BAB II KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Berbagai pengertian diabetes mellitus (DM) menurut banyak ahli: 1. Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron (Mansjoer, 2001)
2. Diabaetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2000) 3. Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2000)
Berdasarkan beberapa definisi para ahli tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik.
B. Anatomi dan fisiologi.
Pankreas adalah Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 69-90 gr.terbentang pada vertebra lumbalis I dan II dibelakang lambung,
1. Bagian dari pankreas :
a. Kepala pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam ekukan duodenum.
b. Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya dibelakang lambung dan didepan vertebralumbalis pertama.
c. Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limfa..
2. Fungsi pankreas ada 2 yaitu :
a. Fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit
b. Fungsi endokrin yairtu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin
Pulau langerhans terdiri atas : Sel-sel alfa yang menghasilkan glukagon, Sel-sel beta yang menghasilkan insulin, glukagon dan insulin mengatur kadar gula darah. Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah) sedangkan glukagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah). Selain ini ada sel-sel delta
yang menghasilkan somastostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon. Selain itu sel F menghasilkan polipeptida dan pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin pankreas. (Tambayong, 2001)
Gambar I : Anatomi pankreas Diambil dari : www.pancreas.com 2. Fisiologi
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
1. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel
2. Hormon yang meningkatkan kadar gula darah antara lain : a) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau langerhans b) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan
kromafin
c) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal. d) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Glukagon, epinefrin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin
C. ETIOLOGI
Penyebab diabetes mellitus menurut (Brunner dan Suddart, 2000) berdasarkan klasifikasinya adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.
a. Faktor genetik
Penderita DM tipe 1 mewarisi kecenderungan genetik kearah DM tipe kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20X pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan
Virus /toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II/ NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe II masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun)
3. Diabetes mellitus kehamilan (GDM)
GDM adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan memang merupakan keadaan diabetogenetik.
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme..
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 80-140 mg/dl (euglikemia) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda – beda pada orang non diabetik kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120-140 mg/dl setelah makan (post prandial) namun keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel – sel otot (glikogenesis). Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa, karena glukosa dilepaskan dari cadangan – cadangan tubuh (glikogenolisis) dan glukosa yang baru dibentuk dari trigliserida (glukoneogenesis). Glukoneogenesis menyebabkan metabolisme meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis) terjadi peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton didalam urine) dan kadar natrium serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis (Price, 2000)
Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi) Selain itu juga polifagi juga disebabkan oleh starvasi (kelaparan sel). Pada pasien DM penggunaan glukosa oleh sel juga menurun mengakibatkan
produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia juga dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil) sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh . Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat mengakibatkan terjadinya infeksi dan terjadi ganggren atau ulkus. Gangguan pembuluh darah juga menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga suplai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur.
Akibat perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga mempengaruhi saraf – saraf perifer, sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2000)
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer (2001) menifestasi Diabetes Mellitus adanya gejala yaitu:
1. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak) 2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polifagi (rasa lapar yang semakin besar) 4. Lemas
5. Berat Badan Menurun 6. Kesemutan
8. Impotensi pada pria
9. Gatal (Pruritus) pada vulva
10. Mengantuk (somnolen) yang terjadi beberapa hari atau beberapa minggu. F. KOMPLIKASI
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik menurut Smeltzer (2002) yaitu :
1. Komplikasi akut, adalah komplikasi pada DM yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:
a) Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cikupnya jumlah insulin yang nyata
b) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN
c) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
2. Komplikasi Kronik
Efek samping Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
a) Komplikasi Mikrovaskuler 1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka sirkulasi darah keginjal menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi nefropati. 2) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati. Katarak juga dapat disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer , sistem saraf otonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.
b) Komplikasi Makrovaskuler 1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah-celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada daerah –daerah yang terkena trauma
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Diabetes mellitu secara teori menurut Sarwono (1998) adalah
1. Pengobatan
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas ,karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Binguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian Insulin 1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut., Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat , stress
berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, waita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a) insulin kerja cepat : jenisnya adalah reguler insulin cristalin
zink, dan semilente
b) Insulin kerja sedang : Jenisnya adalah NPH (Netral
Protamine Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat : Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
2 Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan , lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya sekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan ideal dengan cara : kurangi kalori, kurangi lemak, kurangi karbohidrat komplek, hindari makanan manis, perbanyak konsumsi serat
3 Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olah raga terlalu berat.
4 Kontrol gula darah secara rutin
5 Pemberian penyuluhan kesehatan DM diantarnya adalah tentang perawatan kaki dan luka.
H. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pasien DM secara teori menurut Doenges (1999) 1. Pengkajian Demograf i :
Diabetes mellitus banyak diderita oleh perempuan dewasa. Usia kurang lebih 40 tahun
2. Pengkajian Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit infeksi pada pankreas, tumor pada pankreas, hipertensi, riwayat DM sebelumnya.
3. Pengkajian Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit DM dikeluarga klien 4. Pengkajian data dasar pasien DM
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur / istirahat
Tanda : Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi / disorentasi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Gejala : Kebas, kesemutan ekstemitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun / tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi).
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mengikuti diit, peningkatan masukan glukosa / karbohidat, penurunan berat badan lebih dari periode selama hari / minggu, Haus, Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda : Kulit kering / bersisik, kekakuan / distensi abdomen, muntah Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau ketonisis / manis, bau buah (nafas acetone)
f. Neuro sensori
Gejala : Pusing / pening, sakit kepala, kesemutan, porestesia, gangguan penglihatan , penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Disorentasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), reflek tendon dalam (DTD) menurun.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpasi, tampak berhati – hati h. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika kalium menurun dengan)
i. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) 5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges (1999) pemeriksaan penunjang untuk pasien DM adalah
a. Glukosa serum : peningkatan 200 – 1000 mg/dl atau lebih b. Aseton plasma (ketones) positif kuat.
d. Osmolalitas serum : meningkat kurang lebih 330 m Osm/1 e. elektrolit
1) Serum : normal, meningkat / menurun 2) Kalium : normal, menigkat (seluller shif) 3) Phosphorus : sering menurun
f. AGD ( Analisa gas darah ) : pH menurun dan HCO3 menurun g. Hematokrit meningkat
Fungsi ginjal menurun Suplai oksigen ke jaringan perifer menurun Neoroputi Sensori rasa menurun Perubahan darah resiko terganggu Nefropati Daya tahan tubuh menurun Luka tidak sembuh Kerusakan jaringan Luka tidak terasa Retinopari Pandangan kabur Ureum meningkat Mual / muntah Keseimbangan kalori negatif Etiologi
Defisiensi Insulin Resistensi Insulin
DM (Diabetes Melitus) → Penurunan pengetahuan → Kurang Pengetahuan Transport glukosa ke
sel menurun Starvasi seluler
Polifagi Nutrisi tidak masuk ke
sel Glukogenesis meningkat Hiperglikemia Glukosaria Diuretik Osmaris Poliuria Polidipsi Ouput Cairan meningkat
Resiko deficit volume cairan
Glukoneogenesis Pertahanan fisik tubuh Keton meningkat Nafas bau keton Mual, tidak nafsu makan Katabolisme protein meningkat Perubahan persepsi sensorik penglihatan Asam laktat berlebih Lopolisis Kelemahan Nutrisi ke jaringan menurun Resiko gangguan perfusi jaringan Ketidakberdayaan Membutuhkan penanganan
Etiologi I. Pathways
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan DM secara teori menurut (Doengoes, 2000)
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic, hiperglikemi.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi darah.
4. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan darah, dan nutrisi ke jaringan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati. 6. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau
progresif yang tidak dapat diobati.
7. Resiko cedera berhubungan dengan pandangan kabur.
8. Kurang pengetahuan berhubugan dengan kurang tahu tentang penyakit dan kurang informasi, kesalahan persepsi.
K. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
Fokus interfensi untuk mengatasi masalah keprawatan pada pasien DM menurut Doengoes (2000)
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic hiperglikemi.
a. Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
b. Kriteria hasil : 1) Tanda-Tanda Vital tidak stabil : TD : 130/90 mmHg, N : 80 x/mnt
2) Tugor kulit baik
3) Capillari reffil kurang dari 2 dtk
4) Akral hangat c. Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardic
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, membran membrosa
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat,
3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine Rasional :
4) Frekuensi dan kualitas pernafasan, pemasangan otot bantu nafas, dan adanya priode apnea dan munculnya sianosis.
Rasional : koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi pernafasan mendekati normal
5) Ukur berat badan setiap hari
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik.dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
6) Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
Rasional : kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motalitas lambung yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.
7) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai dengan indikasi
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dari respon pasien secara individual.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral
a. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi b. Kriteria Hasil : 1) Berat Badan Stabil
2) Nafsu makan pasien meningkat c. Intervensi
1) Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntah
Rasional : Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas / fungsi lambung 2) Identifikasi makanan yang sesuai / dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural
Rasional : jika makanan yang disukai pasien dimasukkan dalam perencanaan
3) Observasi tanda-tanda hipoglikemi
Rasional : karena metabolisme karbonhidrat terjadi (Gula darah) akan berkurang
4) Timbang BB tiap hari
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat 5) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
Rasional : Memberikan inforensi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
7) Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten atau kontinu
Rasional : insulin reguler memiliki awitan secara cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi darah
a. Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan
b. Kriteria Hasil : pasien tidak demam, leukosit 4000-9000, luka tidak ada pus atau tidak bau, suhu : 36,5 – 37,5° C
c. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti: demam, kemurahan, adanya pus pada luka urine warna keruh atau berkabut.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Pertahankan teknik aseptic pada prosedur infasif (seperti pemasangan infus, kateter, dll)
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kimia.
3) Tingkatkan yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
4) Anjurkan untuk makan dan minum adekuat Rasional : menurunkan terjadinya infeksi 5) Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
6) Berikan insulin
Respon : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
7) Lakukan kultur luka
Respon : Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih / memberikan terapi yang terbaik
4. Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah vena atau arteri, odema jaringan.
a. Tujuan : Tidak terjadi yang perfusi jaringan perifer b. Kriteria Hasil : 1) Akral hangat, kesemutan menurun.
2) capillary refill kurang dari 2 detik c. Intervensi
1) Catat penurunan nadi, pengisian kapiler lambat
Rasional : Perubahan ini menunjukkan kemajuan / proses kronis 2) Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tangan / lutut, panas /
dingin
Rasional : Sensasi sering menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap lanjut
3) Lihat dan kaji kulit untuk uiserasi, lesi, area ganggren
Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi / kerusakan/ kehilangan jaringan serius
4) Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat
Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat, perlu untuk penyembuhan dan regenerasi jaringan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sekunder terhadap penurunan produksi metabolisme energi , defesiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan aktifitas dan latihan pasaien tidak terganggu dan tidak mudah lelah
b. Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
c. Intervensi:
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas, buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : Mempermudah pasien untuk melakukan latihan aktifitas.
2) Berikan aktifitas alternatif dengan periodik istirahat yang cukup atau tanpa diganggu.
Rasional : Mencegah kebosanan dalam melakukan aktifitas 3) Pantau Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
Rasional : Untuk memantau keadaan umum pasien. 4) Diskusikan cara menghemat kalori beraktifitas
Rasional : Untuk mengetahui seberapa kalori tubuh yang dibutuhkan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai toleransi
Rasional : Meningkatkan perasaan dan kondisi pasien dalam beraktifitas
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati,ketergantungan dengan orang lain. (Doengoes, 2000)
a. Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan pasien tidak putus asa b. Kriteria Hasil : Pasien mengakui persaan putus asa , mengidentifikasi
cara-cara sehat menghadapi perasaan , membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktifitas perawatan diri.
1) Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekpresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya.
Rasional : Mengudentifikasi perhatiannya dan mempermudah cara pemecahan masalah
2) Kaji bagaimana telah menangani masa lalunya
Rasional : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhannya terhadap tujuan penanganan
3) Tentukan mtujauan dan harapan dari pasien atau keluarga
Rasional . Harapan yang tidak realitas dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan frustasi atau kehilangan kemampuan koping.
4) Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.
Rasional : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
5) Berikan dukungan pada pasien untukn ikut serta dalam perawatan diri sendiri
Rasional . Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi 7. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan pandangan kabur
a. Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera
b. Kriteria Hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah menurunkan resiko cedera, mendemonstrasikan tehnik aktivitas untuk mencegah terjadinya cedera
c. Intervensi:
1) Kaji tingkat persepsi sensori mata
Rasional : Mengetahui ketajaman atau lapang pandang pada mata 2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar
Rasional : Membantun pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Berikan penerangan lampu yang cukup
Rasional : Mempermudah mengenali lingkungan 4) Jauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cidera
Rasional : Mengurangi terjadinya peristiwa yang membahayakan jiwa
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pemahaman untuk mengingat a. Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan penyuluhan kesehatan
tentang penyakit DM
b. Kriteria Hasil : 1) Mengidfentifikasi hubungan tanda dan gejalaproses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
2) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan
3) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. c. Intervensi:
1) Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapi dan mempertahankan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
2) Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
Rasional : Partisipasi dalam merencanakan meningkatkan antusias dan kerja sama
3) Jelaskan tentang kadar gula darah normal itu dan bagai mana hal tersebut dibandingkan dengan kadar gula darah pasien tipe DM yang dialami pasien hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. 4) Kolaborasi dengan medis pemberian antibiotika
Rasional : Pemberian antuiotik mencegah terjadinya proses infeksi.