• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Konsep Pengetahuan Perawat

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui: kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pandengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Eriawan, 2013).

Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan adalah merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya (Taufik, 2007).Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah aktivitas manusia berupa pengalaman mendengar dan membaca (Eriawan, 2013).

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

(2)

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisiskan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehensif)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secra benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

(3)

formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang ada.

f. Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian–penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab- sebab mengapa ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007) yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimna diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

(4)

formal.Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada di lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

(5)

e. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

f. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Pengetahuan Tentang Emergency

Menurut Sabriyati (2012) pada penelitian , untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya, maka perawat gawat darurat harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:

a. Mengenal klasifikasi pasien

b. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru dan otak, kejang, koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul dan kasus ortopedi

c. Mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat d. Mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal

(6)

B. Konsep Perawat 1. Definisi Perawat

Menurut Praptiningsih (2006), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Ardika, 2012).

Pengertian perawat menurut Priharjo adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut. Sedangkan Hadjam memberikan pengertian yang lain yaitu karyawan rumah sakit yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal. (Ardika, 2012).

2. Peran Perawat

Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kependudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan (Hidayat, 2007).

Peran perawat menurut Potter dan Perry (2005), terdiri dari peran sebagai pemberi perawatan, pembuat keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, peran karier.

a. Pemberi Keperawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit terentu, sekali pun keterampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan keperawatan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya

(7)

mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. Pemberi asuhan memberi bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.

b. Pembuat Keputusan

Untuk memberikan keperawatan yang efektif, perawat menggunakan keahlian berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberi keperawatan dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan ini sendiri dan berkolaborasi dengan klien dan keluarga dalam setiap situasi, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan propesional lainya (Keeling dan Ramos, 1995).

c. Pelindung dan Advokat Klien

Sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemunkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Sebagai contoh, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang munkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.

(8)

d. Manajer Kasus

Sebagai manajer kasus, perawat mengoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lain, misalnya ahli gizi dan ahli terafi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Selain itu perawat juga mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerjanya. Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Ada berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiet yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainya.

e. Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidak berdayaan lainya. Sering kali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu klien beradaptasi semaksimal munkin dengan keadaan tersebut. Rentang aktivitas rehabilitasi dan restoratif mulai dari mengajarkan klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis.

f. Pemberi Kenyamanan

Peran sebagai pemberi kenyamanan, perawat sebagai seorang manusia, merupakan peran tradisional dan historis dalam keperawatan dan telah berkembang sebagai suatu peran yang penting dimana perawat melakukan peran baru. Karena asuhan keperawatan harus ditujukan kepada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka pemberi kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien untuk mencapai

(9)

kesembuhan. Selama melakukan tindakan keperawatan, perawat dapat memberikan kenyamanan dengan mendemonstrasikan keperawatan pada klien sebagai induvidu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Sebagai pemberi kenyamanan, perawat sebaiknya membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantunyan emosi dan fisiknya.

g. Komunikator

Peran sebagai komunikator, merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi kepada klien dan keluarga, antar-sesama perawat dan propesi kesehatan lainya, sumber informasi dan komunikasi. Memberikan perawatan yang efektif, pembuat keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan bagi klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengoordinasi dan mengatur asuhan keperawatan, membantu klien dalam rehabilitasi, memberikan kenyamanan atau mengajarkan sesuatu kepada klien tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan kominitas.

h. Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskandan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Beberapa topik mungkin dapat diajarkan tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dilakukan secara informal, misalnya ketika perawat mengajarkan cara menyuntik insulin secara mandiri pada klien dengan diabetes. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien sertaa melibatkan sumber-sumber yang lain seperti keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.

(10)

i. Peran Karier

Sejumlah peran dan fungsi dibebankan kepada perawat diberbagai lingkungan kerja. Berkarier, merupakan kebalikan dari semuanya, dimana perawat ditempatkan diposisi jabatan tertentu. Karena kesempatan bekerja bagi perawat meningkat, perkembangan perawat sebagai profesi dan meningkatnya perhatian pada keahlian dalam pekarjaan, maka profesi perawat menawarkan peran tambahan dan kesempatan berkarier yang lebih luas. Contoh dari peran berkarier meliputi peran mendidik dan peran perawat ahli, seperti perawat spesialis klinis, perawat pelaksana, perawat maternitas, anastesi, pengola dan peneliti. Peran tambahan non klinik meliputi manajer, perawat penanggung jawab perkembangan kualitas dan konsultan produksi.

3. Fungsi Perawat

Menurut Hidayat (2007), fungsi perawat merupakan suatu kerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan kaadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi, diantaranya : fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.

a. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

(11)

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang memiliki penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter maupun yang lainya, seperti dokter dalam memberikan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

C. Konsep Penanganan Pasien Emergency 1. Pengertian Penanganan Emergency

Menurut Sabriyati (2012) penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien.Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung.Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan.Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009).

Menurut Boswick (2012) sistem pelayanan kedaruratan medik merupakan suatu program respon kedaruratan masyarakat untuk warga yang cedera atau sakit dan memerlukan perawatan yang mendesak.Sistem ini meliputi perawatan pra dan intra rumah sakit. Fase pra rumah sakit dimulai ketika warga memberikan pertolongan pertama atau memanggil tim medis gawat darurat. Ia dilanjutkan

(12)

dengan penyelamatan dan perawatan medis gawat darurat ditempat kejadian dan selama transportasi ke rumah sakit. Fase intra rumah sakit terbagi dalam perawatan dibagian perawatan definitive.

Skeet (1995) mengemukakan penatalaksanaan awal dalam kegawatdaruratan merupakan aplikasi terlatih dari prinsip-prinsip penanganan pada saat terjadinya kecelakaan atau dalam kasus-kasus penyakit mendadak dengan menggunakan fasilitas-fasilitas atau benda-benda yang tersedia pada saat itu.Hal ini merupakan metode penanganan yang telah diuji sampai korban dipindahkan ke rumah sakit atau lokasi dimana keterampilan dan peralatan yang layak tersedia (Nasution, 2012).

Penatalaksanaan awal diberikan untuk : a. Mempertahankan hidup

b. Mencegah kondisi menjadi lebih buruk c. Meningkatkan pemulihan (Nasution, 2012).

Seseorang yang memberikan penatalaksanaan awal harus : a. Mengkaji sesuatu

b. Menentukan diagnosis untuk setiap korban

c. Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat bahwa korbanmungkin memiliki lebih dari satu cedera dan beberapa korban akanmembutuhkan perhatian dari pada yang lain

d. Tidak menunda pengiriman korban ke rumah sakit sehubungan dengan kondisi serius (Nasution, 2012).

2. Pasien Emergency a. Defenisi Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis, seringkali pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata

(13)

patient dari bahasa Inggris. Patient diturunkan dari bahasa latin yaitu

patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata pati yang artinya menderita (Sabriyati, 2012).

b. Kriteria Emergency Sesuai Indikasi Medis

Boswick (2012) mengemukakan kriteria emergency sesuai indikasi medis diantara lain:

1) Kecelakaan/ruda paksa yang bukan kecelakaan kerja, contoh kasus: Trauma kepala, patah tulang terbuka/tertutup, luka robekan/sayatan pada kulit/otot

2) Serangan jantung, contoh kasus: henti irama jantung, irama jantung yang abnormal, nyeri dada akibat penyempitan/penutupan pembuluh darah jantung

3) Panas tinggi diatas 390 C atau disertai kejang demam, contoh kasus:

kejang demam

4) Perdarahan hebat, contoh diagnosis: trauma dengan perdarahan hebat, muntah/berak darah, abortus (keguguran), demam berdarah dengan komplikasi perdarahan

5) Muntaber disertai dehidrasi sedang s/d berat, contoh kasus: kholera, gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang/berat, mual dan muntah pada ibu hamil disertai dehidrasi sedang/berat

6) Sesak napas, contoh kasus: asma sedang/berat dalam serangan, infeksi paru berat

7) Kehilangan kesadaran, contoh kasus: ayan/epilepsy, syok/pingsan akibat kekurangan cairan, gangguan fungsi jantung, alergi berat, infeksi berat

8) Nyeri kolik, contoh kasus: kolik abdomen, kolik renal, kolik ureter, kolik uretra

(14)

c. Penilaian Primer Bagi Pasien yang Gawat Darurat

Menurut Boswick (2012), waktu yang terjadi faktor yang penting dalam penatalaksanaan keadaan gawat darurat. Penting agar terapi mengikuti urutan yang sesuai dengan urutan mendesaknya keadaan yang ada. Penilaian primer pasien gawat darurat melibatkan fungsi pernafsan dan sirkulasi, kesadaran dan kemungkinan cedera vertebra servikalis serta terdiri dari tahapan berikut secara berurutan:

1) Evaluasi saluran pernafasan, bentuk saluran pernafasan yang terbuka jika diperlukan dan pastikan potensinya yang kontinue

2) Pastikan pertukaran pernapasan yang efektif

3) Pulihkan sirkulasi dengan resusitasi kardiopulmonerbila diperlukan. Pertahankan sirkulasi yang efektif dengan memberikan larutan ringer laktat melalui intravena yang lumen besar. Jika waktu pemindahan ke gawat darurat akan lebih dari 2 jam, maka pasang kateter urina yang dibiarkan terpasang

4) Tutup luka terbuka, gunakan tekanan untuk mengendalikan perdarahan bila diperlukan

5) Lakukan pemeriksaan fisik yang cepat tetapi lengkap, yang menghindari gerakan pasien berlebihan, terutama jika diduga ada trauma spinalis

6) Mulai membuat pencatatan untuk mencatat observasi yang penting: tingkat kesadaran ukuran pupil dan reaktivitas serta tanda-tanda vital 7) Buat riwayat trauma serta kejadian sebelum dan setelah kecelakaan.

Tanyakan tentang alergi, obat-obatan yang diminum, riwayat penyakit dahulu dan makanan yang terakhir dimakan

8) Sebelum memindahkan pasien, bidai fraktur yang jelas terlihat atau yang diduga telah terjadi serta vertebra servikalis pada pasien dengan trauma kapitis. Periksa bagi trauma vascular dan saraf serta catat hasilnya

9) Ingatkan bagian gawat darurat bila ingin diindikasikan pemeriksaan khusus segera seperti tes laboratorium atau pemeriksaan radiologi.

(15)

d. Penanganan Pasien Emergency

1) Airway

Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan

membutuhkan keterampilan yang khusus dalam penatalaksanaan keadaan gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan – lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang.

Menurut ATLS (Advan Trauma Lifes Support) 2004, kematian-kematian dini karena masalah airway seringkali masih dapat dicegah, dan dapat disebabkan oleh :

a) Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway b) Ketidakmampuan untuk membuka airway

c) Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru d) Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang

e) Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi f) Aspirasi isi lambung

Penilaian bebasnya airway dan baik-tidaknya pernafasan harus dikerjakan dengan cepat dan tepat.Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah mungkin jatuh ke belakang, dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat dengan segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin lift maneuver), atau dengan mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw thrust

maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan dengan airway

orofaringeal (oropharyngeal airway) atau nasofaringeal (nasopharingeal airway).Tindakan-tindakan yang digunakan untuk

(16)

membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal.Oleh karena itu, selama melakukan prosedur-prosedur ini harus dilakukan imobilisasi segaris (in-line immobilization).

2) Breathing

Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan teknik bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif, teknik ini lebih efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (ATLS, 2004). Cara melakukan pemasangan face-mask (Arifin, 2012):

a) Posisikan kepala lurus dengan tubuh

b) Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai bila sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada kebocoran)

c) Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)

d) Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka

e) Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepala pasien

f) Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah dipasangkan

g) Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama (tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka bersama-sama)

h) Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)

i) Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan untuk memegang bag (kantong) reservoir sekaligus pompa nafas bantu (squeeze-bag)

(17)

3) Circulation

Perdarahan merupakan penyebab kematian setelah trauma (Dolan, Holt, 2008).Oleh karena itu penting melakukan penilaian dengan cepat status hemodinamik dari pasien, yakni dengan menilai tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi (ATLS,2004).

a) Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun perfusi otak juga berkurang yang menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

b) Warna kulit

Wajah yang keabu-abuan dan kulit ektremitas yang pucat merupakan tanda hipovolemia.

c) Nadi

Pemeriksaan nadi dilakukan pada nadi yang besar seperti arteri femoralis dan arteri karotis (kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama.

4) Disability

Penurunan tingkat kesadaran perlu diperhatikan pada empat kemungkinan penyebab (Pre-Hospital Trauma Life Support Commitee 2002) :

a) Penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak b) Trauma pada sentral nervus sistem

c) Pengaruh obat-obatan dan alkohol

d) Gangguan atau kelainan metabolic (Nasution, 2012)

D. Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Penanganan Pasien Emergency di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Menurut penelitian Nasution (2012) yang berjudul tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2009 mengenai

(18)

penatalaksanaan awal kegawatdaruratan, didapati bahwa sebanyak 192 responden (92,8%) yang mengikuti penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan baik, kemudian diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 14 responden (6,8%), dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (0.5%).

Hasil keseluruhan dari penelitian tersebut, diperoleh mayoritas tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tahun masuk 2009 mengenai penatalaksanaan awal kegawatdaruratan berada pada tingkat pengetahuan baik.

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-kosep yang ingin diamati atau diukur melalui penelititan-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan studi kepustakaan yang telah dikemukakan di atas maka kerangka konsep dapat dilihat seperti dibawah ini :

Skema 2.1

Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan penanganan pasien emergency di IGD RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014.

Pengetahuan Perawat Tentang Penanganan

Pasien Emergency

Penanganan Pasien Emergency

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang terdapat dalam publikasi ini kualitasnya tergantung dari ketersediaan data di masing-masing Dinas/UPT yang berada di Wilayah Kecamatan Kalanganyar dan aparat

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

konsumen dan menyediakan kecepatan dan ketepatan pelayanan. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah yang kecenderungannya naik dari

Dari uji swelling juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan dalam membran maka hasil persen swelling semakin kecil, hal ini disebabkan dengan

PEMERINTAH (MENTER! KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.): Mengemukakan bahwa memang benar apa yang dikemukakan oleh FKP bahwa di dalam membahas Pasal 2 butir b Pemerintah

SMP NEGERI

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap prestasi Belajar Bahasa Indonesia pada siswa

k adet eleman içeren bir y fonksiyonuna Hızlı fourier dönüşümü komutu uygulandığında ancak k/2 kadar harmonik ve bunların genlikleri hakkında bilgi sahibi