• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL DALAM AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL DALAM AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

598

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN LOCUS OF

CONTROL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL DALAM

AUDIT

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

Antonius Lendi1, Dani Sopian2 1. STIE STAN Indonesia Mandiri

Jl. Jakarta No.79 Bandung antoniuslendy@gmail.com 2. STIE STAN Indonesia Mandiri

Jl. Jakarta No.79 Bandung sopyan.dani@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu dan locus of control (internal dan eksternal) terhadap perilaku disfungsional dalam audit (RKA dan URT). Penelitian ini dilakukan pada auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di Bandung. Pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling dan metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei. Sampel dari penelitian ini sebanyak 52 responden. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis, secara simultan tekanan anggatran waktu, locus of control internal dan locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) dan perilaku Underreporting of Time (URT). Secara parsial penelitian ini membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu dan locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) dan perilaku Underreporting of Time (URT). Sedangakan locus of control internal berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) dan perilaku Underreporting of Time (URT).

Kata Kunci : Perilaku audit disfungsional, perilaku reduksi kualitas audit, perilaku underreporting of time, locus of control internal, locus of control eksternal, dan tekanan anggaran waktu.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat, agar dapat terus bertahan suatu perusahaan dituntut untuk terus berkembang serta bekerja secara efektif dan efisien. Salah satu cara melihat perkembangan perusahaan adalah dengan melihat laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh banyak pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Untuk menilai apakah laporan keuangan yang disajikan sudah sesuai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau belum, maka diperlukan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor (Mulyadi, 2002:3).

Sebagai tenaga profesional, auditor diwajibkan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan audit (IAI, 2001, SA Seksi 230.01). Perilaku auditor dalam melaksanakan program audit merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan kantor akuntan publik (Malone dan Robert, 1996). Pelaksanaan prosedur audit secara cermat dan seksama sebagaimana digariskan dalam program audit membantu kantor akuntan publik untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas (Malone dan Robert, 1996). Tetapi berdasarkan penelitian Pierce dan Sweeney (2004) menunjukan bahwa terdapat ancaman atas penurunan kualitas audit yang disebabkan oleh perilaku disfungsional dalam audit yang kadang-kadang dilakukan auditor dalam melaksanakan prosedur audit.

Perilaku disfungsional dalam audit adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996). Perilaku disfungsional yang secara langsung mempengaruhi kualitas audit sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors), perilaku reduksi kualitas audit dapat dilakukan dengan penyelesaian langkah audit yang terlalu dini tanpa memenuhi keseluruhan prosedur (premature sign-off), membuat review yang dangkal terhadap dokumen klien, menerima penjelasan

(3)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

599

klien yang tidak kuat, mengabaikan prinsip akuntansi yang diterapkan oleh klien, dan tidak melakukan pengujian lebih lanjut pada item-item yang diragukan (Kelley dan Margheim, 1990 dalam Silaban, 2009).

Reduksi kualitas audit (RKA) merupakan perilaku auditor selama pelaksanaan audit yang dapat menurunkan efektivitas dan bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan (Pierce dan Sweeney, 2004). Menurut Otley dan Pierce (1996) perilaku RKA ini meliputi gathering unsuffiecient evidence atau pengumpulan bukti audit yang kurang, altering audit process atau pemrosesan yang kurang akurat, premature sign off atau menghentikan prosedur audit secara dini, dan omitted audit procedures atau kesalahan dalam melaksanakan tahapan audit. Perilaku underreporting of time (URT) adalah perilaku yang dikarenakan auditor melaporkan hasil auditnya tidak sesuai dengan waktu aktual yang digunakan atau melaporkan hasil auditnya lebih singkat dari waktu yang sebenarnya digunakan dalam melakukan audit (Otley dan Pierce, 1996). Motivasi utama auditor melakukan perilaku URT adalah keinginan agar tugas audit diselesaikan sesuai dengan anggaran waktu yang sudah ditetapkan oleh KAP.

Menurut McNamara & Liyanarachchi (2008) faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku disfungsional dalam audit adalah time budget presure. Time budget pressure (tekanan anggaran waktu) adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah ditetapkan atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang cenderung ketat dan kaku (Soobaroyen and Chengabroyen, 2005). Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi semua KAP karena menyediakan dasar untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf kedalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor (waggoner dan Cashell, 1991 dalam Basuki dan mahardani, 2006).

Jika auditor dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sikap yang profesional, maka kualitas audit akan terjamin karena kualitas merupakan keluaran utama dari profesionalisme (Basuki dan Mahardani, 2006). Stres akibat tekanan anggaran waktu telah memotivasi auditor untuk melakukan perilaku disfungsional. Hal ini dapat menjadi ancaman yang serius untuk kualitas audit serta kepercayaan terhadap profesi akuntan karena akan mempengaruhi kehandalan laporan audit yang membentuk dasar opini yang dihasilkan auditor (Basuki dan Mahardani, 2006).

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, terdapat permasalahan yang dapat diidentifikasikan, yaitu:

1. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

2. Apakah locus of control internal berpengaruh signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

3. Apakah locus of control eksternal berpengaruh signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

4. Apakah tekanan anggaran waktu, locus of control internal, dan locus of control eksternal berpengaruh signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit auditor di kantor akuntan publik di Bandung? 5. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh Signifikan terhadap perilaku underreporting of time

auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

6. Apakah locus of control internal berpengaruh signifikan terhadap perilaku underreporting of time auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

7. Apakah locus of control eksternal berpengaruh signifikan terhadap perilaku underreporting of time auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

8. Apakah tekanan anggaran waktu, locus of control internal, dan locus of control eksternal berpengaruh signifikan terhadap perilaku underreporting of time auditor di kantor akuntan publik di Bandung?

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agency Theory

Menurut Jensen dan Meekling (1976) hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal) menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Konflik kepentingan akan muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agent yaitu agent tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik, tetapi mempunyai kecederungan untuk mengejar kepentingan

(4)

600

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Hubungan kontraktual ini biasanya dilakukan dengan angka-angka akuntansi yang dinyatakan dalam laporan keuangan sebagai dasarnya.

Karena adanya kemungkinan agent tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principals. Oleh karena itu, Francis dan Wilson (1988) menyarankan bahwa untuk mengurangi konflik kepentingan,

principals dapat melakukan pengawasan berupa penyajian laporan keuangan periodik yang dibuat oleh agent

dengan adanya fungsi audit. Jadi, untuk mengurangi konflik kepentingan, pihak agent harus mempertanggung jawabkan atas kepercayaan yang diberikan pleh principals melalui laporan keuangan auditan. Laporan keuangan auditan mampu memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh agent bebas dari misstatements material, sehingga menjamin para pemangku kepentingan.

2.2 Perilaku Disfungsional Dalam Audit

Perilaku disfungsional dalam audit merupakan setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996). Menurut penelitian terdahulu seperti Pierce dan Sweeney (2004), Silaban (2009) yang menunjukan bahwa adanya ancaman yang mengakibatkan penurunan kualitas audit yang disebabkan oleh perilaku disfungsional dalam audit yang kadang-kadang dilakukan oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur audit.

Perilaku RKA dan URT selain digolongkan sebagai perilaku disfungsional dapat juga digolongkan sebagai perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah setiap tindakan yang diperbuat seseorang yang dapat berdampak buruk pada pihak lain, dimana tindakan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku dan moral (Silaban, 2009). Kurangnya kejujuran dan integritas dengan menyajikan data yang salah merupakan salah satu ciri perilaku tidak etis (Arens dan Loebecke, 2003). Perilaku RKA dan URT termasuk dalam kategori perilaku tidak etis karena auditor memanipulasi laporan kinerja tugas yang dibebankan KAP pada mereka yaitu dengan mengurangi pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan dan melaporkan waktu audit yang lebih singkat dari waktu aktual yang digunakan dan kedua bentuk perilaku tersebut juga merupakan pelanggaran terhadap standar audit profesional dan kebijakan kantor akuntan publik (Otley dan Pierce, 1996).

2.3 Perilaku Reduksi Kualitas Audit

Sebagai tenaga profesional, auditor diwajibkan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam melaksanakan audit (IAI, 2001, SA Seksi 230.01). Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesionalnya dan harus mengungkapkan secara wajar kondisi perusahaan yang diaudit berdasarkan evaluasi terhadap bukti-bukti yang diperoleh selama pelaksanaan pengauditan. Untuk memperoleh bukti-bukti audit kompeten dan cukup, maka sebelum melaksanakan audit kantor akuntan publik diharuskan membuat dan menyusun program audit secara tertulis (mulyadi, 2002).

Perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) juga disebut “irregular auditing practice” (Willet dan Page, 1996 dalam Silaban, 2009). Reduksi kualitas audit (RKA) merupakan perilaku auditor selama pelaksanaan audit yang dapat menurunkan efektivitas dan bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan (Pierce dan Sweeney, 2004). Dengan demikian bukti yang dikumpulkan selama pelaksanaan audit tidak dapat diandalkan, salah atau tidak memadai secara kualitas maupun kuantitas (Herrbach, 2001 dalam Silaban, 2009). Bukti-bukti tersebut tidak kompeten dan cukup sebagai dasar yang memadai bagi auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang ada dalam laporan keuangan yang diaudit.

2.4 Perilaku Underreporting of Time

Dalam praktek audit selain RKA bentuk lain perilaku disfungsional dalam audit adalah tindakan auditor dengan memanipulasi laporan waktu audit yang digunakan untuk pelaksanaan tugas audit tertentu, tindakan tersebut adalah perilaku URT atau underreporting of time (Otley dan Pierce, 1996). Underreporting

of time atau underreporting chargeable time adalah perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor

dengan tidak melaporkan waktu yang sebenarnya atau menggunakan waktu pribadinya dalam mengerjakan prosedur audit dengan motivasi untuk menghindari atau meminimumkan anggaran yang berlebihan (Lightner

et al., 1982 dalam Basuki dan Mahardani, 2006).

2.5 Anggaran Waktu Audit

Keberadaan anggaran waktu audit (audit time budget) merupakan gambaran normal sistem pengendalian dari sebuah KAP karena pada dasarnya auditing merupakan labor intensive activity dimana auditor dibayar dan dievaluasi kinerjanya berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan audit (Basuki

(5)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

601

dan Mahardai, 2006). Menurut Liyanarachchi dan McNamara (2007), anggaran waktu audit memiliki potensi untuk mencipatakan tekanan karena hal ini digunakan sebagai kontrol mekanisme dan juga sebagai alat pengukuran kinerja di KAP.

2.6 Locus of Control

Salah satu variabel kepribadian yang membedakan seseorang dengan orang lain adalah locus of

control atau pusat kendali. Menurut Baron & Byrne (1994) dalam Johan (2002) locus of control diartikan

sebagai persepsi sesorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya. Locus of control dibedakan menjadi lokus kontrol internal (internal locus of control) dan lokus kontrol eksternal (external locus of control). Dengan menggunakan konsep locus of control, prilaku bekerja dapat dijelaskan ketika seorang karyawan merasakan hasil pekerjaan yang dilakukan sebagai hasil kontrol internal atau eksternal. Kontrol internal akan tampak melalui kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan karyawaan pada saat melakukan pekerjaannya. Sedangkan karyawan dengan kontrol eksternal merasakan bahwa terdapat kontrol di luar dirinya yang mendukung hasil pekerjaan yang dilakukan (Johan, 2002).

2.7 Internal Locus of Control

Internal locus of control adalah individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam

kontrolnya dan selalu mengambil peran serta bertanggug jawab dalam setiap pengambilan keputusan. Sedangkan external locus of control adalah individu yang meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya (Rotter, 1966 dalam Frochot dan Shearon, 1991). Dengan demikian seseorang yang mempunyai internal locus of control memiliki tingkat keyakinan yang lebih kuat. Mereka merasa lebih mampu untuk mengatasi berbagai kesulitan ataupun permasalahan yang timbul dalam kehidupan.

2.8 External Locus of control

Ketika seseorang memiliki external locus of control-nya cukup tinggi akan mudah pasrah dan menyerah jika sewaktu-waktu terjadi persoalan yang sulit, individu semacam ini akan memandang masaalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya, bahkan terhadap orang-orang yang berada disekelilingnya pun dianggap sebagai pihak yang secara diam-diam selalu mengancam eksistensinya. Bila mengalai kegagalan dalam menyelesaikan persoalan, maka individu semacam ini akan menilai kegagalan sebagai semacam nasib dan membuatnya ingin lari dari persoalan.

External locus of control adalah adalah keyakinan individu bahwa kejadian-kejadian dalam

hidupnya ditentukan oleh faktor luar dirinya. Menurut Jung dalam Ardiansiah (2003) individu dengan locus

of control tipe eksternal mempunyai karakteristik bahwa ia berkeyakinan apa yang terjadi diluar nasib,

keberuntungan, kesempatan yang ada, serta kekuasaan orang lain, dan bukan merupakan tanggung jawabnya.

2.9 Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dan Perilaku Disfungsional Dalam Audit

(RKA & URT)

Anggaran waktu merupakan bagian penting dari sistem kontrol yang digunakan kantor akuntan publik dalam perencanaan dan monitoring suatu penugasan audit.. Selain itu, anggaran waktu juga digunakan sebagai alat kontrol efektivitas biaya audit. Persaingan yang ketat pada pasar audit mendorong KAP menyusun anggaran waktu secara ketat. Anggaran waktu yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam pelaksanaan program audit.

Tekanan anggaran waktu ini dapat mengakibatkan auditor mengalami tekanan (stres) dalam pelaksanaan program audit akibat ketidakseimbangan waktu yang dialokasikan dengan waktu yang dibutuhkan auditor menyelesaikan tugas audit, dan selanjutnya dapat mendorong auditor melakukan tindakan disfungsional audit.

Dari studi-studi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif antara time budget pressure dan perilaku audit disfungsional. ketika semakin meningkatnya tekanan anggaran waktu, maka semakin meningkat kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku disfungsional dalam audit.

(6)

602

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

2.10 Hubungan Locus of Control Internal dan Perilaku Disfungsional Dalam Audit

(RKA & URT)

Pada penelitian ini juga menguji pengaruh variabel kepribadian locus of control terhadap perilaku audit disfungsional. Locus of control merupakan karakteristik individual yang berpengaruh terhadap keyakinan seseorang dalam melakukan kontrol atas suatu keadaan atau kondisi yang dihadapi, maka locus of

control individu auditor dapat berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit.

Seperti yang dikemukakan Rotter (1966) bahwa internal locus of control adalah individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan selalu mengambil peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan. Ketika Auditor menghadapi sebuah tekanan, karakteristik individu berperan dalam pengambilan keputusan auditor. Saat melaksanakan prosedur audit dan dalam keadaan tertekan akibat tekanan waktu, seorang auditor yang memiliki locus of control internal cenderung lebih berperilaku fungsional. Perilaku fungsional ini misalnya meminta tambahan anggaran waktu audit untuk menyelesaikan prosedur audit, atau memanfaatkan waktu yang tersisa dengan bekerja lebih sungguh-sungguh dan fokus. Dengan demikian semakin terhindar dari perilaku disfungsional audit.

2.11 Hubungan Locus of Control Eksternal dan Perilaku Disfungsional Dalam Audit

(RKA & URT)

External locus of control adalah keyakinan individu bahwa kejadian- kejadian dalam hidupnya

ditentukan oleh faktor luar dirinya (Baron dan Byrne, 1987:515) dalam (Johan, 2002). Ketika Auditor memiliki external locus of control yang cukup tinggi, maka mereka akan mudah pasrah dan menyerah. Jika suatu saat mengalami sebuah keadaan yang sulit atau dalam keadaan tertekan, individu semacam ini akan cenderung melakukan perilaku yang disfungsional (Silaban, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka semakin dominan locus of control eksternal yang dimilik oleh auditor maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk melakukan perilaku disfungsional dalam audit.

2.12 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan model penelitian, maka dapat ditarik hipotesis berikut.

Hipotesis 1 : Tekanan Anggaran Waktu memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 2 : Locus of Control Internal memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 3 : Locus of Control Eksternal memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 4 : Tekanan Anggaran Waktu memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Underreporting of Time.

Hipotesis 5 : Locus of Control Internal memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap Perilaku Underreporting of Time.

Hipotesis 6 : Locus of Control Eksternal memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap Perilaku Underreporting of Time.

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat menjelaskan (explanatory research), mengingat penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel berdasarkan hipotesis yang bersumber dari teori/fakta untuk selanjutnya akan diuji sebagai penyebab terjadinya suatu fenomena (Cooper & Schindler, 2006).

Dengan desain penelitian ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.

(7)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

603

Populasi dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang ada di kota Bandung dan terdaftar di IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia). Menurut data IAPI ada 30 kantor akuntan publik di kota Bandung, sedangkan untuk pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive

sampling.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Kriteria tersebut adalah

1. Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor akuntan publik yang ada di wilayah Bandung sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2016 yang diterbitkan oleh IAPI.

2. Auditor yang bekerja di KAP dan pernah melakukan audit

3.1Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013:159), hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Pengujian signifikansi hipotesis, dapat menggunakan tabel dan juga dapat dihitung dengan uji F (F test) untuk pengujian secara simultan dan uji t (t test) untuk pengujian secara parsial

3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2013:188), regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat bilai nilai variabel bebas dimanipulasi (diubah-ubah). Analisis ini ditujukan untuk membuktikan sejauh mana hubungan variabel bebas (Tekanan anggaran waktu dan Locus of control) terhadap variabel terikat (Perilaku Audit Disfungssional).

Analisis regresi berganda digunakan oleh penelitian ini karena dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan dua variabel independen. Berdasarkan pengertian diatas, persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

3.3 Uji F

Menurut Ghozali (2013:98), uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas (independent) yang dimasukkan dalam model mepunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (dependent).

Hipotesis untuk Y1 yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

: = 0, Secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of

Control Internal, Locus of Control Eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Reduksi

Kualitas Audit.

: ≠ 0, Secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of

Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas

Audit.

Hipotesis untuk Y2 yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

: = 0, Secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of

Control Internal, Locus of Control Eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Underreporting of Time.

: ≠ 0, Secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of

Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Underreporting of Time.

3.4 Uji t

Menurut Ghozali (2013:98), uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas (independent) secara individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent).

Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : Hipotesis 1

 : = 0, Tekanan Anggaran Waktu tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

(8)

604

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

 : > 0, Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 2

 : = 0, Locus of Control Internal tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

 : < 0, Locus of Control Internal berpengaruh negatif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 3

 : = 0, Locus of Control Eksternal tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

 : > 0, Locus of Control Eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi Kualitas Audit.

Hipotesis 4

 : = 0, Tekanan Anggaran Waktu tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku

Underreporting of Time.

 : > 0, Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Underreporting

of Time.

Hipotesis 5

 : = 0, Locus of Control Internal tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Perilaku

Underreporting of Time.

 : < 0, Locus of Control Internal berpengaruh negatif signifikan terhadap Perilaku Underreporting of

Time.

Hipotesis 6

 : = 0, Locus of Control Eksternal tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku

Underreporting of Time.

 : > 0, Locus of Control eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Underreporting

of Time.

3.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua infomasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

= x 100%

= Koefisien determinasi

= Hasil analisis korelasi yang dikuadratkan

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji F (Statistik F)

Berdasarkan pengujian pada uji F dengan variabel dependen perilaku reduksi kualitas audit menunjukan nilai F sebesar 11.711 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka H ditolak dan H dikonnfirmasi. Maka hipotesis yang diajukan yaitu secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Reduksi kualitas Audit dapat dikonfirmasi. Bila H dikonfirmasi itu artinya variabel dependen perilaku reduksi kualitas audit dapat dipengaruhi oleh tiga variabel independen yaitu

(9)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

605

variabel tekanan anggaran waktu, locus of control internal dan locus of control eksternal. Besarnya pengaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen tergantung besar dan arah/korelasi antara variabel.

Sedangakan pengujian pada uji F dengan variabel dependen perilaku underreporting of time menunjukan nilai F diperoleh sebesar 8.108 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H ditolak dan H dikonfirmasi. Maka hipotesis yang diajukan yaitu secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap Perilaku Underreporting of Time dapat dikonfirmasi. karena H dikonfirmasi itu artinya variabel dependen perilaku underreporting of time dapat dipengaruhi oleh tiga variabel independen yaitu variabel tekanan anggaran waktu, locus of control internal dan locus of control eksternal. Besarnya pengaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen tergantung besar dan arah/korelasi antara variabel.

4.2 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Perilaku RKA

Hipotesis pertama memprediksi adanya pengaruh positif signifikan antara tekanan anggaran waktu terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Pada uji t menunjukan hasil koefisien regresi untuk variabel tekanan anggaran waktu sebesar 0,302 dan signifikan pada level 0,002. Dengan tingkat signifikansi 0,05 maka hipotesis pertama yaitu adanya pengaruh yang positif signifikan tekanan anggaran waktu terhadap perilaku reduksi kualitas audit dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah hubungan yang positif maka bila auditor mengalami tekanan akibat anggaran waktu akan mengakibatkan timbulnya perilaku disfungsional yang mengakibatkan reduksi kualitas audit.

Dalam melakukan program audit tekanan anggaran waktu yang dirasakan akan berdampak pada perilaku auditor. Sepertu yang dinyatakan Akers dan Eton (2003) dalam Silaban (2009) bahwa jika auditor merasakan terdapat tekanan anggaran waktu dalam program audit, maka auditor mungkin bertindak seperti tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya. Dalam hal ini auditor menanggulangi kendala anggaran waktu yang dirasakan dengan cara perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA).

Meskipun auditor dapat menanggulangi kendala waktu dengan cara yang fungsional seperti meminta tambahan waktu akan tetapi berdasarkan studi terdahulu seperti yang dilakukan Otley dan Pierce (1996), Pierce dan Sweeney (2004), Silaban (2009), dan Yuen et al., (2012) yang membuktikan bahwa auditor kadang-kadang merespon kendala anggaran waktu dengan melakukan tindakan disfungsional dalam audit.

4.3 Pengaruh Locus of Control Internal Terhadap Perilaku RKA

Hipotesis kedua memprediksi adanya pengaruh yang negatif signifikan locus of control internal terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Berdasarkan uji t yang menunjukan koefisien regresi untuk variabel

locus of control internal sebesar -0,345 dan signifikan pada level 0,026. Dengan tingkat signifikansi 0,05

maka hipotesis kedua yaitu adanya pengaruh yang negatif signifikan locus of control internal terhadap perilaku reduksi kualitas audit dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah huubungan yang positif maka bila auditor memiliki locus of control internal yang lebih dominan akan mengurangi atau terhindar dari kecenderungan melakukan perilaku disfungsional yang mengakibatkan reduksi kualitas audit.

Auditor yang memiliki locus of control internal lebih dominan lebih cenderung memiliki sifat bekerja/usaha keras serta selalu berusaha mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan dengan sungguh-sungguh jika ini berhasil. Hal ini didukung oleh jawaban responden sebesar 44,23% yang menjawab setuju jika suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik jika dilakukan secara sungguh-sungguh. Sifat yang dimililki oleh auditor yang memiliki locus of control internal yang lebih dominan akan memungkinkan terhindar dari perilaku disfungsional atau dalam hal ini perilaku reduksi kualitas audit. Kecenderungan terhindar dari perilaku disfungsional audit ini dibuktikan oleh hasil-hasil terdahulu yang dilakukan oleh Donnely et al., (2003) dan Irawati et al., (2005).

4.4 Pengaruh Locus of Control External Terhadap Perilaku RKA

Hipotesis ketiga memprediksi adanya pengaruh yang positif signifikan locus of control eksternal terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Berdasarkan uji t yang menujukan koefisien regresi untuk variabel

(10)

606

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

maka hipotesis ketiga yaitu adanya pengaruh yang positif signifikan locus of control eksternal terhadap perilaku reduksi kualitas audit dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah huubungan yang positif maka bila auditor memiliki locus of control eksternal yang lebih dominan akan mengakibatkan kecenderungan melakukan perilaku disfungsional yang mengakibatkan reduksi kualitas audit.

Ciri-ciri orang yang memiliki locus of control eksternal yaitu mereka meyakini jika setiap kejadian dalam hidupnya merupakan berasal dari faktor luar. Hal ini menunjukan jika dalam prosedur audit, auditor yang memiliki locus of control eksternal lebih dominan akan mengandalkan faktor luar contohnya keberuntungan dalam menyelesaikan program audit. Hal ini tentu berbahaya jika auditor menemukan kompleksitas dalam program audit maka auditor tersebut akan mengandalkan keberuntungan dan tidak melakukan investigasi lebih lanjut dengan mempercayai hasil klien. Hal ini tentu merupakan perilaku disfungsional dan apa bila hal ini terjadi dampak dari tindakan tersebut akan mereduksi hasil kualitas audit.

4.5 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Perilaku URT

Hipotesis keempat memprediksi adanya pengaruh positif signifikan tekanan anggaran waktu terhadap perilaku underreporting of time. Hasil uji t menunjukan koefisien regresi untuk variabel tekanan anggaran waktu sebesar 0,390 dan signifikan pada level 0,003. Dengan tingkat signifikansi 0,05 maka hipotesis keempat yaitu adanya pengaruh yang positif signifikan tekanan anggaran waktu terhadap perilaku

underreporting of time dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah huubungan yang positif maka bila auditor

mengalami tekanan akibat anggaran waktu hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kecenderungan melakukan perilaku disfungsional underreporting of time.

Dalam pelaksanaan program audit, auditor kadang merasakan ketidakseimbangan antara waktu yang disediakan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur audit. Auditor yang merasa tertekan akibat anggaran waktu mungkin bertindak disfungsional seperti melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu aktual audit yang digunakan dalam prosedur audit yang dalam hal ini perilaku underreporting of time. Sebesar 48,08% responden dalam penelitian ini yang menjawab setuju bahwa mereka (auditor) merasa anggaran waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan prosedur audit tertentu dirasa kurang mencukupi. Hal ini menyebabkan auditor melakukan tindakan-tindakan seperti menggunakan waktu pribadi untuk melakukan audit atau menggunakan waktu pelaksanaan tugas audit pada klien lain dan tidak melaporkan waktu audit yang digunakan. Tindakan tersebut akan berakibat secara tidak langsung terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa pengaruh tekanan anggaran waktu lebih besar terhadap perilaku underreporting of time dibandingkan dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi hubungan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku underreporting of time yang secara relatif lebih tinggi dari hubungan tekanan anggaran waktu dan perilaku reduksi kualitas audit (0,390 > 0,302). Hasil perbandingan ini menujukan bahwa ketika auditor mengalami tekanan akibat anggaran waktu audit, auditor akan cenderung melakukan perilaku yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas audit (perilaku underreporting of time) dibandingkan perilaku yang secara langsung mereduksi kualitas audit (perilaku reduksi kualitas audit).

4.6 Pengaruh Locus of Control Internal Terhadap Perilaku URT

Hipotesis kelima memprediksi adanya pengaruh negatif signifikan locus of control internal terhadap perilaku underreporting of time. Uji t menunjukan koefisien regresi untuk variabel locus of control internal sebesar 0,390 dan signifikan pada level 0,050. Dengan tingkat signifikansi 0,05 maka hipotesis keempat yaitu adanya pengaruh yang negatif signifikan locus of control internal terhadap perilaku underreporting of time dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah huubungan yang negatif maka bila auditor memiliki locus of control internal lebih dominan maka dapat mencegah timbulnya kecenderungan melakukan perilaku disfungsional

underreporting of time.

Individu dengan locus of control internal yang tinggi, memiliki pengendalian diri yang lebih baik, cenderung lebih menunjukan perilaku politik, dan lebih memiliki kemungkinan untuk mencoba mempengaruhi orang lain. Dengan pengendalian diri yang baik, auditor yang locus of control internalnya lebih dominan akan lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya. Dalam situasi yang kompleks ketika melakukan pekerjaan audit, auditor dengan locus of control internal akan lebih bersungguh-sungguh dalam memanfaatkan waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati diprosedur awal sehingga akan lebih cenderung terhindar dari perilaku disfungsional seperti perilaku underreporting of time.

(11)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

607

4.7 Pengaruh Locus of Control External Terhadap Perilaku URT

Hipotesis keenam memprediksi adanya pengaruh positif signifikan locus of control eksternal terhadap perilaku underreporting of time. Berdasarkan uji t yang menunjukan koefisien regresi untuk variabel

locus of control eksternal sebesar 0,294 dan signifikan pada level 0,041. Dengan tingkat signifikansi 0,05

maka hipotesis keempat yaitu adanya pengaruh yang positif signifikan locus of control eksternal terhadap perilaku underreporting of time dapat dikonfirmasi. Dengan temuan arah huubungan yang positif maka bila auditor memiliki locus of control eksternal lebih dominan maka dapat menimbulkan kecenderungan melakukan perilaku disfungsional underreporting of time.

Dalam melakukan prosedur audit kadang auditor mengalami kompleksitas dalam pemeriksaan, atau mengalami tekanan baik itu dari faktor luar seperti anggaran waktu ataupun faktor dalam diri auditor tersebut seperti kompetensi serta pengalaman yang dimiliki, dan hal tersebut mengakibatkan auditor mengalami stres kerja yang mempengaruhi kinerja auditor dalam melakukan prosedur audit. Bila hal itu terjadi maka auditor yang memiliki locus of control eksternal akan lebih menerima tindakan disfungsional akibat stres kerja tersebut. Beberapa tindakan seperti membawa pulang pekerjaan audit, menggunakan waktu audit untuk klien lain, serta tidak melaporkan waktu audit yang digunakan diluar waktu efektif audit. Hal ini akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas audit serta akan membuat kantor akuntan publik salah mengestimasi waktu yang seharusnya untuk program audit tahun depan.

4.8 Koefisien Determinasi

1. Koefisien determinasi sebesar 0,423 menunjukan bahwa Perilaku Reduksi Kualitas Audit dapat dijelaskan oleh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, dan Locus of Control Eksternal sebesar 42,3%, sedangkan sisanya sebesar 57,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Artinya bahwa variabel Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, dan Locus of Control Eksternal hanya mengakibatkan atau menimbulkan adanya Variabel Perilaku Reduksi Kualitas Audit sebesar 42,3%. Sedangakan sisanya sebesar 57,7% yang mengakibatkan adanya/meningkatnya Perilaku Reduksi kualitas Audit diakibatkan oleh faktor lain seperti Komitmen Profesional, Audit Risk, Independensi Auditor, Kompetensi Auditor, Client Importance, dan Kompleksitas Audit.

2. Koefisien determinasi sebesar 0,336 menunjukan bahwa Perilaku Underreporting of Time dapat dijelaskan oleh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, dan Locus of Control Eksternal sebesar 33,6%, sedangkan sisanya sebesar 66,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Artinya bahwa variabel Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, dan Locus of Control Eksternal hanya mengakibatkan atau menimbulkan adanya Variabel Perilaku Underreporting of Time sebesar 42,3%. Sedangakan sisanya sebesar 57,7% yang mengakibatkan adanya/meningkatnya Perilaku

Underreporting of Time diakibatkan oleh faktor lain seperti Komitmen Profesional, Audit Risk,

Independensi Auditor, Kompetensi Auditor, Client Importance, dan Kompleksitas Audit.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 14 kantor akuntan publik yang ada di Bandung dengan jumlah responden sebanyak 52 dan melalui beberapa tahap yaitu, pengolahan data, analisis data, pengujian data, dan interpretasi hasil analisis pengaruh tekanan anggaran waktu, locus of control (Internal dan Eksternal) terhadap perilaku disfungsional dalam audit (RKA dan URT). Berikut ini adalah beberapa temuan dari penelitian ini :

1. Tekanan anggaran waktu berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini menunjukan jika tekanan anggaran waktu merupakan masalah serius yang bisa mereduksi kualitas audit. Ketika auditor mengalami tekanan akibat anggaran waktu saat melakukan program audit, akan muncul tindakan-tindakan seperti tidak melakukan investigasi lebih lanjut terhadap laporan klien, mengurangi pekerjaan audit, atau melakukan pergantian prosedur audit yang sudah ditetapkan yang dapat mengurangi kualitas audit.

2. Locus of control internal berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini menunjukan jika karakteristik personal merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi auditor perilaku audit disfungsional. Semakin dominan locus of control internal seseorang (auditor)

(12)

608

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

akan semakin besar juga kemungkinan terhindar tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas audit yang diakibatkan oleh perilaku audit disfungsional.

3. Locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini menunjukan jika karakteristik personal tidak selalu membuat auditor terhindar dari perilaku disfungsional. Dengan dominan locus of control eksternal yang dimiliki oleh auditor maka semakin tingggi pula kecenderungan melakukan tindakan yang membahayakan kualitas audit seperti perilaku reduksi kualitas audit.

4. Tekanan anggaran waktu berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku underreporting of time. Walaupun anggaran waktu sering dirasakan sangat ketat dan harus dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh, auditor merasa bahwa sedapat mungkin mencapainya untuk mendapat penilaian kinerja. Hal ini yang menyebabkan auditor mengerjakan audit menggunakan waktu personal untuk mencapai waktu yang lebih baik tanpa melaporkan waktu personal yang digunakan auditor.

5. Locus of control internal berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku underreporting of time. Auditor dengan locus of control internal cenderung akan bersungguh-sungguh dalam memanfaatkan waktu yang ada ketika melakukan prosedur audit. Ketika merasa bahwa waktu audit itu kurang, auditor dengan locus of control internal akan berperilaku fungsional seperti lebih bersungguh-sunguh untuk mencapai tugasnya atau meminta waktu tambahan untuk menyelesaikan auditnya.

6. Locus of control eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku underreporting of time. Auditor memiliki locus of control eksternal lebih dominan akan menimbulkan kecenderungan melakukan perilaku disfungsional (UTR). Sters kerja akibat kompleisitas audit atau tekanan (luar dan dalam) mengakibatkan auditor dengan locus of control eksternal bertindak disfungsional. Tindakan seperti membawa pulang pekerjaan audit, serta tidak melaporkan waktu audit yang digunakan diluar waktu efektif audit. Hal ini akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas audit.

7. Secara bersama-sama Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control Internal, Locus of Control Eksternal berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Reduksi kualitas Audit dan Perilaku Underreporting of Time. Itu artinya variabel dependen perilaku RKA dan URT dapat dipengaruhi oleh tiga variabel independen yaitu variabel tekanan anggaran waktu, locus of control internal dan locus of control eksternal.

8. Temuan lain menunjukan bahwa pengaruh tekanan anggaran waktu lebih besar terhadap perilaku

underreporting of time dibandingkan dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini dapat dilihat dari

koefisien regresi hubungan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku URT yang secara relatif lebih tinggi dari hubungan tekanan anggaran waktu dan perilaku RKA. Hasil ini menujukan bahwa ketika auditor mengalami tekanan akibat anggaran waktu audit, auditor akan cenderung melakukan perilaku yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas audit (URT) dibandingkan perilaku yang secara langsung mereduksi kualitas audit (RKA).

5.1 Saran

Seperti yang telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya bahwa terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis menyadari bahwa tidak ada penelitian yang bebas dari kekurangan. Untuk itu penulis memberikan saran-saran untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada. Dengan ini penulis menempatkan saran teoritis dan praktis sebagai berikut :

5.2. Saran Teoritis

Saran teoritis yang dapat diberikan oleh penulis pada peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai hal yang sama adalah sebagai berikut :Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya manambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku disfungsional dalam audit (RKA dan URT) selain tekanan anggaran waktu (faktor eksternal) dan variabel keperibadian locus of control internal & eksternal (faktor internal). Faktor-faktor lain seperti Komitmen Profesional, Audit Risk, Independensi Auditor, Kompetensi Auditor, Client Importance, dan Kompleksitas Audit.

5.3 Saran Praktis

Saran-saran yang dapat penulis berikan terhadap praktek dalam kantor akuntan publik adalah sebagai berikut :

(13)

|

Antonius Lendi, Dani Sopian

609

Berdasarkan hasil penelitian ini tekanan anggaran waktu berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku disfungsional dalam audit (URT dan RKA). Jika kantor akuntan publik hendak mengurangi kecenderungan tindakan-tindakan disfungsional maka salah satunya yaitu dengan mengurangi tekanan yang diakibatkan oleh anggaran waktu. KAP sebaiknya mengevaluasi kembali anggaran waktu sebelum disepakati, mungkin bisa dengan menambah sedikit waktu untuk investigasi beberapa akun yang dirasa tingkat kompleksitas auditnya lebih tinggi. Hal ini mungkin bisa mengurangi tekanan yang diakibatkan oleh anggaran waktu yang bisa mengakibatkan perilaku disfungsional dalam audit.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Ardiansah, Muhammad Noor. 2003. Pengaruh Gender dan Locus of Control Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional dan Keinginan Berpindah Kerja Auditor. Tesis. Universitas Diponogoro Semarang.

[2]. Arens, A., A., and Loebbecke, J. K., 2003. Auditing, Ahli Bahasa Amir Abadu Yusuf. Jakarta: Salemba Empat.

[3]. Basuki dan Mahardani, Y. K. 2006. “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya”, Jurnal Maksi. Vol 6, No. 2, pp. 203-223.

[4]. Cooper, D., & Schindler, P. 2006. Bussines Research Methods, 9th edition. McGraw-Hill Publisihing. [5]. Donnelly, D. P., Quirin, J. J., & O'Bryan, D. (2003). Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit

Behavior: An Explanatory Model Using Auditors Personal Characteristics. Behavioral Research In Accounting.

[6]. Frochot, V,. dan Shaeron, W., T. 1991. Budgetary Participation, Locus of Control, and Mexican

Managerial Performance and Job Satisfaction. The Accounting Review, Vol. 66, No. 1. Pp. 80-99.

[7]. Francis, J. & E. Wilson. 1988. Auditor Changes: A Joint Test Of Theories Relating To Agency Costs And

Auditor Differentiation. The Accounting Review 63: 663-682.

[8]. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS21 unpdate PLS regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

[9]. Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, IAI, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.

[10]. Irawati, Y., Petrolina, A.T., dan Mukhlasin. 2005, “Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VIII di Solo.

[11]. Jansen, M.C., And W.H. Meckling. 1976. Theory Of The Firm: Managerial Behaviour Agency Cost

And Ownership Structure. Jurnal Of Finance Economic. Vol 3, No. 4:305-360.

[12]. Johan, Rita. 2002. Kepuasan Kerja Karyawan Dalam Lingkungan Institusi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur.

[13]. Lendi, Antonius. 2017. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Locus Of Control Terhadap Perilaku Disfungsional Dalam Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung). Skripsi. STIE STAN IM.

[14]. Mahardini M. Nyoman., Sujana Edy., Adiputra P. Made. 2014. Pengaruh etika profesi dan tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 2 No: 1.

[15]. Malone, C. F., & Roberts, R. W. (1996). Factors Associated with the Incidence of Reduced Audit

Quality Behaviors. Auditing: A Journal of Practice & Theory.

[16]. McNamara, S. M., & Liyanarachchi, G. A. (2008). Time budget pressure and auditor dysfunctional

behaviour within an occupational stress model. Accountancy Business and the Public Interest.

[17]. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

[18]. Otley, D. T., and Pierce, B. J. 1996. “Audit Time Budget Pressure: Consequence and Antecendents”.

Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9 No. 1. pp. 31-58.

[19]. Pierce, B, and Sweeney, B. 2004, “Cost-Quality Conflict in Audit Firms: An Empirical Investigation”.

Europan Accounting Review. Vol. 13. No. 1. pp. 415-441.

[20]. Rotter, J. 1966. Generalized Expectancies for Internal Versus External Control of Reinforcement.

(14)

610

Antonius Lendi, Dani Sopian

|

[21]. Silaban, Adanan. 2009. Perilaku disfungsional auditor dalam pelaksanaan program audit (Studi Empiris di Kantor Akuntan Publik). Disertasi. Universitas Diponogoro Semarang.

[22]. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, Cetakan ke 21. Bandung: ALFABETA.

[23]. Soobaroyen, T. and Chelven Chengabroyan. 2005. Auditors’ Perceptions of Time Budget Pressure,

Premature Sign Off and Under-Reporting of Chargeable Time: Evidence From A Developing Country. Research Paper The University of Wales.

Sumber Dari Internet:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan mandiri dari kegiatan penelitian pada aspek khusus pemetikan teh menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, gilir

Berdasarkan paparan dan pembahasan menyimpulkan bahwa: 1) makna denotasi yang ada pada iklan adalah adanya hubungan keluarga antara anak dan orang tua khususnya anak dan ayah,

Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threath), yang diharapkan mampu untuk menyeimbangkan antara kondisi internal yaitu : kekuatan

It means that there was a significant difference of students‟ achievement after implementation was better than before, the questionnaire result showed that the students gave the

Seseorang yang Profesional dalam bekerja akan mempunyai nilai tersendiri dimata atasan atau customer, setiap orang yang bekerja secara Profesional akan terlihat hasil pekerjaanya dan

hasil wawancara penulis dengan 8 beberapa pasien yang berada di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Ende, 3 orang pasien mengatakan merasa puas dengan

PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU RA/MADRASAH 2014 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

The aim of this study was to determine the genetic variation and relationship of 24 genotypes of Madura tobaccos with Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) analysis..