasa awal ( 20- 39 tahaun), dewasa tengah ( 40- 60 tahun) individu membuat konstribusi yang abadi melalui hubungan dengan orang lain, dewasa akhir (60 tahun keatas) lansia dapat melihat kebelakang pengalaman hidupnya dengan rasa puas dan menerima hidup dan kematian.

Hasil karakteristik usia didapatkan sebagian besar responden berusia 26 tahun, minimal berusia 22 tahun dan maksimal umur 35 tahun, meskipun perawat di rumah sakit islam Kendal tergolong kategori usia dewasa awal tapi pengetahuan dalam mencegah kejadian phlebitis baik dan memiliki positif dalam mencegah kejadian phlebitis.

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin atau gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan di lihat dari segi nilai dan tingkah laku. Jenis kelamin juga di gunakan untuk menunjukan jenis pembagian kerja yang tepat untuk laki-laki dan perempuan, Dahulu perawat adalah identik dengan kaum perempuan, seiring perkembangan jaman dan perubahan paradigma sekarang banyak juga laki-laki yang berprofesi sebagai perawat, dalam hal ini terjadi pergeseran nilai mengenai citra pekerjaan dan

(2)

kepatutan yang di kaitkan dengan gender. Berdasarkan teori Robbins S.P. (2001) mengemukakan tidak ada perbedaan konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Dyne dan graham (2005) mengatakan bahwa pada umumnya wanita menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menghadapi kariernya, sehingga komitmentnya lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut mayoritas perawat di rumah sakit Islam berjenis kelamin perempuan meskipun demikan rata- rata berpengetahuan baik dalam mencegah kejadian phlebitis dan bersikap positif dalam mencegah kejadian phlebitis. Kenyataan ini sesuai dengan karakter perempuan sebagai pendidik, pengasuh atau pemelihara, penuh kasih dan tanggung jawab moral. 2. Pendidikan

Pendidikan baik formal maupun informal berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah perubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok dan usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Makin tinggi pendidikan di harapkan makin luas pula pengetahuanya (Notoatmojo, 2007). Berdasarkan hal tersebut pengetahuan erat kaitanya dengan pendidikan.

Kep Menkes No 1239 tahun (2001) tentang tenaga perawatan pada sarana kesehatan minimal berpendidikan DIII, perawat di rumah sakit Islam Kendal di dominasi oleh lulusan DIII, sehingga sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, meskipun pendidikan DIII lebih rendah di banding sarjana tapi pengetahuanya dalam mencegah kejadian phlebitis baik dan sikapnya positif dalam mencegah kejadian phlebitis.

(3)

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja, atau bisa juga disebut pengalaman kerja seseorang dalam sebuah instansi atau organisasi dihitung sejak pertama kali bekerja, hal ini juga bisa dijadikan indikator dari prestasi kerja dan pencapaian seseorang (Siagian, 2003). Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan ketrampilan kerja (Sastro Hadi Wiryo, 2002).

Masa kerja perawat di rumah sakit islam Kendal rata- rata 3 tahun minimal 2 tahun dan maksimal 9 tahunan, hal ini dikarenakan penambahan jumlah pasien sehingga angka BOR rumah sakit meningkat sehingga di butuhkan ruangan baru dan karyawan baru, meskipun masa kerja perawat mayoritas 3 tahun (< 5 tahun) tapi pengetahuanya baik dan bersikap positif dalam mencegah kejadian phlebitis. Hal ini sejalan hasil penelitian Mc Daniel et al ( dalam Robins, 1996) mengatakan bahwa tidak bida di pastikan orang yang telah bekerja pada suatu pekerjaan akan lebih produktif di banding dengan karyawan yang masa kerjanya lebih sedikit ( lebih pendek).

4. Pelatihan yang Pernah diikuti

Pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Pelatihan bertujuan untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan yang sifatnya praktis dalam jangka waktu tertentu, dengan pelatihan di harapkan akan mengubah pengetahuan, sikap dan prilaku seseorang. Seseorang yang mempunyai dasar pendidikan yang baik dan juga di dukung pelatihan yang sesuai dengan kompetensinya maka akan ada kecenderunagan mempunyai sikap dan perilaku yang juga lebih baik.

Menurut Bady (2007), pelatihan pencegahan infeksi sangat berhubungan dengan sikap dan ketrampilan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Perawat di rumah sakit islam Kendal sebagian besar belum pernah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi, meskipun demikian pengetahuanya baik dan sikapnya positif dalam mencegah kejadian phlebitis.

(4)

B. Tingkat pengetahuan perawat rumah sakit Islam kendal dalam mencegah kejadian phlebitis

Pengetahuan adalah suatu proses pembentukan yang berlangsung terus menerus setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman baru. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian perawat di rumah sakit Islam Kendal sebagian besar berpengetahuan baik dalam mencegah kejadian phlebitis, hal ini menunjukan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit Islam Kendal telah memiliki kemampuan yang baik dalam pengetahuan di bidang perawatan terutama dalam mencegah kejadian phlebitis, sehingga diharapkan dapat membantu menurunkan angka phlebitis , karena menurut Green dalam buku Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan faktor predisposisi terhadap kualitas kesehatan.

C. Sikap Perawat rumah sakit Islam Kendal dalam mencegah kejadian phlebitis

Sikap adalah komponen dari perilaku, merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup terhadap stimulus atau obyek, diharapkan dengan sikap yang positif akan mengubah prilaku yang positif pula (Notoatmojo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden bersikap positif dalam mencegah kejadian phlebitis, menurut Saifudin (2007) kesiapan respon yang sifatnya positif atau negtif terhadap suatu obyek. Sikap mengandung motivasi, sikap bukan sekedar rekaman masa lalu tapi menentukan apakah perawat harus pro dan kontra terhadap sesuatu , menentukan apa yang di sukai, diinginkan dan di harapkan dan apa yang harus di hindarai terutama dalam mencegah kejadian phlebitis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardjo, dkk (2011) di rumah sakit Sultan Agung Semarang, yang mengatakan banyaknya sikap perawat yang positif

(5)

terhadap kontrol infeksi perlu di kembangkan, karena sikap positif akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku yang lebih baik, sehingga sikap positif yang di harapkan akan memberikan manfaat untuk pasien yaitu mempercepat kesembuhan dan mengurangi biaya perawatan.

A. Hubungan pengetahuan dan Sikap Perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit Islam Kendal

Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi perubahan prilaku, menurut teori lawrence Green dalam Notoatmojo (2010) ada 3 faktor yang mempengaruhi prilaku salah satunya adalah faktor predisposing yaitu faktor pendorong diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai- nilai, jadi pengetahuan dan sikap bisa mempengaruhi prilaku secara bersamaan.

Hasil penelitian menunjukan perawat rumah sakit islam kendal berpengetahuan baik dan bersifat positif dalam mencegah kejadian phlebitis, hal ini sejalan dengan pernyataan yang di sebutkan oleh Perry dan Poter (2005), bahwa salah satu yang harus di kuasai perawat sehubungan dengan ketrampilan perawat profesional yaitu kontrol infeksi ( pengendalian infeksi) yang berfungsi melindungi diri perawat dan pasien terhadap paparan agen- agen infeksius selama pasien mendapatkan perwatan di rumah sakit. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriya, Ade (2011) dengan jumlah sampel 59 mahasiswa AKPER , responden yang memiliki pengetahuan baik tentang terapi intra vena dalam mencegah phlebitis sebanyak 74,6% dan kategori sedang sebanyak 25,4%. Penelitian ini berbada dengan penelitian ini berbeda dengan penelitia yang dilakukan oleh Sukardjo dkk, (2011) di rumah sakit Sultan Agung Semarang yang hasilnya tidak ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial dan ada hubungan antara sikap perawat terhadap kontrol infeksi dan pencegahan infeksi nosokomial.

(6)

Hasil penelitian menunjukan meskipun pengetahuan perawat baik dan sikapnya positif dalam mencegah phlebitis tetapi angka phlebitis pada bulan maret masih cukup tinggi yaitu 2,35% hal ini menunjukan ada faktor lain yang berpengaruh selain faktor pengetahuan dan sikap perawat, tidak selalu pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang positif (mendukung) pada diri seseorang. Selain itu sikap yang mendukung tidak hanya di peroleh melalui perubahan saja namun di perlukan proses dan internalisasi (Azwar, 2003). Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah kebiasaan pasien dan keluarga di ruangan dan lingkungan ikut mendukung terjadinya phlebitis . Faktor lain yang tidak kalah penting berupa motivasi dan reward, bisa berupa ucapan terimakasih atau vinansial, menurut Hazberg (1998), apabila seseorang pekerja merasa tidak puas atas gaji yang di terimanya, maka dapat menyebabkan timbulnya ketidak puasan kerja, sehingga mengakibatkan tidak termotivasi untuk bekerja lebih produktif. Berdasarkan hal tersebut pengetahuan dan sikap perawat belum bisa di jadikan parameter yang kuat untuk mencegah kejadian phlebitis karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi.

B. Keterbatasan penelitian

Penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit Islam kendal pada tanggal 15 Maret- 10 April 2014, memiliki keterbatasan:

Keterbatasan penelitian ini terletak pada instrumen penelitian, karena instrumen ini disusun dan di kembangkan oleh peneliti, sehingga belum bisa dikatakan baku hal ini di sebabkan kurangnya peneliti dalam melakukan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Elangovan dkk melaporkan bahwa walaupun menggunakan dializer yang luas, kec epatan aliran darah dan aliran dialisat yang tinggi penderita berat badan ³80 kg

Selulosa bakterial ( BC ), yang disintesis menggunakan media kultur jus limbah kulit nanas, digunakan sebagai sumber selulosa yang murah dan ramah

Hubungan antara Kepuassan Kerja dan Komitmen Organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior padda Karyawan PT X di Jakarta. Jurnal Riset Manajemen Sains

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKN BAPETEN DPR MENKO EKUIN DEPDIKNAS PPATK BATAN DPD MENEG PAN DEPKES BNP2TKI BPLS MK MENEG POLKAM DEPKUMHAM KPK BMG

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tujuan untuk mengukur kekuatan hubungan dan menunjukkan arah hubungan antara beberapa variabel

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon yang disapih pada wadah bibit polibag (volume 300 cm ) dan politub (volume 60 cm ).. Tahapan

Maka hipotesis yang diajukan yaitu secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh positif signifikan