• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Haid

Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wknjosastro, 2008).

2.2 Siklus Haid

Siklus haid tidak sama untuk setiap wanita (Guyton, 2006). Siklus normalnya yaitu berada pada interval 21-35 hari, dengan rata-rata panjang siklus 28 hari (Cohen,2003). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya siklus haid berikutnya, hari pertama pendarahan dikatakan hari pertama siklus haid (Wknjosastro, 1994). Siklus menstruasi terdiri dari dua fase, fase di ovarium dan fase di endometrium (Guyton, 2006; Sherwood, 1997). Menurut Cohen (2001) siklus menstruasi dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase awal folikuler, fase akhir folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.

a. Fase awal folikel

Pada Setiap kali menstruasi, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari sel-sel epitel dan kelenjar yang menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan endometrium. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium dari rongga uterus melalui vagina

Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh selapis sel granulose dan ovum dengan selubung sel granulosanya disebut folikel primordial. Sesudah pubertas, hormon FSH dari kelenjar hipofisis anterior mulai disekresikan, sehingga seluruh ovarium bersama folikelnya akan mulai

(2)

berkembang (Guyton,2006). Penanda yang jelas pada perkembangan folikel adalah meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboidal. Pada saat yang sama, taut rekat yang kecil berkembang antara oosit dan sel granulose. Taut rekat ini berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion-ion, dan molekul-molekul, disamping itu taut rekat ini membentuk saluran protein yang dikenal sebagai connexin yang berguna untuk pertumbuhan dan multiplikasi dari sel granulose. Multiplikasi sel granulose ini kira-kira 15 sel yang disebut folikel primer (Speroff dan Friazt, 2005). Perkembangan menjadi folikel primer dapat berlangsung tanpa keberadaan FSH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa kedua hormon ini (Guyton,2006).

Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase ini terjadi dua peristiwa yakni pertama menstruasi dan permulaan perkembangan folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum sewaktu tidak terjadi pembuahan terhadap ovum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (menstruasi) dan perkembangan folikel-folikel baru diovarium dibawah pengaruh FSH (follicle stimulating hormon)yang kembali meningkat (Sherwood, 1997).

b. Fase Akhir Folikel

Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap antral. Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek awalnya adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel granulose. Selain itu, banyak sel-sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstitium ovarium yang berkumpul dalam beberapa lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok sel kedua disebut teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna (Guyton, 2006).

Sel granulose dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga reseptor FSH hanya ada pada granulose. Pada teka interstisial, yang berlokasi di teka interna memiliki kira-kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang merangsang jaringan teka

(3)

untuk menghasilkan androgen yang akan mengalami aromatisasi sehingga menjadi estrogen melalui FSH disel granulose (speroff dan Fritz, 2005). Dibawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan cairan folikel pada rongga interseluler granulose, cairan folikuler ini mengandung estrogen konsentrasi tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum didalam massa sel granulose, sehingga sel teka dan sel granulose akan berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya meningkat, dan masing-masing folikel akan tumbuh menjadi folikel antral.

Di bawah pengaruh ekstrogen yang tinggi, sel-sel stroma dan sel epitel di endometrium berproliferasi dengan cepat, permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam endometrium (Guyton, 2006). Ruang di folikel matang. Fase proliferasi ini berlangsung dari akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood, 1997).

c. Fase Praovulasi dan ovulasi

Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjadinya ovulasi. Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk folikel antral meningkatkan diameter ovum tiga sampai empat kali lipat menghasilkan peningkatan diameter total sampai menjadi sepuluh kali lipat seratus kali lipat atau peningkatan massa sebesar seratus kali lipat (guyton, 2006). Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat dari pada folikel-folikel lain, berkembang menjadi folikel matang (de Graaf)(Sherwood, 1997). Sebagian besar pertumbuhan ini disebabkan oleh ekspansi antrum yang drastis, disamping itu juga pertumbuhan sel teka, dan sel granulose. Antrum menempati sebagian besar difolikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis sel granulose, tergeser secara asimetris kesalah satu sisi folikel yang sedang tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum (guyton, 2006), kemudian menonjol dari permukaan

(4)

ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi.

Folikel-folikel yang lain mulai mengalami atresia (apoptosis), dan hanya satu folikel yang terus mengalami perkembangan. Folikel ini tumbuh lebih cepat menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan proliferasi sel granulose dan sel teka yang menimbulkan produksi estrogen lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, kombinasi dari FSH dan estrogen menyebabkan peningkatan lebih banyak dan siklus proliferasi sel endometrium yang baru (Guyton, 2006).

Selama fase akhir folikuler, estrogen pertama sekali meningkat secara lambat, kemudian secara cepat, mencapai puncak kira-kira 24-36 jam sebelum ovulasi. Estrogen yang memuncak menyebabkan terjadinya lonjakan pengeluaran LH, LH dalam jumlah besar disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. (Speroff and Fritz, 2005). LH ini mempunyai efek khusus terhadap sel granulose dan sel teka yang mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu , kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi: (1) teka eksterna mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahnya dinding, menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. (2) secara bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat kedalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin (hormon setempat yang mengakibatkan vasodilatasi) akan disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan pecahnya folikel disertai dengan pengeluaran ovum (Guyton,2006) sehingga terjadilah ovulasi.

Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3 sampai 4 mm. kelenjar endometrium, khususnya daerah serviks akan menyekresikan mucus

(5)

yang encer mirip benang. Benang mucus akan tersusun disepanjang kanalis servikalis mengisi saluran yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke dalam uterus (Ganong, 2001).

d. Fase Awal Luteal

Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari ruptur folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel yang ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat (Sherwood, 1997), segera terisi darah (wknjosastro, 1994). Pendarahan ringan dari folikel kedalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah singkat. Sel-sel granulose dan teka yang melapisi folikel mulai berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya lemak dan berwarna kekuningan,membentuk korpus luteum. Lemak pada sel luteal ini berfungsi sebagai molekul precursor steroid (Ganong, 2001).

Sel granulose dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormone seks wanita progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron (guyton, 2006). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya akan pembuluh darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan pembentukan lapisan endometrium subur yang mampu menunjang perkembangan mudigah (Sherwood, 1997).

e. Fase Akhir luteal

Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 hari, estrogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH dan LH yang rendah. Selain dari itu sel luteain juga menyekresi sejumlah kecil hormon inhibin yang juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH, mengakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi rendah dan

(6)

hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya menstruasi (Guyton, 2006; Ganong, 2001).

Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsangan terhadap endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kira-kira 65 % dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi, pembuluh darah yang berkelok-kelok yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium akan menjadi vasoplastik, mungkin disebabkan oleh efek degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang terdapat dalam jumlah banyak saat ini, vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah (Guyton 2006; Sherwood 1997).

Gambar 2.1. Siklus Menstruasi (www.sproject. Mmi.megill.ca.com)

2.3 Gangguan Haid

Apabila siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata lain tidak berada pada interval pola haid pada rentang kurang dari 21 atau lebih

(7)

dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari7 hari disebut siklus menstruasi/haid yang tidak teratur (Berek, 2002).

Menurut Wknjosastro(2008), Gangguan Haid dan siklusnya dapat digolongkan dalam:

1. kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid a. Hipermenorea atau menoragia

b. Hipomenorea 2. kelainan siklus

a. polimenorea b. oligomenorea c. amenorea

3 perdarahan di luar haid a. metroragia

4. gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid a. premenstrual tension (ketegangan prahaid) b. mastodinia

c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) d. Dismenorea

Menurut Berek (2002) ada enam jenis gangguan menstruasi yang termasuk kedalam siklus menstruasi yang tidak teratur adalah oligomenorea, polimenorea, menoragia, metroragia, menometroragia, hipomenorea.

Polimenorea adalah siklus haid yang lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid yang biasa.polimenorea disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,endometriosis dan sebagainya (Wknjosastro, 2008) .

Menoragia adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari). Menoragia disebabkan oleh kondisi didalam uterus, misalnya adanya mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (Wknjosastro, 2008).

(8)

Oligomenorea adalah dimana siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Dimana kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. Hal ini disebabkan karena masa proliferasi lebih panjang dari biasa (Wknjosastro, 2008).

Metroragia adalah periode pendarahan menstruasi lebih dari 7 hari(Berek, 2002). Kejadian ini dapat disebabkan oleh luka, karsinoma korpus uteri, peradangan, hormonal,hipofisis, psikis, neurogoen, tumor atau ovarium yang polikistik dan kelainan gizi, metabolic, penyakit akut maupun kronis (pernol, 2001).

Menometroragia adalah pendarahan yang banyak lebih dari 80 ml (pitkin dkk, 2003) dengan perode pendarahan lebih dari 7 hari (Berek, 2003). Kejadian ini penyebabnya sama dengan metroragia.

Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Hai ini disebabkan oleh gangguan endokrin dan sesudah miomektomi (Wknjosastro, 2008) .

Amenorea dibagi menjadi 2 yaitu, amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila seorang perempuan berumur 18 tahun ke atas tetapi belum pernah mendapatkan haid, sedangkan amenorea sekunder pernah mendapat haid tetapi kemudian sedikitnya 3 bulan berturut-turut tidak mendapatkannya lagi. Amenorea primer umumnya penyebabnya lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Amenorea sekunder biasanya disebabkan karena kehidupan wanita, pada keadaan patologis seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor dan penyakit infeksi, sedangkan pada keadaan fisiologis pada saat menarche, hamil, menyusui dan menopause (Wknjosastro,2008).

Sindroma Pramenstruasi adalah sindroma yang dialami sebelum terjadinya menstruasi,biasanya ditandai dengan gejala-gejala fisik,emosional dan perilaku dan berkurang pada saat menstruasi. Gejala fisik yang dapat ditemui seperti: nyeri pada perut, sakit kepala,mual atau muntah, nyeri pada payudara,jerawat,dan bengkak pada ekstremitas. Gejala emosional yang didapat seperti: mudah tersinggung, pemarah, cemas atau gelisah, dan depresi. Gejala perilaku yang

(9)

didapat seperti: meningkat atau berkurangnya nafsu makan, mudah lelah dan hipersomnia (Yamamoto,2009).

Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Llewellyn,2001).

2.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Haid

Penyebab pendarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh berbagai hal. Yang paling umum adalah ketidakseimbangan hormon. Menstruasi terjadi karena adanya hormon FSH , LH, estrogen, progesteron, prolaktin dan testosteron. Hormon FSH dan LH itu keluar atas perintah hipotalamus dan hipotalamus memerintahkan indung telur untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron memiliki pengaruh terhadap selaput dalam rahim untuk mengeluarkan darah mentruasi. Seandainya regulasi ini bermasalah, outputnya jadi bermasalah juga.

Perubahan pola haid dipengaruhi usia seseorang (Wknjosastro, 2008), stres(Barron dkk,2008), pemakaian kontrasepsi (Llewellyn, 2005), penyakit pada ovarium misalnya: tumor (Benson, Ralph C. dan Pernoll, Martin L., 2009), gangguan pada sistem saraf pusat- Hipotalamus-Hipofisis (Benson, Ralph C. dan Pernoll, Martin L., 2009),

Panjang siklus haid tidak sama untuk setiap wanita. Perubahan pola haid normalnya terjadi pada kedua ujung siklus haid ,yaitu waktu remaja dan menjelang menoupase. rata-rata pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun ialah 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah 51,9 hari.

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi biasanya dipakai oleh wanita usia subur (Llewellyn,2001). Kontrasepsi mempengaruhi hormonal dan hipotalamus. Dimana hipofisis mengeluarkan FSH

(10)

dan LH. Hormon-hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron.

Dua hormone ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan akhirnya penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid (Wknjosastro, 2008).

Gangguan di hipofisis, hal ini dapat membuat nekrosis karena spasme atau thrombosis arteriola-arteriola pada pars anterior hipofisis. Dengan nekrosis fungsi hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormon-hormon gonadotropin, tireotropin, kortikotropin, somatotropin, dan prolaktin (Wknjosastro, 2008).

Endometriosis atau adanya kelenjar atau stroma pada endometrium, hanya 10-20 % yang menyerang wanita yang aktif menstruasi.

Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi (Yamamoto dkk, 2009). Pada keadaan stres, mengaktifkan hipotalamus menyekresikan CRH. CRH mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH. Pelepasan GnRH inilah menyebabkan pengeluaran LH dan FSH sebagai hormon pengatur menstruasi (Guyton,2006).

Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi, stres melibatkan sistem endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Yamamoto,2009).

2.5. Penangganan Gangguan Haid

50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian ini, berbagai pengobatan pun telah diberikan.

Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan) atau stres emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara untuk menghadapi keadaan ini secara medis. Cara

(11)

paling mudah adalah dengan memberikan pil KB, yang mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu. Berikan selama 10-12 hari. Dalam 7 hari pasien akan mengalami perdarahan.

Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri, membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi endometrium.

Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati akar permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog (Livoty, Carol. Dan Topp.; 2006).

Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita (Wknjosastro, 2008) yang didiagnosis menderita polip endometrium penangganannya adalah kuretase (wknjosastro,2008).

Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi merupakan penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan anti estrogen. Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita yang mengalami oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki kebiasaan makan dan menjaga kebersihan diri (Llewellyn, Derek. Dan Jones,2002).

Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan (Wknjosastro,2008).

Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif, seperti juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda nyeri/kram. Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan obat ideal untuk kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.

Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke dokter (Llewellyn,2001).

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Menstruasi (www.sproject. Mmi.megill.ca.com)

Referensi

Dokumen terkait

Lingkaran Mohr's adalah metode grafik untuk menentukan pengaruh koordinat rotasi pada kuantitas tensor.. Dalam rekayasa menemukan aplikasi dalam pengaruh koordinat rotasi pada

se$idang tanah "ang fisikn"a telah disiapkan untuk pem$angunan perumahan dan permukiman skala $esar "ang ter$agi dalam satu lingkungan siap $angun atau

Masalah moral (akhlak) adalah suatu yang menjadi perhatian dimana saja, karena kerusakan akhlak seseorang akan mengganggu ketenteraman orang lain. Di negara kita tercinta

Secara epidemiologik bahwa penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu pertama faktor agent penyakit yang berkaitan dengan penyebab (jumlah, virulensi,

Daftar dibuat berdasarkan hasil kegiatan pada setiap Posyandu selama 3 bulan terakhir (SKDN) dengan mengisi formulir 1. Data pada formulir 1 dilengkapi dengan data lain yang

Itik, angsa dan burung merpati memiliki warna daging yang lebih gelap dibandingkan dengan daging dari ayam maupun ternak unggas yang lain dimana warna dagingnya lebih terang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango (Dinas

Hasil pensejajaran menggunakan BLAST terhadap bagian terkonservasi (conserved domain), tingkat homologi cDNA JJ3 dengan tanaman lain baik berdasarkan sekuen DNA atau asam