• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. Bahan dan Metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. Bahan dan Metode"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

11

III. Bahan dan Metode

A. Bahan

Sampel yang digunakan adalah bakteri penghasil biopigmen hasil isolasi dari Acropora nasuta yang diambil

dari Taka Cemara Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah.

Bahan kimia yang digunakan diantaranya yeast extract,

peptone, agar bacteriological, untuk isolasi dan kultur

bakteri, etanol, n-heksana, aseton, metanol, asetonitril,

ammonium asetat, gas N2, akuades, dan akuabides untuk

ekstraksi dan identifikasi pigmen dengan UV-Tampak dan KCKT. TE buffer, lysozym, SDS 10%, NaCl 5 M, CTAB,

Chloroform, Isopropanol, Etanol 70% digunakan untuk

ekstraksi DNA. Akuabides steril, primer 27oF, primer

1492R, DNA template pengenceran 100x, Mega Mix Royal untuk identifikasi bakteri.

B. Metode

Sampling Organisme Laut

Sampel karang lunak Acropora nasuta diambil dari perairan Taka Cemara Karimunjawa di kedalaman kurang lebih 2 meter dengan peralatan scuba diving. Setelah pengambilan, sampel karang lunak segera dimasukkan ke dalam cool box yang sebelumnya telah diisi dengan es.

(2)

12 Sampel dicuci 3× dengan akuades steril untuk menghindari kontaminasi air laut.

Pembuatan Media dan Isolasi Bakteri

Media yang digunakan adalah ZoBell 2216E marine

agar medium. Sebanyak 1 L media Zobell 2216E Agar

dibuat dengan mencampurkan 7.5 gram agar

bacteriological, 2.5 gram peptone, 0.5 gram yeast extract

ditambahkan air laut hingga mencapai volume 1000 mL

dan dihomogenisasi dengan pengaduk magnetik.

Campuran tersebut selanjutnya disterilisasi dalam

autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.

Isolasi bakteri dilakukan dengan pemotongan bagian tubuh organisme laut, kemudian diencerkan dan ditanam pada media Zobell 2216E Agar dalam cawan

petri. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar (±30oC)

selama 48 jam (Radjasa dkk, 2007). Berdasarkan morfologi warna dari koloni-koloni bakteri yang tumbuh, dilakukan pemurnian dengan teknik goresan (streak

(3)

13

Reaksi berantai polimerase (PCR) 16S rDNA

1. Ekstraksi DNA

Ekstraksi DNA dilakukan menurut Ausubel dkk (1995). Kultur bakteri cair sebanyak 3 mL dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 mL, kemudian disentrifugasi pada 13.000 rpm selama 10 menit. Supernatan (cairan) dibuang sehingga akan didapat sel-sel bakteri dalam bentuk pelet. Pelet bakteri ditambahkan 500 μL TE buffer lalu divortex selama 5 menit, ditambahkan 40 μl Lysozym dan diinkubasi dalam waterbath pada suhu 37°C selama 1 jam. Selanjutnya larutan ditambahkan 200 μL SDS 10% dan diinkubasi kembali, selanjutnya larutan ditambahkan 100 μL NaCl 5 M dan 80 μL CTAB dan diinkubasi pada suhu 68°C selama 10 menit sampai larutan jernih. Larutan ditambahkan kloroform sampai volume tabung 1,5 mL lalu tabung dibolak-balik dan disentrifugasi pada 13.000 rpm selama 10 menit. Supernatan di bagian atas

cincin dipindahkan ke tabung eppendorf baru,

ditambahkan Isopropanol (dengan volume 0,6x volume supernatan) kemudian dibolakbalik dan disentrifugasi pada 13.000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang, lalu ditambahkan 100 μL Etanol 70% dan disentrifugasi kembali pada 13.000 rpm selama 1 menit. Etanol dibuang (usahakan agar pelet tidak ikut terambil) kemudian pelet

(4)

14 dikering anginkan. Setelah kering, pelet ditambahkan 15 μL TE Buffer. Ekstrak DNA disimpan dalam lemari

pendingin pada suhu -20oC.

2. Amplifikasi PCR 16S rDNA

Campuran bahan-bahan yang digunakan yaitu

akuabides steril (9,5 µl), primer 27oF (1 µL), primer 1492

R (1 µL), DNA template pengenceran 100x (1 µL), Mega Mix

Royal (12,5 µL) sehingga total volume 25 µL. Primer yang

digunakan untuk PCR 16S rDNA adalah primer universal

27oF (5'-AGAGTTTGATCMTG GC TCAG-3') dan primer

spesifik eubacteria 1492R (5'-TACG

GYTACCTTGTTACGACTT-3') (Isnansetyo dan Kamei, 2003). Bahan-bahan tersebut dicampur dalam tabung PCR 0,2 mL, dengan perlakuan suhu yang digunakan

pada PCR adalah: denaturasi pada 94oC selama 3 menit,

kemudian sebanyak 30 siklus (annealing pada 55oC

selama 60 detik, extension pada 72oC selama 90 detik dan

terakhir ~4oC (Sabdono, 2001).

Visualisasi produk PCR 16S rDNA ini dilakukan melalui elektroforesis dengan memasukkan 5 μL produk PCR ke dalam sumur gel agarosa 1%. Pembuatan gel agarosa 1% dilakukan dengan melarutkan 1 g agarosa dalam 100 mL larutan TAE buffer 1x, lalu dipanaskan sampai homogen (jernih). Larutan gel dituang dalam

(5)

15 cetakan dengan sisir cetakan yang dipasang dengan posisi tegak hingga melewati sisir sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Gel dibiarkan beberapa saat sampai mengeras. Selanjutnya gel direndam dalam larutan buffer TAE 1×, kemudian dielektroforesis dengan voltase sebesar 100 V selama ± 30 menit. Setelah elektroforesis, gel direndam dalam etidium bromida selama 10 menit untuk mewarnai pita DNA yang terperangkap pada gel. Terakhir, pita hasil PCR dapat dilihat dengan alat UV transluminator.

3. Purifikasi Produk PCR 16S rDNA

Purifikasi dilakukan untuk mendapatkan DNA murni hasil amplifikasi PCR 16S rDNA. Bahan yang digunakan yaitu High Pure PCR Product Purification Kit (Roche, Germany) yang terdiri dari tiga larutan yaitu, larutan 1 (binding buffer), larutan 2 (washing buffer) dan larutan 3 (elution buffer).

Langkah awal dalam proses purifikasi adalah fragmen DNA target pada gel agarosa dipotong secara utuh menggunakan cutter tajam dan steril yang kemudian fragmen DNA tersebut ditampung dalam tabung ependorf 1,5 mL (berat tabung sudah ditera sebelumnya). Tabung

ependorf ditimbang kembali untuk mendapatkan berat gel

(6)

16 100 mg gel agarosa ditambahkan 300 µL larutan 1) kemudian divortex selama 15-30 detik. Selanjutnya DNA

diinkubasi dalam waterbath pada suhu 56oC selama 10

menit, namun setiap 3 menit sekali divortex. Setelah gel

mencair, larutan ditambahkan isopropanol 150 µL pada

setiap 100 mg gel agarosa. Selanjutnya larutan dimasukkan dalam tabung filter yang telah dimasukkan dalam tabung receiver sebelumnya dan disentrifugasi pada 13.000 rpm selama 30 detik. Penyaringan dilakukan sampai larutan hasil pengenceran gel agarosa habis. Tabung filter mempunyai matriks pengikat DNA yang akan menahan DNA target. Pelet yang tersaring dalam tabung filter diambil, ditambahkan 500 µL larutan 2, lalu disentrifugasi pada 13.000 rpm selama 1 menit. Supernatan dibuang dan ditambahkan kembali dengan larutan 2 sebanyak 200 µL lalu divortex selama 1 menit.

Supernatan dibuang, tabung filter dipindahkan ke dalam

tabung ependorf steril yang baru. Sebanyak 50 µL larutan 3 dimasukkan ke dalam tabung filter dan disentrifugasi kembali pada 13.000 rpm selama 1 menit. Hasil purifikasi DNA (larutan yang tertampung dalam tabung) kemudian dielektroforesis menggunakan gel agarosa 1% untuk mengetahui hasil purifikasi.

(7)

17

Sekuensing

Sekuensing dilakukan menurut siklus PCR sekuensing menggunakan Big Dye Terminator v.3.1. Formula untuk reaksi PCR sekuensing yaitu: 2 μL big

dye, 2 μL buffer 10x, 4 μL templet DNA, 1 μL primer

dengan konsentrasi 3,2 pmol, ddH2O hingga volume akhir

10 μL.

Amplifikasi DNA dilakukan dengan pengkodisian alat (96°C selama 2 menit), selanjutnya sebanyak 25 siklus dengan ketentuan denaturasi (96°C selama 10 detik); annealing (50°C selama 5 detik); dan extension (60°C selama 4 menit). Hasil PCR dipurifikasi dan

disekuen menggunakan primer 27F

5'TACGGYTACCTTGTTACGACTT3' dan 1492R

5'TACGGYTACCTTGTTACGACTT3'. Sekuen dianalisis

secara otomatis (ABI 3130XL, Applied Biosystem).

Analisa Data BLAST Homologi

Analisis sekuen DNA isolat bakteri terbaik dibandingkan dengan sekuen DNA pada basis data (data

base) DNA. Penelusuran dilakukan menggunakan internet

melalui program pelacakan data base Basic Local

(8)

18

Biotechnology Information, National Institute for Health,

USA (www.ncbi.nlm.nih.gov) (Altschul dkk, 1997).

Analisa Filogenetik

Analisis filogenetik bakteri dilakukan dengan membandingkan sekuen bakteri terdekat dengan sekuen 16S rDNA bakteri target pada data base Gen Bank.

Analisis BLAST dilakukan menggunakan bakteri

pembanding sebagai out group. Sekuen diolah dengan program ClustalX. Program ClustalX diaktifkan dan ditentukan model Multiple Alignment Mode, kemudian ditekan File dan Load Sequences lalu dipilih data sekuen yang ada. Langkah selanjutnya ditekan Alignment dan dipilih Do Complete Alignment, kemudian ditekan tombol

Align sehingga keluar ALN dan DND file. Tekan Trees dan ceck list exsclude Positions with Gaps kemudian dipilih Bootstrap N-J Tree dan tekan OK, sehingga keluar PHB file. Terakhir, dibuka program njplot dan pilih Full Tree

pada bagian Operation dan Bootstrap values pada bagian

Display. Buka file lalu Open dan pilih PHB file yang telah

dibuat tadi. Setelah itu akan keluar pohon filogenik, langkah terakhir edit dan copy, lalu paste di program

(9)

19

Seleksi β-karoten dengan Ekstraksi dan

Spektroskopi UV-Tampak

Sampel dalam kultur agar dikerok secara hati-hati kemudian dilarutkan kedalam aquades steril dan di presipitasi menggunakan refrigerated sentrifuge (4°C, 10.000 rpm, 10 menit). Pelet yang diperoleh kemudian ditimbang sebanyak 0.4210 g dan kadar air diukur menggunakan moisture balance (Shimadzu Kyoto) (kadar air 47,0%). Sampel yang sudah ditimbang kemudian dimasukan ke dalam conical bottom tube dan ditambahkan 10 ml aseton 100%. Ekstraksi dilakukan menggunakan vortex (IKA Vortex) skala 6 selama 4 menit. Ekstraksi dilakukan dalam kondisi inert dalam

atmosfer gas N2 (UHP grade) dan pencahayaan merah.

Ekstraksi diulang sebanyak dua kali hingga pelet tidak berwarna. Ekstrak pigmen kemudian disaring dengan

nylon filter (Whatman, 0.2 µm) kemudian dikeringkan

menggunakan gas N2.

Kemudian seleksi bakteri dilanjutkan dengan mengamati spektrum ekstrak kasarnya yang dilarutkan dalam aseton menggunakan spektrofotometer ultraviolet-tampak berkas rangkap Varian Cary 50 pada panjang gelombang 300–800 nm.

(10)

20

Karakterisasi β-karoten dengan KCKT

Untuk analisa karakterisasi pigmen, ekstrak pigmen kering kemudian dilarutkan kembali dalam 0.5 mL aseton dan siap untuk diinjeksi dalam analisa KCKT. Metode KCKT yang digunakan mengacu pada metode Hegazi dkk. (1998). Data KCKT dan spektra serapan dari pengukuran β-karoten digambarkan dengan Program Origin Pro 8.1.

Identifikasi β-karoten dengan UV-Tampak

Isolasi β-karoten dilakukan dengan menampung pigmen murni saat puncaknya muncul di kromatogram analisa KCKT pada menit-menit terakhir (60,24 menit).

Pigmen murni kemudian dikeringkan dengan gas N2 dan

dilarutkan ke dalam pelarut aseton, etanol, dan n-heksana dan diukur menggunakan spektrofotometer 1700 pada panjang gelombang 300-500 nm (Shimadzu, Kyoto).

Kuantifikasi Kandungan β-karoten

Metode kuantifikasi dilakukan dengan

menggunakan metode analisa multi-kromatogram

(11)

21 dideteksi pada panjang gelombang 450 nm hingga 600 nm dengan rentang selisih 1 nm.

Nilai rata-rata luas puncak kemudian di masukan dalam persamaan garis :

Y = 0,0108X + 12.677 (Limantara dkk., 2013)

Dimana :

X = Luas puncak serapan

Referensi

Dokumen terkait

Posisi atribut Service Level Management yang berada pada tingkat kematangan 2 akan direkomendasikan usulan tindakan perbaikan untuk mencapai tingkat kematangan 3,

Sertakan bagaimana pemahaman Anda tentang rencana keselamatan telah memengaruhi pilihan- pilihan harian Anda atau dapat membantu Anda menjawab pertanyaan- pertanyaan yang orang

Hasil yang didapat pada kedua batu tersebut sebagai berikut : batu karbonat memiliki nilai tortuositas 1.1 dengan porositas 17.6% dan batu apung memiliki nilai tortuositas 1.35

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

Beberapa ketentuan tradisi pra perkawinan suku Using tidak sesuai dengan hukum Islam sehingga harus ditinggalkan, misalnya colongan dan ngeleboni boleh dilakukan dengan

Rehabilitasi Bendung dan Jaringan Irigasi Pasca Bencana Alam (191 Ha) di Flores

Diperlukan penanganan khusus untuk memperbaiki kualitas dari daging kerbau tersebut, yaitu dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan dengan pemberian pakan yang

Meningkatkan pemanfaatan media luar ruang dalam menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat untuk berdaya saing melalui pelayanan dibidang reklame3.